Laporan Emulsi Merah
Laporan Emulsi Merah
SEDIAAN EMULSI
KELOMPOK 1
FARMASI A 2014
DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt.
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nyalah, laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penulisan
laporan ini adalah untuk menyelesaikan tugas praktikum Farmasetika Sediaan Liquida.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt.selaku
dosen pembimbing kelompok satu atas arahan, bimbingan selama proses praformulasi,
pembuatan sediaan hingga evaluasi. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih pula kepada
seluruh anggota kelompok satu atas kerja keras serta bantuan moril maupun materiil
hingga tugas laporan ini dapat terselesaikan dengan baik meski memiliki beberapa
kekurangan.
Penulis menyadari bahwa sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan laporan
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat untuk pembaca maupun untuk penulis sendiri.
Malang, 04 Desember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Selain keuntungan diatas, emulsi juga memiliku kerugian yakni Emulsi kadang-kadang
sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan khusus. Untuk menjamin karya tipe ini
dan untuk membuatnya sebagai sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang
diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah yang berhubungan
(Lachman, 2008).
Emulsi memiliki beberapa tipe, yakni:
1. M/A (Minyak/Air) : Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan-tetesan
dalam fase air dan distabilkan emulsi minyak dalam air.
2. A/M (Air/Minyak) : jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium
pendispersi, maka emulsi disebut air dalam minyak.
3. Emulsi ganda telah dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan bahan aktif
dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk emulsi A/M/A atau
M/A/M atau disebut emulsi dalam emulsi.
Dalam pembuatan sediaan emulsi, pemilihan emulgator merupakan factor yang penting
untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator
yang digunakan. Untuk itu kiranya perlu adanya pengetahuan mendasar tentang hal tersebut.
Pada percobaaan ini dibuat dengan emulgator PGA serta tween span, hal ini untuk
mengetahui emulgator mana yang paling baik digunakan untuk sediaan emulsi serta jumlah
yang paling baik.
Bahan aktif yang dipakai adalah ol.Iecoris Aselli dan Curcuma Rhioma. Pembuatan
emulsi sengan ol.iecoris aselli biasanya dengan emulgator PGA dengan konsentrasi 10-20%
dari total volume yang dibuat. Curcuma rhioma memiliki bioavaibilitas yang rendah. Hal ini
disebabkan metabolisme lintas pertama yang dialami oleh Kurkumin dan karena terjadinya
metabolit hasl turunan kurkumin akibat adanya metabolisme saluran pencernaan, kurkumin
tidak larut dalam air sehingga dibuat dalam sediaan emulsi.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui rancangan formulasi yang baik dalam pembuatan sediaan emulsi dengan
bahan aktif minyak ikan.
2. Memahami proses pembuatan sediaan emulsi dengan bahan aktif minyak ikan.
3. Memahami proses evaluasi sediaan emulsi dengan bahan aktif minyak ikan.
Emulsi
(Oleum iecoris aselli, Curcuma xanthorriza)
Oleum Praktis tidak Sediaan emulsi dibuat Sediaan memiliki rasa Sediaan mengandung
larut air dan tidak larut tipe o/w minyak yang khas minyak yang mudah
alkohol teroksidasi
Diperlukan bahan
Diinginkan sediaan pembawa Memerlukan pemanis
yang stabil dalam Memerlukan
campuran air dan antioksidan
minyak Sirupus simplex,
Aquadest sorbitol, dan sakarin Na
Memerlukan
antioksidan
Ditambahkan
emulsifying agent Menggunakan media air
BHT
Ditambahkan
emulsifying agent Air media pertumbuhan
bakteri
KARAKTERISTIK BAHAN
RM : C64H124O26
BM : 1310 HOPE 6th hal 549 –
553
Pemerian : polisorbat 80 memiliki
bau yang khas dan hangat. Agak
rasa pahiot,kental dan berwarna
kuning .
Kelarutan : larut dalam etanol dan
dalam air. Tidak larut dalam
minyak mineral dan minyak savur
Stabil : polisorbat stabil untuk
elektroli asam basa lemah
saponikasi berharap terjadi
dengan asam dan basa kuat
Inkompaktibilitas : perubahan
warna dan,atau curah hulan terjadi
dengan berbagai zat
Data fisik : tidak nyala 149◦c
HLB : 15
Vikositas : 425 mpas
Densitas : 1.01 g/cm3
viskositas pada 25◦C
970 – 1080 (mpas)
3. Spaan 80
Rm : C24H44O6
Bm : 429 Hope 6th hal 675 – 678
Zat aktif : sarbitan manooleat
Pemerian : Cairan kental jernih
berwarna kuning,seperti minyak
bau khas lemah rasa pahit dan
hangat
Kelarutan : kelarutan ester
sarbitan umumnya larut atau
terdispersi dalam minyak.
Stabilitas : sorbit ester stabil
dalam lemah atau basa
Inkompatibilitas : Dapat terjadi
pembentukan sabun dengan asam
kuat
Data fisik : titik nyala > 149◦C
HLB : 4,3
Kadar penggunaan : Agent
pengemulsi digunakan sendiri
dalam emulsi W/O 1 -5%.
Digunakan dalam kombinasi
dengan pengemulsian hidrofilis
emulsi O/W = 1 -10%
Kegunaan : Zat pendispersi
emulsi agent surfaktan nonionil
pelarut wethning agent.
BAB IV
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan
larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air.
Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau
bahan seperti minya merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam
minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu
fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara
menempati antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas
fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan
antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama
pencampuran.
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan bersama
surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan
dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan
pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang
relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara
normal kerapatan minyak lebih rendah dari pada kerapatan air, sehingga jika tetesan
minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar kecepatan agregasi,
makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim. Tetesan
air dalam emulsi air dalam minyak biasanya membentuk sedimen disebabkan oleh
kerapatan yang lebih besar.
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi,
berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat
akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan
volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat
setengah padat, misalnya krim asam stearat atau krim pembersih adalah setengah padat
dengan fase internal hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya
diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat.
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi minyak
dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih
sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik dan
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan pengemulsi nonionik dan
anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan gom guar.
Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, sebagai akibat memisahnya
bahan antimikroba dari fase air yang sangat memerlukannya, atau terjadinya kompleksasi
dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi efektivitas. Karena itu, efektivitas
system pengawetan harus selalu diuji pada sediaan akhir. Pengawet yang biasa digunakan
dalam emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat, dan senyawa
ammonium kuaterner.
2. Mempunyai stabilitas yang rendah dari pada sediaan tablet karena cairan merupakan
media yang baik dalam pertumbuhan bakteri.
3. Takaran dosisnya kurang tepat
BAB V
RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN
2. Curcuma xanthorrhiza L.
A. Tabel Khusus dan Efek Samping
Senyawa Aktif Fungsi Efek Samping
Curcuma xanthorrhiza L. Penambah nafsu makan Dosis tinggi dapat
Suplemen
menyebabkan keguguran
Anti-oksidan
Anti-inflamasi
BAB VI
RANCANGAN FORMULASI SEDIAAN
RANCANGAN FORMULA 1
NO. BAHAN FUNGSI RENTANG % YANG JUMLAH
AKTIF DIGUNAKAN
1 Oleum iecoris Bahan Aktif 10 % 9,3 g
aselli
2 Ekstrak Bahan Aktif 10 mg/15 ml 0,067 g
curcuma
3 PGA Emulgator 10-20 % 18 % 18 g
4 Butil Hidroksi Antioksidan 0,01-0,1 % 0,1 % 0,1 g
Toluena
5 Sukrosa Pemanis 10-20 % 15 % 15 g
6 Na-Benzoat Pengawet 0,1-0,5 % 0,10 %
7 Banana Flavor Perasa 3 tetes
8 Orange Color Pewarna 1 tetes
9 Aquadest Pelarut 30 ml
CARA PERACIKAN
1. Kalibrasi beaker glass 100 ml.
2. Timbang PGA 18 g, masukkan dalam mortir dan ukur air untuk PGA sebanyak 45 ml.
masukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit.
3. Timbang oleum iecoris aselli sebanyak 9,3 g dan BHT 0,1 g. Masukkan BHT ke dalam
fase minyak, aduk ad larut.
4. Masukkan oleum iecoris ke dalam mortir sedikit demi sedikit sambil digerus ad terbentuk
corpus emulsi.
5. Timbang ekstrak curcuma sebanyak 0,067 g, masukkan ke dalam mortir berisi corpus
emulsi sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.
6. Timbang sukrosa, larutkan dengan air secukupnya. Masukkan ke dalam mortir sedikit
demi sedikit, gerus ad homogen.
7. Tambahkan aquades sisa ad 100 ml.
8. Tambahkan perasa dan pewarna secukupnya.
9. Masukkan ke dalam botol.
RANCANGAN FORMULA 2
NO. BAHAN FUNGSI RENTANG % YANG JUMLAH
AKTIF DIGUNAKAN
1 Oleum iecoris Bahan Aktif 10 % 9,3 g
aselli
2 Ekstrak Bahan Aktif 10 mg/15 ml 0,067 g
curcuma
3 PGA Emulgator 10-20 % 10 % 10 g
4 Butil Hidroksi Antioksidan 0,01-0,1 % 0,05 % 0,05 g
Toluena
5 Sorbitol Pemanis 25-35 % 25 % 25 ml
6 Gliserin Pengawet <50% 25 % 25 ml
7 Nipagin Pengawet 0,015-0,2% 0,1 % 3 tetes
8 Nipasol Pengawet 0,015-0,2% 0,02% 1 tetes
9 Orange Flavor Perasa 3 tetes
Orange Color Pewarna 1 tetes
11 Aquadest Pelarut 30 ml
10 mg
Ekstrak Curcuma Xanthorizza = x 100 ml=66,67 mg=0,067 g
15 ml
10 g
Ol. Iecoris Aselli = x 100 ml=10 ml x 0,93 =9,3 g
100 ml
15 g
Propilenglikol = x 100 ml=10 ml x 1,038 =10,38 g
100 ml
0,05
BHT = x 100 ml=0,05 g
100
0,1
Nipagin = x 100 ml=0,1 g
100
0,02
Nipasol = x 100 ml=0,02 g
100
Gliserin untuk Nipagin = 0,1 x 60 = 6 x 1,2620 = 7,57 ml
Gliserin untuk Nipasol = 0,02 x 250 = 5 x 1,2620 = 6,31 ml
25 g
Sorbitol = x 100 ml=25 ml x 1,49 =37,25 g
100 ml
25 g
Gliserin = x 100 ml=25 ml x 1,49 =31,55 g
100 ml
Aquadest untuk PGA = 2,5 x 10 ml = 25 ml
Sisa Aquadest = 100 ml - (25ml + 25 ml + 25 ml) = 25,00 ml
CARA PERACIKAN
1. Kalibrasi beaker glass 100 ml.
2. Timbang PGA 10 g, masukkan dalam mortir dan ukur air untuk PGA sebanyak 25 ml.
masukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit.
3. Timbang oleum iecoris aselli sebanyak 9,3 g dan BHT 0,05 g. Masukkan BHT ke
dalam fase minyak, aduk ad larut.
4. Masukkan oleum iecoris ke dalam mortir sedikit demi sedikit sambil digerus ad
terbentuk corpus emulsi.
5. Timbang ekstrak curcuma sebanyak 0,067 g, masukkan ke dalam mortir berisi corpus
emulsi sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.
6. Timbang gliserin,. Masukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit, gerus ad
homogen.
7. Timbang sorbitol, masukkan sedikit demi sedikit dan gerus ad homogen
8. Timbang nipagin dan nipasol, larutkan ke dalam gliserin yang telah dikurangi untuk
melarutkan keduanya.
9. Tambahkan aquades sisa ad 100 ml.
10. Tambahkan perasa dan pewarna secukupnya.
11. Cek pH
12. Masukkan ke dalam botol.
2) Nipagin
BJ : 1,352 g/ml
Umur : 1-6 tahun
ADI : 10 mg/kgBB 10 kg x (10 mg/kgBB)= 100 mg
16 kg x (10 mg/kgBB)= 160 mg
Yang digunakan= 0,1% x 100 ml = 0,1 ml
= 0,1 ml x 1,352 g/ml
=0,1352 g = 135,2 mg
Pemakaian=
1xp = 5ml x 135,2 mg = 6,76 mg
100 ml
1xh = 15ml x 135,2 mg = 20,28 mg
60 ml
Kesimpulan : tidak melebihi ADI
3) Nipasol
BJ : 1,288 g/ml
Umur : 1-6 tahun
ADI : 10 mg/kgBB 10 kg x (10 mg/kgBB)= 100 mg
16 kg x (10 mg/kgBB)= 160 mg
Yang digunakan= 0,02% x 100 ml = 0,02ml
= 0,02 ml x 1,288 g/ml
=0,02576 g = 25,76 mg
Pemakaian=
1xp = 5ml x 25,76 mg = 1,288 mg
100 ml
1xh = 15ml x 25,76 mg = 3,864 mg
60 ml
RANCANGAN FORMULA 3
BAHAN OBAT FUNGSI RENTANG % YANG JUMLAH
KADAR DIGUNAKAN
Ekstrak Curcuma Bahan Aktif 10mg/15ml 10mg/15ml 0,067g
Xanthorriza
Ol. Iecoris Aselli Bahan Aktif 10% 9,3 g
Propilenglikol Pelarut 10-25% 15 % 15,57g
Tween 80 Emulgator 1-15% 7% 5,04 g
Span 80 Emulgator 1-10% 3% 0,84 g
Nipagin Pengawet 0,015-0,2 % 0,1 % 0,1 g
BHT Antioksidan 0,01-0,1% 0,05% 0,05 g
Sorbitol Pemanis 20-35% 20% 29,8 g
Sakarin-Na Pemanis 0,075-0,6 % 0,2% 0,2 g
Xanthan Gum Stabilizator 0,2% 0,2 g
Aqudest qs Ad 100ml
PENGAMBILAN BAHAN
10 mg
Ekstrak Curcuma Xanthorizza = x 100 ml=66,67 mg=0,067 g
15 ml
10 g
Ol. Iecoris Aselli = x 100 ml=10 ml x 0,93 =9,3 g
100 ml
15 g
Propilenglikol = x 100 ml=15 ml x 1,038 =15,57 g
100 ml
0,05
BHT = x 100 ml=0,05 g
100
0,1
Nipagin = x 100 ml=0,1 g
100
0,2
Sakarin-Na = x 100 ml=0,2 g
100
20 g
Sorbitol = x 100 ml=20 ml x 1,49 =29,8 g
100 ml
71,9
Tween 80 = x 7 g=5,04 g
100
21,8
Span 80 = x 3 g=0,843 g
100
0,2
Xanthan Gum = x 100 ml=0,2 g
100
Sisa Aquadest = 100 ml - (15ml + 20 ml + 5,04 + 0,84+ 9,3 + 0,067) = 49,75 ml
BAB VII
EVALUASI SEDIAN EMULSI
Evaluasi Sediaan
1. Uji Pemerian
Keadaan yang di amati yaitu :
- Warna,
- Rasa,
- Bau,
- Kelarutan.
Pemberian dikatakan baik jika warna sirup tidak berubah dan bau tidak hilang.
2. Pemeriksaan BJ
Alat : Piknometer
Prosedur :
Ditimbang piknometer kosong ( W pikno )
Piknometer kosong diisi air suling hingga penuh, kemudian ditimbang ( W pikno+ air)
Selanjutnya W air dibagi oleh massa jenis air sehingga didapat volume air ( V air )
Selanjutnya W emulsi dibagi oleh W air, sehingga diperoleh massa jenis emulsi
Massa jenis emulsi selanjutnya dibagi oleh massa jenis air, sehingga diperoleh berat badan
emulsi
3. Pemeriksaan pH
Alat : pH meter atau pH universal
Prosedur :
Emulsi yang telah jadi masing-masing dituangkan dalam gelas beaker
Lakukan pengukuran pH menggunakan pH universal dengan mengolesnya dengan emulsi.
4. Volume Terpindahkan
Alat : Gelas Ukur
Prosedur :
Masukan emulsi yang telah dibuat dalam botol coklat 50 gram yang telah di tara.
5. Pemeriksaan Viskositas
Alat : Viskometer Brookfield
Prosedur :
Masukan emulsi kedalam beaker glass