Anda di halaman 1dari 32

Makalah Kimia Terapan

CBR DAN CJR


PEMBUATAN TEH DAUN MANGGA RAGAM MANFAAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

NAMA NIM
SAZKIA DARA HAFIZA RANGKUTI 4183331019
SELLY APRILIA NISA 4183131001
SULISTIANI 4182131008

KELAS : PENDIDIKAN KIMIA D 2018


DOSEN PENGAMPUH : Dr. SRI ADELILA SARI, S. Pd., M. Si.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJARAN
2020
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kekhadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan
bimbingan dan petunjuk- Nya dapat diselesaikan tugas makalah tentang sistem
periodik unsur ini. Tugas ini bertujuan sebagai salah satu tugas perkuliahan
Kimia Terapan.
Penulis menyadari betul bahwa apa yang disajikan dalam tugas ini masih
banyak terdapat kekurangannya baik menyangkut isi maupun penulisan,
kekurangan-kekurangan tersebut terutama disebabkan kelemahan dan
keterbatasan pengetahuan maupun kemampuan penulis sendiri. Hanya dengan
kearifan dan bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan teguran, saran dan
kritik yang konstruktif kekurangan-kekurangan tersebut dapat diminimalisir
sedemikian mungkin sehingga tugas ini dapat memberikan manfaat yang
maksimal bagi pembaca.
Dengan kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terimakasih
kepada dosen pembimbing Kimia Terapan. Demikianlah, mudah-mudahan tugas
ini memberikan manfaat kepada kita.

Medan, 28 Februari
2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan 2
Bab II Pembahasan CJR Dan CBR 3
2.1 Pembahasan CJR 3
2.2 Pembahasan CBR 15
BAB III Penutup 26
3.1 Kesimpulan 26
Daftar Pustaka 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir seluruh dunia mengenal teh. Teh sudah menjadi komoditi dunia.
Negara penghasil utama teh pun mengkonsumsi teh secara besar-besaran. Teh
disukai karena dianggap bisa menyegarkan tubuh bila diminum.Teh merupakan
minuman penyegar yang sangat disukai oleh hampir seluruh penduduk dunia dan
sudah dijadikan minuman sehari-hari. Bila dibandingkan dengan jenis minuman
lain, teh ternyata lebih banyak manfaatnya. Sehingga dalam perkembangan
selanjutnya, teh banyak diolah menjadi produk industri yang makin digemari
masyarakat, baik dalam maupun luar negeri.
Teh merupakan salah satu produk minuman fungsional dari tanaman herbal
yang dapat membantu mengobati suatu penyakit dan sebagai minuman penyegar
tubuh . Teh dapat dibuat dari bunga-bungaan, biji-bijian, dedaunan, dan akar dari
pohon industri tanaman. Tanaman yang dapat digunakan sebagai pengganti teh
adalah tanaman yang memiliki daun yang berwarna hijau dan daunnya memiliki
kandungan tannin dan flavonoid yang tinggi. Salah satunya adalah tanaman
mangga. Daun mangga belum banyak dimanfaatkan dalam pembuatan teh
maupun produk lainnya. Daun mangga mengandung senyawa yang bermanfaat
seperti antimikrobia, antioksidan dan anthocyanidin. Senyawa dalam daun
mangga ini bermanfaat mengobati asam urat, diabetes angiophty, darah tinggi dan
mencegah kanker.
Daun mangga saat ini belum populer untuk di manfatkan sebagai produk
olahan teh. Produk teh daun mangga saat ini umumnya di Indonesia hanya di olah
menjadi produk olahan rumahan yang dikonsumsi secara pribadi, menyebabkan
mutu produk teh daun mangga yang dihasilkan juga belum optimal. Sehingga
dibutuhkan upaya untuk melakukan perbaikan mutu atau kualitas dari produk teh
daun mangga.sehingga kami tertarik untuk membuat penelitian dengan judul
"pembuatan teh daun mangga ragam manfaat".
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa manfaat teh daun mangga?
2. Bagaimana pembuatan teh daun mangga?

1
3. Apa saja kandungan yang ada didalam daun mangga?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat teh daun mangga.
2. Untuk mengetahui pembuatan teh daun mangga.
3. Untuk mengetahui kandungan yang ada didalam daun mangga.

2
BAB II
PEMBAHASAN CJR DAN CBR
2.1 Pembahasan CJR
Menurut Andi, dalam penelitiannya yang berjudul “Uji efek Hipoglemik
infus daun Mangga varietas golek terhadap mencit (Mus Musculus) diabetik yang
telah diinduksi alkosan”, bahwa Diabetes mellitus merupakan penyakit yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia). Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan efek infus daun mangga (Mangifera indica L)
varietas golek yang dapat memberikan efek hipoglikemik. Penelitian ini
menggunakan 15 ekor mencit jantan dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok I
(normal), kelompok II, merupakan kelompok aloksan (kontrol -), kelompok III
dan IV merupakan kelompok perlakuan yang diberi dosis berturut-turut 18,375
mg/bb mencit dan 36,75 mg/bb mencit. Kelompok V (kontrol+) diberi
glibenklamid. Hasil penelitian menunjukkan kedua dosis tersebut dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan dosis yang lebih baik ditunjukkan pada
dosis 36,75 mg/bb mencit.
Menurut Elin, pada penelitiannya yang berjudul “Efek mangiferin dalam
mengatasi masalah kesehatan”, bahwa Masalah kesehatan terbesar di dunia
disebakan oleh penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker, penyakit
pernapasan, dan diabetes melitus. Prevalensi penyakit tidak menular lebih tinggi
pada negara yang berpenghasilan rendah serta menengah daripada negara yang
berpenghasilan tinggi. Berbagai pengobatan dilakukan untuk mengatasi penyakit
tersebut seperti penggunaan obat oral. Namun, beberapa obat memiliki efek
samping tertentu yang mengakibatkan penyakit lain. Pengobatan alternatif yang
dilakukan yaitu menggunakan pengobatan herbal yang didapatkan dari tanaman.
Salah satu tanaman yang memiliki potensi herbal yaitu Mangga (Mangifera) yang
memiliki kandungan senyawa mangiferin. Senyawa tersebut memiliki efek
farmakologi yang dapat dijadikan obat untuk penyakit tersebut. Tujuan review ini
untuk menjelaskan efek Mangiferin sebagai terapi masalah kesehatan terutama
pada penyakit tidak menular pada penelitian sebelumnya. Review ini disusun
dengan melakukan penulusuran artikel melalui database NCBI dan Google
Scholar. Hasil dari penelusuran artikel yang ditemukan yaitu Mangiferin memiliki

3
efek antikanker, antiinflamasi, antidiabetes, antioksidan dan kardioprotektor yang
dapat dijadikan terapi untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Saran untuk
dunia penelitian lebih dikembangkan lagi mengenai potensi tanaman herbal
terutama buah mangga sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan.
Menurut Alinta, dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Madu
dan Mangga (Mangifera indica) pada Penyembuhan Luka”, bahwa Penggunaan
obat-obatan tradisional seperti tanaman sudah dilakukan secara turun temurun
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Salah satunya adalah penggunaan
mangga (Mangifera indica) dan madu sebagai obat untuk menyembuhkan luka.
Madu dengan komponen antimicrobial dan antioksidan yang mampu
menyembuhkan luka. Madu juga dapat memberikan efek lapisan protektif dan
menjaga kelembaban sehingga bakteri tidak dapat berkembang. Mangga
mengandung mangiferin yang merupakan komponen yang dapat menyembuhkan
luka dengan adanya vitamin A dan vitamin C yang penting dalam proses
pembentukan kolagen dan jaringan ikat sehingga terjadi penyembuhan luka.
Penggunaan campuran madu dan mangga diketahui dapat mempercepat proses
penyembuhan luka dibandingkan jika digunakan secara terpisah.
Menurut Dian, dalam penelitiannya yang berjudul “Hand Sanitizer Ekstrak
Metanol Daun Mangga Arumanis (Mangifera indica L.)”, bahwa Komponen dasar
yang terdapat dalam hand sanitizer yaitu senyawaan antibakteri alkohol dan
triklosan. Triklosan merupakan zat antibakteri yang paling sering ditambahkan
dalam hand sanitizer. Triklosan merupakan zat antibakteri yang paling sering
ditambahkan dalam hand sanitizer. Namun, penggunaan triklosan dapat membuat
bakteri kebal, mengganggu kerja hormon dan bersifat toksik. Senyawa aktif
seperti flavonoid, alkaloid, steroid, polifenol, tanin, dan saponin pada ekstrak
daun mangga arumanis (Mangifera indica L.) dapat digunakan sebagai antibakteri
pengganti triklosan. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak
metanol daun mangga arumanis sebagai gel hand sanitizer dan karakterisasi
sediaan tersebut. Karakterisasi sediaan gel hand sanitizer meliputi uji pH, uji daya
sebar, konsistensi, homogenitas, dan uji aktivitas. Uji pH diperoleh pH dengan
rentang 6,49 – 5,74. Kisaran pH tersebut telah memenuhi ketentuan SNI No. 06-
2588. Karakterisasi uji daya sebar memperoleh rentang penyebaran 58,55 – 50,05

4
mm, dimana telah memenuhi ketentuan SNI No. 06-2588. Namun, pada
konsentrasi 0 ppm pada hari ke 15 rentang penyebarannya tidak memenuhi SNI
No. 06-2588. Sediaan memiliki konsistensi dalam bentuk gel yang homogen. Gel
hand sanitizer ekstrak metanol daun mangga arumanis diuji aktivitasnya terhadap
bakteri Staphylococcus aureus pada hari ke 0 dan 15 penyimpanan dengan zona
hambat (ϕ) yang diperoleh sebesar 4,36 dan 10,35 mm dengan konsentrasi 5 ppm,
dan 4,51 dan 12,12 mm dengan konsentrasi 10 ppm.
Menurut Arista, dalam penelitiannya yang berjudul “Daun mangga
(Mangifera indica L): potensi baru penyembuh luka sayat”, bahwa Salah satu
tanaman yang memiliki kandungan metabolit tersebut adalah mangga (Mangifera
indica L). Pemanfaatan mangga masih terbatas pada konsumsi buah, padahal daun
mangga merupakan bagian tubuh potensial yang pemanfaatannya belum optimal.
Namun demikian sudah banyak penelitian yang menggunakan daun mangga
sebagai zat anti bakteri, anti diabetes, dan sebagai antijamur. Jenis penelitian
adalah true experimental research dengan menggunakan daun mangga (Mangifera
indica L.) varietas Manalagi. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih
jantan umur 2 bulan dan berat badan kira-kira 150-200 gr yang diperoleh dari
“Wistar Farm” Malang. Sampel yang digunakan sebanyak 24 ekor tikus putih
yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu kelompok kontrol positif, kontrol negatif, 4
kelompok perlakuan yaitu konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20%. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Proses
pembuatan dan cara penggunaan ekstrak yang dilakukan meliputi: 1) pemilihan
daun mangga dan memisahkan dari tangkainya, 2) pencuci dan
mengeringanginkan 1000 gram daun mangga, dipotong kecil dan diblender, 3)
memasukkan tumbukan daun mangga ke dalam erlenmayer dan menuangkan
etanol PA 96% sebanyak 2 liter yang dibagi menjadi 4 tempat, masing-masing
250 gr daun mangga diberi 500 ml etanol PA 96%, 4) maserasi selama 2 x 24 jam
dan mengambil filtratnya., 5) evaporasi filtrat menggunakan rotary evaporator
dengan suhu 69oC - 80 oC, 6) Penyimpanan dalam oven dengan suhu 70oC, 7)
pembuatan ekstrak daun mangga dengan cara mengencerkan menggunakan
aquadest. Ekstrak yang dihasilkan diaplikasikan dengan cara meneteskan
sebanyak 3 tetes pada luka sayat. Ekstrak disimpan didalam lemari pendingin

5
setelah digunakan. Dan hasil nya Pemberian konsentrasi ekstrak daun mangga
(Mangifera indica L) berpotensi mempercepat proses penyembuhan luka sayat
pada tikus putih (Rattus norvegicus) dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Ekstrak daun mangga (Mangifera indica L) konsentrasi 20% merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam proses penyembuhan luka.
Menurut Ira dalam penelitiannya yang berjudul “Aktivitas antioksidan
ekstrak daun mangga Mangifera Indica L. VAR.gedong menggunakan metode
DPPH”, bahwa Antioksidan adalah suatu zat yang dapat melindungi senyawa
kimia didalam tubuh dari reaksi oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal
bebas dan jenis oksigen reaktif di dalam tubuh. Mangifera indica, yang umumnya
dikenal sebagai tanaman mangga telah menjadi sumber antioksidan yang kuat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan ekstrak daun
mangga gedong dengan menggunakan metode pengujian antioksidan DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil. Ekstraksi dilakukan secara refluks menggunakan pelarut
dengan kepolaran meningkat. Ekstrak dipekatkan dengan rotavapor. Masing-
masing ekstrak dipantau secara kromatografi lapis tipis (KLT). Selanjutnya
dilakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak daun mangga gedong dengan metode
DPPH dan penetapan IC50 peredaman radikal DPPH. Aktivitas antioksidan (%)
dalam daun mangga gedong untuk ekstrak n-heksana adalah 10,11; Ekstrak etil
asetat 98,70; dan Ekstrak etanol 94,95. Aktivitas antioksidan tertinggi dengan
metode DPPH diberikan oleh ekstrak etil asetat. Sedangkan aktivitas antioksidan
terendah ditunjukkan oleh ekstrak n-heksana. Estrak etil asetat daun mangga
gedong mempunyai nilai IC50 yang sama dengan vitamin C.
Menurut Rosdiani, dalam penelitiannya yang berjudul “Kandungan
antioksidan dan kadar air pada teh daun mangga quini ( Mangifera indica)”,
bahwa Teh adalah merupakan salah satu minuman yang sering dikonsumsi
oleh masyarakat di Indonesia. Kandungan teh menjadi salah satu alasan mengapa
minuman ini menjadi populer. Saat ini bahan baku teh telah mengalami
perkembangan. Banyak tanaman hijau yang dapat diolah menjadi produk
minuman teh. Tanaman hijau yang kaya akan antioksidan seperti tanin dan
flavonoid. Adapun salah satu tanaman hijau yang dapat dimanfaatkan untuk
menjadi olahan teh adalah daun mangga Quini. Tujuan dari penelitian ini adalah

6
mendeskripsikan kandungan antioksidan dan kadar air teh daun mangga
berdasarkan teknik dan lama pengeringan. Teknik pengeringan (A) yang
digunakan adalah sinar matahari (A1); dioven (A2); disangrai (A3). Lama
pengeringan (B) yang digunakan, yakni: 60 menit (B1); 90 menit (B2); 120 menit
(B3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh daun mangga mengalami
perubahan intensitas warna. Dari uji yang dilakukan membuktikan bahwa produk
teh tersebut mengandung antioksidan fenolik dan flavonoid. Adapun kandungan
kadar air pada perlakuan yang terbaik ditemukan pada produk teh dengan metode
pengeringan sangrai dengan lama pengeringan 2 jam, yaitu sebesar 4,06% dan
kadar antioksidan tertinggi juga terdapat pada metode pengeringan matahari
dengan lama pengeringan 1 jam yakni sebesar 27,23 % .
Menurut Ma’rifat, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Seduhan Teh Hijau (Camellia Sinensis) Terhadap Aktivitas
Superoksida Dismutase (SOD) ”, bahwa Stres oksidatif merupakan suatu kondisi
dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan didalam tubuh
sehingga dapat memicu adanya stres psikologis. Stres oksidatif dapat dikurangi
dengan mengkonsumsi zat antioksidan eksogen (antioksidan dari luar), yang mana
teh hijau dianggap mampu menurunkan stres oksidatif. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh pemberian seduhan teh hijau terhadap aktivitas
SOD pada tikus putih jantan Strain Wistar yang dipapar stres psikologis. Rancang
bangun yang digunakan pada penelitian ini adalah Randomized Post Test Only
Group Design. Terdapat 5 kelompok tikus, 2 adalah kelompok kontrol normal dan
kelompok kontrol stres, serta 3 kelompok perlakuan. Sebelumnya tikus diberikan
stres psikologis 1 x 24 jam berupa gangguan pola tidur jaga, sehingga didapatkan
kondisi hewan coba yang mengalami stres oksidatif, kemudian dilakukan
pemberian seduhan teh hijau pada kelompok perlakuan dengan dosis tunggal 3,6
ml/ekor pada jam ke-1 pada kelompok perlakuan 1, jam ke-6 pada kelompok
perlakuan 2 dan jam ke24 pada kelompok perlakuan 3. Analisis statistik
menggunakan uji Manova. Hasil Berdasarkan analisis statistik menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan aktivitas SOD yang meningkat pada jam ke-1, kembali
meningkat pada jam ke-6 dan meningkat maksimal pada jam ke-24 setelah
pemberian teh hijau. Dosis tunggal seduhan teh hijau pada hewan coba yang

7
mengalami stres oksidatif terbukti dapat menetralisir stres oksidatif pada jam ke-1
setelah pemberian teh hijau dan aktivitas antioksidannya masih bertahan sampai
24 jam.
Menurut Nur Lailatul, dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan
daun mangga arum manis (Mangifera Indica Linn) sebagai pewarna alami tekstil”,
bahwa Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi
fiksator terhadap kualitas pewarna alami dari daun mangga arum manis yang
diaplikasikan pada kain. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Tersarang
dengan dua faktor. Faktor utama adalah jenis fiksator yaitu tawas, garam, dan
kapur tohor, sedangkan faktor tersarang adalah konsentrasi pada setiap fiksator.
Konsentrasi fiksator terdiri dari tawas dengan konsentrasi 10% dan 15%, garam
10% dan 12%, serta kapur tohor 8% dan 10%. Sifat setiap fiksator dapat
mempengaruhi arah warna serta ikatan antar serat dan pigmen warna. Pada
fiksator tawas, perlakuan terbaik diperoleh pada konsentrasi 10% dengan nilai
a=11.63, nilai b= 22.3, dan nilai L= 63.13. Pada fiksator garam, perlakuan terbaik
terdapat pada konsentrasi 10% dengan nilai a*=9.87, nilai b=30.1, dan nilai L=
62.07. Pada fiksator kapur tohor, perlakuan terbaik terdapat pada konsentrasi 10%
dengan nilai a=14.57, nilai b= 29.3, dan nilai L= 56.8.
Menurut Sarah, dalam penelitiannya yang berjudul “Pucuk daun mangga
(Mangifera indica L.) kultivar cengkir sebagai penurun kadar glukosa darah”,
bahwa Pucuk daun mangga (Mangifera indica L.) memiliki berbagai zat aktif
yang berkhasiat sebagai obat antidiabetes salah satunya kandungan senyawa
mangiferin yang tinggi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan ekstrak pucuk daun mangga kultivar cengkir yang diberikan secara
oral dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit (Mus musculus).
Penelitian ini menggunakan 15 ekor mencit dengan 3 ekor per kelompok
perlakuan diantaranya kelompok kontrol negatif (hanya diberi suspensi CMC
0,5%), kontrol positif (tablet metformin 104,65 mg/kg BB), ekstrak pucuk daun
mangga 1 (105 mg/kg BB), ekstrak pucuk daun mangga 2 (210 mg/kg BB), dan
ekstrak pucuk daun mangga 3 (420 mg/kg BB). Setelah diinduksi fruktosa 20%
secara intravena, kadar glukosa darah mencit diukur pada waktu ke-30, 60, 90,
dan 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak pucuk daun mangga

8
kultivar cengkir memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah
mencit yang tinggi dengan dosis terbaik sama dengan kontrol positif (tablet
metformin) yaitu ekstrak pucuk daun mangga kultivar cengkir dosis 1 (105 mg/kg
BB mencit).
Menurut Tuty (2017), Tanaman penghasil teh (Camellia sinensis) pertama
kali masuk ke Indonesia tahun 1684 dalam bentuk biji. Biji teh dibawa oleh
Andreas Cleyer, seorang berkebangsaan Jerman dan ditanam sebagai tanaman
hias di Batavia. F. Valentijn. Selain teh jenis Cammelia sinensis, di Indonesia
dikenal juga teh jenis assamica yang berasal dari Sri Lanka (Ceylon). Teh jenis
assamica pertama kali ditanam oleh R.E. Kerkhoven di Gambung, Jawa Barat
(sekarang Pusat Penelitian Teh dan Kina). Konsumsi teh per kapita penduduk
Indonesia per tahun berdasarkan data yang diperoleh adalah sebanyak ± 0,35
kg/kapita/ tahun, jauh dibawah Jepang 0,96 kg/kapita/ tahun, Pakistan 0,74
kg/kapita/ tahun dan Malaysia 0,72 kg/kapita/ tahun. Diketahui juga bahwa
adanya kecenderungan penurunan konsumsi setiap tahunnya yang disebabkan
oleh kurangnya sosialisasi dan informasi tentang manfaat teh serta rendahnya
kualitas teh Indonesia.
Menurut Nur, dalam penelitiannya yang berjudul “Efek Analgesik Infusa
Daun Mangga (Mangifera Indica L.) Pada Mencit Yang Diinduksi Asam Asetat”,
daun mangga (Mangifera indica L.) memiliki kandungan mangiferin yang
diketahui memiliki efek analgetik dengan menghambat sintesis enzim
siklooksigenase 2 (COX-2). Tujuan penelitian ini mengetahui seberapa besar efek
analgesik yang ditimbulkan dari pemberian infusa daun mangga (Mangifera indica
L.) pada mencit yang diinduksi asam asetat. Dalam penelitian ini digunakan
metode writhing test. Dua puluh lima ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok
perlakuan yaitu kelompok I diberi akuades sebagai kontrol negatif, kelompok II
diberi Na diklofenak dosis 3,25 mg/kgBB sebagai kontrol positif, kelompok III,
IV dan V diberi perlakuan infusa daun mangga dengan dosis 1 g/kgBB, 1,9
g/kgBB, dan 3,7 g/kgBB. Masing-masing kelompok diberi perlakuan secara
peroral, 30 menit kemudian mencit disuntik asam asetat 0,5% secara
intraperitoneal. Selanjutnya diamati dan dihitung jumlah geliat setiap 5 menit
selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun mangga pada

9
dosis 1,9 g/kgBB memberikan persentase daya analgetik 61,6 ± 3,3%, namun
masih lemah bila dibandingkan dengan kontrol positif. Pada dosis 3,7 g/kgBB,
infusa daun mangga memberikan persentase daya analgetik 73,7 ± 2,6% yang
secara statistik memberikan efek analgesik setara dengan kontrol positif.
Menurut Gita Amalia Asikin, dkk., dalam penelitiannya yang berjudul
“Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol”, Akne vulgaris atau yang biasa disebut
jerawat diderita oleh sekitar 75-80% orang dewasa, terutama pada usia remaja.
Akne vulgaris disebabkan oleh Propionibacterium acnes. Tanaman mangga
bacang (Mangifera foetida L.) merupakan tanaman satu genus dengan Mangifera
indica L. sehingga diduga mempunyai kandungan metabolit sekunder yang sama
sebagai antibakteri. Daun mangga bacang (Mangifera foetida L.) diekstraksi
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak yang
diperoleh dilakukan skrining fitokimia. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas
antibakteri dengan metode difusi termodifikasi, yaitu sumuran pada konsentrasi
2500; 2000; 1000; 500; 250; 125; 62,5; 31,25; 15,63; dan 7,81 mg/ml. Kontrol
positif yang digunakan adalah doksisiklin 30 µg/disk dan kontrol negatif yang
digunakan adalah DMSO 10%. Hasil. Ekstrak etanol daun mangga bacang
(Mangifera foetida L.) mengandung senyawa flavonoid, fenol, tanin, saponin, dan
terpenoid. Konsentrasi minimum yang dapat menghambat Propionibacterium
acnes adalah 62,5 mg/ml dan konsentrasi optimumnya adalah 2000 mg/ml.
Kesimpulan. Ekstrak etanol daun mangga bacang (Mangifera foetida L.) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes.
Menurut Evi Anggraeni HR, dkk., dalam penelitiannya yang berjudul
“Jenis-Jenis Tumbuhan Berpotensi Obat Di Desa Bambapuang Kabupaten
Enkrekang”, Penelitian tentang Jenis-jenis Tumbuhan Berpotensi Obat di Desa
Bambapuang Kabupaten Enrekang telah dilakukan pada bulan April – Juni 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi
obat di Desa Bambapuang Kabupaten Enrekang. Metode penelitian yang
digunakan yaitu metode jelajah cruise method. Hasil dari penelitian yang
dilakukan pada Masyarakat Desa Bambapuang menujukkan bahwa terdapat 53
jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat, yang terdiri dari 2 (dua) Classis
yaitu Dicotyledoneae sebanyak 27 familia dan Monocotyledoneae sebanyak 4

10
(empat) familia. Jenis tumbuhan yang paling banyak digunakan dari Classis
Dicotyledoneae yaitu sirsak (40%), kumis kucing (36%) dan jambu biji (32%).
Jenis tumbuhan yang digunakan paling sedikit digunakan dari Classis
Monocotyledoneae yaitu jagung, lengkuas, pisang, dan bawang dayak dengan
persentase sebesar 4%. Organ tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan
sebagai obat adalah daun (75,47%) dan yang paling sedikit adalah tangkai putik
(1,88%), umbi (1,88%), kulit batang (1,88%), dan getah (1,88%). Pengolahan
tumbuhan sebagai obat yang paling banyak digunakan yaitu dengan cara direbus
(52,84%) dan yang paling sedikit digunakan yaitu dengan cara diperas (0,81%).
Menurut Dewi Kusumaningrum P., dkk, dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengujian Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Metanol Daun
Mangga Gadung (Mangivera Indica L. Var Gadung) Dan Ekstrak Etanol Daun
Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.)”, Kandungan senyawa polifenol
dalam daun mangga dan daun pandan wangi telah diketahui memiliki aktivitas
antioksidan dan biasa digunakan sebagai pengobatan tradisional beberapa
penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan
kombinasi ekstrak daun mangga gadung dan daun pandan wangi. Metode
peredaman radikal bebas DPPH digunakan untuk menentukan aktivitas
antioksidan (IC50) dengan vitamin C sebagai kontrol positif. Hasil penelitian
menunjukkan aktivitas antioksidan sampel lebih rendah dari vitamin C. Nilai IC50
vitamin C sebesar 2,613±0,021 μg/ml, kemudian diikuti oleh ekstrak metanol
daun mangga gadung tunggal, kombinasi 1:1 dan ekstrak etanol daun pandan
wangi tunggal dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 3,263±0,009;
13,392±0,157; 39,700±1,003 μg/ml. Kombinasi ekstrak metanol daun mangga
gadung dengan ekstrak etanol daun pandan wangi tidak memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan aktivitas antioksidan ekstrak daun
mangga gadung tunggal.
Menurut Dian Riana Ningsih, dkk., dalam penelitiannya yang berjudul
“Ekstrak Daun Mangga (Mangifera Indica L.) Sebagai Antijamur Terhadap Jamur
Candica Albicans Dan Identifikasi Golongan Senyawanya”, Candida albicans
adalah salah satu jamur yang dapat menyebabkan infeksi candidiasis. Salah satu
bahan obat alami dari ekstrak tanaman yang berpotensi sebagai antijamur adalah

11
ekstrak daun mangga (Mangifera indica L.). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antijamur daun mangga terhadap C. albicans, penentuan
konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) dan mengidentifikasi golongan
senyawa kimia dari ekstrak tersebut yang berpotensi sebagai antijamur. Daun
mangga diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak
metanol daun mangga yang dihasilkan dilakukan uji aktivitas antijamur terhadap
C. albicans dengan menggunakan metode difusi. Setelah diketahui aktivitasnya,
ekstrak metanol daun mangga kemudian ditentukan konsentrasi hambat tumbuh
minimum (KHTM) dan diuji kandungan metabolit sekundernya dengan uji
fitokimia. Hasil ekstraksi daun mangga dengan pelarut metanol menghasilkan
ekstrak metanol dengan rendemen 10,55% (b/b) dan menghasilkan aktivitas
antijamur dengan zona hambat terbesar pada konsentrasi 1000 ppm dengan zona
hambat 8,12 mm. KHTM ekstrak metanol daun mangga terhadap C. albicans yaitu
pada konsentrasi 65 ppm dengan zona hambat sebesar 0,64 mm. Berdasarkan hasil
uji fitokimia ekstrak metanol daun mangga menunjukkan adanya senyawa
golongan alkaloid, flavonoid, stereoid, polifenol, tanin, dan saponin.
Menurut Ingka Rizkyani A. dan Rosdiani Aziz, dalam penelitiannya yang
berjudul “Optimalisasi Mutu Produk Teh Daun Mangga Dengan Metode
Taguchi”, teh merupakan minuman yang memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan. Teh tidak hanya dibuat dari daun teh asli, tetapi juga dapat dibuat dari
daun hijau yang mengandung tannin dan flavonoid, salah satunya adalah daun
mangga. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu produk teh yang
dihasilkan, dua diantaranya adalah teknik dan lama pengeringan. Faktor ini
berpengaruh terhadap kandungan senyawa antioksidan dalam teh serta kandungan
kadar airnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik dan lama
pengeringan terbaik sehingga dihasilkan produk teh daun mangga yang
kualitasnya baik dilihat dari respon kadar air dan kadar antioksidan. Penelitian ini
menggunakan software Minitab 16 dengan metode Taguchi 2 faktor dan 3 level
untuk mengoptimalkan desain produk sehingga dihasilkan respon yang optimal.
Faktor yang digunakan adalah teknik pengeringan (A) yakni sinar matahari (A1);
dioven (A2); disangrai (A3) dan lama pengeringan (B), yakni: 60 menit (B1); 90
menit (B2); 120 menit (B3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik

12
pengeringan dan lama pengeringan berpengaruh signifikan terhadap kadar air teh
daun mangga, tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar antioksidan teh. Teh yang
memiliki kadar air optimum adalah teh dengan teknik sangrai dengan lama 2 jam
dimana kadar airnya sebesar 4,06%, sedangkan teh yang memiliki kadar
antioksidan optimum adalah teh dengan teknik dioven dengan lama 1 jam dimana
kadar antioksidannya adalah 22,77.
Menurut Dewi Andini K. M., dkk, dalam penelitiannya yang berjudul
“Standarisasi Ekstrak Terpurifikasi Daun Mangga Arumanis (Mangifera Indica
L.)”, Ekstrak etanol daun mangga arumanis perlu dilakukan standarisasi untuk
menjamin konsistensi mutu, keamanan dan efek yang dihasilkan. Purifikasi
ekstrak dilakukan untuk menghilangkan adanya zat ballast yang tidak dapat
menghasilkan efek terapi. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh dan
mengetahui hasil standarisasi ekstrak terpurifikasi daun mangga arumanis
(ETDMA). Daun mangga arumanis disari dengan metode maserasi, pelarut etanol
96%, dilanjutkan purifikasi ekstrak dengan metode ekstraksi cair-cair
menggunakan pelarut air panas-etilasetat. Standarisasi ETDMA dilakukan untuk
parameter spesifik dan nonspesifik. Parameter spesifik meliputi uji organoleptis,
kadar senyawa larut air dan larut etanol. Parameter nonspesifik meliputi kadar air,
kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan uji cemaran logam. Data
standarisasi dianalisis secara deskriptif yang beberapa dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan. Hasil uji parameter spesifik berupa ekstrak
terpurifikasi daun mangga arumanis kental berwarna hijau kecoklatan, kadar
senyawa larut air dan etanol masing-masing sebesar 22% dan 67,4 %. Hasil uji
parameter nonspesifik berupa kadar air, susut pengeringan tidak memenuhi syarat,
sedangkan kadar abu, kadar abu tidak larut asam, cemaran Pb dan Cd, cemaran
mikroba memenuhi syarat. Jadi belum dapat dikatakan ekstrak terpurifikasi daun
mangga arumanis terstandar.
Menurut Yosri, dkk. dalam penelitiannya yang berjudul “Sensitivitas
Larutan Daun Mangga Apel (Mangifera Indica)”, Penelitian ini dilakukan dari
bulan Juni hingga September 2018, di Laboratorium Penyakit Parasit dan Ikan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menentukan sensitivitas larutan daun mangga apel (Mangifera

13
indica) sebagai antimikroba terhadap Edwardsiella tarda, kisaran konsentrasi dosis
minimum (MIC) dan dosis aman (LD50) dari daun mangga apel (Mangifera
indica) terhadap patin (Pangasius sp.) dengan panjang 8-10 cm dengan
perendaman selama 24 jam. Uji sensitivitas menggunakan metode disk cakram
Kirby-Bauer 6 mm dengan dosis yang digunakan adalah 100%, 90%, 80%, 70%,
60%, 50%, 40%, 30%, 20%, 10%, 9 %, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1% dan
kontrol Tetracyclin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan daun mangga
apel dapat menghambat pertumbuhan bakteri Edwardsiella tarda dalam dosis 1%
dengan zona hambat 6,05 mm. Uji MIC menunjukkan dosis 2% memiliki jumlah
koloni bakteri 282,33 CFU / mL yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Edwardsiella tarda. Dosis LD50 daun mangga apel terhadap ikan patin dengan
perendaman selama 24 jam adalah 2%.
Menurut Luluk dan Patihul, dalam penelitiannya yang berjudul “Aktifitas
Farmakologi Tanaman Mangga (Mangifera Indica L.): Review”, tanaman mangga
(Mangifera indica L.) merupakan tanaman musiman yang banyak berada di
sekitar. Secara empirik, tanaman ini banyak digunakan dalam pengobatan
tradisional di seluruh dunia, salah satunya adalah pengobatan ayuverda dari India.
Karena banyaknya fungsi empirik ini, banyak dilakukan penelitian mengenai
aktivitas farmakologis tanaman mangga. Artikel ini membahas aktivitas
farmakologis yang telah diteliti dan dipastikan baik secara in vitro maupun in vivo
dengan metode review pustaka. Pustaka yang digunakan sebanyak 40 artikel yang
berasal dari jurnal nasional dan internasional. Hasil yang didapatkan menunjukkan
bahwa tanaman mangga memiliki khasiat sebagai anti-diabetes, anti-kanker, anti-
diare, anti-bakteri, anti-hiperlipidemia, renoprotektif, dan sebagai analgesik.
Menurut Melanie Cornelia Dan Joshua, dalam penelitiannya yang berjudul
“Pemanfaatan Daun Mangga Arum Manis (Mangifera Indica L.) Sebagai
Minuman Teh Celup”, Daun mangga arum manis (Mangifera indica L.) adalah
daun yang memiliki kandungan antioksidan seperti fenolik dan flavonoid, dan
bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena berperan sebagai pencegah kerusakan
oksidatif yang dapat menyebabkan kanker. Tujuan penelitian ini adalah
memanfaatkan daun mangga arum manis sebagai minuman teh celup dengan
variasi metode pengeringan (kabinet dan matahari). Selanjutnya dilakukan proses

14
pembuatan jenis teh kering teh hijau dan teh kering teh hitam. Teh kering terpilih
dari variasi metode pengeringan diperoleh dari daun mangga dengan metode
pengeringan kabinet dan hasilnya jenis teh hijau. Dari data analisis yang
dilakukan, teh hijau ini memiliki nilai IC50314,47 ± 11,58 ppm, total fenolik
1446,22 ± 58,12 mg GAE/L, total flavonoid 1191,92 ± 17,00 mg QE/L, dan total
tanin 892,92 ± 23,92 mg TAE/L. Sampel teh hijau kering yang diperoleh,
ditimbang 1,5 g, 2,0 g, dan 2,5 g dimasukan dalam kantong teh dan diseduh
dengan lama penyeduhan 1 menit, 3 menit, dan 5 menit dengan cara pencelupan
dan selanjutnya hasil minuman teh celup daun mangga tersebut dianalisis
kandungan aktivitas antioksidan nya dan penerimaan panelis. Berat teh kering
daun mangga (g) yang dipakai untuk dibuat teh celup dan lamanya penyeduhan,
berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dari teh celup daun mangga. Berat dan
lama penyeduhan terbaik adalah teh celup daun mangga dengan berat daun
mangga kering 2,5 g dengan lama 5 menit penyeduhan karena memiliki aktivitas
antioksidan yang masih baik dan disukai panelis.
2.2 Pembahasan CBR
2.2.1 Popularitas Teh
Minum teh sudah menjadi budaya dikalangan masyarakat Indonesia, tidak
melihat status sosial maupun ekonominya. Terlihat dari rata-rata disetiap rumah
tangga selalu menyediakan teh di rumahnya dan teh menjadi salah satu minuman
favorit selain kopi. Hal ini disebabkan oleh senyawa-senyawa yang terkandung
dalam teh dapat memberikan kepuasan kepada penikmatnya karena mempunyai
warna, rasa dan aroma yang khas. Seperti senyawa kafein bersama – sama dengan
polifenol dapat memberikan rasa menyegarkan. Selain nikmat untuk diminum, teh
juga mempunyai kandungan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan seperti :
kafein, polyphenol, catechin, dan minyak essensial. Komponen utama dalam teh
adalah catechin yang merupakan senyawa turunan tanin terkondensasi, dikenal
juga sebagai senyawa polifenol karena memiliki banyak gugus fungsi hidroksil.
Vitamin yang terkadung dalam teh adalah vitamin C, vitamin B, dan vitamin A,
diduga sebagian rusak pada saat proses pengolahan namun sebagian masih dapat
dimanfaatkan oleh penikmatnya. Beberapajenis mineral juga terkandung dalam
teh, terutama fluorida juga dipercaya dapat memperkuat struktur gigi dan tulang.

15
Dengan melihat banyaknya peminat teh saat ini di Indonesia, maka banyak
produsen teh baru dengan memproduksi banyak pilihan varian baik rasa, aroma
maupun kemasan. Penambahan aroma dan rasa pada minuman teh dapat diberikan
dengan penambahan simplisia (bahan kering) seperti kulit jeruk, buah apel,
cassiavera, sereh, jahe dan lainlain. Selain penambahan bahan alami tersebut,
aroma juga bisa didapatkan dari penambahaan essence food grade yang banyak
beredar di pasaran. Untuk varian kemasan, para produsen teh mengeluarkan
banyak pilihan seperti gelas, kotak, kaleng dan botol. Munculnya varian minuman
RTD ini merupakan strategi pemasaran, karena masyarakat saat ini sangat
menggemari segala hal yang bersifat instan. Selain sebagai bahan minuman, teh
juga banyak dimanfaatkan untuk campuran makanan (seperti cake), obat-obatan
dan kosmetik.
2.2.2 Biologi Daun
Menurut (Luchman,2015) Daun dari berbagai jenis tumbuhan sejak masa
prasejarah adalah material bahan alam penting yang dimanfaatkan manusia.
Berbagai jenis daun adalah sumber dari senyawa aktif yang digunakan dalam seni
pengobatan tradisional. Daun-daunan digunakan sebagai sumber obat dengan
berbagai cara dan metode penyiapan, digunakan sebagai material tunggal dari satu
jenis tumbuhan atau merupakan campuran berbagai jenis daun dan/bagian-bagian
tumbuhan lainnya. Kehidupan spiritual dan budaya masyarakat di berbagai dunia
menaruh perhatian terhadap daun tanaman sebagai representasi kekuatan-kekuatan
spiritual yang menjadi bagian tak terpisahkan dari praktek-praktek penyembuhan
penyakit secara tradisional. Di Bali, daun digunakan dalam berbagai acara untuk
melambangkan kekuatan-kekuatan spiritual. Daun merupakan lambang utpatti
(tumbuh) dari Bethara atau Dewa Brahma. Jika ditinjau dari warnanya, daun
digunakan sebagai lambang-lambang kesaktian dari Bathara atau Dewa dari
masyarakat Hindu Bali. Daun umumnya berwarna hijau, meskipun beberapa daun
dapat berwarna kuning, merah, merah kecoklatan, atau menunjukkan kombinasi
anekawarna. Daun berwarna hijau karena adanya klorifil, pigmen warna hijau, di
dalam sel-sel penyusun organ daun. Dalam metabolism tanaman, peran klorofil
sangat penting, terutama dalam proses fotosintesis. Pigmen lain yang dijumpai
pada daun adalah xantofil memberikan efek warna kuning, karotenoid yang

16
menyebabkan daun berwarna kuning, dan tanin yang memberikan warna kuning
keemasan. Selain itu, terdapat antosianin yang memberi warna merah atau ungu.
Lingkungan, sekitar tempat tumbuh tumbuhan, terutama pH tanah akan
memberikan pengaruh terhadap warna daun. Peran dari vacuola yang ada dalam
sel tanaman sangat penting, terutama dalam kaitannya dengan senyawa-senyawa
tumbuhan dalam daun yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Di bawah
mikroskop, vakuola adalah rongga besar dalam sel yang berisi berbagai cairan
bahan organik dan anorganik. Kebanyakan adalah bahan-bahan yang dihasilkan
dari hasil samping metabolism sel, ataupun cadangan makanan sel. Sel-sel yang
masih muda memiliki vakuola yang kecil, tetapi seiring dengan perkembangan sel
maka ukuran vakuola akan membesar dan kaya akan kandungan zat di dalamnya.
Vakuola berisi senyawa-senyawa antara lain asam organik, asam amino, dan
glukosa. Selain itu terdapat gas, garam-garam kristal, dan berbagai alkaloid seperti
kinin, tein, teobromin, nikotin, kafein, solanin dan lain-lain. Setiap tanaman akan
memiliki jenis dan kandungan alkaloid yang berbeda, yang memungkinkan
pemanfaatan daun sebagai material medik sangat luas. Secara kimiawi, alkaloid
adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa dalam bentuk
cincin heterosiklik yang merupakan hasil metabolism tanaman. Saat ini
diperkirakan bahwa dari semua jenis tembuhan berpembuluh yang diketahui,
sejumlah 15-20 mengandung alkaloid. Jumlah in masih bisa bertambah mengingat
banyak tetumbuhan belum diteliti aspek metabolit sekunder yang dikandungnya.
Kebanyakan dari jenis-jenis alkaloid yang sudah diketahui merupakan turunan
asam amino seperti fenilalanin, asam nikotin, lisin, ornitin, dan asam antranilat.
Dengan demikian, masih terbuka kesempatan bagi manusia untuk menemukan
berbagai senyawa berguna dari tetumbuhan.
2.2.3. Kasiat Daun Mangga
Teh daun mangga saat ini cukup populer dalam dunia pengobatan,
diantaranya sebagai:
A. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi sebetulnya bukanlah suatu penyakit
Tetapi hanya suatu gejala dari gangguan pada mekanisme pengatur tekanan darah.

17
gejala ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab antara lain oleh kerusakan pada
fungsi-fungsi ginjal dan kelenjar endokrin.
Akibat-akibat dari hipertensi terhadap tubuh adalah sebagai berikut :
1. Karena jantung harus bekerja lebih keras maka otot jantung menjadi besar
hypertropia dan dapat menyebabkan penyakit jantung decompensatio cordis
2. Untuk menahan tekanan darah yang tinggi dinding pembuluh nadi menjadi
tebal dan keras arteriosklerosis
3. Pembuluh pembuluh nadi yang dapat mengeras dindingnya lebih lemah
daripada pembuluh-pembuluh normal sehingga lebih mudah pecah dan
mengakibatkan pendarahan. perdarahan di ginjal dapat merusak fungsi
ginjal sedangkan pendarahan di otak dapat menimbulkan “beroerte” dapat
berakibat hemiplegia, separuh badan lumpuh, gangguan jiwa (demensia)
atau kematian karena hilangnya salah satu fungsi vital dari suatu susunan
saraf Sentral.
Seseorang yang menderita tekanan darah tinggi seringkali dapat ditolong
secara memuaskan dengan suatu zat yang tidak mengandung garam. makanan
yang normal seharinya mengandung garam kira-kira 6 gram, biasanya kadar gram
ini harus dikurangi sampai 0,3 sampai 0,5 gram sehari.
Berdasarkan kerja farmakologinya obat-obat penurun tekanan darah di
golongkan sebagai berikut :
a. Zat-zat yang melawan efek-efek saraf-saraf Buluh Simpati
Zat-zat ini menghalangi penerusan impuls dalam sel Ganglion simpatik dan
parasimpatik. Obat-obat ini dapat menimbulkan peristiwa kebiasaan dengan cepat
maka pengobatan dimulai dengan dosis kecil yang lambat laun dinaikkan tetapi
tidak boleh dihentikan secara sekaligus karena dapat menimbulkan meningkatnya
tekanan darah dengan mendadak.
b. Zat-zat dengan lebih dari satu titik tangkap :hidralazin.
c. Zat-zat dengan titik tangkap khusus :veratrum.
d. Vasodilator yakni zat yang langsung mempengaruhi otot-otot pembuluh:
nitrit.
e. Diuretika

18
Tidak terhitung sebagai obat penurun tekanan darah yang sejati tetapi
tekanan darah dapat diturunkan berkat sifatnya dapat mengeluarkan garam dari
tubuh yang penting dalam hubungan ini adalah chlorothiazida dan turunan-
turunannya yang kini banyak digunakan sebagai obat tambahan pada pengobatan
dengan reserpin dan zat-zat perintang Ganglion.
Obat-obat tersendiri
1. Reserpin
Diperoleh dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentina zat ini terutama
dianjurkan penggunaannya pada permulaan pengobatan hipertensi yang ringan
sebelumnya meningkat pada pemakaian obat obat yang berkhasiat lebih keras
sebagai zat-zat perintah Ganglion kadangkala juga dipergunakan serbuk dari akar
tumbuhan tersebut.
2. Hexamethonium
Zat ini merupakan zat perintang Ganglion pertama yang efektif dan
sekarang masih sering digunakan dosis oralnya berbeda jauh sekali daripada dosis
parentalnya kira-kira dalam perbandingan 100 dengan 1 berhubungan dengan
respons yang kurang baik dan tidak teratur dalam saluran usus lambung demikian
penggunaan obat suntik lebih disukai di lain pihak penggunaan parenteral
memperlihatkan lebih banyak kerja ikutan.
3. Pentoliniumtartrat
Zat ini terutama dipergunakan pada hipertensi yang berat pentolinium
dapat menimbulkan ketagihan dan tidak dapat diberikan pasien-pasien yang
menderita gangguan di saluran usus-lambung.
4. Alkaloida veratrum
Terdapat dari tumbuh-tumbuhan veratrum viride dan veratrum album.
alkaloida yang terpenting dalam a dan b terutama dipergunakan pada hipertensi
yang berat atau keadaan darurat efek lightroom berbiji vasodilatasi di permukaan
dan lambat jadi jantung faktor yang membatasi penggunaan zat ini adalah jarak
yang sempit antara dosis terapi dan dosis toksinnya
B. Diare
Diare adalah peristiwa buang-buang air sering kali sehari dalam banyak
cairan dan merupakan hanya gejala saja dari penyakit-penyakit tertentu atau

19
gangguan gangguan lainnya. Tergantung daripada penyebabnya maka beberapa
jenis obat digunakan untuk mengobati diare yaitu :
1. Zat desinfektan, yang dapat memberantas hama pembangkit infeksi.
Chiniofon, jodochloro-oxychinolin, sulfonamida dan antibiotika.
2. Obstipansia, yaitu zat-zat yang dapat menghentikan diare dengan cara :
a. Adstringensia. Obat-obat ini melanjutkan selaput lendir usus misalnya
tani dan persenyawaan nya.
b. Adsorbensia, obat-obat ini dapat menjerat pada permukaan nya (peristiwa
adsorpsi) zat-zat racun yang dihasilkan bakteri (toksin) atau yang ada
kalanya berasal dari makanan (udang, ikan) mis. Karbo.
c. Mucilagines (zat lendir), yang menutupi selaput lendir usus dan luka-
lukanya dengan lapisan pelindung dan juga berkhasiat mengabsorpsi zat-
zat beracun.
d. Obat yang menekan peristaltik usus yaitu candu.
3. Spasmolytika, yakni zat-zat yang dapat meredakan kejang-kejang pada
diare.
C. Tifus
Typus abdominalis atau tifus perut disebabkan oleh bakteri salmonella
thyposa, paratyphus diakibatkan lain jenis salmonella yang sering ditulari kepada
manusia oleh basil ternak. Obat-obat penolong yang dapat digunakan yaitu :
a. Jodochloro oxychinolin
Meskipun berkhasiat khusus terhadap disentri amoeba vioform berguna
pulasebagai antiseptik untuk mengobati infeksi usus lainnya.
b. Tannin
Tannin mempunyai sifat mengendapkan zat putih telur dan bekerja sebagai
adstringens, Yaitu dapat meringankan diare dengan menciutkan selaput lendir
usus. karena merangsang lambung rasa mual muntah mata hanya digunakan
persenyawaan yang tak dapat larut yakni tannalbumin dan tanigen persenyawaan
ini lebih efektif dan tidak memberikan efek Samping.
D. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada diabetes mellitus didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin. Diabetes melitus diklasifikasikan atas DM tipe 1, DM

20
tipe 2, DM tipe lain, dan DM pada kehamilan. Diabetes melitus tipe 2 (DMT2)
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.
Sebelum diagnosis DMT2 ditegakkan, sel beta pankreas dapat
memproduksi insulin secukupnya untuk mengkompensasi peningkatan resistensi
insulin. Pada saat diagnosis DMT2 ditegakkan, sel beta pankreas tidak dapat
memproduksi insulin yang adekuat untuk mengkompensasi peningkatan resistensi
insulin oleh karena pada saat itu fungsi sel beta pankreas yang normal tinggal
50%. Pada tahap lanjut dari perjalanan DMT2, sel beta pankreas diganti dengan
jaringan amiloid, akibatnya produksi insulin mengalami penurunan sedemikian
rupa, sehingga secara klinis DMT2 sudah menyerupai DMT1 yaitu kekurangan
insulin secara absolut.
Faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam terjadinya
penyakit DMT2. Faktor lingkungan tersebut adalah adanya obesitas, banyak
makan, dan kurangnya aktivitas fisik. Diabetes melitus sering menyebabkan
komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular
terutama didasari oleh karena adanya resistensi insulin, sedangkan komplikasi
mikrovaskular lebih disebabkan oleh hiperglikemia kronik. Kerusakan vaskular
ini diawali dengan terjadinya disfungsi endotel akibat proses glikosilasi dan stres
oksidatif pada sel endotel.
Dalam mengobati pasien DMT2 tujuan yang harus dicapai adalah meningkatkan
kualitas hidup pasien. Hal ini dapat tercapai melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan pola hidup,
disamping terapi farmakologis.
Terapi non farmakologis
Hal yang paling penting pada terapi non farmakologis adalah monitor sendiri
kadar glukosa darah dan pendidikan berkelanjutan tentang penatalaksanaan
diabetes pada pasien.
Diet Diabetes
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
diabetes. Cara yang paling umum digunakan adalah dengan memperhitungkan

21
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal (BBI), ditambah
atau dikurangi dengan beberapa factor koreksi. Faktor koreksi ini meliputi jenis
kelamin, umur, aktivitas, dan berat badan.
Komposisi Makanan
Persentase asupan karbohidrat yang dianjurkan untuk pasien DMT2 adalah
sebesar 45-65% dari kebutuhan kalori total. Persentase asupan lemak yang
dianjurkan adalah sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori total.
Diet Mediterania
Diet Mediterania adalah diet dengan pola makan nabati yang diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1960. Secara umum, diet nabati ini adalah diet dengan
komposisi utama buah-buahan, sayuran, kacang kacangan, biji-bijian, sereal, dan
gandum; minyak zaitun sebagai sumber utama lemak; produk susu, ikan dan
unggas; dan daging merah dan
anggur yang sedikit terutama saat makan.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Pengelolaan DMT2 dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama
beberapa waktu. Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan
insulin.
Golongan Sulfonilurea
Sulfonilurea telah digunakan untuk pengobatan DMT2 sejak tahun 1950-an. Obat
ini digunakan sebagai terapi farmakologis pada awal pengobatan diabetes dimulai,
terutama bila konsentrasi glukosa darah tinggi. Obat yang tersedia meliputi
sulfonilurea generasi pertama (asetoheksimid, klorpropramid, tolbutamid,
tolazamid), generasi kedua (glipizid, glikazid, glibenklamid, glikuidon,
gliklopiramid), dan generasi ketiga (glimepiride).
Meglitinid
Meglitinid memiliki mekanisme kerja yang sama dengan sulfonilurea. Karena
lama kerjanya pendek maka glinid digunakan sebagai obat setelah makan
(prandial). Karena strukturnya tanpa sulfur maka dapat digunakan pada pasien
yang alergi sulfur.
Penghambat Alfa Glukosidase

22
Acarbose hampir tidak diabsorbsi dan bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Acarbose mengalami metabolisme pada saluran pencernaan oleh flora
mikrobiologis, hidrolisis intestinal, dan aktifitas enzim pencernaan. Inhibisi kerja
enzim ini secara efektif dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa setelah
makan pada pasien DMT2.
Biguanid
Dikenal 3 jenis golongan biguanid, yaitu fenformin, buformin dan metformin.
Fenformin telah ditarik dari peredaran karena sering menyebabkan asidosis laktat.
Metformin merupakan obat antihiperglikemik yang banyak digunakan saat ini.
Metformin tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak
menyebabkan hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar
dan meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan otot dan adiposa.
Golongan Tiazolidinedion
Tiazolidinedion menurunkan produksi glukosa di hepar dan menurunkan kadar
asam lemak bebas di plasma. Tiazolidinedion dapat menurunkan kadar HbA1c (1-
1.5 %), meningkatkan HDL, efeknya pada trigliserida dan LDL bervariasi.
DPP4- inhibitor
Incretin merupakan jenis peptida yang disekresikan oleh usus halus sebagai
respon terhadap makanan pada usus. Ada dua jenis peptida yang tergolong
incretin yang berpengaruh terhadap metabolisme glukosa yakni GLP-1 (Glucagon
Like Peptide-1) dan GIP (Glucose dependent Insulinotropic Peptide). Diantara
keduanya, GLP-1 lebih penting dalam metabolisme glukosa.
2.2.4 Teknik Peningkatan Uji Coba
A. Pemprosesan
Air untuk injeksi
Air untuk injeksi biasanya dibuat dengan distilasi dalam suatu wadah yang
didesain khusus untuk menghasilkan air berkualitas tinggi yang dibutuhkan
Penyimpanan dan distribusi
Penyimpanan dan distribusi air untuk injeksi sama penting dengan
produksi akan halnya pertukaran melalui suatu penyaring yang menghasilkan
mikroorganisme debu dan uap dari udara pada waktu tangki diisi dan dikosongkan
dikehendaki suatu sistem tertutup, Biasanya air untuk injeksi tidak boleh disimpan

23
lebih dari 24 jam pada temperatur kamar sebelum air tersebut digunakan tetapi
jika dijaga pada 80 derajat Celsius penambahan kontinu air segar untuk injeksi
dapat dihasilkan untuk digunakan dalam praktek umumnya.
Pembersihan alat dan wadah
Alat dan wadah yang akan digunakan dalam pemrosesan suatu produk
steril harus benar-benar bersih wadah dan peralatan baru yang belum digunakan
pada dasarnya digemari oleh debu serat dan lapisan tipis cheat kimia yang
biasanya relatif mudah untuk dihilangkan seringkali hanya dengan pencucian.
Pencucian wadah baru
Dalam mencuci wadah gelas baru perlakuan dengan deterjen biasanya di
eliminasi kan sehingga akibat dari sisa deterjen juga hilang tanpa perlakuan
dengan deterjen siklus merupakan suatu proses pencucian yang penting untuk
menyelenggarakan serpihan dengan mencuci perlakuan berganti-ganti dengan
panas sebaiknya uap bersih dan dingin harus digunakan pencucian air harus
dikerjakan dengan menyaring air untuk injeksi.
Pengendaalian mutu
Tiga daerah utama pengendalian mutu adalah stok yang datang,
pembuatan atau pemrosesan, dan produk akhir. Selain uji kimia dan biologi yang
biasa, suatu produk steril harus mengalami uji kebocoran (bila dapat diterapkan),
uji kejernihan, uji pirogen dan uji sterilisasi.
Pengemasan
Kemasan merupakan bagian yang sangat penting dari produk ,karena
kemasan mewakili produk ke pemakai. kemasan harus sangat bagus, rapi, dan
menarik dalam penampilan karena kemasan tersebut membawa kesan tentang
kualitas, kemurnian, dapat dipercaya nya suatu produk ke hadapan pemakai.
Selanjutnya kemasan harus melindungi produk terhadap kerusakan fisik selama
pengangkutan, pengelolaan dan penyimpanan, serta harus melindungi zat-zat yang
peka terhadap cahaya dari radiasi ultraviolet.
1.1 pengetahuan tentang bahan pengemasan
A. Wadah gelas

24
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam formasi, karena
memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis dan wadah tersedia dalam
berbagai ukuran dan bentuk.
B. Wadah plastik
Wadah plastik terdiri dari satu atau lebih polimer bersama dengan bahan-
bahan penambahan tertentu. Wadah yang dibuat untuk tujuan farmasi harus bebas
dari bahan yang dapat di ekstraksi dalam jumlah yang cukup berarti oleh produk
yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian dapat dicegah bahaya keracunan
atau ketidak kestabilan sejarah fisik dan kimiawi. Untuk wadah plastik pada
umumnya zat penambah dapat terdiri dari antioksidan, zat antistatik, warna,
pengubah-pengubah sifat benturan, pelincir, plastisator dan stabilisator

25
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Teh merupakan salah satu produk minuman fungsional dari tanaman herbal
yang dapat membantu mengobati suatu penyakit dan sebagai minuman penyegar
tubuh . Tanaman yang dapat digunakan sebagai pengganti teh adalah tanaman
yang memiliki daun yang berwarna hijau dan daunnya memiliki kandungan tannin
dan flavonoid yang tinggi. Salah satunya adalah tanaman mangga. Daun mangga
belum banyak dimanfaatkan dalam pembuatan teh maupun produk lainnya. Daun
mangga mengandung senyawa yang bermanfaat seperti antimikrobia, antioksidan
dan anthocyanidin. Senyawa dalam daun mangga ini bermanfaat mengobati asam
urat, diabetes angiophty, darah tinggi dan mencegah kanker.

26
DAFTAR PUSTAKA
Akolo, I., R., Dan Aziz, R., (2018), Optimalisasi Mutu Produk Teh Daun Mangga
Dengan Metode Taguchi, Jurnal Riset Dan Aplikasi Matematika, 2 (2) :
65-75.
Anggraeni, E. A., Dkk., (2018), Jenis-Jenis Tumbuhan Berpotensi Obat Di Desa
Bambapuang Kabupaten Enrekang, Jurnal Ilmu Alam Dan Lingkungan, 9
(17): 1-7.
Anngraini, Tuty. 2017. Proses Dan Manfaat Teh. Padang: Cv.Rumahkayu
Pustaka Utama.
Asikin, G. A., Dkk., (2016), Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Mangga Bacang (Mangifera Indica L.) Terhadap Propionibacterium
Acnes Secara In Vitro, Jurnal Cerebellum, 2 (2) : 434-449,
Ayuningtyas, Alinta. 2020. Penggunaan Madu Dan Mangga (Mangifera Indica)
Pada Penyembuhan Luka. Jurnal STIKES. 2(1):111-115.
Aziz,Rosdiani Dan Akolo, Ingka Rizkyani. 2019. Kandungan Antioksidan Dan
Kadar Air Pada Teh Daun Mangga Quini ( Mangifera Indica). Journal
Of Agritech Science. 3(1): 1-9.
Cornelia, M. Dan Sutisna, J., (2019), Pemanfaatan Daun Mangga Arum Manis
(Mangifera Indica L.) Sebagai Minuman Teh Celup, Jurnal Sains Dan
Teknologi, 3 (1) : 71-81.
Decrolie, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang : Pusat Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam.
Emelda,Andi., Dkk. 2015. Uji Efek Hipoglemik Infus Daun Mangga Varietas
Golek Terhadap Mencit (Mus Musculus) Diabetik Yang Telah Diinduksi
Alkosan. Jurnal Sains Dan Kesehatan. 1(3):111-113.
Hakim, Luchman. 2015. Rempah Dan Herba Kebun-Pekarangan Rumah
Masyarakat: Keragaman, Sumber Fitofarmaka Dan Wisata Kesehatan
Kebugaran. Yogyakarta: Diandra Creative.
Lachman, L, Dkk., (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Indusri. Jakarta : UI-
Press.
Luqyana, L. Dan Husni P., (2019), Aktivitas Farmakologi Tanaman Mangga
(Mangifera Indica L.): Rivew, Farmaka, 17 (2) : 187-194.
Miftaquljanah, N, (2017). Efek Analgesik Daun Mangga (Mangifera Indica L.)
Pada Mencit Yang Diinduksi Asam Asetat, Skirpsi Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1 (1): 5-14.
Mukty, Ma’rifat Istiqa ., Dkk. 2018. Pengaruh Pemberian Seduhan Teh Hijau
(Camellia Sinensis) Terhadap Aktivitas Superoksida Dismutase (SOD).
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 7(2) : 158-164.
Mulangsi, D., A., Dkk., (2019), Standarisasi Ekstrak Terpurifikasi Daun Mangga
Arumanis (Mangifera Indica L.), Jurnal Teknik Kimia, 4 (2) : 40-43.
Ningsih D., R., Dkk., (2017), Ekstrak Daun Mangga (Mangifera Indica L.)
Sebagai Antijamur Terhadap Jamur Candica Albicans Dan Identifikasi
Golongan Senyawanya, Jurnal Kimia Riset, 2 (1): 61-68.
Ningsih, Dian Riana., Dkk. 2019. Hand Sanitizer Ekstrak Metanol Daun Mangga
Arumanis (Mangifera Indica L.). ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia.
15(1) 10-23.
Pamungkas, D. K., Dkk., (2017), Pengujian Aktivitas Antioksidan Kombinasi
Ekstrak Metanol Daun Mangga Gadung (Mangifera Indica L. Var.

27
Gadung) Dan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus
Amaryllifolius Roxb.), E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 5 (1): 46-49.
Permata, Elin Indah., Dkk. 2020. Efek Mangiferin Dalam Mengatasi Masalah
Kesehatan. Jurnal Penelitian Perawat Profesional . 2(1):31-38.
Permatasari, Sarah., Dkk. 2018. Pucuk Daun Mangga (Mangifera Indica L.)
Kultivar Cengkir Sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah. Jurnal Biologi
Dan Pembelajaran Biologi. 3(2).102-112.
Rahmah,Nur Lailatul., Dkk.2017. Pemanfaatan Daun Mangga Arum Manis
(Mangifera Indica Linn) Sebagai Pewarna Alami Tekstil. Jurnal
Teknologi Pertanian. 18(2):75-82.
Rahmiyani, Ira Dan Nurdianti, Lusi. 2016. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Mangga Mangifera Indica L. VAR. Gedong Menggunakan Metode
DPPH. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 16 (1):17:23.
Risa, Arista Mutiara., Dkk. 2018. Daun Mangga (Mangifera Indica L): Potensi
Baru Penyembuh Luka Sayat. Jurnal Biologi Dan Pendidikan Biologi.
11(2) :96-106.
Tjay T. H., Dkk., (1964), Obat-Obat Penting Dan Chasiatnja. Djkarta : Kinta
Djakarta.
Yosri, Dkk., (2019), Sensitivitas Larutan Daun Mangga Apel (Mangifera Indica)
Terhadap Bakteri Edwardsiella Tarda, Jurnal Fakultas Perikanan Dan
Kelautan Universitas Riau, 1 (1) : 2-13.

28

Anda mungkin juga menyukai