- Irama : Reguler
- QRS Rate :
- Axis : Normal
- P Wave : Normal
- PR Interval : detik
- QRS Duration : detik
- ST segmen : Isoelekstris elevasi:
- T Wave : Normal inverted
- LVH : (-)
- RVH : (-)
Kesan:
2. NSTEMI
Diagnosis Kerja: Sindrom Koroner Akut ( SKA) tanpa elevasi segmen ST.
Diagnosis Banding: Stroke, Gagal jantung
Pemeriksaan Penunjang:
1. EKG
2. Laboratorium: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Natrium, Kalium, Ureum, Kreatinin, Gula
dara sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, dan hs Troponin atau Troponin
3. Rontgen Thoraks AP
4. Ekokardiografi
TATALAKSANA:
1. Fase Akut di UGD
a. Bed rest total
b. Oksigen 4L/menit
c. Pemasangan IVFD RL 500 cc / 24 jam
d. Obat-obatan :
- Aspilet 160 mg kunyah
- Clopidogrel 300 mg
- Nitrat sublingual 3x5 mg
- Morfin Sulfat 5 mg iv (1cc/10mg morfin + 10 cc NaCl), diinjeksikan sebanyak 2cc
e. Monitoring jantung
c. Puasa 6 jam
d. Diet jantung I 25-35 kkal/KgBB/24jam
e. Total cairan 25-35 cc/KgBB/24jam
f. Pemeriksaan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid) dan asam urat
3. STEMI
Diagnosis Kerja: Sindrom Koroner Akut Dengan Elevasi Segmen ST
Diagnosis Banding:
1. Angina prinzmetal
2. LV aneurisma
3. Perikarditis
4. Brugada
5. Early repolarisasi
6. Pacemaker
7. LBBB lama
Pemeriksaan Penunjang:
1. EKG
2. Laboratorium: Hb, Ht, Leko, Trombo, Natrium, Kalium, Ureum, Kreatinin, Gula darah
sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, hsTroponin
3. Rontgen Thoraks AP
4. Ekokardiografi
Terapi
1. Fase Akut di UGD
a. Bed rest total
b. Oksigen 2-4 liter/menit
c. Pemasangan IVFD
d. Obat-obatan :
Aspilet 160mg kunyah
Clopidogrel 300 mg jika pasien mendapatkan terapi fibrinolitik atau Clopidogrel
600 mg jika pasien mendapatkan primary PCI
Atorvastatin 1x40 mg
Nitrat sublingual 3x5mg
Morfin Sulfat 5 mg iv (1cc/10mg morfin + 10 cc NaCl), diinjeksikan sebanyak 2cc
e. Monitoring jantung
f. Jika onset < 12jam:
Fibrinolitik (di IGD) atau
Primary PCI (di Cathlab) bila fasilitas dan SDM di cathlab siap melakukan dalam 2
jam
2. Fase Perawatan Intensif di CVC (2x24 jam)
a. Obat-obatan
- Atorvastatin 1x20 mg
- Aspilet 1 x 80mg
- Clopidogrel 1 x 75 mg
- Bisoprolol 1x1.25 mg jika fungsi ginjal bagus, Carvedilol 2x3,125 mg jika fungsi ginjal
menurun.
- Ramipril 1 x 2,5 mg
- Jika intoleran dengan golongan ACE-I dapat diberikan obat golongan ARB:
Candesartan 1 x 16 mg, Valsartan 2x80mg
- Diazepam2 x 5 mg
- Jika tidak dilakukan primary PCI diberikan heparinisasi dengan: UF heparin bolus 60
Unit/kgBB, maksimal 4000 Unit, dilanjutkan dengan dosis rumatan 12 Unit/kgBB
maksimal 1000 Unit/
b. Monitoring kardiak
c. Puasa 6 jam
d. Diet Jantung I1800 kkal/24 jam
e. Total cairan 1800 cc/24 jam
f. Laboratorium: profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid) dan asam urat
4. ALL AHF
Diagnosis Kerja Gagal Jantung Akut meliputi :
- Acute Systolic (congestive) Heart Failure
- Acute on Chronic Systolic (congestive) Heart Failure
- Acute Diastolic (congestive) Heart Failure
- Acute on Chronic Diastolic (congestive) Heart Failure
- Acute Combine Systolic (congestive) and Diastolic (congestive) Heart Failure
- Acute on Chronic Combine Systolic (congestive) and Diastolic (congestive) Heart Failure
Diagnosis Banding:
1. Pneumonia
2. Asthma bronchial akut
3. PPOK dengan eksaserbasi akut
Pemeriksaan Penunjang:
1. EKG
2. Rontgen dada PA
3. Lab. : Hb, Ht, lekosit, kreatinin, GDs, Na+,K+, CKMB, hs Troponin T, natriuretic peptide,
analisagas darah pada kondisi yang berat
4. Pulseoxymetry
5. Echocardiografi (NT pro BNP jika tersedia)
Terapi
1. Terapi pada fase akut meliputi:
a. Terapi Oksigen
- Berikan O2 nasal 2-4L/menit, disesuaikan dengan hasil pulseoxymetry. Bila
diperlukan, O2 dapat diberikan dengan masker nonrebreathing atau rebreathing bila
tidak membaik dalam waktu 1/2 jam
- Bila saturasi oksigen tetap rendah dengan mask atau ada distress pernafasan,
gunakan CPAP.
- Bila distress pernafasan tidak membaik dan atau tidak toleran dengan CPAP, maka
lakukan intubasi
b. Obat-obatan
- Nacl 0.9% 500cc/24 jam
- Furosemid intravena: Bolus 40 mg (bila tidak dalam pengobatan diuretic
sebelumnya), 2,5x dosis sebelumnya (bila sebelumnya sudah minum diuretik)
- Morfin Sulfat 5 mg iv (1cc/10mg morfin + 10 cc NaCl), diinjeksikan sebanyak 2cc
- Nitrogliserin infus: Dimulai dari 5 microgram/menit, bila tekanan darah sistolik >110
mmHg, atau ada kecurigaan sindroma koroner akut.
- Dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit bila tekanan darah <90 mmHg
- Dopamine mulai dari 5 mcg/kgbb/menit bila TDs <80 mmHg
- Noradrenaline mulai dari 0.02 mcg/kgbb/mnt bila TDs <70 mmHg
- Ramipril 1x2.5 mg dilanjutkan dengan dosis harian 1x5mg
- Ranitidin 2x50 mg
- Spironolaktan 1x25 mg
- Aspilet 1x80 mg
- Atorvostatin 1x20 mg
- Bisoprolol 1x2.5 mg, dilanjutkan dengan dosis harian 1x5 mg
- Digoksin IV 0,5 mg bolus bila fibrilasi atrium respon cepat, bisa diulang tiap 4 jam
hingga maksimal 1mg
- Captopril mulai dari 6.25mg bila fase akut telah teratasi.
Terapi
1. Pada keadaan akut
a. Manuver valsava
b. Adenosin i.v.: ATP 10mg– 20mg
c. Verapamil i.v.: 5 mg perlahan; q 3x (bila tidak ada gagal jantung)
d. Diltiazemiv: 0,25-0,35 mg/kg (bila tidak ada gagal jantung)
e. Digitalis i.v.: 0,5mg
f. Metoprolol iv: 5 mg; propranolol 1 mg iv, q 4mnt
g. Kardioversi listrik bila hemo dinamik tidak stabil
2. Terapi definitif:
AVNRT: ablasi radio frekuensi slow path way dari nodus AV
AVRT: ablasi radio frekuensi jalur aksesori
6. VT (TAKIKARDIA VENTRIKULAR)
Diagnosis Banding: SVT dengan aberans dan antar bentuk VT diatas
Pemeriksaan Penunjang:
1. Laboratorium darah: Elektrolit, hematologi rutin, faktor koagulasi, fungsi tiroid, fungsi
ginjal, HbsAg, anti HCV dan HIV
2. Foto rontgen toraks
3. EKG Holter
4. Eckokardiografi
5. Cardiac MRI
6. Angiografi koroner ( untuk VT Iskemik)
7. Studi elektrofisiologi
Terapi
1. Tatalaksana umum: koreksi elektrolit, terutama magnesium dan kalium
2. Terapi obat :
- Akut dengan adenosine IV : ATP 10mg – 20 mg, dilanjutkan dengan beta bloker
dan/atau amiodaron
3. Terapi definitif :
a. VT Berkas Cabang: ablasi radio frekuensi diberkas cabang (umumnya kanan)
b. VTI diopatik dari outflow tract: ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3D
untuk menilai aktivasi dini sebagai fokus takikardi.
c. VTI diopatik dari LV: ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3D untuk
menilai diastolic potential dan presystolic Purkinje potential
d. VT Iskemik: ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3D untuk substrate
mapping dan pemasangan ICD
e. Torsade de Pointes: ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3D untuk
substrate mapping.
7. ATRIO VENTRIKULAR BLOK DERAJAT II
( AV Blok II Tipe 1 dan Tipe 2 )
Diagnosis Kerja :
- Atrioventrikular blok derajat dua tipe 1 (AV blok II tipe 1)
- Atrioventrikular blok derajat dua tipe 2 (AV blok II tipe 2)
Diagnosis Banding:
1. Blok AV derajat II tipe 1 dengan tipe 2
2. Blok SA
Pemeriksaan Penunjang:
1. Laboratorium darah: hematologi rutin, fungsi ginjal, elektrolit lengkap
2. Foto Rontgen toraks
3. Ekokardiografi
Terapi
Pada keadaan akut, bila:
1. Tanpa gejala
Atasi penyebab eksternal yang menimbulkan AV blok
Hindari obat-obatan penghambat konduksi di nodus AV
2. Dengan gejala: pasang pacu jantung sementara, kemudian pacu jantung permanen
bila perlu.