Anda di halaman 1dari 130

Pengawasan dan Pengendalian

Mutu Beton dalam Pekerjaan


Jalan dan Jembatan
SABTU, 18 JULI 2020
09.00 – 12.00 WIB

AGENDA KELAS ONLINE 2020

DPD JABAR
• Pendahuluan
• Hal Umum dalam Pengawasan
Pekerjaan Beton
• NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan
Sistematika Kriteria) dalam pengawasan
Penyajian pekerjaan beton
• Interpretasi Hasil Pengujian dan
Urgensinya dalam Pekerjaan Beton
• Pengujian lain dalam pengawasan
pekerjaan jalan dan jembatan
• Product Knowledge - peralatan
laboratorium dan lapangan
Pendahuluan (Introduction)
What is concrete ?

BETON
CONCRETE
Semen Portland Pasir/Agregat halus

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air Kerikil/Agregat kasar
What is concrete ?

ADUKAN
MORTAR
Semen Portland Pasir/Agregat halus

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
What is concrete ?

ACIAN
PASTA SEMEN
Semen Portland

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
“Musuh” beton

7
Setting Pengerasan

Beton kondisi segar Beton kondisi keras dan kaku


(Plastis)
SISTEM PRODUKSI BETON SEGAR

Pengadukan dengan tangan

Pengadukan cara manual dengan


mesin pengaduk

Pengadukan dengan peralatan


batching plant
KRITERIA MUTU TEKNIS BETON
WORKABILITY

Slump =...? Dengan peralatan


yang tersedia,
adukan beton segar
harus memiliki
X
kelecakan (nilai
slump) yang bisa Faktor-faktor yang berpengaruh :
Slump =...?
dikerjakan tanpa -Jumlah air
terjadi segregasi -Tipe agregat dan gradasi
-Kehalusan semen
-Bahan tambah
-Waktu, suhu penguapan,
proses hidrasi
Slump =...?
KEKUATAN BETON
(Pada umur tertentu)
Pengujian mutu kekuatan
tekan beton (destructive)

Kubus beton 15x15x15 cm3 Kubus beton 15x15x15 cm3

Pengujian mutu kekuatan beton


Pengujian mutu kekuatan lentur
(non destructive)
DURABILITY
AWAL AKHIR

Umur rencana pelayanan


Mutu kekuatan Mutu kekuatan Mutu kekuatan
=....? =....? =....?

Faktor-faktor yang berpengaruh:


-Kondisi lingkungan dan iklim
-Faktor air-semen
-Kadar semen
-Zat-zat tertentu dalam beton
-Permeabilitas beton
-Perawatan beton
Hal Umum dalam Pengawasan Pekerjaan Beton
TAHAPAN PEMBETONAN

1 2 3

•Seleksi material •Penakaran •Perawatan (Curing)


•Rancangan •Pencampuran
campuran •Pengangkutan
•Peralatan •Uji mutu beton segar
( keseragaman campuran, slump,
berat isi, kadar udara) + Pengecoran +
pembuatan benda uji
•Pemadatan
•Penyelesaian akhir
Motto :

“Hindari penolakan pekerjaan setelah produk terpasang”

Caranya ?

Awasi setiap tahapan pekerjaan dengan Spesifikasi !


Struktur Spesifikasi Teknik
Umum
Persyaratan
(standar rujukan, toleransi, bahan, persyaratan kerja)

Pelaksanaan
Pengendalian Mutu
(penerimaan bahan, jaminan mutu, perbaikan, pemeliharaan)

Pengukuran dan Pembayaran


(Pengukuran dan dasar pembayaran)
Kuat Tekan Beton
(Min. 100% + Margin) (= 100% + Margin)
Kuat Tekan DMF Kuat Tekan Perlu Kuat Tekan Perlu/Target ed mean strength
(fcr)

Kuat Tekan Karakteristik /Specified


Kekuatan Tekan (N/mm2)

strength
(fc’)
Margin

Kuat Tekan
Karakteristik
Margin
Kuat Tekan JMF (= 100%)

(Min. 90% Kuat


tekan perlu)
Kekuatan Tekan Beton (N/mm2)

3 7 28
Umur (hari)
Kelecakan/konsistensi (nilai slump)
harus terpenuhi
Campuran percobaan (trial mix)
di lokasi P
Pengujian kuat tekan beton umur 7
E
N hari harus mencapai ≥ 90 % nilai
Menggunakan jenis instalasi G kuat tekan beton rata-rata yang
dan peralatan yang sama U ditargetkan dalam rancangan
J
seperti yang akan digunakan I
campuran beton (mix design) umur
untuk pekerjaan (serta sudah A 7 hari.
memperhitungkan waktu N

pengangkutan dll). HASIL

JMF (Job Mix Formula)


KESALAHAN-KESALAHAN UMUM DALAM PEKERJAAN JALAN BETON
DAN JEMBATAN
Kuat Tekan Silinder
100
90
Penggunaan korversi yang keliru dalam evaluasi kekuatan 80

Kuat Tekan ( N/mm² )


70
1 Hari
Grafik Perkembangan Kekuatan Beton Relatif 60
50
berdasarkan variasi semen Portland 7 Hari
40
120%
Persentase perkembangan (%)

30
100% 20
28 Hari
80% 10
60% 0
40% OPC PPC PCC
20%
0% Kuat Lentur 150x150x600
PBI-71 PBI-71
PCC A PCC B PCC D PCC E OPC C OPC D PPC C PPC D
Tipe I Tipe III 9
3 hari 58% 69% 45% 73% 59% 60% 63% 50% 40% 55% 8

Kuat Lentur ( N/mm² )


7 hari 67% 76% 78% 74% 75% 74% 69% 78% 65% 75% 7
28 hari 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 6
5 1 Hari

Contoh kasus : 4 7 Hari


14/0.4=35 3
fc’ (28 hari) = 30 MPa -> fcr (28 hari) = 35 MPa 28 Hari
23/0.65=35.3
2
kuat tekan rata-rata (3 hari) = 14 MPa (atau 24?) 1
kuat tekan rata-rata (7 hari) = 23 MPa (atau 27?) 0
14/0.69=20.2 OPC PPC PCC
23/0.76=30.3
Beton Kinerja Tinggi (Kekuatan Awal Tinggi)
Kuat Tekan Silinder
100
Kuat Tekan ( N/mm² )

80 1 Hari

60 3 Hari
40 7 Hari
20 14 Hari
0 28 Hari Rasio Berat Bahan
OPC
PPC 6 Agregat Kasar 3/4
(SSD), 1 Semen Portland
PCC 23%
36%
Rasio Berat Polycarboxilic Superplasticizer terhadap berat semen untuk nilai
flow yang sama +/- 600mm

2,00%
2 Air,
6%

1,50%
5 Polycarboxilic
Rasio

1,00% Superplasticizer
bervariasi
0,50% 4 Agregat Kasar 3/8
(SSD), 3 Agregat Halus
4% (SSD),
0,00%
OPC PPC PCC 31%
Penakaran Bahan

Proporsi bahan campuran  Basis kondisi agregat

Penakaran cara volume beton dengan mutu < fc’ 20 Mpa


Koreksi takaran volume

-Ukuran takaran volume


dibuat untuk kondisi agregat
kering
-Bila dalam pelaksanaan
agregat halus tidak kering
(mengandung kadar air),
maka agregat halus harus
ditambah ... % sesuai dengan
kadar air permukaan
(moisture content)
Luas permukaan
Koreksi penakaran berat
Contoh :
Jika dengan kondisi agregat Jika proporsi campuran beton/m3 hasil perhitungan dengan
SSD diperoleh proporsi, kondisi agregat ssd ;
B1 = berat semen/m3 Semen = 385 kg
B2 = berat air/m3 Agregat halus = 634,68 kg f.a.s = 0.47
B3 = berat agregat halus/m3, SSD Agregat kasar = 1137,42 kg
B4 = berat agregat kasar/m3, SSD Air = 181 liter
Cm = kadar air agregat halus (%)
Ca = resapan agregat halus (%) Koreksi proporsi campuran berdasarkan kondisi agregat saat
Dm = kadar air agregat kasar (%) pelaksanaan :
Da = resapan agregat kasar (%) Jika resapan agregat halus = 2%, resapan agregat kasar =
3,4%, kadar air agregat halus = 6%, dan kadar air agregat
Proporsi campuran yang disesuaikan kasar = 2%, maka :
adalah : Semen, tetap = 385 kg
Semen, tetap = B1 Agregat halus = 634,68 + 0,06(634,68) = 672,76 kg
Air = B2 – (Cm – Ca) x B3/100 – (Dm – Da) x B4/100 Agregat kasar = 1137,42 + 0,02(1137,42) = 1160,17 kg
Agregat halus = B3 + (Cm – Ca) x B3/100 Air = 181–(0,06 – 0,02)634,68 – (0,02 –
Agregat kasar = B4 + (Dm – Da) x B4/100 0,034)1137,42 = 171,54 liter - 9,46 liter
Water to Cement Ratio /
Faktor Air Semen
(w.c.r atau f.a.s)

40

37

0,47 0,49 27
f.a.s 0,4

f.a.s 0,6
Pemadatan
Perawatan dengan Selimut
Kedap Air :
Metode ini dilakukan dengan
menyelimuti permukaan beton
dengan bahan lembaran kedap
air yang bertujuan mencegah
kehilangan kelembaban dari
permukaan beton
Perawatan
Perawatan dengan
Membran Cair

Bahan yang digunakan harus sudah kering


dalam waktu 4 jam (sesuai final setting time)
-Bahan harus melekat tapi tidak bersenyawa
dengan beton, tidak beracun, tidak selip,
bebas dari lubang-lubang halus dan tidak
membahayakan beton
Agar diperoleh hasil yang lebih baik,
disarankan juga untuk melakukan
pembasahan dengan air di atas selaput
membran yang sudah kering.
X
NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria) dalam
pengawasan pekerjaan beton
Spesifikasi Bina Marga

34
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 7974:2013 Spesifikasi
air pencampur yang
digunakan dalam produksi
beton semen hidraulis
(ASTM C1602-06, IDT)

35
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 8363:2017 Semen portland slag (SPS)
• SNI 7064:2014 Semen portland komposit (PCC)
• SNI 0302:2014 Semen portland pozolan (PPC)
• SNI 2049:2015 Semen portland (OPC) Tipe I s/d V

• SNI 6385:2016 Spesifikasi semen slag untuk


digunakan dalam beton dan mortar
• SNI 2460:2014 Spesifikasi abu terbang batubara
dan pozolan alam mentah atau yang telah
dikalsinasi untuk digunakan dalam beton (ASTM
C618-08a, IDT)

36
Jenis Semen
• Semen Hidrolis (Hydraulic Cement) yaitu semen yang
mengeras akibat bereaksi dengan air (proses hidrasi),
contohnya adalah Semen Portland.
• Semen Non Hidrolis (Non Hydraulic Cement) yaitu semen
yang mengeras dan tidak memerlukan proses hidrasi,
contohnya adalah Sulphur Cement (Belerang untuk
Capping Silinder beton) yang cukup dipanaskan (+ 250C)
untuk dapat mencair dan segera mengeras pada
temperatur ruang.
Jenis Semen Portland
• Banyak literatur yang mengelompokkan jenis semen Portland,
salah satunya Asosiasi Semen Portland di Amerika (PCA)
mengelompokkan berdasarkan 3 Standar ASTM yang mengatur
sifat-sifatnya, yaitu
• ASTM C150 Portland Cement (6 jenis) yang diatur
sifat fisik, mekanik dan komposisi kimianya
• ASTM C595 Blended Cement (4 jenis) yang diatur
sifat fisik, mekanik, komposisi kimia (yg lebih
longgar) dan jenis bahan tambahannya
• ASTM C1157 Performance Attibutes of Cements (6
jenis) yang diatur sifat fisik, mekanik, dan komposisi
kimia (yg sangat longgar)
Jenis Semen Portland

Berdasarkan SNI 2049:2015 Semen Portland


/ (ASTM C150 Portland Cement)

Jenis 1 / Jenis II / Jenis III / Jenis IV / Jenis V /


Type II (MH)
Type I Type II Type III Type IV Type V

Ketahanan sulfat
Moderate Heat of Kekuatan tinggi Ketahanan tinggi
sedang atau kalor Kalor hidrasi
Penggunaan Hydration and tahap permulaan / terhadap sulfat /
hidrasi sedang / rendah / (Low Heat
umum / (Normal) Moderate Sulfate (High Early (High Sulfate
(Moderate Sulfate Hydration)
Resistance Strength) Resistance)
Resistance)
Jenis Semen Portland

Berdasarkan SNI 0302:2014 Semen Portland Pozolan / SNI 8363:2017 Semen Portland Slag / (ASTM
C595 Standard Specification for Blended Hydraulic Cement)

SPS PPC /
Type IL Type IT
Type IS Type IP
Semen Portland
Semen Portland Slag
Portland-Limestone Pozolan Ternary Blended
Cement (Portland-Slag Cement
(Portland-Pozzolan
Cement)
Cement)
Jenis Semen Portland

Berdasarkan SNI 7064:2014 Semen Portland Komposit / (ASTM C1157 Performance


Specification for Hydraulic Cements)

PCC / PCC / PCC /


Type HE Type HS Type LH
Type GU Type MS Type MH

Portland Composite Portland Composite


Portland Composite
Cement High Sulfate Cement
Cement High Early-Strength Low Heat of Hydration
(Moderate Sulfate Resistance (Moderate Heat of
(General Use)
Resistance) Hydration)
Jenis Semen Portland
Yang tersedia di pasar Indonesia
Jenis Semen Acuan Penjualan tahun 2019**
Semen Portland Komposit (PCC) SNI 7064:2014 33 juta ton
Semen Portland Pozolan (PPC) SNI 0302:2014 845 ribu ton
Semen Portland Jenis I (OPC) SNI 2049:2015 36 juta ton
Semen Portland Jenis II (OPC) SNI 2049:2015 …. ton
Semen Portland Jenis III (OPC) SNI 2049:2015 …. ton
Semen Portland Jenis IV (OPC) SNI 2049:2015 …. ton
Semen Portland Jenis V (OPC) SNI 2049:2015 65 ribu ton
Semen Portland Slag SNI 8363:2017 …. ton
Semen Portland Putih SNI 0129:2018 …. ton
Semen Pemboran (Oil Well Cement) SNI 15-3044-xxxx 66 ribu ton
Semen Mansonry SNI 15-3758-xxxx …. ton
Semen Portland Campur SNI 15-3500-xxxx …. ton
Semen Slag (GGBFS)* SNI 6385:2016 …. ton
* Tidak termasuk dalam kategori semen portland , namun tersedia di Indonesia
** Sumber : Semen Indonesia Group (2020)
Produsen semen di Indonesia
No NAMA PRODUSEN* LOKASI PABRIK* NAMA PRODUK* JENIS SEMEN*
1 Semen Padang Sumatera Barat Semen Padang OPC, PPC, PCC, OWC
OPC, PPC, PCC,
2 Semen Gresik Jawa Timur, Jawa Tengah Semen Gresik
Semen Putih
3 Semen Tonasa Sulawesi Selatan Semen Tonasa OPC, PCC
4 Solusi Bangun Indonesia Aceh, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Dynamix PCC
OPC, PPC, PCC,
5 Indocement Tunggal Prakasa Jawa Barat, Kalimantan Selatan Semen Tiga Roda, Semen Rajawali
Semen Putih
6 Semen Baturaja Sumatera Selatan, Lampung Semen Baturaja OPC, PCC
7 Semen Kupang Nusa Tenggara Timur Semen Kupang PCC
8 Semen Bosowa Sulawesi Selatan Semen Bosowa PCC
9 Jui Shin indonesia Jawa Barat Semen Garuda PCC
10 Semen Jawa Jawa Barat SCG PCC
11 Cemindo Gemilang Banten Semen Merah Putih PCC
Papua, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
12 Anhui Conch Cement Semen Conch PCC
Sulawesi Selatan, Banten
Cement Puger Jaya
13 Jawa Timur Semen Puger/Semen Singa Merah PPC
Raya/Semen IMASCO Asiatic
14 Sunfook Industries Indonesia Banten Semen Hippo OPC, PCC
15 Semen Jakarta Banten Semen Jakarta PCC
Sinar Tambang Artha
16 Jawa Tengah Semen Bima PPC
Lestari/Semen Panasia
17 Haohan Cement Indonesia Banten Semen Serang OPC, PCC
18 Semen Gombong** Jawa Tengah - -
19 Semen Grobogan** Jawa Tengah - -
20 Ultratech** Jawa Tengah - -

* Informasi web diakses Maret 2020, ** Tahap konstruksi pabrik


Produsen semen di Indonesia

* Informasi web diakses Maret 2020,


Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton

• SNI 03-2495-1991 Bahan tambahan


untuk beton, Spesifikasi
• SE No. 22/SE/M/2015 Penggunaan
Bahan Tambah Kimia Dalam Beton
45
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 8321:2016 Spesifikasi agregat
beton (ASTM C33/C33M - 13, IDT)

• SNI ASTM C136:2012 Metode uji untuk analisis


saringan agregat halus dan agregat kasar
• SNI 2417:2008 Cara uji keausan agregat dengan
mesin abrasi Los Angeles
• SNI 2816 - 2014 Metode uji bahan organik dalam
agregat halus untuk beton (ASTM C40/C40M-11,
IDT)
• SNI ASTM C117:2012 Metode uji bahan yang
lebih halus dari saringan 75 mm (No. 200) dalam
agregat mineral dengan pencucian
46
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton

• SE NO. 07/SE/M/2016 Pedoman Tata Cara


Penentuan Campuran Beton dengan Semen
OPC, PPC dan PCC
• SNI 7656-2012 Tata Cara Pemilihan
Proporsi untuk Beton Normal, Beton Berat
dan Beton Massa
• SNI 03-6468-2000 Tata cara perencanaan
campuran beton berkekuatan tinggi dengan
semen portland dan abu terbang
• SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan
dan pengecoran beton
47
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 4433:2016 Spesifikasi Beton
Segar Siap Pakai

• SNI 2458:2008 Tata cara pengambilan contoh uji


beton segar
• SNI 1972:2008 Cara Uji Slump Beton
• SNI 8309:2016 Metode uji passing ability beton
memadat sendiri dengan J-Ring
• SNI ASTM C403/C403M:2012 Metode uji waktu
pengikatan campuran beton dengan ketahanan
penetrasi
• SNI 2493:2011 Tata cara pembuatan dan
perawatan benda uji beton di laboratorium
48
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton

• SNI ASTM C309:2012 Spesifikasi kompon


cair pembentuk membran untuk perawatan
beton
• SNI 4817:2008 Spesifikasi lembaran bahan
penutup untuk perawatan beton
49
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 6880:2016 Spesifikasi beton
struktural
• Spesifikasi Pelaksanaan Jalan dan
Jembatan tahun 2018
• SNI 1974:2011 Cara uji kuat tekan beton dengan
benda uji silinder yang dicetak
• SNI 4431:2011 Cara uji kuat lentur beton normal
dengan dua titik pembebanan
• SNI 2492:2008 Metode pengambilan dan
pengujian inti beton hasil pemboran dan balok
beton hasil pemotongan (ASTM C42/C42M-13,
IDT)
• SNI 03-4169-1996 Metode pengujian modulus
elastisitas statis dan rasio poison beton dengan
kompresometer
50
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 6880:2016 Spesifikasi beton
struktural
• Spesifikasi Pelaksanaan Jalan dan
Jembatan tahun 2018
• SNI ASTM C805:2012 Metode uji angka pantul
beton keras (ASTM C 805-02, IDT)
• SNI ASTM C597:2012 Metode uji kecepatan
rambat gelombang melalui beton (ASTM C 597 -
02, IDT)
• SNI ASTM C803:2012 Metode uji ketahanan
beton keras terhadap penetrasi (ASTM
C803/C803 M-03, IDT)
• SNI 03-6444-2000 Pengujian Potensial Setengah
Sel Baja Tulangan di dalam Beton

51
Interpretasi Hasil Pengujian dan Urgensinya dalam
Pekerjaan Beton
Pengujian Analisis Saringan
Analisis saringan agregat
Persentase Persentase Persentase
Kumulatif Kumulatif Kumulatif
Ukuran Saringan
ialah penentuan persentase
y ang lewat y ang lewat y ang lewat
saringan saringan saringan
(Minimum) (Maksimum) (Eksisting)

berat butiran agregat yang mm


0,075
inci
No.200 0 0 2,78

lolos dari satu set saringan, 0,15


0,30
No.100
No.50
0
8
10
30
8,32
31,97

kemudian angka-angka 0,60


1,20
No.30
No.16
35
55
59
90
54,46
70,25
persentase tersebut 2,40
4,80
No.8
No.4
75
90
100
100
84,99
100,00
digambarkan pada grafik 9,60 3/8" 100 100 100,00

pembagian butir.
19,00 3/4" 100 100 100,00
Modulus Kehalusan 2,5

Fine Aggregate Gradation Curve


120
Minimum
Maksimum
100 2.4 4.8 9.6 19
Eksisting 1.2 4.8
2.4
80
0.6 2.4

% passing sieve
1.2
60 0.6
1.2
0.3
40
0.6
0.3
20 0.15
0.15 0.3
00
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak penulangan, 0 0.15
Sieve Size

tebal selimut beton dan kemudahan pelaksanaan


53
Common
Pengujian Analisis Saringan Mistakes

Kesalahan atau pengabaian terhadap gradasi agregat dalam pekerjaan beton dapat
menyebabkan kekuatan beton dan durabilitas tidak tercapai akibat campuran yang sulit untuk
dikerjakan, serta struktur yang keropos akibat bagian bagian tertentu yang tidak terisi oleh
campuran beton segar

54
Pengujian Abrasi Agregat Kasar
Prinsip uji abrasi Los Angeles
adalah menghasilkan aksi
abrasif dengan
menggunakan bola baja
standar yang bila dicampur
dengan agregat dan diputar
dalam drum untuk jumlah
putaran tertentu akan
menyebabkan tumbukan
pada agregat.

Digunakan sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton


secara mekanis
55
Common
Pengujian Abrasi Agregat Kasar Mistakes
Penggunaan agregat
dengan nilai abrasi tinggi
pada struktur beton dapat
menyebabkan kekuatan
beton yang rendah, karena
pada saat menerima
beban, retak terjadi melalui
penampang agregat.

Meningkatkan kadar
semen untuk menaikkan
kekuatan beton dapat
menyebabkan beton lebih
rentan terhadap retak susut
akibat panas hidrasi yang
berlebihan.

56
Pengujian bahan yang lolos saringan 200
Prinsip pengujian bahan
yang lebih halus dari 75 mm
dalam agregat adalah
untuk mengetahui berapa
banyak bahan yang halus
seperti clay yang terdapat
di dalam agregat, sebelum
dan setelah pencucian
dengan air bersih.
Jumlah material yang halus
dalam agregat harus
dibatasi, karena semakin
banyak material yang
halus dalam agregat akan
menaikkan kebutuhan air
pencampur dalam
produksi beton.

57
Pengujian bahan yang lolos Common
saringan 200 Mistakes

Kebutuhan air dalam beton, selain untuk merancang kekuatan (nilai f.a.s) juga untuk
kebutuhan kemudahan pelaksanaan (nilai workability) yang harus mencapai optimal
Kelebihan penggunaan air dalam pencampuran beton dapat menyebabkan menurunnya
kekuatan beton, dan terbentuknya lapisan air di permukaan beton segar (bleeding) yang
dapat menyebabkan lapisan yang lemah pada permukaan beton

58
Pengujian gumpalan lempung dan partikel
yang mudah pecah
Gumpalan lembung (Clay lumps)
dan partikel yang mudah pecah
(friable pasticles) adalah material
yang terdapat dalam agregat
alam serta hasil pemecahan
mekanis yang dapat
mengganggu ikatan antara pasta
semen dengan agregat yang
berdampak pada menurunnya
kekuatan beton yang dihasilkan.
Salah satu kriteria kebersihan
agregat adalah batasan
terhadap jumlah gumpalan
lempung dan partikel yang
mudah pecah.

59
Pengujian gumpalan lempung dan partikel
yang mudah pecah Common
Mistakes
Pop-outs atau terlepasnya butiran
agregat dari beton yang telah
mengeras adalah salah satu
bentuk kerusakan pada beton
akibat lemahnya ikatan antara
pasta dengan agregat.
Berlebihannya gumpalan
lempung serta partikel yang
mudah pecah di dalam beton
akan menyebabkan rendahnya
kekuatan beton, serta kerusakan
dini pada permukaan beton,
terutama bagian yang
mengalami gesekan, seperti
permukaan lantai jembatan.

60
Pengujian kekekalan bentuk agregat dengan
Magnesium sulfat atau Natrium Sulfat
Pengujian Soundness (kekekalan
bentuk) agregat dilakukan untuk
melihat keutuhan butiran agregat
setelah direndam di dalam larutan
sulfat, dalam lima siklus basah – kering.
Perendaman di dalam larutan sulfat
dengan kondisi basah-kering selama 5
siklus, akan memaksa garam yang
terbentuk di dalam pori pori agregat
untuk mendorong agar terjadi
disintegrasi/pemecahan pada
agregat.
Agregat yang keras akan memiliki
ketahanan yang baik terhadap gaya
yang mendorong terjadinya
disintegrasi dari dalam.

61
Pengujian kekekalan bentuk agregat dengan
Magnesium sulfat atau Natrium Sulfat Common
Mistakes
Kelembapan (air) yang
terperangkap di dalam agregat,
akan menyebabkan air yang
memiliki sifat anomali pada
temperatur 4oC untuk memuai
dan menyebabkan gaya dorong
ke segala arah.
Salah satu contoh mekanisme
kerusakan pada beton akibat
dorongan dari dalam agregat
yang menyebabkan disintegrasi
dan kerusakan pada beton
adalah mekanisme freeze & thaw
pada beton yang mengalami
pembekuan pada musim dingin
yang panjang.

62
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat
Berat jenis agregat adalah
perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan berat air (kg)sebagai
acuan pada volume yang setara.

Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air


pada saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air
minimum dalam pencampuran

63
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Common
Mistakes

Untuk mengetahui proporsi agregat yang harus digunakan dalam


beton dalam mencapai campuran yang optimal, data berat jenis
(specific gravity) dari agregat yang digunakan menjadi parameter
utama.
Pada kondisi lapangan, agregat hanya mungkin berada dalam
kondisi kering udara atau basah, sedangkan dalam rancangan
campuran, agregat dalam kondisi jenuh kering permukaan.
Hal tersebut menyebabkan, dalam setiap pencampuran perlu
dilakukan koreksi terhadap kadar air agregat, dibandingkan
dengan nilai penyerapan airnya.
Kesalahan atau pengabaian terhadap parameter berat jenis dan
penyerapa air , sama dengan menghasilkan komposisi campuran
beton yang tidak dirancang
64
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara
Agregat
Lepas/Loose Padat/Rodded Berat isi agregat adalah
perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan volumenya, pada
volume tertentu (liter) sebagai acuan

Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan


bahan penyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran
untuk penakaran secara volumetrik utk beton di bawah 20 MPa

65
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Common
Agregat Mistakes

Penakaran bahan penyusun beton secara volumetrik


membutuhkan data-data berat isi dari setiap komponen
penyusunnya.
Penakaran bahan penyusun beton secara volumetrik tanpa
merujuk pada data hasil uji berat isi, akan menyebabkan
komposisi campuran yang tidak terukur, sehingga akan
menyulitkan pelaksanaan dan pengendalian kekuatan serta
keseragamannya
66
Pengujian Kepipihan Agregat Kasar
Jenis-jenis agregat yang
dianggap tidak cocok
untuk campuran beton
adalah agregat yang
pipih, memanjang atau
kombinasi keduanya,
terutama untuk beton yang
dirancang dengan
kekuatan yang tinggi.
Kondisi pipih dan panjang
pada agregat disebabkan
karena proses pemecahan
agregat yang kurang baik.
67
Common
Pengujian Kepipihan Agregat Kasar Mistakes

Agregat yang pipih cenderung akan menempatkan dirinya


sejajar dalam satu bidang, sehingga dapat menyebabkan
masalah dengan kekuatan dan keawetan beton, akibat
kepadatan yang dihasilkan kurang baik.

68
Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Pengujian dilakukan dengan
membandingkan warna air
rendaman pasir dengan warna
standar pada pelat pembanding
Kotoran organik dalam pasir
umumnya terdiri dari bahan
dalam bentuk karbon atau
bentuk pembusukan tanaman
dan sisa-sisa hewan.
Pada umumnya, pengujian
perbandingan kekuatan mortar
Agregat halus/pasir yang bersih ditunjukkan dengan warna air dengan pasir yang bersih dan
rendaman yang semakin bening atau cerah, sedangkan agregat pasir yang diragukan digunakan
halus/pasir yang kotor ditunjukkan dengan warna air rendaman sebagai pengukur efek
yang semakin gelap atau pekat
berbahaya dari pengotor.
69
Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Common
Mistakes

Selain kemungkinan mengandung mineral reaktif,


agregat halus dengan kotoran organik yang
tinggi, berpotensi besar mengganggu reaksi
hidrasi dan ikatan antara semen dengan
agregat, serta mengurangi kekuatan dan
kerapatan beton pada usia diatas 28 hari

70
Pengujian Alkali Reaktif pada Agregat
Halus

Reaksi alkali silika pada beton terjadi karena agregat yang digunakan memiliki tingkat reaktifitas yang
tinggi (ekspansif) saat berhubungan dengan semen portland pada kondisi basa dan kelembapan yang
tinggi. Untuk mengetahui agregat yang digunakan merupakan tipe silica yang reaktif, maka perlu
dilakukan pengujian di laboratorium dengan mengukur perpanjangan dari mortar yang dibuat dalam
bentuk batang-batang uji.

71
Pengujian Alkali Reaktif pada Agregat
Halus Common
Mistakes
Kerusakan akibat pengaruh reaksi alkali
silika pada umumnya muncul setelah
beberapa tahun beton dilaksanakan,

Beton setidaknya direncanakan untuk umur


40 tahun (jalan beton) serta 50 tahun
(jembatan biasa) dan 100 tahun (jembatan
khusus).

Sehingga perlu pemilihan agregat yang lebih


intensif untuk beton pada area yang memiliki
riwayat material dengan silika yang reaktif

72
Pengujian Agregat Kasar
Jenis Pengujian Nomor Standard / Pedoman Urgensi dalam Penerapan
Mandatory
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak
Analisis Saringan SNI ASTM C136:2012 penulangan, tebal selimut beton dan kemudahan pelaksanaan
Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara
Abrasi SNI 2417:2008 mekanis
Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat dan berpengaruh pada
Lolos Saringan No. 200 SNI ASTM C117:2012 penggunaan air (f.a.s, slump, dll) serta kemudahan pelaksanaan

Gumpalan lempung SNI 4141:2015 Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat

Soundness SNI 43407:2008 Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara kimia

Non Mandatory
Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air pada
Berat Jenis & penyerapan air SNI 1969:2008 saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air minimum dalam
pencampuran
Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan bahan
Berat Isi SNI 4804:1998 peyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran untuk penakaran
secara volume utk beton di bawah 20 MPa
Sebagai ukuran kuantitatif batasan agregat yang mudah patah yang
Kepipihan SNI 8287:2016 berpengaruh terhadap kekuatan beton dan kemudahan pelaksanaan

Modul 4 - Inspeksi dan Pengujian Bahan 73


Pengujian Agregat Halus
Jenis Pengujian Nomor Standard / Pedoman Urgensi dalam Penerapan
Mandatory (eksplisit di dalam spesifikasi)
Digunakan dalam perancangan mutu beton, dan kemudahan
Analisis Saringan SNI ASTM C136:2012 pelaksanaan
Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat yang berpengaruh
Kotoran Organik SNI 2417:2008 terhadap kekuatan dan keawetan beton
Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat dan berpengaruh pada
Lolos Saringan No. 200 SNI ASTM C117:2012 penggunaan air (f.a.s, slump, dll) serta kemudahan pelaksanaan

Gumpalan lempung SNI 4141:2015 Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat

Soundness SNI 43407:2008 Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara kimia

Non Mandatory (tidak eksplisit di dalam spesifikasi)


Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air pada
Berat Jenis & penyerapan air SNI 1969:2008 saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air minimum dalam
pencampuran
Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan bahan
Berat Isi SNI 4804:1998 peyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran untuk penakaran
secara volume utk beton di bawah 20 MPa
Sebagai ukuran kuantitatif batasan agregat yang dapat bereaksi
Alkali Reaktif SNI 8287:2016 secara kimia dengan semen dan berpengaruh terhadap durabilitas
struktur

Modul 4 - Inspeksi dan Pengujian Bahan 74


Spesifikasi Bina Marga

75
Pengujian Slump Beton Segar
Dengan peralatan
yang tersedia,
Slump =...? adukan beton segar
harus memiliki
kelecakan (nilai
slump) yang bisa
dikerjakan tanpa
terjadi segregasi SNI 1972:2008
Slump =...?

Pengujian kemudahan pengerjaan (workability) dibutuhkan untuk menjamin bahwa beton yang
dibuat memiliki keseragaman komposisi dari batch ke batch dan akan mencapai kepadatan
optimum pada saat dilaksanakan.
Nilai slump akan berhubungan langsung dengan metode kerja dari struktur yang akan dibuat

76
Common
Pengujian Slump Beton Segar Mistakes

Seringkali nilai slump dihubungkan terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Namun sebenarnya nilai slump
tidak memiliki hubungan langsung dengan kekuatan yang ditargetkan. Sebagai contoh, beton 40 MPa boleh
jadi harus memiliki nilai Slump 180 mm, sedangkan beton 30 MPa harus memiliki nilai slump 60 mm.

Penolakan akibat nilai slump yang tidak sesuai juga jarang dilakukan akibat missleading terhadap pernyataan
diatas.

Padahal akibat pengabaian terhadap nilai slump, dapat menghasilkan mulai dari hal yang kecil seperti beton
yang keropos/kurang padat, kegagalan konstruksi hingga kegagalan struktur.
77
Pengujian Kekuatan Beton
SNI 1974:2011
SNI ASTM C805:2012

Pengujian kuat tekan beton Pengujian angka pantul beton


SNI 4431:2011 Beton harus diuji untuk mengetahui pencapaian kekuatannya pada umur yang
disyaratkan.
Pengujian harus dilakukan sesuai dengan jenis kekuatan yang syaratkan.
Pengujian kuat tekan harus dilakukan untuk elemen struktur beton yang
mengalami beban tekan, seperti pilar dan/atau lantai jembatan, sedangkan
pengujian kuat lentur harus dilakukan untuk struktur beton yang mengalami
beban tarik lentur, seperti perkerasan beton.
Penggunaan schmidt hammer (hammer test) hanya digunakan sebagai indikasi
Pengujian kuat lentur beton kekuatan dan keseragaman.
78
Common
Pengujian Kekuatan Beton Mistakes
Sering terjadi kekuatan beton diukur dengan metode yang tidak
sesuai peruntukkannya, sebagai contoh :
1. Kekuatan lentur beton diukur dengan pendekatan dari kekuatan
tekannya
2. Kekuatan pada 28 hari diukur dari konvensi kekuatan dari umur
yang lebih muda.
Kedua hal tersebut dapat menyebabkan missleading terhadap
spesifikasi yang berujung pada usia layan yang lebih rendah
dari rencana

79
Fase

Pengecoran, Penggergajian /
Pengadukan Pemadatan dan Perawatan Pembukaan Pembebanan
Penyelesaian cetakan

Penggergajian Akhir waktu


konvensional penggergajian

Pengikatan akhir
Penggergajian awal

Panas

Pengikatan awal

80
KESALAHAN-KESALAHAN UMUM DALAM PEKERJAAN JALAN BETON
DAN JEMBATAN

Perawatan beton yang tidak semestinya


KESALAHAN-KESALAHAN UMUM DALAM PEKERJAAN JALAN BETON
DAN JEMBATAN

Perawatan beton / Curing


KESALAHAN-KESALAHAN UMUM DALAM PEKERJAAN JALAN BETON
DAN JEMBATAN

Benda uji untuk evaluasi kekuatan yang tidak sesuai


Pengujian lain dalam pengawasan pekerjaan jalan dan jembatan
Pengujian Tarik dan Lengkung Tekan
Baja Tulangan

Baja tulangan adalah produk ber


SNI wajib, sehingga penggunaan
baja tulangan yang tidak
memenuhi SNI 2052:2017 dapat
diancam secara pidana sesuai
Undang Undang No 20 tahun 2014

Baja Tulangan merupakan komponen wajib dalam beton bertulang yang harus memiliki
kekuatan tarik minimum tertentu sesuai persyaratan, selain daktilitas yang juga
diperlukan untuk ketahanan gempa.
Pengujian lengkung tekan dilakukan untuk mengamati secara visual bahwa tidak terjadi
retak pada tulangan pada saat dibengkokkan sampai 180 derajat.
86
Pengujian Tarik dan Lengkung TekanCommon
Baja Tulangan Mistakes

Uji lengkung tekan (bending test), sering diabaikan karena sifatnya yang kualitatif, namun
pengujian tersebut dapat memberikan informasi yang sangat penting terhadap kualitas baja
tulangan untuk keperluan pelaksanaan. Pembengkokkan tulangan adalah hal yang hampir
selalu dilakukan pada saat pemasangan tulangan mengikuti keperluan struktur.

87
Pengujian Pengencangan Baut
Pengencangan baut (tipe friksi) pada
pekerjaan jembatan harus dilakukan
berdasarkan kebutuhan gaya tarik minimum
(minimum tension force) dari setiap
diameter dan kelas baut, yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kekakuan pada
sambungan baut.

Gaya tarik minimum yang disyaratkan (kN)


harus tercapai dengan pemberian torsi
(kN.m) yang dilakukan menggunakan kunci
momen pada saat pengencangan baut.

Untuk dapat memverifikasi bahwa gaya


tarik yang dibutuhkan telah tercapai
dengan nilai torsi tertentu yang diberikan,
perlu dilakukan uji pengencangan baut
untuk setiap kelas dan diameter baut
88
Common
Pengujian Pengencangan Baut Mistakes
Pemberian torsi tertentu pada baut
belum tentu dapat memberikan
kekencangan atau tension yang
dibutuhkan.

Kekencangan atau tension yang


kurang akan menyebabkan baut
yang longgar dan berpengaruh
kepada kinerja struktur jembatan

89
Product Knowledge – Peralatan laboratorium dan lapangan
Peralatan Uji Material Untuk
Pemenuhan Spesifikasi
LABALAT UJI LABORATORIUM

Pengujian distribusi ukuran agregat

Aggregate Sieve
Analysis

Pengujian keausan agregat

Los Angeles
Abrasion Test
LABALAT UJI LABORATORIUM

Pengujian bahan yang lebih halus dari 0,075 mm


Pengujian gumpalan lempung dan partikel mudah pecah
Fine Material Test
by Washing

Pengujian kotoran organik agregat halus

Organic Impurities
Test
LAB ALAT UJI LABORATORIUM

Pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat

Unit weight test

Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar


Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus

Specific Gravity
Test
LABALAT UJI LABORATORIUM

Pengujian persentase agregat kasar yang pipih dan


panjang
Flaky and
Elongated

Pengujian luas bidang pecah pada


Aggregate agregat
Angularity
Peralatan Umum
LABALAT UJI LABORATORIUM

Preparation

Industrial Scales Analitical scales Hotplate


Large Capacity Ovens

Concrete Pans Aggregate Pans Riffle boxes

Bevel bars Spatula Trowels Laboratory Scoops


Pembuatan Benda Uji
ALAT UJI LABORATORIUM
LAB

Tata cara pengadukan dan pengecoran


Laboratory beton
Concrete Mixer

Laboratory Tata cara pengadukan dan


Mortar Mixer pengecoran beton

Laboratory
Concrete Cutter Tata cara penyiapan benda
uji beton hasil pemboran

Tabletop concrete cutter Field concrete cutter


LABALAT UJI LABORATORIUM

Molds and Curing


Cylinder Molds Cement and Mortar Cube Molds

Cement and Mortar Shrinkage Molds

Concrete Beam Molds

Concrete curing tanks Cement and Mortar Moist Cabinet


LABALAT UJI LABORATORIUM

Concrete Grinder
Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian Kuat Tekan Beton Inti

Capping Melting Set

Tata cara penyiapan caping


untuk benda uji silinder
Pengujian Workability
LABALAT UJI LABORATORIUM

Fresh Concrete
Test
Slump test J-Ring Test V-Funnel Test L-Box Test

Thermal Imaging Maturity Test Logger Setting Time Test Air Content Test

Unit weight
Pengujian Kekuatan
LABALAT UJI LABORATORIUM

Concrete Strength Test Kuat Tekan Beton


Kuat Lentur Beton
Kuat Tekan Beton Inti
Nilai Pecah Agregat Akibat Beban

Steel Strength Test Kuat Tarik Baja Tulangan


Kuat Tarik Baja Struktur
Kuat Tarik Baut

Round specimen grip Flat Specimen Grip Bolt Specimen Grip Extensometer
Pengujian Keawetan
LAB ALAT UJI LABORATORIUM

Drying Shrinkage
Test

Length comparator Autoclave

Longterm
Creep Test
Static load frames Compressometer

Chloride Penetration
Test RCPT Apparatus
Peralatan Pengujian Kekuatan Beton
di Lapangan
ALAT UJI LAPANGAN
LAP

Schmidt Hammer
Pull Out test

Hardened Concrete
Penetration Test
Coredrill Machine Concrete
Covermeter
Peralatan Pengujian Keawetan Beton
di Lapangan
LAPALAT UJI LAPANGAN

Concrete
Carbonation
Concrete UPV depth

Halfcell Corrosion
Concrete Resistivity Measurement

Concrete Permeability
Peralatan Pengujian Kekuatan Baja
di Lapangan
ALAT UJI LAPANGAN
LAP

Steel Hardness

Metal Thickness Gauge


Welding Flaw Detector

Coating
Thickness Gauge

Coating Type Detector Coating Pull-off


(Portable XRF) Test
ALAT UJI LAPANGAN
LAP

Bolt tension
monitor
Bolt tension
calibrator

Power supply Bolt torque


machine
Pengujian Perletakan
ALAT UJI LABORATORIUM
LAB

BRIDGE BEARING Regangan Tekan dan Modulus Geser


COMPRESSION Kekakuan Tekan dan Kekakuan Geser
AND SHEAR TEST
Laboratorium Uji
LABORATORIUM UJI
LAB

STRUCTURAL MODEL Perencanaan Pembebanan Gempa untuk Jembatan


TEST LABORATORY

Overhead Hoist

Strong Wall

Strong Floor
LABLABORATORIUM UJI

WIND TUNNEL
Perencanaan Ketahanan Angin Jembatan Bentang Panjang
TEST LABORATORY

Full Model and Section Model Aerodynamic Test


Peralatan Survey
ALAT UJI LAPANGAN
LAP

Geodetic
GPS
LIDAR
Drones Penetrating
Bathimetric RADAR
Survey
Peralatan Pengujian Beban
Load ALAT UJI LAPANGAN
Test

Waterpass

Data Logger

Total Station

Laser Scanning Station


Load ALAT UJI LAPANGAN
Test

Tiltmeter
Strain gauge

Dial gauge
Accelerometer
PERANGKAT ANALISIS STRUKTUR
• A processor with at least 4 cores (each product of the current ANSYS product line uses 4 cores
with no additional charge. Additional cores can be utilized with HPC licenses).
• Windows 64bit Operating System
• 4 GB (or higher) graphics card (DRD has had good experience with NVIDIA cards)
• 16-128 GB of RAM based on problem size
• Two 1 TB PCIe hard drives in a RAID 0 configuration. This is the fastest performance configuration
and should provide plenty of space for analysis models.
• A hardware RAID controller and not a software RAID controller as software RAID controllers hurt
performance.
• 17" or larger flat panel display. Dual monitors are often desirable.

Ana
lysis

MIDAS Civil ANSYS


Peralatan Pengujian Fondasi
PERANGKAT UJI FONDASI
Sonic Logging Test

Pile Foun
dation

Pile Dynamic Loading Test Pile Integrity Test


Perangkat Manajemen Lalu Lintas
PERAMBUAN SEMENTARA
Next Agenda
• Tata Cara Pengambilan Contoh Benda Uji untuk Beton dan
Bahan Konstruksi Lainnya
• Tata Cara Evaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton

130
HATURNUHUN

Anda mungkin juga menyukai