CEMARA
DR. OKTRIAN |DR. RIFDA
OFFICE ADDRESS:
Jakarta Medan
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007 Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872 Sari, Kec. Medan Selayang 20132
WA. 081380385694/081314412212 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p re p . co . i d
ILMU
PSIKIATRI
Soal No. 196
• Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun datang diantar
ibunya ke poliklinik dengan keluhan sering melakukan
kegiatan yg diulang-ulang, dengan gerakan yang cepat dan
tidak memiliki tujuan. Pasien sering tersandung dan
berteriak, pasien sering mengeluarkan kata yang tidak
memiliki arti. Keluhan dirasakan muncul ketika anak sedang
istirahat. Keluhan muncul kira-kira 4 bulan yang lalu, pada
pemeriksaan neurologis tidak di dapatkan kelainan. Apakah
diagnosis pasien ....
A. Chorea syndenham
B. Transient tic disorder
C. Gangguan obsesif kompulsif
D. Tourette syndrome
E. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
https://tourette.ca/wp-content/uploads/2016/10/DSM-5_Tic_Disorders.pdf
Kriteria Diagnosis
Persistent (Chronic) Motor or Vocal Tic Disorder
A. Single or multiple motor or vocal tics have been
present during the illness, but not both motor and
vocal.
B. The tics may wax and wane in frequency but have
persisted for more than 1 year since first tic onset
C. Onset is before age 18 years.
D. The disturbance is not attributable to the
physiological effects of a substance (e.g., cocaine) or
another medical condition (e.g., Huntington’s disease,
postviral encephalitis).
E. Criteria have never been met for Tourette’s disorder.
https://tourette.ca/wp-content/uploads/2016/10/DSM-5_Tic_Disorders.pdf
Kriteria Diagnosis
Provisional/ Transient Tic Disorder
A. Single or multiple motor and/or vocal tics.
B. The tics have been present for less than 1 year since
first tic onset.
C. Onset is before age 18 years.
D. The disturbance is not attributable to the
physiological effects of a substance (e.g., cocaine) or
another medical condition (e.g., Huntington’s disease,
postviral encephalitis)
E. Criteria have never been met for Tourette’s disorder
or persistent (chronic) motor or vocal tic disorde
https://tourette.ca/wp-content/uploads/2016/10/DSM-5_Tic_Disorders.pdf
197
Perempuan usia 25 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan mengamuk 2 hari. Dari
alloanamnesis ditemukan pasien sering mendengar
tetangganya mengejek dirinya dan selalu merasa
curiga kalau dia diguna-gunai oleh teman sekantornya
sejak 2 bulan. Diagnosis pasien ini adalah...
A. Gangguan waham menetap
B. Skizofrenia paranoid
C. Skizofrenia tak terinci
D.Skizofrenia hebefrenik
E. Skizoafektif
Schizophrenia paranoid
• Mengamuk 2 hari gejala psikotik.
• Pasien sering mendengar tetangganya mengejek
dirinya halusinasi auditorik
• Selalu merasa curiga kalau dia diguna-gunai oleh
teman sekantornya waham paranoid
• Halusinasi, waham paranoid, dan psikotik sejak 2
bulan schizophrenia paranoid
Schizophrenia (DSM V)
• The presence of 2 (or more) of the following, each present for a
significant portion of time during a 1-month period (or less if
successfully treated), with at least 1 of them being (1), (2), or (3):
(1) delusions, (2) hallucinations, (3) disorganized speech, (4)
grossly disorganized or catatonic behavior, and (5) negative
symptoms
• For a significant portion of the time since the onset of the
disturbance, level of functioning in 1 or more major areas (eg,
work, interpersonal relations, or self-care) is markedly below the
level achieved before onset; when the onset is in childhood or
adolescence, the expected level of interpersonal, academic or
occupational functioning is not achieved
• Continuous signs of the disturbance persist for a period of at least
6 months, which must include at least 1 month of symptoms (or
less if successfully treated); prodromal symptoms often precede
the active phase, and residual symptoms may follow it,
characterized by mild or subthreshold forms of hallucinations or
delusions
Schizophrenia (DSM V)
• Schizoaffective disorder and depressive or bipolar disorder
with psychotic features have been ruled out because either
(1) no major depressive, manic, or mixed episodes have
occurred concurrently with the active-phase symptoms or (2)
any mood episodes that have occurred during active-phase
symptoms have been present for a minority of the total
duration of the active and residual periods of the illness
• The disturbance is not attributable to the physiologic effects
of a substance (eg, a drug of abuse or a medication) or
another medical condition
• If there is a history of autism spectrum disorder or a
communication disorder of childhood onset, the additional
diagnosis of schizophrenia is made only if prominent
delusions or hallucinations, in addition to the other required
symptoms or schizophrenia are also present for at least 1
month (or less if successfully treated)
198
Seorang perempuan datang ke RS dengan keluhan
tidak ingin bersosialisasi dengan sekitar, menarik diri,
dan tidak mau makan karena merasa ada orang yang
ingin meracuninya. Apa tatalaksana yang sesuai untuk
kasus tersebut?
A. Klobazam 2x2 mg
B. Haloperidol 2x0,5 mg
C. Risperidone 2x2 mg
D.Amitriptilin 2x10 mg
E. Fluoxetine 2x10 mg
Schizophrenia paranoid
• Merasa orang ingin meracuniWaham paranoid
• Tidak mau bersosialisasi dan menarik diribisa
karena adanya waham curiga
• Pemilihan tatalaksana pada schizophrenia
golongan atipikal
– Dosis risperidone adalah 2-8mg/hari, dapat diberikan 1-
2x/hari
– Sehingga jawaban yang benar adalah C. Risperidone 2x2
mg
PRINSIP TERAPI ANTIPSIKOTIK
• Key points for using antipsychotic therapy:
1. An oral atypical antipsychotic drug should be considered as first-
line treatment.
2. Choice of medication should be made on the basis of prior
individual drug response, patient acceptance, individual side-
effect profile and cost-effectiveness, other medications being
prescribed and patient co-morbidities.
3. The lowest-effective dose should always be prescribed initially,
with subsequent titration.
4. The dosage of a typical or an atypical antipsychotic medication
should be within the manufacturer’s recommended range.
Western Australian Psychotropic Drugs Committee. Antipsychotic Drug Guidelines Version 3 August 2006
PRINSIP TERAPI ANTIPSIKOTIK
• Key points for using antipsychotic therapy:
5. Treatment trial should be at least 4-8 weeks before changing
antipsychotic medication.
6. Antipsychotic medications, atypical or conventional, should
not be prescribed concurrently, except for short periods to
cover changeover.
7. Treatment should be continued for at least 12 months, then if
the disease has remitted fully, may be ceased gradually over at
least 1-2 months.
8. Prophylactic use of anticholinergic agents should be
determined on an individual basis and re-assessment made at
3-monthly intervals.
9. A trial of clozapine should be offered to patients with
schizophrenia who are unresponsive to at least two adequate
trials of antipsychotic medications.
Western Australian Psychotropic Drugs Committee. Antipsychotic Drug Guidelines Version 3 August 2006
Obat Antipsikotik Tipikal dan Atipikal
Dosis Obat Antipsikotik
Chlorpromazine Risperidone
• PO: 30-75 mg/day divided q6-12hr • 2 mg/day initially; may be increased
initially; maintenance: usually 200 in increments of 1-2 mg/day at
mg/day (up to 800 mg/day in some intervals ≥24 hours
patients; some patients may require • Recommended target dosage: 2-8
1-2 g/day) mg/day once daily or divided q12hr
(efficacy follows bell-shaped curve; 4-
Haloperidol 8 mg/day more effective than 12-16
• PO: Moderate disease, 0.5-2 mg q8- mg/day)
12hr initially
• Severe disease, 3-5 mg q8-12hr Clozapine
initially; not to exceed 30 mg/day • 12.5 mg PO once daily or q12hr
initially; increased daily in increments
of 25-50 mg/day, if well tolerated, to
achieve target dosage of 300-450
mg/day by end of 2 weeks
• On occasion, may have to be
increased to 600-900 mg/day to
obtain acceptable response
199
Pasien laki-laki, 45 tahun, datang ke puskesmas dengan
keluhan sering mengantuk di siang hari bahkan saat
membawa kendaraan, padahal setiap hari tidur 8-10 jam.
Keluhan dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan membuat pasien kurang berenergi, lambat
dalam berpikir dan kurang selera makan. Riwayat
gangguan jiwa lain disangkal. Pf dan neurologis tidak ada
kelainan. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Sleep apnea
B. Gangguan siklus tidur
C. Hipersomnia
D. Narkolepsi
E. Sleep walking
Hipersomnia
• Sering mengantuk di siang hari bahkan saat
membawa kendaraan bisa karena insomnia atau
hypersomnia
• Setiap hari tidur 8-10 jam tidur cukup, sehingga
tidak mungkin suatu insomnia.
• Pasien masih merasakan ngantuk dan tidak ada
episode tertitur tiba-tiba bukan narkolepsi
Gangguan tidur
• Gangguan tidur non organik mencakup :
– Disomnia: kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan pada jumlah,
kualitas atau waktu tidur
• insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal
tidur
– Parasomnia: peristiwa episodik abnormal selama tidur. Pada masa kanak
ada hubungan dengan perkembagan anak, pada orang dewasa
berupa
• somnabulisme, night terror, nightmare
F51.1 Hipersomnia non organik
• Hipersomnia adalah bertambahnya waktu tidur sampai 25% dari pola tidur
yang biasa.
• Gejala :
a) Rasa kantuk siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur dan
atau transisi yang memanjak dari saat mulai bangun hingga sadar penuh.
b) Terjadi setiap hari, lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu
lebih pendek.
c) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukan gejala rasa
kantuk pada siang hari.
200
Wanita, 20 tahun, datang dengan keluhan merasa takut
tiba-tiba. Keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
Muncul 10-15 menit lalu mereda. Disertai sesak nafas,
keringatan, dan rasa ingin pingsan. Saat wawancara
pasien mengaku tidak berani keluar rumah karena takut
berada ditengah keramaian sehingga selalu meminta
keluarga untuk menemani. Diagnosa pasien ini adalah…
A. Gangguan ansietas perpisahan
B. Gangguan ansietas sosial
C. Gangguan panik
D. Gangguan cemas menyeluruh
E. Agorafobia
Agorafobia
• Merasa takut tiba-tiba gejala panik.
• Keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, muncul
10-15 menit lalu mereda, disertai sesak nafas,
keringatan, dan rasa ingin pingsanserangan panik
• Saat wawancara pasien mengaku tidak berani
keluar rumah karena takut berada ditengah
keramaian sehingga selalu meminta keluarga untuk
menemani serangan panik terjadi pada situasi
spesifik yaitu di keramaianagorafobia
Agorafobia (DSM V)
A. Marked fear or anxiety about two (or more) of the following five situations:
1. Using public transportation such as automobiles, buses, trains, ships or
planes.
2. Being in open spaces such as parking lots, marketplaces or bridges.
3. Being in enclosed places such as shops, theaters, or cinemas.
4. Standing in line or being in a crowd.
5. Being outside of the home alone.
B. The individual fears or avoids these situations because of the thoughts that
escape might be difficult or help might not be available in the event of
developing panic-like symptoms or other incapacitating or embarrassing
symptoms such as fear of falling in the elderly or fear of incontinence.
C. The Agoura phobic situations almost always provoke fear or anxiety.
D. The agoraphobic situations are actively avoided, require the presence of a
companion, or are endured with intense fear or anxiety.
Agorafobia (DSM V)
E. The fear or anxiety is out of proportion to the actual danger posed by the
agoraphobic situations and to the sociocultural context.
F. The fear, anxiety, or avoidance is persistent, typically lasting for six months or
more.
G. The fear, anxiety, or avoidance causes clinically significant distress or
impairment in social, occupational, or other important areas of functioning.
H. If another medical condition such as inflammatory bowel disease or
Parkinson’s disease is present, the fear, anxiety, or avoidance is clearly
excessive
I. The fear, anxiety, or avoidance is not better explained by the symptoms of
another mental disorder, for example, the symptoms are not confined to
specific phobia, situational type; do not involve only social situations as in
social anxiety disorder; and are not related exclusively to obsessions as in
obsessive-compulsive disorder, perceived effects of flaws in physical
appearance as in body dysmorphic disorder, reminders of traumatic events as
in posttraumatic stress disorder, or fear of separation as in separation anxiety
disorder.
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
201
Seorang laki-laki, 24 tahun, dibawa oleh keluarga
dengan kejang sejak 30 menit yang lalu. Pasien
merupakan pengguna narkoba jenis suntik. Tekanan
darah pasien rendah, nadi rendah, frekuensi napas
rendah, dan pupil pin point. Apakah diagnosis pasien
tersebut?
A. Sindroma Putus Opiod
B. Sindroma Putus Amfetamin
C. Intoksikasi Alkohol
D.Intoksikasi Opioid
E. Intoksikasi Amfetamin
Intoksikasi opioid
• Kejang pada pasien merupakan pengguna narkoba
jenis suntik kemungkinan intoksikasi obat
psikoaktif
• Tekanan darah pasien rendah, nadi rendah,
frekuensi napas rendah, dan pupil pin point
aktivasi tonus parasimpatis intoksikasi depresan
atau withdrawal stimulant
• Pada soal tidak disebutkan bahwa pasien sempat
putus obat bukan withdrawal, melainkan
intoksikasi
• Yang tergolong depressant: opioid (morphine)
Intoksikasi golongan depresan
• Zat yang mensupresi, menghambat dan menurunkan aktivitas CNS.
• Yang termasuk dalam golongan ini adalah sedatives/hypnotics,
opioids, and neuroleptics.
• Medical uses sedation, sleep induction, hypnosis, and general
anaesthesia.
• Contoh:
– Alcohol dalam dosis rendah, anaesthetics, sleeping pills, and opioid
drugs such as heroin, morphine, and methadone.
– Hipnotik (obat tidur), sedatif (penenang) benzodiazepin
• Effects:
– Relief of tension, mental stress and anxiety
– Warmth, contentment, relaxed detachment from emotional as well
as physical distress
– Positive feelings of calmness, relaxation and well being in anxious
individual
202
Seorang perempuan, 35 tahun, datang dengan
keluhan merasa cemas jika anaknya berada diluar
rumah dan merasa ada maling ingin masuk
kerumahnya sehingga menutup pintu rapat dan
mengulang-ngulang untuk mengunci pintu.
Diagnosisnya adalah…
A. Gangguan Cemas Menyeluruh
B. Gangguan obsesif kompulsif
C. Gangguan Penyesuaian
D.Gangguan Panik
E. Gangguan Depresi
OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER
• Merasa cemas jika anaknya berada diluar rumah
dan merasa ada maling ingin masuk kerumahnya
preokupasi (obsesif)
• Menutup pintu rapat dan mengulang-ngulang untuk
mengunci pintu tindakan kompulsif untuk
mengatasi pikiran obsesif
• Diagnosis: Obssesive Compulsive Disorder (OCD)
DSM-5 Diagnostic Criteria for Obsessive-
Compulsive Disorder
A. Presence of obsessions, compulsions, or both:
(300.3)
Obsessions are defined by (1) and (2):
1. Recurrent and persistent thoughts, urges, or impulses that are experienced, at
some time during the disturbance, as intrusive and unwanted, and that in
most individuals cause marked anxiety or distress.
2. The individual attempts to ignore or suppress such thoughts, urges, or images,
or to neutralize them with some other thought or action (i.e., by performing a
compulsion).
Compulsions are defined by (1) and (2):
1. Repetitive behaviors (e.g., hand washing, ordering, checking) or mental acts
(e.g., praying, counting, repeating words silently) that the individual feels
driven to perform in response to an obsession or according to rules that must
be applied rigidly.
2. The behaviors or mental acts are aimed at preventing or reducing anxiety or
distress, or preventing some dreaded event or situation; however, these
behaviors or mental acts are not connected in a realistic way with what they
are designed to neutralize or prevent, or are clearly excessive.
• Note: Young children may not be able to articulate the aims of these behaviors or
mental acts.
DSM-5 Diagnostic Criteria for Obsessive-
Compulsive Disorder (300.3)
B. The obsessions or compulsions are time-consuming
(e.g., take more than 1 hour per day) or cause
clinically significant distress or impairment in social,
occupational, or other important areas of functioning.
C. The obsessive-compulsive symptoms are not
attributable to the physiological effects of a substance
(e.g., a drug of abuse, a medication) or another
medical condition.
D. The disturbance is not better explained by the
symptoms of another mental disorder
203
Laki-laki, 45 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan
merasa nyeri ulu hati sejak 6 bulan yang lalu. Dokter
mengatakan dari pemeriksaan lab darah dan endoskopi
dalam keadaan normal. Tapi pasien tidak mau
mendengar dan yakin bahwa dirinya menderita kanker
lambung. Pasien sudah berpindah-pindah dokter.
Diagnosis pasien ini adalah…
A. Gangguan hipokondriasis
B. Gangguan nyeri somatoform menetap
C. Gangguan dismorfik tubuh
D. Gangguan somatisasi
E. Gangguan waham menetap
Hipokondriasis
• Laki-laki 45 tahun merasa nyeri ulu hati sejak 6
bulan yang lalu. lab darah dan endoskopi dalam
keadaan normal menyingkirkan kelainan
organik.
• Pasien tidak mau mendengar dan yakin bahwa
dirinya menderita kanker lambung keyakinan
terhadap suatu diagnosis = hipokondriasis
Hipokondriasis
“Excessive preoccupation or worry about illness that persists even after
evaluation by a physician is negative. Fears that minor symptoms are indicative
of a serious condition”
Illness anxiety disorder
previously known as hypochondriasis
The DSM-5 criteria for illness anxiety disorder are as follows:
• The individual is preoccupied with having or acquiring a serious
illness.
• Somatic symptoms are not present or, if present, are only mild in
intensity. If another medical condition is present or there is a high
risk for developing a medical condition (eg, strong family history is
present), the preoccupation is clearly excessive or
disproportionate.
• The individual has a high level of anxiety about health, and is easily
alarmed about personal health status.
• The individual performs excessive health-related behaviors or
exhibits maladaptive avoidance.
• The individual has been preoccupied with illness for at least 6
months.
• The individual's preoccupation is not better explained by another
mental disorder.
204
Laki-laki, 68 tahun, sulit tidur sudah 1 bulan. Pasien
pensiun dan menetap di Surabaya sudah 1 tahun.
Aktivitas berkurang, tidak mau bertemu teman, tidak
keluar rumah. Sudah 8 tahun pasien memiliki PJK.
Terapi farmakologis untuk paien ini adalah…
A. Fluoxetin
B. Amitriptilin
C. Haloperidol
D.Estazolam
E. Citalopram
Depresi
• Sulit tidur sudah 1 bulan insomniadapat menjadi bagian dari gejala
depresi
• Aktivitas berkurang, tidak mau bertemu teman, tidak keluar rumah gejala
depresi
• Sudah 8 tahun pasien memiliki PJK menjadi pertimbangan dalam
pemilihan antidepressant:
Golongan SSRI aman bagi pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung.
Golongan TCA dan MAO dapat menyebabkan komplikasi berupa hipotensi,
takikardia, dan aritmia, terutama pada pasien yang memiliki riwayat penyakit
jantung.
• Pada pasien ini, lebih dipilih citalopram karena lebih baik dalam hal
meningkatkan REM latency dan meningkatkan sleep continuity
– Fluoxetin dapat menurunkan sleep continuity sehingga tidak cocok pada
pasien dengan insomnia
• Pada pasien insomnia dengan depresi, golongan benzodiazepine
(estazolam), tidak menjadi pilihan.
Clark MS, Smith PO. Antidepressant for the treatment of insomnia in patients with depression. Am Fam Physician. 2011
Yekehtaz H, Farokhnia M, Akhondzadeh S. Cardiovascular consideration in antidepressant therapy: an evidence based review. J Tehran Heart Cent. 2013
Pasien tidak mau menyentuh bayi Riwayat persalinan 3 minggu yang lalu
yang baru dilahirkannya
GANGGUAN PSIKIATRI POST PARTUM
• Post partum blues
– Sering dikenal sebagai baby blues
– Mempengaruhi 50-75% ibu setelah proses melahirkan
– Sering menangis secara terus-menerus tanpa sebab yang
pasti dan mengalami kecemasan
– Berlangsung pada minggu pertama setelah
melahirkanbiasanya kembali normal setalah 2 minggu
tanpa penanganan khusus
– Tindakan yang diperlukanmenentramkan dan
membantu ibu
GANGGUAN PSIKIATRI POST PARTUM
• Post partum Depression
– Kondisi yang lebih serius dari baby blues
– Mempengaruhi 1 dari 10 ibu baru
– Mengalami perasaan sedih, emosi yang meningkat,
tertekan, lebih sensitif, lelah, merasa bersalah, cemas dan
tidak mampu merawat diri dan bayi
– Timbul beberapa hari setelah melahirkan sampai setahun
sejak melahirkan
– Tatalaksanapsikoterapi dan antidepresan
ILMU
P E N YA K I T
DALAM
Soal No. 206
Perempuan, 22 tahun, datang ke dokter keluarga dengan
keluhan ingin berkonsultasi tentang berat badannya yang
berlebih. BB naik dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.
Pemeriksaan antropometri didapatkan TB : 155 cm dan BB :
100 kg. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan kadar kolesterol didapatkan 280 mg/dl. Apakah
tatalaksana awal yang tepat pada kasus ini?
A. Pneumonia aspirasi
B. Bronkitis
C. Bronkiektasis
D. Tb paru
E. Ca paru
Soal No. 207
• Adanya keluhan demam dan sesak yang memberat sejak 1
minggu serta riwayat tersedak sebelumnya mengarahkan
diagnosis pasien pada pneumonia aspirasi.
• Adanya riwayat stroke dan hemiplegia menunjukkan factor
risiko tersedak pada pasien
• Ditemukannya takipneu dan ronchi basah pada paru
mengonfirmasi diagnosis Pneumonia aspirasi.
1.Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Serous fluid. Urinalysis and body fluids. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2008. p.221-32.
2.Light RW. Physiology of the pleural space. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013:8-17.
3.Mundt LA, Shanahan K. Serous body fluid. Graff’s Text book of urinalysis and body fluids. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Willams & Wilkins; 2011. p.241-52.
Etiology
CAP- Aspiration Pneumonia
• Generally results from predominantly anaerobic mouth
bacteria (anaerobic and microaerophilic streptococci,
fusobacteria, gram-positive anaerobic nonspore-forming
rods), Bacteroides species (melaninogenicus, intermedius,
oralis, ureolyticus), Haemophilus influenzae, and
Streptococcus pneumoniae
• Rarely caused by Bacteroides fragilis (of uncertain validity
in published studies) or Eikenella corrodens
• High-risk groups: the elderly; alcoholics; IV drug users;
patients who are obtunded; stroke victims; and those with
esophageal disorders, seizures, poor dentition, or recent
dental manipulations.
Etiology
HAP- Aspiration Pneumonia
• Often occurs among elderly patients and others with
diminished gag reflex; those with nasogastric tubes,
intestinal obstruction, or ventilator support; and especially
those exposed to contaminated nebulizers or unsterile
suctioning.
• High-risk groups: seriously ill hospitalized patients (especially
patients with coma, acidosis, alcoholism, uremia, diabetes
mellitus, nasogastric intubation, or recent antimicrobial
therapy, who are frequently colonized with aerobic gram-
negative rods); patients undergoing anesthesia; those with
strokes, dementia, or swallowing disorders; the elderly; and
those receiving antacids or H2 blockers (but not sucralfate).
• Hypoxic patients receiving concentrated O2 have diminished
ciliary activity, encouraging aspiration.
Pemeriksaan
Laboratorium
• CBC: leukocytosis often present.
• Sputum Gram stain.
Imaging
• Chest x-ray often reveals bilateral, diffuse patchy infiltrates
and posterior segment upper lobes. Chemical pneumonitis
typically affects the most dependent regions of the lungs.
• Aspiration pneumonia of several days’ or longer duration
may reveal necrosis (especially community-acquired
anaerobic pneumonias) and even cavitation with air-fluid
levels, indicating lung abscess.
Soal No. 208
Ny. Imane, 45 tahun, telah menjalani terapi DM
selama 1 tahun. Saat dicek laboratorium GDP
normal namun GD2PP diatas normal. Apakah
terapi yang tepat pada pasien ini?
A. Glimepirid
B. Glibenclamid
C. Acarbose
D. Metformin
E. Meglitinid
Soal No. 208
• Pasien sudah menjalani terapi DM namun GD2PP masih
diatas normal.
• GD2PP merupakan gula darah setelah pasien makan
sehingga salah satu obat yang dapat menurunkan kadar
gula darah post prandial adalah obat yang bekerja dengan
menurunkan arbsorbsi glukosa yaitu acarbose.
• Metformin dan Sulfonilurea
– tidak dipilih karena kerjanya tidak hanya menurunkan gula
darah post prandial dan kemungkinan telah digunakan oleh
pasien pada soal tersebut.
• Meglitinid
– merupakan obat golongan Glinid yang bekerja dengan
menurunkan gula darah post prandial namun memiliki efek
samping hipoglikemia sehingga harus digunakan dengan lebih
hati-hati.
208. Diabetes Melitus
• Modifikasi Gaya hidup • Mulai
HbA1c
monoterapi oral
<7.5%
HbA1c ≥9%
dan obat lain 7%
dengan mekanisme
kerja yang berbeda
Tidak menyebabkan
Berat badan naik, edema,
Menambah hipoglikemia,
Thialozidi gagal jantung, risiko
Pioglitazone sensitivitas meningkatkan HDL,
nedione fraktur meningkat pada
terhadap insulin menurunkan trigliserida,
wanita menopause
menurunkan kejadian CVD
Efektivitas penurunan
Tidak menyebabkan
Penghambat HbA1C sedang, efek
Menghambat hipoglikemia, menurunkan
alfa Acarbose samping gastrointestinal,
absorpsi glukosa gula darah postprandial,
glukosidase penyesuaian dosis harus
menurunkan kejadian CVD
sering dilakukan
Kelas Obat Cara Kerja Keuntungan Kerugian
Angioedema, urtica,
Meningkatkan efek dermatologis lain
Penghamb Sitagliptin, vildagliptin, sekresi insulin, Tidak menyebabkan dimediasi imun,
at DPP-4 saxagliptin, linagliptin menghambat sekresi hipoglikemia, toleransi baik pankreatitis akut,
glukagon hospitalisasi akibat
gagal jantung
Infeksi urogenital,
Menghambat Tidak menyebabkan
Dapaglifozin, poliuria,
Penghamb penyerapan kembali hipoglikemia, BB turun, TD
canaglifozin, hipovolemi/hipotensi,
at SGLT-2 glukosa di tubulus turun, efektif untuk semua
empaglifozin pusing, LDL naik,
distal ginjal fase DM
kreatinin naik
Efek samping GI,
Liraglutide, exanatide, Meningkatkan Tidak menyebabkan
Agonis meningkatkan heart
albiglutide, sekresi insulin, hipoglikemia, menurunkan
reseptor rate, hiperplasia c-cell,
lixisenatide, menghambat sekresi GDPP, menurunkan
GLP-1 pankreatitis akut,
dulaglutide glukagon beberapa risiko CV
bentuk injeksi
Rapid acting (lispro,
aspart, glulisine)
Short acting (human
Menekan produksi Hipoglikemia, BB naik,
reguler) Respon universal, efektif
gluksoa hati, efek mitogenik?,
Intermediate acting menurunkan GD,
Insulin stimulasi sediaan injeksi, Tidak
(human NPH) menurunkan komplikasi
pemanfaatan nyaman, perlu
Basal insulin analogs mikrovaskuler
glukosa pelatihan pasien
(glagine, detemir,
degludec)
Premixed
Soal No. 209
Seorang pria, 23 tahun, batuk berdahak kental
warna kuning selama 2 minggu. Terdapat demam
ringan dan keringat malam. Pemeriksaan
selanjutnya adalah...
A. Foto toraks PA
B. Tes Mantoux
C. PCR TB
D. Pemeriksaan sputum ziehl neelsen
E. Kultur Lowenstein Jensen
Soal No. 209
Adanya batuk dengan dahak kental disertai demam dan keringat
malam menunjukkan bahwa pasien kemungkinan mengalami sakit
TB. Pada penegakkan diagnosis TB maka pemeriksaan awal yang
hendaknya dilakukan adalah pemeriksaan Tes cepat
molekuler/PCR TB.
Terduga TB
Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat
209. Tuberculosis
dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Neg
(- -) (+ +) Sensitive Indeterminate Resistance
(+ -)
Tidak bisa
dirujuk
Ulangi Foto Toraks
TB RR
TB Terkonfirmasi pemeriksaan (Mengikuti alur
Bakteriologis TCM yang sama
Foto Terapi
dengan alur
Toraks Antibiotika
pada hasil
Non OAT
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan
Pengobatan
mikrokopis BTA
pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan
TB Lini 1 negatif (- -) )
OAT Lini 1 dan Lini 2
Gambaran Tidak Mendukung TB;
Mendukung
TB
Bukan TB; Cari
kemungkinan penyebab
penyakit lain
Ada
Perbaikan
Tidak Ada
Perbaikan TB RR; TB Pre TB XDR
Algoritma TB
Klinis Klinis, ada
Nasional 2016
TB MDR XDR
faktor risiko
TB TB, dan atas
Terkonfirmasi Bukan TB; Cari pertimbangan
Klinis Lanjutkan Pengobatan
kemungkinan dokter Pengobatan TB RO
TB RO
penyebab dengan Paduan Baru
penyakit lain
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB
TB
Terkonfirmasi yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis
Klinis
maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan
gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai
Pengobatan indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)
TB Lini 1
Soal No. 210
Seorang pria, 26 tahun, datang dengan keluhan demam seperti
ditusuk sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri dada yang
memberat jika menarik napas atau berbaring. Nyeri dada
berkurang jika pasien membungkuk atau condong ke depan. Nyeri
dada tidak bertambah dengan aktivitas. Pasien tampak sakit
sedang, TD 120/70, HR 120x/menit, RR 24x/menit, T 38.2 C.
Pemeriksaan fisik didapatkan bunyi S1 dan S2 normal, friction rub
(+). Pemeriksaan lab didapatkan leukositosis. Pemeriksaan EKG
didapatkan sinus takikardia, depresi PR, dan ST elevasi di hampir
semua lead. Diagnosis yang tepat adalah…
• Sindroma koroner akut memiliki gejala berupa nyeri ada angina yang
dapat menjalar ke lengan kiri atau rahang. Nyeri pada SKA tidak
dipengaruhi oleh perubahan posisi.
• Endokarditis infektif ditandai dengan demam, adanya karditis dan
faktor risiko seperti riwayat cabut gigi atau penggunaan NAPZA suntik.
• Gagal jantung terdapat gejala seperti dyspnea, PND, orthopneu dan
kongesti pada ekstremitas, asites dan peninggian JVP
• Miokarditis akut gejala tidak khas seperti sesak, palpitasi dan aritmia
jantung.
210. Perikarditis
Definisi
Peradangan pada lapisan pericardium
jantung, disebabkan oleh infeksi bakteri,
jamur, atau virus. Dapat mengakibatkan
restriksi pompa jantung yang akan berakibat
terjadinya tamponade kordis.
210. Perikarditis
Diagnostic Criteria
• Chest pain: anterior chest, sudden onset, pleuritic; may
decrease in intensity when leans forward, may radiate to
one or both trapezius ridges
• Pericardial friction rub: most specific, heard best at LSB
• EKG changes: new widespread ST elevation or PR
depression
• Pericardial effusion: absence of does not exclude diagnosis
of pericarditis
• Supporting signs/symptoms:
Elevated ESR, CRP
Fever
leukocytosis
EKG
Electrocardiogram in acute pericarditis showing diffuse upsloping ST segment elevations seen best here in
leads II, III, aVF, and V2 to V6. There is also subtle PR segment deviation (positive in aVR, negative
in most other leads). ST segment elevation is due to a ventricular current of injury associated with epicardial
inflammation; similarly, the PR segment changes are due to an atrial current of injury which, in pericarditis,
typically displaces the PR segment upward in lead aVR and downward in most other leads.
Tatalaksana
• Tatalaksana Akut
– High-dose aspirin 650 to 1000 mg tid.
– Colchicine 0.5 to 0.6 mg bid should be used in combination with
aspirin/NSAIDs. Several randomized trials as well as a recent meta-
analysis colchicine is effective in both reducing symptoms and the
rates of recurrent pericarditis.
– Close observation of patients when there is suspicion for cardiac
tamponade, myopericarditis, or bacterial (purulent) pericarditis.
– Avoidance of anticoagulants riks of hemopericardium
• Tatalaksana Etiologi
– Bacterial pericarditis: systemic antibiotics and surgical drainage of
pericardium
– Collagen vascular disease: prednisone
– Uremia: dialysis
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal No. 211
Ny. Audrey, 75 tahun, datang dengan keluhan nyeri
pada dengkul kaki sejak 3 bulan. Semakin berat saat
beraktivitas, saat berjalan seperti pincang. Regio genu
dextra pergerakan terbatas. Dari hasil pemeriksaan di
dapatkan: celah sendi -, sklerosis +, osteofit +.
Diagnosis pasien tersebut adalah…
A. OA
B. RA
C. Ankylosing spondilitis
D. Gout arthritis
E. Disuse Atrophy
Soal No. 211
Pasien mengeluh nyeri pada dengkul yang semakin
memberat saat aktivitas menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri mekanik. Adanya gambaran celah sendi
menghilang, sclerosis (+) dan osteofit (+) mengarahkan
diagnosis ke arah OA.
A. Silikosis
B. Berilkosis
C. Siderosis
D. Asbestosis
E. Antrakosis
Analisis Soal
• Adanya gejala batuk berdahak, sesak dan mudah lelah dengan faktor risiko
pekerja tambang menunjukkan bahwa pasien mengalami pneumoconiosis.
• Pneumoconiosis merupakan peradangan kronik pada paru yang dapat
disebabkan oleh partikel-partikel debu yang terdapat pada daerah industry atau
pertambangan.
• Pada pasien ini, kemungkinan penyebabnya adalah partikel-partikel debu batu
bara yang disebut dengan antrakosis (coal worker’s pneumoconiosis), karena
pasien merupakan pekerja tambang batu bara.
• Definisi
gangguan permanen pd struktur paru diakibatkan inhalasi debu
mineral yg disertai reaksi jaringan paru terhadap debu tersebut.
215. Coal Worker Pneumoconiosis
(Antrakosis)
• Manifestasi Klinis
– First stage is called as simple pneumoconiosis which is
characterized by chronic cough, fever, expectoration and
dysponea on exertion, this is associated with little ventilatory
impairment.
– Second stage is called progressive massive fibrosis. It is
irreversible and continues even after cessation of the
exposure, prognosis is not good.
215. Coal Worker Pneumoconiosis
(Antrakosis)
• Diagnosis
– History of exposure.
– Lung function Test:
• varies from normal to obstructive or restrictive or
combination of both.
– Diffusion decreased.
– Dysponea on exertion.
– X-ray chest:
• small nodules, 1-10 mm in upper lung zones, ground
glass appearance of the lung.
215
Micronodule
Ground glass
appearance
215. Coal Worker Pneumoconiosis (Antrakosis)
Asbestos-Related Pleural Disease. Again, there are innumerable pleural plaques, seen both en face (white arrows) and in
profile (black arrows).
215. Silikosis
Silicosis with Progressive Massive Fibrosis. There are large conglomerate upper lobe "masses" (black
arrows). Multiple enlarged and calcified hilar lymph nodes are seen, many with rim-like or "egg-shell"
calcification (white arrows). There is scarring in both lower lobes (green arrows).
215. Berylliosis
Chest radiograph shows bilateral mediastinal and hilar lymph node enlargement, as well as
internal fixation of a right clavicular fracture
215. Siderosis
Chen, Q., Schlichtherle, M. and Wahlgren, M. (2000) Molecular Aspects of Severe Malaria. Clinical Microbiology Reviews 13, 439-450.
Chen, Q., Schlichtherle, M. and Wahlgren, M. (2000) Molecular Aspects of Severe Malaria. Clinical Microbiology Reviews 13, 439-450.
Cerebral Malaria
• Possible cause:
• Binding of
parasitized red cells
in cerebral capillaries
→ sekuestrasi →
severe malaria
• permeability of the
blood brain barrier
• Excessive induction
ofcytokines
http://www.microbiol.unimelb.edu.au
Malaria Berat
• Malaria berat ditemukannya Plasmodium falciparum
stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi
klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO,
2015):
– Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
– Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
– Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam 4. Distres
pernafasan
– Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik,
– tekanan sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg) 6. Jaundice
(bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
– Hemoglobinuria
– Perdarahan spontan abnormal
– Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
Penatalaksanaan Kasus Malaria. IDI – WHO. 2017.
Malaria Berat
• Gambaran laboratorium :
– Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
– Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
– Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr%
untuk endemis sedang-rendah), pada dewasa Hb<7gr%
atau hematokrit <15%)
– Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000
parasit /μL di daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit
atau 100.0000 parasit /μl di daerah endemis tinggi)
– Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
– Hemoglobinuria
– Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Penatalaksanaan Kasus Malaria. IDI – WHO. 2017.
Tata Laksana Malaria Berat
• Puskesmas/Faskes Primer Rujuk dengan
diberikan artesunat IM 2,4 mg/KgBB
• Rumah Sakit Artesunat IV 2,4 mg/KgBB
sebanyak 3x jam ke 0, 12, 24. Dilanjutkan 2,4
mg/KgBB setiap 24 jam sampai penderita
mampu minum obat.
• Ibu Hamil Artesunat IV atau Kina HCl IV
A. Troponin T
B. CK-MB
C. NT Pro BNP
D. Glukosa Darah Sewaktu
E. Ureum dan Kreatinin Darah
Analisis soal
• Adanya keluhan sesak napas yang memberat saat aktivitas dan istirahat
serta bengkak pada tungkai menunjukkan bahwa pasien kemungkinan
mengalami CHF.
• Pada CHF dapat dilakukan pemeriksaan NT pro BNP yang merupakan
substansi yang diproduksi oleh dinding ventrikel kiri terutama saat
ventrikel tersebut teregang.
• Pada gagal jantung dibutuhkan kerja jantung yang lebih agar dapat
memompa darah ke seluruh tubuh sehingga biasanya ventrikel akan
meregang dan kadar NT pro BNP akan meningkat.
A. laxative
B. probiotik
C. makanan berserat
D. obat spasmolitik
E. Loperamide
Analisis Soal
• Adanya keluhan diare yang yang dirasakan jika pasien
menghadapi ujian menunjukkan bahwa pasien mengalami
irritable bowel syndrome.
• Tatalaksana IBS disesuaikan dengan gejala yang dialami oleh
pasien. Jika pasien mengalami konstipasi maka akan diberikan
pencahar namun jika pasien mengalami diare maka akan
diberikan obat antidiare berupa loperamide.
A. Osteocalcin
B. N terminal cross-linking telopeptide (NTX)
C. Tetrate-resistant acid phosphatase (TRAP)
D. Pyridinoline
E. Deoxypiridinoline
Analisis Soal
• Adanya pasien geriatri yang mengalami nyeri
punggung sejak 3 bulan dengan gambaran
komperesi pada vertebral lumbal 2 menunjukkan
bahwa pasien mengalami osteoporosis.
• Pada osteoporosis maka serum marker dari bone
formation adalah osteocalcin.
Currently available serum markers of bone formation (osteoblast products) include the
following:
• Bone-specific alkaline phosphatase (BSAP)
• Osteocalcin (OC)
• Carboxyterminal propeptide of type I collagen (PICP)
• Aminoterminal propeptide of type I collagen (PINP)
Currently available urinary markers of bone resorption (osteoclast products) include the
following:
• Hydroxyproline
• Free and total pyridinolines (Pyd)
• Free and total deoxypyridinolines (Dpd)
• N-telopeptide of collagen cross-links (NTx) (also available as a serum marker)
• C-telopeptide of collagen cross-links (CTx) (also available as a serum marker)
• Tetrate-resistant acid phosphatase (TRAP)
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
Soal No. 221
Seorang laki-laki, 39 tahun, datang ke praktek dokter umum dengan
keluhan sesak disertai batuk pilek sejak 3 hari yang lalu. Pasien sejak kecil
sering mengalami batuk pilek yang berulang sehingga pasien harus di
rawat di RS. Ibu dan kakak kandung pasien sering mengalami hal serupa.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak kurus dengan status gizi
kurang, terdapat bantuan otot pernapasan aktif, hipersonor dan wheezing
di kedua lapang paru. Pada pemeriksaan tes keringat didapatkan kadar
natrium dan klorida keringat meningkat diatas 60 mmol/l. Apakah
diagnosis pasien tersebut?
A. Asma Bronkiale
B. Kistik Fibrosis
C. Bronkiektasis
D. TB Paru
E. PPOK
Analisis soal
• Adanya keluhan batuk pilek sejak kecil dan riawayat yang sama di
keluarga menunjukka bahwa pasien mengalami penyakit yang
diturunkan secara genetik. Adanya malnutrisi, wheezing dan hipersonor
serta pada tes keringat, kadar natrium dan klorida keringat yang
meningkat > 60 mmol/L menunjukkan bahwa pasien mengalami
penyakit kistik fibrosis.
• Kistik fibrosis merupakan penyakit genetik autosomal resesif yang
menyebabkan disfungsi dari kelenjar eksokrin. Abnormalitas dari
kelenjar eksokrin ini akan mengakibatkan obstruksi kelenjar dan ductus
dari berbagai organ.
Manifestasi Klinis
• Failure to thrive in children
• Increased anterior/posterior chest diameter
• Basilar crackles and hyperresonance to percussion
• Digital clubbing
• Chronic cough
• Abdominal distention
• Greasy, smelly feces
Pemeriksaan
• Pilocarpine iontophoresis (sweat chloride test)
diagnostic of CF if sweat chloride is >60
mmol/L on two separate tests on consecutive
days.
• DNA testing may be useful for confirming the
diagnosis and providing genetic information
for family members.
Soal No. 222
Seorang wanita 55 tahun, datang ke dokter praktek umum
dengan keluhan bengkak pada kaki kiri sejak 3 minggu
sebelumnya. Sudah berobat ke puskesmas namun tidak ada
perbaikan. Riwayat pengobatan limfoma. Pemeriksaan TTV
dbn. Pemeriksaan fisik seperti gambar dibawah. Stemmer
sign (+).
Chvostek sign
• Tap facial nerve
twitching of lip and
spasm of facial muscles
Soal No. 224
Wanita usia 65 tahun datang dengan keluhan kuning pada
mata dan kulit selama 3 hari. Keluhan tidak disertai demam
mual muntah dan sakit perut. Pasien memiliki kebiasaan
makan makanan berlemak dan memakai kontrasepsi. Pasien
menyangkal ada riwayat batu empedu. TTV dalam batas
normal. Pada PF didapatkan Courvoisier Sign Positif.
Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah…
• Pemeriksaan penunjang:
– Urinalisis: didapatkan pyuria (>5-10 leukosit/LPB, aatau
didapatkan esterase leukosit yang positif.
– Pemeriksaan radiologi umumnya tidak dibutuhkan untuk
menegakka diagnosis, kecuali pada gejala yang tidak khas, atau
pada pasien yang tidak respons terhadap terapi.
• Biconcave
fractures – collapse of
the central portion of
both vertebral body
endplates
• Crush fractures –
collapse of entire
vertebral body
Soal No. 227
Seorang perempuan usia 67 tahun datang ke praktik dokter
umum dengan keluhan bengkak pada lengan kanan sejak 3
bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat kemoterapi untuk
kanker payudara sejak setahun terakhir. Terdapat riwayat
infeksi pada lengan kanan yang bengkak. TTV dalam batas
normal. Pada status lokalis terdapat pitting edema,
gambaran hiperkeratotik. Apa diagnosis pasien?
A. Etambutol
B. INH
C. Streptomisin
D. Hidroklortiazid
E. Captopril
Soal No. 228
Obat TB yang dapat bersifat ototoksik dan
menyebabkan gangguan pendengaran adalah
streptomisin.
A. Sel goblet
B. Sel plumosit tipe 2
C. Sel alveolar
D. Sel makrofag alveolar
E. Sel pneumosit tipe 1
Soal No. 231
Sel yang menjadi pertahanan pertama pada paru-paru
terhadap benda asing adalah sel makrofag alveolar
atau disebut juga dengan sel debu.
A. Pneumocyitis Jeruvecii
B. Legionella longbeache
C. Kleibseilla pneumonia
D. Staphilococus pneumonia
E. Mycoplasma pneumonia
Soal No. 233
Pasien AIDS dengan keluhan batuk dan ronchi basah kasar serta
gambaran infiltrate diffuse pada hilus kiri dan kanan menunjukkan
bahwa pasien kemungkinan mengalami infeksi oportunistik berupa
Pneumocytis jiroveci.
Pneumocytis jiroveci merupakan penyakit yang disebabkan oleh
P.jiroveci yang biasa nya terjadi pada hampir 95% pasien HIV dengan
CD < 200/mm3.
• Legionella longbeache menyebabkan pneumonia atipikal dgn
gambaran rontgen konsolidasi perifer
• Kleibseilla pneumonia menyebabkan pneumonia atipikal yang
ditandai dengan infiltrate difus bilateral.
• Staphilococus pneumonia tidak ada
• Mycoplasma pneumonia penyebab pneumonia atipikal yang
ditandai dengan infiltrate difus bilateral serta cold agglutinin (+).
233. Koinfeksi TB-HIV
233. Koinfeksi TB-HIV
Soal No. 234
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke poliklinik
dengan keluhan peningkatan berat badan terutama di wajah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertensi, dengan wajah
bulat dan striae di perut. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hiperglikemia, kadar kortisol dan androgen
yang tinggi. Apakah hormon yang meningkat sehingga
menyebabkan hipertensi pada kasus ini yang paling tepat?
A. Kortisol
B. Aldosterone
C. Androgen
D. Thyroid
E. Estrogen
Soal No. 234
Pasien kemungkinan mengalami cushing syndrome karena
ditemukan adanya peningkatan BB, hipertensi, moon face
dan striae abdomen.
Cushing syndrome disebabkan oleh peningkatan kadar
kortisol yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah.
• Penyebab:
– Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
– ACTH ektopik (C/: ca paru)
– Tumor adrenokortikal
– Glukokorticod eksogen (obat)
Wondisford F E. A new medical therapy for Cushing disease? J Clin Invest. 2011)
TANDA DAN GEJALA
Tanda/gejala Frekuensi (%)
Obesitas batang tubuh 97
Muka bulan 89
Hipertensi 76
Atrofi kulit dan memar 75
Diabetes atau intoleransi glukosa 70
Disfungsi gonad 69
Kelemahan otot 68
Hirsutisme, jerawat 56
Gangguan mood 55
Osteoporosis 40
Edema 15
Polidipsi/poliuria 10
Infeksi jamur 8
(Boscaro M, Amaldi G. Approach to the Patient with Possible Cushing’s Syndrome.
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2009)
Soal No. 235
Pasien laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan
demam. Demam disertai dengan penurunan berat badan
dan batuk-batuk. Pada hasil pemeriksaan didapatkan TD
110/70, HR 96x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37,9C.
Pemeriksaan thorax inspeksi tidak ada ketertinggalan gerak,
auskultasi didapatkan ronkhi di apex paru kiri. Pasien belum
pernah berobat dan memperoleh pengobatan sebelumnya.
Regimen obat yang tepat diberikan pada pasien ini adalah…
A. 2HRZ/4HR
B. 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
C. 2(HRZE)/4(HR)3
D. 2(HRZE)S/4(HR)3
E. 2(HRZE)/6(HR)3
Soal No. 235
A. Syok hipovolemik
B. Syok neurogenik
C. Syok sepsis
D. Syok hemoragik
E. Syok obstruktif
Soal No. 236
• Adanya keluhan seperti penurunan kesadaran,hipotensi, demam
dan pada pemeriksaan lab didapatkan leukositosis menunjukkan
bahwa pasien mengalami infeksi berat akibat sepsis.
• Pasien sebenarnya belum dapat dikatakan syok sepsis karena
secara definisi syok sepsis adalah suatu keadaan dimana
dibutuhkan obat golongan vasopressor untuk mempertahankan
MAP > 65 mmHg, setelah pemberian resusitasi cairan yang
cukup.
• Pada soal tidak didapatkan pilihan sepsis saja sehingga jawaban
yang paling mendekati adalah syok sepsis.
• Imaging
– Chest x-ray
– Other radiographic and radioisotope procedures according to
suspected site of primary
infection.
Tatalaksana Sepsis
Soal No. 237
Seorang pria, 50 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada
sejak 1 jam yang lalu. Nyeri dirasakan menjalar dan hilang
timbul. Nyeri berkurang dengan istirahat. Dua tahun
sebelumnya pasien juga pernah mengalami keluhan yang
sama. Pasien merupakan pegawai BUMN dan jarang
berolahraga. Pasien tampak sakit sedang, TD 130/90 mmHg,
HR 110x/menit, RR 18x/menit. Bagaimana patogenesis dari
keluhan pasien tersebut?
A. EKG ulang
B. Profil lipid
C. Enzim jantung
D. Echocardiography
E. CT Scan
Soal No. 238
A. Allopurinol
B. Probenesid
C. Indometasin
D. Amoksisilin
E. Parasetamol
Soal No. 239
Pasien kemungkinan mengalami serangan gout akut yang
disebut dengan podagra.
Pada serangan gout akut maka obat yang dapat diberikan
untuk mengatasi nyeri pada pasien adalah indometasin yang
termasuk ke dalam golongan NSAIDS.
– leading eventually to
chronic gouty arthritis &
the appearance of tophi.
A. USG
B. Duplex vein ultrasound
C. Arteriografi
D. CT scan
E. MRI
Soal No. 240
• Pasien kemungkinan mengalami chronic limb
ischemia yang ditandai dengan adanya claudicatio
intermitten.
• Pada chronic limb ischemia, pemeriksaan yang paling
baik dilakukan adalah arteriografi untuk melihat
adanya sumbatan pada arteri.
• Doppler ultrasonographic are useful as primary
noninvasive studies to determine flow status.
• CT scan and MRI The utility of MRI is limited in the
emergency setting, often because of the location of
the device and the technical skill required to
interpret the highly detailed images
240. Pemeriksaan Peripheral Arterial
Disease
• The diagnosis of PAD can be confirmed by measuring
the ABI or Toe-Brachial Index.
• Duplex ultrasound (DUS) incorporates anatomic and
physiologic evaluation by combining 2D ultrasound to
visualize arterial segments and pulse wave Doppler to
sample blood flow velocities at specific locations in the
arterial lumen.
• Conventional contrast angiography remains the gold
standard modality,
– but duplex ultrasonography, computed tomography
angiography (CTA), and magnetic resonance angiography
(MRA) have largely replaced catheter-based angiography in
anatomic assessment for revascularization
www.optimaprep.co.id
OPTIMA MEDAN
Soal No. 241
Pasien laki-laki usia 30 tahun datang dengan keluhan saat ini
mengeluh cepat merasa lelah bila beraktivitas. Riwayat demam
rematik saat kecil. Pada PF terdengar bising diastolik nada rendah
di apex. Pada EKG didapatkan gambaran sebagai berikut
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
241. AV Block
Soal No. 242
Perempuan, 56 tahun keluhan nyeri pada kedua
tangan dan lutut sejak 1 minggu yg lalu. Dirasakan
terutama pada pagi hari dan semakin membengkak.
Pada pemeriksaan menunjukkan adanya sel epiteloid
nekrosis dan limfoid maupun plasma. Apa proses
mendasari penyakit ini?
A. Bone eburnation
B. Gumma
C. Pannus
D. Osteofit
E. Tophus
Soal No. 242
• Pasien kemungkinan mengalami rheumatoid atritis karena
ditemukan nyeri pada kedua tangan dan lutut yang membengkak.
• Adanya tanda-tanda inflamasi pada pemeriksaan seperti epiteloid
nekrosis dan limfoid menguatkan diagnosis ke arah rheumatoid
artritis.
• Pada RA proses inflamasi ini didasari oleh terbentuknya pannus
pada persendian akibat menumpuknya sel radang pada celah
sendi.
A. PJK
B. Hipertensi kronis
C. PPOK
D. Bronkitis kronis
E. Pneumonia
Soal No. 244
• Didapatkan
dilatasi arteri
pulmonal sentral
dan hipertrofi
ventrikel kanan.
(From Crawford MH et al
[eds]:Cardiology,ed 2, St Louis, 2004,
Mosby.
Soal No. 245
Pria usia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri dada
sejak 2 jam smrs. Nyeri pada dada kiri dirasa menjalar
hingga ke bagian bahu. Dari hasil EKG didapatkan
gambaran NSTEMI. Apakah nyeri dada yang dimaksud?
A. Central pain
B. Referred pain
C. Neurogenic pain
D. Phantom pain
E. Visceral pain
Soal No. 245
Pasien kemungkinan mengalami nyeri dada khas angina yan
menjalar hingga ke bahu.
Nyeri yang berasal dari organ visceral yang kemudian dirasakan
menjalar pada bagian tubuh lain berdasarkan persarafan
dermatom nya maka disebut dengan referred pain.
A. SA
B. Norepineprin
C. Adrenalin
D. Dopamin
E. Dobutamin
Soal No. 246
A. Thalasemia
B. Anemia Defisiensi G-6PD
C. Sferositosis
D. Anemia megaloblastik
E. AIHA
Soal No. 247
• Pasien kemungkinan mengalami anemia hemolitik autoimun
(AIHA) karena ditemukan adanya konjungtiva anemis, sklera
ikterik dan organomegali.
• Pada pemeriksaan lab didapatkan gambaran anemia
normositik. Adanya coomb test (+) semakin mengarahkan
kecurigaan ke arah AIHA.
A. GERD
B. Gastritits
C. Kolesistitis
D. Kolitis
E. Pankreatitis
Soal No. 248
Pasien kemungkinan mengalami GERD karena
ditemukan adanya rasa terbakar pada dada dan
sendawa yang berulang.
Adanya nyeri tekan epigastric (+) dan hiperemis
sepanjang esophagus semakin mengkonfirmasi adanya
GERD pada pasien ini.
A. Kolitis ulseratif
B. Kolitis pseudomembran
C. Chron disease
D. Karsinoma kolorektal
E. Diare kronis ec HIV
Soal No. 250
Pasien kemungkinan mengalami IBD yang disebabkan oleh
chron disease karena ditemukan adanya BAB berdarah
dengan BB turun, demam, nyeri perut, serta pada
pemeriksaan kolonoskopi didapatkan gambaran cobble stone
dan skip lesion.
• Kolitis ulseratif
– Gejala utama kolitis ulseratif adalah
diare dengan/tanpa darah.
– Gejala lainnya meliputi tenesmus,
urgency, nyeri rektal, pasase mukus
tanpa diare.
– Nyeri tekan biasanya terdapat di kiri
bawah.
– Lokasi lesi bervariasi dari
proctosigmoiditis, lef-sided disease
sampe proksimal kolon desenden,
hingga universal colitis.
• Crohn disease
– Lesi bisa di area saluran cerna manapun.
– Gejala diare, nyeri abdomen biasanya di
kanan bawah, memberat setelah makan,
– Nyeri tekan, massa akibat inflamasi di
kanan bawah
A. Stress test
B. Ekokardiografi
C. Ronsen Thorax
D. Pemeriksaan CK-MB
E. Elektrolit
Soal No. 251
A. Kalsium ion
B. Kalsium serum
C. Kalsitonin
D. Procalsitonin
E. Thyroglobulin
Soal No. 254
A. Leukemia
B. Anemia Megaloblastik
C. Multupel mieoloma
D. Limfoma Burkitt
E. Limfoma Non Burkitt
Soal No. 255
• Pasien kemungkinan mengalami leukemia karena adanya
benjolan pada leher, BB turun, mimisan, dan mudah
terkena infeksi.
• Adanya gambaran pansitopenia dan peningkatan
limfoblast menunjukkan bahwa pasien mengalami
leukemia.
A normal anion gap (6-12 mEq/L) may indicate the following : – Propylene glycol
– Normal variant
Soal No. 257
Seorang perempuan, 58 tahun, dibawa ke UGD RS karena
penurunan kesadaran. Pasien demam dan mual sehari
sebelumnya. Tidak mereda walaupun sudah minum obat demam.
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus tidak terkontrol.
Pemeriksaan fisik TD.100/70 mmHg, nadi 120x/mnt, frekuensi
napas 24x/mnit, temperatur axilla 40 derajat celcius. Pada
pemeriksaan laboratorium lekosit 16.000m3. Hitung jenis
0/0/17/55/22/6.Apakah pemeriksaan penunjang untuk
tatalaksana antibiotik definitif yang tepat?
• Imaging
– Chest x-ray
– Other radiographic and radioisotope procedures according to
suspected site of primary
infection.
Tatalaksana Sepsis
Soal No. 258
Wanita usia 54 tahun datang ke RS dengan keluhan tidak
sadarkan diri. Dua hari sebelumnya pasien mengeluhkan muntah
dan nyeri perut. Pasien memiliki riwayat DM sejak 5 tahun yang
lalu. Pada pemeriksaan didapatkan tensi 120/80 mmHg, HR
100x/menit, RR 40x/menit, nafas cepat dan dalam, suhu 38,2.
Pemeriksaan gula darah 520 mg/dL. Pada analisis gas darah
didapakan pH 7,1 pCO2 16,8 pO2 107,2 BE -21,8 HCO3 5,3 dan
saturasi 94.5%. Target penurunan gula darah setelah 1 jam
diterapi adalah...
A. 10-30
B. 30-50
C. 50-70
D. 70-100
E. 100-120
Soal No. 258
• Pasien ini kemunginan mengalami KAD atas dasar
adanya penurunan kesadaran dan riwayat DM.
• Adanya pernapasan kussmaul serta
ditemukannya demam, GDS > 250 mg/dL dan
asidosis metabolik semakin menguatkan
diagnosis ke arah ketoasidosis diabetikum.
• Pada KAD tatalaksana pertama adalah rehidrasi
cairan yang kemudian dilanjutkan dengan
pemberian insulin.
• Target penurunan gula darah setelah terapi
insulin adalah sebesar 50-70 mg/dL.
258. Ketoasidosis Diabetik
• Pencetus KAD:
– Insulin tidak
adekuat
– Infeksi
– Infark
• Diagnosis KAD:
– Kadar glukosa 250
mg/dL
– pH <7,35
– HCO3 rendah
– Anion gap tinggi
– Keton serum (+)
Harrison’s principles of internal medicine
Soal No. 259
Wanita, 80 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada
paha kiri setelah terjatuh di kamar mandi. Nyeri
dirasakan bertambah ketika kaki digerakkan. Pada
pemeriksaan radiologi tampak fraktur kepala femur
dan kompresi vertebrae. Kemungkinan penyebab
adalah…
A. Osteopetrosis
B. Osteoporosis
C. Osteopenia
D. Osteogenesis imperfecta
E. Osteogenesis imperfect
Soal No. 259
Pasien geriatric mengalami fraktur pada kepala femur dan
kompresi vertebra kemungkinan disebabkan oleh turunnya
densitas tulang akibat proses osteoporosis.
Pada osteoporosis terdapat penurunan kerja dari osteoblast
dan peningkatan kerja osteoklas.
• Biconcave
fractures – collapse of
the central portion of
both vertebral body
endplates
• Crush fractures –
collapse of entire
vertebral body
Soal No. 260
Seorang pasien datang dengan keluhan ada nyeri
dirasakan di lutut. Selain itu urin tampak kemerahan.
Tampak lesi eritem di beberapa tempat di tubuh. Dari
anamnesis diketahui bahwa terdapat riwayat demam
dan radang tenggorokan beberapa minggu lalu
sebelum timbul gejala. Yang sebaiknya dicek di
laboratorium untuk menunjang diagnosis adalah…
A. ASTO
B. ANA
C. Darah rutin
D. ds-DNA
E. CCP
Soal No. 260
A. X-ray thorak
B. EKG
C. DPL
D. Spirometri
E. Sputum BTA
Soal No. 261
• Pasien kemungkinan mengalami asma karena adanya
sesak yang diperberat oleh udara dingin.
• Pada asma kondisi stabil dapat dilakukan
pemeriksaan spirometry untuk menilai derajat
obstruksi nya.
• X-ray thorak untuk menyingkirkan sebab sesak
kardiogenik
• EKG menyingkirkan sesak kardiogenik
• DPL jika pasien curiga sesak akibat proses
metabolic atau infeksi
• Sputum BTA jika curiga TB
261. ASMA
• inflamasi kronik pada saluran nafas yang
berhubungan dengan hiperreaktifitas saluran
respirasi & keterbatasan aliran udara akibat
adanya penyempitan bronchus yang bersifat
reversibel.
• Gejala klinis
– kondisi stabil (steady-state) keluhan batuk malam
hari dan sesak nafas saat olahraga
– saat serangan asma (asthma-attack exacerbation)
sesak berat dan ditandai dengan suara nafas mengi. P
Asma
• Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik,
gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang berkaitan dengan cuaca.
A. Omeprazole
B. Sukralfat
C. Ranitidin
D. Cimetidin
E. Somatostatin
Soal No. 262
Both
• most common symptom: diffuse epigastric pain
• may be pain free
• may be associated with dyspeptic symptoms
• can lead to bleeding, perforation, or obstruction
TATALAKSANA
• Medikamentosa:
ANTACID H2R Antagonis PPI SITOPROTEKTIF
https://www.slideshare.net/yusrendra/syok-kardiogenik-78768875
264
Seorang pasien perempuan usia 36 tahun datang
mengeluhkan nyeri pada sendi. nyeri terutama pada
lutut dan siku. pasien juga mengeluhkan ruam
kemerahan pada wajah bentuk kupu-kupu serta sangat
sensitif terhadap sinar matahari.
Pemeriksaan penunjang awal yang dilakukan pada
kasus di atas adalah…
A. Darah rutin
B. IgM spesifik
C. ANA test
D. Anti ds DNA
E. Rheumatoid factor
Analisis soal
• Keluhan pasien mengarah pada penyakit systemic
lupus erythematosus (SLE), yang memang lebih
sering ditemui pada pasien wanita.
• Pemeriksaan penunjang pada SLE yang terdapat
di pilihan jawaban adalah ANA dan anti ds-DNA
• Dari kedua pemeriksaan tersebut, yang diperiksa
lebih dahulu adalah ANA yang memiliki
sensitivitas tinggi.
– Jika ANA positif, dapat dilanjutkan dengan
pemeriksaan anti ds-DNA yang lebih spesifik untuk
menegakkan diagnosis.
SLE
• Merupakan penyakit inflamasi
autoimun kronis peradangan pada
kulit, sendi, ginjal, paru-paru, sistem
saraf dan organ tubuh lainnya
• Kebanyakan mengenai
– wanita : pria 9-14:1
– usia reproduksi, 20 sampai 30 tahun
– kelompok kulit hitam dan Asia.
• Predisposisi yang ada pemicu
kacaunya sistem toleransi imunologis
sehingga respon imun melawan
antigen diri sendiri.
– Faktor genetik
– imunologik
– hormonal serta
– Lingkungan
265
Pria 24 thn demam. Demam lebih cenderung
meningkat di sore hari. Pasien juga mengeluh
mual, dan nyeri perut. Diare. Pf suhu 38.5 C, lidah
kotor. Diagnosis yang tepat adalah…
A.Demam cikungunya
B.Demam tifoid
C. Demam dengue
D.Demam malaria
E. Hepatitis
Analisis soal
• Keluhan demam yang cenderung lebih tinggi
di sore hari disertai gejala-gejala
gastrointestinal seperti mual, nyeri perut dan
diare mengarah pada demam tifoid.
• Temuan lidah kotor/coated tongue juga
mendukung diagnosis tersebut.
Demam Typhoid
• Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhi atau Salmonella partatyphii
• Gejala dan tanda klinis
– demam naik secara bertangga terutama pada sore dan malam
hari
– sakit kepala
– nyeri otot
– anoreksia, mual, muntah
– obstipasi atau diare, kesadaran berkabut,
– bradikardia relatif
– lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah,
serta tremor),
– hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen,
– roseolae (jarang pada orang Indonesia).
Pilihan Antibiotik Untuk Demam Tifoid
(WHO 2011)
266.
Seorang pasien laki-laki 25 tahun datang dengan keluhan
demam tinggi selama 5 hari terus menerus, namun
demam turun dengan minum obat. Ptekie +, mual,
muntah. Pemeriksaan fisik TD 100/80 nadi 80 RR 20
hepatomegali +. Pemeriksaan lab belum dilakukan.
Pemeriksaan penunjang apa yang sebaiknya dilakukan...
A. IgM/IgG anti dengue
B. NS1
C. darah rutin
D. urin rutin
E. tubex test
Analisis soal
• Keluhan demam tinggi disertai mual, muntah, dan
ditemukan ptekhiae merupakan gejala suspek demam
dengue.
• Belum ada pemeriksaan lab yang dilakukan, maka
yang pertama-tama perlu diperiksa adalah darah rutin
untuk menilai ada/tidaknya hemokonsentrasi,
– sehingga dapat menentukan kasus dengue fever saja atau
dengue hemorrhagic fever yang memiliki tatalaksana
berbeda.
• Selain itu, kriteria diagnosis DF dan DHF menurut WHO
tidak membutuhkan pemeriksaan serologi.
Demam Berdarah Dengue
• Definisi : Penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi
kriteria WHO untuk DBD
• dicurigai apabila ditemukan demam tinggi (40°C)
diikuti 2 dari gejala berikut:
– nyeri kepala,
– nyeri dibelakang mata,
– nyeri otot dan sendi,
– mual, muntah, atau timbul bintik merah.
• Gejala ini muncul selama 2-7 hari setelah 4-10 hari dari
pertama gigitan nyamuk yang terinfeksi.
INFEKSI DENGUE
INFEKSI DENGUE
Shock
Bleeding
Infeksi Dengue
• NS1:
– antigen nonstructural untuk replikasi virus yang dapat dideteksi sejak
hari pertama demam.
– Puncak deteksi NS1: hari ke 2-3 (sensitivitas 75%) & mulai tidak
terdeteksi hari ke 5-6.
• Tirotoksikosis:
manifestasi
peningkatan
hormon tiroid
dalam sirkulasi.
• Hipertiroidisme:
tirotoksikosis
yang disebabkan
oleh kelenjar
tiroid hiperaktif.
• Deficiency of thyroid
hormone.
• Autoimmune thyroid
disease (Hashimoto
disease) is the most
common cause of
hypothyroidism.
• Myxedema coma:
hipotermia,
hipotensi,
hipoventilasi,
↓kesadaran
Hipotiroid
Etiologi
• Primer (90%; ↓free T4, ↑ TSH)
– Goiter/struma
• Hashimoto’s thyroiditis
– Penyebab hipotiroid terbanyak
– Kerusakan akibat Autoimmun dengan gambaranpatchy lymphocytic
infiltration
– antithyroid peroxidase (anti-TPO)(+)& antithyroglobulin (anti-Tg) Abs (+),
pd 90% kasus
• Penyembuhan pasca thyroiditis, defisiensi iodin, Li, amiodarone
– Nongoiter:
• destruksi post op, pasca pemberian radioactive iodine
• Sekunder/sentral (↓free T4, ↓/normalatausedikit naik
TSH):
– kerusakan hipotalamus atau hipofisis
Goiter Endemik
• Goiter: pembesaran kelenjar tiroid
• Endemik: terjadi pada > 10% populasi.
• Biasanya dikaitkan dengan defisiensi yodium (95%) atau efek zat
goitrogenik dalam makanan.
• Pembesaran kelenjar tiroid dengan teknik inspeksi & palpasi:
Tatalaksana
• Pemberian yodium pada individu dengan defisiensi yodium.
• Terapi pembedahan diperlukan untuk ukuran gondok yang besar dengan
tirnbul gejala akibat penekanan kelenjar tiroid pada organ dibelakangnya
atau/dengan nodul tiroid otonom.
Pencegahan
• Pemberian garam beryodium atau minyak beryodium
270
Seorang laki-laki 45 th mengeluhkan nyeri BAB
terdapat lendir, berdarah keluhan dirasakan sejak 3
bulan. BB turun 5 kg. Pemeriksaan kolonoskopi
didapat mukosa hiperemis dan ulkus multiple.
Diagnosis pasien ini adalah....
A. Kolitis ulseratif
B. Karsinoma Kolorektal
C. Iritable Bowel Syndrom
D. IBD
E. Disentri amoeba
Analisis soal
• BAB disertai lendir dan darah sejak 3 bulan
disertai penurunan berat badan menunjukkan
kemungkinan keganasan, sehingga karsinoma
kolorektal merupakan jawaban yang tepat.
• Gambaran mukosa hiperemis dan ulkus dapat
ditemukan pada karsinoma kolorektal.
• Keluhan tersebut juga dapat dijumpai pada
inflammatory bowel disease (Crohn’s disease
dan kolitis ulseratif) namun diagnosis keganasan
harus disingkirkan terlebih dahulu.
Colon Carcinoma
Awal sering asimtomatik
Sign Symtoms
Anemia defisiensi besi
Letak kiri obstruksi >>, kanan < • Koilonychias
• Glossitis
• Cheilitis
GINA 2017
Kriteria Diagnosis Asma (GINA 2017)
Karakteristik Kriteria
Riwayat gejala respirasi variatif • Umumnya terdapat > 1 gejala respirasi
Wheezing, napas pendek, dada • Gejala bervariasi dari segi waktu dan intensitas
terasa sesak dan batuk • Gejala lebih berat saat malam hari/bangun tidur
• Dicetuskan oleh aktivitas fisik, tertawa, alergen, udara
dingin
• Timbul/semakin parah dengan infeksi virus
Positive bronchodilator reversibility test Dewasa: peningkatan FEV1>12% dan >200 mL baseline dalam 10-
(lebih mungkin positif jika sebelumnya 15 menitGINA
pemberian
2017
albuterol 200-400 mcg/ekuivalennya
terapi dihentikan: SABA stop ≥ 4 jam, LABA Anak: peningkatan FEV1 >12% nilai prediksi
≥ 15 jam)
Variabilitas eksesif dalam pengukuran peak Dewasa: rerata variabilitas diurnal PEF > 10% Anak:
expiratory flow 2x sehari selama 2 minggu rerata variabilitas diurnal PEF > 13%
Kriteria Diagnosis Asma (GINA 2017) (cont)
Karakteristik Kriteria
Positive exercise challenge test • Dewasa: FEV1 turun >10% dan >200 mL baseline
• Anak: FEEV1 turun >12% prediksi atau PEF >15%
Positive bronchial challenge test Penurunan FEV1 ≥ 20% dengan pemberian dosis standar
(umumnya pada dewasa) metacholine atau histamin, atau FEV1 turun ≥ 15% dengan
hiperventilasi standar, uji salin hipertonik atau manitol
Variabilitas eksesif antar kunjungan Dewasa: variasi FEV1 >12% dan >200 mL pada setiap
rawat jalan (less reliable) kunjungan, di luar kasus infeksi respirasi
Anak: variasi FEV1 >12% atau PEF >15% (dapat termasuk
kasus infeksi respirasi)
GINA 2017
Klasifikasi Serangan Asma (PDPI 2004)
Gejala dan tanda Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa
Cara berbicara Kalimat, mungkin Beberapa kata, Kata demi kata, Mengamuk, gelisah,
gelisah gelisah gelisah kesadaran menurun
Kelelahan otot,
Otot bantu nafas
Tidak ada Ada Ada torakoabdominal
dan retraksi
paradoksal
Terduga TB
Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat
dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Neg
(- -) (+ +) Sensitive Indeterminate Resistance
(+ -)
Tidak bisa
dirujuk
Ulangi Foto Toraks
TB RR
TB Terkonfirmasi pemeriksaan (Mengikuti alur
Bakteriologis TCM yang sama
Foto Terapi
dengan alur
Toraks Antibiotika
pada hasil
Non OAT
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan
Pengobatan
mikrokopis BTA
pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan
TB Lini 1 negatif (- -) )
OAT Lini 1 dan Lini 2
Gambaran Tidak Mendukung TB;
Mendukung
TB
Bukan TB; Cari
kemungkinan penyebab
penyakit lain
Ada
Perbaikan
Tidak Ada
Perbaikan TB RR; TB Pre TB XDR
Algoritma TB
Klinis Klinis, ada
Nasional 2016
TB MDR XDR
faktor risiko
TB TB, dan atas
Terkonfirmasi Bukan TB; Cari pertimbangan
Klinis Lanjutkan Pengobatan
kemungkinan dokter Pengobatan TB RO
TB RO
penyebab dengan Paduan Baru
penyakit lain
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB
TB
Terkonfirmasi yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis
Klinis
maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan
gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai
Pengobatan indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)
TB Lini 1
275
Laki-laki usia 38 tahun mengeluhkan batuk sejak 3 minggu
yang lalu. Pasien mengatakan ia juga mengalami penurunan
berat badan sebanyak 2 kg dalam waktu 1 bulan. Pada
pemeriksaan sputum BTA didapatkan hasil +/-/-. Kemudian
pasien diobati dengan Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol. Obat yang digunakan untuk mengurangi efek
samping neurologis dari pengobatan di atas?
A. Asam folat
B. Pyridoxine
C. Cyanocobalamin
D. Niasin
E. Asam amino
Analisis soal
• Pasien pada kasus mendapatkan terapi OAT
yang berisi isoniazid, rifampisin, pirazinamid,
etambutol.
• Efek samping dari isoniazid adalah neuropati
perifer.
• Untuk mengatasi efek samping tersebut, dapat
diberikan piridoksin (vit. B6)
Efek samping OAT
Efek samping OAT
Minor Kemungkinan Penyebab Tata Laksana
Tidak nafsu makan, mual, Rifampisin OAT diminum malam
sakit perut sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Aspirin/allopurinol
Kesemutan s.d. rasa INH Vit B6 1 x 100 mg/hari
terbakar di kaki
Urine kemerahan Rifampisin Beri penjelasan
276
Seorang perempuan, 30 tahun, datang ke IGD dengan keluhan berdebar-
debar. Keluhan nyeri dada dan sesak disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan
TD 110/80, Nadi 120 x/menit, RR 20 x/menit, T 36,7 C. Hasil pemeriksaan
EKG didapatkan:
Diagnosisnya adalah...
A. Atrial fibrilasi
B. Atrial flutter
C. Ventrikel takikardi
D. Ventikel fibrilasi
E. Supraventrikular takikardi
Analisis soal
• Keluhan berdebar-debar dengan HR 120x/menit.
• Pada EKG didapatkan QRS sempit, regular, gelombang
p sulit diidentifikasi (P on T) supraventrikuler
takikardia.
• Atrial fibrilasi QRS sempit, ireguler
• Atrial flutter QRS sempit, regular, ada beberapa
gelombang P sehingga menyerupai gigi gergaji
• Ventrikel takikardi QRS lebar
• Ventrikel fibrilasi cardiac arrest, QRS lebar,
bergelombang, tidak teratur
Atrial Flutter
Atrial Fibrilasi
Takikardi Supraventrikular
Takikardi Ventrikel
Fibrilasi Ventrikel
277
Pasien usia 30 tahun datang kesadaran compos mentis dengan keluhan berdebar –
debar sejak 1 jam yang lalu. HR 150 kali/menit, RR 20kali/menit, TD 130/80 mmHg, T
36.5’C tidak ada keluhan sesak dan nyeri dada. Gambaran EKG sebagai berikut
– leading eventually to
chronic gouty arthritis &
the appearance of tophi.
PJK
ACS (Acute Coronary Syndrom)
• Angina pektoris (-) stabil
• STEMI
• NSTEMI
Stable angina pectoris
• Terjadi saat aktivitas
• Hilang dengan istirahat atau dengan
pemberian nitrat sublingual
• Lama sekitar 5-10 menit
• Nyeri dada yang menjalar ke lengan, bahu,
punggung dan rahang
Unstable angina pectoris
Bila terdapat minimal 1 keadaan dari 3:
– Terjadi saat istirahat (dengan aktivitas minimal) selama >
10 menit dan < 30 menit
– Baru terjadi (new onset) dalam 1 bulan
– Nyerinya cresendo (semakin berat dan lama)
* Tidak disertai dengan peningkatan enzim jantung
NSTEMI & STEMI
Non-STEMI (NSTEMI, Subendocardial Myocard Infark)
– Myocardial nekrosis tanpa ST segmen elevasi atau Q wave
abnormal
– Ada peningkatan dari enzim jantung
STEMI (Transmural Myocard Infark)
– Nekrosis myocard dengan ST segmen elevasi
– Tidak hilang dengan istirahat dan pemberian nitrat
sublingual
– Lama > 30 menit
– Infark mengenai seluruh dinding ventrikel
– Ada peningkatan dari enzim jantung
280
Perempuan usia 53 tahun riwayat penyakit DM dan
hipertensi tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/100, RR 20x/m, S
36,6, N 90x/menit. Pada pemeriksaan urinalisis
didaparkan mikroalbuminuria. Tatalaksana obat
hipertensi pada pasien tersebut adalah…
A. Diuretik
B. ARB
C. ACE-I
D. CCB
E. B Blocker
Analisis soal
• Pasien penderita hipertensi dan DM dengan
tekanan darah belum terkontrol dan didapatkan
mikroalbuminuria pada urinalisis, menunjukkan
suatu nefropati diabetik.
• Obat antihipertensi yang tepat pada kondisi
tersebut adalah ACE-inhibitor dan ARB yang
dapat memperbaiki proteinuria.
• Dipilih ACE-inhibitor karena umumnya ARB
diberikan jika terdapat intoleransi terhadap ACE-
inhibitor.
Hipertensi
• Definisi
– Tekanan darah ≥140 mmHg sistolik dan/atau ≥90
mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang
makan obat antihipertensi
• White Coat HT
Rata2 TD diluar ruang praktek < 135/85, sdg di dalam
ruang praktek naik > 140/90
JNC VIII
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
281
Ny. M, 32 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri ulu
hati seperti terbakar sejak 1 bulan terakhir. Pasien juga
mengeluhkan adanya keluhan mual tapi tidak sampai muntah.
Akhir-akhir ini pasien mengaku sering merasa asam dan pahit
pada tenggorokan. TD 120/70, HR 80x/menit, RR 18x/menit,
suhu 36,8oC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan
pada epigastrium. Apa diagnosis pasien yang paling mungkin?
A. Dispepsia fungsional
B. Gastritis
C. Ulkus Gaster
D. GERD
E. Ulkus duodenum
Analisis soal
• Keluhan nyeri ulu hati dan mual merupakan
gejala dyspepsia, namun juga merupakan
atypical symptoms pada GERD.
• Keluhan rasa asam dan pahit pada
tenggorokan mengarah pada adanya refluks
dari isi lambung ke esophagus.
• Sehingga, diagnosis yang tepat adalah GERD.
GERD
• Definition:
– Suatu gangguan di mana isi lambung mengalami
refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang
menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi
yang mengganggu.
• Symptoms:
– Heartburn; midline retrosternal burning sensation
that radiates to the throat, occasionally to the
intrascapular region.
– Others: regurgitation, dysphagia, regurgitation of
excessive saliva.
GI-Liver secrets
GERD
Clinical Presentation of GERD
Typikal
Ektraesofageal
• Heartburn
• Regurgitation • Laryngitis
• Asthma
Atypikal • Sinusitis
• Chest pain • Chronic cough
• Nausea • Aspiration pneumonia
• Vomiting • Dental erosion
• Bloating • Bronchospasm
• Dyspepsia • Sore throat
• Epigastric pain
• Penyebab:
– Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
– ACTH ektopik (C/: ca paru)
– Tumor adrenokortikal
– Glukokorticod eksogen (obat)
2. INCS + INAH or an INCS INCS + INAH vs INCS 2. INCS + INAH or an INCS alone
alone
3. INCS + INAH rather than an INCS + INAH vs INAH -
INAH alone
4. LTRA or OAH LTRA vs OAH 4. OAH rather than a LTRA
5. INCS rather than INAH INAH vs INCS 5. INCS rather than INAH
6. either an INAH or OAH INAH vs OAH 6. Either INAH or OAH
Intranasal corticosteroid (INCS)
Oral H1-antihistamine (OAH)
Intranasal H1-antihistamine (INAH)
Leukotriene receptor antagonist (LTRA)
No. 288
Seorang laki-laki, 51 tahun, datang dengan keluhan sesak
nafas sejak 1 minggu yang lalu, sesak memberat sejak 1 bulan
yang lalu, terdapat riwayat suara serak sejak 3 bulan yang lalu,
pasien merupakan buruh bangunan dan perokok berat. Pada
pemeriksaan didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
96x/m, respirasi 28x/m, suhu 37,2. Pada pemeriksaan
laringoskop indirect ditemukan massa berbenjol-benjol di pita
suara yang meluas hingga muara esofagus. Diagnosis yang
sesuai untuk pasien tersebut adalah…
A. Laringitis akut
B. Laringitis kronik
C. Laringitis difteri
D. Karsinoma nasofaring
E. Karsinoma laring
Pembahasan Soal
• Pasien dengan riwayat sesak napas yang memberat
didahului suara serak dan perokok berat,
diperkirakan massa laring, dari laringoskopi
didapatkan massa berbenjol-benjol sesuai dengan
karsinoma laring
• Laringitis akut dan kronik tidak dipilih karena tidak
menyebabkan sesak napas
• Laringitis difteri tidak dipilih karena tidak ada
pseudomembran
• Pada karsinoma nasofaring massa tidak terlihat di
pita suara
288. Karsinoma Laring
• Tumor ganas pada laring.
• Faktor risiko: merokok (utama), konsumsi alkohol, laki-laki, infeksi HPV, usia,
diet rendah sayur, pajanan thd cat, radiasi, asbestos, diesel, refluks
gastroesofageal.
• Gejala:
• Suara serak
• Dispnea dan stridor
• Disfagia
• Batuk, hemoptisis
• Gejala lain: nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk, mudah lelah, penurunan berat
badan
• Pembesaran KGB
• Nyeri tekan laring
• Pemeriksaan fisik dengan laringoskopi: tampak massa ireguler pada pita suara.
• Pemeriksaan penunjang:
• Biopsi
• CT scan/MRI untuk mengetahui perluasan massa
Karsinoma Laring: Stadium TNM
Penyakit Laring Lainnya
Papilloma
Laringitis
No. 289
• Seorang anak usia 8 tahun dibawa ke dokter dengan
keluhan keluar cairan dari kedua telinga. Pasien sering
dikorek kupingnya dan senang berenang. Pasien
mengeluh nyeri pada saat membuka mulut dan
mengunyah. Pada pemeriksaan otoskopi ditemukan
sekret pada liang telinga yang hiperemis, membrana
timpani dalam batas normal. Bagaimana mekanisme
terjadinya pada penyakit diatas?
A. Infeksi pada liang telinga karena trauma
B. Infeksi pada folikel rambut di liang telinga
C. Maserasi akibat berenang
D. Trauma akibat korekan kuping
E. Oklusi tuba eustachius
Pembahasan Soal
• Pasien ini mengalami otitis eksterna difusa karena
terdapat nyeri pada telinga saat mengunyah, liang
telinga merah dan MT dalam batas normal
• Pada otitis eksterna difusa, dapat keluar secret.
• Mekaniseme yang terjadi adalah Air yang masuk ke
telinga saat berenang menyebabkan lembab dan
maserasi sehingga mudah terinfeksi. Terkait faktor
risiko tersebut, otitis eksterna difus disebut juga
dengan swimmer’s ear.
• Jawaban: C. maserasi akibat berenang
289. Otitis Externa
Tanda OE:
Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang atau tragus ditekan.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
290
Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke klinik dengan
keluhan nyeri telinga sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan ini
disertai nyeri kepala, demam dan keluar cairan. Riwayat
konsumsi obat antibiotik sejak 1 bulan yang lalu. Pemeriksaan
fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, suhu 35,5, RR
20x/mnt. Pada pemeriksaan otoskop terlihat membran
timpani tampak perforasi atik, keluar cairan. Indikasi rujuk
adalah…
A. Timpanoplasti
B. Mastoidektomi
C. Kultur pus
D. Pemberian antibiotik
E. Miringoplasti
Analisis soal: Otitis Media
Supuratif Kronis
• Berdasarkan pemaparan kasus (otalgia selama 6 bln, demam
dan keluar cairan), diagnosis pasien mengarah ke OMSK.
• OMSK pasien kmngknan OMSK maligna karena didapatkan
perforasi atik
• Pada soal sudah dilakukan pemberian antibiotik sejak 1
bulan, namun masih keluar cairantidak responsif
terhadap antibiotik sehingga perlu dirujuk untuk rencana
tindakan surgikal.
• Diperlukan eksplorasi mastoid (mastoidektomi) untuk eradikasi
jaringan granulasi, dilanjutkan dengan rekonstruksi melalui
timpanoplasti
• Kultur pus biasanya dilakukan pada otitis eksterna yang
gagal dengan medikamentosa
• Miringoplastidilalukan pada OMSK tipe benigna
Roland P. Chronic Suppurative Otitis Media. Emedicine. 2019.
Roland P. Chronic Suppurative Otitis Media. Emedicine. 2019.
Tata Laksana OMSK Maligna
• OMSK Benigna:
• Kombinasi antibiotik topikal (Gol. Aminoglikosida atau
Florokuinolon) + Steroid topikal
• Aural toilet H2O3 3%
• OMSK yang tidak responsif dengan antibiotik, aural
toilet, dan kontrol jaringan granulasi indikasi
tindakan surgikal.
• Indikasi surgikal:
• Perforasi > 6 minggu
• Otorea > 6 minggu walaupun diberikan antibiotik
• Terbentuk Kolesteatoma
• Tanda mastoiditis kronis
• Tuli konduktif
http://www.liberaldictionary.com/acoustic-trauma-deafness/
No. 292
• Seorang laki-laki berumur 30 tahun datang dengan keluhan
hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri, tergantung pada
posisi pasien, hidung tersumbat terutama dicetuskan oleh asap
rokok, bau yang menyengat dan perubahan suhu luar. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan sekret serosa, konka
inferior hipertrofi berwarna merah tua. Apakah tatalaksana yang
dapat diberikan untuk pasien ini?
A. Antihistamin topikal
B. Antikolinergik topikal
C. Antiinflamasi topikal
D. Cell mast stabilizer
E. Antiinflamasi sistemik
Pembahasan Soal
• Pada pasien didapatkan hidung tersumbat bergantian kiri dan
kanan, tergantung posisi yang dicetuskan oleh asap rokok, bau
yang menyengat serta perubahan suhu luar. Pada PF didapatkan
sekret serosa, konka inferior hipertrofi berwarna merah tua. Dari
anamesis dan PF pasien kemungkinan mengalami rhinitis
vasomotor.
• Tatalaksana Rinitis vasomotor didasarkan pada keluhan yang
dominan:
• Rhinorea + bersin + congesti nasal +PNDantihistamin topical
• Rhinorea sajaantikolinergik topical
• Congesti nasal + obstruksi nasalantiinflamasi topical (kortikosteroid
topical)
• Cell mast stabilizer (sodium cromolyn) dipakai bila antihistamin
topical dan antikolinergik topical tidak memberikan respon
adekuat.
• Pada soal, keluhan pasien adalah hidung yang tersumbat (nasal
congesti), maka tatalaksana yang tepat adalah Pilihan jawaban C.
Antiinflamasi topikal
292. Rhinitis vasomotor
• Definisi :
• keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi,
eosinofilia, hormonal atau pajanan obat
• Etiologi :
• belum diketahui; Dicetuskan oleh rangsang non-spesifik seperti
asap, bau, alkohol, suhu, makanan, kelembaban, kelelahan,
emosi/stress
• Diagnosis:
• riw. hidung tersumbat ber gantian kiri dan kanan, tergantung posisi
pasien disertai sekret yang mukoid atau serosa yang dicetuskan
oleh rangsangan non spesifik
• Rinoskopi anterior:
• Edema mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua dengan
permukaan konka dapat licin atau berbenjol (hipertrofi) disertai
sedikit sekret mukoid
Rinitis Vasomotor
• Rinitis non imunologis
• Ditandai dengan gejala obstruksi nasal, rinorea, dan
kongesti.
• Gejala dieksaserbasi oleh bau tertentu (parfum, asap
rokok, cat semprot, tinta), alkohol, makanan pedas,
emosi, dan faktor lingkungan seperti suhu dan
perubahan tekanan udara.
• Diduga disebabkan peningkatan aktivitas kolinergik
(hidung berair) dan peningkatan sensitivitas neuron
nosiseptif (obstruksi nasal)
• Pemeriksaan penunjang menyingkirkan diagnosis
lain.
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
Rhinitis Medikamentosa
• Patofisiologi rhinitis medikamentosa tidak diketahui sepenuhnya.
• Diduga karena penurunan produksi norepinefrin endogen oleh mekanisme
feedback. Pada pemakaian dekongestan jangka panjang/penghentian
pemakaian, saraf simpatis tidak bisa menjaga vasokonstriksi karena
produksi norepinefrin tersupresi.
Rinitis Medikamentosa
Tatalaksana
Pada minggu pertama: pemberian kortikosteroid
intranasal sambil pasien diedukasi untuk
menghentikan penggunaan vasokonstriktor secara
perlahan.
Solusio garam buffer dpt diberikan untuk irigasi
untuk melembabkan.
Dekongestan sistemik.
Kortikosteroid oral tidak selalu diberikan.
Operasi jika terdapat polip atau deviasi septum.
No. 296
• Seorang wanita, 42 tahun, datang ke puskesmas
dengan keluhan penurunan pendengaran.
Pendengaran menurun secara perlahan pada kedua
telinga. Telinga kanan lebih berat daripada telinga kiri.
Pasien cenderung berbicara pelan. Pasien dapat
mendengar lebih baik daripada orang normal pada
situasi ramai. Pasien mengeluh telinga berdenging dan
pusing. Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan
membran timpani utuh dan refleks cahaya normal.
Terapi yang dapat diberikan adalah…
A. Antibiotik
B. Asam folat
C. Kortikosteroid
D. Dekongestan
E. Kalsium fluoride
Pembahasan Soal
• Penurunan pendengaran secara progresif, pendengaran
lebih baik ketika ramai, merupakan ciri dari
otosklerosis. Didukung oleh hasil otoskopi didapatkan
membrane timpani utuh dengan reflex cahaya normal.
• Terapi yang dapat diberikan adalah kalsium fluoride dan
natrium fluoride. Sejak tahun 1964, lebih bnyk
menggunakan natrium fluoride.
• Menurut penelitian, penggunaan natrium fluoride
dapat memperlambat progresivitas otosklerosis.
• Pada pilihan jawaban tidak ada natrium fluoride, maka
dipilih kalsium fluoride
296. Otosclerosis
• Otosclerosis is an osseous dyscrasia limited to the temporal bone, causing
progressive conductive hearing loss.
• Autosomal-dominant hereditary disease, more common in women.
• The hearing loss usually begins in the late teens or early twenties but may occur as
late as the thirties or early forties.
• Patient tends to hear better in noisy background (paracussis Willisi) due to the
tendency of people to speak louder in noisy environment.
• Pathophysiology: connective tissue replaces the bone starts from bone adjacent to
oval window may extends to stapedial annular ligament stapedial fixation
conductive hearing loss. If extends to the cochlea sensorineural hearing loss. If
extends both ways mixed hearing loss.
• Work up:
• Otoscopy to rule out other disease causing conductive hearing loss
• Tuning fork
• Audiometry
• Management
• Hearing aids
• Surgical stapedectomy
• Fluoride supplementation (may be given) 20-150 mg/day
No.297
• Tn x, 9 tahun, dibawa ke dokter dengan keluhan
gatal pada telinga kiri setelah bermain di taman.
Pada pemeriksaan otoskopi, didapatkan adanya
serangga hidup pada liang telinga kiri. Apa yang
harus dilakukan dokter?
A. Mengeluarkan dengan forcep
B. Mengeluarkan dengan piset
C. Irigasi dengan air
D. Tetes karbogliserin
E. Menyemprot dengan lidokain spray
Pembahasan Soal
• Pada pasien ini didapatkan keluhan gatal pada
telinga kiri. Pada pemeriksaan didapatkan adanya
serangga hidup pada liang telinga kiri.
• Prinsip tatalaksana adanya hewan pada liang
telinga adalah pemberian cairan seperti lidokain
hingga hewan tersebut mati kemudian diambil
dengan pinset atau irigasi air hangat.
• Maka dipilih jawaban E. Menyemprot dengan
lidokain spray
No. 298
• Anak usia 3 tahun datang dengan keluhan utama
baterai jam tangan masuk ke telinga kanan sejak
30 menit yang lalu. Pada pemeriksaan, tampak
baterai di 1/3 kanalis auditorius kanan dan
hiperemis. Tindakan apa yang harus dilakukan?
A. Irigasi
B. Ekstraksi bayonet forcep
C. Ekstraksi hook
D. Ekstraksi pinset
E. Ekstraksi alligator forcep
Pembahasan Soal
• Terdapat baterai jam tangan pada telinga kanan pasien.
Tatalaksana yang dilakukan pada kasus ini adalah
ekstraksi memakai bayonet forsep, karena bentuk
baterai jam tangan yang bulat pipih.
• Tidak boleh dilakukan irigasi, karena baterei bersifat
korosif.
• Tidak dapat diekstraksi memakai forsep alligator karena
baterai jam tangan terlalu tebal utk forsep alligator.
Forserp alligator digunakan utk mengambil benda yang
tipis, seperti kertas, tisu, bulu2
• Hook digunakan untuk benda asing yang bulat
• Tidak dipilih pinset, karena tidak jelas pinset apa yang
dimaksud
297-298. Benda Asing di Liang Telinga
• Usaha mengeluarkan benda asing sering
mendorongnya lebih ke dalam
• Besar pengait serumen
• Kecil cunam/pengait
• Binatang di liang telinga
• Masukkan tampon basah ke liang telinga, teteskan cairan
misalnya rivanol/obat anestesi lokal (lidocain 2%)/mineral
oil/alcohol/spirit/air kloroform, dll + 10 menit
• Mati dikeluarkan menggunakan pinset/irigasi dengan air
bersih hangat
• Baterai jangan dibasahi! (efek korosif)
Soepardi E, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2012
Dhingra PL, et al. Diseases of Ear, Nose, and Throat. 6th ed. Kundli: Elsevier; 2014
http://www.aafp.org/afp/2007/1015/p1185.html
http://emedicine.medscape.com/article/763712-overview#showall
Pinset bayonet
Balloon catheters
Pinset telinga
• Esophageal impaction
• Corrosion & esophageal perforation
• Some deaths reported
• Dissolution & heavy metal poisoning
• No confirmed cases yet - probably because any released
mercury is converted to elemental mercury
• Lethal dose of mercuric oxide is 0.5 to 1.0 grams, & there
is 1.0 to 21 g. mercuric oxide in a battery
Management of Patients with Suspected
Ingestion of Radiopaque Foreign Bodies
No. 300
Seorang wanita, 24 tahun, mengeluh nyeri pada
pangkal hidung. Keluhan diawali keluar ingus berbau.
Pemeriksaan fisik nyeri tekan kantus. Diagnosis yang
tepat adalah…
A. Rhinitis akut
B. Sinusitis frontalis akut
C. Sinusitis maxillaris akut
D. Sinusitis ethmoidalis akut
E. Sinusitis sphenoidalis akut
• Pasien dengan keluhan nyeri pada pangkal hidung
dengan diawali ingus yang berbau, diperkirakan
infeksi pada sinus paranasal
• Secara anatomis yang paling dekat dengan pangkal
hidung adalah sinus ethmoid
300. Anatomi sinus
Ethmoid Sinuses
• Within lateral masses of ethmoid Symptoms:
bone • pain between the eyes
• eyelid swelling
• Three groups: • loss of smell, and
• Anterior, middle & posterior • pain when touching the sides of the nose
• Posterior
• 2-6 cells
• Drain into superior nasal
meatus
• Within maxilla
• Above upper teeth
• Normally:
• Between tables of vertical
plate in frontal bone
• Can extend beyond frontal
bone inot the orbital plates
• Rarely symmetrical
• 2 key passageways
• Infundibulum
• Middle nasal
meatus
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
No. 301
• Seorang laki-laki berumur 19 tahun datang dengan
keluhan keluar darah dari hidung dan lebam pada
mata. Pasien baru saja mengalami kecelakaan motor
dan terjatuh. Keluhan disertai dengan hidung
tersumbat dan nyeri pada batang hidung. Tidak ada
rhinorea. Foto apakah yang paling sesuai dilakukan?
A. Schedel
B. Submentoverteks
C. Waters
D. Schuller
E. Lateral nasal
Pembahasan Soal
• Pasien trauma wajah dengan keluar darah dari hidung
dan lebam mata, dipikirkan fraktur pada midface
• Untuk fraktur midface lebih jelas telihat dengan foto
waters.
• Pada proyeksi AP dan lateral (Schedel) akan terlihat
superposisi dari tulang midface sehingga kurang tepat
untuk diagnosis
• Baik pada foto waters maupun schedel diperlukan
mobilisasi leher pasien, sehingga perlu dipasang collar
brace terlebih dahulu hingga terbukti tidak ada fraktur
vertebra cervical
301. Imaging for Facial Trauma
Water’s View
Waters view
• The Waters
(occipitomental) view is
perhaps the best overall
view for observing facial
fractures in general.
• The Waters view
demonstrates the orbits,
maxillae, zygomatic
arches, dorsal pyramid,
lateral nasal walls, nasal
root and septum
• Can detect lateral
angulation and pyramid
depression
Caldwell’s View
Lateral’s View
The lateral view (profilogram)
• Demonstrate fracture
line on the nasal
dorsum
• Cannot assess lateral
displacement of nasal
bones and nasal
septum
• Superimposing soft
tissue require image
enhancement
Towne’s View
No. 302
• Seorang laki-laki usia 12 tahun datang ke UGD RS
dengan keluhan mimisan yang banyak dari lubang
hidung kiri. Keluhan disertai hidung kiri sumbat sejak 3
bulan yang lalu. Tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan rhinoskopi posterior didapatkan benjolan
berwarna kebiru-biruan dengan permukaan rata.
Apakah pemeriksaan yang harus dilakukan?
A. Pemeriksaan angiografi untuk menentukan feeding vessel
B. Rontgen posisi stenver untuk melihat perluasan penyakit
C. CT scan untuk melihat benjolannya
D. Mengukur tekanan darah untuk menyingkirkan diagnosis
hipertensi
E. Pemeriksaan darah lengkap
Pembahasan Soal
• Pada pasien didapatkan adanya mimisan yang banyak dari lubang
hidung kiri disertai dengan hidung tersumbat. Pada rhinoskopi
posterior ditemukan adanya benjolan berwarna kebiru-biruan
dengan permukaan rata. Dari anamnesis dan PF pasien
kemungkinan mengalami angiofibroma nasofaring juvenile.
• Pada angiofibroma nasofaring juvenile, pemeriksaan awal yang
dilakukan adalah pemeriksaan CT scan untuk mengetahui luas
benjolan.
• Tidak dipilih angiografi karena pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan yang dilakukan sebelum dilakukan operasi untuk
melihat feeding vessel dan dilakukan tindakan embolisisasi.
302. Angiofibroma nasofaring
tipe juvenile
• Angiofibroma juvenile:
• Tumor jinak pembuluh darah di nasofaring
• Etiologi: masih belum diketahui, namun diduga berasal dari dinding posterolateral atap
rongga hidung
• Ciri-ciri: laki-laki, usia 7-19 tahun, jarang >25 tahun
• Gejala klinis: hidung tersumbat yang progresif & epistaksis berulang yang masif
• Obstruksi sekret tertimbun rinorea kronik gangguan menghidu
• Bila menutup tuba tuli, otalgia, bila ke intrakranial sefalgia hebat
• Rinoskopi posterior:
• Massa tumor kenyal, warna abu-abu, merah muda, kebiruan
• Mukosa tumor hipervaskularisasi, dapat ulserasi
• Sifat: secara histologi jinak, secara klinis ganas karena dapat mendestruksi tulang
Diffuse swelling (arrow) is seen in the
molar region on the right side of the face.
• Chronic tonsillitis
• Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
• Lymphoid tissue is replaced by scar
widened crypt, filled by detritus.
• Foul breath, throat felt dry.
Terapi
Aspirasi jarum bila pus (-) selulitis antibiotik.
Bila pus (+) abses
Bila pus ada pada aspirasi jarum disedot sebanyak mungkin
Infiltrat Peritonsil Abses Peritonsil
Waktu (setelah tonsilitis akut) 1-3 hari 4-5 hari
Trismus Biasanya kurang/tidak ada Ada
Fungsi:
• Sistem pertahanan tubuh pertama (lokal) sal. nafas
• Memproduksi limfosit
• Membentuk antibodi spesifik (Ig)
305. Adenoids
• Adenoiditis
• Inflammation of the adenoid
• Hypertrophic adenoids
tissue, usually caused by an • Repeated adenoiditis may
infection lead to enlarged adenoids
• Classified into acute and • Etiologi:
chronic • Terjadi karena inflamasi
langsung pada adenoid
• Acute adenoiditis: (karena PND pada
• Fever adenoiditis kronis)
• Runny nose • karena reaksi folikel limfoid
• Nasal airway obstruction leads dalam adenoid terhadap
to oral breathing inflamasi/infeksi di
faring/nasofaring yang
• Dry mouth berulang
• Snoring
• Clinical manifestation:
• Sleep apnea
• Nasal obstruction
• Rhinorrhea
ADENOIDITIS KRONIS
Etiologi :
Akibatnya:
• Post nasal drip sekret • rinolalia oklusa ( bindeng ) krn
kavum nasi jatuh ke belakang koane tertutup
• Sekret berasal dari : sinus • mulut terbuka utk bernapas
muka terkesan bodoh ( adenoid
maksilaris & ethmoid face )
• aproseksia nasalisSulit
berkonsentrasi
• Sefalgi
Gejala klinis :
• pilek dan batuk
• Disebabkan oleh hipertrofi • nafsu makan menurun
adenoid buntu hidung • oklusio tuba pendengaran
menurun
• tidur ngorok
587
Pemeriksaan
• Rinoskopi anterior : Adenoid membesar
• Phenomena palatum mole (-)
• Pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk
mengucapkan huruf “ i “
• Akan negatif bila
• terdapat massa di dalam rongga nasofaring yang menghalangi pergerakan palatum
molle
• kelumpuhan otot-otot levator dan tensor velli palatini
589
Indikasi Adenoidektomi
• Pembesaran menyebabkan obstruksi jalan nafas hidung
yang dapat menyebabkan obstruksi pernafasan, gejala
obstructive sleep apnea, dan pernafasan lewat mulut kronik
(dapat menyebabkan abnormalitas palatum dan gigi-geligi).
http://emedicine.medscape.com/article/872216-overview#a10
No. 306
• Pasien laki-laki datang dengan keluhan mimisan
hilang timbul sejak 30 menit yang lalu. Riwayat
hipertensi (+). Pada kasus pasien di atas, arteri apa
yang terkena?
A. A. Etmoidalis posterior dan sphenopalatina
B. A. Sphenoidalis posterior
C. Plexus Kiesselbach
D. Plexus Kiesselbach dan A. Sphenoidalis anterior
E. A. Sphenoidalis anterior
Pembahasan Soal
• Pasien mengalami mimisan disertai riwayat
hipertensi mengarahkan diagnosis ke arah
epistaksis posterior. Pada epistaksis posterior,
pembuluh darah yang terlibat adalah arteri
eitmoidalis posterior dan sphenopalatina.
306. Epistaksis
Penatalaksanaan
• Perbaiki keadaan umum
• Nadi, napas, tekanan darah
• Hentikan perdarahan
• Bersihkan hidung dari darah & bekuan
• Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin 1/5000-
1/10000 atau lidokain 2%
• Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
No. 308
• Anak, 7 tahun, mengeluh ada benjolan di belakang telinga
kanan. Awalnya pasien terkena infeksi saluran napas
bagian atas dan nyeri tenggorokan yang membaik dengan
obat paracetamol. Pada pemeriksaan otoskopi di temukan
kanalis externa dalam batas normal, membran timpani
perforasi. Benjolan di belakang telinga dan nyeri. Apa yang
mendasari terjadinya kelainan tersebut?
A. Proses inflamasi dari auricular
B. Proses inflamasi dari kanalis acusticus internus
C. Proses inflamasi dari cavum timpani
D. Proses inflamasi dari antrum mastoid
E. Proses inflamasi dari kanalis acusticus eksternus
Pembahasan Soal
• Pasien datang dengan benjolan pada belakang
telinga kanan dengan riwayat ISPA sebelumnya dan
terdapat temuan MT perforasi, yang menandakan
telah terjadi OMA.
• Kemungkinan pasien ini telah mengalami
komplikasi OMA, yaitu mastoiditis akut, karena
Adanya benjolan yang nyeri dibelakang telinga
• Mastoiditis akut terjadi akibat proses inflamasi
pada antrum mastoid.
• Jawaban: D. Proses inflamasi dari antrum mastoid
308. Mastoiditis
• Mastoiditis merupakan infeksi yang meluas ke tulang
berongga di belakang telinga. Peradangan terjadi pada
mukosa antrum mastoid.
• Mastoid merupakan salah satu komplikasi otitis media
akut.
• Etiologi: Streptococcus pneumonia, streptococcus
pyogenes, staphylococcus aureus dan haemophilus
influenza.
• Gejala: umumnya pasien mengeluh nyeri tekan mastoid
dan pembengkakan mastoid. Tulang eritem terlihat
kemerahan. Gejala demam juga dan sakit kepala juga
akan dikeluhkan pasien.
Mastoiditis
• Diagnosis mastoiditis berdasarkan gejala klinis
pasien. Selain itu, pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan seperti CT scan atau MRI.
• Pengobatan mastoiditis meliputi pemberian
antibitoik empiris sebelum ada kultur antibiotik
(broad spectrum antibiotic seperti ceftriaxone
dapat digunakan).
• Apabila mastoiditis tidak berespon dengan
pengobatan, dapat dipertimbangkan
mastoidektomi (pengambilan tulang mastoid).
Mastoiditis – Tatalaksana
• Initiated with IV antibiotics directed against the common organisms
S. pneumoniae and H. influenzae.Useful agents are amoxicillin/
clavulanate, ceftriaxone, and cefotaxime or combination
penicillinase-resistant penicillin and aminoglykosida. If a patient is
allergic to penicillin (history of anaphylaxis), clindamycin can be
considered instead.
• If the disease in the mastoid has had a prolonged course, coverage
for S. aureus with gram-negative enteric bacilli may be considered
for initial therapy until results of cultures become available. Add
vancomycin if MRSA suspected or nafcillin/oxacillin if culture is
positive for S. aureus, methicillin susceptible.
• Antibiotics continued until all signs of mastoiditis have resolved
Directed against enteric gram-negative organisms and anaerobes in
chronic mastoiditis
• Indications for mastoidectomy:
1. Failure to improve after 72 hr of therapy
2. Persistent fever
3. Imminent or overt signs of intracranial complications
4. Evidence of a subperiosteal abscess in the mastoid bone
No. 309
Laki-laki, 29 tahun, hidung nyeri tanpa demam dan
tanpa nafas berbau. Bekerja sebagai pegawai bangunan.
TTV normal. Pemeriksaan fisik didapatkankrusta 1/3
anterior kavum nasi dan secret berdarah, tanpa edem
mukosa konka dan furunkel. Diagnosis pasien ini
adalah…
A. Rhinitis sicca
B. Rhinittis alergika
C. Rhinitis ozeana
D. Coryza
E. Rhinitis influenza
Pembahasan Soal
• pasien dengan keluhan hidung nyeri, didapatkan
krusta pada anterior hidung, tidak didapatkan
edema mukosa maupun furunkel, tidak ada napas
berbau
• Dari tanda dan gejala di atas merupakan pertanda
rhinitis sicca, tidak cocok dengan ozaena karena
tidak ada bau, jadi dipilih jawaban A
309. RHINITIS SICCA
• Crust-forming disease
• Seen in patients who work in hot, dry and
dusty surroundings.
• Confined to the anterior third of nose.
• The ciliated columnar epithelium undergoes
squamous metaplasia.
• Atrophy of seromucinous glands (Crusts,
epistaxis, septal perforation).
Treatment :
• Bland ointment or an antibiotic and steroid.
• Nasal douche.
Rhinitis Sicca
Pathogenesis Diagnosis
• Anterior nasal mucosa • Nasal septum is dry
injury • Mucosal surface is:
• Dust Raw, roughened, &
• Nose picking granular.
• Extremes of • Crustation
temperature ulceration Septal
perforation
VARIABEL INTERVAL
• data yang diperoleh dengan cara VARIABEL RASIO
pengukuran, dimana jarak antar dua titik • data yang diperoleh dengan cara
pada skala, sudah diketahui. Misalnya pengukuran, dimana jarak antar dua titik
variabel suhu tubuh dalam Celcius, pada skala, sudah diketahui.
sudah diketahui bahwa jaraknya antara • Ada angka nol mutlak. Misalnya tinggi
0-100 derajat Celcius. badan, berat badan.
• Tidak ada angka nol mutlak • Bisa dilakukan operasi matematika.
• Bisa dilakukan operasi matematika.
Soal no.312
• Seorang dokter ingin meneliti tentang hubungan
kepribadian dengan hipertensi. Kepribadian yang diamati
ada 4 kepribadian. Hipertensi dikelompokkan menjadi
hipertensi dan tidak hipertensi. Apakah uji hipotesis yang
digunakan?
A.Uji pearsman
B. Uji ANOVA one way
C. Uji T
D.Uji regresi
E. Uji chi square
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Cohort study
– Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti
sampai waktu tertentu, kemudian dinilai apakah outcome
terjadi atau tidak.
Case-control study
– Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali
riwayat masa lalunya apakah memiliki pajanan/ faktor
risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
316
Pasien akan dilakukan operasi tapi menolak
karena kendala biaya, dokter menyarankan
pasien mengurus BPJS. Dalam jangka waktu
berapa lama BPJS dapat digunakan?
A.Saat itu juga
B.7 hari
C.14 hari
D.1 bulan
E. 2 bulan
Analisis Soal
• Berdasarkan peraturan Nomor 1 Tahun 2015
BPJS Kesehatan tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pembayaran Iuran Bagi Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Peserta
Bukan Pekerja, kepesertaan BPJS baru aktif
dalam 14 hari setelah terdaftar.
Pendaftaran BPJS untuk
Peserta Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
http://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/93719d021893dc8f
d26a34be17bda214.pdf
http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/93719d021893dc8fd26a34be17bda214.pdf
Klaim BPJS dari Faskes yang Tidak Bekerja Sama
dengan BPJS Kesehatan
• Sesuai dengan Perpres Nomor 12 tahun 2013
pasal 40, bahwa untuk pelayanan gawat
darurat di Faskes yang tidak kerjasama, biaya
pelayanan ditagihkan langsung oleh fasilitas
kesehatan ke BPJS Kesehatan dan tidak
diperkenankan menarik biaya pelayanan
kesehatan kepada peserta, sehingga tidak ada
klaim perorangan dari peserta ke BPJS
Kesehatan.
320
Seorang dokter meneliti tentang masyarakat desa X
yang ternyata memiliki kebiasan perilaku makan
buah dan sayur yang kurang serta kurang aktifitas
fisik. Tatanan apakah perilaku masyarakat tersebut?
A. PHBS
B. Instansi kesehatan
C. Instansi pendidikan
D. Instansi umum
E. Instansi kedokteran
Analisis soal:
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
• Berdasarkan kasus pada Masyarakat X, kebiasaan kurang makan buah
sayur dan aktivitas fisik upaya PHBS, yang secara khusus dilakukan
pada tatanan rumah tangga. Karena opsi tatanan rumah tangga tidak
tersedia, dipilih PHBS.
• PHBS semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran
pribadi sehingga anggotanya mampu menolong diri sendiri pada
bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas
masyarakat.
• Tujuan memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat
Thabrany, Hasbullah. Asuransi kesehatan di Indonesia. Pusat kajian ekonomiKesehatan. FKMUI. 2001.
Tambahan diagram
Pembiayaan Asuransi
• Contoh pembiayaan cost sharing yang lazim pada
asuransi:
– Deductible Jumlah pengeluaran yang tercakup yang harus
diajukan & dibayarkan oleh pemegang asuransi sebelum
manfaat bisa diperoleh.
• Contoh: Klaim pelayanan kesehatan 1 juta, pasien harus membayar
biaya deductible sebesar 50.000 dahulu kepada pihak asuransi
sebelum ditanggung biayanya.
– Co-insurance Perjanjian antara perusahaan asuransi dg
pemegang asuransi untuk menanggung persentase tertentu,
kerugian yang ditanggung setelah deductible dibayar
(biasanya berupa persentase)
• Contoh: Klaim pelayanan kesehatan 1 juta, biaya deductible 50.000,
dan perjanjian dengan pihak asuransi hanya dapat menanggung 70%
(700.000) dari biaya deductible yang dikeluarkan pasien.
Thabrany, Hasbullah. Asuransi kesehatan di Indonesia. Pusat kajian ekonomiKesehatan. FKMUI. 2001.
322
Seorang pekerja swasta memiliki 4 anak. Anak ke
4 nya ingin didaftarkan BPJS. Berapa persen yang
dipotong dari gaji pekerja ?
A.1% dari gaji penerima upah setiap bulannya
B.1,5% dari gaji penerima upah setiap bulannya
C.2% dari gaji penerima upah setiap bulannya
D.2.5% dari gaji penerima upah setiap bulannya
E. 3% dari gaji penerima upah setiap bulannya
Analisis soal
• Pasien adalah seorang pekerja penerima upah
yang iuran BPJSnya langsung dipotong dari
gajinya.
• Pembayaran iuran tersebut sudah menanggung 5
orang, yaitu: dirinya sendiri, dan 4 orang anggota
keluarga inti.
• Diasumsikan suami/istrinya dan 3 orang anaknya
sudah termasuk dalam iuran BPJS, maka anaknya
yang ke-4 perlu dibayar iuran tambahan sebesar
1% dari gaji.
ANGGOTA KELUARGA YANG DITANGGUNG
• Pekerja Penerima Upah :
– Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak tiri
dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
– Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah,
dengan kriteria:
• Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
• Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun
yang masih melanjutkan pendidikan formal.
• Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima
upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar
– Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
– Sebesar Rp. 51.000,- (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
– Sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
323
Seorang pegawai negeri sipil secara otomatis
sebagai peserta JKN. Iuran yang harus dibayarkan
5% dari gaji perbulan. Namun tidak seluruhnya
ditanggung peserta,sebagian dtanggung pemilik
kerja, berapakah iuran wajib yang hrus dibayar
pemilik kerja?
A.2%
B. 2.5 %
C. 3 %
D.3.5 %
E. 4 %
Analisis soal
• Ketentuan iuran BPJS untuk seorang PNS
adalah 5%, dengan 3% dibayarkan oleh
pemberi kerja.
Iuran Peserta BPJS Kesehatan
• Peserta PBI: Rp 19.225,00 per orang per bulan (ditanggung
oleh pemerintah).
• Peserta individu:
– Kelas 1: Rp 80.000,00/bulan
– Kelas 2: Rp 51.000,00/bulan
– Kelas 3: Rp 25.500,00/bulan
324 325
Anak laki-laki, 7 tahun, berobat ke Laki-laki dibawa ke IGD, di antar
klinik dokter umum, didiagnosis dengan atasannya karena terkena
faringitis, dan diberikan mesin, di diagnosis dokter vulnus
pengobatan. Karena anak itu laseratum digiti 2,3,4 kemudian
terdaftar di BPJS dokter tidak di jahit dokter. Atasan meminta
menyuruh bayar. Metode kuitansi untuk diganti oleh
pembayaran BPJS untuk kasus ini perusahaan. Metode
adalah… pembayaran yang digunakan
A. Kapitasi adalah…
B. Ina CBG A. Kapitasi
C. Fee for service B. Ina CBG
D. Non kapitasi C. Fee for service
E. Reimbursement D. Non kapitasi
E. Reimbursement
Analisis soal
324 325
• Anak berobat ke klinik • Pasien membayar
dokter umum yang sendiri biaya
merupakan fasilitas pengobatannya, lalu
layanan primer. akan meminta
• Metode pembayaran penggantian dari
untuk kasus faringitis kantornya.
pada layanan primer • Metode pembayaran
adalah kapitasi. yang dilakukan adalah
reimbursement.
Sistem Pembayaran Kesehatan (WHO)
Fee for service Pembayaran per item pelayanan (pemeriksaan, terapi, pelayanan
pengobatan/tindakan diidentifikasi satu persatu) kemudian dijumlahkan
dan ditagihkan kepada pasien
Case payment Pembayaran bagi paket pelayanan atau episode pelayanan. Tidak
berdasarkan item
Daily charge Pembayaran langsung dengan jumlah tetap per hari bagi pelayanan rawat
inap
Bonus payment Pembayaran langsung sejumlah yang disepakati (biasanya global) bagi tipe
pelayanan yang diberikan
Capitation Pembayaran berdasarkan jumlah orang yang menjadi tanggung jawab
dokter (tiap tahun)
Salary Pendapatan per tahun tidak berdasarkan beban kerja atau biaya pelayanan
yang diberikan
Reimbursement Pembayaran dilakukan oleh pasien kemudian biaya tersebut digantikan oleh
pihak ketiga (asuransi/perusahaan/dll)
Global budget Seluruh anggaran pelaksanaan ditetapkan di awal yang dirancang untuk
menyediakan pengeluaran tertinggi, tetapi memungkinkan pemanfaatan
dana secara fleksibel dalam batas tertentu
Tarif Kapitasi
• Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a diberlakukan pada FKTP yang melakukan
pelayanan:
a. administrasi pelayanan;
b. promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif;
e. obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
tingkat pratama.
Soal No.326
• Seorang kepala daerah di kabupaten X baru terpilih lewat pilkada.
Kepala kabupaten tersebut merupakan calon independen yang
sebelumnya merupakan pegawai swasta. Setelah menjadi kepala
daerah kabupaten ia mendapatlan fasilitas kesehatan yang
dipotong lewat gajinya. Siapa yang berkewajiban dalam membayar
iuran kesehatan kepala daerah tersebut?
A. Pemerintahan pusat
B. Pemerintahan provinsi
C. Pemerintahan kabupaten
D. Dinas Kesehatan
E. Dibayarkan secara mandiri oleh dirinya sendiri
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/11
Peserta BPJS (2)
• Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan
• Bukan pekerja dan anggota keluarganya
a. Investor
b. Pemberi kerja
c. Penerima Pensiun, terdiri dari
• Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pension
• Anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pension
• Pejabat negara yang berhenti dengan hak pension
• Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pension yang mendapat hak
pension
• Penerima pension lain
• Janda, duda atau anak yatim piatu dari penerima pension lain yang mendapat hak
pensiun
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/11
Iuran Peserta BPJS Kesehatan
• Peserta PBI: Rp 19.225,00 per orang per bulan (ditanggung
oleh pemerintah).
• Peserta individu:
– Kelas 1: Rp 80.000,00/bulan
– Kelas 2: Rp 51.000,00/bulan
– Kelas 3: Rp 25.500,00/bulan
327 328
Anak, 17 tahun, dibawa oleh orang Laki-laki, 30 tahun, datang sendiri ke
tuanya karena tertawa berlebihan dan RS akan dilakukan apendiktomi, yang
terlihat sangat bahagia sebelumnya
berhak untuk menandatangani surat
terlihat murung dan mengurung diri
dikamar. Saat akan diperiksa dokter persetujuan tindakan adalah…
pasien menolak. Apa yang harus A. Pasien
dilakukan oleh dokter B. Istri pasien
A. Meminta pesetujuan orang tua C. Ibu pasien
sebelum melakukan pemeriksaan D. Ayah pasien
B. Merujuk ke rumah sakit
E. Saudara kandung pasien
C. Merujuk ke spesialis jiwa
D. Meminta pendapat bapak pasien
E. Menolak untuk memeriksa pasien
Analisis soal
327 328
• Pasien adalah seorang • Pasien sudah berusia > 21
anak berusia < 21 tahun, tahun dan dalam kondisi
dan tidak disebutkan sadar (datang sendiri ke
status pernikahan RS), maka pasien dapat
sehingga dianggap belum menandatangani
menikah. persetujuan tindakan oleh
• Pada kondisi tersebut, dirinya sendiri.
hak-hak pasien dipegang
oleh orang tuanya.
INFORMED CONSENT
• Informed Consent adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
KODEKI 2012
• Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat
digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan
berdasarkan KUHP Pasal 351 (trespass, battery, bodily
assault ). Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes /
PER / III / 2008, persetujuan tindakan kedokteran dapat
dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi
persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ).
Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus
dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan (
Ayat 2 ).
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
7
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
333
Penderita TB datang ke UGD karena merasa penyakit TBnya tidak
sembuh-sembuh sehingga meminta untuk pindah rumah sakit. Pasien
kemudian meminta rekam medisnya ke administrasi rumah sakit
namun ditolak oleh rumah sakit. Apa yang seharusnya dilakukan
dokter?
A. Meminta administrasi RS untuk memberi seluruh dokumen rekam
medisnya
B. Melapor ke direktur rumah sakit
C. Meminta administrasi RS memberikan salinan rekam medis
D. Meminta administrasi RS memberikan resume terakhir
E. Meminta pasien untuk mengadukan ke layanan aduan rumah sakit
Analisis soal
• Pasien memiliki hak atas isi dari rekam medis,
sementara rekam medis adalah milik rumah sakit.
• Pada kondisi tersebut, salah satu opsi yang mungkin
adalah dengan memberikan resume medis yang
dibuat oleh dokter.
• Pihak yang menyerahkan resume adalah administrasi
RS.
• Dokumen asli rekam medis dapat dimiliki oleh pasien,
tapi harus seizin direktur rumah sakit, sehingga pasien
perlu membuat surat yang ditujukan untuk direktur
rumah sakit. Namun, bukanlah kewajiban dari dokter
umum untuk melapor pada direktur rumah sakit
terkait hal tersebut.
ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
• Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: setiap dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.
• Mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis: Isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam
medis.
Kepemilikan Rekam Medis
• Permenkes No.269 tahun 2008:
– isi Rekam Medis adalah milik pasien,
– sedangkan berkas Rekam Medis (secara fisik) adalah
milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan.
Sampurna, Budi, Aspek Medikolegal Pelayanan Medik Masa Kini Dan Kaitannya Dengan Manajemen Risiko Klinik, Makalah, Jakarta, 2005
336 337
Dokter IGD sedang menangani pasien Tn. Lampard, 35 tahun, dibawa ke IGD
post KLL dengan diagnosis fraktur karena mengalami KLL dan kehilangan
antebrachii. Tanda vital stabil, banyak darah sehingga harus dilakukan
kemudian datang pasien hamil dengan transfusi darah. Tetapi keluarga pasien
diagnosis eklampsi, namun dokter IGD menolak karena alasan bertentangan
tersebut tetap menangani pasien KLL dengan aliran kepercayaan agama.
sehingga ibu hamil dengan eklampsi Dokter tetap melakukan tindakan
transfusi agar pasien selamat. Apakah
meninggal. Kaidah bioetik yang di
prinsip bioetik yang menjadi dilema pada
langgar dokter tersebut adalah...
kasus diatas ?
A. Non maleficience
A. Beneficence - autonomy
B. Beneficience B. Non maleficence - autonomy
C. Veracity C. Autonomy justice
D. Autonomy D. Non maleficence - beneficence
E. Justice E. Justice - non maleficence
Analisis soal
336 337
• Pada kasus, dokter IGD tidak • Pada kasus, terdapat dilemma etik
mengutamakan pasien eklamsia karena dokter ingin melakukan
yang kondisinya lebih gawat tindakan penyelamatan nyawa
darurat hingga akhirnya pasien pasien, sementara pasien
tersebut meninggal dunia. menggunakan haknya untuk menolak
• Hal tersebut berlawanan dengan tindakan tersebut.
prinsip non maleficence. • Penyelamatan nyawa pasien
• Jika prinsip diterapkan, termasuk dalam kaidah non-
seharusnya dokter menangani maleficence, sementara
pasien yang lebih gawat terlebih menghormati hak pasien merupakan
dahulu. prinsip autonomy.
dilemma yang terjadi yaitu antara
prinsip non maleficence dan autonomy
KAIDAH DASAR MORAL
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
338
Laki-laki, 35 tahun, dibawa keluarganya karena ditemukan
tergeletak tidak bernafas. Pasien sebelumnya sedang
memperbaiki saklar listrik lalu kemudian terjatuh. Pada
pemeriksaan terdapat bekas kehitaman pada tangan
dengan bagian tengah berwarna pucat dan dangkal. Apa
jenis luka pasien?
A. Luka listrik
B. Luka bakar
C. Luka lecet
D. Luka gores
E. Luka memar
Analisis soal
• Korban diketahui sedang memperbaiki saklar
listrik, kemudian ditemukan luka berwarna
kehitaman dengan bagian tengah dangkal
dan berwarna pucat.
• Kemungkinan besar luka tersebut adalah luka
bakar listrik akibat kontak yang lama dengan
sumber listrik, merupakan suatu current
mark/electrical mark
Luka Bakar
• Luka bakar api: menimbulkan kerusakan kulit yang bervariasi,
tergantung pada tingginya suhu dan lamanya api mengenai kulit.
• Luka bakar listrik: Benda beraliran listrik saat mengenai kulit, oleh
tahanan yang terdapat pada kulit, akan menimbulkan panas yang
dapat merusak kulit dalam bentuk luka bakar benda padat. Pada
kulit basah, listrik dialirkan tanpa merusak kulit.
– Bila listrik mengalir melewati medula oblongata pusat vital akan
terganggu; melewati daerah jantungfibrilasi ventrikel; melewati otot
sela igakejang otot pernafasan.
LUKA LISTRIK
Ada 2 jenis tenaga listrik yang dapat menimbulkan
luka listrik yaitu :
• Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat.
• Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah
(DC) seperti telepon (30-50 volt) dan tram listrik
(600-1000 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC)
seperti listrik rumah, pabrik, dll
Akibat Luka Listrik
KOEPPEN menggolongkan akibat kecelakaan listrik dalam 4
kelompok yaitu :
• Kelompok I : kuat arus < 25 mA AC (DC antara 25-80 mA)
dengan transitional R yang tinggi efek yang berbahaya (-).
• Kelompok II : kuat arus 25-80 mA AC (DC 80-300 mA) dg
transitional R < dari kel.I hilangnya kesadaran, aritmia dan
spasme pernafasan.
• Kelompok III : Kuat arus 80-100 mA AC (DC 300 mA - 3A),
transitional R < dari kel. II. Jk t = 0,1-0,3s , efek biologisnya
sama dg kel. II. Jk > 0,3s vibrilasi ventrikel irreversibel.
• Kelompok IV : kuat arus > 3A cardiac arrest
Pemeriksaan Luar Luka Listrik
• Current mark berbentuk oval, kuning atau coklat keputihan atau coklat
kehitaman atau abu-abu kekuningan dikelilingi daerah kemerahan dan
edema sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya (daerah halo).
• Sepatu korban dan pakaian dapat terkoyak.
• Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut ikut
terbakar, tulang dapat meleleh dengan pembentukan butir kapur/kalk
parels terdiri dari kalsium fosfat.
• Endogenous burn/Joule burn terjadi jika kontak dengan tubuh lama
sehingga bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat
menjadi hitam dan hangus terbakar
• Exogenous burn dapat terjadi bila tubuh terkena arus listrik tegangan
tinggi yang sudah mengandung panas, sehingga tubuh akan hangus
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat dan tidak jarang disertai
dengan patahnya tulang-tulang .
339
Seorang perempuan datang untuk melakukan
aborsi. Dia depresi karena hamil hasil dari
pemerkosaan. Kapan aborsi boleh di lakukan?
A.Dalam 10 minggu sejak HPHT
B.Dalam 8 minggu sejak HPHT
C.Dalam 6 minggu sejak HPHT
D.Dalam 20 minggu sejak HPHT
E. Dalam 22 minggu sejak HPHT
Analisis soal
• Sebetulnya, untuk menentukan tindakan abortus harus
dilakukan berdasarkan keputusan tim kelayakan
aborsi.
• Kemungkinan pada soal tersebut, tindakan abortus
diperbolehkan karena terdapat trauma psikologis pada
korban akibat kehamilan dari suatu perkosaan.
• Menurut undang-undang, usia kehamilan yang
diperbolehkan untuk dilakukan aborsi adalah hingga
usia kehamilan 6 minggu berdasarkan HPHT.
ABORTUS PROVOKATUS
• Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi
dalam:
– Abortus spontan
– Abortus provokatus, yang terbagi lagi ke dalam:
Abortus provokatus terapeutikus & Abortus
provokatus kriminalis
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan PASAL 76.
Abortus Provokatus Menurut
UU No.36 Tahun 2009
PASAL 76
• Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan :
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri
Tim Kelayakan Aborsi
Tim
Kelayakan
Aborsi
PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN, IDI, 2008
Intisari KODEKI
KEWAJIBAN UMUM KEWAJIBAN THD PASIEN KEWAJIBAN THD DIRI SENDIRI & TS
menjunjung tinggi, menghayati dan ..wajib merujuk jika tidak setiap dokter harus memelihara
mengamalkan sumpah dokter (pasal mampu, atas persetujuan kesehatannya supaya dapat
1) pasien(pasal 14) bekerja dengan baik (pasal 20)
Seorang dokter wajib selalu setiap dokter wajib merahasiakan setiap dokter harus senantiasa
melakukan pengambilan keputusan segala sesuatu yang diketahuinya mengikuti perkembangan ilmu
profesional secara independen, dan tentang seorang pasien , bahkan pengetahuan dan teknologi
mempertahankan perilaku juga setelah pasien itu meninggal kedokteran/kesehatan (psl 21)
profesional dalam ukuran yang dunia (pasal 16)
tertinggi. (pasal 2) setiap dokter memperlakukan
setiap dokter wajib melakukan teman sejawat nya sebagaimana
dalam melakukan pekerjaannya pertolongan darurat sbg suatu ia sendiri ingin diperlakukan
seorang dokter tidak boleh tugas perikemanusiaan, kecuali (pasal 18)
dipengaruhi oleh sesuatu yang bila ia yakin ada orang lain
mengakibatkan hilangnya bersedia dan mampu
kebebasan & kemandirian profesi memberikannya (pasal 17)
(pasal 3)
Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes WHO, POGI.2013
Persalinan Lama
Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes WHO, POGI.2013
343
Perempuan, 22 tahun, keluhan tidak dapat menyusui
anaknya sejak melahirkan, puting tertarik ke dalam,
riwayat puting tertarik ke dalam sudah di ketahui saat
usia 15 tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, nipple
inverted, mammae kemerahan dan nyeri. Tatalaksana
untuk kondisi pasien adalah…
A. Tarik dengan tangan
B. Tarik dengan spuit
C. Pembedahan
D. Kompres hangat
E. Berikan Antibiotik
Analisis Soal
• Pasien tidak dapat menyusui bayinya sejak melahirkan, pada
pemeriksaan tampak inverted nipple, dengan tanda infeksi yaitu
mammae kemerahan dan nyeri, sehingga diagnosis pasien ini
adalah inverted nipple dengan mastitis.
• Pada kondisi ini, tatalaksana yang tepat adalah pengobatan mastitis
dengan memberikan antibiotik.
• Tarik dengan tangan untuk mengatasi inverted nipple dilakukan
beberapa bulan sebelum persalinan; sering juga disebut dengan
hoffman’s technique
• Tarik dengan spuit untuk mengatasi inverted nipple dilakukan
setelah persalinan, ketika ibu akan menyusui.
• Pembedahan terutama dilakukan pada kondisi inverted nipple
grade III dimana puting sulit dikeluarkan dan saluran ASI mengalami
konstriksi
• Kompres hangat untuk kondisi sumbatan saluran ASI (clogged
duct) yang menyebabkan pembengkanan payudara (breast
engorgement), diberikan sebelum menyusui. Kompres dingin
diberikan setelah menyusui. Keduanya membantu mengurangi
nyeri.
Gangguan Proses Menyusui: Mastitis
• Inflamasi / infeksi payudara
Diagnosis
• Payudara (biasanya unilateral) keras,
memerah, dan nyeri
• Dapat disertai benjolan lunak
• Dapat disertai demam > 38 C
• Paling sering terjadi di minggu ke-3 dan
ke-4 postpartum, namun dapat terjadi
kapan saja selama menyusui
Faktor Predisposisi
• Bayi malas menyusu atau tidak menyusu
• Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
• Puting yang lecet
• Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak sempurna
• Bra yang ketat dan menghambat aliran ASI
• Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui
Mastitis & Abses Payudara: Tatalaksana
Tatalaksana Umum Abses Payudara
• Tirah baring & >> asupan cairan • Stop menyusui pada payudara yang
• Sampel ASI: kultur dan diuji sensitivitas abses, ASI tetap harus dikeluarkan
Tatalaksana Khusus • Bila abses >> parah & bernanah
• Berikan antibiotika : antibiotika
– Kloksasilin 500 mg/6 jam PO , 10-14 hari • Rujuk apabila keadaan tidak
ATAU
membaik.
– Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari, 10-14
hari
• Terapi: insisi dan drainase
• Tetap menyusui, mulai dari payudara sehat. • Periksa sampel kultur resistensi
Bila payudara yang sakit belum kosong dan pemeriksaan PA
setelah menyusui, pompa payudara untuk • Jika abses diperkirakan masih banyak
mengeluarkan isinya. tertinggal dalam payudara, selain
• Kompres dingin untuk << bengkak dan nyeri. drain, bebat juga payudara dengan
Berikan parasetamol 3x500mg PO elastic bandage 24 jam tindakan
• Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra kontrol kembali untuk ganti kassa.
yang pas.
• Berikan obat antibiotika dan obat
• Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
penghilang rasa sakit
344
Pasien wanita, mengeluh keluar bercak darah dari
jalan lahir. Tes HCG (+). Tindakan selanjutnya
adalah…
A. Tes HCG ulang untuk memastikan kehamilan
B. USG untuk melihat kantong gestasi intak/tidak
C. Pemeriksaan inspekulo melihat perdarahan
dan ostium serviks
D. Kuretase
E. Resusitasi cairan
Analisis Soal
• Adanya keluhan keluar bercak darah dari jalan lahir disertai dengan
tes HCG (+) mengarahkan kepada kemungkinan adanya abortus.
• Pemeriksaan inspekulo dan USG dapat dilakukan untuk memastikan
adanya abortus, tetapi dipilih pemeriksaan inspekulo karena dapat
dilakukan lebih awal dan dapat menentukan jenis abortusnya.
• Tes HCG ulang tidak dipilih karena pada keterangan di soal sudah
dilakukan dan hasilnya positif.
• Kuretase merupakan tindakan untuk evakuasi jaringan uterus ketika
sudah ditetapkan abortus. Sementara, pada pasien di soal belum
diketahui jenis abortusnya dan apakah memerlukan kuretase,
sehingga pilihan ini tidak dipilih.
• Resusitasi cairan tidak dipilih karena tidak terdapat keterangan yang
mengarahkan pasien pada kondisi syok yang memerlukan resusitasi
cairan.
Abortus
• Definisi:
– ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan.
– WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan
kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan
terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram
Abortus Imminens Abortus Insipiens Abortus Inkomplit
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
• Syarat pemberian MgSO4: Terdapat refleks patella, tersedia
kalsium glukonas, napas> 16x/menit, dan jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam
347
Seorang perempuan usia 28 tahun, datang ke poliklinik RS
dengan keluhan perut membesar sejak enam bulan terakhir.
Pada pemeriksaan fisik dan penunjang dokter menduga
pasien menderita tumor rahim dan disarankan untuk operasi.
Gambaran makro tumor multipel putih padat, tidak ada
nekrosis dan perdarahan. Gambaran mikro tumor berasal dari
sel otot polos. Apakah faktor risiko yang kemungkinan terjadi
pada kelainan di atas?
A. Estrogen
B. Prolaktin
C. Testosteron
D. Gonadotropin
E. FSH
Analisis Soal
• Adanya keluhan perut membesar dalam enam
bulan terakhir pada wanita usia reproduksi, dan
tampak gambaran tumor multipel putih padat
yang berasal dari sel otot polos mengarahkan
diagnosis pada mioma uteri.
• Mioma uteri merupakan tumor jinak yang
tumbuh dari jaringan otot uterus.
• Pertumbuhan tumor tersebut disebabkan oleh
rangsangan dari hormon estrogen, sehingga
jawaban yang dipilih adalah A.
Mioma Uteri
• Disebut juga: fibroid, leimioma, leimiomata, fibromioma
• Tumor jinak yang tumbuh dari jaringan otot uterus
• Dapat terdiri dari satu mioma atau beberapa mioma kecil
• Epidemiologi: 20-50% wanita usia subur
• Hormon steroid (estradiol dan progesterone) memicu pertumbuhan tumor
https://www.uptodate.com/contents/histology-and-
pathogenesis-of-uterine-leiomyomas-
fibroids#H30310927
Mioma Uteri
Gejala dan Tanda:
• Perdarahan banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid
• Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya infeksi rahim
• Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum, organ
panggul lain gangguan BAB atau BAK, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul,
gangguan ginjal
• Infertilitas karena terjadi penekanan pada saluran indung telur
• Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.
Pada kehamilan
• Membesar pada trimester pertama karena pengaruh estrogen
• Degenerasi merah pada masa hamil atau nifas
• Torsio dengan tanda akut abdomen
Faktor Predisposisi
• Nulipara, infertilitas, riwayat keluarga
Diagnosis
• Massa yang menonjol/ teraba seperti bagian janin, tes HCG (-)
• USG abdominal/ transvaginal Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
348
Wanita, 25 tahun, G2P1A0 hamil 35 minggu, keluar
cairan dari jalan lahir berwarna kuning dan bau.
Pada pemeriksaan, ibu dalam batas normal, DJJ
160. Penatalaksanaan pasien tersebut adalah…
A. Oksitosin
B. Observasi 1 Minggu
C. Pemberian tokolitik
D. Rujuk
E. Kortikosteroid
Analisis Soal
• Pasien hamil dengan keluhan keluar cairan kuning dari jalan
lahir dan berbau, mengarah pada kondisi persalinan
prematur dengan komplikasi korioamnionitis.
• DJJ sudah di batas atas, yaitu 160 sehingga sangat mungkin
berisiko mengalami gawat janin dan lahir dengan kondisi
sepsis neonatal. Dengan asumsi pasien ini datang ke dokter
praktik umum di faskes primer, maka tindakan yang dapat
dilakukan adalah rujuk untuk melakukan terminasi
kehamilan di faskes lanjutan.
• Oksitosin dilakukan setelah penilaian serviks pasien, dan
dilakukan di faskes lanjutan.
• Observasi 1 minggu tidak dianjurkan pada kondisi
korioamnionitis
• Tokolitik tidak dianjurkan pada kondisi korioamnionitis.
• Kortikosteroid diberikan pada kehamilan < 34 minggu
Korioamnionitis
• Etiologi dan Faktor Risiko
– Infeksi ascending dari vagina (IMS, BV)
– serviks pendek
– Persalinan prematur
– Persalinan lama
– Ketuban pecah lama
– Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
– Alkohol
– Rokok
• Gejala dan Tanda
– Demam > 38 C (paling sering), takikardia ibu > 100 bpm, takikardia janin >
160 bpm, cairan ketuban/keputihan purulen atau berbau, nyeri fundus
saat tidak berkontraksi, leukositosis ibu > 15.000
• Bila terdapat 2 atau lebih gejala dan tanda diatas risiko sepsis
neonatal >>>
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Korioamnionitis: Tatalaksana
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Tatalaksana
• Hiperemesis gravidarum
– protracted NVP with the triad of more than 5%
prepregnancy weight loss, dehydration and electrolyte
imbalance.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Emesis gravidarum: treatment
• Dietary and lifestyle changes
– Taking only small amounts of liquid or food at a time at
frequent intervals
– Avoiding an empty stomach
– Avoiding rich, fatty, or spicy foods
– Eating dry crackers before getting out of bed in the morning
– Eating a high-protein snack before retiring at night
• Pharmacotherapy
– Vitamin B6 or vitamin B6 plus doxylamine
– Antihistamin
– Antikolinergik
– Antiemetik domperidone, ondansetron
https://www.medscape.com/viewarticle/712662_7
https://www.medscape.org/viewarticle/849796
The initial management of NVP and HG
• Women with mild NVP should be managed in the
community with antiemetics.
• Ambulatory daycare management should be used for
suitable patients when community/primary care measures
have failed and where the PUQE score is less than 13.
• Inpatient management should be considered if there is at
least one of the following:
– continued nausea and vomiting and inability to keep down oral
antiemetics
– continued nausea and vomiting associated with ketonuria
and/or weight loss (greater than 5% of body weight), despite
oral antiemetics
– confirmed or suspected comorbidity (such as urinary tract
infection and inability to tolerate oral antibiotics)
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
350
Perempuan usia 66 tahun P6A0 datang ke puskesmas
dengan keluhan benjolan keluar dari jalan lahir tanpa
disertai perdarahan. Benjolan muncul terutama bila
pasien batuk dan mengangkat benda berat. Riwayat
melahirkan anak 4500 gram dengan bantuan vakum.
Benjolan dapat dimasukkan kembali. Diagnosis pasien
adalah…
A. Mioma geburt
B. Vaginitis
C. Tumor vagina
D. Kista bartholini
E. Prolaps uteri
Analisis Soal
• Pasien usia 66 tahun mengeluh benjolan keluar dari jalan lahir
tanpa perdarahan, terutama bila batuk dan mengangkat benda
berat. Terdapat faktor risiko: multipara (P6A0), riwayat melahirkan
bayi makrosomia dengan bantuan vakum. Hal tersebut sesuai
dengan kondisi prolapse uteri.
• Mioma geburt mioma submucosa yang memiliki tangkai dan
keluar dari rongga rahim ke vagina melalui serviks.
• Vaginitis infeksi di vagina, dapat disebabkan oleh bakteri,
parasite, atau jamur. Gejalanya sesuai dengan penyebabnya,
umumnya berupa keputihan berwarna dan berbau khas, rasa gatal,
nyeri saat buang air kecil.
• Tumor vagina tumor yang berasal dari sel vagina, kejadiannya
jarang, gejala: perdarahan dari vagina, benjolan di vagina, nyeri saat
buang air kecil.
• Kista Bartholin Kista pada kelenjar Bartholin akibat sumbat
kelenjar tersebut. Umumnya tidak menimbulkan gejala, kecuali bila
terinfeksi
Prolaps Uteri
Definisi
• Penurunan uterus dari posisi anatomis yang seharusnya
• Insidens: meningkat dengan bertambahnya usia
Komplikasi
• Keratinasi mukosa vagina dan portio, ulkus dekubitus, hipertrofi serviks,
gangguan miksi & stres inkontinensia, ISK, infertilitas, gangguan partus,
hemoroid, inkarserasi usus
Classification of
Genitourinary Prolapse
• The Pelvic Organ Prolapse Quantification
(POPQ)by The international continence society. It
is based on the position of the most distal portion
of the prolapse during straining
– Stage O: no prolapse
– Satge 1 : more than 1 cm above the hymen
– Stage 2 : witihin 1 cm proximal or distal to the plane
of the hymen
– Stage 3 : more than 1 cm below the plane of the
hymen but protrudes no further than 2 cm less than
the total length of vagina
– Stage 4: there is complete eversion of the vagina
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
351
Perempuan, 27 tahun, G4P2A1 usia kehamilan 7 bulan
datang ke puskesmas untuk kontrol rutin. Pada
pemeriksaan fisik, fundus uteri lebih tinggi dibandingkan
usia kehamilan, bagian-bagian anak sulit diraba, teraba 3
bagian besar anak dan 2 ballottement. Diagnosa yang
tepat pada pasien tersebut adalah…
A. Bayi besar
B. Gemelli
C. Hidrosefalus
D. Hidroamnion
E. Hydrops fetalis
Analisis Soal
• Pasien hamil 7 bulan, pada pemeriksaan fisik
fundus uteri lebih tinggi dibandingkan usia
kehamilan, teraba 3 bagian besar anak dan 2
ballottement. Kondisi ini sesuai untuk gemelli.
• Bagian kecil yang sulit teraba mengarahkan pada
polihidramnion yang juga dapat terjadi pada
kehamilan gemelli.
• Tidak dipilih hidramnion krn penyebab
polihidramnion pada psn ini adalah Gemelli
• Kondisi seperti bayi besar, hidrosefalus, dan
hydrops fetalis umumnya sulit diketahui melalui
pemeriksaan fisik kehamilan dan dipastikan
dengan pemeriksaan USG.
Kehamilan Gemelli
• Kehamilan dengan
dua janin atau lebih
• Faktor yang
mempengaruhi:
– Faktor obat-obat
konduksi ovulasi,
faktor keturunan,
faktor yang lain belum
diketahui.
Kehamilan Gemelli: Diagnosis
Anamnesis
• Ibu mengatakan perut tampak lebih buncit dari seharusnya
umur kehamilan
• Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
• Uterus terasa lebih cepat membesar
• Pernah hamil kembar atau terdapat riwayat keturunan
Ultrasonografi
• Terlihat 2 janin pada triwulan II, 2 jantung yang
berdenyut telah dapat ditentukan pada triwulan I
352
Perempuan, 35 tahun, datang di antar oleh keluarga ke
IGD RS atas rujukan dari bidan dengan perdarahan post
partum 2 jam. Perdarahan disertai dengan keluhan nyeri
hebat pada perut bagian bawah. TD 110/60 HR
114x/menit RR 28x/menit. Pada pemeriksaan ditemukan
benjolan seperti beludru keluar dari vagina. Kemungkinan
penyebab perdarahan tersebut?
A. Ruptur uteri
B. Ruptur vagina
C. Inversio uteri
D. Mioma uteri
E. Ruptur perineum
Analisis Soal
• Pasien pasca persalinan dengan perdarahan yang disertai
nyeri hebat pada perut bagian bawah, pemeriksaan tanda
vital mulai terdapat peningkatan frekuensi nadi dan napas.
Pada pemeriksaan ditemukan benjolan seperti beludru
keluar dari vagina. Kondisi ini mengarahkan diagnosis pada
inversion uteri.
• Ruptur uteri perdarahan terjadi saat atau segera setelah
persalinan, nyeri perut berat disertau akut abdomen,
terdapat Bandl’s ring sign.
• Mioma uteri tumor jinak uterus yang berasal dari
jaringan otot polos, gejala: perut semakin membesar.
• Ruptur perineum / ruptur vagina Perdarahan post
partum terjadi segera, darah segar yang mengalir setelah
bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap.
HPP: Inversio Uteri
• Etiologi
– Tonus otot rahim lemah
– Tekanan/tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan
dengan tangan, tarikan pada tali pusat)
– Kanalis servikalis yang longgar
• Jenis
– Complete: fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput
lendirnya berada diluar
– Incomplete: fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak keluar
ostium uteri
• Bila uterus yang berputar balik keluar dari vulva: inversio prolaps
Hemorrhagia Post Partum: Inversio Uteri
• Gejala
– Syok
– Fundus uteri tidak teraba/ teraba lekukan
– Kadang tampak massa merah di vulva atau teraba massa dalam
vagina dengan permukaan kasar
– Perdarahan
• Terapi
– Atasi syok
– Reposisi dalam anestesi
– Bila plasenta belum lepas: reposisi uterus baru dilepaskan karena
dapat memicu perdarahan >>
353
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poli
Puskesmas dengan keluhan keluar keputihan berlendir.
Hal tersebut dirasakan setelah melahirkan. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan dalam
tampak benjolan sebesar 2 mm pada leher rahim. Apa
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
A. Pemeriksaan laboratorium darah rutin
B. Kolposkopi
C. Biopsi
D. USG
E. CT Scan
Analisis Soal
• Pasien datang dengan keluhan keputihan berlendir setelah
ia melahirkan. Pemeriksaan dalam tampak benjolan
sebesar 2 mm di serviks mengarahkan pada kista
nabothi.
• Kista nabothi terjadi bila kelenjar penghasil mukus di
permukaan serviks mengalami sumbatan.
• Salah satu faktor risikonya adalah kehamilan dan proses
persalinan.
– Selama proses persalinan, akan terjadi pertumbuhan sel kulit di
atas kelenjar mucus sehingga menyebabkan sumbatan dan
menjadi kista.
• Umumnya kista nabothi tidak menimbulkan gejala fisik
tertentu, tetapi bila terinfeksi dapat menyebabkan
keputihan hingga servisitis
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk diagnosis kondisi
ini adalah kolposkopi
Kista Nabothi
• Etiologi
– Terjadi bila kelenjar
penghasil mukus di
permukaan serviks
tersumbat epitel skuamosa
• Pemeriksaan
- Pemeriksaan pelvis, kadang dengan kolposkopi
• Diagnosis:
– Duh tubuh vagina putih kental dan bergumpal, tidak berbau
– Rasa gatal
– Disuria/nyeri berkemih
– Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan KOH 10% untuk melihat pseudohifa dan miselium
• Faktor predisposisi
– Penggunaan antibiotik spektrum luas, peningkatan kadar estrogen, diabetes melitus,
HIV/AIDS, imunokompromais.
• Tatalaksana
– Berikan mikonazol atau klotrimazol 200 mg intra vagina setiap hari selama 3 hari, ATAU
– Klotrimazol, 500 mg intra vagina dosis tunggal, ATAU
– Nistatin, 100.000 IU intra vagina setiap hari selama 14 hari.
• Keputihan sangat gatal
dengan duh putih
kekuningan dan
berbutir-butir
• Sel-sel bulat/oval
yeast-like cells
355
Seorang wanita usia 35 tahun datang dengan nyeri hebat di
perut kiri bawah sejak beberapa jam yang lalu. Pasien
menggunakan kontrasepsi kondom, keluhan haid normal
pemeriksaan fisik dan lab dalam batas normal. Pemeriksaaan
abdomen simpisis kiri atas nyeri tekan, teraba massa di
adneksa kiri mobile dan kistik. Pada USG ditemukan massa
kistik pada adneksa kiri berbatas tegas dan hypo echoic. Apa
diagnosis yang tepat ?
A. Kista terpuntir
B. Kista pecah
C. Kista terinfeksi
D. Endometriosis
E. Kista cokelat
Analisis Soal
• Adanya keluhan nyeri hebat di perut kiri bawah, pada
pemeriksaan teraba massa di adneksa kiri yang mobile dan
kistik, mengarahkan pada diagnosis kista ovarium. Hasil
pemeriksaan USG menunjukkan kista terpuntir.
• Konstrasepsi dengan kondom tidak ada faktor risiko KB
hormonal
• Pada kista pecah (ruptur kista ovarium), umumnya akan
tampak batas tidak tegas dan fluid collection (yang
menandakan adanya cairan bebas) pada pemeriksaan USG.
• Kista terinfeksi tidak ada istilah tersebut
• Endometriosis (sering juga disebut dengan kista coklat)
ditandai dengan adanya nyeri saat menstruasi.
Torsio Kista Ovarium
• Terjadi akibat perubahan dari volume dan berat kista yang mengubah posisi
kista, sehingga memungkinkan terjadinya puntiran
• Terapi
– Medikamentosa
– Anti nyeri, anti emesis
– Operatif
– Laparoskopi/ laparotomi
• Komplikasi
– Infeksi, peritonitis, sepsis, adesi, nyeri
kronik, infertilitas
Torsio Kista Ovarium vs Ruptur Kista
Ovarium
Torsio Kista Ovarium Ruptur Kista Ovarium
• Ultrasonografi • Ultrasonografi
– Pembesaran ovarium akibat – Massa kistik berdinding tipis
hambatan aliran vena dan – Tampak hemoperitoneum di
saluran limfe pouch of Douglas, Morison’s
– Tampak ada massa dengan pouch, atau di kuadran kiri
beberapa kista atas.
– Kista di ovarium tampak di
perifer, disebabkan karena
edema ovarium dan kongesti
vena yang menggeser kista ke
tepi.
https://emedicine.medscape.com/article/2026938-workup#c8
https://radiopaedia.org/articles/ruptured-ovarian-cyst
356
Perempuan usia 25 tahun, G3P0A2, usia kehamilan 17
minggu. Pasien datang ingin memeriksa kehamilan.
Pasien senang makan sayur mentah dan makanan
setengah matang. Dari hasil pemeriksaan toksoplasma
didapatkan IgM (+) dan IgG (-) dan dari koriamniosintesis
didapatkan pasien terinfeksi toxoplasma. Pengobatan apa
yang diberikan?
A. Kontrimoksazol
B. Co Amoksiklav
C. Siprofloksasin
D. Sulfametoksazol + trimethoprim
E. Spiramisin
Analisis Soal
• Pasien hamil 17 minggu dan didapatkan IgM
(+) dan IgG (-) untuk toksoplasma serta dari
korioamniosintesis didapatkan toxoplasma.
Tatalaksana infeksi toksoplasma pada
kehamilan sebelum usia gestasi 17 minggu
adalah Spiramisin 3x1 gram
Toksoplasma
• Etiologi: Toxoplasma gondi
• Diagnosis
– Gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik).
– Pemeriksaan laboratorium: Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-
Toxoplasma IgG.
• Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu
sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya
pada trimester pertama, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.
http://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/health_professionals/
357
Seorang wanita usia 30 tahun datang ke Puskesmas untuk
memeriksakan kehamilannya. Pasien sudah tidak haid
selama 7 bulan. Saat ANC, pada pemeriksaan Leopold I
TFU 2 jari atas umbilikus, USG: janin tunggal, TBJ 700gr,
denyut jantung janin normal. Diagnosis yang tepat
adalah…
A. Oligohidramnion
B. Polihidramnion
C. Kematian Janin
D. Pertumbuhan Janin Terhambat
E. Mikrosefalus
Analisis Soal
• Pasien hamil 7 bulan, pada pemeriksaan didapatkan TFU 2 jari di atas
umbilicus dan taksiran berat janin 700 gram dengan denyut jantung
janin normal.
• Berdasarkan kurva berat janin untuk usia gestasi, usia 7 bulan (30
minggu) berada pada kisaran 1250 -1500 gram.
• Berat janin pasien pada soal dibawah percentile 10%, sehingga
terdapat dua kemungkinan yaitu janin kecil masa kehamilan (small
gestational age/SGA) atau pertumbuhan janin terhambat (intrauterine
growth restriction/fetal growth restriction).
• SGA dan IUGR sama-sama memiliki berat janin di bawah percentile
10%.
• Perbedaannya adalah
– Pada IUGR
• berat janin yang rendah,
• janin tidak dapat mencapai potensi genetiknya
• mengalami insufisiensi uteroplasenta yang tampak dari pemeriksaan USG seperti
lingkar perut (abdominal circumference) yang kecil, volume cairan amnion rendah,
gangguan aliran arteri uterine, resistensi arteri umbilical.
• Namun, karena pada soal hanya diberikan data berat janin dan tidak
terdapat pilihan SGA, maka dipilih pilihan D, yaitu pertumbuhan janin
terhambat.
IUGR
• small for gestational age (SGA) and fetal
(intrauterine) growth restriction (FGR).
• These two terms, although related since they
may include many of the same infants, are not
the same.
• Definition:
– SGA : as infants with a BW below the 10th percentile
for gestational age
– FGR : the fetus who does not achieve the expected in
utero growth potential due to genetic or
environmental factors
IUGR: Definition
• The most widely used definition of IUGR is
– a fetus whose estimated weight is below the 10th
percentile for its gestational age and
– whose abdominal circumference is below the
2.5th percentile.
https://www.aafp.org/afp/1998/0801/p453.html
Diagnosis
• The diagnosis of FGR is based on discrepancies between
actual and expected sonographic biometric measurements
for a given gestational age.
• Traditionally, it has been defined as <10th percentile weight
for gestational age on a singleton growth curve, as this
establishes the diagnosis as being small for gestational age
(SGA)
• A weight <10th percentile definition is clinically practical,
but it alone does not distinguish the constitutionally small
fetus that achieves its normal growth potential and is not at
increased risk of adverse outcome from the similarly small
fetus whose growth potential is restricted and is at
increased risk of perinatal morbidity and mortality.
358
Perempuan, 29 tahun, hamil 33 minggu keluhan
nyeri kepala 1 hari yang lalu. Protein urin (+2)
disertai penglihatan kabur. Terapi definitif untuk
kondisi tersebut adalah…
A. Segera lahirkan
B. MgSO4
C. Dexametasone
D. Antibiotik
E. Diazepam
Analisis Soal
• Pasien hamil 33 minggu dengan keluhan nyeri
kepala, proteinuria (+2), dan penglihatan
kabur mengarah pada kondisi pre eklampsia
berat.
• Karena yang ditanyakan adalah terapi definitif
maka jawabannya adalah terminasi kehamilan
(persalinan).
Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
preeklampsia, yaitu:
– 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
– 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
– 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen
– 4. Edema Paru
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
– 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
– 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Kriteria terminasi kehamilan pada PEB
359
Seorang perempuan, 30 tahun, datang dengan keluhan nyeri
dan bengkak pada payudara kiri. Pasien mengaku puting lecet
dan nyeri sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya demam dan
menggigil. Saat ini sedang menyusui anaknya yang berusia 3
minggu. TD 120/80, HR 80 RR 20 suhu 39'C. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan payudara bengkak kemerahan. Etiologi paling
sering dari kondisi tersebut adalah…
A. Staphylococcus aureus
B. Streptococcus beta hemolitik
C. Lactobacillus sp
D. Mycobacterium tuberculosis
E. Pseudomonas sp.
Analisis Soal
• Perempuan pasca persalinan mengeluh
payudara kiri bengkak, nyeri, kemerahan,
disertai demam dan menggigil. Pada
pemeriksaan tanda vital, suhu meningkat
390C. Kondisi tersebut sesuai dengan mastitis.
• Penyebab paling sering adalah Staphylococcus
aureus.
Mastitis
• Inflamasi atau infeksi payudara
• Etiologi: Staphylococcus aureus
• Klinis:
– Payudara (biasanya unilateral) nyeri, kemerahan
– Dapat disertai demam > 38 C
– Umumnya minggu ke 3-4 postpartum, namun bisa terjadi kapan
saja selama menyusui
• Predisposisi:
– Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
– Puting yang lecet
– Menyusui pada satu posisi drainase payudara tidak sempurna
– Bra terlalu ketat menghambat aliran ASI
– Riwayat mastitis sebelumnya
Tatalaksana Mastitis
Tatalaksana Umum
• Tirah baring & >> asupan cairan
• Sampel ASI: kultur dan diuji sensitivitas
Tatalaksana Khusus
• Berikan antibiotika :
– Kloksasilin 500 mg/6 jam PO , 10-14 hari ATAU
– Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari, 10-14 hari
• Tetap menyusui, mulai dari payudara sehat. Bila payudara yang sakit
belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk mengeluarkan
isinya.
• Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
• Berikan parasetamol 3x500mg PO
• Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
• Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
360
Seorang wanita, 27 tahun, datang ke Puskesmas
dengan kencang-kencang seperti ingin melahirkan.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan
cervix 9 cm, dan teraba orbita, hidung, mulut, dan
dagu anterior. Tatalaksana pada pasien ini adalah…
A. Bedah sesar
B. Persalinan pervaginam
C. Ekstraksi vakum
D. Ekstraksi forceps
E. Perasat McRobert
Analisis Soal
• Pasien datang dengan keluhan kencang-kencang seperti
ingin melahirkan, didapatkan pembukaan cervix 9 cm,
teraba orbita, hidung, mulut, dan dagu anterior
mengarahkan pada presentasi wajah. Pada presentasi
wajah dengan dagu anterior, persalinan masih dapat
dilakukan per vaginam.
• Ekstraksi forceps dilakukan apabila terjadi masalah
penurunan kepala, tetapi karena pada soal tidak disertakan
data mengenai penurunan kepala, pilihan D tidak dipilih.
• Presentasi Muka merupakan kontraindikasi dilakukannya
ekstraksi vakum, maka tidak dipilih pilihan C
• Perasat McRobert adalah tindakan hiperfleksi kaki ibu erat
dengan perut dalam kondisi distosia bahu.
• Bedah sesar dilakukan bila tidak memungkinkan terjadinya
persalinan pervaginam, contohnya pada presentasi dagu
posterior
Presentasi Muka
• Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala
janin .
• Penolong akan meraba muka, mulut , hidung dan pipi
• Etiologi: panggul sempit,janin besar,multiparitas,perut
gantung,anensefal,tumor dileher,lilitan talipusat
• Dagu merupakan titik acuan, sehingga ada presentasi muka
dengan dagu anterior dan posterior
• Sering terjadi partus lama. Pada dagu anterior kemungkinan
persalinan dengan terjadinya fleksi.
• Janin • Janin
– Adanya gawat janin – Bayi prematur (belum memiliki
moulage yang baik kompresi
forceps perdarahan
• Waktu periventrikular)
– Nullipara: 3 jam dengan anelgesi
lokal, 2 jam tanpa anelgesi lokal
– Letak lintang
– Multipara: 2 jam dengan anelgesi
lokal, 1 jam tanpa anelgesi lokal
Persalinan dengan Forcep
Syarat:
• Presentasi belakang kepala atau muka dengan
dagu di depan atau kepala menyusul pada
sungsang
• Pembukaan lengkap
• Penurunan kepala 0/5 (Hodge IV)
• Kontraksi baik dan ibu tidak gelisaih
• Ketuban sudah pecah
• Dilakukan di rumah sakit rujukan
• Tatalaksana
– Resusitasi perdarahan
– Kosongkan kandung kemih
– Oksitosin 5 IU bolus IV ATAU 20 IU dalam 1 L NS secepatnya
ATAU 10 IU IM bila akses IV sulit
• http://emedicine.medscape.com/article/275038-treatment#d12
• http://patient.info/doctor/postpartum-haemorrhage
Atonia uteri
362
Wanita G2P0A1 usia kehamilan 32 minggu datang
dengan perut mulas-mulas sejak 6 jam yang lalu,
riwayat keputihan berbau warna hijau. Komplikasi
terberat yang dapat terjadi adalah…
A. Kematian janin
B. Kelahiran prematur
C. Perdarahan post partum
D. Endometritis
E. Korioamnionitis
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3008318/
Analisis Soal
• Pasien hamil usia 32 minggu dengan keluhan perut mulas-
mulas sejak 6 jam yang lalu. Adanya riwayat keputihan
berbau dan berwarna hijau menunjukkan riwayat infeksi
trikomonas.
• Komplikasi yang dapat terjadi pada trikomoniasis selama
kehamilan diantaranya adalah persalinan prematur dan
korioamnionitis.
• Korioamnionitis dapat terjadi ada kondisi selaput ketuban
masih intak (tanpa ada ketuban pecah dini), terutama
pada infeksi di genitalia.
• Namun, karena pertanyaannya adalah komplikasi terberat
maka dipilih korioamnionitis karena dapat menyebabkan
gawat janin
• Namun, karena pertanyaannya adalah komplikasi terberat
maka dipilih korioamnionitis karena dapat menyebabkan
gawat janin.
TRIKOMONIASIS
• Oval, panjang 4-32 μm dan lebar 2,4-14,4 μm, memiliki
flagella; Tidak memiliki bentuk kista
• Discharge: Keputihan kuning-kehijauan, berbusa, berbau
busuk
• Gejala: Gatal, Dispareunia, Disuria
• Pemeriksaan mikroskopik: motile trichomonads dan
leukosit
• Pemeriksaan Amine whiff test: strong odor
• Kultur: media Diamond
• Ph 4.5
• Tanda khas: Strawberry cervix
• Terapi Metronidazole
– 2 gram, dosis sekali minum (single dose; DOC CDC 2015)
– 250 mg 3 kali sehari selama 7-10 hari
– 500 mg 2 kali sehari selama 5-7 hari
– Dapat digunakan untuk kehamilan trimester berapapun (CDC)
Komplikasi Obstetrik Trikomoniasis
• Ketuban Pecah Dini
• Korioamnionitis
• Persalinan prematur
• Bayi berat lahir rendah
Coleman, J. S., Gaydos, C. A., & Witter, F. (2013). Trichomonas vaginalis vaginitis in obstetrics and gynecology practice: new
concepts and controversies. Obstetrical & gynecological survey, 68(1), 43–50. doi:10.1097/OGX.0b013e318279fb7d
363
Ibu hamil G3P2A0, dibawa ke IGD dengan keluhan mulas,
nyeri perut bawah. Pemeriksaan fisik pembukaan
lengkap, kepala hodge 4, sudah dipimpin persalinan 1 jam
bayi belum lahir. Ibu sudah tidak ada tenaga. Diagnosis
dan tatalaksana yang tepat untuk kondisi tersebut
adalah…
A. Partus kala II memanjang, ekstraksi vakum
B. Partus kala II memanjang, manuver kristeller
C. Partus kala II memanjang, ekstraksi forceps
D. Partus macet, induksi oksitosin
E. Partus macet, episiotomy
Analisis Soal
• Pasien G3P2A0 sedang menjalani persalinan
sudah dipimpin 1 jam bayi belum lahir, sesuai
untuk kondisi partus kala II memanjang.
• Karena ibu sudah tidak ada tenaga untuk
mengedan dan pembukaan sudah lengkap
serta kepala di hodge 4 maka pilihan
tatalaksananya adalah ekstraksi forceps.
Persalinan Lama
• Definisi: Waktu persalinan memanjang karena kemajuan
persalinan yang terhambat.
• Janin • Janin
– Adanya gawat janin – Bayi prematur (belum memiliki
moulage yang baik kompresi
forceps perdarahan
• Waktu periventrikular)
– Nullipara: 3 jam dengan anelgesi
lokal, 2 jam tanpa anelgesi lokal
– Letak lintang
– Multipara: 2 jam dengan anelgesi
lokal, 1 jam tanpa anelgesi lokal
364
Suami istri ke klinik untuk konsul suaminya. Menikah 5
tahun tapi belum punya anak. Pemeriksaan analisa
sperma jumlah ejakulat 3ml, (N: 1.5 mL), konsentrasi
17juta/ml (N: 15 jt/mL), morfologi normal 52% (N: 4%)
motilitas total 31% (N: 32%).
A. Oligozoospermia.
B. Astenozoospermia
C. Teratozoospermia
D. Oligoastenozoopsermia
E. Oligoastenoteratozoospermia
Analisis Soal
• Pasangan suami istri konsultasi untuk
infertilitas dan melakukan Analisa sperma.
• Hasil Analisa sperma didapatkan motilitas
total 31% (kurang dari normal 32%)
selebihnya dalam batas normal sehingga
diagnosis suami adalah astenozoospermia.
Sperma Abnormal
• Kriteria diagnosis :
– Usia kehamilan > 20 minggu
– Keluar cairan ketuban dari vagina
– Inspekulo : terlihat cairan keluar dari OUE
– Kertas nitrazin menjadi biru
– Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
• Mikroskopik
• Ferning sign (arborization, gambaran daun pakis)
• Amniosentesis
• Injeksi 1 ml indigo carmine + 9 ml NS tampak
pada tampon vagina setelah 30 menit
http://www.aafp.org/afp/2006/0215/p659.html
367
Perempuan, 30 tahun, datang dengan usia kehamilan 39
minggu, merasa mulas seperti akan melahirkan sejak 6 jam.
Air ketuban dirasakan keluar 1 hari yang lalu. Vital sign dalam
batas normal, his 2x/10 menit durasi 20 detik. Pemeriksaan
dalam didapatkan dilatasi serviks 3-4cm. Dilakukan observasi
selama 4 jam dan caput suksadenum besar, serviks edema.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah…
A. Rujuk ke spesialis
B. Oksitosin
C. Observasi 4 jam
D. Injeksi antibiotik
E. Misoprostol
Analisis Soal
• Pasien hamil 39 minggu mengatakan air ketuban
keluar sejak 1 hari yang lalu dan saat ini mengalami
tanda persalinan dengan his 2x/10 menit durasi 20
detik dan dilatasi serviks 3-4 cm. Setelah observasi
selama 4, didapatkan kaput suksadenum besar dan
serviks edema yang membuat persalinan per vaginam
tidak memungkinkan.
• Karena itu dipilih jawaban rujuk pasien ke spesialis
untuk dilakukan persalinan section caesaria.
• Injeksi antibiotik dapat dilakukan pada saat pasien
berada di fasilitas lanjutan sebelum dilakukan
terminasi.
Ketuban Pecah Dini
• Robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan
(sebelum onset persalinan berlangsung)
• PPROM (Preterm Premature Rupture of
Membranes): ketuban pecah saat usia kehamilan
< 37 minggu
• PROM (Premature Rupture of Membranes): usia
kehamilan > 37 minggu
• Kriteria diagnosis :
– Usia kehamilan > 20 minggu
– Keluar cairan ketuban dari vagina
– Inspekulo : terlihat cairan keluar dari OUE
– Kertas nitrazin menjadi biru
– Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
MASUK RS
• Antibiotik
• Batasi pemeriksaan dalam
• Observasi tanda infeksi & fetal distress
PPROM
• Observasi:
PROM
• Temperatur
• Fetal distress
• Kelainan Obstetri
Kortikosteroid
• Fetal distress
Letak Kepala
• Letak sungsang
• CPD
• Riwayat obstetri buruk Indikasi Induksi
• Grandemultipara • Infeksi
• Elderly primigravida • Waktu
• Riwayat Infertilitas
• Persalinan obstruktif
Berhasil
• Persalinan pervaginam
Gagal
Sectio Caesarea • Reaksi uterus tidak ada
• Kelainan letak kepala
• Fase laten & aktif memanjang
• Fetal distress
• Ruptur uteri imminens
• CPD
Sectio Caesarea
• Prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui abdomen
dan uterus, disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim
• Indikasi
– Plasenta Previa sentralis dan lateralis(posterior)
– Panggul Sempit(Panggul dengan CV 8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan pervaginam, 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan,
baru setelah gagal dilakukan seksio caesaria sekunder
– Disproporsi sefalo-pelvik(ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan
panggul)
– Ruptura uteri mengancam
– Partus Lama
– Partus Lama(prolonged labor)
– Partus Tak Maju
– Distosia servik
– Pre-eklampsia dan hipertensi
Sectio Caesarea: Indikasi
• Malpresentasi janin:
– Letak Lintang
Semua primigravida dengan letak janin lintang harus
ditolong dengan operasi seksio sesaria
– Letak Bokong, dianjurkan seksio sesaria bila:
• Panggul sempit
• Primigravida
• Janin besar dan Berharga
• Presentasi dahi dan muka(letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil
• Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
• Gemelli
368
Perempuan, 25 tahun, nyeri saat menyusui 2 hari.
Riwayat melahirkan 3 minggu yang lalu. Mammae
dextra tampak puting kemerahan, lecet, puting
pecah-pecah, dan terasa panas. Penyebab tersering
kondisi tersebut adalah…
A. Teknik menyusui tidak benar
B. Dermatitis puting
C. Bayi dengan lidah pendek
D. Maserasi
E. Infeksi jamur mulut bayi
Analisis Soal
• Pasien baru melahirkan 3 minggu lalu datang
dengan keluhan nyeri saat menyusui dan
pada pemeriksaan mammae dextra puting
tampak kemerahan, lecet, pecah-pecah dan
panas.
• Penyebab paling sering dari kondisi tersebut
adalah Teknik perlekatan (latch on) yang tidak
tepat sehingga jawabannya adalah A.
Mastalgia
• Breast pain (mastalgia) is common in women and
occasionally occurs in men
• Etiology — Causes of nipple and breast pain
postpartum include:
– Nipple injury including trauma from breast pumps
– Nipple vasoconstriction
– Engorgement
– Plugged ducts
– Nipple and breast infections
– Excessive milk supply
– Nipple dermatitis/psoriasis
Diagnosis
• The onset of breast pain, as breast pain in the first days of breastfeeding is most
often caused by poor latch, whereas infectious causes of breast pain occur later.
• Description of the pain including the clinical setting. For example, pain that
occurs in a mother who feels fullness of her breasts may be due to excessive
milk supply. Whereas pain that occurs only with pumping may be due to trauma
from the pump.
• Feeding history that includes the frequency and duration of feedings, when the
milk "came in," and how well the infant latches onto the breast.
• Previous breastfeeding experience.
• History of yeast infections.
• Maternal breast surgeries including breast reduction, piercings and implants, or
the presence of inverted nipples.
• History of nipple pain or extreme sensitivity during pregnancy.
• History of Raynaud syndrome or autoimmune disease.
Teknik Perlekatan Menyusui
www.womenshealth.gov
369
Wanita G1P0A0 datang ke klinik untuk ANC, hamil
38 minggu. Pemeriksaan Leopold 1 kosong, leopold
2 : teraba keras sisi kanan dan lunak sisi kiri, leopold
3 tidak teraba bagian janin. Letak janin berdasarkan
pemeriksaan tersebut adalah…
A. Letak lintang
B. Letak kepala
C. Letak oblik
D. Letak bokong
E. Letak memanjang
Analisis Soal
• Pasien hamil 38 minggu pada pemeriksaan
leopold didapatkan bagian keras (kepala) di
sisi kanan dan lunak (bokong) di sisi kiri,
sementara leopold 1 dan 3 kosong, sesuai
untuk letak lintang.
Letak, presentasi, posisi dan habitus
janin
• Letak
– Hubungan antara sumbu panjang fetus terhadap sumbu panjang ibu. Letak
janin yang dapat dijumpai adalah letak lintang (transverse), longitudinal dan
oblique
• Presentasi
– Bagian terbawah janin yang berada/mendekati jalan lahir
– Terdiri atas presentasi kepala, bokong, transversal, ganda, wajah dan dahi
• Posisi
– Hubungan antara bagian terbawah janin terhadap tubuh ibu. Pada presentasi
kepala yang menjadi penanda adalah vertex. Normalnya vertex berada di
bagian anterior tubuh ibu
• Habitus
– Sikap tubuh janin selama dalam uterus.
– Normalnya sikap janin adalah kepala flexi dan dagu menyentuh sternum,
punggung convex, paha melipat ke arah perut, tungkai flexi pada lutut,
Letak Lintang
• Persalinan akan macet
• Lakukan versi luar bila permulaan inpartu dan ketuban intak
• Bila ada kontraindikasi versi luar lakukan SC
• Lakukan pengawasan adanya prolaps funikuli
• Dapat terjadi ruptura uteri
• Dalam obsteri modern, pada letak
lintang inpartu dilakukan SC
walaupun janin mati
• Faktor Predisposisi :
– Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
– Kelainan gastrointestinal
– Penyakit kronis
– Riwayat Keluarga
Tatalaksana Umum
• Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan
pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel
darah merah.
• Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat.
– Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet
tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg
asam folat.
– Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan
3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan
pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.
– Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat
kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat
pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
373
Seorang ibu post partum 5 hari yang lalu, mengeluhkan
sesak napas , TTV : BP 90/70 HR 110 RR 32x/m T 36.6.
Memiliki riwayat pre eclampsia. Pada pemeriksaan suara
vesikuler, suara napas tambahan (-). Edema perifer (+).
Mekanisme yang mendasari terjadinya hal ini adalah…
A. Peningkatan tekanan darah
B. Hypercoagulasi
C. Peningkatan laju balik vena
D. Peningkatan cardiac output
E. Kekurangan protein darah
Analisis Soal
• Pasien post partum 5 hari mengeluh sesak napas,
pada pemeriksaan fisik terjadi penurunan tekanan
darah, peningkatan frekuensi nadi, dan terdapat
edema perifer.
• Hal tersebut mengarah pada kondisi peripartum
cardiomyopathy (PPCM) yaitu adanya tanda gagal
jantung yang terjadi pada akhir masa kehamilan atau
pasca persalinan tanpa penyebab lain yang jelas.
• Ibu hamil dengan riwayat pre eklampsia memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami PPCM.
• Pada PPCM, patofisiologi terjadinya sesak napas
serupa dengan gagal jantung yaitu akibat peningkatan
venous return (laju balik vena).
Kardiomiopati Peripartum
• The European Society of Cardiology
mendefinisikan Peripartum Cardiomyopathy
(PPCM) sebagai suatu keadaan kardiomiopati
idiopatik, berhubungan dengan kehamilan
yang bermanifestasi:
• Disfungsi sistolik ventrikel kiri (fraksi ejeksi <45%)
• terjadi selama 1 bulan terakhir kehamilan sampai 5
bulan masa postpartum
• tanpa penyakit kardiovaskuler lain (diagnostic by
exclusion)
Kardiomiopati Peripartum
• The risk of cardiac complications in pregnancy depends on:
– the underlying cardiac diagnosis,
– ventricular and valvular function,
– functional class,
– presence of cyanosis,
– pulmonary artery pressures, and other factors.
• Comorbidities, including for example rheumatoid and
musculoskeletal diseases as well as mental disorders, should also be
taken into account.
• To assess the maternal risk of cardiac complications during
pregnancy, the condition of the woman should be assessed, taking
into account medical history, functional class, oxygen saturation,
natriuretic peptide levels, echocardiographic assessment of
ventricular and valvular function, intrapulmonary pressures and
aortic diameters, exercise capacity, and arrhythmias.
• Disease-specific risk should be assessed using the modified World
Health Organization (mWHO) classification.
https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIRCULATIONAHA.115.020491
Tanda gejala ppcm
• Tahap awal
– Edema tungkai
– Dyspneu on effort
– Paroksismal nocturnal dyspneu
– Batuk persisten
• Tahap lanjut
– Kongesti hepar (hepatomegali)
– Nyeri epigastrik
– Nyeri kepala
– Hipotensi postural
– JVP meningkat
– Murmur regurgitasi serta bunyi gallop S3 dan S4
Manajemen ppcm
374
Seorang anak perempuan usia 16 tahun belum
menstruasi, memiliki kakak perempuan yang sudah
menarche di usia 12 tahun, TB: 127 cm, BB: 50 kg pasien
mengatakan aktivitas biasa saja. Untuk mengetahui
penyebab kondisi pasien, pemeriksaan yang diperlukan
adalah…
A. Estrogen
B. Progesteron
C. Prolactin
D. FSH
E. Tirosin
Analisis Soal
• Pasien usia 16 tahun belum menstruasi dapat
dikatakan mengalami amenorea primer.
• Pada pemeriksaan didapatkan TB 127 cm BB
50 kg yang sesuai untuk kondisi obesitas.
• Pada kasus amenorea primer pemeriksaan
pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan
FSH untuk mengetahui apakah penyebabnya
dari ovarium atau gangguan fungsi
hipotalamus.
Gangguan Menstruasi
Disorder Definition
Amenorrhea Primer Tidak pernah menstruasi setelah berusia 15 tahun, atau berusia 13
tahun tanpa menstruasi sebelumnya dan tidak terdapat tanda-tanda
perkembangan seksual sekunder
Amenorrhea Sekunder Tidak terdapat menstruasi selama 3 bulan pada wanita dengan sklus
haid teratur, atau 6 bulan pada wanita dengan siklus menstruasi tidak
teratur
Oligomenorea Menstruasi yang jarang, siklus menstruasi berada antara >35 hari
hingga 3 bulan; atau dengan perdarahan yang sangat sedikit
Polimenorea Gangguan menstruasi dimana siklus menstruasi menjadi <21 hari
https://www.aafp.org/afp/2017/0401/p442.htmla https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21668737
Hemorrhagia Post Partum
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
• Perdarahan segera (P3) berlebihan
• Uterus kontraksi baik • Inversio uteri akibat tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput (mengandung • Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap • fundus tidak berkurang sebagian plasenta
• Perdarahan segera • (kontraksi hilang-timbul)
Hemorrhagia Post Partum: Diagnosis
GEJALA DAN
G E J A L A D A N TA N D A TA N D A YA N G
DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADANG
ADA
• Uterus tidak teraba • Syok neurogenik Inversio uteri
• Lumen vagina terisi massa • Pucat dan limbung
• Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
• Perdarahan segera
• Nyeri sedikit atau berat
Ibu DM, preeklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm/abortus berulang, inkompetensi
serviks, narkotika, trauma, perokok berat, kelainan imun/rhesus,
serviks terbuka > pada 32 minggu, riwayat konisasi
• Pencegahan infeksi
– DOC: eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari
– Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
– Klindamisin
– Kontra indikasi: amoksiklav risiko necrotizing enterocolitis
377
Seorang perempuan berusia 27 tahun datang dengan
keluhan mual muntah di pagi hari. Pasien mengatakan
bahwa telat menstruasi sejak 3 minggu. Didapatkan hasil
Plano tes (+). Apakah pemeriksaan lanjutan yang
diperlukan untuk mengetahui derajat keparahan penyakit
?
A. Fungsi ginjal
B. Urin rutin
C. Fungsi hati
D. Darah lengkap
E. Apusan darah
Analisis Soal
• Pasien terlambat menstruasi 3 minggu dan plano test (+)
mengarahkan pada kondisi kehamilan.
• Saat ini pasien mengalami mual dan muntah di pagi hari.
• Derajat hyperemesis gravidarum ditentukan berdasarkan
tanda dehidrasi, syok, jumlah urin yang menurun, serta
ketosis.
• Hal tersebut dapat diketahui melalui sejumlah
pemeriksaan.
• Dehidrasi dan syok dapat dinilai secara jelas melalui tanda
vital dan gejala klinis (penurunan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi), sementara ketosis dapat
terlihat dari pemeriksaan urin.
• Karena itu, dipilih pemeriksaan urin.
Emesis Gravidarum
• Emesis gravidarum (nausea and vomiting of
pregnancy /NVP)
– NVP should only be diagnosed when onset is in the first
trimester of pregnancy and other causes of nausea and
vomiting have been excluded.
– Nausea and vomiting of varying severity usually
commence between the first and second missed menstrual
period and continue until 14 to 16 weeks’ gestation
• Hiperemesis gravidarum
– protracted NVP with the triad of more than 5%
prepregnancy weight loss, dehydration and electrolyte
imbalance.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• NVP without complication, frequency is usually <5 x/day
• 70% of patients: Began between the 4th and 7th menstrual week
• 60% of patients: resolution by 12 weeks . 99% of patienst by 20 weeks
Grade 1 Low appetite, epigastrial pain, weak, pulse 100 x/min, systolic BP low, signs of
dehydration (+)
Grade 2 Apathy, fast and weak pulses, icteric sclera (+), oliguria, hemoconcentration,
aceton breath
Grade 3 Somnolen – coma, hypovolemic shock, Wernicke encephalopathy.
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
378
Seorang perempuan usia 28 tahun datang ke puskesmas untuk
melahirkan anak pertama. Janin tunggal hidup, plasenta
dilahirkan 15 menit setelah anak lahir. Tampak darah dari
robekan jalan lahir dari garis tengah sampai perineum, laserasi
musculus peritoneum horizonal tetapi tidak sampai ke
musculus spingter ani. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Apa tatalaksana untuk kondisi tersebut?
A. Rujuk dokter spesialis
B. Jahit perineum
C. Tampon perdarahan
D. Injeksi asam traneksamat
E. Masase uterus
Analisis Soal
• Pasien pasca melahirkan anak pertama
mengalami perdarahan dari robekan jalan lahir
daroi garis tengah sampai perineum, laserasi
musculus peritoneum horizontal, tetapi tidak
sampai ke musculus sfingter ani.
• Hal tersebut sesuai dengan rupture perineum
grade II. Tatalaksana untuk kondisi tersebut
adalah jahit perineum yang dapat dilakukan oleh
dokter umum, sehingga tidak perlu rujuk ke
dr.spesialis.
Ruptur perineum
I Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina,
komisura posterior tanpa mengenai kulit perineum.
Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi
luka baik
II Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan
otot perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan
laserasi perineum.
III Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot perineum
hingga otot sfingter ani.
http://www.open.edu/openlearncreate/mod/oucontent/view.php?id=41&printable=1
Letak, presentasi, posisi dan habitus
janin
• Letak
– Hubungan antara sumbu panjang fetus terhadap sumbu panjang ibu. Letak
janin yang dapat dijumpai adalah letak lintang (transverse), longitudinal dan
oblique
• Presentasi
– Bagian terbawah janin yang berada/mendekati jalan lahir
– Terdiri atas presentasi kepala, bokong, transversal, ganda, wajah dan dahi
• Posisi
– Hubungan antara bagian terbawah janin terhadap tubuh ibu. Pada presentasi
kepala yang menjadi penanda adalah vertex. Normalnya vertex berada di
bagian anterior tubuh ibu
• Habitus
– Sikap tubuh janin selama dalam uterus.
– Normalnya sikap janin adalah kepala flexi dan dagu menyentuh sternum,
punggung convex, paha melipat ke arah perut, tungkai flexi pada lutut,
380
Seorang wanita, 34 tahun, G1POA0 37 minggu.
Mengeluhkan kencang-kencang dan mulas sejak pagi hari.
Pada pemeriksaan dalam ditemukan kepala bayi sudah
crowning namun tidak ada putar paksi luar. Tatalaksana
pada kasus ini yang tepat adalah…
A. Perasat McRoberts
B. Perasat Lovset
C. Perasat anterior smith
D. Perasat Zavanelli
E. Perasat Gaskin
Analisis Soal
• Pasien hamil 37 minggu sedang dalam persalinan dengan kepala bayi
sudah crowning namun tidak ada putaran paksi luar sehingga
kemungkinan pasien mengalami distosia bahu.
• Langkah awal tatalaksana distosia bahu adalah meminta pertolongan dan
mengangkat tungkai dan bokong ibu hingga hiperfleksi yang disebut
perasat McRoberts.
– Umumnya, 70% kasus distosia bahu dapat diselesaikan dengan perasat ini.
• Perasat Lovset manuver yang dilakukan untuk persalinan letak bokong
(breech delivery).
• Perasat zavanelli teknik yang dapat dilakukan juga pada distosia bahu,
dilakukan dengan mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau
posterior apabila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut. Teknik
ini dilakukan setelah perasat lain dilakukan, bukan utama.
• Perasat Gaskin disebut juga ”all fours” dimana ibu berada dalam posisi
seperti merangkak (bertumpu pada tangan dan kaki), serupa dengan
zavanelli juga bukan merupakan Teknik pertama yang dilakukan pada
distosia bahu.
• Anterior smith pendekatan yang dilakukan untuk tindakan total hip
arthroplasty.
Management of Shoulder Dystocia
Ask for help
Lift - the buttocks } McRobert’s manoeuver
- the legs
Anterior disimpaction of shoulder
- rotate to oblique
- suprapubic pressure
Rotation of the posterior shoulder - Woods’ manoeuver
Manual removal of posterior arm
Avoid the P’s
• Panic
• Pulling (on the head)
• Pushing (on the fundus)
• Pivoting (sharply angulating the head,
using the coccyx as a fulcrum)
Ask for HELP
• get the mother on your side
• partner, coach
• nursing
• notify physician back up or other
appropriate personnel
Lift - McRobert’s Manoeuver
Lifting the legs and buttocks
• McRobert’s manoeuver
• flexion of thighs on abdomen
• requires assistance
• 70% of cases are resolved with
this manoeuvre alone
Gaskin Maneuver
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
381
Seorang Wanita, usia 27 tahun G1P0A0 37 minggu datang
karena terdapat rembes darah lendir banyak dari 1 jam
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sudah kenceng-
kenceng 2 minggu. Pada pemeriksaan TFU tampak
ukurannya besar melebihi usia kehamilan. Bagian janin
tidak mudah teraba. Komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien ini adalah...
A. Tali Pusat terlilit
B. Vasa Previa
C. Korioamnionitis
D. Ruptur Uteri
E. Inversi uteri
Analisis Soal
• Pasien hamil 37 minggu dapat dengan keluhan
keluar lendir darah sejak 1 jam yang lalu disertai
kencang-kencang sejak 2 minggu. Pada
pemeriksaan TFU ukuran lebih dari usia
kehamilan dan bagian janin tidak mudah teraba
sesuai dengan kondisi polihidramnion.
• Salah satu komplikasi polihidramnion adalah
perdarahan post partum akibat rupture uteri. Hal
ini disebabkan karena pada polihdramnion,
uterus mengalami overdistensi sehingga rentan
mengalami rupture saat proses persalinan.
Polihidramnion
• Volume air ketuban lebih 2000 cc
• Muncul sesudah kehamilan lebih 20 minggu
• Etiologi
– Rh isoimunisasi, DM, gemelli, kelainan kongenital dan idiopatik
• Gejala
– Sering pada trimester terakhir kehamilan
– Fundus uteri ≥ tua kehamilan
– DJJ sulit didengar
– Ringan : sesak nafas ringan
– Berat : air ketuban > 4000 cc
– Dyspnoe & orthopnea
– Oedema pada extremitas bawah
• Diagnosis
– Palpasi dan USG
Buku Saku Pelayanan Ibu, WHO
Polihidramnion: Tatalaksana
• Identifikasi penyebab
• Kronik hidramnion : diet protein ↑, cukup istirahat
• Polihidramnion sedang/berat, aterm → terminasi
• Penderita di rawat inap, istirahat total dan dimonitor
• Jika dyspnoe berat, orthopnea, janin kecil → amniosintesis
• Amniosintesis, 500 – 1000 cc/hari → diulangi 2 – 3 hari
• Bila perlu dapat dipertimbangkan pemberian tokolitik
• Komplikasi
– Kelainan letak janin
– partus lama
– solusio plasenta
– tali pusat menumbung dan
– PPH (post partum haemorrhage)
– Prematuritas dan kematian perinatal tinggi
https://reference.medscape.com/article/275854-overview
382
Perempuan, 32 tahun, hamil 42 minggu, belum ada
keluhan nyeri pinggang hingga menembus belakang,
keluar cairan dari jalan lahir. Letak janin memanjang,
kepala belum masuk Pintu atas panggul.TTV dbn,
Promontorium dan ischiadika tidak teraba. Apa yang
menyebabkan hal tersebut?
A. Anencepal fetal
B. Kelainan bentuk serviks
C. Panggul sempit
D. Besarnya janin
E. Malposisi janin
Analisis Soal
• Pasien hamil 42 minggu mengeluh nyeri
pinggang tembus ke belakang serta keluar
cairan dari jalan lahir. Diketahui letak janin
memanjang.
• Promontorium dan ischiadika tidak teraba
artinya panggul cukup luas untuk dilalui janin,
• tetapi kepala masih belum masuk pintu atas
panggul sehingga kemungkinan ukuran janin
besar hingga tidak masuk ke ruang panggul.
Pelvimetri klinis
• Tulang panggul terdiri atas:
– Os koksa (Os innominata, fusi dari
os ilium, ischium, dan os pubis)
– Os sakrum
– Os koksigis
• Secara fungsional, panggul terdiri
atas 2 bagian:
– Pelvis mayor (false pelvis)→
terletak diatas linea terminalis
– Pelvis minor (true pelvis) →
terletak di bawah linea terminalis.
Memiliki peran penting dalam
obstetri.
• Pintu atas panggung (PAP)
• Ruang panggul
• Pintu bawah panggul (PBP)
Pintu Atas Panggul
• PAP dibentuk oleh promontorium
korpus vertebrae sakral 1, linea
innominata (linea terminalis, dan
pinggir atas simfisis.
• 4 diameter pada PAP:
– Diameter anteroposterior/ true
conjugate/ konjungata vera→
diukur dari pinggir atas simfisis
pubis ke promontorium, ± 11cm
– Diameter transversa→ jarak
terjauh garis melintang pada PAP ±
12,5-13 cm
– 2 diameter oblikus→ garis dari
artikulasio sakro-iliaka ke titik
persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera dan
diteruskan ke linea innominata
383
Seorang wanita, 40 tahun, P5A0 datang ke IGD dengan
keterangan rujukan perdarahan paska persalinan. Pasien
baru bersalin 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum pasien lemah, TD 70/50 mmHg, nadi
112x/menit, lemah, suhu 37,1C. Apa tatalaksana yang
tepat pada pasien?
A. Memberikan O2 dengan non-rebreathing mask
B. Memberikan resusitasi cairan
C. Memasang endotracheal tube
D. Melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan
darah lengkap
E. Transfusi darah
Analisis Soal
• Pasien pasca persalinan 2 jam yang lalu
mengalami perdarahan dengan kondisi
tekanan darah menurun dan peningkatan
frekuensi nadi. Hal tersebut mengarah pada
kondisi syok hipovolemik akibat perdarahan.
• Tatalaksana yang tepat adalah pemberian
resusitasi cairan.
Hemorrhagia Post Partum
2 komponen utama:
1. Tatalaksana
perdarahan
obstetrik dan
kemungkinan syok
hipovolemik
2. Identifikasi dan
tatalaksana
penyebab utama
384
Seorang wanita, 30 tahun, G2P1 hamil 13-14 minggu datang ke
poliklinik RSU dengan keluhan keluar darah banyak bergumpal-gumpal
serta jaringan menyerupai daging dan nyeri perut bagian bawah sejak
satu hari lalu. Saat ini perdarahan berhenti. Pada pemeriksaan keadaan
umum: Baik. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan bimanual: tampak porsio lunak dengan OS terbuka. Pada
pemeriksaan sonografi ditemukan kavum uteri: sisa jaringan (+).
Apakah tatalaksana yang paling tepat yang segera diberikan pada kasus
diatas?
A. Kuretase
B. Laparatomi
C. Dilatasi
D. Laparaskopi
E. Histeroskopi
Analisis Soal
• Pasien hamil 13-14 minggu dengan keluhan
keluar darah bergumpal serta jaringan
menyerupai daging dan nyeri perut. Perdarahan
saat ini sudah berhenti.
• Pada pemeriksaan porsio tampak lunak, OS
terbuka, dan terdapat sisa jaringan pada
pemeriksaan USG. Kondisi tersebut sesuai
dengan abortus inkomplit.
• Pada abortus inkomplit tatalaksana yang tepat
adalah evakuasi isi uterus dengan kuretase.
Abortus: Tatalaksana Umum
• Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
• Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok
• Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat
• Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
– Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
– Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
– Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
• Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
• Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus
Tatalaksana Abortus Inkomplit
• Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
• Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi isi
uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera
dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
• Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl
0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
– Lebih disarankan untuk memakai kuret tajam jika usia kehamilan >16 minggu
• Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu
baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
• Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang
385
Pasien, 22 tahun, G1P0A0 datang dengan keluhan keluar
bercak darah disertai jaringan sebesar ujung jempol
berwarna putih, tanpa rasa nyeri. Pasien mengaku
terlambat haid 1 bulan. Pada pemeriksaan inspeksi
perdarahan hanya sedikit, tampak OUE internum dan
eksternum menutup. Tatalaksana untuk kondisi tersebut
adalah…
A. Kuretase
B. Laparotomi
C. Konseling pasien
D. Dilatasi
E. Resusitasi cairan
Analisis Soal
• Pasien terlambat haid 1 bulan datang dengan
keluhan keluar bercah darah disertai jaringan
dari jalan lahir tanpa rasa nyeri sesuai untuk
diagnosis abortus komplit.
• Pada abortus komplit tidak perlu dilakukan
evakuasi isi uterus lagi dan pasien diberikan
konseling untuk memberikan dukungan
emosional
Tatalaksana Abortus Komplit
• Tidak diperlukan evakuasi lagi.
• Konseling untuk memberikan dukungan
emosional dan menawarkan KB pasca keguguran.
• Observasi keadaan ibu.
• Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu, jika
anemia berat berikan transfusi darah.
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
386
Ny.A dengan G1P0A0 hamil dengan usia kehamilan
37 minggu datang dengan keluhan keluar lendir
darah. DJJ + bayi sudah masuk PAP, HIS baik.
Perineum terlihat masih kaku. Lalu apakah tindakan
dokter yang dapat menimbulkan komplikasi?
A. Episiotomi medial
B. Episiotomi mediolateral
C. Episiotomi lateral
D. Pecahkan selaput ketuban
E. Induksi persalinan
Analisis Soal
• Pasien hamil 37 minggu dengan tanda
persalinan, tetapi perineum masih kaku.
• Tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan
dokter adalah episiotomi.
• Terdapat setidaknya dua jenis episiotomi yaitu
media (midline) dan mediolateral.
• Episiotomi medial (midline) paling sering
menimbulkan komplikasi yaitu perluasan
laserasi hingga ke rektum.
Ruptur perineum
I Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina,
komisura posterior tanpa mengenai kulit perineum.
Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi
luka baik
II Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan
otot perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan
laserasi perineum.
III Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot perineum
hingga otot sfingter ani.
http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Jh2922e/2.5.11.html
Malaria dalam Kehamilan
• Ditemukan parasit pada darah maternal dan darah plasenta
3. Jaga jalan nafas untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila perlu beri
oksigen
MAL Mulai segera • Manfaat kesehatan bagi ibu • Harus benar-benar ASI eksklusif
dan bayi • Efektivitas berkurang jika sudah
mulai suplementasi
Kontrasepsi • Jangan sebelum 6-8mg • Akan mengurangi ASI • Merupakan pilihan terakhir bagi
Kombinasi pascapersalinan • Selama 6-8mg pascapersalinan klien yang menyusui
• Jika tidak menyusui mengganggu tumbuh • Dapat diberikan pada klien dgn
dapat dimulai 3mg kembang bayi riw.preeklamsia
pascapersalinan • Sesudah 3mg pascapersalinan
akan meningkatkan resiko
pembekuan darah
Kontrasepsi • Bila menyusui, jangan • Selama 6mg pertama • Perdarahan ireguler dapat
Progestin mulai sebelum 6mg pascapersalinan, progestin terjadi
pascapersalinan mempengaruhi tumbuh
• Bila tidak menyusui kembang bayi
dapat segera dimulai • Tidak ada pengaruh pada ASI
AKDR • Dapat dipasang • Tidak ada pengaruh terhadap • Insersi postplasental
langsung ASI memerlukan petugas terlatih
pascapersalinan • Efek samping lebih sedikit khusus
pada klien yang menyusui
Kondom/Sper • Dapat digunakan setiap Tidak pengaruh terhadap laktasi Sebaiknya dengan kondom dengan
misida saat pascapersalinan pelicin
KB: Kontrasepsi Pasca Persalinan