Anda di halaman 1dari 51

Analisis Hasil Pengujian

Laboratorium
untuk Pengambilan Keputusan
Pekerjaan Jembatan
2
3
4
KEKUATAN BETON
(Pada umur tertentu)
Pengujian mutu kekuatan
tekan beton (destructive)

Kubus beton 15x15x15 cm3 Kubus beton 15x15x15 cm3

Pengujian mutu kekuatan beton


Pengujian mutu kekuatan lentur
(non destructive)
WORKABILITY

Dengan peralatan
yang tersedia,
adukan beton segar
Slump =...?
harus memiliki
kelecakan (nilai
X
slump) yang bisa
dikerjakan tanpa Faktor-faktor yang berpengaruh :
terjadi segregasi -Jumlah air
Slump =...? -Tipe agregat dan gradasi
-Kehalusan semen
-Bahan tambah
-Waktu, suhu penguapan,
proses hidrasi

Slump =...?
DURABILITY
AWAL AKHIR

Umur rencana pelayanan


Mutu kekuatan Mutu kekuatan Mutu kekuatan
=....? =....? =....?

Faktor-faktor yang berpengaruh:


-Kondisi lingkungan dan iklim
-Faktor air-semen
-Kadar semen
-Zat-zat tertentu dalam beton
-Permeabilitas beton
-Perawatan beton
Evaluasi Mutu
Pemilihan Semen
Grafik Perkembangan Kekuatan Beton Relatif berdasarkan
variasi semen Portland
Persentase perkembangan (%)

120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
PBI-71 PBI-71
PCC A PCC B PCC D PCC E OPC C OPC D PPC C PPC D
Tipe I Tipe III
3 hari 58% 69% 45% 73% 59% 60% 63% 50% 40% 55%
7 hari 67% 76% 78% 74% 75% 74% 69% 78% 65% 75%
28 hari 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Contoh kasus :
fc’ (28 hari) = 30 MPa -> fcr (28 hari) = 35 MPa

kuat tekan rata-rata (3 hari) = 14 MPa


kuat tekan rata-rata (7 hari) = 23 MPa
f.a.s 0,4

f.a.s 0,6
Water to Cement Ratio /
Faktor Air Semen

40

37

0,47 0,49 11
Kelecakan/konsistensi (nilai slump)
harus terpenuhi
Campuran percobaan (trial mix)
di lokasi P
E
Pengujian kuat tekan beton umur 7
N hari harus mencapai ≥ 90 % nilai
Menggunakan jenis instalasi G kuat tekan beton rata-rata yang
dan peralatan yang sama U ditargetkan dalam rancangan
J
seperti yang akan digunakan I
campuran beton (mix design) umur
untuk pekerjaan (serta sudah A 7 hari.
memperhitungkan waktu N

pengangkutan dll). HASIL

JMF (Job Mix Formula)


Penakaran Bahan

Proporsi bahan campuran  Basis kondisi agregat

Penakaran cara volume beton dengan mutu < fc’ 20 Mpa


Koreksi penakaran berat
Contoh :
Jika dengan kondisi agregat Jika proporsi campuran beton/m3 hasil perhitungan dengan
SSD diperoleh proporsi, kondisi agregat ssd ;
B1 = berat semen/m3 Semen = 385 kg
B2 = berat air/m3 Agregat halus = 634,68 kg f.a.s = 0.47
B3 = berat agregat halus/m3, SSD Agregat kasar = 1137,42 kg
B4 = berat agregat kasar/m3, SSD Air = 181 liter
Cm = kadar air agregat halus (%)
Ca = resapan agregat halus (%) Koreksi proporsi campuran berdasarkan kondisi agregat saat
Dm = kadar air agregat kasar (%) pelaksanaan :
Da = resapan agregat kasar (%) Jika resapan agregat halus = 2%, resapan agregat kasar =
3,4%, kadar air agregat halus = 6%, dan kadar air agregat
Proporsi campuran yang disesuaikan kasar = 2%, maka :
adalah : Semen, tetap = 385 kg
Semen, tetap = B1 Agregat halus = 634,68 + 0,06(634,68) = 672,76 kg
Air = B2 – (Cm – Ca) x B3/100 – (Dm – Da) x B4/100 Agregat kasar = 1137,42 + 0,02(1137,42) = 1160,17 kg
Agregat halus = B3 + (Cm – Ca) x B3/100 Air = 181–(0,06 – 0,02)634,68 – (0,02 –
Agregat kasar = B4 + (Dm – Da) x B4/100 0,034)1137,42 = 171,54 liter - 9,46 liter
Water to Cement Ratio /
Faktor Air Semen

40

37

0,47 0,49 15
Koreksi takaran volume

-Ukuran takaran volume


dibuat untuk kondisi agregat
kering
-Bila dalam pelaksanaan
agregat halus tidak kering
(mengandung kadar air),
maka agregat halus harus
ditambah ... % sesuai dengan
kadar air permukaan
(moisture content)
Luas permukaan
Bleeding and settlement
Spesifikasi Bina Marga

19
Pengujian Analisis Saringan
Analisis saringan agregat
Persentase Persentase Persentase
Kumulatif Kumulatif Kumulatif

ialah penentuan persentase


Ukuran Saringan y ang lewat y ang lewat y ang lewat
saringan saringan saringan
(Minimum) (Maksimum) (Eksisting)

berat butiran agregat yang mm


0,075
inci
No.200 0 0 2,78

lolos dari satu set saringan, 0,15


0,30
No.100
No.50
0
8
10
30
8,32
31,97

kemudian angka-angka 0,60 No.30 35 59 54,46

persentase tersebut
1,20 No.16 55 90 70,25
2,40 No.8 75 100 84,99

digambarkan pada grafik


4,80 No.4 90 100 100,00
9,60 3/8" 100 100 100,00

pembagian butir.
19,00 3/4" 100 100 100,00
Modulus Kehalusan 2,5

Fine Aggregate Gradation Curve


120
Minimum
Maksimum
100 2.4 4.8 9.6 19
Eksisting 1.2 4.8
2.4
80
0.6

% passing sieve
2.4
1.2
60 0.6
1.2
0.3
40
0.6
0.3
20 0.15
0.15 0.3
00
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak penulangan, 0 0.15
Sieve Size

tebal selimut beton dan kemudahan pelaksanaan


20
Common
Pengujian Analisis Saringan Mistakes

Kesalahan atau pengabaian terhadap gradasi agregat dalam pekerjaan beton dapat
menyebabkan kekuatan beton dan durabilitas tidak tercapai akibat campuran yang sulit untuk
dikerjakan, serta struktur yang keropos akibat bagian bagian tertentu yang tidak terisi oleh
campuran beton segar

21
Pengujian Abrasi Agregat Kasar
Prinsip uji abrasi Los Angeles
adalah menghasilkan aksi
abrasif dengan
menggunakan bola baja
standar yang bila dicampur
dengan agregat dan diputar
dalam drum untuk jumlah
putaran tertentu akan
menyebabkan tumbukan
pada agregat.

Digunakan sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton


secara mekanis
22
Common
Pengujian Abrasi Agregat Kasar Mistakes
Penggunaan agregat
dengan nilai abrasi tinggi
pada struktur beton dapat
menyebabkan kekuatan
beton yang rendah, karena
pada saat menerima
beban, retak terjadi melalui
penampang agregat.

Meningkatkan kadar
semen untuk menaikkan
kekuatan beton dapat
menyebabkan beton lebih
rentan terhadap retak susut
akibat panas hidrasi yang
berlebihan.

23
Pengujian bahan yang lolos saringan 200
Prinsip pengujian bahan
yang lebih halus dari 75 µm
dalam agregat adalah
untuk mengetahui berapa
banyak bahan yang halus
seperti clay yang terdapat
di dalam agregat, sebelum
dan setelah pencucian
dengan air bersih.
Jumlah material yang halus
dalam agregat harus
dibatasi, karena semakin
banyak material yang
halus dalam agregat akan
menaikkan kebutuhan air
pencampur dalam
produksi beton.

24
Pengujian bahan yang lolos Common
saringan 200 Mistakes

Kebutuhan air dalam beton, selain untuk merancang kekuatan (nilai f.a.s) juga untuk
kebutuhan kemudahan pelaksanaan (nilai workability) yang harus mencapai optimal
Kelebihan penggunaan air dalam pencampuran beton dapat menyebabkan menurunnya
kekuatan beton, dan terbentuknya lapisan air di permukaan beton segar (bleeding) yang
dapat menyebabkan lapisan yang lemah pada permukaan beton

25
Pengujian gumpalan lempung dan partikel
yang mudah pecah
Gumpalan lembung (Clay lumps)
dan partikel yang mudah pecah
(friable pasticles) adalah material
yang terdapat dalam agregat
alam serta hasil pemecahan
mekanis yang dapat
mengganggu ikatan antara pasta
semen dengan agregat yang
berdampak pada menurunnya
kekuatan beton yang dihasilkan.
Salah satu kriteria kebersihan
agregat adalah batasan
terhadap jumlah gumpalan
lempung dan partikel yang
mudah pecah.

26
Pengujian gumpalan lempung dan partikel
yang mudah pecah Common
Mistakes
Pop-outs atau terlepasnya butiran
agregat dari beton yang telah
mengeras adalah salah satu
bentuk kerusakan pada beton
akibat lemahnya ikatan antara
pasta dengan agregat.
Berlebihannya gumpalan
lempung serta partikel yang
mudah pecah di dalam beton
akan menyebabkan rendahnya
kekuatan beton, serta kerusakan
dini pada permukaan beton,
terutama bagian yang
mengalami gesekan, seperti
permukaan lantai jembatan.

27
Pengujian kekekalan bentuk agregat dengan
Magnesium sulfat atau Natrium Sulfat
Pengujian Soundness (kekekalan
bentuk) agregat dilakukan untuk
melihat keutuhan butiran agregat
setelah direndam di dalam larutan
sulfat, dalam lima siklus basah – kering.
Perendaman di dalam larutan sulfat
dengan kondisi basah-kering selama 5
siklus, akan memaksa garam yang
terbentuk di dalam pori pori agregat
untuk mendorong agar terjadi
disintegrasi/pemecahan pada
agregat.
Agregat yang keras akan memiliki
ketahanan yang baik terhadap gaya
yang mendorong terjadinya
disintegrasi dari dalam.

28
Pengujian kekekalan bentuk agregat dengan
Magnesium sulfat atau Natrium Sulfat Common
Mistakes
Kelembapan (air) yang
terperangkap di dalam agregat,
akan menyebabkan air yang
memiliki sifat anomali pada
temperatur 4oC untuk memuai
dan menyebabkan gaya dorong
ke segala arah.
Salah satu contoh mekanisme
kerusakan pada beton akibat
dorongan dari dalam agregat
yang menyebabkan disintegrasi
dan kerusakan pada beton
adalah mekanisme freeze & thaw
pada beton yang mengalami
pembekuan pada musim dingin
yang panjang.

29
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat
Berat jenis agregat adalah
perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan berat air (kg)sebagai
acuan pada volume yang setara.

Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air


pada saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air
minimum dalam pencampuran

30
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Common
Mistakes

Untuk mengetahui proporsi agregat yang harus digunakan dalam


beton dalam mencapai campuran yang optimal, data berat jenis
(specific gravity) dari agregat yang digunakan menjadi parameter
utama.
Pada kondisi lapangan, agregat hanya mungkin berada dalam
kondisi kering udara atau basah, sedangkan dalam rancangan
campuran, agregat dalam kondisi jenuh kering permukaan.
Hal tersebut menyebabkan, dalam setiap pencampuran perlu
dilakukan koreksi terhadap kadar air agregat, dibandingkan
dengan nilai penyerapan airnya.
Kesalahan atau pengabaian terhadap parameter berat jenis dan
penyerapa air , sama dengan menghasilkan komposisi campuran
beton yang tidak dirancang
31
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara
Agregat
Lepas/Loose Padat/Rodded Berat isi agregat adalah
perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan volumenya, pada
volume tertentu (liter) sebagai acuan

Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan


bahan penyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran
untuk penakaran secara volumetrik utk beton di bawah 20 MPa

32
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Common
Agregat Mistakes

Penakaran bahan penyusun beton secara volumetrik


membutuhkan data-data berat isi dari setiap komponen
penyusunnya.
Penakaran bahan penyusun beton secara volumetrik tanpa
merujuk pada data hasil uji berat isi, akan menyebabkan
komposisi campuran yang tidak terukur, sehingga akan
menyulitkan pelaksanaan dan pengendalian kekuatan serta
keseragamannya
33
Pengujian Kepipihan Agregat Kasar
Jenis-jenis agregat yang
dianggap tidak cocok
untuk campuran beton
adalah agregat yang
pipih, memanjang atau
kombinasi keduanya,
terutama untuk beton yang
dirancang dengan
kekuatan yang tinggi.
Kondisi pipih dan panjang
pada agregat disebabkan
karena proses pemecahan
agregat yang kurang baik.
34
Common
Pengujian Kepipihan Agregat Kasar Mistakes

Agregat yang pipih cenderung akan menempatkan dirinya


sejajar dalam satu bidang, sehingga dapat menyebabkan
masalah dengan kekuatan dan keawetan beton, akibat
kepadatan yang dihasilkan kurang baik.

35
Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Pengujian dilakukan dengan
membandingkan warna air
rendaman pasir dengan warna
standar pada pelat pembanding
Kotoran organik dalam pasir
umumnya terdiri dari bahan
dalam bentuk karbon atau
bentuk pembusukan tanaman
dan sisa-sisa hewan.
Pada umumnya, pengujian
perbandingan kekuatan mortar
Agregat halus/pasir yang bersih ditunjukkan dengan warna air dengan pasir yang bersih dan
rendaman yang semakin bening atau cerah, sedangkan agregat pasir yang diragukan digunakan
halus/pasir yang kotor ditunjukkan dengan warna air rendaman sebagai pengukur efek
yang semakin gelap atau pekat
berbahaya dari pengotor.
36
Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Common
Mistakes

Selain kemungkinan mengandung mineral reaktif,


agregat halus dengan kotoran organik yang
tinggi, berpotensi besar mengganggu reaksi
hidrasi dan ikatan antara semen dengan
agregat, serta mengurangi kekuatan dan
kerapatan beton pada usia diatas 28 hari

37
Pengujian Alkali Reaktif pada Agregat
Halus

Reaksi alkali silika pada beton terjadi karena agregat yang digunakan memiliki tingkat reaktifitas yang
tinggi (ekspansif) saat berhubungan dengan semen portland pada kondisi basa dan kelembapan yang
tinggi. Untuk mengetahui agregat yang digunakan merupakan tipe silica yang reaktif, maka perlu
dilakukan pengujian di laboratorium dengan mengukur perpanjangan dari mortar yang dibuat dalam
bentuk batang-batang uji.

38
Pengujian Alkali Reaktif pada Agregat
Halus Common
Mistakes
Kerusakan akibat pengaruh reaksi alkali
silika pada umumnya muncul setelah
beberapa tahun beton dilaksanakan,

Beton setidaknya direncanakan untuk umur


40 tahun (jalan beton) serta 50 tahun
(jembatan biasa) dan 100 tahun (jembatan
khusus).

Sehingga perlu pemilihan agregat yang lebih


intensif untuk beton pada area yang memiliki
riwayat material dengan silika yang reaktif

39
Pengujian Agregat Kasar
Jenis Pengujian Nomor Standard / Pedoman Urgensi dalam Penerapan
Mandatory
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak
Analisis Saringan SNI ASTM C136:2012 penulangan, tebal selimut beton dan kemudahan pelaksanaan
Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara
Abrasi SNI 2417:2008 mekanis
Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat dan berpengaruh pada
Lolos Saringan No. 200 SNI ASTM C117:2012 penggunaan air (f.a.s, slump, dll) serta kemudahan pelaksanaan

Gumpalan lempung SNI 4141:2015 Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat

Soundness SNI 43407:2008 Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara kimia

Non Mandatory
Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air pada
Berat Jenis & penyerapan air SNI 1969:2008 saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air minimum dalam
pencampuran
Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan bahan
Berat Isi SNI 4804:1998 peyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran untuk penakaran
secara volume utk beton di bawah 20 MPa
Sebagai ukuran kuantitatif batasan agregat yang mudah patah yang
Kepipihan SNI 8287:2016 berpengaruh terhadap kekuatan beton dan kemudahan pelaksanaan

Modul 4 - Inspeksi dan Pengujian Bahan 40


Pengujian Agregat Halus
Jenis Pengujian Nomor Standard / Pedoman Urgensi dalam Penerapan
Mandatory (eksplisit di dalam spesifikasi)
Digunakan dalam perancangan mutu beton, dan kemudahan
Analisis Saringan SNI ASTM C136:2012 pelaksanaan
Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat yang berpengaruh
Kotoran Organik SNI 2417:2008 terhadap kekuatan dan keawetan beton
Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat dan berpengaruh pada
Lolos Saringan No. 200 SNI ASTM C117:2012 penggunaan air (f.a.s, slump, dll) serta kemudahan pelaksanaan

Gumpalan lempung SNI 4141:2015 Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat

Soundness SNI 43407:2008 Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara kimia

Non Mandatory (tidak eksplisit di dalam spesifikasi)


Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air pada
Berat Jenis & penyerapan air SNI 1969:2008 saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air minimum dalam
pencampuran
Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan bahan
Berat Isi SNI 4804:1998 peyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran untuk penakaran
secara volume utk beton di bawah 20 MPa
Sebagai ukuran kuantitatif batasan agregat yang dapat bereaksi
Alkali Reaktif SNI 8287:2016 secara kimia dengan semen dan berpengaruh terhadap durabilitas
struktur

Modul 4 - Inspeksi dan Pengujian Bahan 41


Spesifikasi Bina Marga

42
Pengujian Slump Beton Segar
Dengan peralatan
yang tersedia,
Slump =...? adukan beton segar
harus memiliki
kelecakan (nilai
slump) yang bisa
dikerjakan tanpa
terjadi segregasi SNI 1972:2008
Slump =...?

Pengujian kemudahan pengerjaan (workability) dibutuhkan untuk menjamin bahwa beton yang
dibuat memiliki keseragaman komposisi dari batch ke batch dan akan mencapai kepadatan
optimum pada saat dilaksanakan.
Nilai slump akan berhubungan langsung dengan metode kerja dari struktur yang akan dibuat

43
Common
Pengujian Slump Beton Segar Mistakes

Seringkali nilai slump dihubungkan terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Namun sebenarnya nilai slump
tidak memiliki hubungan langsung dengan kekuatan yang ditargetkan. Sebagai contoh, beton 40 MPa boleh
jadi harus memiliki nilai Slump 180 mm, sedangkan beton 30 MPa harus memiliki nilai slump 60 mm.

Penolakan akibat nilai slump yang tidak sesuai juga jarang dilakukan akibat missleading terhadap pernyataan
diatas.

Padahal akibat pengabaian terhadap nilai slump, dapat menghasilkan mulai dari hal yang kecil seperti beton
yang keropos/kurang padat, kegagalan konstruksi hingga kegagalan struktur.
44
Pengujian Kekuatan Beton
SNI 1974:2011
SNI ASTM C805:2012

Pengujian kuat tekan beton Pengujian angka pantul beton


SNI 4431:2011 Beton harus diuji untuk mengetahui pencapaian kekuatannya pada umur yang
disyaratkan.
Pengujian harus dilakukan sesuai dengan jenis kekuatan yang syaratkan.
Pengujian kuat tekan harus dilakukan untuk elemen struktur beton yang
mengalami beban tekan, seperti pilar dan/atau lantai jembatan, sedangkan
pengujian kuat lentur harus dilakukan untuk struktur beton yang mengalami
beban tarik lentur, seperti perkerasan beton.
Penggunaan schmidt hammer (hammer test) hanya digunakan sebagai indikasi
Pengujian kuat lentur beton kekuatan dan keseragaman.
45
Common
Pengujian Kekuatan Beton Mistakes
Sering terjadi kekuatan beton diukur dengan metode yang tidak
sesuai peruntukkannya, sebagai contoh :
1. Kekuatan lentur beton diukur dengan pendekatan dari kekuatan
tekannya
2. Kekuatan pada 28 hari diukur dari konvensi kekuatan dari umur
yang lebih muda.
Kedua hal tersebut dapat menyebabkan missleading terhadap
spesifikasi yang berujung pada usia layan yang lebih rendah
dari rencana

46
Pengujian Tarik dan Lengkung Tekan
Baja Tulangan

Baja tulangan adalah produk ber


SNI wajib, sehingga penggunaan
baja tulangan yang tidak
memenuhi SNI 2052:2017 dapat
diancam secara pidana sesuai
Undang Undang No 20 tahun 2014

Baja Tulangan merupakan komponen wajib dalam beton bertulang yang harus memiliki
kekuatan tarik minimum tertentu sesuai persyaratan, selain daktilitas yang juga
diperlukan untuk ketahanan gempa.
Pengujian lengkung tekan dilakukan untuk mengamati secara visual bahwa tidak terjadi
retak pada tulangan pada saat dibengkokkan sampai 180 derajat.
47
Pengujian Tarik dan Lengkung TekanCommon
Baja Tulangan Mistakes

Uji lengkung tekan (bending test), sering diabaikan karena sifatnya yang kualitatif, namun
pengujian tersebut dapat memberikan informasi yang sangat penting terhadap kualitas baja
tulangan untuk keperluan pelaksanaan. Pembengkokkan tulangan adalah hal yang hampir
selalu dilakukan pada saat pemasangan tulangan mengikuti keperluan struktur.

48
Pengujian Pengencangan Baut
Pengencangan baut (tipe friksi) pada
pekerjaan jembatan harus dilakukan
berdasarkan kebutuhan gaya tarik minimum
(minimum tension force) dari setiap
diameter dan kelas baut, yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kekakuan pada
sambungan baut.

Gaya tarik minimum yang disyaratkan (kN)


harus tercapai dengan pemberian torsi
(kN.m) yang dilakukan menggunakan kunci
momen pada saat pengencangan baut.

Untuk dapat memverifikasi bahwa gaya


tarik yang dibutuhkan telah tercapai
dengan nilai torsi tertentu yang diberikan,
perlu dilakukan uji pengencangan baut
untuk setiap kelas dan diameter baut
49
Common
Pengujian Pengencangan Baut Mistakes
Pemberian torsi tertentu pada baut
belum tentu dapat memberikan
kekencangan atau tension yang
dibutuhkan.

Kekencangan atau tension yang


kurang akan menyebabkan baut
yang longgar dan berpengaruh
kepada kinerja struktur jembatan

50
Terima kasih atas
perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai