Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi

Volume 19 Nomor 1 Februari 2019

RHEUMATOID FACTOR (RF) PADA LANJUT USIA

Meri, Wulan Syiri Afrilia


Program Studi DIII Analis Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Email korespondensi: meri@stikes-bth.ac.id

ABSTRAK

Lanjut usia merupakan suatu kelanjutan dari usia dewasa dengan kemunduran fisik, mental sosial
sedikit demi sedikit sampai tidak memiliki kemampuan lagi melakukan tugasnya sehari-hari. Semakin
tua maka kemungkinan mengalami autoimun semakin besar dibandingkan dengan usia yang lebih
muda. Penyakit autoimun salah satunya yaitu Rhematoid Arthritis (RA). Rheumatoid Factor (RF)
merupakan parameter yang dapat mendeteksi sebagain besar adanya RA. RF adalah antibodi terhadap
regio Fc di immunoglobulin IgG. Metode penelitian bersifat deksriptif untuk melihat gambaran hasil
pemeriksaan RF pada lansia. Pemeriksaan RF menggunakan metode Slide Test, yaitu mengamati ada
tidaknya aglutinasi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling sebanyak 21 orang,
dengan kriteria lansia yang berumur 60 sampai 74 tahun dan lokasi pengambilan sampel di Limus
Agung Ciamis. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 4 sampel (19,05%) dengan RF reaktif dan 17
sampel (80,95%) dengan RF non reaktif dari total 21 sampel. Kesimpulannya adalah sebagian besar
hasil pemeriksaan RF pada lansia adalah non reaktif.

Kata kunci : Usia Lanjut, Rheumatoid Factor (RF), Rheumatoid Arthritis (RA).

Diterima: 11 Januari 2019 Direview: 31 Januari 2019 Diterbitkan: 1 Februari 2019

RHEUMATOID FACTOR (RF) PADA LANJUT USIA

ABSTRACT

Elderly is a continuation of adulthood with physical deterioration, mental social little by little until it
has no ability to carry out its daily tasks. The older it is, the greater the chance of autoimmune
experience compared to younger age. One of the autoimmune diseases is Rhematoid Arthritis (RA).
Rheumatoid Factor (RF) is a parameter that can detect the majority of RA. RF is an antibody to the Fc
region in IgG immunoglobulin. The research method is descriptive to see about RF examination
results in the elderly. RF examination uses the Slide Test method, which is to observe the presence or
absence of agglutination. Sampling was done by purposive sampling as many as 21 people, with the
criteria of the elderly aged 60 to 74 years and sampling locations in Limus Agung Ciamis. The results
showed that 4 samples (19.05%) with reactive RF and 17 samples (80.95%) with non-reactive RF from
a total of 21 samples. The conclusion is that most RF examination results in the elderly are non-
reactive.

Keywords: Advanced Age, Rheumatoid Factor (RF), Rheumatoid Arthritis (RA).

LATAR BELAKANG merupakan masa yang kurang


Lanjut usia merupakan suatu usia menyenangkan (Nugroho, 2012).
yang berkelanjutan dari usia dewasa Lansia merupakan usia yang
dengan mengalami kemunduran fisik memiliki kemungkinan lebih besar untuk
ataupun mental sosial yang sedikit demi mengalami autoimun, hal ini berdasarkan
sedikit sampai tidak mampu lagi untuk pernyataan bahwa semakin bertambahnya
melakukan tugasnya sehari-hari. Bagi usia atau semakin tua, maka semakin
kebanyakan orang, masa usia lanjut ini mungkin untuk mengalami autoimun
dibanding dengan usia yang lebih muda.
93
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada :Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi
Volume 19 Nomor 1 Februari 2019

Semakin tua maka kemampuan toleransi (Ernesto, K., 2017). RF ditemukan lebih
antigennya semakin berkurang dan dari 70% penderita RA. Meskipun
terjadilah peningkatan reaksi terhadap self demikian, RF juga ditemukan dalam
antigen tersebut (Agrawal, Sridharan, persentase kecil pada subjek sehat dan
Prakash, & Agrawal, 2012) hingga 20% pada subjek yang berusia
Autoimun adalah suatu respon lebih dari 65 tahun. Adanya RF
imun atau sistem kekebalan yang menunjukkan RA tetapi bukanlah penegak
terbentuk sebagai kesalahan dalam diagnosis. Peran autoantibodi dalam
mengidentifikasi benda asing. Sel, pathogenesis RA masih diperdebatkan;
jaringan atau organ tubuh manusia akan namun temuan umum pada RA adalah
dianggap sebagai benda asing sehingga adanya antibodi IgM yang bereaksi
dirusak melalui perantaraan antibodi. dengan bagian Fc IgG, yang menyebabkan
Penyakit autoimmun tidak memberikan terbentuknya kompleks imun. Antibodi
dampak peningkatan ketahanan tubuh anti-IgG ini dinamakan sebagai RF.
dalam melawan suatu penyakit, tetapi Pengendapan kompleks imun ini pada
dapat menimbulkan kerusakan tubuh sendi akan mengaktifkan jalur komplemen
akibat kekebalan yang terbentuk klasik, yang menginisiasi kaskade
(Purwaningsih, E., 2013). peristiwa yang pada komplemen
Rheumatoid Arthritis (RA) menyebabkan pembentukan kemoatraktan
merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat merekrut makrofag dan
yang paling umum di masyarakat, berupa neutrophil di tempat tersebut. Sel-sel ini
inflamasi arthritis pada pasien dewasa dapat menyebabkan destruksi jaringan dan
(Singh et al., 2015). juga menyebabkan penyebaran respons
Kejadian penyakit ini di Indonesia inflamatorik (Ernesto, K., 2017).
lebih rendah dibandingkan dengan negara Kebanyakan penyakit RA
maju seperti Amerika. Menurut Arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan
Foundation (2015), sebanyak 22% orang kambuh kembali secara berulang-ulang
dewasa di Amerika Serikat berusia 18 sehingga menyebabkan kerusakan sendi
tahun atau lebih didiagnosa arthritis. secara menetap. RA dapat mengancam
Berdasarkan data tersebut, sekitar 3% jiwa pasien atau hanya menimbulkan
mengalami RA (Arthritis Foundation, gangguan kenyamanan. Masalah yang
2015). Pada tahun 2009 menurut hasil disebabkan oleh penyakit RA tidak hanya
penelitian yang dilakukan oleh berupa keterbatasan yang tampak jelas
Nainggolan (2010), prevalensi RA di pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-
Indonesia mencapai 23,6% sampai 31,3%. hari tetapi juga ef ek sistemik yang tidak
RF merupakan antibodi terhadap jelas yang dapat menimbulkan kegagalan
regio Fc di Immunoglobulin G. Namun, organ. RA dapat mengakibatkan masalah
sebagian besar RF adalah berupa IgM seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah,

94
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi
Volume 19 Nomor 1 Februari 2019

perubahan citra diri serta gangguan tidur. dilakukan pemeriksaan. Serum diperiksa
Dengan demikian hal yang paling buruk dengan menggunakan metode Latex Slide
pada penderita RA adalah pengaruh Test (PT. AIM, 2008) dengan cara
negatifnya terhadap kualitas hidup. Oleh memipet 50 µL kontrol positif pada
karena itu, diperlukan kepastian seberapa lingkaran pertama, 50 µl kontrol negative
besar frekuensi RF pada lansia, yang pada lingkaran kedua, dan sampel 50 µl
merupakan kemungkinan besar pada lingkaran ketiga di slide test.
mengalami autoimun. Kemudian ditambahkan 50 uL Reagen RF
Latex pada setiap lingkaran.
METODELOGI PENELITIAN
Dihomogenkan selama 3 menit, kemudian
Alat dan Bahan Penelitian
diamati ada atau tidaknya aglutinasi pada
Alat dan bahan yang digunakan
slide test dengan latar belakang warna
yaitu quosioner untuk data lansia,
hitam. Hasil pengamatan dibandingkan
centrifuge, clinipet, pengaduk, slide test,
dengan kontrol.
spuit, tabung vacutainer, timer, tourniquet,
Analisa Data
yellow tip, kontrol negatif, kontrol positif,
Data hasil penelitian di analisa dengan
kapas alcohol, plester, reagen RF Latex,
menggunakan distribusi frekuensi dengan
sampel, dan tissue.
melihat persentase dari jumlah RF reaktif
Pengambilan Sampel
atau non reaktif pada lansia.
Sampel diambil dengan cara
purposive sampling diambil sebanyak 21 HASIL DAN PEMBAHASAN
orang berdasarkan pada kriteria inklusi Berdasarkan hasil pemeriksaan RF pada
yaitu : lansia yang bersedia menjadi lansia, maka dapat digambarkan dengan
responden, lansia yang berusia dari 60-74 diagram sebagai berikut :
tahun dan kriteria eksklusi yaitu : subjek
tidak di tempat ketika pengumpulan data
dilakukan.
Cara Kerja
Persiapan bagi lansia dengan
memberikan formulir kesediaan menjadi
Diagram 1
responden dan inform consent. Responden
Rheumatoid Factor (RF) pada lansia
yang sudah bersedia berkontribusi dalam
penelitian dilakukan pemeriksaan darah. Berdasarkan hasil pemeriksaan
Darah yang telah didapat tersebut RF di laboratorium TUK STIKes BTH
didiamkan selama 15-30 menit, kemudian Tasikmalaya yang diperiksa dengan
disentrifuge selama 20 menit dengan metode Latex Slide Test pada 21 lansia
kecepatan 3000 rpm. Serum yang telah diperoleh sebanyak 4 sampel (19,05%)
terpisah dipipet dengan clinipette untuk menunjukkan hasil reaktif (ada aglutinasi)

95
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada :Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi
Volume 19 Nomor 1 Februari 2019

terhadap RF pada kode D, H, P dan S. pada atau di sekitar sendi yang


Sebanyak 17 sampel (80,95%) yang berlangsung satu jam atau lebih, tidak
menunjukkan hasil non reaktif (tidak ada mengalami pembengkakan pada tiga sendi
aglutinasi) terhadap RF pada kode A, B, atau lebih, tidak mengalami
C, E, F, G, I, J, K, L, M, N, O, Q, R, T, pembengkakan sendi pangkal jari-jari
dan U. tangan, sendi buku-buku jari tangan
Pada 4 sampel (19,05%) hasilnya bagian atas, atau pergelangan tangan,
reaktif terhadap RF yaitu kode pasien D, tidak mengalami pembengkakan sendi
H, P dan S karena keempat pasien tersebut simetris mengenai bagian sisi kanan dan
memiliki kriteria RA seperti mengalami kiri.
kekakuan di waktu pagi pada atau di Hasil pemeriksaan RF pada lansia
sekitar sendi yang berlangsung satu jam yang dilakukan hampir sama dengan teori
atau lebih, pembengkakan pada tiga sendi yang dikemukakan oleh Ernesto, K.,
atau lebih, pembengkakan sendi pangkal bahwa ditemukan dalam persentase kecil
jari-jari tangan, sendi buku-buku jari pada subjek sehat dan hingga 20% pada
tangan bagian atas, atau pergelangan subjek yang berusia lebih dari 65 tahun.
tangan, pembengkakan sendi simetris Penemuan umum pada RA yaitu adanya
mengenai sisi kanan dan kiri, reaktif pada antibodi IgM yang bereaksi dengan bagian
pemeriksaan RF. Fc IgG, yang menyebabkan terbentuknya
Sebanyak 17 sampel (80,95%) kompleks imun. Antibodi terhadap anti-
dengan kode pasien A, C, F, G, I, K, L, IgG ini dinamakan sebagai RF.
M, N, O, Q, R, dan T memberiksan hasil Pengendapan kompleks imun pada sendi
non reaktif karena pasien tersebut tidak akan mengaktifkan jalur komplemen
mengalami RA dengan kriteria tidak klasik, menyebabkan pembentukan
mengalami kekakuan di waktu pagi pada kemoatraktan yang merekrut makrofag
atau di sekitar sendi yang berlangsung satu dan neutrophil di tempat tersebut. Sel-sel
jam atau lebih, tidak mengalami tersebut dapat menyebabkan destruksi
pembengkakan pada tiga sendi atau lebih, jaringan dan juga penyebaran respons
tidak mengalami pembengkakan sendi inflamatorik didaerah sendi.
pangkal jari-jari tangan, sendi buku-buku Sel yang mengalami inflamasi
jari tangan bagian atas, atau pergelangan akan menyebabkan antibodi masuk ke
tangan, tidak mengalami pembengkakan dalam rongga sinovial. Sel melepaskan
sendi simetris mengenai sisi kanan dan enzim lisosomal yang berakibat merusak
kiri. Pada kode pasien B, E, J, dan U pun bagian Fc pada IgG sehingga terbentuk
memberikan hasil non reaktif karena determinan antigenik. Sebagai respon
pasien tersebut tidak memiliki kriteria RA terhadap determinan antigenik maka
seperti mengalami kekakuan di waktu pagi dibentuk antibodi dari IgG dan IgM.

96
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi
Volume 19 Nomor 1 Februari 2019

Antibodi tersebut dinamakan RF Salah satu komponen utama


“Autoantibodi” (Harti, 2006). sistem kekebalan tubuh adalah limfosit.
Pada lansia juga memiliki Kelompok lansia kurang mampu
kemungkinan memiliki pengaruh dari menghasilkan limfosit untuk sistem imun.
radikal bebas yang dapat menimbulkan Sel perlawanan infeksi yang dihasilkan
kerusakan biomolekul salah satunya kurang cepat bereaksi dan kurang efektif,
Senyawa Oksigen Reaktif (SOR) sebagai ketika antibodi dihasilkan, durasi respons
pemicu terjadinya berbagai penyakit kelompok lansia lebih singkat dan sedikit
degeneratif, misalnya RA yaitu yang dapat sel yang dihasilkan. Selain itu, kelompok
menyebabkan perubahan viskositas cairan lansia cenderung menghasilkan
sinovial (Suhartono, 2016). Faktor usia autoantibodi dan mengarah pada penyakit
lanjut dapat meningkatkan risiko RA autoimmun. Autoantibodi adalah faktor
dengan ditandai tubuh sakit saat penyebab RA (Fatmah, 2006).
digerakkan dikarenakan pada usia lanjut, Prinsip pemeriksaan ini adalah
lapisan pelindung persendian mulai reagen RF mengandung partikel lateks
menipis dan cairan tulang mulai yang dilapisi dengan IgG manusia. Ketika
mengental. Sehingga menimbulkan rasa reagen yang dicampur dengan serum yang
sakit. Pada dasarnya setiap persendian mengandung RF maka pada partikel akan
tulang memiliki lapisan pelindung sendi terjadi aglutinasi. Hal ini menunjukkan
yang menghalangi terjadinya gesernya hasil reaktif pada sampel terhadap RF.
antara tulang dan di dalam sendi terdapat Kontrol positif setara dengan 8 IU/ml,
cairan yang berfungsi sebagai pelumas tetapi di pemeriksaan secara kualitatif
sehingga tulang dapat digerakkan dengan belum diketahui kadar RF hal tersebut
leluasa (Drisckel, 2006). harus dilakukan pemeriksaan lanjutan
Salah satu perubahan besar yang secara semi kuantitatif.
terjadi seiring pertambahan usia adalah Dari sejumlah responden
pengecilan kelenjar timus banyak mempunyai RF non reaktif, meskipun
menyertai proses penuaan pada manusia. mereka sudah lansia dapat dicegah atau
Timus yaitu suatu organ tempat diturunkan tingkat keparahannya melalui
dimatangkannya sel limfosit T, terletak di upaya-upaya perbaikan nutrisi. Jika fungsi
atas jantung dan di belakang tulang dada. imun lansia dapat diperbaiki, maka
Lanjut usia dikaitkan dengan sejumlah kualitas hidup individu meningkat
besar perubahan fungsi imunitas tubuh, (Fatmah, 2006)
terutama penurunan imunitas yang
diperantarai sel. Penurunan imunitas dapat
menyebabkan tubuh mudah terkena
kanker, mudah terkena infeksi dll.

97
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada :Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi
Volume 19 Nomor 1 Februari 2019

KESIMPULAN pathogenesis of rheumatoid


Penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil arthritis, Rheumatology, 2012
Rhematoid Factor (RF) sebagian besar ;51:v3-v11. doi:10.1093
non reaktif pada lansia. /rheumatology/kes113
Drisckell C. What you need to know
UCAPAN TERIMAKASIH about artfuitis. Boston: American
Kami mengucapkan terimakasih kepada Physical Therapy Association;
pihak yang telah membantu dalam 2006.
kelancaran penelitian yaitu pihak Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga
Laboratorium Prodi D-III Analis : Jakarta
Kesehatan serta pihak P3M STIKes BTH Fatmah. Respons Imunitas yang
Tasikmalaya yang telah berkontribusi Rendah pada Tubuh Manusia Usia
dalam memfasilitasi publikasi artikel ini. Lanjut. Makara, Kesehatan, VOL.
10, NO. 1, JUNI 2006: 47-5.
DAFTAR PUSTAKA Diakses pada tanggal 4 Juli 2018.
Agrawal, A., Sridharan, A., Prakash, S., & Gandasoebrata, R. 1985. Penuntun
Agrawal, H. (2012). Dendritic cells Laboratorium Klinik. Dian Rakyat :
and aging: Consequences for Jakarta
autoimmunity. Expert Review of Handriani. (2011). Kesehatan Gaya
Clinical Immunology, 8(1), 73–80. Hidup Modern bisa Disebabkan
https://doi.org/10.1586/eci.11.77 Reumatik. Diakses pada tanggal 6
Akurat Intan Madya. 2008. Petunjuk AIM Februari 2018
Rheumatoid Factor (RF) Reagent Kit Harti, A. S. & Yuliana, D.
(Latex Slide Test). PT. Akurat Intan Pemeriksaan Rheumatoid Faktor
Madya:Jakarta Pada Penderita Tersangka
Arthritis Foundation, 2015, Arthritis Rheumatoid Arthritis. Jurnal
Foundation Scientific Strategy KESMADAS. 2012;3(2):5.
2015-2020, Diakses pada tanggal Diakses pada tanggal 7 Juni 2018.
8 Februari 2018. Harti, A. S. 2006. Imunologi Serologi
Bethesda. 2016. In Stem Cell II. Surakarta: Fakultas Biologi D
Information. MD: National III Analis Kesehatan USB.
Institutes of Health, U.S. Http://www. Medicineworld.org.
Department of Health and Human Gambar Rheumatoid Arthritis.
Services. Diakses pada tanggal 2 (online). Diakses pada tanggal 6
Juli 2018. Februari 2018
Choy, E., 2012, Kate dan Ernesto. 2017. Imunologi dan
Understanding the dynamics: Serologi Klinis Modern. EGC:
pathways involved in the Jakarta

98
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi
Volume 19 Nomor 1 Februari 2019

Longo, Dan L. MD., Kasper, Dennis L. Upaya Penatalaksanaannya.


MD., et al. 2012. Harrison’s Jurnal AKP 5(2):21
Principle of Internal Medicine Nugroho. Wahyudi. 2012. Keperawatan
ed.18 Chapter 231: Rheumatoid Gerontik, Penerbit Buku
Arthritis. McGrawHill Companies, Kedokteran,EGC: Jakarta.
Inc. USA. Pearce, E.C. 2016. Anatomi dan
Nainggolan, O., Prevalensi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT
Determinan Penyakit Rematik di Gramedia Pustaka Utama.
Indonesia. Majalah Kedokteran Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
Indonesia, 2009;59. Rekomendasi Perhimpunan
Nasution, Jani. 2011. Pola Aktivitas Reumatologi Indonesia Untuk
Pasien Rheumatoid Arthritis di Diagnosis dan Pengelolaan
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Artritis Reumatoid. Jakarta:
Sakit Umum Pusat Haji Adam Perhimpunan Reumatologi
Malik Medan (SKRIPSI). USU. Indonesia; 2014. p.1-18.
Medan. Pradana, Septian Yudo. 2012.
Noer, Sarwono. 2010. Buku Ajar Ilmu Sensitifitas dan Spesitifitas
Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Kriteria ACR 1987 Dan
Penerbit FKUI. ACR/EULAR 2010 Pada
Nugroho. 2014. Hubungan Penderita Artirits Reumatoid di
Pengetahuan Lansia Tentang RSUP Dr. Kariadi Semarang
Artritis Rheumatoid Dengan (SKRIPSI). UNDIP. Semarang.

99

Anda mungkin juga menyukai