DPD JABAR
• Pendahuluan
• Hal Umum dalam Pengawasan
Pekerjaan Beton
• NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan
Sistematika Kriteria) dalam pengawasan
Penyajian pekerjaan beton
• Interpretasi Hasil Pengujian dan
Urgensinya dalam Pekerjaan Beton
• Pengujian lain dalam pengawasan
pekerjaan jalan dan jembatan
• Product Knowledge - peralatan
laboratorium dan lapangan
Pendahuluan (Introduction)
What is concrete ?
BETON
CONCRETE
Semen Portland Pasir/Agregat halus
Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air Kerikil/Agregat kasar
What is concrete ?
ADUKAN
MORTAR
Semen Portland Pasir/Agregat halus
Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
What is concrete ?
ACIAN
PASTA SEMEN
Semen Portland
Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
“Musuh” beton
7
Setting Pengerasan
1 2 3
Caranya ?
Pelaksanaan
Pengendalian Mutu
(penerimaan bahan, jaminan mutu, perbaikan, pemeliharaan)
strength
(fc’)
Margin
Kuat Tekan
Karakteristik
Margin
Kuat Tekan JMF (= 100%)
3 7 28
Umur (hari)
Kelecakan/konsistensi (nilai slump)
harus terpenuhi
Campuran percobaan (trial mix)
di lokasi P
Pengujian kuat tekan beton umur 7
E
N hari harus mencapai ≥ 90 % nilai
Menggunakan jenis instalasi G kuat tekan beton rata-rata yang
dan peralatan yang sama U ditargetkan dalam rancangan
J
seperti yang akan digunakan I
campuran beton (mix design) umur
untuk pekerjaan (serta sudah A 7 hari.
memperhitungkan waktu N
30
100% 20
28 Hari
80% 10
60% 0
40% OPC PPC PCC
20%
0% Kuat Lentur 150x150x600
PBI-71 PBI-71
PCC A PCC B PCC D PCC E OPC C OPC D PPC C PPC D
Tipe I Tipe III 9
3 hari 58% 69% 45% 73% 59% 60% 63% 50% 40% 55% 8
80 1 Hari
60 3 Hari
40 7 Hari
20 14 Hari
0 28 Hari Rasio Berat Bahan
OPC
PPC 6 Agregat Kasar 3/4
(SSD), 1 Semen Portland
PCC 23%
36%
Rasio Berat Polycarboxilic Superplasticizer terhadap berat semen untuk nilai
flow yang sama +/- 600mm
2,00%
2 Air,
6%
1,50%
5 Polycarboxilic
Rasio
1,00% Superplasticizer
bervariasi
0,50% 4 Agregat Kasar 3/8
(SSD), 3 Agregat Halus
4% (SSD),
0,00%
OPC PPC PCC 31%
Penakaran Bahan
40
37
0,47 0,49 27
f.a.s 0,4
f.a.s 0,6
Pemadatan
Perawatan dengan Selimut
Kedap Air :
Metode ini dilakukan dengan
menyelimuti permukaan beton
dengan bahan lembaran kedap
air yang bertujuan mencegah
kehilangan kelembaban dari
permukaan beton
Perawatan
Perawatan dengan
Membran Cair
34
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 7974:2013 Spesifikasi
air pencampur yang
digunakan dalam produksi
beton semen hidraulis
(ASTM C1602-06, IDT)
35
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 8363:2017 Semen portland slag (SPS)
• SNI 7064:2014 Semen portland komposit (PCC)
• SNI 0302:2014 Semen portland pozolan (PPC)
• SNI 2049:2015 Semen portland (OPC) Tipe I s/d V
36
Jenis Semen
• Semen Hidrolis (Hydraulic Cement) yaitu semen yang
mengeras akibat bereaksi dengan air (proses hidrasi),
contohnya adalah Semen Portland.
• Semen Non Hidrolis (Non Hydraulic Cement) yaitu semen
yang mengeras dan tidak memerlukan proses hidrasi,
contohnya adalah Sulphur Cement (Belerang untuk
Capping Silinder beton) yang cukup dipanaskan (+ 250C)
untuk dapat mencair dan segera mengeras pada
temperatur ruang.
Jenis Semen Portland
• Banyak literatur yang mengelompokkan jenis semen Portland,
salah satunya Asosiasi Semen Portland di Amerika (PCA)
mengelompokkan berdasarkan 3 Standar ASTM yang mengatur
sifat-sifatnya, yaitu
• ASTM C150 Portland Cement (6 jenis) yang diatur
sifat fisik, mekanik dan komposisi kimianya
• ASTM C595 Blended Cement (4 jenis) yang diatur
sifat fisik, mekanik, komposisi kimia (yg lebih
longgar) dan jenis bahan tambahannya
• ASTM C1157 Performance Attibutes of Cements (6
jenis) yang diatur sifat fisik, mekanik, dan komposisi
kimia (yg sangat longgar)
Jenis Semen Portland
Ketahanan sulfat
Moderate Heat of Kekuatan tinggi Ketahanan tinggi
sedang atau kalor Kalor hidrasi
Penggunaan Hydration and tahap permulaan / terhadap sulfat /
hidrasi sedang / rendah / (Low Heat
umum / (Normal) Moderate Sulfate (High Early (High Sulfate
(Moderate Sulfate Hydration)
Resistance Strength) Resistance)
Resistance)
Jenis Semen Portland
Berdasarkan SNI 0302:2014 Semen Portland Pozolan / SNI 8363:2017 Semen Portland Slag / (ASTM
C595 Standard Specification for Blended Hydraulic Cement)
SPS PPC /
Type IL Type IT
Type IS Type IP
Semen Portland
Semen Portland Slag
Portland-Limestone Pozolan Ternary Blended
Cement (Portland-Slag Cement
(Portland-Pozzolan
Cement)
Cement)
Jenis Semen Portland
51
Interpretasi Hasil Pengujian dan Urgensinya dalam
Pekerjaan Beton
Pengujian Analisis Saringan
Analisis saringan agregat
Persentase Persentase Persentase
Kumulatif Kumulatif Kumulatif
Ukuran Saringan
ialah penentuan persentase
y ang lewat y ang lewat y ang lewat
saringan saringan saringan
(Minimum) (Maksimum) (Eksisting)
pembagian butir.
19,00 3/4" 100 100 100,00
Modulus Kehalusan 2,5
% passing sieve
1.2
60 0.6
1.2
0.3
40
0.6
0.3
20 0.15
0.15 0.3
00
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak penulangan, 0 0.15
Sieve Size
Kesalahan atau pengabaian terhadap gradasi agregat dalam pekerjaan beton dapat
menyebabkan kekuatan beton dan durabilitas tidak tercapai akibat campuran yang sulit untuk
dikerjakan, serta struktur yang keropos akibat bagian bagian tertentu yang tidak terisi oleh
campuran beton segar
54
Pengujian Abrasi Agregat Kasar
Prinsip uji abrasi Los Angeles
adalah menghasilkan aksi
abrasif dengan
menggunakan bola baja
standar yang bila dicampur
dengan agregat dan diputar
dalam drum untuk jumlah
putaran tertentu akan
menyebabkan tumbukan
pada agregat.
Meningkatkan kadar
semen untuk menaikkan
kekuatan beton dapat
menyebabkan beton lebih
rentan terhadap retak susut
akibat panas hidrasi yang
berlebihan.
56
Pengujian bahan yang lolos saringan 200
Prinsip pengujian bahan
yang lebih halus dari 75 mm
dalam agregat adalah
untuk mengetahui berapa
banyak bahan yang halus
seperti clay yang terdapat
di dalam agregat, sebelum
dan setelah pencucian
dengan air bersih.
Jumlah material yang halus
dalam agregat harus
dibatasi, karena semakin
banyak material yang
halus dalam agregat akan
menaikkan kebutuhan air
pencampur dalam
produksi beton.
57
Pengujian bahan yang lolos Common
saringan 200 Mistakes
Kebutuhan air dalam beton, selain untuk merancang kekuatan (nilai f.a.s) juga untuk
kebutuhan kemudahan pelaksanaan (nilai workability) yang harus mencapai optimal
Kelebihan penggunaan air dalam pencampuran beton dapat menyebabkan menurunnya
kekuatan beton, dan terbentuknya lapisan air di permukaan beton segar (bleeding) yang
dapat menyebabkan lapisan yang lemah pada permukaan beton
58
Pengujian gumpalan lempung dan partikel
yang mudah pecah
Gumpalan lembung (Clay lumps)
dan partikel yang mudah pecah
(friable pasticles) adalah material
yang terdapat dalam agregat
alam serta hasil pemecahan
mekanis yang dapat
mengganggu ikatan antara pasta
semen dengan agregat yang
berdampak pada menurunnya
kekuatan beton yang dihasilkan.
Salah satu kriteria kebersihan
agregat adalah batasan
terhadap jumlah gumpalan
lempung dan partikel yang
mudah pecah.
59
Pengujian gumpalan lempung dan partikel
yang mudah pecah Common
Mistakes
Pop-outs atau terlepasnya butiran
agregat dari beton yang telah
mengeras adalah salah satu
bentuk kerusakan pada beton
akibat lemahnya ikatan antara
pasta dengan agregat.
Berlebihannya gumpalan
lempung serta partikel yang
mudah pecah di dalam beton
akan menyebabkan rendahnya
kekuatan beton, serta kerusakan
dini pada permukaan beton,
terutama bagian yang
mengalami gesekan, seperti
permukaan lantai jembatan.
60
Pengujian kekekalan bentuk agregat dengan
Magnesium sulfat atau Natrium Sulfat
Pengujian Soundness (kekekalan
bentuk) agregat dilakukan untuk
melihat keutuhan butiran agregat
setelah direndam di dalam larutan
sulfat, dalam lima siklus basah – kering.
Perendaman di dalam larutan sulfat
dengan kondisi basah-kering selama 5
siklus, akan memaksa garam yang
terbentuk di dalam pori pori agregat
untuk mendorong agar terjadi
disintegrasi/pemecahan pada
agregat.
Agregat yang keras akan memiliki
ketahanan yang baik terhadap gaya
yang mendorong terjadinya
disintegrasi dari dalam.
61
Pengujian kekekalan bentuk agregat dengan
Magnesium sulfat atau Natrium Sulfat Common
Mistakes
Kelembapan (air) yang
terperangkap di dalam agregat,
akan menyebabkan air yang
memiliki sifat anomali pada
temperatur 4oC untuk memuai
dan menyebabkan gaya dorong
ke segala arah.
Salah satu contoh mekanisme
kerusakan pada beton akibat
dorongan dari dalam agregat
yang menyebabkan disintegrasi
dan kerusakan pada beton
adalah mekanisme freeze & thaw
pada beton yang mengalami
pembekuan pada musim dingin
yang panjang.
62
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat
Berat jenis agregat adalah
perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan berat air (kg)sebagai
acuan pada volume yang setara.
63
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Common
Mistakes
65
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Common
Agregat Mistakes
68
Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Pengujian dilakukan dengan
membandingkan warna air
rendaman pasir dengan warna
standar pada pelat pembanding
Kotoran organik dalam pasir
umumnya terdiri dari bahan
dalam bentuk karbon atau
bentuk pembusukan tanaman
dan sisa-sisa hewan.
Pada umumnya, pengujian
perbandingan kekuatan mortar
Agregat halus/pasir yang bersih ditunjukkan dengan warna air dengan pasir yang bersih dan
rendaman yang semakin bening atau cerah, sedangkan agregat pasir yang diragukan digunakan
halus/pasir yang kotor ditunjukkan dengan warna air rendaman sebagai pengukur efek
yang semakin gelap atau pekat
berbahaya dari pengotor.
69
Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Common
Mistakes
70
Pengujian Alkali Reaktif pada Agregat
Halus
Reaksi alkali silika pada beton terjadi karena agregat yang digunakan memiliki tingkat reaktifitas yang
tinggi (ekspansif) saat berhubungan dengan semen portland pada kondisi basa dan kelembapan yang
tinggi. Untuk mengetahui agregat yang digunakan merupakan tipe silica yang reaktif, maka perlu
dilakukan pengujian di laboratorium dengan mengukur perpanjangan dari mortar yang dibuat dalam
bentuk batang-batang uji.
71
Pengujian Alkali Reaktif pada Agregat
Halus Common
Mistakes
Kerusakan akibat pengaruh reaksi alkali
silika pada umumnya muncul setelah
beberapa tahun beton dilaksanakan,
72
Pengujian Agregat Kasar
Jenis Pengujian Nomor Standard / Pedoman Urgensi dalam Penerapan
Mandatory
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak
Analisis Saringan SNI ASTM C136:2012 penulangan, tebal selimut beton dan kemudahan pelaksanaan
Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara
Abrasi SNI 2417:2008 mekanis
Sebagai ukuran kuantitatif kebersihan agregat dan berpengaruh pada
Lolos Saringan No. 200 SNI ASTM C117:2012 penggunaan air (f.a.s, slump, dll) serta kemudahan pelaksanaan
Soundness SNI 43407:2008 Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara kimia
Non Mandatory
Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air pada
Berat Jenis & penyerapan air SNI 1969:2008 saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air minimum dalam
pencampuran
Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan bahan
Berat Isi SNI 4804:1998 peyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran untuk penakaran
secara volume utk beton di bawah 20 MPa
Sebagai ukuran kuantitatif batasan agregat yang mudah patah yang
Kepipihan SNI 8287:2016 berpengaruh terhadap kekuatan beton dan kemudahan pelaksanaan
Soundness SNI 43407:2008 Sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton secara kimia
75
Pengujian Slump Beton Segar
Dengan peralatan
yang tersedia,
Slump =...? adukan beton segar
harus memiliki
kelecakan (nilai
slump) yang bisa
dikerjakan tanpa
terjadi segregasi SNI 1972:2008
Slump =...?
Pengujian kemudahan pengerjaan (workability) dibutuhkan untuk menjamin bahwa beton yang
dibuat memiliki keseragaman komposisi dari batch ke batch dan akan mencapai kepadatan
optimum pada saat dilaksanakan.
Nilai slump akan berhubungan langsung dengan metode kerja dari struktur yang akan dibuat
76
Common
Pengujian Slump Beton Segar Mistakes
Seringkali nilai slump dihubungkan terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Namun sebenarnya nilai slump
tidak memiliki hubungan langsung dengan kekuatan yang ditargetkan. Sebagai contoh, beton 40 MPa boleh
jadi harus memiliki nilai Slump 180 mm, sedangkan beton 30 MPa harus memiliki nilai slump 60 mm.
Penolakan akibat nilai slump yang tidak sesuai juga jarang dilakukan akibat missleading terhadap pernyataan
diatas.
Padahal akibat pengabaian terhadap nilai slump, dapat menghasilkan mulai dari hal yang kecil seperti beton
yang keropos/kurang padat, kegagalan konstruksi hingga kegagalan struktur.
77
Pengujian Kekuatan Beton
SNI 1974:2011
SNI ASTM C805:2012
79
Fase
Pengecoran, Penggergajian /
Pengadukan Pemadatan dan Perawatan Pembukaan Pembebanan
Penyelesaian cetakan
Pengikatan akhir
Penggergajian awal
Panas
Pengikatan awal
80
KESALAHAN-KESALAHAN UMUM DALAM PEKERJAAN JALAN BETON
DAN JEMBATAN
Baja Tulangan merupakan komponen wajib dalam beton bertulang yang harus memiliki
kekuatan tarik minimum tertentu sesuai persyaratan, selain daktilitas yang juga
diperlukan untuk ketahanan gempa.
Pengujian lengkung tekan dilakukan untuk mengamati secara visual bahwa tidak terjadi
retak pada tulangan pada saat dibengkokkan sampai 180 derajat.
86
Pengujian Tarik dan Lengkung TekanCommon
Baja Tulangan Mistakes
Uji lengkung tekan (bending test), sering diabaikan karena sifatnya yang kualitatif, namun
pengujian tersebut dapat memberikan informasi yang sangat penting terhadap kualitas baja
tulangan untuk keperluan pelaksanaan. Pembengkokkan tulangan adalah hal yang hampir
selalu dilakukan pada saat pemasangan tulangan mengikuti keperluan struktur.
87
Pengujian Pengencangan Baut
Pengencangan baut (tipe friksi) pada
pekerjaan jembatan harus dilakukan
berdasarkan kebutuhan gaya tarik minimum
(minimum tension force) dari setiap
diameter dan kelas baut, yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kekakuan pada
sambungan baut.
89
Product Knowledge – Peralatan laboratorium dan lapangan
Peralatan Uji Material Untuk
Pemenuhan Spesifikasi
LABALAT UJI LABORATORIUM
Aggregate Sieve
Analysis
Los Angeles
Abrasion Test
LABALAT UJI LABORATORIUM
Organic Impurities
Test
LAB ALAT UJI LABORATORIUM
Specific Gravity
Test
LABALAT UJI LABORATORIUM
Preparation
Laboratory
Concrete Cutter Tata cara penyiapan benda
uji beton hasil pemboran
Concrete Grinder
Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian Kuat Tekan Beton Inti
Fresh Concrete
Test
Slump test J-Ring Test V-Funnel Test L-Box Test
Thermal Imaging Maturity Test Logger Setting Time Test Air Content Test
Unit weight
Pengujian Kekuatan
LABALAT UJI LABORATORIUM
Round specimen grip Flat Specimen Grip Bolt Specimen Grip Extensometer
Pengujian Keawetan
LAB ALAT UJI LABORATORIUM
Drying Shrinkage
Test
Longterm
Creep Test
Static load frames Compressometer
Chloride Penetration
Test RCPT Apparatus
Peralatan Pengujian Kekuatan Beton
di Lapangan
ALAT UJI LAPANGAN
LAP
Schmidt Hammer
Pull Out test
Hardened Concrete
Penetration Test
Coredrill Machine Concrete
Covermeter
Peralatan Pengujian Keawetan Beton
di Lapangan
LAPALAT UJI LAPANGAN
Concrete
Carbonation
Concrete UPV depth
Halfcell Corrosion
Concrete Resistivity Measurement
Concrete Permeability
Peralatan Pengujian Kekuatan Baja
di Lapangan
ALAT UJI LAPANGAN
LAP
Steel Hardness
Coating
Thickness Gauge
Bolt tension
monitor
Bolt tension
calibrator
Overhead Hoist
Strong Wall
Strong Floor
LABLABORATORIUM UJI
WIND TUNNEL
Perencanaan Ketahanan Angin Jembatan Bentang Panjang
TEST LABORATORY
Geodetic
GPS
LIDAR
Drones Penetrating
Bathimetric RADAR
Survey
Peralatan Pengujian Beban
Load ALAT UJI LAPANGAN
Test
Waterpass
Data Logger
Total Station
Tiltmeter
Strain gauge
Dial gauge
Accelerometer
PERANGKAT ANALISIS STRUKTUR
• A processor with at least 4 cores (each product of the current ANSYS product line uses 4 cores
with no additional charge. Additional cores can be utilized with HPC licenses).
• Windows 64bit Operating System
• 4 GB (or higher) graphics card (DRD has had good experience with NVIDIA cards)
• 16-128 GB of RAM based on problem size
• Two 1 TB PCIe hard drives in a RAID 0 configuration. This is the fastest performance configuration
and should provide plenty of space for analysis models.
• A hardware RAID controller and not a software RAID controller as software RAID controllers hurt
performance.
• 17" or larger flat panel display. Dual monitors are often desirable.
Ana
lysis
Pile Foun
dation
130
HATURNUHUN