Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“METODOLOGI PENELITIAN”

BAB 11: MENENTUKAN VARIABEL”

Disusun Oleh:

Kelompok 2
AINURRIDHA MUSAFIR (17506003)

ANGGREYNI ALISIA PONDAAG (175060130

FITRIA RANTUNG (17506026)

HAKRI TAMAROBA (17506021)

MEILIN KAWETE (17506026)

NOVEMBRI KURNIAWATI POTAKA (17506024)

YOLANDA PANGISIAN (17506009)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Menetukan Variabel ”, Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah
Metodologi Penelitian.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan kelancaran segala usaha kita.

Tondano, April 2020

Kelompok II,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………….…...................………….…..…...................….....

DAFTAR ISI……………………………………..……….……...................……...................….....

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……..…………..................…………………....………............…...............

B. Rumusan Masalah…..…………..................……………………………..............................

C. Tujuan……..…..……..................………………………..……............................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengerian dan Macam Variabel ............................................................................................


B. Variabel dan Data .................................................................................................................
C. Variabel sebagai Objek Penelitian ........................................................................................
D. Pentingnya Memahami Variabel ...........................................................................................
E. Memahami Variabel yang Bermakna ...................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metodologi penelitian merupakan sebuah cara untuk mengetahui hasil dari sebuah
permasalahan yang spesifik, dimana permasalahan tersebut disebut juga dengan
permasalahan penelitian. Dalam Metodologi, peneliti menggunakan berbagai kriteria
yang berbeda untuk memecahkan masalah penelitian yang ada. Sumber yang berbeda
menyebutkan bahwa penggunaan berbagai jenis metode adalah untuk memecahkan
masalah. Jika kita berpikir tentang kata “Metodologi”, itu adalah cara mencari atau
memecahkan masalah penelitian. (Research Institute Industrial, 2010).
Dalam Metodologi, peneliti selalu berusaha untuk mencari pertanyaan yang
diberikan dengan cara-cara yang sistematis yang digunakan dan berupaya untuk
mengetahui semua jawaban sampai dapat mengambil kesimpulan. Jika penelitian tidak
dilakukan secara sistematis pada masalah, akan lebih sedikit kemungkinannya untuk
dapat mengetahui hasil akhir. Untuk menemukan atau menjelajahi pertanyaan penelitian,
peneliti akan menghadapi berbagai permasalahan, dimana semua itu baru dapat
diselesaikan secara efektif jika menggunakan metodologi penelitian yang benar
(Industrial Research Institute, 2010).
Dalam istilah sederhana, metodologi dapat diartikan sebagai, memberikan sebuah
ide yang jelas tentang metode apa atau peneliti akan memproses dengan cara bagaimana
di dalam penelitiannya agar dapat mencapai tujuan penelitian. Dalam rangka untuk
merencanakan proses penelitian secara keseluruhan dan agar penelitian dapat selesai tepat
waktu serta penelitian berjalan di arah yang benar, maka peneliti haruslah hati-hati dalam
memilih metodologi. Sehingga proses pemilihan metode penelitian adalah bagian yang
sangat penting di dalam proses penelitian. Dengan kata lain; Metodologi berguna dalam
rangka memetakan pekerjaan penelitian secara keseluruhan dan memberikan kredibilitas
kepada hasil penelitian yang dicapai nantinya. Kesimpulan dari berbagai pengertian
tentang metodologi di atas, menurut versi statistikian adalah: metodologi penelitian
adalah sebuah upaya sistematis dalam rangka pemecahan masalah yang dilakukan
peneliti agar dapat menjawab permasalahan-permasalahan atau fenomena yang terjadi.
Dengan menggunakan metodologi penelitian, peneliti akan dapat mengambil kesimpulan-
kesimpulan sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan. Serta kesimpulan-
kesimpulan tersebut dapat dipercaya, sebab menggunakan pengukuran-pengukuran secara
scientific.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengerian dan Macam Variabel?
2. Bagaimana Variabel dan Data?
3. Bagaimana Variabel sebagai Objek Penelitian?
4. Bagaimana Pentingnya Memahami Variabel?
5. Bagaimana Memahami Variabel yang Bermakna?

C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Pengerian dan Macam Variabel
2. Mengetahui Bagaimana Variabel dan Data
3. Mengetahui Bagaimana Variabel sebagai Objek Penelitian
4. Mengetahui Bagaimana Pentingnya Memahami Variabel
5. Mengetahui Bagaimana Memahami Variabel yang Bermakna

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Macam Variabel


Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap
jenis penelitian, F.N. Kelinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya
laki-laki dengan konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran.
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai grjala yang bervariasi misalnya
jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: Laki-laki – perempuan; berat
badan, karena ada berat 40 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel
kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya.
Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran kepandaian.
Lebih jauh variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
variabel diskrit dan variabel kontinum (discrete and continuous).
1. Variabel Diskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya
dapat dikategorikan atas 2 kutub yang berlawanan yakni “Ya” dan “tidak”. Misalnya
ya wanita, atau dengan kata lain: “wanita – pria”, “hadir – tidak hadir”, “atas –
bawah”. Angka-angka variabel digunakan dalam variabel diskrit ini untuk
menghitung, yaitubanyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka
angka dinyatakan sebagai frekuensi.
2. Variabel Kontinum: dipisahkan menjadi 3 variabel kecil, yaitu:
a. Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkata-tingkatan misalnya
panjang, kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih
kurang” karena yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain.
Contoh: Ani terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
b. Variabel Interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibandingkan
dengan variabel lain, sedangkan jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti.
Misalnya:
Suhu udara di luar 31oC. suhu tubuh kita 37oC. maka selisih suhu adalah 6oC.
Jarak semarang – Magelang 70 km, sedangkan Magelan – Yogya 101 km. maka
selisih jarak Magelang – Yogya, yaitu 31 km.
Dibandingkan denga variabel ordinal, jarak dalam variabel ordinal tidak jelas.
Jarak kepandaian antara Ani dan Siti tidak dapat diukur.
c. Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dala hubungan antar-
sesamanya merupakan “sekian kali”.
Contoh:
Berat Pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. maka Pak Karto beratnya dua
kali berat anaknya.
Kembali pada variabel diskrit, variabel diskrit bukan hanya hasil hitungan, tetap
juga penomoran. Nomor telepon misalnya, dapat digolongkan dalam variabel diskrit.
Tinjauannya adalah karena nomor telepon tidak menunjukkan “lebih-kurang”, “jarak”,
atau “sekian kali”. Jika nomor telepon Pak Sosro 8000 dan nomor telepon Pak Noto
4000, tidak dapat diartikan:
a. Nomor telepon Pak Sosro lebih banyak daripada nomor telepon Pak Noto.
b. Nomor telepon Pak Sosro berjarak 4000 dari nomor telepon Pak Noto.
c. Nomor telepon Pak Sosro dua kali nomor telepon Pak Noto.
Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mudahnya mengingat-ingat:
- Variabel diskrit diberi symbol Laki-laki (♂) perempuan (♀) dan gambar telepon.
- Variabel ordinal diberi symbol gambar 3 orang yang berbeda tingginya.
- Variabel interval diberi symbol gambar thermometer.
- Variabel ration diberi symbol gambar kayu penggaris.

Jika kita menghendaki, variabel kontinum dapat diubah menjadi variabel diskrit
dengan cara mengklasifikasikannya menjadi “ya” dan “tidak”.
Cara:
1. Menentukan bata misalnya nilai rata-rata, maka angka di atas rata-rata: diberi “ya”,
rata-rata kebawah diberi “tidak”.
2. Mengambil satu nilai diberi “ya”, dan selain nilai itu diberi “tidak”.
Contoh: Nilai Bahasa Indonesia berjarak antara 3 dan 9 (variabel interval), variabel
ini dapat dibuat diskrit dengan mengambil misalnya nilai 7 sebagai “ya”,
dan selain nilai itu (di atas atau di bawahnya) diberi “tidak”.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003:38).

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam
variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

 Variabel Independent
 Variabel Dependen
 Variabel Moderator
 Variabel Intervening
 Variabel Kontrol

1) Variabel Independent
Variabel ini sering di sebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).
2) Variabel Dependen
Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel output kriteria, konsekuen. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variable terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variable bebas.
3) Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
4) Variabel Intervening
Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel indenpenden dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung
dan dapat diamati dan diukur.
5) Variabel Kontrol
Variabel control yaitu variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel indenpenden terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang diteliti. Variabel control sering dipergunakan peneliti, bila akan melakukan
penelitian yang bersifat membandingkan

Sementara pakar lain dalam menentukan variabel penelitian menganut variabel pokok
dengan tetap mengemukakan variabel independen dan dependen. Husaini Usman,
Purnomo Setiady Akbar (2009: 42) menyatakan penentuan variabel pokok yang meliputi
variabel independen dan dependen berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat
terdahulu. Sebaliknya, hubungan antar variabel pokok ini dibuat gambarnya. Kemudian,
dilanjutkan dengan definisi operasionalnya, termasuk di dalamnya tentang cara mengukur
serta skala pengukurannya.

Notoadmodjo (2005) mengemukakan Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan


sebagai sifat, ukuran atau ciri yang dimiliki atau didapat oleh suatu penelitian tentang
suatu konsep pengertian dan berdasarkan hubungan fungsional antara variabel
independent dan dependent.

B. Variabel dan Data


Sekali lagi, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Sedangkan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta
ataupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977 tanggal 11 juli 1977
disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang
dipakai untuk suatu keperluan.
Sesuai dengan macam atau jenis variabel, maka data atau hasil pencatatannya juga
mempunyai jenis sebanyak variabelnya. Dengan demikian, maka:
- Data dari variabel diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.
- Data dari variabel kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan, angka berjarak
atau ukuran.

Bagi peneliti yang menginginkan mengolah data dengan metode statistic, maka
datanya harus berupa data kuantitatif, yaitu berupa angka-angka.
Contoh:
Apabila datanya merupakan data kualitatif, misalnya: sangat bagus, bagus,
cukup, jelek, jelek sekali, maka data tersebut diberi symbol angka misalnya:
sangat bagus 5, bagus 4, cukup 3, jelek 2, dan jelek sekali 1. Tetapi ingat, 5, 4, 3,
2, 1 hanya symbol yang menunjukkan urutan tingkatan karena datanya berupa
data ordinal.
Demikian juga jika ingin mengubah data tersebut menjadi data diskrit karena
akan diolah dengan teknik tertentu, maka hanya diberi 2 macam symbol.
Misalnya “sangat bagus” diberi symbol 1, yang lain (tidak perlu ditingkatannya)
diberi symbol 0 atau angka lain. Boleh saja kita memberi symbol 2 untuk “sangat
bagus” dan symbol 1 untuk yang lain, tetapi tidak berarti bahwa 2 adalah dua
kali 1. Angka-angka tersebut hanya symbol untuk memisahkan menjadi dua bagi
data yang ada.

Variabel berasal dari kata “vary” dan “able” yang berarti “berubah” dan “dapat”.
Jadi, secara harfiah variabel berarti dapat berubah, sehingga setiap variabel dapat diberi
nilai dan nilai itu berubah-ubah. Nilai tersebut bisa kuntitatif (terukur dan atau terhitung,
dapat dinyatakan dengan angka) juga bisa kualitatif (jumlah dan derajat atributnya yang
dinyatakan dengan nilai mutu). Variabel merupakan element penting dalam masalah
penelitian. Dalam statistik, variabel didefinisikan sebagai konsep, kualitas,
karakteristik, atribut, atau sifat-sifat dari suatu objek (orang, benda, tempat, dll) yang
nilainya berbedabeda antara satu objek dengan objek lainnya dan sudah ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Karakteristik adalah ciri
tertentu pada obyek yang kita teliti, yang dapat membedakan objek tersebut dari objek
lainnya, sedangkan objek yang karakteristiknya sedang kita amati dinamakan satuan
pengamatan dan angka atau ketegori (nilai mutu) tertentu dari suatu objek yang kita
amati dinamakan variate (nilai). Kumpulan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran
atau penghitungan suatu variabel dinamakan dengan data.
Karakteristik yang dimiliki suatu pengamatan keadaannya berbeda-beda
(berubah-ubah) atau memiliki gejala yang bervariasi dari satu satuan pengamatan ke satu
satuan pengamatan lainnya, atau, untuk satuan pengamatan yang sama, karakteristiknya
berubah menurut waktu atau tempat. Apabila karakteristik setiap satuan pengamatan
semuanya sama, tidak beragam, maka bukan lagi merupakan variabel, melainkan
konstanta.

Contoh:
Apabila Anda sedang mempelajari sekelompok anak-anak, anak-anak di sana baru
sebuah konsep, bukan variabel. Apabila Anda tertarik untuk mengukur tinggi badannya,
berat, usia, menentukan jenis kelamin, dan sebagainya, berarti Anda sudah berbicara
tentang variabel, karena nilainya bisa beragam dari anak ke anak. Untuk kepentingan
penelitian, sebuah konsep bisa diubah menjadi satu atau beberapa variabel.

Misalnya saja tentang konsep anak-anak tadi, di antara sekian karakteristik yang bisa
diukur, Anda lebih tertarik untuk menimbang beratnya, maka:
- Konsep: adalah properti/karakteristik dari Anak-anak
- Karakteristik: karakteristik yang sedang Anda amati adalah berat anak.
- Variabel: karena berat setiap anak bisa bervariasi, maka berat merupakan variabel.
- Satuan pengamatan: satuan pengamatannya adalah masing-masing Anak (setiap
individu), dan
- Nilai (variate/data): berat yang terukur dari setiap anak dinamakan variate (nilai).

Contoh kasus lain misalnya, jika Anda sedang mempelajari sekelompok tanaman tomat
(konsep), variabel-variabel berikut mungkin menjadi pertimbangan Anda: tinggi, lebar,
jumlah daun, dan jumlah buah, dan berat tomat. Contoh variabel lainnya adalah warna
mata, IQ, tingkat pendidikan, status sosial, metode mengajar, jenis pupuk, jenis varietas,
jenis obat, semuanya adalah variabel karena karakteristiknya berbeda-beda.
Karakteristik dari suatu variabel harus beragam atau berubah-ubah. Sebaliknya, jika
karakteristik semuanya sama, maka satuan pengamatan tersebut bukan lagi variabel,
melainkan konstanta. Konstanta adalah angka tertentu yang nilainya selalu tetap pada
semua kondisi, misalnya kecepatan cahaya, gaya gravitasi, dsb. Namun demikian, suatu
variabel bisa saja menjadi konstanta apabila nilainya di buat sama. Misalnya, jenis
kelamin adalah variabel, namun apabila satuan pengamatan yang kita amati hanya
dibatasi pada jenis kelamin perempuan saja, maka jenis kelamin berubah menjadi
konstanta, karena nilainya sama pada semua kondisi.

C. Variabel sebagai Objek Penelitian


Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu
menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah susu
dan berat badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian.
Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan
eksperimen. Kelompok eksperimen adalah orang-orang minum susu, sedangkan
kelompok control atau kelompok pembanding adalah orang-orang yang tidak diberi
minum susu. Banyaknya susu yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar
dengan ukuran liter, maka variabelnya berbentuk variabel kontinum. Sedangkan tambah-
tidaknya berat badan, diukur dengan kilogram, variabelnya juga variabel kontinum (ratio)
Peneliti lain ingin menyelidiki besarnya kesadaran bermasyarakat bagi orang-
orang mendapat pendapat P4. Dalam hal ini maka nilai penataran P4 dan kesadaran
bermasyarakat merupakan variabel penelitian. Baik nilai penataran P4 maupun kesadaran
masyarakat dapa diukur, digambarkan dalam bentuk angka dan dikategorikan sebagai
variabel interval.
Dari kedua contoh penelitian ini, kita tahu bahwa kesamaannya, yaitu sama-sama
melihat pengaruh sesuatu treatment, maka ada variabel yang mempengaruhi dan variabel
akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau
independent variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bagus variabel
tergantung, variabel terikat atau dependent variabel (Y).
Dalam penelitian I, susu merupakan variabel bebas dan berat badan merupakan
variabel akibat. Sedangkan dalam penelitian II, nilai penataraan P4 merupakan variabel
bebas dan kesadaran bermasyarakat merupakan variabel terikat bebas dan kesadaran
dalam eksperimen ini, Fred N. Kerlingert berpendapat:
“All experiments have one fundamental idea behind them: to test the effect of one
or more independent variabels on a dependent variable (it is possible to have more
than one dependent variable in experiments)”.
Dalam dua contoh penelitian di atas, susu dan penataraan P4 sebagai independent
variabels merupakan variabel tunggal. Demikian pula berat badan dan kesadaran
bermasyarakat, keduanya merupakan variabel tunggal. Sebagai contoh eksperimen yang
lebih dari satu variabelnya adalah sebagai berikut:

Independent Variable lebih dari satu:


Pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar murid.

Dalam hal ini variabel lingkungan belajar diartikan terdiri dari lingkungan belajar
di rumah sebagai satu variabel atau sub-variabel dan lingkungan belajar di sekolah
sebagai variabel (sub-variabel) lain. Barangkali kalau akan lebih teliti lagi kita dapat
memperhatikan lingkungan belajar di masyarakat atau pergaulan sebagai variabel (sub-
variabel) ketiga. Apabila demikian, maka variabel sebagai konsep dapat dimengerti
sebagai suatu yang mempunyai nilai luas (ganda) maupun sempit (tunggal). Seperti
halnya susu dan penataraan P4, kelihatannya merupakan variabel yang bernilai tunggal.
Tetapi lingkunngan belajar merupakan variabel yang bernilai luas atau ganda.

Menurut pendapat Kerlingert selanjutnya tenang variabel:


“It is possible, by definition, for a variabel to have only one value. It is then called
a constant. We deal almost exclucively with variables that have two or more
values”.

Berikut ini adalah contoh eksperimen dengan variabel terikat lebih dari satu.
Pengaruh frekuensi mengikuti praktikum terhadap kemampuan mengajar. Yang
menjadi variabel terikat di dalam penelitian ini adalah kemampuan mengajar, yang
nilainya diperinci atas: kemampuan membuat persiapan tertulis dan kemampuan
mengajar di depan kelas. Jadi, secara terpisah ada dua variabel. Apabila dikehendaki
lebih teliti, kemampuan mengajar di depan kelas dapat diperinci lagi menjadi kemampuan
membuka pelajaran, mengajarkan materi dalam inti mengajar, menutup pelajaran,
kemampuan menggunakan alat, kemampuan mengolah kelas, mengevaluasi murid dan
sebagainya.
Dari pengalaman mengajar dan membimbing mahasiswa, penulis mendapat kesan
bahwa sukar sekali bagi sebagian para mahasiswa tersebut menentukan variabel. Sebagai
contoh dari judul penelitian di atas, yakni:
“pengaruh Frekuensi Mengikuti Praktikum Terhadap Kemampuan Mengajar”.
Penulis menjumpai kesalahan-kesalahan yang ditentukan sebagai variabel, antara lain:
- Pengaruh frekuensi,
- Mengikuti praktikum,
- Praktikum,
- Terhadap kemampuan mengajar,
- Mengajar,
- Dan sebagaunya.
Dalam gambaran ini rupanya belum tertangkap apa yang dimaksud dengan objek
penelitian, yang diamati oleh peneliti atau variabel penelitian tersebut.

D. Pentingnya Memahami Variabel


Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasikan
setiap variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub-variabel) merupakan syarat mutlak
bagi setiap peneliti. Memang mengidentifikasikan variabel dan sub-variabel ini tidak
mudah, karenanya membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelaku.
Memecah-mecah variabel menjadi sub-variabel ini juga disebut kategorisasi,
yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh
peneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indicator variabel. Dalam contoh
kesadaran bermasyarakat, jika akan mengukur apakah seseorang cukup besar atau tidak
kesadaran bermasyarakatnya, maka perlu dicari tanda-tandanya, indikatornya, bukti-
buktinya.
Kategori, indicator, sub-variabel ini akan dijadikan pedoman dalam merumuskan
hipotesis minor, menyusun instrument, mengumpulkan data dan kelanjutan langkah
penelitian yang lain. Sedikitnya sub-variabel atau kategori, akan menghasilkan
kesimpulan yang besar (jika variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika variabelnya sedikit
tetapi kecil-kecil).
Ada kalahnya, peneliti memilih sedikit variabel tetapi besar-besar. Ini berarti
bahwa peneliti hanya menghendaki data kasar. Tentu saja semakin terperinci cara
pengkategorisasian variabel, datanya semakin luas dan gambaran hasil penelitian semakin
menjadi teliti.
Berhubungan pentingnya kategorisasi variabel penelitian, maka berikut ini
disajikan contoh penjabaran variabel dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya.

Contoh:
Sebuah penelitian dengan judul:
Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid.
Variabel bebas : kualitas guru
Variabel terikat : prestasi belajar murid
Yang dituling di dalam tanda kurung adalah cara aau metode bagaimana data diperoleh.

Variabel bebas: Variabel terikat:


Kualitas guru Prestasi
Sub-Variabel Sub-Variabel
1. Pendidikan guru (dokumen) 1. Nilai harian (dokumen)
2. Pengalaman mengajar (dokumen) 2. Nilai ulangan umum (dokumen)
3. Banyaknya penataraan (dokumen) 3. Nilai tugas-tugas (dokumen)
4. Usia dokumen 4. Cara menjawab pertanyaan di kelas
(observasi)
5. Minat menjadi guru (kuesioner kepada 5. Cara menyusun laporan (dokumen)
guru)
6. Penguasaan terhadap materi pelajaran 6. Nilai ketelitian catatan (dokumen)
(kuesioner murid) dapat pula dipertimbangkan
7. Pendekatan/cara mengajar (observasi 7. Ketekunan, keuletan (observasi)
atau kuesioner murid)
8. Cara memilih alat dan cara 8. Usaha (observasi) dan sebagainya.
menggunakannya (observasi dan
kuesioner murid)
9. Hubungan guru-murid (kuesioner murid)
10. Pribadi guru (wawancara, kuesioner
berbagai pihak)
11. Keluarga guru (kuesioner atau
wawancara)
12. Cara memberi PR atau pekerjaan rumah
(kuesioner murid atau guru) dan
sebagainya.

Pada waktu menentukan sub-variabel ini peneliti harus selalu sambil berpikir,
bagaimana cara mengumpulkan datanya. Apabila hal ini tidak diperhatikan maka dapat
terjadi diketemukan variabelnya, kelihatannya menarik, tetapi mungkin tidak ada
datanya.

Misalnya:
Perlakuan guru-gurunya, dalam tinjauan guru tersebut pada waktu ia sekolah.

Kesalahan yang sering terjadi pada waktu mengidentifikasikan sub-variabel


adalah disebutnya sub-variabel akibat dari variabel terikat, misalnya: naik kelas;
disebunya penyebab variabel bebas. Misalnya cita-cita orang tua, sang guru (yang
berpengaruh terhadap si giri menjadi guru).
Ada lagi kesalahan, yaitu variabel lain yang juga merupakan penyebab
terpengaruhnya variabel terikat. Misalnya IQ siswa, lingkungan belajar, dan sebagainya.
Variabel ini bukan variabel bagian dari guru mempengaruhi timbulnya kejadian pada
waktu variabel terikat. Variabel-variabel semacam ini disebut intervening variable, atau
lebih gampangnya dipahami disebut variabel pengganggu, karena mengotori pengaruh
giru terhadap prestasi belajar.
Tujuan kategorisasi variabel ini adalah agar peneliti memahami dengan jelas
permasalahan yang sedang diteliti. Kerlingert dalam hal ini menjelaskan pendapatnya
sebagai berikut:
“The must define the variables the use in hyphothesis so that the hyphotesis can
be tested. Thay do this by using are as know as operasional definition”.

Sudah disebutkan dalam bab terdahulu bahwa makin terperinci kita memahami
permasalahan kita, maka makin bermutu pemecahannya. Oleh karena itu, hipotesis mayor
dapat dipecah menjadi hipotesis minor sesuai dengan penjabaran variabelnya.

E. Memahami Variabel yang Bermakna


Di bagian lain sudah dijelaskan bahwa kegiatan penelitian memerlukan
pengorbanan dari penelitian berupa dana, tenaga, dan waktu. Oleh karena itu, hasil
penelitian harus memiliki kemanfaatan yang besar, agar imbang dengan pengorbanannya.
Di dalam pembicaraan Bab V mengenai kegunaan hasil penelitian sudah dijelaskan
bahwa bermanfaat tidaknya, atau besar kecilnya manfaat penelitian merupakan bahan
pertimbangan penting bagi perlu tidaknya penelitian tersebut dilakukan. Selanjutnya
bermanfaat tidaknya hasil penelitian dapat diketahui antara lain dari variabel yang
ditentukan oleh peneliti. Tentang variabel penelitian ada dua hal yang diperhatikan, yaitu:
(1) sifat variable, dan (2) status variabel.

1. Sifat Variabel
Ditinjau dari sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel
statis dan variabel dinamis.
a. Variabel statis adalah variabel yang tidak dapat diubah keberadaannya, misalnya
jenis kelamin, status social ekonomi, tempat tinggal, dan lain-lain. Andaikata,
hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang merupakan akibat dari variabel-
variabel tersebut, peneliti tidak mampu mengubah atau mengusulkan untuk
mengubah variabel dimaksud. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengingat-
ingat, kita sebut saja variabel tersebut sebagai “variabel tidak berdaya”.
b. Variabel dinamis adalah variabel yang dapat diubah kebenarannya berupa
pengubahan, peningkatan, atau penurunan.
Contoh variabel dinamis adalah: kedisiplinan, motivasi kepedulian, pengaturan,
dan sebagainya. Andaikata hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang merupakan
akibat dari variabel-variabel tersebut, maka peneliti dapat mengubah atau
mengusulkan untuk mengubahnya. Oleh karena itu, untuk mempermudah
mengingat-ingat, kita sebut saja variabel ini dengan “variabel terubah”
Contoh-contoh aplikasi dalam penelitian:
1) Penelitian tentang perbedaan keberhasilan berdagang antara laki-laki dengan
perempuan. Dari penelitian tersebut misalnya diketahui bahwa pedagang laki-laki
lebih berhasil dibandingkan dengan pedagang perempuan, lalu apa manfaat
peneliti ini? Tindak lanjut apa dan bagaimana yang dapat dilakukan? Apakah kita
sarankan agar pedagang perempuan diubah kelaminnya menjadi laki-laki? Atau
apakah disarankan agar yang berdagang hanya laki-laki saja?, sementara
perempuan mencari pekerjaan lain?
Mungkin anda ingin membantah dan mengusulkan saran tak berguna, misalnya:
Perempuan yang akan berdagang ditingkatkan kemampuannya supaya lebih
berhasil. Usul seperti itu baik, tetapi bukankah jenis kelamin menunjukkan bakat
untuk bidang-bidang tertentu? Alas an jenis kelamin akan lebih jelas lagi apabila
dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan mengasuh anak.
Masih inginkah meningkatkan kemampuan laki-laki agar dependent variable.
2) Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat baca
mahasiswa. Dari makna penelitian yang tersirat dalam penelitian ini, peneliti
menciba mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap minat
baca mahasiswa dengan harapan memperoleh manfaat dapat meningkatkan
peranan faktor-faktor yang ternyata besar terhadap minat baca mahasiswa.

Pembaca, cukup bermafaatkah penelitian ini? Dibandingkan dengan penelitian


pertama, manakah yang lebih besar kemanfaatannya? Untuk melakukan
penelitiannya, tentu peneliti menentukan faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh
terhadap minat baca mahasiswa, kemudian melalui kegiatan penelitiannya ia mencari
data untuk melihat faktor-faktor mana yang lebih berpengaruh.

Coba anda pilih dan berikan peringkat (berdasarkan sifat variabel):


(1) Kondisi social ekonomi mahasiswa;
(2) Kepedulian orang tua mahasiswa;
(3) Tugas-tugas yang diberikan oleh dosen;
(4) Tersedianya dan pengaturan buku di perpustakaan;
(5) Jurusan yang dipilih mahasiswa.
Bagaimanakah jawab anda? Variabel manakah yang merupakan “variabel tidak
berdaya”, dan manakah yang “variabel beribah”? jika jawaban anda nomor (1) dan
(5) adalah sebagai “variabel tidak berdaya”, dan nomor (2) dan (3), serta (4) adalah
sebagai “variabel terubah”, maka anda sudah memahami sifat variabel. Kondisi
ekonomi memang berpengaruh terhadap minat baca mahasiswa, tetapi jika kita ingin
meningkatkan minat baca mahasiswa, mampukah kita meningkatkan status social
ekonomi mereka? Demikian juga dengan jurusan mahasiswa. Memang jurusan X
“terpaksa” mempunyai minat baca yang besar karena dosen-dosen mereka selalu
menuntut mahasiswa untuk membaca buku, sedangkan mahasiswa dari jurusan Y
tidak suka membaca buku karena tidak dibiasakan oleh dosennya untuk membaca.
Dalam hal ini yang berperan terhadap minat baca bukanlah jurusannya tetapi dosen-
dosennya, dan itu berarti variabel nomor (3), bukan nomor (5).

2. Status Variabel
Dalam membicarakan “status variabel” ini kita perlu melihat satu variabel dalam
hubungannya dengan variabel lain. Semua variabel mempunyai status penting, namun
jika dibandingkan antara dua status di bawah ini, kita dapat menentukan mana yang
lebih bermakna dalam penelitian.
a. Kebiasaan hidup sehari-hari ---------- motovasi berprestasi
b. Motovasi berprestasi ---------------- etos kerja
c. Etos kerja -------------------- keberhasilan kerja.

Dapatkah anda melanjutkan hubungan variabel dengan variabel lain? Dapatkah anda
menyebutkan perpedaan statusvariabel yang disebutkan pertama dengan yang
disebutkan kedua? Dari variabel yang manakah kemanfaatan penelitian disebutkan?
Betul, di dalam setiap kaitan dua variabel yang disajikan di atas, variabel yang
disebutkan pertama merupakan penyebab untuk variabel kedua. Variabel pertama
berstatus sebagai sesuatu yang akan dilihat peranannya terhadap variabel yang
disebutkan kedua.

Kemanfaatan penelitian selalu harus dilihat dari variabel pertama. Apa yang dapat
dilakukan oleh peneliti, atau apa saja yang dapat disarankan oleh peneliti terhadap
orang lain agar tampak bahwa kegiatan penelitian yang kita lakukan mempunyai
manfaat yang cukup besar.

Mengapa penting ada Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajaran sehingga didapatkan informasi
mengenai hal tersebut dan ditariklah sebuah kesimpulan.
Variabel merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena
sangat tidak memungkinkan bagi seorang peneliti melakukan penelitian tanpa variabel.
Akan tetapi, terkadang banyak sekali hal juga yang menyebabkan kita kurang
pemahaman mengenai apa dan seperti apa variabel?
Sebagian ahli juga mendefiniskan bahwa yang dinamakan variabel adalah segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam sebuah penelitian. Dari dua
pengertian di atas, bisa diartikan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang
berperan ketika proses penelitian itu sendiri. Variabel penelitian ini sangat ditentukan
oleh landasan teoritis dan kejelasannya yang ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh
karena itu, jika landasan teori dalam suatu penelitian berbeda, maka akan berbeda pula
hasil variabelnya. Kemudian variabel-variabel yang hendak digunakan perlu penetapan,
klasi_kasi dan identikasi. Luas dan sempitnya variabel penelitian juga dapat menentukan
jumlah variabel yang akan digunakan. Terdapat perbedaan variabel antara ilmu ekstrak
dan ilmu sosial. Pada ilmu ekstrak variabel yang dipakai biasanya mudah diketahui
karena bisa dilihat dan divisualisasikan. Sedangkan variabel dalam ilmu sosial itu
bersifat abstrak sehingga susah dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial lahir
dari suatu konsep yang perlu dijelaskan dan diubah bentuknya sehingga bisa diukur dan
dipergunakan secara operasional.
Memahami variabel sangat penting dalam menulis proposal penelitian anda
karena anda akan membutuhkan ini dalam membangun kerangka kerja konseptual anda
dan dalam menganalisis data yang telah anda kumpulkan. Oleh karena itu, anda harus
dapat memahami apa arti dari variabel secara menyeluruh dan cara-cara mengukurnya.
Dalam penelitian ilmiah, ilmuwan, teknisi, dan peneliti memanfaatkan berbagai metode
dan variabel saat melakukan eksperimen mereka. Dalam istilah sederhana, suatu variabel
memiliki atribut terukur yang berubah atau bervariasi di seluruh percobaan, baik
membandingkan hasil antara beberapa kelompok, banyak orang atau bahkan ketika
menggunakan satu orang dalam percobaan yang dilakukan dari waktu ke waktu.
Variabel Penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah penelitian,
karena bertujuan sebagai landasan untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan
data, serta sebagai alat menguji hipotesis. Itulah sebabnya, sebuah variabel harus dapat
diamati dan dapat diukur.

Mengapa Belajar adalah Variabel Kausal


Penelitian kausal komparatif (causal comparative reseach) atau ex post facto
adalah penelitian di mana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan untuk
keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok atau individu (Gay
dalam Emzir). Dapat dikatakan penelitian ini telah memperhatikan dan mengamati
terlebih dahulu tentang perbedaan diantara variabel serta mencari hal utama dalam
perbedaan tersebut.
Menurut Watson, penelitian ex post facto bertujuan untuk mencari penyebab
perubahan perilaku dengan studi komparasi secara partisipatif tentang perilaku yang
muncul pada saat sekarang dan perilaku yang tidak muncul dari suatu kejadian setelah
variable bebas terjadi.
“Karena pengaruh dan yang mempengaruhi telah terjadi dan di teliti oleh peneliti
dengan tinjauan kebelakang, dengan kata lain penelitian yang dilakukan untuk
meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian meruntut ke belakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”.

Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian yang diarahkan untuk


menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi
dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Penelitian
kausal komparatif bertujuan untuk mengungkapkan kemungkinan adanya hubungan
sebab-akibat antar variabel tanpa memanipulasi suatu variabel. Artinya, variabel-variabel
yang akan diuji hubungan kausalnya telah terjadi dalam kondisi yang wajar. Penelitian
dengan rancangan ini dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan terhadap variabel
akibat terlebih dahulu baru kemudian pengamatan terhadap variabel-variabel yang diduga
menyebabkannya.

Contoh: Studi tentang variabel penyebab terjadinya kesulitan belajar mata pelajaran
Pendidikan Jasmani di SDN Kauman Kota Malang.

Penelitian kausal komparatif ini bersifat expost facto, artinya data dikumpulkan
setelah semua kejadian yang dipersoalkan telah dilalui. Oleh karena itu, rancangan ini
sangat tepat dipakai dalam berbagai keadaan apabila ditengarai variabel yang diteliti
tidak mungkin dilakukan pemilihan, pengontrolan, dan pemanipulasian variabel-variabel
untuk mengungkap-kan sebab-akibat semuanya kejadian.
Kelemahan utama rancangan penelitian expost facto adalah tidak adanya kontrol
terhadap variabel bebas sehingga hubungan sebab-akibat yang ditemukan melalui
rancangan ini seringkali masih membawa penafsiran yang bermacam-macam. Penelitian
kausal komparetif tidak menguji hipotesis, karena peneliti akan mengungkap fakta di
lapangan. Dalam contoh di depan, peneliti akan mengungkap data tentang variabel yang
menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar matapelajaran Pendidikan Jasmani di SDN
Kauman Kota Malang.

Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Kausal Komparatif


 Ritz mengidentifikasi beberapa kelebihan dan kelemahan penelitian ex post facto.
Kelebihan ex post facto sebagai berikut :
 Metode kausal komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam banyak hal
bila metode eksperimental tidak memungkinkan untuk dilakukan :
1. Apabila tidak memungkinkan memilih, mengontrol, dan memanipulasi
variabel untuk studi hubungan sebab akibat (kausal) secara langsung.
2. Apabila pengontrol semua variasi kecuali satu variabel bebas tunggal
mungkin sangat realistik dan arti_sial, mencegah interaksi yang normal
dengan variabel lain yang berpengaruh.
3. Apa bila pengontrol secara laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian
tidak praktis, terlalu mahal, atau secara etika dipertanyakan.
 Penelitian kausal komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat
mengenai hakikat fenomena : apa sesuai, dengan apa, dibawah kondisi apa,
dalam urutan dan pola apa, dan seterusnya.
 Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan _tur-_tur
secara parsial (hubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan)[8], dalam
beberapa tahun belakangan, studi ini lebih banyak dipertahankan.
 Di samping kelebihan diatas, penelitian kausal komparatif juga memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut :
 Kelemahan utama suatu desain penelitian kausal komparatif adalah tidak adanya
kelas kontrol terhadap variabel bebas di dalam keterbatasan pemilihan, peneliti
harus mengambil fakta sebagaimana ia temukan dengan tidak ada kesempatan
untuk mengatur kondisi atau memanifulasi variabel yang memengaruhi fakta di
tempat pertama. Untuk memperkaya kesimpulan, peneliti harus memperhatikan
semua kemungkinan alasan yang lain atau hipotesis yang dapat dipercaya yang
dapat diperkirakan untuk hasil yang diperoleh.
 Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan yang secara aktual
termasuk diantara banyak faktor di bawah penelitian.
 Kesulitan bahwa tidak ada faktor yang tunggal yang menyebabkan suatu hasil,
tetapi merupakan kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor yang berkaitan
dibawah kondisi tentu untuk menghasilkan hasil yang di tentukan.
 Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai penyebab, tetapi juga dari
satu penyebab dalam satu kejadian dan dari penyebab yang lain dalam kejadian
yang lain.
 Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap penentuan mana penyebab
dan mana akibat mungkin sulit.
 Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang berhubungan tidak harus
memiliki implikasi hubungan sebab –akibat. Semuanya secara sederhana mungkin
berhubungan dengan suatu faktor tambahan yang belum atau tidak dikenal atau
tidak teramati.
 Pengklasi_kasian subjek kedalam kelompok dikotomi (pembagian atas dua
kelompok yang saling bertentangan) seperti kelompok berprestasi dan tidak
berprestasi untuk tujuan perbandingan, penuh dengan masalah, karena masalah
seperti ini adalah samar, berubahubah, dan bersifat sementara. Dengan demikian,
peneliti tidak akan menghasilkan temuan yang bermanfaat.
 Studi perbandingan dalam situasi yang alamiah tidak memungkinkan pemilihan
subjek penelitian yang terkontrol penempatan kelompok subjek yang ada yang
sama dalam semua hal yang diharapkan untuk penampilan mereka pada suatu
variabel adalah sangat sulit.

Identifikasi Variabel pada setiap contoh Perumusan Penelitian


Penelitiian sebagai suatu pendekatan ilmiah dalam menemukan kebenaran, menjawab,
dan memecahkan permasalahan memiliki langkah-langkah tertentu. Sukmanidata (2005)
mengidentifikasi langakah-langkah penelitian sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah
2) Merumuskan dan membatasi masalah
3) Melakukan studi kepustakaan
4) Merumuskan hipotesis dan pertanyaan penelitian
5) Menentukan desain dan metode penelitian
6) Menyusun instrument dan mengumpulkan data
7) Menganalisis data dan menyajikan hasil
8) Menginterpresentasikan temuan, membuat kesimpulan dan rekomendasi.

Arikunto (1993) mengemukakan prosedur penelitian sebagai berikut:

1) Memilih masalah
2) Studi pendahuluan
3) Merumuskan masalah
4) Merumuskan anggapan dasar dasar (asumsi)
5) Hipotesis
6) Memilih pendekatan
7) Menentukan variable dan sumber data
8) Menentukan dan menyusun instrument
9) Analisis data
10) Menarik kesimpulan
11) Menyusunlaporan.

Penelitian yang ilmiah adalah menggunakan metode dan prinsip prinsip science
yaitu dengan metode yang sistematis, eksak (menggunakan metode penelitian dimana
suatu hipotes yang dirumuskan setelah dikumpulkan data obyektif secara sistematis), dan
dapat dites secara empiris.masalah yang dapat diteliti sebenarnya tidak terbatas
jumlahnya. Masalah yang dapat diteliti sebenarnya tidak terbatas jumlahnya. Namun
seorang calon peneliti sering menemukan satu masalah yang cocok baginya. Memang ada
kesulitan dalam menemukan topic yang tepat itu. Menurut Prof. Dr.S. Nasution, M.A ada
beberapa hal yang harus dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Mencari Masalah
Masalah dapat dipilih berdasarkan pertimbangan pribadi dan praktis, misalnya:
- Apakah masalah itu sesuatu yang baru, menarik serta menimbulkan rasa ingin
tahu para calon peneliti tersebut?
- Apakah masalah itu sesuai dengan jurusan, kemampuan, dan latar belakang
pendidikannya?
- Apakah masalah menemukan alat-alat khusus dan kondisi kerja yang dapat
dipenuhi oleh calon?
- Apakah dengan metode tertentu dapat dapat dikumpulkan data yang diperlukan.
- Apakah calon peneliti dapat menanggung segala pembiayaannya?
- Apakah masalah itu dapat diselesaikan oleh sipeneliti dalam kurun waktu yang
tersedia?
Hal-hal tersebut harus dipertimbangkan oleh sipeneliti, akan tetapi ada criteria
yang bersifat ilmiah yang perlu dperhatikan, yang mensyaratkan agar masalah penelitian
itu member sumbangan untuk perkembangan pengetahuan. Masalah tidak sama dengan
dengan topic suatu skripsi, tesis dan disertasi. Masalah memang telah tercakup dalam
tercakup dalam judul, namun masih perlu diuraikan dan diperjelas. Dari topic kita belum
tentu dapat memahami dan mengetahui apa masalah yang sesungguhnya, oleh sebab itu
perlu kita uraikan lebih lanjut mengenai masalh itu.
Penelitian biasanya dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang belum dapat dijawab
oleh seorang peneliti. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, maka perlu
dilakukan identifikasi masalah. Masalah penelitian dipilih berdasarkan beberapa
pertimbangan antara lain dilihat dari sisi waktu, biaya, kemampuan si peneliti maupun
kontribusi yang akan diberikan oleh penelitian tersebut bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Salah satu langkah awal untuk memulai penelitian kita harus merumuskan masalah
yang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian karena
semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa adanya
permasalahan yang jelas, penelitian tidak akan dapat dilaksanakan karena perumusan
masalah merupakan sumber utama dari unsur penelitian yang akan dilaksanakan.
Perumusan masalah ini bertujuan untuk mencari sesuatu dalam kerangka pemuasan
akademis seseorang, memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang
baru, meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya
ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya, memenuhi keinginan sosial dan meyediakan
sesuatu yang bermanfaat.
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai
menyusun informasi mengenai masalah yang akan dijawab menjadi suatu perumusan
masalah. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup
pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran
penggunaan dan dampak hasil penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan
mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel
tersebut.
Memilih masalah untuk diteliti merupakan tahap yang penting dalam melakukan
penelitian, karena pada hakikatnya seluruh proses penelitian yang dijalankan adalah
untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Suatu masalah tidak
harus menuntut atau menimbulkan suatu penelitian tetapi penelitian dilakukan karena
adanya masalah. Penentuan permasalahan (identifikasi masalah) secara jelas dan
sederhana bertujuan untuk mentransformasikan topik kedalam sesuatu yang bisa dikelola
(manageable) dalam artian disesuaikan dengan kemampuan peneliti dan batasan-batasan
sumber daya yang ada. Tanpa adanya permasalahan, penelitian tidak akan dapat
dilaksanakan karena perumusan masalah merupakan sumber utama dari unsur penelitian
yang akan dilaksanakan.
Pencarian masalah yang akan dikaji dapat bersumber dari bacaan, pengamatan
terhadap fakta dilapangan, berdasarkan pengalaman pribadi, maupun dari hasil
pertemuan- pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi dan lokakarya. Permasalahan yang
ingin dikaji sebaiknya diuraikan mulai dari permasalahan secara umum hingga akhirnya
terbentuk suatu permasalahan yang lebih khusus dan spesifik. Dalam pencarian topik
permasalahan ini perlu adanya pemahaman terhadap objek yang ingin diteliti baik
melalui fenomena-fenomena yang ada, teori, hipotesis maupun eksperimen.
Masalah yang telah ditemukan dan diidentifikasi, belum menjadi suatu jaminan
bahwa masalah yang ditemukan layak untuk diteliti. Ada dua pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam memilih masalah yang telah dirumuskan atau diidentifikasi
diantaranya harus dilihat lagi apakah rumusan masalah tersebut layak apabila dipandang
dari segi objektif maupun bila dilihat dari nilai penelitiannya. Untuk mengidentifikasi
masalah bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya bisa dilakukan dengan bacaan
(buku, jurnal, tesis, dan lain sebagainya), pengamatan dilapangan, berdasarkan
pengalaman pribadi, seminar dan lokakarya, diskusi, dan lain sebagainya. Selain itu juga
perlu diperhatikan apakah permasalahan tersebut nantinya akan memberikan masukan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bila dilihat dari sisi penelitian yang akan
dilakukan, baik berupa kelayakan waktu atau lama penelitian akan dilakukan, besarnya
biaya yang akan dileluarkan, serta ada atau tidaknya sarana dan prasarana pendukung,
teori-teori pendukung dan lain sebagainya.
Kaitan antara Teori – Variabel – Instrumen
1. Teori
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan
adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami
sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka
kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru
untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Tiga hal yang perlu diperhatikan tentang teori adalah:
a. Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari konstrak yang sudah
didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi
tersebut secara jelas
b. Teori menjelaskan hubungan antar variable sehingga pandangan yang sistematik
dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas.
c. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variable yang saling
berhubungan.

Salah satu definisi mengenai teori ialah serangkaian asumsi, konsep, konstruk,
definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sisitematis dengan
cara merumuskan hubungan antar konsep (Kerlinger, FN).

Definisi lain mengatakan bahwa teori merupakan pengetahuan ilmiah yang


mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari satu disiplin ilmu. Teori
mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut;

a) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak


terjadinya kontraksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
b) harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun
konsistennya apabila tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat
diterima kebenarannya secara ilmiah.

Ada empat cara teori dibangun menurut Melvin Marx :

1) Model Based Theory


Berdasarkan teori pertama teori berkembang adanya jaringan konseptual yang
kemudian diuji secara empiris. Validitas substansi terletak pada tahap-tahap awal
dalam pengujian model, yaitu apakah model bekerja sesuai dengan kebutuhan
peneliti.
2) Teori deduktif
Teori kedua mengatakan suatu teori dikembangkan melalui proses deduksi.
Deduksi merupakan bentuk inferensi yang menurunkan sebuah kesimpulan yang
didapatkan melalui penggunaan logika pikiran dengan disertai premispremis
sebagai bukti. Teori deduktif merupakan suatu teori yang menekankan pada
struktur konseptual dan validitas substansialnya. Teori ini juga berfokus pada
pembangunan konsep sebelum pengujian empiris.
3) Teori induktif
Teori ketiga menekankan pada pendekatan empiris untuk mendapatkan
generalisasi. Penarikan kesimpulan didasarkan pada observasi realitas yang
berulang-ulang dan mengembangkan pernyataan-pernyataan yang berfungsi untuk
menerangkan serta menjelaskan keberadaan pernyataan-pernyataan tersebut.
4) Teori fungsional Teori keempat mengatakan suatu teori dikembangkan melalui
interaksi yang berkelanjutan antara proses konseptualisasi dan pengujian empiris
yang mengikutinya. Perbedaan utama dengan teori deduktif terletak pada proses
terjadinya konseptualisasi pada awal pengembangan teori. Pada teori deduktif
rancangan hubungan konspetualnya diformulasikan dan pengujian dilakukan pada
tahap akhir pengembangan teori.
Berikut ini adalah definisi dan pengertian teori menurut beberapa ahli:
a. Jonathan H. Turner
Teori adalah sebuah proses mengembangkan ide-ide yang membantu kita
menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi
b. Littlejohn & Karen Foss
Teori merupaka sebuah sistem konsep yang abstrak dan hubungan-hubungan
konsep tersebut yang membantu kita untuk memahami sebuah fenomena
c. Kerlinger
Teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya yang
mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena.
d. Nazir
Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu
peristiwa atau kejadian.
e. Stevens
Teori adalah suatu pernyataan yang isinya menyebabkan atau
mengkarakteristikkan beberapa fenomena
f. Fawcett
Teori adalah suatu deskripsi fenomena tertentu, suatu penjelasan tentang
hubungan antar fenomena atau ramalan tentang sebab akibat satu fenomena pada
fenomena yang lain.
g. Emory – Cooper
Teori merupakan suatu kumpulan konsep, definisi, proposisi, dan variable yang
berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan , sehingga
dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (faktafakta) tertentu
h. Calvin S. Hall & Gardner Linzey
Teori adalah hipotesis (dugaan sementara) yang belum terbukti atau spekulasi
tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti
i. Manning
Teori adalah seperangkat asumsi dan kesimpulan logis yang mengaitkan
seperangkat variabel satu sama lain. Teori akan menghasilkan ramalan-ramalan
yang dapat dibandingkan dengan pola-pola yang diamati.

2. Variabel
Variabel adalah istilah kunci penelitian. Setiap penelitian melibatkan variabel yang
akan diukur. Ketika variabel tidak jelas, sulit bagi peneliti untuk melakukan
penelitian. Variabel adalah fokus dalam penelitian apapun.
”variabel merupakan karakteristik yang cenderungberbeda dari individu ke individu,
meskipun dua atau lebih individu mungkin memiliki sufat atau ukuran variabel yang
sama.”
Variabel memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. Mampu mengasumsikan beberapa nilai yang mewakili kategori tertentu.
2. Nilai yang mungkin muncul dari perhitungan atau dari perhitungan.
3. Data mentah atau angka yang dikumpulkan oleh peneliti untuk keperluan statistic.
4. Nilai-nilai yang diprediksi dari satu variabel berdasarkan yang lain.
5. Karakteristik yang dapat diamati dari seseorang atau benda yang sedang
dipelajari.

3. Instrument
Instrument adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun social yang di amati.
Salah satu kegiatan penelitian adalah pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data
dilakukan dengan teknik yang sering disebut instrument penelitian. Data yang
diperoleh dari proses tersebut kemudian dihimpun, ditata, dianalisis untuk menjadi
informasi yang dapat menjelaskan suatu fenomena atau keterkaitan antara fenomena.
Secara garis besar teknik pengumpulan data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
teknik tes dan nontes.

1. Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
serentetan soal atau tugas serta alat lainnya kepada subjek yang diperlukan
datanya.
Pengumpulan data dengan menggunakan teknik tes dapat disebut sebagai
pengukuran (measurement). Teknik semacam ini banyak digunakan dalam
penelitian kuantitatif.

Jenis-jenis instrument untuk teknik tes:


Ditijau berdasarkan sasaran atau objek yang diukur, instrument untuk teknik tes
dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
a. Tes hasi belajar (achievement test)
b. Tes kepribadian (personality test)
c. Tes bakat (aptitude test)
d. Tes inteligensi (intellingence test)
e. Tes sikat (attitude test)
f. Tes Minat (interest test)

2. Teknik nontes
Pengumpulan data teknik tersebut pada penelitian dapat pula dilakukan dengan
teknik nontes, yaitu dengan tidak memberikan soal-soal atau tugas-tugas kepada
subjek yang diperlukan datanya. Dalam teknik non tes, data dari subjek penelitian
dikumpulkan dengan:
a. Wawancara;
b. Kuesioner;
c. Observasi;
d. Pencatatan dokumen.

Instrumen untuk teknik tersebut pada penelitian kuantitatif adalah pedoman


wawancara, kuesioner atau angket, pedoman observasi, tabel-tabel, kolom-kolom,
atapun alat rekam elektronik yang dapat dipakai untuk menyimpan data.
Sedangkan pada penelitian kualitatif di samping instrument tersebut di atas
peneliti juga merupakan intrumen.

Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep dan proposisi yang telah disusun rapi
dan sistematis tentang variabel-variabel dalam seubuah penelitian. Landasan teori juga
sebagai teori yang relevan yang digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan
diteliti dan sebagai dasar untuk memberikan jawaban terhadap rumusna masalah yang
diajukan (hipotesis), dan penyusunan instrument. Untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian, peneliti dapat menggunakan instrumen yang sudah ada (tersedia),
instrumen baku (standar) untuk mengumpulkan data variabel tertentu, tetapi peneliti juga
dapat mengembangkan sendiri. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
instrumen yang sudah ada atau instrumen baku, adalah konstruk teori pengembangan
instrumen tersebut sama dengan konstruk teori yang diacu oleh peneliti dalam
penelitiannya. Di samping itu adalah bahwa konstruk variabel yang diukur oleh
instrumen baku tersebut sama dengan konstruk variabel yang akan diukur oleh peneliti.
Berbeda untuk peneliti yang akan mengumpulkan data tentang suatu variabel yang belum
tersedia instrumen baku, maka peneliti harus mengembangkannya sendiri dengan
mengacu pada prosedur metodologis pengembangan instrumen baku.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Variabel
dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif. Variabel kuantitatif diklasifikasi atas:
1. Variabel Diskrit
2. Variabel Kontinum (ordinal, interval, dan ratio)
Pemisahan ini sangat penting untuk menentukan teknik analisis datanya, karena jenis
variabel menentukan jenis data.
Dalam penelitian yang mempelajari pengaruh sesuatu treatment, terdapat vaiabel
penyebab (X) atau variabel bebas (independent variable) dan variabel akibat (Y) atau
variabel terikat, tergantung, atau dependent variable.
Selanjutnya variabel dapat luas dan dapat pula sempit (tungkal). Seorang peneliti dituntun
untuk mampu menjabarkan variabel penelitian karena banyak dan sempinya sub-variabel
akan menentukan hipotesis, aspek dalam instrument, dan banyak ragam data yang
dikumpulkan, yang selanjutnya akan mencerminkan halus kasarnya atau luas sempitnya
kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. rev., (Jakarta : Rineka
Cipta, 2010)

Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Drs. Cholid Narbuko, dkk. 2008, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta,

Sukandarrumidi, 2006, Metodologi Penelitian, UGM Press, Yoghyakarta,

http://bahankuliah.wordpress.com/2009/05/14/proses-lahirnya-ilmu/

http://carapedia.com/pengertian_definisi_teori_menurut_para_ahli_info502.html

http://www.slideshare.net/stiemb/memilih-variabel-dan-teknik-pengukurannya

Creswell, John. (2016). Research Design pendekatan Metode, kuantitatif, kualitatif, dan
campuran. (Yogyakarta: Pustaka pelajar)

Industrial Research Intitue (2010) Research management. Michigan: Industrial Research Intitue.

http://ronamase.blogspot.com/2012/10/definisi-dan-macam-macam-variabel.html

http://www.google.com/amp/s/smartstat.wordpress.com/2010/02/25/variavel-dan-data/amp/

http://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-penelitian-kausal-perbandingan/8895/2

Anda mungkin juga menyukai