Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TUGAS KELOMPOK KIMIA

Nama anggota kelompok V : Iqbal Firdaus (08)


M Fahmi Muharror(13)
Naafi Ulmajid(18)
Riski Satya Maulana(20)

YAYASAN HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG


PONDOK TEBUIRENG 2
UNIT SMA TRENSAINS TEBUIRENG 2
2015
i
KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena atas
limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani,
yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga
Penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri ini tepat pada waktunya

Banyak kesulitan dan hambatan yang Kami hadapi dalam membuat tugas kelompok ini
tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Kami
mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Kami
mengucapkan terima kasih kepada :

 Bapak Tendika selaku guru yang membimbing Kami

 Dan teman teman semua

Kami menyimpulkan bahwa tugas kelompok ini masih belum sempurna, oleh karena itu
Kami menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas kelompok ini dan bermanfaat bagi
Kami dan pembaca pada umumnya

Jombang, 09 september 2015

Kami kelompok V

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. iii

BAB I     
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….. ……1

1. Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………. ..2

BAB II    
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..3

1. Pemikiran/ide awal tentang konsep atom beserta tokoh-tokohnya ……………………….3


2. Evolusi “model” dan teori atom ………………………………………………………….5
3. Pandangan ilmuwan islam tentang atomisme …………………………………………….9

BAB III    

KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………………………………………..13

iii
Bab I
Pendahuluan
Latar belakang
Saat bicara tentang perkembangan kebangkitan Islam, maka hal yangdibahas mulai dari bangkitnya,
berkembang, dan hancurnya. Pertama-tama, mulaidari bangkitnya sains di dunia islam. Namun yang perlu
didefinisikan terlebih dahuluadalah apa yang sebenarnya disebut dengan “bangkit”. Sebab, jangan-jangan,makna
kata “bangkit” itu sendiri sudah kabur di benak banyak kaum Muslimin.Seperti kaburnya makna kata “kemajuan”,
“pembangunan”, “kebebasan”, dan sebagainya.Misalnya negara-negara Barat yang mendefinisikan makna
“kemajuan” ,“bangkit” secara matrealistik. Mereka membagi bagi negara di dunia menjadi Negara maju, negara
berkembang, negara terbelakang. Tentu saja, ukuran – ukuran yangdigunakan merupakan ukuran
kemajuan materi. Faktor akhlak tidak dimasukkan dalam ukuran “kemajuan” atau “pembangunan”. Jadi,
jika suatu negara sudah
dikatakan maju yang dimaksudkan adalah kemajuan materi, khususnya sains,teknologi, ekonomi, serta rata-
rata pendidikan masyarakatnya. Padahal, secaraakhlak negara itu hancur berantahkan.Kita, kaum muslimin
yang memiliki keimanan dan menjunjung tinggi akhlak,seharusnya tidak kalah dengan dunia barat yang serba
gemerlap dalam duniamateri. Begitu pula dalam hal sains dan teknologi yang akhir-akhir ini kaum
muslimintertinggal jauh dengan dunia barat yang perkembangan sains dan teknologinyabegitu pesat. Namun,
jika kita menengok kembali ke zaman dimana kaum muslimin yang memegang puncak ilmu
pengetahuan pada zamannya sekitar abad ke-7.Disaaat dunia barat masih berada pada zaman kegelapan.
Kepeloporan dankeunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abaditu. Yang telah
banyak lahir pemikir Islam yang tangguh produktif dan inofatif dalampengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam tak bertahan lama. Karenadiakibatkan oleh beberapa
faktor internal maupun eksternal yang menyebabkanmundurnya sains di dunia islam.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Pemikiran/ide awal tentang konsep atom beserta tokoh-tokohnya ?


2. Evolusi “model” dan teori atom?
3. Pandangan ilmuwan islam tentang atomisme ?

2
Bab II
Pembahasan
1. Pemikiran/ide awal tentang konsep atom beserta tokoh-tokohnya

Dalam memikirkan alam semesta, Sebagian besar  para ahli filsafat Yunani meninjaunya
dalam skala makro, yaitu berdasarkan apa yang mereka lihat secara kasat mata saja. Namun ada
pula beberapa ahli filsafat  yang memikirkan lebih jauh makna terdalam dari jagat raya ini dalam
konsep berskala mikro, artinya berpikir secara abstrak hal-hal yang tidak dapat mereka lihat
namun mereka yakini keberadaannya, mereka disebut para atomist.Atomist pertama adalah
Leucippus dari Miletus-Yunani (440 SM) dan Democritus dari Abdera (420 SM).  Mereka
menyumbangkan pemikirannya secara terpisah, namun saling bersesuaian (Mason, 1962). Pada
hakekatnya gagasan Leucippus dan Democritos mengenai materi  bersifat diskontinu. Materi
tersusun dari partikel-partikel kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi yang diketahui sebagai
atom. Atom-atom penyusun materi itu senantiasa bergerak di dalam kehampaan (ruang vakum=
ruangan yang mengandung ketiadaan iteratu). Istilah atomos (a=tidak, tomos=dapat dibagi)
diberikan  untuk partikel materi itu, karena atom-atom  sangat halus dan tidak dapat dibagi-bagi
lagi. (Bruton, 1966). Lucretius, salah satu penyair terbaik dari Roma pada abad itu, mempercayai
konsep atom tersebut. Ia meninggalkan sebuah deskripsi mengenai hal itu dalam puisi yang
panjang, yaitu De Rerum Natura (‘On the nature thing’). Ia meyakini bahwa suatu kesatuan
tubuh yang tampaknya tidak terpecah-pecah sebenarnya dihasilkan dari kumpulan atom yang
berukuran sangat kecil.  (Bruton, 1966) Para ahli fisafat alam pada zaman ini seperti Aristoteles
(384-322 SM) dari Staigera Yunani, Plato dan Galen (130-200 SM)  menolak konsep atom
tersebut.  Umumnya mereka memandang materi merupakan satu kesatuan yang utuh (kontinu)
dapat dibagi terus-menerus menjadi bagian sekecil-kecilnya tanpa batas dan dalam alam
semesta tidak ada kehampaan (ruang hampa).  Alam semesta terdiri dari 4 elemen, yaitu tanah,
api, udara dan air karena masing-masing cenderung ditemukan di alam. Pandangan itu diperkuat
oleh Thales dari Miletus (sekitar 580 tahun SM), Anaximenes (550-475 SM) dan Anaximander
(tahun 610-545 SM) menyatakan dunia terdiri atas tanah, air, udara dan api. (Poedjiadi,  1987)

Pandangan para ahli filsafat alam itu, terutama Aristoteles lebih diyakini di masyarakat,
karena popularitas dan kredibilitasnya. Hal ini berlangsung, terutama sampai abad pertengahan
(27 SM- 476 M) atau abad kegelapan (di Eropa). Sedangkan konsep atom Leucippus dan
Democritus tidak dihiraukan orang.  Aristoteles dianggap sebagai ahli filsafat Yunani yang
terbaik saat itu. Gagasannya sangat luas dalam berbagai bidang dan dituliskannya dalam bentuk
buku yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan seperti astronomi, biologi, metafisika,
iter, politik, logika, etika dan estetika. Buku-bukunya dijadikan bahan acuan dalam waktu yang
lama (bahkan konsep logika masih dianut hingga sekarang). Pada Abad kegelapan di Eropa,
umumnya perkembangan sains dan teknologi mengalami hambatan. Hal ini, karena saat itu
pemikiran para ilmuwan, terkungkung oleh ajaran agama Katolik ortodoks, yang mengikat
kebebasan berpikir tentang keduniawian, terutama ilmu pengetahuan.

3
Pemikiran yang nampaknya bertentangan dengan “ajaran” agama, dianggap sebagai
kesalahan dan dosa yang harus ditebus dengan hukuman fisik bahkan dengan nyawa. Paradigma
Aristotelian masih diakui, karena dianggap tidak bertentangan dengan “ajaran” agama. Selain
konsep atom yang mendapat pembenaran dari ajaran agama, gagasan lainnya adalah  mengenai
konsep geosentris dan penolakan terhadap konsep ruang vakum. Berlainan dengan keadaan di
Eropa, perkembangan ilmu pengetahuan di Arab (Timur Tengah) tumbuh dengan pesat. Salah
satu  ilmuwan muslim yang menyinggung masalah atom adalah  Abul Hasan Al Asy’ari (873-
935 M).  Namun ia mengkaitkannya dengan masalah kejadian alam semesta. Ia berpendapat
bahwa alam semesta ini maujud karena adanya atom-atom yang menyusunnya. Atom-atom itu 
sudah mempunyai sifat sendiri (eigen natuur) dan tidak padat berkembang (zich uitdijen), serta
tidak ite saling mempengaruhi. Jadi menurutnya, atom-atom yang menyusun alam semesta tidak
dapat berubah. Atom-atom dipisahkan satu sama lain oleh ruang antara dan satu sama lain tidak
dapat saling mempengaruhi. Perubahan yang terjadi di alam semesta, terjadi karena atom-atom
senantiasa “keluar-masuk” dari eksistensi (alam ‘ada’). Berdasarkan keyakinannya terhadap
Allah SWT, ia meyakini bahwa “masuk” artinya diciptakan Tuhan dan “keluar” berarti
ditiadakan Tuhan. Jadi menurutnya, atom-atom itu selalu harus diciptakan Tuhan setiap saat
untuk menggantikan atom-atom yang sudah ditiadakannya (Musthafa, 1980). Pandangan tersebut
itera bersesuaian dengan Leucippus maupun Democritus karena mengakui adanya sifat
diskontinu dari materi. Namun tampak Abul Hasan Al-Asy”ari ini menolak anggapan bahwa
perubahan alam semesta disebabkan oleh iter alam yang pasti serta tunduk pada iter “sebab-
akibat” yang melekat pada perilaku atom-atom itu sendiri.

Sejauh ini sumbangan pemikiran mengenai konsep atom dari ilmuwan dunia Arab atau
muslim tidak banyak ditemukan, karena keterbatasan pencarian iterature yang relevan. Mungkin
saja terdapat pemikiran yang lebih maju mengenai konsep atom dan hal-hal yang berkaitan
dengan itu. Mengingat pada  ahir abad pertengahan iterature dari dunia Arab banyak yang
dimusnahkan, akibat serangan pasukan Hulagu Khan dari Mongol  pada tahun 1258 yang
menghancur-leburkan Bagdad  yang menjadi pusat kebudayaan Islam. Namun demikian,
tinjauan konsep atom menurut Islam (dalam hal ini Al-Qur’an) ternyata memperkuat keberadaan
gagasan konsep  Atom Leucippus dan Democritus – seperti pula pembenaran terhadap konsep
heliosentris yang dikemukakan oleh beberapa ilmuwan utama abad ke-17 , seperti Galileo,
Newton dan ilmuwan abad sebelumnya-. Konsep atom semakin kuat kedudukannya pada
permulaan abad-19 setelah pemikiran ini didukung  hasil temuan melalui pengamatan dan
eksperimen yang dilakukan para ilmuwan. Terutama setelah John Dalton merekonseptualisasikan
kembali gagasan atom tersebut berdasarkan fakta-fakta empiris yang ditemukan para ilmuwan.

4
2. Evolusi “model” dan teori atom?

1. Teori Atom John Dalton

Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang


atom. Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa
(hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan
bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat
hasil reaksi”. Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur
dalam suatu senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan
pendapatnya tentang atom sebagai berikut:

Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom
yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan
sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak
peluru. Kelemahan:
Teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus
listrik.

2. Teori Atom J. J. Thomson


Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J.
Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar
katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara
katode dan anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode
merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan
selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif,
maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif
elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari
teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom
Thomson. Yang menyatakan bahwa:“Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif
dan didalamya tersebar muatan negatif elektron”. Model atomini dapat digambarkan
sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu menggambarkan elektron
yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada model atom
Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal.
Kelemahan:
Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan
negatif dalam bola atom tersebut.

5
3. Teori Atom Rutherford
Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan
percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas.
Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif
dan bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis
kertas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni
apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel
alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa
apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian
besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari
pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan
membelok sudut 90° bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:

Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam
atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta
bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000
merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000
lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford
mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang
menyatakan bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif,
dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam
inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar
tidak saling tolak menolak.
Kelemahan:
Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.

4. Teori Atom Bohr

ada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom
Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini
berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti
atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik
dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat,
sebagai berikut:
Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom
hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan
merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.

6
Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak ada
energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap. Elektron hanya dapat
berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada peralihan ini,
sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama
sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan
dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck. Menurut
model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang
disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit
elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan
semakin tinggi tingkat energinya.
Kelemahan:
Model atom ini tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak.

5. Teori Atom Modern


Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum
Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori
mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin
dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat
bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak
tertentu dari inti atom”.

Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut
orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin
Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk
menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.
x,y dan z    :  Posisi dalam tiga dimensi
Y               :  Fungsi gelombang
m               :  Massa
ђ                :   h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14
E                :  Energi total
V               :  Energi potensial
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model
atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar
berikut ini.
Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital
menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama
atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk
kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari
beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu
sama.

7
Ciri khas model atom mekanika gelombang. Gerakan elektron memiliki sifat gelombang,
sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti
penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi
darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam
suatu atom).
Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya.
(Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut). Posisi
elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti,
tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.

8
3. Pandangan ilmuwan islam tentang atomisme

Prototype Teori Atom dari Yunani

Ilmu pengetahuan nonmetafisis pernah dikembangkan secara intensif di Dunia Islam jauh
sebelum Barat melakukannya. Seiring dengan pudarnya peradaban Islam, Barat secara perlahan
tapi pasti mengambil alih kepemimpinan peradaban dari orang Islam, termasuk di dalamnya
metodologi pengembangan ilmu pengetahuan. Kini, ketika peradaban Barat sangat dominan,
Islam dengan pernik ilmu pengetahuannya yang sangat kaya menjadi tidak tampak sama sekali.
Saat ini ilmu pengetahuan identik dengan Barat. Sebagai contoh, teori atom selalu dikembalikan
pada konsep barat, baik modern maupun klasik (Yunani). Leucippus dan Democritus dicatat
sebagai perenung awal yang member perhatian dan membuat rumusan bagi elemen kecil, bahkan
terkecil dari segala sesuatu dua puluh lima abad silam. Kedua pemikir ini menyatakan bahwa
setiap benda dapat dipecah sampai bentuk terakhir yang tidak dapat dipeca atau dibagi lagi yang
di sebut atomos atau atom. Inilah yang menjadi inti pandangan atomisme yang menyebutkan
bahwa realitas terdiri atas banyak unsure yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Permenides
menyatakan bahwa atom-atom tersebut tidak dijadikan tidak dicipta) dan kekal sifatnya.

Democritus menyatakan lebih lanjut bahwa:


1.Atom dibedakan melalui tiga cara: bentuknya (seperti huruh A dan N), urutannya (seperti AN
dan NA), dan posisinya (seperti A dan Z)
2.Atom tidak mempunyai kualitas dan jumlahnya tidak berhingga
3.Atom-atom tidak dijadikan dan bersifat kekal
4.Terdapat ruang kosong yang memungkinkan adanya gerak
5.Realitas seluruhnya terdiri atas dua hal: yang penuh berisi atom-atom dan yang kosong

Democritus membuat rumusan lebih jauh, yakni tentang hubungan antara jiwa dan atom.
Menurutnya, jiwa jiwa juga terdiri atas atom-atom. Proses pengenalan/ pembelajaran manusia
tidak lain sebagai interaksi antaratom. Setipa benda mengeluarkan eidola (gambaran-gambaran
kecil yang terdiri atas atom-atom yang berbentuk seperti benda itu). Eidola ini masuk melalui
panca indera dan disalurkan ke dalam jiwa yang juga terdiri atas atom-atom. Manusia dapat
melihat karena atom-atom jiwa bersentuhan dengan atom-atom eidola. Kualitas seperti manis,
pahit, panas, dingin dan sebagainya, semuanya bersifat kuantitatif belaka. Atom jiwa yang
bersentuhan dengan atom licin menyebabkan rasa manis, bersentuhan dengan atom kesat
menimbulkan rasa pahit, dan bersentuhan dengan atom berkecepatan tinggi mengakibatkan rasa
panas, dan seterusnya. Dengan pandangannya ini, Demicritus juga dapat dipandang sebagai
tokoh materialism, pandangan yang menyatakan tidak ada apa pun kecuali materi.

9
Prototype Teori Atom Fisika Kuantum dari Islam

Masalah ini pernah mendpat perhatian serius di kalangan sarjana muslim sepuluh abad silam,
diantaranya Abu Bakr Al-Baqillani, salah satu penganut aliran teologi mazhab Asy’ariyah.
Dalam Islam, atomisme dikembangkan dan merupakan hasil dari pandangan mahzab tersebut
yang diturunkan dari teks-teks suci Al Quran.

Tuhan diketahui memiliki banyak Nama, Atribut, dan Sifat. Setiap aliran teologi tumbuh dan
berkambang atas dasar penerimaan pada satu sifat dominan. Teologi Asy’ariyah bertumpu pada
penerimaan tindakan sewenang-wenang Tuhan. Menurut Al-Asy’ari, dorongan hebat dibalik
tindakan Tuhan adalah “apa yang diinginkan-Nya” dan “karena kehendak-Nya”. Penerapan
prinsip “karena kehendak-Nya” pada aktivitas Tuhan di alam melahirkan gagasan occasionalism
yang didefinisikan sebagai kepercayaan akan kemahakuasaan Tuhan dalam kesendirian-Nya.
Tuhan terlibat langsung delam penyelenggaraan alam semesta, dan keterlibatan langsung pada
peristiwa-peristiwa di alam semesta dipandang sebagai manifestasi lahiriah kesempatan-Nya
(occasion). Implikasi occasionalism ini adalah segala sesuatu dan segala peristiwa di alam
semesta secara substansial bersifat terputus-putus dan saling bebas. Tidak ada kaitan antara satu
peristiwa dan peristiwa lain kecuali melalui kehendak Ilahi. Dalam perspektif kesewenang-
wenangan Tuhan ini, bila peristiwa A terkait atau berhubungan dengan peristiwa B, hubungan ini
tidak terjadi secara alamiah, tapi karena Tuhan menghendaki demikian. Dengan begitu,
okasionalisme menyangkal kausalitas hubungan sebab akibat.

Dalam atomisme Asy-ariyah, alam didefinisikan sebagai segala sesuatu selain Tuhan dan terdiri
dari dua unsur yang berbeda, atom dan aksiden. Seperti halnya atomisme Democritus, atom
dipostulatkan sebagai al juz al lazii laa yatajazzaa, “bagian yang tidak dapat dibagi”.Partikel-
partikel ini merupakan satuan paling fundamental yang dapat eksis dan darinya seluruh alam
dibangun. (Aksiden adalah potensi dimana atom dapat mengisinya sehingga menbentuk suatu
realita yang dapat dilihat. Misalnya warna putih adalah aksiden (potensi berbagai warna) dan
agar dapat dilihat warna tersebut harus menempati sebuah wadah misalnya lensa merah, kuining,
biru, dsb agar dapat terlihat-dzulim).Ada tiga karakteristik atomisme dari Al Baqillani yang
menyangga metafisika teologi Asy’ariyah.

1. Atom-atom tidak mempunyai ukuran atau besar, dan homogeny. Artinya, atom
merupakan dimensionless entities, yakni tanpa panjang, tinggi, dan lebar, tetapi terpadi
membentuk benda yang mempunyai dimensi. Teori ini berbeda dengan Democritus dan
Leucippus yang memilki besar.

2. Jumlah atom adalah tertentu atau berhingga (finite). Segala sesuatu terhitung dan sesuatu
yang terhitung adalah berhingga. Asy’ariyah menolak infiniteness dari semua mazhab
atomis Yunani dengan basis argumentasi scriptural yang jelas yaitu:

10
QS.72-Al Jinn ayat 28.“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah
menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang
ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu”.

3. Atom-atom dapat musnah atau lenyap secara fitrah; atom tidak dapat bertahan untuk dua
saat. Al-Baqillani mendefinikan aksiden (‘arad) sebagai sesuatu yang tidak bertahan
lama dengan basis scriptural

11
Bab III
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan.
Dari uraian sebelumnya Kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Sebelum permulaan abad 19, konsep atom dianggap sebagai  ‘mitos’ , karena gagasan
yang diajukan oleh  para filosof Yunani hanya dilandasi pemikiran tentang fenomena
alam. Perkembangannya menjadi ‘sains’ normal’ setelah Dalton mengkonseptualisasikan
kembali berdasarkan kajian-kajian empirik.  Periode ‘sains normal’ di bawah paradigma
Dalton berlangsung hampir satu abad lamanya (ahir abad 19).
2. Akumulasi anomali yang menggugurkan paradigma Dalton  antara lain gejala kelistrikan
dan radoaktifitas.
3. Perubahan model atom Thompson, Rutherford, Bohr hingga model atom mekanika
kuantum masih berada dalam satu paradigma yang meyakini bahwa atom memiliki sub
partikel ; inti atom dan elektron.  Perubahan model difokuskan pada penentuan susunan
elektron dalam atom
4. Namun ditinjau dari landasan filosofisnya, perubahan Model Atom Bohr ke Model atom
mekanika Kuantum dianggap sebagai perubahan paradigma deterministik menjadi
Uncertainity Principle
5. Penemuan partikel elementer quark , belum dapat dianggap suatu anomali , karena model
quark tidak mengubah paradigma namun melengkapinya,
6. Adanya perkembangan pemikiran konsep atom menunjukkan bahwa tidak ada kebenaran
yang mutlak dalam IPA, bahkan melalui konsep atom faham determinisme dapat
dibantah dengan argumentasi mekanika kuantum.  Kemunculan model quark tidak lagi
dianggap sesuatu guncangan bagi kebenaran ilmiah, namun dianggap dapat melengkapi
khazanah ilmu pengetahuan. Hal ini karena para ilmuwan kini mempunyai pandangan
bahwa kebenaran sains bersifat tentatif dan relatif.

Saran .
Sesuai dengan kesimpulan diatas, Kami menyarankan setiap siswa dapat memahami konsep atomisme
yang kami berikan.

12
Daftar Pustaka
Pemikiran/ ide awal tentang atom https://faridach.wordpress.com/2009/12/11/analisis-sejarah-
model-atom-berdasarkan-paradigma-kuhn/

Anna Poedjiadi. 1987. Sejarah Dan Filsafat Sains. Bandung. Yayasan Cendrawasih.

Bernal.J.D. 1981.The Natural Sciences In Our Time. Vol : 3. Massachusets. The MIT Press
Cambridge.

Bruton, J.G. 1966. The Story of Western Science. New York Cambridge. University Press.

Dampier,W.C. 1984. A History of  Science. 4 th .ed. Cambridge. University Press.

Feinberg, Gerald. 1990. Partikel Elementer. Ilmu pengetahuan Populer Vol.5. Jakarta. PT
Widya Dara. Hal 116-125.

Hodeson, Lilian.  1990. Teori Kuantum. Ilmu Pengetahuan Populer Vol.5. Jakarta. PT. Widya
Dara. Hal. 136-148.

Keenan, Charles W. et all. 1980. General College Chemistry. Sixth Ed. NY. Harper & Row
Publishers, Inc.

Kuhn, Thomas.S. 1993. Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains. Ed. Kedua. (terj. Tjun
Surjaman). Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.

Mason, Stephen F. 1962. A History of  The Sciences. New Revised Ediion. Abelard-Schuman
Ltd.

Mc Avoy, J.P dan Zarate Oscar. 1996. Mengenal Teori Kuantum Untuk Pemula. (Terj. Ahmad
Baiquni). Jakarta.

Musthafa,KS. 1980. Alam Semesta Dan Kehancurannya Menurut Al–Qur’an Dan Ilmu
Pengetahuan. Bandung. Al-Ma’arif.

Petrucci, Ralph. H.1985.  General Chemistry. Principles And Modern Applications. Fourth Ed.
NY. Collier Nac millan.Inc.

Trefil, James. 1990. Kuarka. Ilmu Pengetahuan Populer Vol.5. Jakarta. Pt. Widya Dara. Hal
126-130

13

Anda mungkin juga menyukai