PENDAHULUAN
1.
2.
2.1. DEFINISI
Systemic Lupus Erythematosus(SLE) adalah gangguan autoimun yang
menyerang hampir semua organ dan jaringan (Bertsias et al., 2012).
2.6. DIAGNOSIS
Diagnosis SLE ditegakkan berdasarkan kriteria American College of
Rheumatology (ACR) yang telah dimodifikasi tahun 1997. Klasifikasi ini
terdiri dari 11 kriteria dimana diagnosis harus memenuhi 4 dari 11 kriteria
tersebut yangterjadi secara bersamaan atau dengan tenggang waktu
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011).
2.8. TERAPI
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.8.1. Edukasi Dan Konseling
Informasi yang benar dan dukungan dari orang sekitar sangat
dibutuhkan oleh pasien SLE dengan tujuan agar pasien dapat hidup
mandiri. Beberapa hal perlu diketahui oleh pasien, antara lain
perubahan fisik yang akan dialami serta mengurangi atau mencegah
kekambuhan dengan melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet
secara langsung(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011).
2.8.2. Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk SLE dilakukan berdasarkan derajat
keparahan SLE.Terapi SLE dapat dilihat pada algoritma berikut.
2.9. PROGNOSIS
Angka harapan hidup 5 tahun lebih dari 95% kecuali bila telah mengenai
ginjal.Kematian biasanya timbul akibat infeksi atau penyakit kardiovaskular
(Rubenstein et al., 2007).
BAB III
LAPORAN KASUS
1.
2.
3.
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. SR
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 tahun
Suku : Serui
Agama : Kristen
Alamat : Entrop ( Skyline)
Pekerjaan : Mahasiswa
Status pernikahan : Belum menikah
No RM : 49 60 89
MRS : 15-11-2021
3.2 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri Sendi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien perempuan berusia 22 tahun datang ke IGD RSUD
Abepura dengan keluhan Nyeri di daerah persendian namun dari IGD
mengarahkan untuk naik ke poli Penyakit Dalam. Pasien mengatakan
sudah merasakan Nyeri Sendi (±) 2 bulan lalu, namun nyeri nya itu suka
perpindah ke daerah lain, Pasien merasakan rambutnya rontok (+) dan
suka mengalami demam ketika malam hari (+) sejak bulan lalu. Pasien
ada merasakan pusing (+), nyeri kepala (+), nyeri menelan (-), gusi
berdarah (-), sesak (-), nyeri dada (-), mual muntah (-). BAK dan BAB
pasien baik.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
o Pasien mengaku bahwa sebelumnya tidak mengalami hal serupa
o Riwayat jantung (-)
o Riwayat hipertensi (-)
o Riwayat diabetes mellitus (-)
o Riwayat TB (-)
o Riwayat asma (-)
o Riwayat alergi obat (-)
o Riwayat alergi makanan (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
o Pasien mengaku bahwa dalam keluarga tidak ada yang mengalami
sakit seperti yang dialami pasien.
o Riwayat jantung (-)
o Riwayat hipertensi (-)
o Riwayat diabetes mellitus (-)
o Riwayat TB (-)
o Riwayat asma (-)
5. Riwayat kebiasaan sosial dan ekonomi
o Riwayat konsumsi alkohol (-)
o Riwayat merokok (-)
o Pasien tidak bekerja
NILAI
HASIL
RUJUKAN
GOLONGAN DARAH “O”
11.0 - 16.5 8,5
HGB
g/Dl
3.8 - 5.8 x 3.73
RBC
10^6/uL
MCV 80 - 97 fL 64.3
26.5 - 33.5 22.8
MCH
pg
31.5 - 35 35.4
MCHC
g/dL
HCT 35 - 50 % 24.0
3.5 - 10.0 x 6.71
WBC
10^3/uL
Eo 2.1
Baso 0.3
Neut 10^3/uL 44.1
Lymph 41.9
Mono 11.6
150 - 500 x 263
PLT
10^3/uL
CT 5 – 7 menit
BT 3 – 7 menit
0 – 15
LED
mm/jam
DDR Neg
GDS ≤ 150 mg/dL 76
0,9 -1,5 0.42
Creatinin
mg/dL
10 – 50 14
Ureum
mg/dL
Prot
6 – 8 g/dL
Total
3,5 – 5,6
Albumin
g/dL
SGOT ≤ 50 U/L 113
SGPT ≤ 50 U/L 193
0,2 – 1
Bil-Total
mg/dL
Bil-Direk 0-0,2 mg/dL
Chol
≤250mg/dL
Total
Trigliseri
≤200mg/dL
d
HDL
≥35mg/dL
Chol
LDL ≤150mg/dL
Chol
Kesimpulan :
- Tak tampak Organomegali
- Sonografi hepar, lien, dan ren bilateral dalam batas normal, ukuran
normal
- Tak tampak kelainan lain pada sonografi organintraabdomen
lainnya diatas
- Tidak tampak ascites maupun efusi pleura
3.5 DIAGNOSIS IGD
- Rheumatoid Artheritis
- Anemia Sedang
- Hipertransminase
3.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
16-11-2021
S : Nyeri Sendi (+) pusing (+), demam (-), mual (-), badan lemas (+)
O : KU : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV :
TD: 103/72, R: 22x0/m, N: 65x/m, SB: 36,6°C
K/L : CA (+/+), SI (-/-), OC (-), P>KGB (–)
Thorax : simetris, ikut gerak nafas, SN ves (+/+), Rho (-/-), whez (-/-)
Cor : BJ I – II reguler, gallop (–), murmur (-)
Abdomen : Cembung, BU (+) , NT (-), Hepar: ttb , Lien: ttb
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”, Edema (-/-)
Vegetatif : BAK/BAB (+/+), Ma/Mi: (+/+)
A : - Susp. SLE
- Susp. Rheumatoid Arthritis
- Anemia Sedang
- Hipertransminase
P : - IVFD NS 0,9% 20 tpm
- Ketorolac 1 amp /8 jam / IV
- Omeprazole 40 mg /12 jam/ IV
- Sulcrafat Syrp 3x1
- Curcuma 3x1 tab
- Sistenol 3x1 tab
17-11-2021
S : Nyeri Sendi (+) pusing (+), demam (-), mual (-), badan lemas (+)
O : KU : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV :
TD: 120/70, R: 20x/m, N: 84x/m, SB: 36,8°C
K/L : CA (+/+), SI (-/-), OC (-), P>KGB (–)
Thorax : simetris, ikut gerak nafas, SN ves (+/+), Rho (-/-), whez (-/-)
Cor : BJ I – II reguler, gallop (–), murmur (-)
Abdomen : Cembung, BU (+) , NT (-), Hepar: ttb , Lien: ttb
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”, Edema (-/-)
Vegetatif : BAK/BAB (+/+), Ma/Mi: (+/+)
A : - Susp. SLE
- Susp. Rheumatoid Arthritis
- Anemia Sedang
- Hipertransminase
P : - IVFD NS 0,9% 20 tpm
- Ketorolac 1 amp /8 jam / IV
- Omeprazole 40 mg /12 jam/ IV
- Sulcrafat Syrp 3x1
- Curcuma 3x1 tab
- Sistenol 3x1 tab
- USG Abdomen
18-11-2021
S : Nyeri Sendi (+) pusing (-), demam (-), mual (-), badan lemas (-)
O : KU : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV :
TD: 122/81, R: 20x/m, N: 77x/m, SB: 37,1°C
K/L : CA (+/+), SI (-/-), OC (-), P>KGB (–)
Thorax : simetris, ikut gerak nafas, SN ves (+/+), Rho (-/-), whez (-/-)
Cor : BJ I – II reguler, gallop (–), murmur (-)
Abdomen : Cembung, BU (+) , NT (-), Hepar: ttb, Lien: ttb
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”, Edema (-/-)
Vegetatif : BAK/BAB (+/+), Ma/Mi: (+/+)
A : - Susp. SLE
- Susp. Rheumatoid Arthritis
- Anemia Sedang
- Hipertransminase
P : - IVFD NS 0,9% 20 tpm
- Ketorolac 1 amp /8 jam / IV
- Omeprazole 40 mg /12 jam/ IV
- Sulcrafat Syrp 3x1
- Curcuma 3x1 tab
- Sistenol 3x1 tab
BAB IV
PEMBAHASAN
Penegakkan diagnosis SLE manifestasi AIHA pada pasien ini didapat dari data
identifikasi pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada data identifikasi pasien, pasien berjenis kelamin perempuan dan berusia
22 tahun dengan pertama kali didiagnosis Susp. SLE, yang sesuai dengan
epidemiologi dari systemic lupus eritematous (SLE) pada sebuah penelitian di
RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta yaitu 71% pasien didiagnosa SLE pada usia
≥ 18 tahun, 19% pasien pada usia 12-18 tahun, dan 10% pada usia ≤ 11 tahun.
Pada penelitian tersebut juga didapatkan 94,6% pasien berjenis kelamin
perempuan dan 5,4% pasien berjenis kelamin laki-laki.* Berdasarkan jenis
kelamin dan usia pasien dapat menjadi faktor risiko untuk kejadian penyakit SLE
pada kasus ini.
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan kriteria menurut The
America Rheumatism Association (ARA) yang telah dimodifikasi pada tahun
1997, pada pasien ini ditemukan beberapa kriteria yang memenuhi, yaitu:
1. Arthritis
2. Gangguan hematologi (anemia)
3. Gangguan immunologic (Anti- dsDNA positif)
4. Anti Nuclear Antibody (ANA test positif)
Pada pasien ini ditemukan 4 dari 11 kriteria berdasarkan ARA sehingga
diagnosis systemic lupus eritematous (SLE) sudah bisa ditegakkan dengan
sensitifitas 95%. 9
Penegakkan diagnosis anemia hemolitik autoimun (AIHA) pada pasien ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis didapatkan gejala anemia yaitu badan lemas, mudah lelah saat
beraktifitas, wajah terlihat pucat, pandangan berkunang-kunang dan pusing
(lihgtheadedness), pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat dan
palmar dan plantar pucat, dan pada hasil laboratorium kadar hemoglobin pasien
8,5 g/dL, kadar eritrosit 3,73x106/mm3, dan hematokrit 6% serta tidak ditemukan
peningkatan pada kadar leukosit dan trombosit, dari semua temuan tersebut maka
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami anemia. Pasien ini sebelumnya belum
pernah terdiagnosis penyakit SLE yang merupakan penyakit autoimun sehingga
memiliki kemungkinan besar mengalami anemia hemolitik autoimun.
BAB V
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
5.1. KESIMPULAN
1. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dalam kasus ini, pasien atas nama Tn. S.R didiagnosa dengan Systemic
Lupus Erythematosus (SLE).
2. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah gangguan autoimun yang
menyerang hampir semua organ dan jaringan
3. Etiopatogenesis dari SLE masih belum diketahui secara jelas, dimana
terdapat banyak bukti bahwa patogenesis SLE bersifat multifaktoral
seperti faktor genetik,faktor lingkungan, dan faktor hormonal terhadap
respons imun.
4. Angka harapan hidup 5 tahun lebih dari 95% kecuali bila telah mengenai
ginjal. Kematian biasanya timbul akibat infeksi atau penyakit
kardiovaskular
DAFTAR PUSTAKA