Ada beberapa hal seputar jabatan para hakim yang dipaparkan dalam kitab ini: a. Para hakim tidak dipilih oleh rakyat. b. Para hakim tidak diangkat secara resmi dan tidak diurapi. c. Para hakim tidak mewarisi dan mewariskan jabatan mereka. d. Para hakim tidak dipilih bukan atas dasar kerohanian mereka, tidak juga dimaksudkan untuk menjadi panutan rohani. e. Para hakim disebut pemimpin karismatis karena mereka secara spontan mengambil peran kepemimpinan tatkala rakyat Israel membutuhkan. Ini memberi penegasan bahwa Allah sendiri yang mengangkat mereka. f. Para hakim adalah pemimpin militer atau tokoh pembebas. g. Para hakim tidak memiliki hubungan dengan kemah suci ataupun tabut perjanjian. Mereka tidak memanggil umat untuk kembali kepada Yahweh. h. Seorang hakim adalah pria atau wanita. i. Ada hakim yang diangkat Allah karena memiliki pengalaman Nabi, contohnya Debora. 2. Kemunduran Spiritual Pada zaman hakim-hakim, yang menjadi masalah utama bangsa Israel adalah bahwa mereka cenderung meninggalkan Tuhan dan lari kepada allah-allah lain. Negeri Kanaan begitu memikat, seperti terbukti dari laporan yang dibawa para pengintai tentang negeri itu dan kekayaannya (Bilangan 13). Peradaban Kanaan pada waktu itu memperlihatkan terdapat pusat-pusat kota dengan kemajuan dan kekayaannya. Bangsa seperti Israel yang baru bebas dari perbudakan serta kehidupan keras di padang gurun pasti akan terpesona dengan keadaan itu. Dalam banyak hal bangsa Kanaan lebih unggul dari Israel seperti seni, sastra, arsitektur, perdagangan, organisasi politik, begitu juga dengan agama. Dalam budaya primitif, masalah pangan adalah perhatian utama. Kesuburan tanah behubungan erat dengan agama, dalam hal ini terkait dengan praktik pelacur bakti. Para pengikut Baal dapat mendatangi ‘imam wanita’ yang bertindak sebagai wakil Baal dalam rupa manusia dan melakukan persetubuhan dengannya dalam upacara mendatangkan “kesuburan” untuk menunjukkan Baal memberikan kesuburan di ladang para pengikutnya. Gabungan antara seks dan agama merupakan faktor yang memikat bangsa Israel. Bangsa Israel mengadakan perkawinan campur dan menyembah berhala. Kemunduran spiritual ini membangkitkan murka Allah atas mereka. Kemerosotan dan kemurtadan orang Israel dalam hal agama ini menjadi penyebab datangnya ancaman atas mereka (Hak. 2:1-3, 20-22). Penindasan, kekacauan dan gambaran buruk dalam kitab ini disebabkan oleh dosa yang berulang-ulang. Pola inilah yang berulang-ulang muncul dalam kitab ini, yaitu mereka meninggalkan Tuhan dan mengikuti allah lain, lalu Allah membiarkan mereka ditindas musuh, dan ketika mereka berseru, Allah membangkitkan seorang hakim untuk menyelamatkan mereka; tetapi ketika sang hakim meninggal, mereka kembali berlaku jahat. Ketidaktaatan ini membuat mereka tidak bisa menghalau bangsa-bangsa Kanaan yang pada akhirnya dipakai Tuhan untuk menguji kesetiaan umat-Nya dan melatih mereka berperang (Hak. 2:20-3:4).