Laporan THT Pengwetan Daging
Laporan THT Pengwetan Daging
Oleh
Kelompok V
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : V (lima)
Npm : 1814141004
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa waktu dalam kesempatan dan
pengetahuan sehingga laporan praktikum ini dapat selesai tepat waktu.
Saya sangat mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen
pengampu mata kuliah Teknologi Hasil Ternak serta semua pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam proses penulisan laporan praktikum ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi
syarat tugas dalam mata kuliah Teknologi Hasil Ternak, serta untuk mendalami
pemahaman mengenai pengawetan daging dengan beberapa teknik.
Penulis.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................................v
I. PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Praktikum...............................................................................................2
A. Hasil Pengamatan.............................................................................................13
B. Pembahasan......................................................................................................14
V. KESIMPULAN....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pengamata curing, marinasi dan smoking.......................... 13
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daging merupakan bagian lunak dari hewan yang terbungkus kulit dimana daging
biasanya merupakan hasil dari konversi otot pada hewan yang telah
disembelih.Daging sebagai salah satu bahan pangan asal hewan, kualitasnya tidak
hanya ditentukan oleh penanganan ternak semasa hidupnya (sebelum panen) tetapi
juga tak kalah pentingnya adalah penanganannya setelah panen (pascapanen).
Pemberian pakan berkualitas tinggi pada fase pertumbuhan dan pada saat fase
penggemukan semasa hidupnya, tidak akan memberikan kualitas daging yang
optimal setelah ternak disembelih jika tidak diikuti dengan penanganan
pascapanen yang tepat. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penanganan pascapanen produk-produk hasil ternak untuk peningkatan mutunya
yakni melalui pengawetan dan pengolahan. Dengan pertimbangan perubahan-
perubahan yang dapat terjadi pada daging pascamerta ternak atau post mortem
ditinjau dari penggunaan suhu rendah sejak ternak disembelih, dikaitkan dengan
mutu yang dihasilkan. Penyediaan daging dan produk olahannya dikaitkan dengan
peningkatan nilai tambah dan pendapaan pada akhirnya
Pengawetan adalah proses yang sudah digunakan sejak dulu kala, untuk
menyimpan daging yang akan tidak akan langsung dikonsumsi atau akan
dikonsumsi di lain waktu setelah dibeli. Secara umum, pengawetan dilakukan
melalui dua cara, yaitu secara kimiawi atau fisik. Pengawetan kimiawi melibatkan
penambahan senyawa kimia ke dalam produk. Pengawetan fisik melibatkan
berbagai proses seperti pembekuan atau pengeringan. Bahan pengawet
aditif makanan mengurangi risiko keracunan makanan, mengurangi paparan
mikrob, dan mempertahankan kesegaran serta kualitas nutrisi produk tersebut.
Beberapa teknik fisik untuk mengawetkan makanan di antaranya dehidrasi, radiasi
UV-C, pengeringbekuan, dan pembekuan. Teknik pengawetan kimiawi dan fisik
terkadang dikombinasikan.
Saat ini teknologi pengolahan daging yang diterapkan dan terkenal yaitu curing,
marinating dan smoking. Dimana curing memanfaatkan bahan - bahan kimia yang
tidak mengganggu daging tersebut atau menurunkan kualitasnya, lalu marinating
adalah dengan menggunakan beberapa pilihan bumbu atau rempah yang di
bungkus dengan daging, dan juga smoking adalah teknik pengasapan pada daging
yang . Teknologi tersebut memilki tujuan dan manfaat masing-masing bagi daging
yang akan dikonsumsi. Hal tersebutlah yang akan menjadi bahasan pada laporan
praktikum ini.
B. Tujuan Praktikum
Daging merupakan semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan
jairngan-jairngan tersebut yang dapat dimakan serta tidak menimbulkan gangguan
kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Daging merupakan hasil dari konversi
otot ternak yang telah mati. Daging sapi memiliki ciri-ciri warna merah segar,
seratnya halus dan lemaknya berwarna kuning. Daging sapi memiliki kandungan
kalori 20,7% protein 18,8% dan lemak 14% kandungan protein pada daging
sangat lengkap namun kandungan protein daging olahan lebih sedikit
dibandingkan kandungan protein daging segar ( Soeparno,2005).
Daging merupakan bahan pangan yang bergizi tinggi, namun mudah mengalami
kerusakan. Kerusakan daging paling utama disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme, sehingga daging perlu mendapatkan pengawetan. Salah satu cara
pengawetan daging adalah dengan pengasapan. Pengasapan adalah proses
pengawetan daging menggunakan kombinasi panas dan bahan kimia yang
dihasilkan dari pembakaran kayu kayu keras. (Thohari, dkk 2013).
Daging sebagai salah satu sumber protein hewani, daging juga termasuk sebagai
bahan pangan yang mudah rusak karena mengandung banyaknya air atau kadar
air, zat-zat nutrisi yang cukup baik serta tidak mempunyai pelindung sehingga
mudah dicemari oleh mikroba yang akan merusak daging tersebut. Kerusakan
pada daging dapat dilihat dengan adanya perubahan fisik, dan kimiawi, seperti
perubahan aroma, tekstur dan penurunan kandungan gizinya. Adapun salah satu
cara pengawetan daging adalah dengan pengasapan Pengasapan ini mengandung
senyawa kimia utama antara lain asam formiat, asetat, butirat, kaprilat,
vanilat dan asam siringat, dimetoksifenol, metal glioksal, furfural, methanol,
etanol, oktanol, asetaldehid, diasetil, aseton, dan 3,4- benzinpiren. Senyawa
kimia tersebut dapat berperan sebagai bakteriostatik, bakteriosidal dan dapat
menghambat oksidasi lemak. Selama pengasapan berlangsung, senyawa kimia
yang terdapat di dalam asap akan menempel pada daging yang akan
memberikan efek preservatif sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroba yang pada akhirnya masa simpan dapat diperpanjang. (Putra, 2020).
Kyuring daging dapat didefinisikan sebagai penggunaan garam dapur (NaCl) dan
nitrit (bentuk tereduksi dari nitrat) untuk mengubah secara kimiawi sifat fisik,
kimia dan mikrobiologis produk daging. Secara historis, kyuring daging dilakukan
terutama untuk mengawetkan daging. Sejak kyuring daging berkembang, definisi
itu dipahami sebagai penambahan garam, gula, rempah-rempah dan nitrat atau
nitrit untuk membantu dalam cita rasa dan properti pengawetan. Seiring waktu
berlalu, berbagai rempah-rempah dan bumbu ditambahkan untuk mencapai
karakteristik produk dan cita rasa yang khas. Sekarang ini, kyuring daging
digunakan untuk memenuhi tuntutan konsumen pada produk yang memiliki
karakteristik atribut sensori yang unik dan atribut keamanan yang berhubungan
dengan daging kyuring. Kyuring daging secara tradisional dikaitkan dengan
daging olahan untuk tujuan mengubah karakteristik warna, tekstur, cita rasa,
keamanan dan umur simpan yang membuat produk ini unik dari produk daging
lainnya. Hasil dari perlakuan daging secara curing yaitu teksturnya sedikit keras,
rasanya menjadi agak asin berempah dan aromanya berbau khas curing (Saputro,
E.,2016).
CURING
Alat Bahan
- Pisau - Daging Bebek bagian dada (Breast Meat)
- Mangkuk/piring - Garam
- Timbangan Digital - Merica hijau
- Plastik - Cabai kering
- Alat vacuum udara plastik - Merica hitam
- Blender atau alat penumbuk
- kain katun tipis
- benang pengikat
- Kulkas/lemari pendingin
- pembuat label penanda
2. Cara Kerja
Adapun cara kerja atau prosedur dalam pelaksanaan curing meat yaitu :
- Menggunakan Garam
1. Menyiapkan daging bebek di bagian dada (breast meat);
2. menyiapkan mangkuk;
3. memasukkan garam ke dalam mangkuk;
4. melumuri seluruh permukaan daging dengan garam pada mangkuk
tersebut.
5. menunggu selama sehari
- Spicing
1. Menyiapkan bumbu yaitu merica hiaju, merica hitam, cabai kering;
2. menyiapkan daging diatas piring;
3. menghaluskan bumbu bahan spicing tersebut dengan alat penumbuk atau
blender;
4. melumurkan bumbu yang sudah dihaluskan ke daging;
5. menyiapkan kain katun tipis;
6. membungkus daging dengan kain tersebut secara rapat dan tertutup;
7. mengikat kain tersebut dengan tali secara rapat;
8. memasukkan daging yang terbungkus tersebut ke dalam lemari pendingin
atau kulkas.
MARINASI
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada proses marinasi ini yaitu :
Bahan:
Daging sapi
1 siung bawang merah
2 siung bawang putih
¼ gelas perasan lemon
1 gelas minyak sayur
½ gelas kecap
1/3 gelas cuka anggur merah
3 sendok makan saus Worcestershine
1 sendok makan lada hitam bubuk
2 sendok makan mustard
Alat :
Lemari Pendingin
Pemanggang
Piring
Sendok
Gelas
Mangkuk
2. Cara Kerja :
Adapun prosedur kerja atau cara kerja yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Memotong 1 siung bawang merah dan 2 siung bawang putih lalu cincang;
2. Menambahkan ¼ gelas perasan lemon ke dalam mangkuk yang berisi
bawang merah dan putih yang telah dicincang;
3. Menambahkan 1 gelas minyak sayur, ½ gelas kecap, 1/3 gelas cuka
anggur merah; 3 sendok makan lada hitam bubuk, dan 2 sendok makan
mustard;
4. Mengaduk semua bahan sehingga tercampun rata;
5. Mencampurkan daging sapi dan rendaman bumbu-bumbu;
6. Mendiamkan daging sapi dalam rendaman hingga meresap semalaman;
7. Menyimpan di lemari pendingin hingga siap dipanggang.
SMOKING
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
Alat
a. Pemanggang
b. Pisau
c. Talenan
d. Tisu
e. Termometer
f. Kain lap
Bahan:
a. Daging
b. Arang
c. Lada hitam
d. Garam
e. minyak
2. Cara Kerja
Adapun cara kerja atau prosedur yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Mempersiapkan alat pengasapan, pada video menggunakan Komado Joe
smoking set
2. Membersihkan alat pengasapan
3. Menambahkan arang ke dalam alat pengasapan kemudian menyalakan
arang tersebut
4. Memasang perlengkapannya seperti deflector plate dan grill gray untuk
daging
5. Membersihkan bagian grill gray dari abu dan kotoran
6. Meutup penutup untuk sampai suhu mencapai 1400 C
7. Membuang bagian lemap tepi pada daging Irish Sherwood grass-fed beef
8. Menyiapkan daging dengan meluluri mengguanakan olive oil, kemudian
menaburi garam dan lada hitam halus secara merata
9. Meletakkan daging ke dalam alat pengasapan selama 5 sampai 6 jam
10. Setelah 4 jam diasapi, mengatur temperature pengasapan menjadi 900C
sampai selesai
11. Mengangkat dan membungkus daging menggunakan alumunium foil lalu
mngistirahatkan daging selama 1 jam
12. Daging asap siap untuk disajikan dan dikonsumsi.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Curing
Curing di dalam video terjadi menjadi dua tahap yaitu dengan hanya pemberian
garam saja dan juga dengan pemberian beberapa bagian bumbu-bumbu rempah
yang khas kepada permukaan daging. Menurut Saputro E. (2016), Kyuring daging
dapat didefinisikan sebagai penggunaan garam dapur (NaCl) dan nitrit (bentuk
tereduksi dari nitrat) untuk mengubah secara kimiawi sifat fisik, kimia dan
mikrobiologis produk daging. Secara historis, kyuring daging dilakukan terutama
untuk mengawetkan daging. Sejak kyuring daging berkembang, definisi itu
dipahami sebagai penambahan garam, gula, rempah-rempah dan nitrat atau nitrit
untuk membantu dalam cita rasa dan properti pengawetan. Seiring waktu berlalu,
berbagai rempah-rempah dan bumbu ditambahkan untuk mencapai karakteristik
produk dan cita rasa yang khas. Sekarang ini, kyuring daging digunakan untuk
memenuhi tuntutan konsumen pada produk yang memiliki karakteristik atribut
sensori yang unik dan atribut keamanan yang berhubungan dengan daging
kyuring. Kyuring daging secara tradisional dikaitkan dengan daging olahan untuk
tujuan mengubah karakteristik warna, tekstur, cita rasa, keamanan dan umur
simpan yang membuat produk ini unik dari produk daging lainnya. Hasil dari
perlakuan daging secara curing yaitu teksturnya sedikit keras, rasanya menjadi
agak asin berempah dan aromanya berbau khas curing. Terdapat beberapa jenis
metode dalam proses curing yang dapat diketahui yaitu, menurut Hendry (2011)
adapun metode curing yaitu :
- Dry curing
Metode ini merupakan cara tradisional, terutama untuk cured-raw meats. Daging
diselimuti garam, gula, nitrit dan disimpan pada suhu rendah. Garam kemudian
akan memasuki jaringan daging. Pada saat yang bersamaan, cairan juga akan
keluar dari dalam daging.
- Curing basah
Curing secara basah adalah dengan merendam daging kedalam larutan yang
mengandung bahan-bahan curing. Caranya adalah merendamkan daging kedalam
larutan garam dengan perbandingan 1:1. Larutan garam yang dibuat adalah 6%
NaCl, 3% sendawa, 3% gula dan 5% air. Perendaman dilakukan selama 7 hari dan
disimpan dalam refrigerator. Adapun hasil dari pngamatan teknik curing yaitu
warnanya merah terang, teksturnya keras, mikroba nya menjadi berkurang,
terdapat rasa seperti rempah yang gurih, dan beraroma daging curing tersebut atau
khas dengan bau rempah-rempah nya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saputro
E. (2016) ,hasil dari perlakuan daging secara curing yaitu teksturnya sedikit keras,
rasanya menjadi agak asin berempah dan aromanya berbau khas curing.
2. Marinasi
Marinasi atau marinade biasanya sering digunakan tekniknya kepada daging segar
dimana yang biasanya juga siap untuk diolah atau dimasak. Maenurut Syamsir
(2010), marinasi adalah proses perendaman daging di dalam bahan marinade,
sebelum diolah lebih lanjut. Marinade adalah cairan berbumbu yang berfungsi
sebagai bahan perendam daging, biasanya digunakan untuk meningkatkan
rendemen (yield) daging, memperbaiki flavor, meningkatkan keempukan,
meningkatkan kesan jus (juiceness), meningkatkan daya ikat air (DIA),
menurunkan susut masak, dan memperpanjang masa simpan daging. Pengolahan
daging dengan metode marinasi juga berfungsi untuk menurunkan kandungan
bakteri. Salah satu bumbu yang dapat digunakan sebagai bahan marinasi daging
sekaligus sebagai anti bakteri adalah bawang putih.
Hasil marinasi yang berasal dari video praktikum yaitu warna daging merah gelap;
teksturnya lunak; tentunya saja pada mikroba atau bakterinya menjadi berkurang;
rasanya menjadi gurih yang asin, dan aroma nya sedikit berbau bawang putih dan
bawang merah, dimana roma tersebut merupakan aroma dasar yang biasanya
dilakukan pada daging yang termarinasi atau yang siap dimasak. Menurut
Nurohim,dkk (2013), Perlakuan marinasi dengan menggunakan bawang putih
menghasilkan daya ikat air yang tinggi. Hal ini berarti perlakuan konsentrasi
marinasi daging dengan menggunakan bawang putih menghasilkan Daya Ikat Air
yang lebih besar karena banyak air terikat yang mampu dipertahankan keluar dari
protein daging. Adanya perbedaan kemampuan dari setiap jenis otot dalam
mengikat air dikarenakan adanya perbedaan solubilitas protein yang terdapat
dalam setiap jenis otot. Kemampuan daging dalam mengikat air dipengaruhi oleh
protein yang ada dalam urat daging, fsktor diferensiasi intrinsik secara anatomis
yaitu urat-urat daging yang dapat dibagi menjadi urat daging merah dan putih atau
karena umumnya dapat diekstrak oleh air dan larutan garam encer. Hasil dari
daging yang sudah dimarinasi yaitu tekstur lunak, warna lebih gelap, rasa nya
gurih asin, aroma berbau bawang putih dan bawang merah. Dari hasil yang
dinyatakan oleh Nurohim telah diketahui sesuai dengan praktikum dlaam video
tersebut.
3. Smoking
Smoking merupakan teknik atau metode pengasapan pada daging. Menurut Putra
(2020), salah satu cara pengawetan daging adalah dengan pengasapan
Pengasapan ini mengandung senyawa kimia utama antara lain asam formiat,
asetat, butirat, kaprilat, vanilat dan asam siringat, dimetoksifenol, metal
glioksal, furfural, methanol, etanol, oktanol, asetaldehid, diasetil, aseton, dan
3,4- benzinpiren. Senyawa kimia tersebut dapat berperan sebagai
bakteriostatik, bakteriosidal dan dapat menghambat oksidasi lemak. Selama
pengasapan berlangsung, senyawa kimia yang terdapat di dalam asap akan
menempel pada daging yang akan memberikan efek preservatif sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang pada akhirnya masa simpan
dapat diperpanjang. Definisi pengasapan sebenarnya juga diungkapkan menurut
Suradi,K. dan Suryaningsih,L.(2008).Pengasapan merupakan salah satu cara
untuk mengawetkan daging menggunakan kombinasi antara penggunaan panas
dan zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran kayu. Jenis kayu sebagai sumber
asap sebaiknya berasal dari kayu keras yang dapat menghasilkan asap dengan
mutu dan volume asap sesuai dengan yang diharapkan. Kayu keras (non resinous)
pada umumnya mengandung 40 – 60% selulosa, 20 – 30% hemiselulosa dan 20 –
30% lignin.Selama pengasapan berlangsung, senyawa kimia yang terdapat di
dalam asap akan menempel pada daging yang akan memberikan efek preservatif
sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang pada akhirnya masa
simpan dapat diperpanjang. Dampak dari pengasapana adalah penurunan pH
daging, karena komponen asap yang melekat asam karboksilat yang meliputi asam
format, asetat, dan butirat. Hasil dari perlakuan secara smoking atau daging asap
adalah warnanya menjadi merah pucat kecoklatan, rasanya gurih, teksturnya
mudah putus, dan beroma khas daging asap. Hasil tersebut sesuai dengan hasil
praktikum yang ada yaitu warnanya merah pucat kecoklatan, teksturnya mudah
putus, bakterinya menjad berkurang karena teknik pengawetan appaun
mengurangi jumlah bakteri agar masa simpannnya panjang, rasanya gurih serta
beraroma khas daging asap.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan laporan ini yaitu :
4.Marinasi daging akan membuat warna daging menjadi lebih kecoklatan, flavour
bumbu-bumbu terasa, serta lebih empuk.
Putra, S. A., Hafid, H., & Fitrianingsih, F. 2020. Kualitas Kimia Daging Sapi
Asap Dengan Lama Pengasapan Berbeda. Jurnal Ilmiah Peternakan Halu
Oleo, 2(1).
P en g a r u h T em p er a tu r d e n g a n L a m a P en g a sa p a n
T er h a d a p K ea sa m a n d a n T o ta l B a k ter i D a g in g
A y a m B r o iler
( T h e e f f e c t o f te m p e r a tu r e a n d ti m e s m o k i n g o n a c i d i ty
p H a n d to ta l b a c te r i a o f s m o k e c h i c k e n b r o i l e r m e a t)
K u sm a j a d i S u r a d i d a n L ilis S u r y a n in g sih
F a k u lta s P e te rn a k a n U n iv e rs ita s P a d ja d ja ra n
A b str a k
K o m b in a s i te m p e r a tu r d a n la m a p e n g a s a p a n m e r u p a k a n s a la h s a tu fa k to r y a n g p e r lu
d ip e rh a tik a n d a la m p e n g a s a p a n d a g in g a y a m , k a re n a a k a n m e m p e n g a r u h i p H d a n ju m la h
m ik ro b a d a g in g . P e n e litia n in i b e r tu ju a n u n tu k m e n g e ta h u i b a g a im a n a p e n g a r u h k o m b in a s i
te m p e r a tu r d e n g a n la m a p e n g a s a p a n te rh a d a p k e a s a m a n ( p H ) d a n ju m la h b a k te ri d a g in g
a s a p a y a m b r o ile r d a n u n tu k m e n d a p a tk a n p a d a k o m b in a s i te m p e ra tu r d e n g a n la m a
p e m a s a k a n b e ra p a y a n g m e n g h a s ilk a n p H d a n ju m la h b a k te r i d a g in g a s a p a y a m b ro ile r
te rb a ik . R a n c a n g a n a c a k le n g k a p d ig u n a k a n d a la m p e n e litia n in i d e n g a n 6 p e rla k u a n
k o m b in a s i te m p e r a tu r d e n g a n la m a p e m a s a k a n b e r b e d a , y a itu : te m p e ra tu r p e n g a s a p a n
6 0 o C s e la m a 4 ja m (P 1 ) , d a n 6 ja m (P 2 ) , te m p e r a tu r p e n g a s a p a n 7 0 oC s e la m a 4 ja m (P 3 )
d a n 6 ja m ( P 4 ) , te m p e r a tu r p e n g a s a p a n 8 0 oC s e la m a 4 ja m (P 5 ) d a n 6 ja m ( P 6 ), s e tia p
p e rla k u a n d iu la n g 4 k a li. V a ria b le y a n g d iu k u r , y a itu p H d a n ju m la h b a k te r i. D a ri h a s il
p e n e litia n d a n p e m b a h a s a n d a p a t d ik e m u k a k a n k e s im p u la n , b a h w a k e a s a m a n (p H ) d a n
ju m la h b a k te r i d a g in g a s a p a y a m b r o ile r n y a ta ( P < 0 ,0 5 ) d ip e n g a r u h i o le h k o m b in a s i
te m p e r a tu r d a n la m a p e n g a s a p a n . P e n g a s a p a n d a g in g a y a m b ro ile r te rb a ik p a d a te m p e ra tu r
7 0 oC s e la m a 6 ja m a ta u 8 0 oC s e la m a 4 ja m .
K a ta k u n c i : d a g i n g , b r o ile r , a s a p
A b str a c t
S m o k in g is o n e o f w a y s to d u ra b le m e a t u s in g c o m b in a tio n b e tw e e n u s in g h e a t a n d
c h e m ic a l o n s m o k e d c h ic k e n b ro ile r m e a t, b e c a u s e w ill b e e ffe c t to p H a n d to ta l b a c te ria .
T h e a im s o f th e s tu d y w a s to k n o w th e e ff e c t o f te m p e ra tu r e a n d tim e s s m o k in g to w a rd p H
a n d to ta l b a c te r ia s m o k e c h ic k e n b ro ile r m e a t a n d to g e t c o m b in a tio n b e tw e e n te m p e ra tu r e
w ith p ro lo n g c o o k in g w h ic h p ro d u c e d te n d e rn e s s a n d a c c e p ta b ility o f th e b e s t s m o k e
c h ic k e n b ro ile r m e a t a re th e a im o f th is re s e a rc h . C o m p le te ly R a n d o m iz e d D e s ig n is u s e d in
th is re s e a rc h w ith 6 tr e a tm e n t te m p e ra tu re a n d tim e s s m o k in g , e .g . : te m p e r a tu r e 6 0 o C
d u r in g 4 h o u r s (P 1 ) a n d 6 h o u rs ( P 2 ), te m p e ra tu re 7 0 oC d u r in g 4 h o u rs ( P 3 ) a n d 6 h o u r s
(P 4 ), te m p e r a tu re 8 0 o C d u r in g 4 h o u r s (P 5 ) a n d 6 h o u r s (P 6 ). E a c h tr e a tm e n t w a s r e p e a te d
fo r 4 tim e s . T h e v a ria b le w h ic h w a s m e a s u r e d w a s : te n d e rn e s s , w a te r c o n te n t a n d
a c c e p ta b ilit y to w a r d ta s te , c o lo r, a n d a ro m a . T h is re s e a r c h s h o w s th a t te m p e ra tu re a n d
ti m e s s m o k i n g s ig n if ic a n tl y e f f e c te d ( P < 0 ,0 5 ) o n te n d e r n e s s , m o is tu r e c o n te n t a n d th e ta s t e
o f s m o k e c h ic k e n b ro ile r m e a t, b u t th o s e d id n ’t e f fe c t to c o lo r a n d a r o m a o f s m o k e c h ic k e n
b r o ile r m e a t. S m o k in g in 8 0 oC te m p e ra tu re d u rin g 4 h o u r s p ro d u c e d s m o k e c h ic k e n b ro ile r
m e a t w ith h ig h e s t ta s te lik e n e s s a n d r e q u ire m e n t o f m o is tu r e c o n te n t, b u t lo w te n d e rn e s s .
K ey w o r d s: m e a t, b r o ile r , s m o k e .
P en d a h u lu a n se su a i d e n g a n y a n g d ih a ra p k a n . K a y u k e ra s (n o n
D a g in g a y a m b ro ile r m e r u p a k a n b a h a n re sin o u s ) p a d a u m u m n y a m e n g a n d u n g 4 0 – 6 0 %
p a n g a n y a n g m u d a h m e n g a la m i k e ru s a k a n ta n p a s e lu lo sa , 2 0 – 3 0 % h e m ise lu lo s a d a n 2 0 – 3 0 %
u s a h a p e n a n g a n a n d a n p e n g a w e ta n . P e n g a s a p a n lig n in (S o e p a rn o , 1 9 9 8 ).
m e ru p a k a n s a la h s a tu c a ra u n tu k m e n g a w e tk a n S e n y a w a k im ia u ta m a y a n g te rd a p a t d i
d a g in g m enggunakan k o m b in a si a n ta ra d a la m a s a p a n ta ra la in a s a m fo rm ia t, a s e ta t,
p e n g g u n a a n p a n a s d a n z a t k im ia y a n g d ih a s ilk a n b u tira t, k a p r ila t, v a n ila t d a n a s a m s irin g a t,
d a ri p e m b a k a ra n k a y u . J e n is k a y u s e b a g a i s u m b e r d im e to k s if e n o l, m e ta l g lio k s a l, fu rfu ra l, m e th a n o l,
a s a p s e b a ik n y a b e ra s a l d a ri k a y u k e ra s y a n g d a p a t e ta n o l, o k ta n o l, a s e ta ld e h id , d ia s e til, a s e to n , d a n
m e n g h a s ilk a n a s a p d e n g a n m u tu d a n v o lu m e a s a p 3 ,4 - b e n z in p i r e n ( L a w r ie , 1 9 9 5 ) . S e n y a w a k im ia
83
WARTAZOA Vol. 26 No. 4 Th. 2016 Hlm. 183-190 DOI: http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v26i4.1399
Eko Saputro
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu, Kementerian Pertanian, J l. Songgoriti No. 24, Batu 65312 Malang
ekosaputrobbppbatu@gmail.com
ABSTRACT
Efforts to control meat spoilage, safety and palatability in the production of meat products is essential for humans. These
effotrs should be able to keep good quality of meat products at ambient temperature. Curing using NaNO2 is one of meat
preservation techniques. Indonesian Agency for National Standardization prohibits the use of sodium nitrite (NaNO 2) in the
organic food production process due to its adverse effect on health and food safety. Therefore, substitutes of NaNO2 as natural
curing agent and supported technologies need to be found. This article discusses the curing process using curing agents in the
form of nitrate from natural resources and a starter culture for reducing nitrate to nitrite. The addition of accelerators in the form
of reductant and acidulant from natural or organic resources is also required to enhance curing process. Natural curing processes
of beef products have been proven to produce similar meat quality of sensory, physicochemical, and microbiological
characteristics with curing process using NaNO2.
Key words: Natural curing, agent, meat, organic food
ABSTRAK
Upaya mengendalikan pembusukan daging, keamanan dan palatabilitas dalam produksi daging olahan sangat penting bagi
manusia. Upaya tersebut harus mampu menjamin kualitas produk daging dengan baik pada suhu ruang. Penggunaan NaNO2
dalam proses kyuring adalah salah satu teknik pengawetan daging. Badan Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia melarang
penggunaan natrium nitrit (NaNO2) dalam proses produksi pangan organik karena NaNO2 memiliki efek negatif terhadap
kesehatan dan keamanan pangan. Oleh karena itu, pengganti NaNO2 sebagai agen kyuring alami dan teknologi pendukung perlu
ditemukan. Makalah ini membahas proses kyuring menggunakan agen kyuring berupa nitrat dari sumber alami dan kultur starter
pereduksi nitrat menjadi nitrit. Penambahan akselerator dalam bentuk reductant dan acidulant dari sumber alami atau organik
juga diperlukan untuk mempercepat proses kyuring. Proses kyuring alami telah terbukti menghasilkan daging olahan dengan
mutu sensori, fisiko-kimiawi dan mikrobiologis yang serupa dengan proses kyuring menggunakan NaNO2.
Kata kunci: Kyuring alami, agen, daging, pangan organik
183
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Oktober 2013, Hal 23-26 Vol. 8, No. 2
ISSN : 1978 - 0303
Imam Thohari1 , Eny Sri Widyastuti1 , Agustina Widyasworo Kunharjanti 2 , dan Mohamad
Agustomo3
1) Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang, 65145,
Indonesia
2)
ProgramStudi Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas IslamBalitar, Blitar, 66139,
Indonesia
3) Alum ni Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang,
65145, Indonesia
ABSTRACT
The purpose of the study was to determine the effect of the smoking traditional and
liquid smoking on the quality of smoked beef in terms of the levels of phenol, TBA number,
and total microbes. The research method was experiment with completely randomized design
pattern factorial (2x3). The first treatment were the preservation of beef with traditional
smoked methods and preservation beef with liquid smoked method. The second treatment
were the time of storage, namely 0 day, 2 days and 4 days. Each treatment was repeated 3
times. The results showed that the curing method was highly significant (p <0.01) on phenol
content and the total microbes, and gave no affect to the TBA number. The highest levels of
phenols obtained by the method of liquid smoked with time storage time of 4 days. TBA value
and lowest total microbial were obtained from liquid smoked with time storage of 0 day. The
conclusion that liquid smoked method was better than the traditional smoked method.
Key words: phenol, TBA value, microbial, meat smoke
23