Pemeriksaan Kadar Bilirubin
Pemeriksaan Kadar Bilirubin
I. Tujuan
1. Melakukan pemeriksaan fungsi hati melalui tes kombinasi bilirubin.
2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh.
Selama masa hidup eritrosit yang 120 hari, eritrosit berjalan sekitar 200 sampai 300
mil. Dalam proses penuaan, terjadi penurunan lambat metabolisme sel darah merah.
Sewaktu sel tua disingkirkan, molekul hemoglobin diuraikan menjadi kompone-
komponennya. Sekitar 5 sampai 7 gram hemoglobin dikatabolisme setaip hari. Besi
digunakan kembali. Bagian globin dari molekul hemoglobin diuraikan menjadi asam-
asam amino yang diresilkurasi ke kompartemen asam amino. Komponen porfirin dari
molekul hem diuraikan oleh serangkaian reaksi katabolisme menjadi senyawa yang
disebut bilirubin, yaitu pigmen kuning kecoklatan (Sacher dan McPherson, 2004).
Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel
retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme oksigenase yang
merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus
heme ialah pemutusan jembatan α-metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier.
Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan
oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan kembali,
karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin.
Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang
menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol
III– IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. (Israr, 2010).
Bilirubin
Bilirubin adalah produk penguraian hem: sebagian besar (85-90%) terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin.
Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah
dibebaskan dari sel darah merah .Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari hem
sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin hem untuk
menghasilkan tetrapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk tidak larut air
(bilirubin tidak terkonjugasi, indirek) sehingga bilirubin dalam plasma terikat ke albumin
untuk diangkut ke medium air. Pada saat bilirubin terikat pada plasma beredar dalam
tubuh dan melewati lobulus hati, hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan
meyebabkan larut air dengan mengikat bilirubin ke asam glukuronat (bilirubin
terkonjugasi, direk) (Sacher dan McPherson, 2004).
Setelah bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon merubah bilirubin menjadi
urobilinogen (suatu istilah kolektif untuk beberapa senyawa tidak berwarna yang
kemudian mengalami oksidasi menjadi pigmen coklat urobilin). Urobilin disekresikna ke
dalam feses, tetapi sebagian urobilinogen direabsorpsi melalui usus dan melalui sirkulasi
portal diserap oleh hati dan direekskresikan dalam empedu. Karena larut air, urobilinogen
juga dapat keluar melalui urine apabila mencapai ginjal. (Sacher dan McPherson, 2004)
Gambar 1: Metabolisme Bilirubin
Selektivitas adalah Tingkatan dimana suatu metode analisis bebas dari interferensi
dari matriks yang terkandung dalam sampel. Dalam Selektivitas suatu alat hanya akan
mengukur suatu zat tertentu (analit) saja secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam sampel. Selektivitas dalam analisis
instrumen sangatlah penting karena dalam analisis instrumen dihadapkan dengan
matriks yang sangat kompleks. sehingga detektor instrumen dapat selektif dan hanya
memberikan tanggapan terhadap sinyal molekul spesifik atau dengan kata lain. Dalam
selektivitas detektor yang sangat menentukan adalah instrumen analisis yang dibuat
dengan dasar pengukuran sifat fisiko-kimia yang khusus dari molekul molekul yang
dianalisis. Penentuan sifat fisiko-kimia tersebut terkadang terganggu oleh zat lainnya
(matriks) sehingga diperlukan cara tersendiri untuk menghilangkan sinyal dari
komponen pengganggu tersebut. Selektivitas seringkalidapat dinyatakan sebagai
derajat penyimpangan metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung
bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung
bahan lain yang ditambahkan (Harmita, 2004).
Spesifisitas suatu metode analisis adalah kemampuan suatu metode analisis untuk
mengukur analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen-
komponen lain dalam matriks sampel seperti adanya penganggu, prekursor sintetik,
produk degradasi, dan komponen matriks.
b. Sensitivitas
Sensitivitas adalah batas kadar terendah dari suatu analit (zat yang diperiksa) yang
dapat dideteksi dengan metode tertentu.
c. Presisi
d. Akurasi
Akurasi merupakan kedekatan antara nilai terukur (nilai rata-rata hasil analisis)
dengan nilai yang diterima sebagai nilai sebenarnya, baik nilai konvensi, nilai
sebenarnya, ataupun nilai rujukan. Nilai akurasi juga dapat dijadikan sebagai petunjuk
kesalahan sistematik. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh
kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk
pengujian senyawa obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan bahan rujukan standar (standard reference material, SRM)
IV. Prosedur
a. Pengukuran Kadar Bilirubin Total
Larutan Blanko :
Pipet serum darah sebanyak 50 µL
Campur sampai rata kemudian diamkan pada suhu kamar selama 10 menit
Masukkan ke dalam kuvet untuk dibaca
absorbansi dari larutan blanko pada panjang
gelombang 546 nm.
Larutan test :
Pipet serum darah sebanyak 50 µL
Campur sampai rata kemudian diamkan pada suhu kamar selama 10 menit
Campur sampai rata kemudian diamkan pada suhu kamar selama 5 menit
V. Data Pengamatan
Nilai Absorbansi yang diperoleh :
Bilirubin Total Bilirubin Terkonjugasi (Direct)
Kelompok
Blanko Tes Blanko Tes
1 - 0,010 - 0,003
2 - 0,001 - 0,001
3 - 0,011 - 0,003
4 - 0,007 0,000 0,002
5 0,000 0,005 - 0,001
Rata-rata 0,000 0,0068 0,000 0,002
VI. Perhitungan
Faktor perhitungan bilirubin total = 45
Faktor perhitungan bilirubin terkonjugasi (direct) = 5
SD =
=
= 0,3345 mg/dL
SD =
= 0,0088 mg/dL
SBR / KV = %
= 109,31 %
VI.3.b. Bilirubin Direct
SBR / KV = %
=
= 88 %
VII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan pemeriksaan fungsi hati melalui tes bilirubin
total dan bilirubin direct. Bilirubin dapat digunakan sebagai parameter pemeriksaan
fungsi hati karena bilirubin merupakan hasil pemecahan heme dari sel darah yang
mengalami konjugasi di hati dengan asam glukoronat dengan batuan enzim uridyl
diphosphate glucoronyl transferase (UDGPT) sehingga menjadi bilirubin-glukoronat
yang lebih larut air (bilirubin direk) dan akan disekresikan ke empedu untuk
mengemulsikan lemak di usus. Apabila ada gangguan fungsi hati, jumlah bilirubin
indirek (hasil pemecahan heme) akan banyak terdapat di darah, sedangkan jumlah
bilirubin direk sedikit terbentuk. Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah
metode Peralman & Lee. Prinsip reaksi metode Peralman & Lee adalah sebagai
berikut :
Dari rata-rata absorbansi bilirubin tes (bilirubin total dan terkonjugasi) tersebut,
kemudian dilakukan perhitungan dengan faktor, dimana faktor bilirubin total adalah
45 sedangkan faktor untuk bilirubin terkonjugasi (direct) adalah 5. Faktor tersebut
didapat dari perhitungan yang telah dilakukan oleh pihak pabrik yang memproduksi
bahan baku percobaan kali ini. Setelah dilakuakan perhitungan dengan faktor, maka
didapatlah kadar bilirubin total sebesar 0,306 mg/dL dan bilirubin terkonjugasi
(direct) sebesar 0,01 mg/dL. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, serum uji
(larutan tes) memiliki kadar bilirubin total yang diatas normal dan kadar bilirubin
terkonjugasi yang normal. Kadar normal bilirubin total adalah 0,1-1,2 mg/dL dan
kadar normal bilirubin terkonjugasi adalah < 0,3 mg/dL (Sacher dan McPherson.
2004). Kadar bilirubin uji yang tidak berada pada rentang normalnya dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kesalahan pada saat praktikum, misalnya saja kesalahan pada saat memegang
tabung reaksi sehingga suhu tubuh dapat merusak bilirubin uji.
2. Hemolisis pada sampel darah.
3. Sampel darah yang terpapar matahari atau lampu yang terang.
4. Obat-obatan tertentu dapat menaikkan atau menurunkan kadar bilirubin.
Metode yang digunakan pada penentuan kadar bilirubin ini memiliki pembuktian
kinerja yang selektivitas dan spesifisitas karena pada saat pengukuran dengan
instrumen (spektrofotometer) hanya selektif dan spesifik untuk senyawa yang
diperiksa yaitu bilirubin. Selektivitas dalam analisis instrumen sangatlah penting
karena dalam analisis instrumen dihadapkan dengan matriks yang sangat kompleks.
sehingga detektor instrumen dapat selektif dan hanya memberikan tanggapan
terhadap sinyal molekul spesifik. Selain itu, metode ini memiliki pembuktian kinerja
yang sensitivitas karena dengan kadar yang rendah (50 μL) mampu mendeteksi
senyawa yang diperiksa yaitu bilirubin. Dari perhitungan yang diperoleh, nilai
simpangan baku relatif untuk bilirubin total yang dihasilkan adalah 109,31% dan
untuk bilirubin terkonjugasi (direct) adalah 88% sehingga metode yang digunakan
memiliki pembuktian kinerja yang tidak presisi. Hal tersebut berdasarkan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (POM) 2002, untuk validasi metode analisis dengan
parameter validasinya adalah presisi memiliki kriteria penerimaan jika nilai
simpangan baku relatif yang dihasilkan ≤ 2%. Farktor yang mempengaruhi metode
yang digunakan tidak presisi antara lain, pengujian dilakukan oleh orang yang
berbeda-beda dan proses penyimpanan pada suhu ruang yang kurang lama sehingga
reaksi yang terjadi belum sepenuhnya bereaksi.
VIII. Kesimpulan
Rata-rata kadar bilirubin total dalam serum uji adalah 0,0068 mg/dL dan rata-rata
kadar bilirubin terkonjugasi (direct) dalam serum uji adalah 0,002 mg/dL.
Pemeriksaan bilirubin yang dilakukan adalah melihat dari hasil kadar bilirubin
total dan bilirubin terkonjugasi (direct).
Serum uji (larutan tes) memiliki kadar bilirubin total yang diatas normal dan
kadar bilirubin terkonjugasi yang normal.
Metode yang digunakan dalam penentuan kadar bilirubin adalah metode Peralman
& Lee
Metode penentuan kadar bilirubin yang digunakan memiliki pembuktian kinerja
yang selektivitas, spesifisitas, sensitivitas, namun tidak presisi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2002. Petunjuk Operasional Cara Pengolahan Obat
yang Baik. Badan POM. Jakarta.
Baradero, M, M.W Ddayrit dan Y Siswadi, 2008, Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Perhitungannya, Majalah Ilmu
Kefarmasian.
Riswanto, 2009, Tes kimia darah laboratorium kesehatan, Diakses pada tanggal 27 Oktober
2013 pukul 11.48 WIB
Sacher, Ronald. A dan Richard A. McPherson, 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sudoyo, A.W. Dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, ed.IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta