Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SEDIAAN EMULSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Emulsi

KELOMPOK 1
FARMASI A 2014

1. RIZQI LAILI MAULIDA 201410410311008


2. AZIZA RATNA SARI 201410410311018
3. NIDA FAKHRINA 201410410311025
4. FITRIANI AULIA DEWI 201410410311029
5. MAWADDHAH R. 201410410311033
6. ARDHIANTY K.F. RACHIM 201410410311039
7. RAEFISA HAK 201410410311049
8. DIAH PUSPITASARI 201410410311055
9. TITAN OCTAVIA K.P. 201410410311070
10. FITRIYANAWATI 201410410311091
11. JUNAIDI HIDAYAT 201410410311258

DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR

 
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nyalah, laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penulisan
laporan ini adalah untuk menyelesaikan tugas praktikum Farmasetika Sediaan Liquida.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt.selaku
dosen pembimbing kelompok satu atas arahan, bimbingan selama proses praformulasi,
pembuatan sediaan hingga evaluasi. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih pula kepada
seluruh anggota kelompok satu atas kerja keras serta bantuan moril maupun materiil
hingga tugas laporan ini dapat terselesaikan dengan baik meski memiliki beberapa
kekurangan.
Penulis menyadari bahwa sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan laporan
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat untuk pembaca maupun untuk penulis sendiri.
 
 
 
Malang, 04 Desember 2016
 
 
Penulis
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling sedikit
dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan
dengan emulgator.
Emulsi memiliki beberapa keuntungan diantaranya sebagai berikut:
1. Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan dan
dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi.
2. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut diberikan secara
oral dalam bentuk emulsi.
3. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila diinginkan.
4. Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness) dari
emulsi kosmetik maupun emulsi dermal.
5. Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara intravena akan lebih
mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi.
6. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika
dibandingkan dengan sediaan lain.
7. Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada preparat fase tunggal,
sebagian besarlemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang dimaksudkan untuk
pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif memakan biaya, akibatnya pengenceran
dengan suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air sangat diinginkan dari
segi ekonomis selama kemanjuran  dan penampilan tidak dirusak.

Selain keuntungan diatas, emulsi juga memiliku kerugian yakni Emulsi kadang-kadang
sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan khusus. Untuk menjamin karya tipe ini
dan untuk membuatnya sebagai sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang
diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah yang berhubungan
(Lachman, 2008).
Emulsi memiliki beberapa tipe, yakni:
1. M/A (Minyak/Air) : Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan-tetesan
dalam fase air dan distabilkan emulsi minyak dalam air.
2. A/M (Air/Minyak) : jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium
pendispersi, maka emulsi disebut air dalam minyak.
3. Emulsi ganda telah dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan bahan aktif
dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk emulsi A/M/A atau
M/A/M atau disebut emulsi dalam emulsi.
Dalam pembuatan sediaan emulsi, pemilihan emulgator merupakan factor yang penting
untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator
yang digunakan. Untuk itu kiranya perlu adanya pengetahuan mendasar tentang hal tersebut.
Pada percobaaan ini dibuat dengan emulgator PGA serta tween span, hal ini untuk
mengetahui emulgator mana yang paling baik digunakan untuk sediaan emulsi serta jumlah
yang paling baik.
Bahan aktif yang dipakai adalah ol.Iecoris Aselli dan Curcuma Rhioma. Pembuatan
emulsi sengan ol.iecoris aselli biasanya dengan emulgator PGA dengan konsentrasi 10-20%
dari total volume yang dibuat. Curcuma rhioma memiliki bioavaibilitas yang rendah. Hal ini
disebabkan metabolisme lintas pertama yang dialami oleh Kurkumin dan karena terjadinya
metabolit hasl turunan kurkumin akibat adanya metabolisme saluran pencernaan, kurkumin
tidak larut dalam air sehingga dibuat dalam sediaan emulsi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa rancangan formulasi yang paling baik untuk sediaan emulsi dengan bahan aktif
minyak ikan?
2. Bagaimanakah proses pembuatan sediaan emulsi dengan bahan aktif minyak ikan?
3. Bagaimana proses evaluasi sediaan emulsi dengan bahan aktif minya ikan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui rancangan formulasi yang baik dalam pembuatan sediaan emulsi dengan
bahan aktif minyak ikan.
2. Memahami proses pembuatan sediaan emulsi dengan bahan aktif minyak ikan.
3. Memahami proses evaluasi sediaan emulsi dengan bahan aktif minyak ikan.

1.4 Metode Penulisan


Dalam pengumpulan data-data dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan
(library research) dengan mencari literatur di jurnal, handbook, maupun buku-buku yang
terkait dengan praformulasi serta syarat yang sesuai dengan evaluasi sediaan emulsi.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB PENDAHULUAN :
Pada bagian pendahuluan ini penulis memaparkan latar belakang, tujuan dan
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB ISI :
Pada bagian ini berisi tentang karakteristik bahan obat, alasan pemilihan
bahan, mind map, persyaratan umum sediaan, rancangan formulasi dan
evaluasi.
BAB PENUTUP :
Pada bagian penutup penulis akan menutup makalah ini dengan kesimpulan
kesimpulan yang tetap mengacu kepada isi makalah tersebut.
BAB II
PRAFORMULASI BAHAN AKTIF

A. OLEUM IECORIS ASELLI (FI V; Hal. 867)


Minyak ikan adalah minyak lemak hasil diesterisasi sebagian dari minyak lemak hati
segar Gadus Morrhua Linne, dan spesies lain dari familia Gadidae. Mengandung tidak
kurang dari 255 µg (850 unit FI) vitamin A dan tidak kurang dari 2,125 µg (89 unit FI)
vitamin D per gram minyak ikan. Minyak ikan dapat ditambah penyedap tunggal atau
campuran penyedap yang sesuai tidak lebih dari 1 %.
 Pemerian : Cairan minyak, encer, berbau khas, tidak tengik, rasa dan bau seperti
ikan.
 Kelarutan : Sukar larut dalam etanol; mudah larut dalam eter, dalam kloroform,
dalam karbon disulfide dan dalam etil asetat.
 Warna : Tidak berwarna
 Bobot Jenis : Antara 0,918 dan 0,927
 Khasiat : Sumber vitamin A dan Vitamin D (FI III; Hal. 457)
 Stearin didinginkan sejumlah minyak hingga suhu 0˚C, biarkan selama 3 jam, cairan
tetap jernih (FI III; Hal. 457)
 Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dapat digunakan botol atau
wadah lain yang telah dikeluarkan udaranya dengan cara hampa udara atau dialiri gas
inert (FI V; Hal. 867).
Disimpan dalam wadah tertutup baik, terisi penuh dan terlindung dari cahaya (FI III;
hal. 457).
 Farmakologi : Oleum iecoris aselli (minyak ikan, levertraan) diperoleh dari hati segar
ikan Gadus morrhua (cod, kabel jaw). Kandungan kadar vitamin A dan Vitamin D agak
tinggi, masing-masing minimal 600 dan 85 µg. begitu pula mengandung sejumlah poly-
unsaturated fatty acid (PUFA), termasuk K.I 18% asam lemak omega-3 (EPA, DHA)
yang berkhasiat menurunkan kadar kolesterol. Dahulu senyawa ini banyak digunakan
bagi anak-anak sebagai obat pencegah rachitis dan sebagai obat penguat pada keadaan
lemah sesudah mengalami infeksi (15-30 ml sehari). Berhubungan dengan baunya yang
tidak enak & kandungan zat-zat toksik (insektisid) sebagai kotoran maka sekarang
sudah terdesak oleh sediaan vitamin murni. Secara topical masih digunakan dalam salep
(10%) untuk membantu penyembuhan luka bakar, tetapi jangan digunakan bila luka
sudah terinfeksi. Sediaan kombinasi vitamin A/D sintesis mengandung campuran dari
kedua vitamin terlarut dalam minyak atau tersolubilisasi dalam air dengan bantuan suatu
detergens (Tween) (obat-obat Penting; Hal. 849).
 Efek Samping : Dianjurkan untuk membatasi konsumsi beberapa jenis spesies
ikan berlemak seperti Albacore tuna, hiu dan Swordfish karena tingginya kadar
kontamin beracun yang mungkin terkandung dalam ikan tersebut. Oleh karena itu juga
harus berhati-hati memilih suplemen minyak ikan terkait dengan kandungan
kontaminan seperti merkuri atau logam berat lainnya. Pilih berlabel “bebas logam
berat”. Efek samping yang ditimbulkan atau mungkin ditimbulkan jika anda
mengkonsumsi minyak ikan atau asam lema omega-3 dalam jumlah besar, misalnya
peningkatan resiko pendarahan atau memar, mual, diare, perut kembung, penghambatan
penggumpalan pelat darah dan pendarahan hidung.

B. Curcumae Rhizoma atau Kunyit (FI IV:262)


 Temulawak adalah kepingan rimpang Curcuma xanthorhiae Raxb (Famili
zingiberaceae), kadar minyak atsiri tidak kurang dari 8,0% v/b
 Organoleptis
o Bau : aromatic
o Rasa: tajam dan pahit
 Kandungan Kimia
Rimpang mengandung minyak atsiri antara lain terdiri dari mirsen, p-toluil metil
karbinol, kurkumin, desmetoksi kurkumin, felandren, sabinen, sineol, borneol,
zingiberin, termeron, atlanton, ortumeron,ksantorizol dan germatiom

 Efek Farmakologi dari Hasil Penelitian


1) Ekstrak air temulawak dapat menurunkan kadar kolestrol total dan trigliserida
darah kelinci dalam keadaan hyperlipidemia, tetapi tidak berpengaruh pada HDL
kolestrol (Abdul Naser, jurusan farmasi FMIPA UNPAD, 1987)
2) Kurkuminoid temulawak dengan dosis 10,15, dan 20 mg/hari dapat menurunkan
kadar SGOT dan SGPT, serta menurunkan kadar ChE darah kelinci ke keadaan
hepatotoksik (Tavif Sudiawan, Jurusan Farmasi FMIPA, 1988)
3) Minyak atsiri temulawak jenuh dalam dapar “KREBS” akan menghambat glukosa
dalam usus halus tikus dan bersifar reversible (Endah Primawati, Jurusan Farmasi
FMIPA,1987)
4) Campuran kurkuminoid dan minyak atsiri menghambat penyerapan glukosa pada
mencit. Ikatan keduanya juga reversible (Eli Halimah, Jurusan Farmasi FMIPA,
1987)
5) Infus rimpang temulawak 20% dan 40% dapat menambah produksi air susu mencit
secara nyata dibandingkan dengan control. Terdapat perbedaan yang nyata antara
infus 20% dan 40%. Infus diberikan pada induk mencit dan produksi susu diukur
dengan cara menilai perbedaan berat anak mencit sebelum dan setelah disusui
(Clara Moiralimono, FF UBAYA, 1990)

Kandungan temulawak mengandung senyawa kurkumin. Crcumin


(diterkloylmeton) selaindalam temulawak juga terdapat banyak didalam kunyit/kunir.
Polifenol ini merupakan bahann pentingdari kari (curry), juga digunakan sebagai zat
warna kuningdalam industry makanan. Pada tahun-tahun terakhir telah dibuktikan khasiat
antioksidannya yang sangat kuat terhadap radikal, hidroksil, superoksida dan proses-
proses peroksidasi. Juga berkhasiat antiradang menyerupai efek NSAID dan juga
diperkirakan berfungsi menurunkan dengan kuat pembentukan plak dipembuluh dan sel-
sel otak. Telah diketahui pula bahwa dinegara-negara Diana banyak digunakan Curcuma
prevalensi demensia jauh lebih jarang. Selain itu curcuma menghambat penggumpalan
plat darah (antiagregat) dan menurunkan kolestrol plasma dengan menstimulasi
pengubahannya menjadi asam empedu disamping meningkatkan kelarutan empedu
dengan demikian melawan pembentukan batu empedu (Obat-obat Penting, 276-277).
 Wadah dan Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik ( FI IV, 262)
PETA KONSEP FORMULA SEDIAAN

Emulsi
(Oleum iecoris aselli, Curcuma xanthorriza)

Oleum Praktis tidak Sediaan emulsi dibuat Sediaan memiliki rasa Sediaan mengandung
larut air dan tidak larut tipe o/w minyak yang khas minyak yang mudah
alkohol teroksidasi

Diperlukan bahan
Diinginkan sediaan pembawa Memerlukan pemanis
yang stabil dalam Memerlukan
campuran air dan antioksidan
minyak Sirupus simplex,
Aquadest sorbitol, dan sakarin Na
Memerlukan
antioksidan
Ditambahkan
emulsifying agent Menggunakan media air

BHT
Ditambahkan
emulsifying agent Air media pertumbuhan
bakteri

Span 80, Tween 80, dan


PGA Memerlukan pengawet

Memerlukan pengental Nipagin, nipasol, dan


Na benzoat

Propilen glikol, gliserin


dan xanthan gum
BAB III

KARAKTERISTIK BAHAN

FUNGSI MACAM – MACAM BAHAN ALASAN


BAHAN &
KARAKTERISTIKNYA
BAHAN AKTIF 1. Oleum Iecoris Aselli (FI III: 457) Karena tujuan dari
- Minyak ikan adalah minyak pembuatan emulsi ini
lemak yang diperoleh dari hati adalah membuat emulsi
segar Gadus Callarias L dan dengan tipe m/a sehingga
spesies Gadus lainnya, pemilihan bahan aktifnya
dimurnikan dengan penyaringan dalam bentuk minyak
pada suhu 0°. Potensi Vitamin A dengan kombinasi
tidak kurang dari 600 Ul per g, curcumin yang
potensial vitamin D tidak kurang diharapkan fungsi dari
dari 80 Ul per g. keduanya untuk
- Pemerian: Kuning pucat, bau menambah nafsu makan
khas, agak manis, tidak tengik, dapat tercapai dan bau
rasa khas. dari minyak ikan dapat
- Kelarutan: Sukar larut dalam dinetralkan oleh
etanol (95%)P, mudah larut dalam curcumin.
kloroform P, eter P dan minyak
tanah P.
- Bobot per ml: 0,917g – 0,924g
- BJ: 0,924 – 0,930
- Penyimpanan: Dalam wadah
tertutup baik, terisi penuh,
terlindung dari cahaya.
- Khasiat: Sumber Vitamin A dan
Vitamin D
2. Curcumae Rhizoma (FI III: 184)
- Tenulawak adalah kepingan akar
tinggal Curcumae Xanthorrhiza
roxb. Kadar minyak atsiri tidak
kurang dari 8,0% b/v.
- Pemerian: Bau aromatik, rasa
tajam dan pahit.
- Penyimpanan: Dalam wadah
tertutup baik.
- Khasiat: Kolagogum.
ANTIOKSIDA 1. Butylated Hydroxytoluene (BHT) Untuk mencegah
N (HPE 104 – 105) gangguan oksidatif
- BHT digunakan sebagai selama penyimpanan
antioksidan dalam kosmetik, minyak/lemak,
makanan, dan obat – obatan. Hal pengemulsi atau bahan
ini terutama digunakan untuk aktif lainnya.
mencegah ketengikan oksidatif
lemak dan minyak dan untuk
mencegah hilangnya aktivitas
vitamin yang larut dalam minyak.
Digunakan 0,5% - 1,0% b/b.
- Inkompaktibilitas: BHT tidak
kompatibel dan mengalami reaksi
karakteristik fenol. Hal ini tidak
kompatibel dengan oksidator kuat
seperti peroksida dan
permanganat. Kontak dengan
agen oksidasi dapat menyebabkan
pembakaran spontan. Iron garam
menyebabkan perubahan warna
dengan hilangnya aktivitas.
- Stabilitas: Terlindung dari cahaya,
tempat sejuk, kering.

PEMBASAH 1. Glycerin (FI III: 271) Karena propilenglikol


- Glycerolum, Gliserol, Gliserin dan gliserin dapat
- Pemerian: Cairan seperti sirop, digunakan sebagi zat
jenih, tidak berwarna, tidak pembasah yang dapat
berbau, manis diikuti hangat, mendesak lapisan udara
higroskopik. Jika disimpan yang ada di permukaan
beberapa lama pada suhu rendah partikel dan melapisi
dapat memadat membentuk massa bahan obat sehingga
hablur tidak berwarna yang tidak menyebabkan sudut
melebur hingga suhu lebih kurang kontak turun.
20°.
- BM: 92,10
- Kelarutan: Dapat campur dengan
air, dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan
dalam minyak lemak.
- Penyimpanan: Dalam wadah
tertutup baik.
- Khasiat: Zat tambahan, pembasah
2. Propilenglikol (HPE 6th ed: 592)
- Pemerian: Tidak berwarna, kental,
cairan praktis, tidak berbau jelas,
dengan rasa manis, sedikit
menyerupai gliserin.
- Kelarutan: Larut dengan aseton,
klorofom, etanol (95%) P, gliserin
dan air. Larut pada 1 dalam 6
bagian, tidak larut dengan minyak
mineral ringan atau minyak tetap,
tetapi akan larut dalam beberapa
minyak essensial.
- BM: 76,09
- BJ: 1,038 g/m³ pada suhu 20°
- TL: - 59° C
- Warna: Tidak berwarna
- Bau: Tidak berbau jelas
- Khasiat: Co-solvent, pengawet,
antimikroba, desinfektan,
humektan.
PELARUT 1. Aquadest (FI III: 96) Karena pada pembuatan
- Aquadestillata, Air suling emulsi terdapat air yang
- Air suling dibuat dengan digunakan untuk
menyuling air yang dapat membuat corpus emuls
diminum. sehingga digunakan
- BM: 18,02 aquadest yang paling
- Pemerian: Cairan jernih, tidak tidak memberikan efek
berwarna, tidak berbau, tidak atau perubahan pada
berasa. bahan aktif.
- Penyimpanan: Dalam wadah
tertutup baik.
PEMANIS Sakarin Na (HPE 6th ed, hal 608) Sediaan memiliki rasa
minyak yang khas,
 pemerian : putih berbau,atau sehingga perlu pemanis
samar-samar aromatik.servuk menutupi rasanya.
kristal, rasa manis. 
 Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian
buffer PH 2,2  pada suhu 60°C.
Larut dalam 1,21 bagian buffer
PH 4,0 dalam 0,69 Bagian buffer
PH 4,0 pada suhu 60°C. Larut
dalam 1,21 bagian buffer PH 7,0
dalam 0,66 bagian buffer PH 7,0
pada suhu 60°C. Larut 1,21 bagi
buffer PH 9,0 pada suhu 60°C.
Larut dalam 10 bagian etanol,
larut dalam 59bagian etanol
(95%). Larut dalam 3,5 bagian
propilenglikol,larut dalam 1,2
bagian air.
 Bm : 217,24. (HPE 6th page 608-
601)
 BJ : Balik ; 0,8-1,1 g/cm3 (76%
sakarin Na) 0,86 9/cm3 (84%
Sakarin Na) dimanpaatkan : 0,9
-1,2 g/cm3 (76% sakarin Na)
 PH larutan : 6,6 (10%v/v larut)
 Warna : Putih
 Bau : Tidak berbau atau samar-
samar aromatik
 Khasiat : sebagai pemanis (HPE
6th page 608-610)
 Bahaya : Dapat menjadi racun
bila terjadi penumpukan dalam
tubuh.

 Sarbitol (sorbitolum) ( Handbook


pharmaceutical exapients 6th hal 679-
682)

 pemerian : Hexahydnc alkohol,


tidak berasa, tidak berwarna
 Kelarutan : 1:0,5 dalam air
 BM : 182,17
 BJ : 1,49  g/ml
 PH : 4,5 - 7,0
 Kegunaan : sebagai pemanis
 Bahaya : Dapat menyebabkan
diare, muntah, dan penurun berat
badan ekstrim.

PENGAWET 1.Nipagin (Metil paraben) (FI V,345) Untuk mencegah


pertumbuhan mikroba
 pemerian : Hablur kecil,tidak
berwarna atau  serbuk
hablur,putih. Tidak berbau,berbau
khas dan rasa sedikit terbakar
 Kelarutan : sukar larut dalam
air,dalam benzena dan dalam
karbon tetraklorida,mudah larut
dalam etanol,dalam eter 
 BM : 152,15 (HPE 6th,hal 441-
445)
 BJ/TL : 1,352 9/cm3 (HPE 6th ed,
hal 441)
 Warna : Tidak berwarna atau
putih
 Bau : Tidak berbau / khas lemah 
 Khasiat : Antimikaroba (HPE 6th
ed,441-445). 

2. Nipasol (Propil paraben) (HPE 6th


ed,hal 596)

 Pemberian : serbuk putih,


kristal,tidak berbau, hambar
 Kelarutan : Mudah larut dalam
aseton 1,1 bagian etanol 50% larut
dalam 250 bagian gliserin, larut
dalam 3330 bagian minyak
mineral. Larut dalam bagian
minyak kacang ,larut dalam 3,9
propilenglikol,larut dalam 110
bagian propilenglikol, larut dalam 
4350 bagian air pada suhu
15°C,dalam 2.500 bagian air,
dalam 225 bagian air pada suhu
80°C
 BM : 180,20 (HPE 6th ed, hal 596-
598)
 BJ : 1.288 9/cm3
 TD : 295°C
 Warna : putih
 Bau : Tidak berbau

Khasiat : Antimikroba (HPE 6th


ed,hal596)
EMULGATOR 1. PGA Gummi Arabica FI IV 423 Sedian berupa campuran
HPE ed 6 hal 1 air dan minyak, sehingga
perlu emulgator untuk
 sinonim : Gom akusia, Gom arab menyatukannya
 Pemerian : Bentuk granul/ serbuk
berwarna putih ,kekuningan
pucat,tidak berbau seperti lender
 Kelarutan : Larut hamper
sempurna dalam 2 bagian bobot
air,praktis tidak larut dalam etanol
 kegunaan : Elmogator
penstabilan ,prlicin tablet
peningkat kelarutan.
 Konsentrasi : 5%-10% sebagai
suspending agent
10%-20% sebagai
Emulgator.
 Ph : 4,5 – 5,5
 Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik dan rapat.

2. Tween 80 (polusorbate 80)

 RM : C64H124O26
 BM : 1310 HOPE 6th hal 549 –
553
 Pemerian : polisorbat 80 memiliki
bau yang khas dan hangat. Agak
rasa pahiot,kental dan berwarna
kuning .
 Kelarutan : larut dalam etanol dan
dalam air. Tidak larut dalam
minyak mineral dan minyak savur
 Stabil : polisorbat stabil untuk
elektroli asam basa lemah
saponikasi berharap terjadi
dengan asam dan basa kuat
 Inkompaktibilitas : perubahan
warna dan,atau curah hulan terjadi
dengan berbagai zat
 Data fisik : tidak nyala 149◦c
 HLB : 15
 Vikositas : 425 mpas
 Densitas : 1.01 g/cm3
 viskositas pada 25◦C
970 – 1080 (mpas)

 Kadar pegunaan : agen


pengemulsian digunakan sendiri
dalam emulsi O/w : 15%
 Kegunaan : Zat pendispersi
emulsifung agent
 Suefaktan nonionic : pelarut
wetting agent.

3. Spaan 80

 Rm : C24H44O6
 Bm : 429 Hope 6th hal 675 – 678
 Zat aktif : sarbitan manooleat
 Pemerian : Cairan kental jernih
berwarna kuning,seperti minyak
bau khas lemah rasa pahit dan
hangat
 Kelarutan : kelarutan ester
sarbitan umumnya larut atau
terdispersi dalam minyak.
 Stabilitas : sorbit ester stabil
dalam lemah atau basa
 Inkompatibilitas : Dapat terjadi
pembentukan sabun dengan asam
kuat
 Data fisik : titik nyala > 149◦C
 HLB : 4,3
 Kadar penggunaan : Agent
pengemulsi digunakan sendiri
dalam emulsi W/O 1 -5%.
Digunakan dalam kombinasi
dengan pengemulsian hidrofilis
emulsi O/W = 1 -10%
 Kegunaan : Zat pendispersi
emulsi agent surfaktan nonionil
pelarut wethning agent.

BAB IV
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN

A.Definisi Sediaan Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan
larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air.
Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau
bahan seperti minya merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam
minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu
fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara
menempati antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas
fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan
antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama
pencampuran.
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan bersama
surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan
dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan
pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang
relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara
normal kerapatan minyak lebih rendah dari pada kerapatan air, sehingga jika tetesan
minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar kecepatan agregasi,
makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim. Tetesan
air dalam emulsi air dalam minyak biasanya membentuk sedimen disebabkan oleh
kerapatan yang lebih besar.
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi,
berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat
akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan
volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat
setengah padat, misalnya krim asam stearat atau krim pembersih adalah setengah padat
dengan fase internal hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya
diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat.
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi minyak
dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih
sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik dan
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan pengemulsi nonionik dan
anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan gom guar.
Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, sebagai akibat memisahnya
bahan antimikroba dari fase air yang sangat memerlukannya, atau terjadinya kompleksasi
dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi efektivitas. Karena itu, efektivitas
system pengawetan harus selalu diuji pada sediaan akhir. Pengawet yang biasa digunakan
dalam emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat, dan senyawa
ammonium kuaterner.

B.Keuntungan Sediaan Emulsi


1. Membentuk sediaan yang paling tidak bercampur dan dapat bersatu membentuk
sediaan yang homogen dan stabil
2. Bagi pasien yang sukar dalam menelan obat dalam bentuk tablet dan kapsul, sediaan
emulsi dapat dijadikan alternatif
3. Dapat menutupi rasa serta bau yang tidak enak dari bahan aktif

C.Kerugian Sediaan Emulsi


1. Kurang praktis dari pada tablet

2. Mempunyai stabilitas yang rendah dari pada sediaan tablet karena cairan merupakan
media yang baik dalam pertumbuhan bakteri.
3. Takaran dosisnya kurang tepat

BAB V
RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN

Pemilihan Bahan Aktif


1. Oleum Iecoris Aselli
A. Tabel Khasiat dan Efek Samping
Senyawa Aktif Khasiat Efek Samping
Oleum Iecoris Aselli - Sumber vitamin A dan D Pada dosis tinggi dapat
- Melindungi pasien jantung menyebabkan pendarahan
dari kematian mendadak akibat
infrak jantung sekunder
- Anti tumor

B. Tabel Karakteristik Fisika-Kimia


Karakteristik Fisika-Kimia Keterangan Khusus
- Kelarutan : sukar larut dalam etanol Tidak tahan pemanasan
(91%), mudah larut dalam eter,
kloroform, karbon disulfide dan etil
asetat
- Bentuk : cairan minyak, encer,
berbau khas, tidak tengik, rasa dan
bau seperti ikan
- Karakteristik kimia-fisika :
BJ : 0,918-0,927 g/ml
pH :<7
TL : 183oC
Tidak tersabunkan
Mengandung vitamin A dan D
- Penyimpanan dalam tempat dingin
terlindungi cahaya

2. Curcuma xanthorrhiza L.
A. Tabel Khusus dan Efek Samping
Senyawa Aktif Fungsi Efek Samping
Curcuma xanthorrhiza L. Penambah nafsu makan Dosis tinggi dapat
Suplemen
menyebabkan keguguran
Anti-oksidan
Anti-inflamasi

B. Tabel Karakteristik Fisika-Kimia


Karakteristik Fisika-Kimia Keterangan Khusus
- Kelarutan : relative tidak larut dalam - Suasana basa : merah
air, tetapi dapat larut dalam aseton, - Suasana asam : kuning-jingga
alkali, keton, asam asetat, kloroform - Terkena cahaya akan
dan etanol. terdekomposisi strukturnya
- Bentuk : Kristal (campuran
berupa siklisasi curcumin
demethacykurkumin dengan
degradasi struktur.
bisdemothoxykurkumin berwarna
kuning)
- Karakteristik fisika-kimia:
BM : 368,37
TL : 183oC
TD : 176-177 oC
pH : 8,5-10,0
tidak stabil pada perubahan pH

Rancangan Spesifikasi Sediaan


- Bentuk sediaan : Emulsi
- Kadar bahan aktif Oleum Iecoris Aselli :
 Formula Baku (Formularium Nasional: 217)
R/ Emulsum Jecoris Aselli
Ol. Jecoris Aselli 100 g
Glycerolum 10 g
PGA 30 g
Ol. cinnamomi gtt VI
Aquadest ad 215 g
s. 3. dd. Cth
= 100 g/215 g x 5 ml = 2,33 ml/5ml
 Pada Pasaran (Curcuma Plus Emulsion)
MInyak ikan Kod 7,5 mg/15 ml

- Kadar Bahan Aktif (Curcuma xanthorrhiza)


 Pada Pasaran (Curcuma plus Emulsion)
Curcuma xanthorrhixa 10 mg/15 ml
- Warna : Orange
- Bau : jeruk
- Rasa : manis
- pH sediaan : >7

BAB VI
RANCANGAN FORMULASI SEDIAAN

RANCANGAN FORMULA 1
NO. BAHAN FUNGSI RENTANG % YANG JUMLAH
AKTIF DIGUNAKAN
1 Oleum iecoris Bahan Aktif 10 % 9,3 g
aselli
2 Ekstrak Bahan Aktif 10 mg/15 ml 0,067 g
curcuma
3 PGA Emulgator 10-20 % 18 % 18 g
4 Butil Hidroksi Antioksidan 0,01-0,1 % 0,1 % 0,1 g
Toluena
5 Sukrosa Pemanis 10-20 % 15 % 15 g
6 Na-Benzoat Pengawet 0,1-0,5 % 0,10 %
7 Banana Flavor Perasa 3 tetes
8 Orange Color Pewarna 1 tetes
9 Aquadest Pelarut 30 ml

CARA PERACIKAN
1. Kalibrasi beaker glass 100 ml.
2. Timbang PGA 18 g, masukkan dalam mortir dan ukur air untuk PGA sebanyak 45 ml.
masukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit.
3. Timbang oleum iecoris aselli sebanyak 9,3 g dan BHT 0,1 g. Masukkan BHT ke dalam
fase minyak, aduk ad larut.
4. Masukkan oleum iecoris ke dalam mortir sedikit demi sedikit sambil digerus ad terbentuk
corpus emulsi.
5. Timbang ekstrak curcuma sebanyak 0,067 g, masukkan ke dalam mortir berisi corpus
emulsi sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.
6. Timbang sukrosa, larutkan dengan air secukupnya. Masukkan ke dalam mortir sedikit
demi sedikit, gerus ad homogen.
7. Tambahkan aquades sisa ad 100 ml.
8. Tambahkan perasa dan pewarna secukupnya.
9. Masukkan ke dalam botol.

RANCANGAN FORMULA 2
NO. BAHAN FUNGSI RENTANG % YANG JUMLAH
AKTIF DIGUNAKAN
1 Oleum iecoris Bahan Aktif 10 % 9,3 g
aselli
2 Ekstrak Bahan Aktif 10 mg/15 ml 0,067 g
curcuma
3 PGA Emulgator 10-20 % 10 % 10 g
4 Butil Hidroksi Antioksidan 0,01-0,1 % 0,05 % 0,05 g
Toluena
5 Sorbitol Pemanis 25-35 % 25 % 25 ml
6 Gliserin Pengawet <50% 25 % 25 ml
7 Nipagin Pengawet 0,015-0,2% 0,1 % 3 tetes
8 Nipasol Pengawet 0,015-0,2% 0,02% 1 tetes
9 Orange Flavor Perasa 3 tetes
Orange Color Pewarna 1 tetes
11 Aquadest Pelarut 30 ml

10 mg
 Ekstrak Curcuma Xanthorizza = x 100 ml=66,67 mg=0,067 g
15 ml

10 g
 Ol. Iecoris Aselli = x 100 ml=10 ml x 0,93 =9,3 g
100 ml

15 g
 Propilenglikol = x 100 ml=10 ml x 1,038 =10,38 g
100 ml

0,05
 BHT = x 100 ml=0,05 g
100

0,1
 Nipagin = x 100 ml=0,1 g
100

0,02
 Nipasol = x 100 ml=0,02 g
100
Gliserin untuk Nipagin = 0,1 x 60 = 6 x 1,2620 = 7,57 ml
Gliserin untuk Nipasol = 0,02 x 250 = 5 x 1,2620 = 6,31 ml

25 g
 Sorbitol = x 100 ml=25 ml x 1,49 =37,25 g
100 ml

25 g
 Gliserin = x 100 ml=25 ml x 1,49 =31,55 g
100 ml
Aquadest untuk PGA = 2,5 x 10 ml = 25 ml
 Sisa Aquadest = 100 ml - (25ml + 25 ml + 25 ml) = 25,00 ml

CARA PERACIKAN
1. Kalibrasi beaker glass 100 ml.
2. Timbang PGA 10 g, masukkan dalam mortir dan ukur air untuk PGA sebanyak 25 ml.
masukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit.
3. Timbang oleum iecoris aselli sebanyak 9,3 g dan BHT 0,05 g. Masukkan BHT ke
dalam fase minyak, aduk ad larut.
4. Masukkan oleum iecoris ke dalam mortir sedikit demi sedikit sambil digerus ad
terbentuk corpus emulsi.
5. Timbang ekstrak curcuma sebanyak 0,067 g, masukkan ke dalam mortir berisi corpus
emulsi sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.
6. Timbang gliserin,. Masukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit, gerus ad
homogen.
7. Timbang sorbitol, masukkan sedikit demi sedikit dan gerus ad homogen
8. Timbang nipagin dan nipasol, larutkan ke dalam gliserin yang telah dikurangi untuk
melarutkan keduanya.
9. Tambahkan aquades sisa ad 100 ml.
10. Tambahkan perasa dan pewarna secukupnya.
11. Cek pH
12. Masukkan ke dalam botol.

Perhitungan ADI formula 2


1) Glycerin
BJ : 1,2620 g/ml
Umur : 1-6 tahun
ADI : 1,0-1,5 g/kgBB 10 kg x (1,0-1,5 g/kgBB)= 10-15 g
16 kg x (1,0-1,5 g/kgBB)= 16-24 g
Yang digunakan= 25% x 100 ml = 25 ml
= 25 ml x 1,2620 g/ml
=31,55 g
Pemakaian=
1xp = 5ml x 31,55 g = 1,5775 g
100 ml
1xh = 15ml x 31,55 g = 4,7325 g
100 ml
Kesimpulan : tidak melebihi ADI

2) Nipagin
BJ : 1,352 g/ml
Umur : 1-6 tahun
ADI : 10 mg/kgBB 10 kg x (10 mg/kgBB)= 100 mg
16 kg x (10 mg/kgBB)= 160 mg
Yang digunakan= 0,1% x 100 ml = 0,1 ml
= 0,1 ml x 1,352 g/ml
=0,1352 g = 135,2 mg
Pemakaian=
1xp = 5ml x 135,2 mg = 6,76 mg
100 ml
1xh = 15ml x 135,2 mg = 20,28 mg
60 ml
Kesimpulan : tidak melebihi ADI

3) Nipasol
BJ : 1,288 g/ml
Umur : 1-6 tahun
ADI : 10 mg/kgBB 10 kg x (10 mg/kgBB)= 100 mg
16 kg x (10 mg/kgBB)= 160 mg
Yang digunakan= 0,02% x 100 ml = 0,02ml
= 0,02 ml x 1,288 g/ml
=0,02576 g = 25,76 mg

Pemakaian=
1xp = 5ml x 25,76 mg = 1,288 mg
100 ml
1xh = 15ml x 25,76 mg = 3,864 mg
60 ml

Kesimpulan : tidak melebihi ADI

RANCANGAN FORMULA 3
BAHAN OBAT FUNGSI RENTANG % YANG JUMLAH
KADAR DIGUNAKAN
Ekstrak Curcuma Bahan Aktif 10mg/15ml 10mg/15ml 0,067g
Xanthorriza
Ol. Iecoris Aselli Bahan Aktif 10% 9,3 g
Propilenglikol Pelarut 10-25% 15 % 15,57g
Tween 80 Emulgator 1-15% 7% 5,04 g
Span 80 Emulgator 1-10% 3% 0,84 g
Nipagin Pengawet 0,015-0,2 % 0,1 % 0,1 g
BHT Antioksidan 0,01-0,1% 0,05% 0,05 g
Sorbitol Pemanis 20-35% 20% 29,8 g
Sakarin-Na Pemanis 0,075-0,6 % 0,2% 0,2 g
Xanthan Gum Stabilizator 0,2% 0,2 g
Aqudest qs Ad 100ml

PENGAMBILAN BAHAN
10 mg
 Ekstrak Curcuma Xanthorizza = x 100 ml=66,67 mg=0,067 g
15 ml

10 g
 Ol. Iecoris Aselli = x 100 ml=10 ml x 0,93 =9,3 g
100 ml

15 g
 Propilenglikol = x 100 ml=15 ml x 1,038 =15,57 g
100 ml

0,05
 BHT = x 100 ml=0,05 g
100

0,1
 Nipagin = x 100 ml=0,1 g
100

0,2
 Sakarin-Na = x 100 ml=0,2 g
100

20 g
 Sorbitol = x 100 ml=20 ml x 1,49 =29,8 g
100 ml

 Tween & Span

Tween sebagai emulgator M/A HLB = 8-18


(12−4,3)
HLB butuh = 12 % Tween 80 = x 100 %=71,9 %
(15−4,3)
HLB Tween 80 = 15 % Span 80 = 100% - 71,9% = 28,1 %
HLB Span 80 = 4,3

71,9
Tween 80 = x 7 g=5,04 g
100
21,8
Span 80 = x 3 g=0,843 g
100

0,2
 Xanthan Gum = x 100 ml=0,2 g
100
 Sisa Aquadest = 100 ml - (15ml + 20 ml + 5,04 + 0,84+ 9,3 + 0,067) = 49,75 ml

BAB VII
EVALUASI SEDIAN EMULSI

Evaluasi Sediaan
1. Uji Pemerian
Keadaan yang di amati yaitu :
-          Warna,
-          Rasa,
-          Bau,
-          Kelarutan.
Pemberian dikatakan baik jika warna sirup tidak berubah dan bau tidak hilang.
2. Pemeriksaan BJ
Alat : Piknometer
Prosedur :
Ditimbang piknometer kosong ( W pikno )

Piknometer kosong diisi air suling hingga penuh, kemudian ditimbang ( W pikno+ air)

Dihitung selisih antara W pikno + air dan W pikno didapat W air

Selanjutnya W air dibagi oleh massa jenis air sehingga didapat volume air ( V air )

Larutan sirup dari masing-masing formula dimasukkan ke dalam piknometer kosong,


kemudian ditimbang ( Wpikno + emulsi )

Dihitung selisih antara W pikno + emulsi dan W pikno didapat W emulsi

Selanjutnya W emulsi dibagi oleh W air, sehingga diperoleh massa jenis emulsi

Massa jenis emulsi selanjutnya dibagi oleh massa jenis air, sehingga diperoleh berat badan
emulsi

Prosedur diatas juga dilakukan untuk masing-masing formula emulsi.

3. Pemeriksaan pH
Alat : pH meter atau pH universal
Prosedur :
Emulsi yang telah jadi masing-masing dituangkan dalam gelas beaker
Lakukan pengukuran pH menggunakan pH universal dengan mengolesnya dengan emulsi.

4. Volume Terpindahkan
Alat : Gelas Ukur
Prosedur :
Masukan emulsi yang telah dibuat dalam botol coklat 50 gram yang telah di tara.

Tuang emulsi dari dalam botol ke dalam gelas ukur 100 mL

Amati volume terpindahkan dari sediaan emulsi yang telah dibuat

5. Pemeriksaan Viskositas
Alat : Viskometer Brookfield
Prosedur :
Masukan emulsi kedalam beaker glass

Pasang alat brookfield dan masukan spindel dalam emulsi

Pilih pengatur kecepatan, amati jarum penunjuk pada saat konstan

Catat angka yang ditunjuk jarum; hitung viskositasnya.

Anda mungkin juga menyukai