Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG DIABETES MELITUS

Oleh :
RISHA RISNA DEWI
NIM : PO.62.20.1.17.344

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV
TAHUN 2020
PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG DIABETES MELITUS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan
Diabetes Melitus pada program studi Sarjana Terapan Keperawatan kelas reguler semester VI tahun
akademik 2019/2020

Oleh :
RISHA RISNA DEWI
NIM : PO.62.20.1.17.344

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Pendidikan Kesehatan


Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Diabetes Melitus

disahkan di Palangka Raya tanggal 13 Maret 2020

Pembimbing,

Ns.Aida Kusnaningsih, M.Kep., Sp.Kep Mat.


NIP. 19790406 200112 2 003
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Pendidikan Kesehatan Pemeriksaan
Laboratorium dan Penunjang Diabetes Melitus ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ns. Reny Sulistyowati, S.Kep.,M.Kep. selaku Ketua Jurusan Keperawatan dan pengajar
Mata Kuliah Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan Diabetes Melitus (DM).
2. Ibu Ester Inung Sylvia, M.Kep., Sp.MB. Selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Reguler IV dan pengajar sekaligus koordinator Mata Kuliah Pendidikan Kesehatan Dalam
Keperawatan Diabetes Melitus (DM).
3. Ibu Ns. Aida Kusnaningsih, M.Kep., Sp.Kep Mat. Selaku pengajar Pendidikan Kesehatan
Dalam Keperawatan Diabetes Melitus (DM) dan pembimbing penulisan proposal.
4. Bapak Ns. Alfeus Manuntung, S,Kep.,M.Kep. selaku pengajar Mata Kuliah Pendidikan
Kesehatan Dalam Keperawatan Diabetes Melitus (DM).

Akhir kata saya berharap semoga Proposal Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
Diabetes Melitus ini dapat memberikan manfaat dan wawasan terhadap para pembaca.

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman sampul depan

Halaman sampul dalam ...................................................................................................................i

Lembar pengesahan ........................................................................................................................ii

Kata pengantar ................................................................................................................................iii

Daftar isi............................................................................................................................................iv

Daftar Lampiran

Lampiran : Materi Pendidikan Kesehatan

Lampiran

a. Poster

DESKRIPSI KEGIATAN
A. Nama Kegiatan...........................................................................................................................1
B. Tema kegiatan............................................................................................................................1
C.Sasaran kegiatan.......................................................................................................................1
D.Tujuan........................................................................................................................................1
E. Pembicara..................................................................................................................................1
F. Literatur......................................................................................................................................1
G.Langkah-langkah kegiatan.........................................................................................................1
DESKRIPSI KEGIATAN EDUKASI KESEHATAN

A. Nama Kegiatan
Pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan laboratorium dan penunjang Diabetes Melitus.
B. Tema Kegiatan
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang Diabetes Melitus.
C. Sasaran Kegiatan
Peserta yang akan mengikuti kegiatan ini yaitu pada pasien Diabetes Melitus beserta
keluarganya.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti Pendidikan Kesehatan ini peserta mampu memahami Pemeriksaan
Laboratorium dan Penunjang Diabetes Melitus.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti Pendidikan Kesehatan selama 60 menit peserta mampu :
a. Peserta mampu menyebutkan jenis-jenis pemeriksaan laboratorium dan penunjang
Diabetes Melitus dengan baik dan benar.
E. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa, 17 Maret 2020
Jam : 08.00-09.00 WIB
Tempat Kegiatan : Kampus A Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

: Audiens : Penyaji

: Media
F. Edukator
Risha Risna Dewi
G. Topik-topik materi
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium dan penunjang Diabetes Melitus
H. Sumber belajar
1. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of Diabetes
Melitus.Diabetes Care 2015
2. Departemen Kesehatan RI.2014.Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit
Diabetes Melitus.Jakarta.
3. Gandasoebrata,Rio..2015.Penuntun Laboratorium Klinis.Jakarta .Dian Rakyat.
4. Hardjoeno,2016.Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik .Jakarta.Lephas.
5. Gustaviani.2016.Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus .Jakarta. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
6. Muhammad,Soetarmo.2016.Pemeriksaan Laboratorium Tes HbA1C Di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang.Jurnal Pemeriksaan Laboratorium DM (halaman 3-5).Manado:
Medical Journal of Healthy Manado.
7. Ronald,Sacher.2016.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan LaboratoriumJakarta.EGC.
8. Syauky,Ahmad.2015.Buku Panduan Pemeriksaan Laboratorium Diabetes .Bandung.PT
Gramedia Pustaka Utama.
I. Langkah-Langkah Kegiatan

No. TAHAP KEGIATAN BELAJAR METODE MEDIA SUMBER ALOKASI


BELAJAR WAKTU
1. Pendahuluan Pembukaan Ceramah, Poster Buku dan 5 menit
- Mengucapkan tanya jawab Jurnal
salam
- Memperkenal diri
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Kontrak waktu
2. Penyajian Penyajian Ceramah, Poster Buku dan 45 menit
- Menjelaskan tanya jawab Jurnal
pengertian
Diabetes Melitus
- Menjelaskan jenis-
jenis pemeriksaan
laboratorium dan
penunjang Diabetes
Melitus
- Menjelaskan
prosedur dari
pemeriksaan
laboratorium dan
penunjang Diabetes
Melitus.
Evaluasi
- Memberi
kesempatan pada
peserta untuk
memberikan
pertanyaan.
- Menanyakan
kembali apa saja
pemeriksaan
laboratorium dan
penunjang Diabetes
Melitus.
3. Penutup Penutup Ceramah, Poster Buku dan 10 menit
- Menyimpulkan dari tanya jawab Jurnal
materi yang
dibahas.
- Mengucapkan
salam.

J. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Kegiatan pendidikan kesehatan berjalan dengan baik.
b. Peserta antusias terhadap materi yang akan disampaikan.
c. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan saat penyuluhan berlangsung.
d. Peserta mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan.
e. Edukator menjelaskan materi dengan jelas dan dengan suasana yang kondusif.
2. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menyebutkan jenis-jenis pemeriksaan laboratorium dan penunjang
Diabetes Melitus dengan baik dan benar.

Pertanyaan :

1. Apa itu Diabetes melitus ?


Jawab : Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular.
Diabetes Melitus terjadi ketika peningkatan kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia), dimana tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hormon insulin atau
menggunakan insulin secara efektif (International Diabetes Federation,2017).
2. Berapa nilai normal Gula darah sewaktu (GDS) ?
Jawab : Berdasarkan konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia tahun 2015, berikut adalah acuan pemeriksaan GDS yang digunakan
untuk diagnosis tes diabetes melitus:

1) Bukan diabetes : di bawah <1400 mg/dL


2) Pre diabetes mellitus : 100-199 mg/dL
3) Diabetes melitus : sama dengan atau di atas 200 mg/dL

Edukator,

(Risha Risna Dewi)


MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG DIABTES MELITUS

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular. Diabetes Melitus
terjadi ketika peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia), dimana tubuh tidak dapat
menghasilkan cukup hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif (International Diabetes
Federation,2017) . Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa Diabetes
Mellitus merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia setelah Stroke dan penyakit
Jantung Koroner (Kemenkes RI, 2016). Diabetes Melitus apabila tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan timbulnya komplikasi ( World Health Organization, 2015) Komplikasi Diabetes Melitus
seperti retinophaty,neprophaty,peripheral neurophat, penyakit jantung koroner,penyakit pembuluh
darah perifer,amputasi,dan gangguan pskologis (Abdelgadir et al., 2016).

Pemeriksaan glukosa darah umumnya dilakukan bagi pengidap Diabetes Melitus (DM) untuk
menegakkan diagnosis serta memonitor terapi dan timbulnya komplikasi.

Hasil pemeriksaan glukosa darah dapat dipengaruhi oleh faktor terkait pasien dan faktor yang
terkait dengan laboratorium. Faktor terkait pasien antara lain umur,jenis kelamin, ras,genetik,tinggi
badan badan, kondisi klinik,status nutrisi,dan penggunaan obat. Faktor terkait laboratorium antara lain
cara pengambilan spesimen, penanganan pasien,waktu pengambilan,metode analisis, kualitas
spesimen,jenis alat dan teknik pengukuran (Kemenkes ,2014).

Terdapat pemeriksaan laboratorium dan penunjang Diabetes mellitus yaitu Tes HbA1C yaitu
pengukuran gula darah jangka panjang, tes gula darah puasa , tes gula darah sewaktu. Untuk
mendiagnosis atau melakukan pemeriksaan laboratorium dan penunjang DM yaitu bisa di Puskesmas,
laboratorium, klinik atau Rumah sakit.
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular.
Diabetes Melitus terjadi ketika peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia), dimana
tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif
(International Diabetes Federation,2017).

2. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Diabetes Melitius


Pemeriksaan laboratorium dan penunjang Diabetes Melitus adalah urine antara lain
yaitu glukosa,albumin,benda keton. Darah antara lain yaitu kadar gula darah, tes toleransi
glukosa darah, kadar HbA1C, kadar fruktosamine

Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Diabetes Melitus untuk diagnosis dan


pemantauan pengobatan Diabetes Melitus adalah kadar glukosa darah,HbA1C( Hemoglobin
glikat ) dan yang terbaru albumin glikat. Untuk pemeriksaan penyaring (screening) terhadap
Diabetes Melitus dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa, gula darah 2 jam
postprandial (setelah makan), gula darah sewaktu, dan kadar HbA1C.

Jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium


Diabetes Melitus adalah urin dan darah. Meskipun dengan menggunakan urine dapat
dilakukan, namun hasil yang didapat kurang efektif. Darah vena adalah specimen pilihan yang
tepat dianjurkan untuk pemeriksaan gula darah. Apabila sampel yang digunakan adalah darah
vena maka yang diperiksa adalah plasma atau serum, sedangkan bila yang digunakan adalah
darah kapiler maka yang diperika adalah darah utuh. Pada pengambilan darah kapiler, insisi
yang dilakukan tidak boleh lebih dari 2,5 mm karena dapat mengenai tulang . Pada
pengambilan darah kapiler juga tidak boleh memeras jari dan tetesan pertama sebaiknya
dibuang.
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu
penyakit.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu,


kadar glukosa darah puasa, kemudian diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral standar.
Untuk kelompok resiko tinggi DM, seperti usia dewasa tua, tekanan darah tinggi, obesitas, dan
adanya riwayat keluarga, dan menghasilkan hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan
penyaring setiap tahun. Bagi beberapa pasien yang berusia tua tanpa faktor resiko,
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun (American Diabetes Association 2015).

Nilai Normal Glukosa Darah (Kemenkes RI 2014)


Dewasa 70-110mg/dl
Darah lengkap 60-100 mg/dl
Bayi baru lahir 30-80 mg/dl
Anak 60-100 mg/dl
Sebelum makan 70-130 mg/dl
GD2PP <140 mg/dl
GDP (gula darah puasa) <100 mg/dl
GDS (gula darah sewaktu) <200 mg/dl
Menjelang tidur 100-140 mg/dl

Tabel interpretasi kadar glukosa darah mg/dl (Gustavani, 2016)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma vena <110 110 – 199 >200

Darah kapiler <90 90 – 199 >200

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena <110 110 – 125 >126

Darah kapiler <90 90 – 109 >110

Jenis-jenis pemeriksaan laboraratorium untuk Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:


a. Tes Toleransi Glukosa Oral/TTGO
Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang berfungsi untuk mengukur kemampuan zat
gula (glukosa) yang berfungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh.
Tes toleransi glukosa oral juga berfungsi berfungsi untuk mendiagnosis prediabetes dan
diabetes, terutama diabetes pada masa kehamilan (gestasional diabetes).
Umumnya dokter akan menyarankan wanita hamil untuk melakukan tes ini untuk
mendiagnosis gestasional diabetes. Tes biasanya dilakukan saat minggu ke 24 sampai 28
kehamilan ( Hardjoeno, 2015)
1) Prosedur Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Menurut Hardjoeno (2015) yaitu :
a) Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien harus mengkonsumsi 150 gram karbohidrat
b) Kegiatan jasmani cukup
c) Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium harus dihentikan hingga tes
dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi hasil laboratorium adalah
insulin,kortikosteroid, kontrasepsi oral, diuretik. Selain itu juga pasien tidak boleh
minum alkohol.
d) Pasien puasa selama 10 – 12 jam
e) Pagi hari setelah puasa, pasien diambil darah vena 3-5ml untuk uji glukosa darah
puasa. Pasien juga mengosongkan kandung kemihnya dan dan mengumpulkan
sampel urinenya.
f) Pasien diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan segelas air 250ml. .
g) Periksa kadar glukosa darah saat ½, 1, dan 2 jam setelah diberi glukosa.
h) Saat pemeriksaan TTGO, pasien harus istirahat, tidak boleh merokok,tidak boleh
minum kopi teh dan melakukan aktivitas fisik yang berat.
a. Nilai Normal Tes Toleransi Glukosa Oral (Hardjoeno, 2015)
Tingkat glukosa normal non-diabetes dengan tes 75gram
1) Puasa : 3.3- mmol / L (60-110 mg/dl)
2) 1 jam : <11.1 mmol / L (200 mg/dl)
3) 2 jam : < 7.8 mmol / L (140 mg/dl)
4) 3 jam : < 140mg/dl
Antara 7.8 dan 11.1 mmol/ L (140-200 mg/dl) dianggap gangguan toleransi glukosa atau pra-
diabetes dan beresiko terkena diabetes.
Lebih besar atau sama dengan dari 11.1 mmol/L (200mg/dl) positif untuk diagnosis diabetes
melitus.
Pada 100 gram yang digunakan untuk skrining dabetes gestasional adalah :
1) Puasa : < 5.2 mmol/L (95 mg/dl)
2) 1 jam : < 10 mmol / L (180mg/dl)
3) 2 jam : < 8,6 mmol / L (155 mg/dl)
4) 3 jam : < 7.8 mmol / L (140mg/dl)

b. Tes Benedict
Tes ini lebih bermakna ke arah kinerja dan kondisi ginjal, karena pada keadaan
Diabetes Melitus kadar glukosa darah sangat tinggi, sehingga dapat merusak kapiler dan
glomerulus ginjal, sehingga pada akhirnya, ginjal mengalami kebocoran dan dapat berakibat
terjadinya Renal Failure, atau Gagal Ginjal. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa adanya
penanganan yang benar untuk mengurangi kandungan glukosa darah yang tinggi, maka akan
terjadi berbagai komplikasi sistemik yang pada akhirnya menyebabkan kematian karena Gagal
Ginjal Kronik. Pada tes ini, digunakan reagen benedict, dan urin sebagai spesimen
(Gandosoebrata R,2014).
a. Prosedur Tes Benedict Menurut Gandosoebrata R (2014) :
a) Masukkan 1 – 2 ml urin spesimen ke dalam tabung reaksi
b) Masukkan 1 ml reagen Benedict ke dalam urin tersebut, lalu dikocok
c) Panaskan selama kurang lebih 2-3 menit
d) Perhatikan jika adanya perubahan warna

b. Hasil dari Benedic Test (Gandosoebrata R,2014)

Interpretasi (mulai dari tabung paling kanan) :

0 = Berwarna Biru. Negatif. Tidak ada Glukosa.. Bukan DM

+1 = Berwarna Hijau . Ada sedikit Glukosa. Belum pasti DM, atau DM stadium dini/awal

+2 = Berwarna Orange. Ada Glukosa. Jika pemeriksaan kadar glukosa darah


mendukung/sinergis, maka termasuk DM

+3 = Berwarna Orange tua. Ada Glukosa. Positif DM

+4 = Berwarna Merah pekat. Banyak Glukosa. DM kronik

c. Rothera test
Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai, Rothera
agents, dan amonium hidroxida pekat. Test ini untuk berguna untuk mendeteksi adanya aceton
dan asam asetat dalam urin, yang mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis
akibat DM kronik yang tidak ditangani. Zat – zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid
secara masif oleh tubuh karena glukosa tidak dapat digunakan sebagai sumber energi dalam
keadaan Diabetes Melitus, sehingga tubuh melakukan mekanisme glukoneogenesis untuk
menghasilkan energi. Zat awal dari aceton dan asam asetat tersebut adalah Trigliseric
Acid/TGA, yang merupakan hasil pemecahan dari lemak (Sacher Ronald 2013).

a. Prosedur Rothera test (Sacher Ronald 2013)


1) Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi
2) Masukkan 1 gram reagens Rothera dan kocok hingga larut
3) Pegang tabung dalam keadaan miring, lalu 1 - 2 mlmasukkan amonium hidroxida secara
perlahan – lahan melalui dinding tabung
4) Taruh tabung dalam keadaan tegak
5) Baca hasil dalam setelah 3 menit
6) Adanya warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua lapisan cairan menandakan
adanya zat – zat keton.

d. Kadar HbA1C

Tes HbA1c adalah pemeriksaan untuk mengukur kadar HbA1c (hemoglobin A1c) atau
hemoglobin terglikosilasi. Hemoglobin merupakan protein mengandung zat besi dalam sel
darah merah yang bertugas mengangkut oksigen. Di dalam tubuh, glukosa akan saling
mengikat dengan hemoglobin yang berada di dalam sel darah merah. Jadi, HbA1c adalah
hemoglobin yang berikatan dengan glukosa atau hemo.

Pemeriksaan hemoglobin A1c dilakukan untuk memantau kontrol jangka seseorang


dengan penyakit diabetes melitus. Pasalnya, sel darah merah di dalam tubuh yang sudah
berikatan dengan glukosa dapat bertahan selama 2 sampai 3 bulan, ada pula yang
berpendapat hingga 120 hari.  Oleh karena itu, tingkat tingkat hemoglobin yang terglikosilasi
dapat menunjukkan tingkat glukosa darah seseorang sekitar 3 bulan.  Pasien diabetes baru
biasanya akan menjalani pemeriksaan hemoglobin terglikolisasi pertama kali sebagai patokan
awal. Kemudian pemeriksaan HbA1c akan diulang dalam waktu tiga bulan.
Tujuan dari pemeriksaan HbA1c yang dilakukan secara rutin adalah mencegah
terjadinya komplikasi diabetes yang memengaruhi mata, saraf, ginjal, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Bila hasil pemeriksaan HbA1c menunjukkan tingkat normal, pasien
memiliki peluang besar terhindari dari komplikasi diabetes. Sementara, bila hasil Hb1Ac lebih
tinggi dari batas normal, itu artinya adalah diabetes perlu mengubah perawatan dan
pengobatan yang ia jalani. Setiap orang yang memiliki diabetes wajib melakukan pemeriksaan
hemoglobin terglikolisasi. Waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan HbA1c adalah 3 bulan
sekali atau paling tidak setahun sekali (Ahmad Syauki 2014).

Dilakukannya pemeriksaan HbA1C ketika pasien merasakan tanda dan gejala seperti:

a. Sangat mudah haus padahal sudah minum


b. Sering buang air kecil, bahkan hingga mengganggu tidur
c. Mudah lelah dan penglihatan mulai kabur

1) Prosedur Pemeriksaan HbA1c (Ahmad Syauki 2014)


a) Untuk mengukur tingkat hemoglobin terglikosilasi, sampel darah akan diambil dari
pembuluh vena di lengan Anda dengan jarum kecil.
b) Setelah jarum dimasukkan, sejumlah kecil darah akan dikumpulkan ke dalam tabung
atau botol reaksi. Anda akan mungkin akan merasakan nyeri pada area kulit saat
proses penyuntikan. Proses pengambilan darah biasanya memakan waktu tidak lebih
dari 10 menit.
c) Setelah itu dilakukan pemeriksaan HbA1C

2) Nilai normal HbA1C menurut American Diabetes Association (2014) yaitu:


a) HbA1c normal: < 6,0%
b) HbA1c prediabetes: 6,0 – 6,4%
c) HbA1c diabetes: ≥ 6,5%

e. Gula darah sewaktu (GDS)


Pemeriksaan GDS atau gula darah sewaktu adalah tes gula darah yang dilakukan
pada saat itu juga. Tes glukosa darah sewaktu dilakukan dengan cara mengambil sampel
darah pasien tanpa melakukan puasa terlebih dahulu untuk dapat mengetahui kadar gula
darah pada saat itu menurut American Diabetes Association (2014).
a. Prosedur Tes Gula Darah Sewaktu menurut American Diabetes Association (2014).

1) Pasien datang ke laboratorium atau klinik dan akan langsung diambil sampel
darahnya. Sampel darah dapat diambil melalui vena pada lengan atau pembuluh darah
kapiler pada ujung jari, setelah diambil sampel darah lalu dicek menggunakan alat
mengukur gula darah. Rasa tidak nyaman mungkin akan muncul selama petugas
kesehatan atau dokter menusukkan jarum untuk mengambil sampel darah.
Pemeriksaan gula darah sewaktu dapat dilakukan secara berulang untuk memonitor
kondisi pasien atau melihat efektivitas obat yang diberikan.
2) Nilai Normal Gula Darah Sewaktu

Berdasarkan konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia tahun 2015, berikut adalah acuan pemeriksaan GDS yang digunakan
untuk diagnosis tes diabetes melitus:

1) Bukan diabetes : di bawah <1400 mg/dL


2) Pre diabetes mellitus : 100-199 mg/dL
3) Diabetes melitus : sama dengan atau di atas 200 mg/dL

Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu untuk diagnosis diabetes adalah sama dengan
atau di atas 200 mg/dL dengan keluhan klasik. Keluhan klasik diabetes meliputi poliuria (sering
buang air kecil), polidipsia (sering haus), polifagia (nafsu makan berlebihan), serta penurunan
berat badan yang tidak diketahui dengan jelas penyebabnya.

3) Gula Darah Sewaktu Tidak Normal

Jika melihat pada acuan di atas gula darah sewaktu normal adalah di angka
kurang dari 100 mg/dL. Hasil tes gula darah sewaktu dapat menghasilkan angka di luar
angka tersebut dan menunjukkan gula darah tidak normal. Kondisi ini meliputi gula
darah terlalu tinggi dan terlalu rendah.

4) Gula darah sewaktu tinggi

Gula darah sewaktu tinggi adalah kadar glukosa sewaktu melebihi 200 mg/dL.
Kadar gula darah tersebut dapat mengindikasikan seseorang terkena diabetes melitus,
terutama jika dibarengi dengan gejala diabetes lainnya.
Kadar gula darah sewaktu antara 140-199 berarti penderita beresiko tinggi
terkena diabetes mellitus atau prediabetes mellitus. Untuk mengkonfirmasi diagnosis,
pasien prediabetes akan diminta untuk melakukan pemeriksaan TTGO atau toleransi
glukosa oral untuk menentukan apakah pasien tersebut menderita DM atau tidak.

5) Gula darah sewaktu rendah

Kadar gula darah rendah dapat mengindikasikan hipoglikemia. Kondisi ini


adalah apabila kadar gula darah di bawah 70 mg/dL.

f. Gula Darah Puasa (GDP)

Tes gula darah ini dilakukan setelah Anda berpuasa selama 8 jam .Biasanya Anda
disarankan untuk melakukan puasa pada malam hari dan pagi harinya Anda melakukan ntes
GDP ini.Tes GDP sering digunakan sebagai tes pertama untuk mengetahui apakah Anda
menderita prediabetes atau diabetes (Darwis 2013).

a. Kapan saya harus menjalani gula darah puasa (glukosa darah puasa) ?

Dokter akan menyarankan Anda melakukan tes ini jika Anda mengalami gejala-gejala
diabetes. Dokter mungkin juga akan menyarankan pasien yang menderita diabetes untuk
melakukan tes ini.  Tes ini juga akan dilakukan jika Anda:

1) Sering buang air kecil dari biasanya


2) Penglihatan kabur
3) Bingung dan bicara melantur
4) Pingsan
5) Kejang-kejang (untuk pertama kali)

b. Prosedur Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (Darwis 2013)

1) Tes glukosa darah puasa dilakukan paling tidak setelah Anda berpuasa selama 8 jam.
2) Tes dimulai dengan pengambilan sampel darah yang diambil dari vena di lengan atau
dengan tusukan pada ujung jari.
3) Sebelum sampel darah diambil, petugas kesehatan akan membersihkan bagian kulit yang
akan diambil sampel darahnya untuk mencegah infeksi. Jika darah diambil dari lengan, akan
dipasang turniquet di lengan bagian atas, agar pembuluh darah lebih terlihat. Rasa sakit
atau sedikit tidak nyaman mungkin akan Anda rasakan ketika jarum disuntikkan untuk
mengambil sampel darah. Usahakan untuk tenang dan rileks untuk mengurangi rasa sakit
pada lengan atau jari Anda.
4) Setelah jarum dilepaskan, petugas kesehatan akan menempelkan perban di bekas lokasi
tusukan. Setelah itu darah akan dibawa ke laboratorium untuk dicek.

c. Nilai normal gula darah puasa (GDP)

1) Nilai normal glukosa puasa : 3,9 hingga 5,4 mmol/L atau 70 hingga 99 mg/dL
2) Prediabetes : 5,5 hingga 6,9 mmol/L atau 100 hingga 125 mg/dL
3) Diagnosis diabetes : 7,0 mmol/L atau 126 mg/dL atau lebih tinggi

g. Gula Darah 2 Post Prandial (GD2PP)


Tes gula darah ini dilakukan 2 jam setelah makan . Tes ini berguna untuk mengetahui
apakah seseorang dengan diabetes sudah tepat pada pola makannya . Tes toleransi glukosa
dilakukan untuk mendeteksi diabetes atau tidak. Glukosa 2 jam postprandial atau glukosa 2 jam PP
adalah tes glukosa yang dilakukan setelah tes glukosa darah puasa (Ahmad Syauki 2015).

Sebelum melakukan tes glukosa darah puasa, seseorang diharuskan untuk berpuasa
selama 8 hingga 12 jam. Setelah tes gula darah puasa dilakukan, Anda akan diberikan
minuman dengan kandungan glukosa sirup  dengan kandungan 75 gram gula. Tes glukosa 2
jam PP akan dilakukan 2 jam setelah konsumsi minuman tersebut. Gula darah akan meningkat
setelah konsumsi makanan atau minuman tertentu. Gula darah tertinggi mungkin akan
ditemukan pada saat satu jam setelah makan. Namun gula darah seharusnya sudah kembali
normal pada saat dua jam setelah makan. Maka dari itu, tes kembali dilakukan dua jam setelah
makan sehingga disebut dengan tes glukosa 2 jam PP.  Jika ditemukan gula darah tidak
kembali normal, maka terdapat kemungkinan Anda terkena diabetes.

a. Prosedur Pemeriksaan Glukosa 2 Jam PP (Ahmad Syauki 2015)

1) Anda akan diminta untuk berpuasa selama paling tidak 8 jam. Jika tes dilakukan di pagi hari,
maka pasien diharuskan berpuasa sejak tengah malam. Pertama akan diambil sampel darah
untuk pemeriksaan glukosa darah puasa.
2) Sampel darah akan diambil dari vena di lengan atau dengan tusukan pada ujung jari.
Sebelum sampel darah diambil, petugas kesehatan akan membersihkan bagian kulit yang
akan diambil sampel darahnya untuk mencegah infeksi. Jika darah diambil dari lengan, akan
dipasang pita elastis di lengan bagian atas, agar pembuluh darah lebih terlihat. Rasa sakit
atau sedikit tidak nyaman mungkin akan Anda rasakan ketika jarum disuntikkan untuk
mengambil sampel darah. Usahakan untuk tenang dan rileks untuk mengurangi rasa sakit
pada lengan atau jari Anda.
3) Setelah jarum dilepaskan, petugas kesehatan akan menempelkan perban di bekas lokasi
tusukan. Darah akan digunakan untuk mengecek kadar glukosa darah puasa. Setelah itu
Anda diharuskan untuk mengonsumsi minuman dengan kandungan setara 75 gram gula.
4) Anda diharuskan untuk menunggu selama 2 jam di tempat pemeriksaan tersebut. Setelah
dua jam, petugas akan kembali mengambil sampel darah dengan cara yang sama seperti
cara pertama. Kemudian darah akan diperiksa untuk mengetahui kadar glukosa 2 jam PP.

b. Nilai Normal Glukosa 2 Jam PP

Hasil dari tes glukosa 2 jam PP adalah kadar gula darah 2 jam setelah makan. Kadar
gula darah dinyatakan dalam mmol/L(milimoll per liter) atau mg/dL (miligram per desiliter).
Dilansir dari labtestonline.org berikut adalah rentang hasil pemeriksaan glukosa 2 jam PP :

1) Nilai normal GD2PP : < 7,8 mmol/L atau 140 mg/dL


2) Prediabetes : 7,8-11,1 mmol/L atau 140-199 mg/dL
3) Diabetes : > 11,1 mmol/L atau 200 mg/dL dalam > satu kali pemeriksaan

h. Fruktosamine

Fruktosamine merupakan produk yang dihasilkan dari reaksi antara glukosa dengan
protein albumin, sering disebut glycated albumin, plasma protein. Fruktosamine digunakan untuk
menunjukkan protein yang telah terglikasi melalui reaksi non enzimatik . Pemeriksaan fruktosamine
digunakan untuk memantau kontrol diabetik selama 2-3 minggu (sesuai dengan usia albumin) dan
bermanfaat pada kasus kehamilan pada diabetes pasien dengan gangguan pada hemoglobin
(Prodia 2018).

Nilai normal Fruktosamine (Prodia 2018).

Normal : 1,5-1,8mmol/L.

Hiperglikemia : >1,8 mmol/L


i. Keton urine
Bisa negatif atau positif . Keton adakah hal yang dapat terjadi jika orang yang memiliki
diabetes tipe 1 serta tidak menggunakan insulin atau tidak cukup menggunakan insulin untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, seperti selama sakit,stress,atau ketika aliran darah
tersumbat.
Hal ini juga terjadi pada orang dengan diabetes tipe 2 yang kekuranga insulin ketika mereka
sakit.Anda mungkin memiliki keton tanpa ketoasidosis jika makanan yang Anda makan rendah
karbohidrat atau sangat rendah kalori dan nutrisi ( Gustaviani 2016).

j. Kadar insulin
Untuk mengukur kadar insulin saat melakukan uji toleransi glukosa, maka serum atau
plasma perlu dipisahkan dalam waktu 30 menit sesudah pengambilan spesimen sebelum
diassay. Kadar insulin imunoreaktif normal berkisar antara 5-20U/ml dalam keadaan puasa,
dan mencapai 50-130U/ml sesudah satu jam, dan biasanya turun kembali kebawah 30U/ml
sesudah 2 jam. Kdar insulin selama TTGO jarang memiliki manfaat klinis karena bila kadar
glukosa puasa melampaui 120 mg/ml, hiperinsulin emia dapat timbul secara terlambat sebagai
akibat resistensi insulin pada penderita DM 2, akan tetapi juga dapat terjadi pada bentuk ringan
ataupun fase-fase awal dari DM I dimana merangsang pelepasan insulin berlebihan selama 2
jam (American Diabetes Assciation 2015).

k. Homestasis Model of Assesment – Insulin Resistence (HOMA-IR)


Merupakan parameter untuk mengukur kualitas/mutu insulin. Jika homa IR dibawah
nilai normal, berarti kualitas insulin bagus, maka otomatis HbA1C turun sehingga Gula Darah
2 jam PP pasti turun. Artinya Homa IR dikatakan baik jika hasilnya <Nilai normal (2,77).
Diagnosis DM tipe 2 (American Diabetes Association,2015).

Stase Glukosa Darah Puasa TTGO HbA1C


(GDP)
Normal <100 mg/dl <140 mg/dl <5.7%
Pre-diabetes 100-125 mg/dl 140-199 mg/dl 5.7-6.4%
Diabetes >126 mg/dl >200 mg/dl >6.5%

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah <110 mg/dl 110-199 mg/dl >200 mg/dl
sewaktu
Plasma vena <90 mg/dl 90-199 mg/dl >200 mg/dl
Darah kapiler kadar <110 mg/dl 110-125 mg/dl >126 mg/dl
glukosa darah puasa
Plasma vena darah <90 mg/dl 90-109 mg/dl >110 mg/dl
kapiler

Anda mungkin juga menyukai