Anda di halaman 1dari 7

DESAIN PELATIHAN

Ralat : Berkembang Pelatihan Sasaran diganti dengan Mengembangkan tujuan Pelatihan

Desain Pelatihan
Pelaksanaan suatu pelatihan tidak terlepas dari desain pelatihan. Sebelum pelatihan dilaksanakan,
perlu mendesain program pelatihan terlebih dahulu. Dalam membuat suatu desain pelatihan perlu
diperhatikan hal berikut.
1) Waktu pelatihan
2) Prioritas pelatihan
3) Peserta pelatihan
4) Lokasi pelatihan
5) Dana pelatihan

Secara ideal, pelatihan yang efektif dan sempurna mungkin dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan pelatihan yang telah teridentifikasi. Namun secara riil (nyata), pelatihan yang
sempurna mustahil untuk dilaksanakan dikarenakan adanya faktor batasan organisasi dalam
suatu desain pelatihan. Terdapat dua jenis utama batasan organisasi, yaitu:
1) Batasan Lingkungan Organisasi. Batasan lingkungan organisasi dapat meliputi dana dan
fasilitas yang dimiliki oleh organisasi serta prioritas dari organisasi.
2) Populasi Trainee. Desain pelatihan terkadang terkendala oleh banyaknya jumlah trainee
yang memiliki tingkat KSAs yang berbeda-beda. Oleh karena itu, trainer perlu mendesain
pelatihan yang dapat mengatasi perbedaan individu dari para trainee.

Tahapan Membuat Desain Pelatihan


Terdapat empat tahap dalam membuat desain pelatihan, antara lain:
1) Menentukan level yang akan dilatih. Level yang akan dilatih ini dapat dilihat dari hasil TNA
yang telah dilakukan sebelumnya.
2) Membuat tujuan pelatihan agar pelatihan sesuai dengan hasil TNA dan tidak salah sasaran.
3) Menentukan KSAs yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki dari trainee.
4) Menentukan metode pelatihan yang akan digunakan. Metode pelatihan yang sesuai dapat
membuat program pelatihan menjadi optimal dan efektif.

Dimensi Kebutuhan Pelatihan berdasarkan Hasil TNA (Training Needs Analysis)


Dalam membuat suatu desain pelatihan, perlu diperhatikan dimensi kebutuhan berdasarkan hasil
TNA (Training Needs Analysis), yaitu:
1) Knowledge. Kumpulan fakta, prinsip, prosedur, dan informasi yang terorganisir yang
dimiliki oleh individu. Berhubungan dengan kemampuan belajar.
2) Skills. Kemampuan dan ketrampilan seseorang dalam melakukan sesuatu.
3) Attitudes. Sikap dan penilaian seseorang terhadap sesuatu.

Penetapan Tujuan Pelatihan


Tujuan pelatihan dibuat berdasarkan prinsip SMART, yaitu:
1) Spesific. Tujuan pelatihan itu khusus dan jelas.
2) Measurable. Tujuan pelatihan dapat diukur.
3) Achievable. Tujuan pelatihan dapat dicapai baik oleh trainee, trainer, penyelenggara,
berdasar waktu, tempat, dan fasilitas.
4) Realistic. Tujuan pelatihan disesuaikan dengan hasil analisis masalah.
5) Timebound. Tujuan pelatihan sebaiknya memiliki batasan waktu pencapaian.
Selain itu, tujuan pelatihan juga disesuaikan dengan prinsip FAST, yaitu:
1) Focus. Tujuan pelatihan mengarah pada menemukan dan memecahkan masalah.
2) Actual. Tujuan pelatihan mengutamakan hal-hal baru.
3) Systematic. Tujuan pelatihan disusun dan dilakukan secara teratur dan terarah.
4) Truly. Tujuan pelatihan itu sesuai dengan tuntutan kenyataan.

Komponen Tujuan Pelatihan


Tujuan pelatihan memiliki tiga komponen utama, yaitu:
1) Desired Outcome. Hasil apa yang diharapkan terjadi? Dalam desired outcome, hasil yang
diinginkan harus jelas dan tidak ambigu. Siapapun yang membaca tujuan harus bisa
mengerti apa yang dapat dia pelajari. Contoh penulisan desired outcome sebagai berikut.

Salah Untuk memahami sepenuhnya tentang alat tes psikologi


Benar Trainee akan mampu melakukan administrasi tes-tes psikologi non
proyektif
2) Conditions. Dalam kondisi apa hasil tersebut diharapkan terjadi? Conditions menjelaskan
pada kondisi apa perilaku tersebut dapat berlanjut atau dijelaskan lebih lanjut. Contoh
penulisan conditions sebagai berikut.
Salah Trainee mampu menggunakan SPSS untuk menganalisis data.
Benar Peserta pelatihan mampu menggunakan analisa statistik SPSS 10
untuk menyelesaikan analisa data 2 variabel.
3) Standards. Kriteria apa yang menandakan bahwa hasilnya dapat diterima? Standards berisi
kriteria keberhasilan atau kriteria untuk sukses. Standart tersebut adalah akurat, kualitas, dan
kecepatan.
Salah Trainee dapat menganalisis data dengan menggunakan SPSS dalam
waktu singkat.
Benar Trainee dapat melakukan analisa data 2 variabel dengan
menggunakan metode SPSS 10.0 dalam waktu 5 menit.

Ketika menulis tujuan pelatihan, diawali dengan menulis desired outcome terlebih dahulu,
kemudian menambahkan kondisi di mana perilaku tersebut seharusnya terjadi. Terakhir,
memperjelas tujuan pelatihan dengan menambahkan standart yang harus dipenuhi.

Tipe Tujuan Pelatihan


Idealnya sebuah program pelatihan dapat memenuhi keempat tujuan pelatihan berikut.
1) Trainee Reaction Objectives. Evaluasi sikap dan subjektifitas yang diinginkan dari pelatihan
yang diberikan oleh peserta. Contohnya “Trainee akan selesai setelah menanggapi kuesioner
reaksi pelatihan sebanyak 15 item dengan skor minimal pada skala 4 sampai 5.”
2) Learning Objectives. Jenis perilaku yang akan didemonstrasikan dalam pembelajaran.
Contohnya “Trainee akan, tanpa kesalahan, menyampaikan cara penulisan dari empat
tipe active listening, bersama dengan contoh dari masing-masing tipe, tanpa bantuan
dari materi referensi.”
3) Transfer of Training Objectives. Sikap dalam pekerjaan yang akan dipengaruhi melalui
pelatihan. Contohnya “Ketika seorang pelanggan yang marah mendekati karyawan dan
memulai pembicaraan dengan nada suara yang menunjukkan kemarahan, karyawan akan,
dengan segera, menggunakan model resolusi konflik untuk meredakan kemarahan
pelanggan.”
4) Organizational Outcome Objectives. Penghasilan organisasi yang akan dipengaruhi melalui
pelatihan. Contohnya “Tiga bulan setelah training, akan ada 75 persen penurunan angka
komplain dari pelanggan.”

Peran Tujuan Pelatihan


Tujuan pelatihan memiliki peran tersendiri bagi pihak-pihak dalam suatu pelatihan.
1) Bagi Trainee.
a) Mengurangi kecemasan terkait dengan hal-hal tidak dapat diprediksi atau tidak
diketahui.
b) Membantu memfokuskan perhatian
c) Meningkatkan kemungkinan bahwa trainee akan berhasil dalam pelatihan.
2) Bagi Desainer Pelatihan
a) Membimbing desainer dalam pelaksanaan pelatihan atau pembeli paket pelatihan.
b) Menerjemahkan kebutuhan pelatihan ke dalam gambaran hasil pelatihan.
c) Metode pelatihan & materi pelatihan dapat diperiksa sesuai dengan tujuan untuk
memastikan bahwa mereka konsisten.
3) Bagi Trainer
a) Membantu trainer dalam memfasilitasi proses pembelajaran lebih efektif.
b) Tujuan yang spesifik memungkinkan trainer untuk lebih mudah menentukan seberapa
baik trainee mengalami kemajuan dan dengan demikian mudah untuk membuat
penyesuaian yang diperlukan.
4) Bagi Evaluator Pelatihan
a) Lebih mudah melakukan evaluasi pelatihan
b) Membantu evaluator dalam melakukan penilaian terhadap efektifitas pelatihan.

Teori Desain Pelatihan


Teori dalam desain pelatihan menyediakan panduan mengenai teknik yang sebaiknya digunakan
pada situasi tertentu agar desain pelatihan menjadi efektif. Terdapat beberapa teori yang
berhubungan dengan desain pelatihan yang efektif, yaitu:
1) Teori makro (Elaboration Theory). Peserta pelatihan akan memahami serangkaian topik dan
mengerjakan serangkaian tugas. secara berurutan. Cocok digunakan untuk tugas yang
kompleks, bukan pelatihan tentang sikap. Terdapat dua jenis elaboration theory, antara lain:
a) Topical Sequencing di mana trainee harus menyelesaikan satu topik sebelum berpindah
untuk mengerjakan pada tugas pada topik berikutnya.

b) Spiral Sequencing di mana trainee mempelajari dasar pada tugas pertama terlebih
dahulu (modul 1), berlanjut pada tugas kedua, dan seterusnya.
Perbandingan antara Topical dan Spiral Sequencing dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Kelebihan Kekurangan
Topical Lebih konsentrasi terhadap topik Satu kali belajar, ketika berpindah
yang dipelajari, tidak ada pada topik berikutnya mungkin saja
gangguan dari topik lain topik sebelumnya terlupakan
Spiral Terdapat perpaduan dan review Terdapat gangguan proses berpikir
mengenai topik-topik yang ketika berpindah pada topik
dipelajari, hubungan antar topik berikutnya.
lebih terlihat dan mudah
dipahami.

2) Teori mikro (Gagne-Briggs). Berisi serangkaian prosedur yang harus diikuti oleh trainee
untuk meningkatkan pembelajaran. Tahap pertama adalah pemusatan perhatian (atensi) yang
kemudian dilanjutkan dengan pemrosesan informasi. Pada tahap terakhir informasi yang
telah diproses akan distimulasi ke dalam aktivitas memori. Cocok digunakan untuk
pembelajaran kognitif, behavior dan sikap. Berikut sembilan instruksi aktivitas menurut
Gagne-Briggs.

Keterkaitan
Instruksi
Dampak terhadap Trainee dengan Teori
Aktivitas
Belajar Sosial
Memperoleh
Agar trainee fokus pada trainer Atensi
perhatian
Menyampaikan
Agar trainee berfokus pada tujuan Atensi
tujuan pelatihan
Mengulas kembali
Agar para trainee dapat belajar dan
pengetahuan Retensi
berpikir lebih dalam melalui memori kerja
sebelumnya
Menyampaikan Agar secara selektif pelatihan dirasa
Retensi
materi penting
Menyediakan Agar trainee dapat mempertibangkan Retensi
pedoman bagaimana materi dapat sesuai dengan
pembelajaran skema dan mengklasifikasikan bagaimana
agar mudah dalam mengambil keputusan
Mendatangkan Agar trainee melakukan pelatihan sesuai
Retensi
hasil tema yang ditentukan
Memberikan Agar kinerja dapat efektif dengan
Reproduksi
timbal balik memperkuat respon trainee yang benar
Perilaku
(feedback) dan membantu ketika salah
Agar trainee dapat mencoba sejumlah
Menilai kinerja masalah yang sama untuk menentukan Penguatan
pelatihan apakah trainee memiliki konsep terkait (reinforcement)
pelatihan tersebut
Meningkatkan
kemampuan Agar trainee dapat melakukan berbagai
Penguatan
mengingat dan percontohan secara kompleks dan menilai
(reinforcement)
penyampaian keberhasilan.
informasi

Pertanyaan terkait Materi


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran dan tuliskan komponen yang ada
di dalamnya.
2. Apa yang harus dipersiapkan oleh trainer agar trainee termotivasi untuk mengikuti pelatihan
dan mau belajar selama proses pelatihan?
3. Bagaimana teori classical dan operant conditioning membantu Anda dalam mendesain suatu
pelatihan?
4. Bayangkan Anda sedang mendesain program pelatihan untuk 1 kelompok yang terdiri dari
40 karyawan. Para karyawan tersebut berasal dari berbagai suku dan memiliki budaya yang
berbeda-beda. Selain itu, mereka juga memiliki latar pendidikan dan pengalaman yang
berbeda pula. Desain pelatihan seperti apa yang akan Anda gunakan untuk mengatasi
batasan tersebut?
5. Jelaskan teori Gagne-Briggs dan hubungannya dengan teori belajar sosial.
6. Jelaskan Elaboration Theory dan kegunaannya dalam program pelatihan.

Studi Kasus
Perusahaan Kudamono menemukan adanya penurunan produktivitas dalam perusahaan.
Oleh karena itu, tim HRD melaksanakan TNA untuk mengetahui penyebab penurunan
produktivitas tersebut. Berdasarkan hasil TNA yang dilakukan di perusahaan
Kudamono, diketahui bahwa:
a. Karyawan menunjukkan kurangnya pemahaman dan keterampilan sehingga
karyawan kurang yakin dan takut dalam menyampaikan pendapat. Mereka
cenderung mengikuti apa yang dikatakan oleh pimpinan.
b. Kurangnya sikap asertif dari karyawan dalam penyampaian pendapat karena
karyawan beranggapan bahwa mereka sudah memiliki pemimpin yang akan
memberikan pendapat yang dapat langsung diterima oleh orang banyak sehingga
mereka cenderung tidak berinisiatif untuk memberikan pendapat dalam
pengambilan keputusan perusahaan.

Pertanyaan Studi Kasus


1. Berdasarkan hasil TNA di atas, tentukan dimensi dari kebutuhan pelatihan di perusahaan
Kudamono.
2. Buatlah tujuan pelatihan yang sesuai untuk hasil TNA di atas dengan memperhatikan
komponen-komponen yang ada dalam tujuan pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai