Anda di halaman 1dari 2

1.

Diagnosis klinis
Pedoman diagnosis klinis Persistent (Chronic) Motor or Vocal Tic Disorder berdasarkan
DSM-5:
A. Terdapat satu atau lebih gejala tik motorik atau vocal selama perjalanan penyakit,
namun bukan bersamaan tik motorik dan tik vocal
B. Frekuensi tik dapat bertambah/berkurang tapi bertahan selama lebih dari 1 tahun
sejak onset tik pertama
C. Onset gangguan terjadi sebelum usia 18 tahun
D. Gangguan tidak disebabkan kondisi medis/penggunaan zat
E. Criteria tidak memenuhi diagnosis gangguan Tourette
2. Terapi pendahuluan
Gangguan tik merupakan gangguan yang tidak dapat disembuhkan namun dapat
dikontrol. Gangguan tik biasanya dapat bertambah parah saat pasien dalam keadaan
cemas, panic dan depresi. Sehingga edukasi kepada keluarga dapat menjadi terapi awal.
Edukasi kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan kepada pasien agar bisa
mengurangi gejala yang pasien alami, perlu juga diedukasikan bahwa dengan
bertambahnya usia, gejala dapat membaik namun dapat juga memburuk sehingga
membutuhkan penanganan yang tepat.
3. Rujukan
Berdasarkan standar kompetensi dokter Indonesia, Persistent (Chronic) Motor or Vocal
Tic Disorder merupakan kompetensi 3A sehingga dokteru umum harus merujuk pasien
ke Rumah Sakit dengan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa yang memiliki kompetensi dan
kemampuan untuk mengatasi kasus tersebut.
4. Tindak Lanjut setelah rujuk kembali
Hal yang perlu diperhatikan saat pasien dirujuk kembali adalah menilai kualitas hidup
pasien serta memberikan dukungan kepada pasien serta keluarga dan terus memantau
pengobatan pasien.
1. Diagnosis klinis
Pedoman diagnosis klinis Persistent (Chronic) Motor or Vocal Tic Disorder berdasarkan
DSM-5:
A. Terdapat satu atau lebih tik motorik atau vocal
B. Tik telah berlangsung sejak <1 tahun sejak onset awal tik muncul
C. Onset telah berlangsung kurang dari usia 18 tahun
D. Gangguan tidak disebabkan kondisi medis/penggunaan zat
E. Criteria tidak memenuhi diagnosis gangguan Tourette atau Persistent (Chronic)
Motor or Vocal Tic Disorder
2. Terapi pendahuluan
Gangguan tik merupakan gangguan yang tidak dapat disembuhkan namun dapat
dikontrol. Gangguan tik biasanya dapat bertambah parah saat pasien dalam keadaan
cemas, panic dan depresi. Sehingga edukasi kepada keluarga dapat menjadi terapi awal.
Edukasi kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan kepada pasien agar bisa
mengurangi gejala yang pasien alami, perlu juga diedukasikan bahwa dengan
bertambahnya usia, gejala dapat membaik namun dapat juga memburuk sehingga
membutuhkan penanganan yang tepat.
3. Rujukan
Berdasarkan standar kompetensi dokter Indonesia, Persistent (Chronic) Motor or Vocal
Tic Disorder merupakan kompetensi 3A sehingga dokteru umum harus merujuk pasien
ke Rumah Sakit dengan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa yang memiliki kompetensi dan
kemampuan untuk mengatasi kasus tersebut.
4. Tindak Lanjut setelah rujuk kembali
Hal yang perlu diperhatikan saat pasien dirujuk kembali adalah menilai kualitas hidup
pasien serta memberikan dukungan kepada pasien serta keluarga dan terus memantau
pengobatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai