Paper GCG-Siti Halimah-4121711015
Paper GCG-Siti Halimah-4121711015
INTERNAL
DISUSUN OLEH:
Siti Halimah
4121711015
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Makalah ini dibuat oleh penulis sebagai pemenuhan tugas matakuliah Tata Kelola dan
Sistem Pengendalian Internal, dengan materi Corporate Governance. Bersama dengan
kata pengantar ini, penulis ingin berterimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT,
karena tanpa seizin-Nya penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini, penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua penulis yang telah mendukung penulis
baik secara materil maupun moril, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu
dosen matakuliah Tata Kelola dan Sistem Pengendalian Internal .
Penulis sangat mengaharapkan kritik serta saran yang membangun sehingga secara
bertahap penulis dapat memperbaikinya.
Penulis juga berharap kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi
bahan pembelajaran bagi penulis dan pembaca, sekaligus koreksi untuk pembahasan
berikutnya.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pedoman Corporate Governance di Indonesia .............................1
1.1.1. Metode Penerapan Good Corporate Governance di Asia ...........1
1.1.2. Ruang Lingkup Pedoman CG ............................................2
1.1.3. Komposisi dan Persyaratan Komisaris Independen ...........2
1.1.4. Komposisi/Jumlah Direksi .................................................2
1.1.5. Komite yang Dibentuk Komisaris ......................................3
1.1.6. Fungsi Internal Audit .........................................................3
1.1.7. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku ...................................3
1.1.8. Remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris .......................4
1.2. Pedoman Corporate Governance di Eropa ...................................5
1.2.1. Metode Penerapan Good Corporate Governance di Eropa .........5
1.2.2. Ruang Lingkup Pedoman CG ............................................6
1.2.3. Komposisi dan Persyaratan Komisaris Independen ...........7
1.2.4. Komposisi/Jumlah Direksi .................................................7
1.2.5. Komite yang Dibentuk Komisaris ......................................7
1.2.6. Fungsi Internal Audit .........................................................7
1.2.7. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku ...................................8
1.2.8. Remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris .......................8
1.3. Pedoman Corporate Governance di Amerika ..............................9
1.3.1. Pedoman Corporate Governance di Amerika ....................9
1.3.2. Ruang Lingkup Pedoman CG ............................................10
1.3.3. Komposisi dan Persyaratan Komisaris Independen ...........11
1.3.4. Komposisi/Jumlah Direksi .................................................11
ii
1.3.5. Komite yang Dibentuk Komisaris ......................................11
1.3.6. Fungsi Internal Audit .........................................................11
1.3.7. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku ...................................12
1.3.8. Remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris .......................12
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Perusahaan yang Mengalami Permasalahan CGC di Asia ..........14
2.2. Perusahaan yang Mengalami Permasalahan CGC di Eropa .......17
2.3. Perusahaan yang Mengalami Permasalahan CGC di Amerika ...18
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .................................................................................20
3.2. Saran .............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................22
LAMPIRAN ..........................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1998, Grup Penasihat Sektor Bisnis (Business Sector Advisory
Group/BSAG) telah memberi rekomendasi kepala OECD mengenai standar inti
dari pengelolaan perusahaan yaitu: transparency (transparency), akuntabilitas
(accountability), kewajaran (fairness), responsibilitas (responsibility).
1
1.2. Ruang lingkup pedoman CG
2
disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan
efektifitas dalam pengambilan keputusan.
3
a. Memiliki nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap moral
perusahaan dalam pelaksanaan usahanya
b. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,
perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ
perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang
berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan
manifestasi dari nilai-nilai perusahaan
c. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan
diterapkan
4
1.1.2. Pedoman Corporate Governance di Eropa
1.1.1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Eropa
Menurut ecoDa, tata kelola yang baik didasarkan pada sejumlah prinsip
yaitu:
Pelimpahan wewenang
Perusahaan Eropa harus menghasilkan jadwal masalah yang dicadangkan dan
jadwal wewenang untuk manajemen eksekutif
Pengambilan keputusan profesional oleh tim yang efektif
Dewan Eropa dianggap sebagai badan pengambil keputusan utama dan
karenanya harus fokus pada peningkatan efektivitas dan efisiensi dewan
Akuntabilitas dan transparansi
Perusahaan-perusahaan Eropa sering secara sukarela mengungkapkan lebih
banyak informasi daripada yang disyaratkan oleh hukum sebagai cara untuk
mendapatkan kepercayaan dan komitmen investor pemangku kepentingan
eksternal.
Konflik kepentingan
5
Direktur di perusahaan-perusahaan Eropa sadar bahwa direktur dilarang
mengarahkan kegiatan perusahaan yang mendukung diri mereka sendiri atau
pemegang saham tertentu.
Menyelaraskan insentif
ecoDa merekomendasikan Perusahaan Eropa menyelaraskan insentif dengan
cara konsisten dengan kepentingan jangka panjang perusahaan.
6
1.1.3. Komposisi dan persyaratan Komisaris Independen
7
f. Dapatkan jaminan mengenai kualitas internal fungsi audit
g. Mengawasi hubungan antara fungsi audit internal dan Risiko terpusat
organisasi
h. Koordinasi fungsi audit internal dengan pekerjaan audit eksternal
i. Menilai pelaporan audit internal
j. Memantau tindak lanjut manajemen audit internal
Sebagai persatuan badan hukum, Asosiasi Bisnis Eropa percaya bahwa prinsip dan
norma bisnis harus berfungsi sebagai platform untuk kinerjanya. Berikut etika
bisnis dan pedoman perilaku di perusahaan Eropa:
a. Bertindak dengan jujur dan selalu berperilaku etis bahkan dalam situasi di
mana hukum tidak jelas atau masih berkembang
b. Menerapkan praktik manajemen bisnis terbaik
c. Hormati hak intelektual dan properti lainnya
d. Mendukung iklim bisnis yang ramah dan positif bagi investor
e. Tingkatkan pendekatan berbasis pengetahuan Anda pada bisnis
f. Masukan diskusi konstruktif dari komite sektor dan lintas sektor, sehingga
memungkinkan dialog kebijakan dengan Pemerintah untuk meningkatkan
iklim bisnis
g. Mendorong perilaku yang konsisten dengan prinsip tata kelola dan integritas
yang baik serta praktik non-korupsi
h. Bagikan dan hormati pentingnya perlindungan lingkungan, hak asasi
manusia, dan peluang yang setara untuk semua
8
menyatakan bahwa pernyataan ini harus jelas dan mudah dimengerti. Pernyataan
tentang remunerasi juga harus memberikan informasi tentang:
Tata kelola perusahaan modern dimulai pada tahun 1992 dengan Cadbury
Report. Cadbury adalah hasil dari banyak perusahaan besar yang runtuh dan
terutama untuk melindungi pemegang saham yang lemah terhadap direksi dan
manajer yang mementingkan diri sendiri.
9
c. Kontrol: Untuk melindungi kepentingan pemegang saham, badan pengawas
Apex misalnya Komisi Keamanan dan Pertukaran melakukan kontrol atas
manajemen perusahaan melalui berbagai kepatuhan
d. Perwalian: Dewan direksi harus bertindak sebagai wali amanat para
pemangku kepentingan dan Tata Kelola Perusahaan memastikan hal yang
sama
e. Etika: Praktik etika yang baik adalah dasar dari setiap tata kelola perusahaan
yang sukses dan memastikan keadilan dalam semua kegiatannya
10
1.3.3. Komposisi dan Persyaratan Komisaris Independen
11
a. Efektivitas dan efisiensi operasi
b. Keandalan pelaporan keuangan dan manajemen
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
d. Pengamanan Aset
Didalam suatu perusahaan haruslah ada etika dalam bekerja dan menjalankan tugas
dengan baik, etika bisnis dalam perusahaan menjadi standard dan pedoman bagi
semua karyawan di perusahaan Amerika. Pedoman untuk menjalankan pekerjaan
atau tugas-tugas yang sudah menjadi kewajiban karyawan untuk melaksanakannya
yang dilandasi dengan sikap yang jujur dan professional dalam bekerja.
Ini adalah salah satu masalah dari tata kelola perusahaan yang menjadi pusat
perhatian selama kegagalan perusahaan besar-besaran di AS antara 2000 dan 2002.
Eksekutif kompensasi juga belakangan menjadi masalah yang paling terlihat dan
sensitif secara politis berkaitan dengan tata kelola perusahaan.
12
pembayaran pesangon, dan pensiun untuk direktur non eksekutif dan penunjukan
komite remunerasi. Namun sementara kontroversi sering mengelilingi ukuran atau
kuantum remunerasi. Kunci masalah tata kelola perusahaan adalah Transparansi
dalam kompensasi eksekutif, pembayaran kinerja, pembayaran pesangon gaji dan
Pensiun untuk direktur non eksekutif
13
BAB II
PEMBAHASAN
Chairul Tanjung dan Dony Oskaria merupakan perwakilan dari PT Trans Airways
selaku pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen.
Hingga saat ini, polemik laporan keuangan Garuda Indonesia masih terus bergulir.
Berikut adalah kronologi terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:
1. 1 April 2019
Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun
buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Dalam laporan keuangannya, perusahaan
dengan kode saham GIAA berhasil meraup laba bersih sebesar US$809 ribu,
berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar US$216,58 juta.
Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan
masih merugi sebesar US$114,08 juta.
2. 24 April 2019
Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di
Jakarta. Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun
buku 2018.
14
Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony
Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan
mereka melalui surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar
keberatan itu dibacakan dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat
permintaan itu tak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya
menyetujui laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
"Laporan tidak berubah, kan sudah diterima di RUPST. Tapi dengan dua catatan
yaitu ada perbedaan pendapat. Itu saja," jelas Chairal. Trans Airways berpendapat
angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga
mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama
tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya
masih merugi US$244,96 juta.
Dua komisaris berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan
kerancuan dan menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia berubah dari
yang sebelumnya rugi menjadi untung.
Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia
menjadi lebih besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban
karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong
perusahaan.
3. 25 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar
penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan
kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi
pertama, Kamis (25/4).
Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya
Rp500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga
penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466 per saham atau
turun persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda
Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan
manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018.
15
Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan
publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor
laporan keuangan perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa (30/4).
4. 26 April 2019
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil
manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan
membahas kasus tersebut dalam rapat internal.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir mengatakan perseturuan
antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen akan dibahas dalam rapat
internal usai reses. Dalam rapat itu akan dipastikan terkait pemanggilan sejumlah
pihak yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan maskapai pelat merah
tersebut. Jika sesuai jadwal, DPR kembali bekerja pada 6 Mei 2019.
Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama Serikat
Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok karyawan
Garuda Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan keuangan tahun
2018 oleh dua komisaris.
Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah merusak
kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia
maskapai tersebut.
Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah akan
melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan
karyawan belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu pemegang saham
dengan manajemen saat ini.
5. 30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik
(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan
keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30-09.30 WIB.
Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa
menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut.
"Bursa meminta semua pihak untuk mengacu pada tanggapan perseroan yang
disampaikan melalui IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di website bursa," kata
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna.
16
Sementara Menteri Keuangan mengaku telah meminta Sekretaris Jenderal
Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari kisruh terkait laporan
keuangan BUMN tersebut.
Bosch mengatakan kepada otoritas setempat akan mematuhi dan membayar denda
yang dikenakan kepada perusahaan mereka. Dari total denda yang dikenakan, terdiri
penalti sebesar dua juta euro dan denda 88 juta euro karena merugikan perekonomian
atas kejahatan yang Bosch lakukan.
Denda yang diterima Bosch jauh lebih kecil dari denda untuk Volkswagen, selaku
perusahaan rekanan Bosch. Pada pertengahan tahun lalu, pengadilan Jerman telah
mendenda Volkswagen AG sebesar Rp16,7 triliun atas kasus 'dieselgate'.
Volkswagen mengakui mulai 2015 telah memang perangkat penipu. Total lebih
dari 11 juta VW di seluruh dunia tersimpan teknologi tersebut. Dalam keterangan resmi
17
Bosch mengatakan akan memperbaiki internalnya untuk meminimalkan risiko
pelanggaran hukum.
Perusahaan raksasa ritel Amerika Serikat (AS), Walmart menghentikan penjualan rokok
elektrik dan pengiriman produk tersebut ke toko-toko AS, setelah sejumlah kasus penyakit serius
dan kematian yang menimpa sejumlah penggunanya. Dikutip dari Reuters, sebuah memo internal
menyatakan ketidakpastian regulasi negara baik terkait rokok elektrik menjadi latar belakang
keputusan tersebut.
Langkah Walmart dilakukan menyusul larangan penjualan produk vaping rasa di New
York dan Michigan dan setelah pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan rencana
untuk menghapus semua rokok elektrik beraroma dari rak-rak toko. Para pejabat AS
memperingatkan bahwa rasa manis telah menarik jutaan anak menjadi kecanduan nikotin.
Trump dan pejabat tinggi AS lainnya juga menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya
penggunaan produk-produk tersebut ketika para pejabat kesehatan menyelidiki kasus masalah
kesehatan serius hingga kematian yang ditimbulkan rokok elektrik. Salah satu pelakunya yang
mungkin teridentifikasi sejauh ini adalah sederetan produk ganja ilegal yang dijual dengan merek
dagang "Dank Vapes" dan "Chronic Carts." Departemen Kesehatan Negara Bagian New York
mengidentifikasi "Dank Vapes" dan "Chronic Carts" sebagai produk yang mengandung vitamin e
asetat, perantara dalam minyak THC yang telah menjadi fokus dalam penyelidikan penyakit
tersebut.
Produsen rokok elektronik nikotin terkemuka, termasuk Juul Labs Inc, British American
Tobacco Plc, dan Imperial Brands Plc mengatakan pekan lalu, produk mereka tidak mengandung
senyawa Vitamin E. Pekan lalu, Amazon.com Inc mengatakan pihaknya menurunkan produk
vape dari rak penjualan sesuai dengan kebijakannya, meskipun perusahaan itu tidak
menyebutkan secara spesifik produk yang tak lagi dijual. Pada bulan Mei, Walmart menaikkan
usia minimum untuk membeli produk tembakau hingga 21 tahun di semua tokonya dan
18
mengatakan akan berhenti menjual rokok elektrik rasa buah. Langkah itu dilakukan setelah
Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS memanggil perusahaan untuk menjual produk
tembakau secara ilegal ke anak di bawah umur.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perlu dipahami bahwa untuk memenangkan persaingan global antar negara yang
makin kompetitif hanya dapat dilalui melalui kemenangan
korporat/perusahaan/organisasi dinegara tersebut terhadap korporat negara lain. Jadi
kunci kemenangan adalah memenangkan persaingan antarkorporat. Jadi menang atau
kalah, kuat atau terpuruknya, pulih atau tetap terpuruknya perekonomian suatu negara
tergantung pada kualitas korporat di negara masing-masing.
Good Corporate Governance (GCG) atau Tata Kelola Perusahaan yang Baik
membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggung jawabkan
diantara elemen dalam perusahaan (Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan para
pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Hal tersebut
menuntut adanya pertanggung jawaban manajemen kepada Dewan Komissaris dan
adanya pertanggung jawaban Dewan Komisaris kepada pemegang saham.
Dalam paradigma ini, Dewan Komisaris berada pada posisi untuk memastikan
bahwa manajemen telah benar-benar bekerja demi kepentingan perusahaan sesuai
strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham, yaitu
untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan.
20
Dalam hal ini, Komite Audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis
dalam memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya
menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
dilaksanakannya Good Corporate Governance.
.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4001108/Good_corporate_governanance_in_indonesia
https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/506d49a2-3763-4fe4-a783-
5d58e37b8906/CG_Practices_in_EU_Guide.pdf?MOD=AJPERES&CVID=kNmxTtG
http://www.eajournals.org/wp-content/uploads/Problems-of-Corporate-Governance-in-
USA.pdf
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-390927/kronologi-kisruh-
laporan-keuangan-garuda-indonesia
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190523200737-384-397924/terlibat-kasus-
dieselgate-bosch-didenda-rp15-t
https://katadata.co.id/berita/2019/09/21/walmart-setop-penjualan-rokok-elektrik
22
LAMPIRAN
23
3. Perusahaan yang Mengalami Permasalahan GCG di Amerika
24