PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pekerjaan:
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) i
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi ketentuan dari PT. Angkasa Pura I untuk pekerjaan di Bandara
Ahmad Yani tahun 2018 maka bersama ini, kami Universitas Diponegoro Semarang
mengajukan usulan kegiatan “ Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek
Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG)”. Kegiatan ini bertujuan mengkaji
dan menyusun basic design system pengelolaan Sumber daya Air (SDA) air limbah dan air
baku.
Untuk mewujudkan kesiapan dan kemampuan kami dalam pelaksanaan pekerjaan ini, kami
masukkan lampiran yang berisi data pengalaman pekerjaan dan dasar teori yang akan
menunjang pekerjaan ini.
Besar harapan untuk dapat diterimanya usulan kegiatan kajian ini, diucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya kegiatan ini. Semoga kegiatan ini
bermanfaat bagi PT. Angkasa Pura I.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) ii
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
DAFTAR ISI
1. Definisi.................................................................................................................... 7
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) iii
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
10. Pengepakan........................................................................................................ 29
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) iv
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 5 Penjelasan RKS dan Gambar ........................... Error! Bookmark not defined.
Pasal 8 Pengawasan Kualitas dan Kepastian Kualitas . Error! Bookmark not defined.
Pasal 11 Jaminan dan Keselamatan Kerja .................... Error! Bookmark not defined.
Pasal 13 Pemeriksaan Bahan dan Komponen Jadi ....... Error! Bookmark not defined.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) v
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 26 Pekerjaan Daun Pintu dan Kusen Pintu Besi ............................................... 110
Pasal 32 Pekerjaan Pompa Sistem Pembuangan Air Limbah Proses Reverse Osmosis
.................................................................................................................................... 127
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) vi
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
1. Definisi
Istilah-istilah yang digunakan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) ini harus
mempunyai arti atau tafsiran seperti yang dimaksudkan sebagai berikut :
1.1 Pihak Pertama adalah pejabat yang berwenang menandatangani dan
melaksanakan Kontrak atas nama Perusahaan, dalam hal ini yang mewakili
PT Angkasa Pura I (Persero) adalah.......................................................................
1.2 Pihak Kedua adalah pejabat yang berwenang menandatangani dan
melaksanakan Kontrak atas nama Perusahaan, dalam hal ini yang mewakili PT
.............................adalah............................................
1.3 Unit Teknis adalah Unit Pengendalian Proyek dalam hal ini Project Management
Airport Development di Kantor Pusat PT Angkasa Pura I (Persero).
1.4 Kontrak Pengadaan Jasa adalah perjanjian tertulis antara PT Angkasa Pura I
(Persero) dengan PT ................................................... yang mencakup Pokok
Kontrak, Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) dan Syarat-Syarat Khusus
Kontrak (SSKK) serta dokumen lain yang merupakan bagian dari kontrak.
1.5 Nilai Kontrak adalah total biaya pekerjaan yang disepakati Para Pihak dalam
Kontrak.
1.6 Jangka Waktu Kontrak adalah jangka waktu berlakunya Kontrak ini terhitung
sejak tanggal Penerbitan Purchase Order (PO) sampai dengan tanggal
berakhirnya masa pemeliharaan.
1.7 Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan adalah jangka waktu berlakunya
Kontrak ini terhitung sejak tanggal Penerbitan Purchase Order (PO) sampai
dengan tanggal Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan.
1.8 Jaminan Pelaksanaan adalah uang tunai/ bank garansi yang dikeluarkan oleh
bank umum nasional yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA yang diserahkan
oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA untuk menjamin terpenuhinya
kewajiban PIHAK KEDUA.
1.9 Spesifikasi Teknis adalah Rencana Kerja dan Syarat - syarat, Terms of
Reference (TOR) dan Spesifikasi Material untuk menjelaskan tujuan, lingkup
pekerjaan serta keahlian yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
berdasarkan Kontrak ini.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 7
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 8
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
5. Jaminan Pelaksanaan
5.1 Untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dari Kontrak ini PIHAK KEDUA
berkewajiban untuk memberikan Jaminan Pelaksanaan kepada PIHAK
PERTAMA berupa uang tunai/kontan atau Bank Garansi yang diterbitkan oleh
Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu (Bank BNI, Bank Mandiri,
Bank BRI dan Bank BTN) dan Bank Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu
Bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah
Tingkat I dan Bank Swasta yaitu (Bank BCA, Bank Danamon, Bank Permata,
Bank MayBank, Bank Mega, Bank CIMB Niaga, Bank OCBC NISP, Bank UOB
dan Bank Panin).
5.2 Jaminan Pelaksanaan tersebut mempunyai masa berlaku sekurang-kurangnya
1 (satu) bulan lebih lama dari jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
5.3 Apabila terjadi pekerjaan tambah dan/ atau perpanjangan waktu pekerjaan yang
menyebabkan terjadinya perubahan nilai dan/ atau jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak, maka kepada PIHAK
KEDUA wajib untuk menambah nilai dan atau jangka waktu Jaminan
Pelaksanaan pekerjaan dimaksud.
5.4 Jaminan Pelaksanaan ini akan dikembalikan oleh PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA setelah seluruh pekerjaan telah diselesaikan dan diserah
terimakan untuk yang pertama kalinya.
5.5 Jaminan Pelaksanaan ini akan menjadi hak PIHAK PERTAMA apabila :
5.7.1 PIHAK KEDUA menarik diri atau tidak sanggup untuk melaksanakan
tugas pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak.
5.7.2 PIHAK KEDUA memindahtangankan seluruh pelaksanaan tugas
pekerjaan yang ditetapkan dalam Kontrak kepada Pihak Lain/ Pihak
Ketiga tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA.
5.7.3 PIHAK KEDUA melakukan Wan Prestasi (tidak melakukan salah satu
ketentuan dalam Kontrak).
5.6 PIHAK PERTAMA dapat secara langsung mengklaim/ mencairkan Bank
Garansi dan dibayarkan kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kerja setelah Bank (yang menerbitkan Bank Garansi) menerima
tagihan tertulis dari PIHAK PERTAMA.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 9
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
6. Jenis Kontrak
6.1 Kontrak gabungan adalah Kontrak yang merupakan gabungan antara harga
lumsum (lump sum) dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan.
6.2 Kontrak gabungan ini digunakan untuk pekerjaan yang sebagian bisa
menggunakan harga lumsum (lump sum) kemudian untuk bagian lain harus
menggunakan harga satuan.
6.3 Penentuan harga lumpsum dan harga satuan terlampir dalam Bill of Quantity
(BOQ).
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 10
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 11
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
9. Perubahan Kontrak
9.1 Perubahan yang menyangkut lingkup pekerjaan, metode kerja dan metode
pembayaran dituangkan dalam berita acara perubahan yang ditandatangani oleh
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA/ Pihak yang ditunjuk oleh Para Pihak.
9.3 Untuk penambahan item pekerjaan baru, maka negosiasi harga dilaksanakan
antara PIHAK KEDUA dengan PIHAK PERTAMA yang diwakili oleh
Procurement Selection Team (PST) beserta Unit Teknis.
9.4 Perubahan Kontrak dapat dilaksanakan dengan persetujuan Para Pihak, meliputi
perubahan lingkup pekerjaan, perubahan waktu pelaksanaan pekerjaan,
perubahan biaya pekerjaan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 12
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
9.6.1 Perubahan Lingkup Pekerjaan dengan Biaya Tetap Dalam hal terdapat
perbedaan antara kondisi lapangan pada saatpelaksanaan, dengan
gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam Dokumen Kontrak, PIHAK PERTAMA bersama PIHAK
KEDUA dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:
9.7.3 Apabila tidak tercantum didalam daftar Harga Satuan pekerjaan dari
lampiran Kontrak pekerjaan ini, perhitungan pekerjaan tambah dan
pekerjaan kurang dilaksanakan atas dasar harga yang disetujui oleh
kedua belah pihak.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 13
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
9.8 Perubahan sebagaimana dimaksud dalam Kontrak ini hanya dapat dilakukan
apabila terjadi hal-hal diluar kekuasaan Para Pihak (keadaan kahar) dan/atau
karena adanya penyesuaian terhadap kondisi dilapangan akibat kebutuhan
operasional.
9.10 Komponen upah disesuaikan kepada ketentuan upah regional (Kota Semarang)
yang berlaku.
10. Denda
10.2 Apabila PIHAK KEDUA telah dikenakan denda maksimum sebesar 5% (lima
persen) dari Biaya Pekerjaan maka PIHAK KEDUA dikenakan denda bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan dari nilai denda maksimum tersebut terhitung
sejak tanggal keterlambatan sampai dengan seluruh denda dilunasi atau Kontrak
diputuskan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 14
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
10.4 Atas Pengakhiran Kontrak pada poin 13.2, PIHAK KEDUA tidak berhak
menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun kepada PIHAK PERTAMA.
11. Sanksi
PIHAK KEDUA dapat dikenakan sanksi berupa Pemutusan Kontrak ini apabila terjadi
hal-hal sebagai berikut :
11.1. Cidera janji/ lalai dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggungjawabnya
sebagaimana diatur di dalam Kontrak ini;
11.3 Terbukti memalsukan dokumen atau memberikan data yang tidak benar dalam
proses pelelangan atau dalam pelaksanaan Kontrak ini;
11.4 Nyata-nyata telah mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan kepada Pihak
Ketiga/Pihak Lain tanpa izin/sepengetahuan Pemberi Tugas.
12.3 Dengan berakhirnya Kontrak secara sepihak, maka Jaminan Pelaksanaan menjadi
hak PIHAK PERTAMA.
12.5 Pemutusan Kontrak ini juga dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal diluar
kekuasaan Para Pihak dalam melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam
Kontrak ini yang disebabkan oleh keadaan kahar. Sedangkan apabila
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 15
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
13.2 Setiap perselisihan/persoalan yang timbul sehubungan dengan Kontrak ini untuk
pertama sekali akan diselesaikan oleh Para Pihak secara musyawarah untuk
mufakat atau tanpa mediator.
13.3 Apabila perselisihan sebagaimana dimaksud dalam poin 13.2 tidak dapat
diselesaikan secara musyawarah maka untuk selanjutnya Para Pihak sepakat
menyelesaikan perselisihan tersebut dengan menunjuk Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.
14.1 Apabila PIHAK KEDUA terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka
PIHAK PERTAMA yang diwakili oleh Kepala Satuan Kerja (Satker)/ Project
Manager Proyek Pengembangan Bandar Udara Ahmad Yani - Semarang
memberikan Surat Teguran kepada PIHAK KEDUA.
14.2 Atas keterlambatan yang telah diberikan Surat Teguran sebagaimana disebut
dalam poin 15.1, dan realisasi fisik pelaksanaan terlambat 5% atau lebih dari
rencana maka Kepala Satuan Kerja (Satker)/ Project Manager Proyek
Pengembangan Bandar Udara Ahmad Yani - Semarang mengusulkan Kontrak
Kritis kepada Direktur Teknik.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 16
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
14.3 Atas usulan Kepala Satuan Kerja (Satker)/ Project Manager Proyek
Pengembangan Bandar Udara Ahmad Yani - Semarang tersebut, Direktur Teknik
menyatakan Kontrak Kritis.
Penanganan kontrak kritis dilakukan dengan rapat pembuktian (Show Cause Meeting/
SCM) yaitu :
15.1 Pada saat kontrak dinyatakan kritis, PIHAK PERTAMA menerbitkan surat
peringatan kepada PIHAK KEDUA dan selanjutnya menyelenggarakan SCM.
15.2 Dalam SCM PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh PIHAK KEDUA
dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan dalam berita
acara SCM tingkat Tahap I.
15.2 Apabila PIHAK KEDUA gagal pada uji coba pertama, maka harus
diselenggarakan SCM Tahap II yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh PIHAK KEDUA dalam periode waktu
tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap II.
15.4 Apabila PIHAK KEDUA gagal pada uji coba kedua, maka harus
diselenggarakan SCM Tahap III yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh PIHAK KEDUA dalam periode waktu
tertentu (uji coba ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap III.
15.5 Pada setiap uji coba yang gagal, PIHAK PERTAMA harus menerbitkan surat
peringatan kepada PIHAK KEDUA atas keterlambatan realisasi fisik
pelaksanaan pekerjaan.
15.6 Jika PIHAK KEDUA gagal pada uji coba tahap ketiga, maka PIHAK
PERTAMA dapat melakukan pemutusan kontrak secara sepihak, namun tidak
menghilangkan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA, dalam hal demikian Para Pihak sepakat secara tegas untuk mengenya
ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 17
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
16.1. Yang dimakud keadaan tidak terduga adalah suatu keadaan yang muncul akibat
suatu kondisi yang tidak terduga, namun berdasarkan upaya Para Pihak
dan/ atau salah satu pihak yang terkena keadaan tidak terduga
kondisinya masih bisa diatasi.
16.2. Pemenuhan kewajiban pihak dalam Kontrak akibat Keadaan Tidak Terduga,
dapat dipenuhi berdasarkan kesepakatan Para Pihak berdasarkan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Kontrak.
17.1 Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak Para Pihak dan
tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam
Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
17.2 Yang dimaksud dengan Keadaan Kahar dalam Kontrak ini adalah banjir,
kebakaran, gempa bumi, badai, gangguan asap, cuaca ekstrem dan bencana alam
lainnya, sabotase, kerusuhan, pemberontakan, pemogokan, embargo, blockade,
Peraturan-Peraturan Pemerintah yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan
Kontrak ini, huru hara politik, perang, epidemic, tindakan pemerintah dibidang
moneter, bencana alam yang berakibat langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan
dan segala hal yang diluar kuasa manusia yang kesemuanya bukan
kesalahan/kelalaian PIHAK KEDUA yang dapat dibenarkan oleh PIHAK
PERTAMA.
17.2 Apabila terjadi Keadaan Kahar, maka PIHAK KEDUA memberitahukan kepada
PIHAK PERTAMA paling lambat 14 (tempat belas) hari kerja sejak terjadinya
Keadaan Kahar.
17.4 Jangka waktu yang ditetapkan dalam Kontrak untuk pemenuhan kewajiban pihak
yang tertimpa Keadaan Kahar harus diperpanjang sekurang-kurangnya sama
dengan jangka waktu terhentinya Kontrak akibat Keadaan Kahar.
17.5 Pada saat terjadinya Keadaan Kahar, Kontrak ini akan dihentikan sementara
hingga Keadaan Kahar berakhir, dengan ketentuan PIHAK KEDUA berhak
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 18
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
18.1 PIHAK KEDUA berkewajiban untuk menyerahkan program mutu pada rapat
persiapan pelaksanaan kontrak untuk disetujui oleh Unit Teknis.
18.2 Program mutu disusun oleh PIHAK KEDUA paling sedikit berisi:
18.4 PIHAK KEDUA berkewajiban untuk memutakhirkan program mutu jika terjadi
adendum kontrak dan peristiwa kompensasi.
18.6 Persetujuan Unit Teknis terhadap program mutu tidak mengubah kewajiban
kontraktual PIHAK KEDUA.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 19
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Apabila dalam hal pelaksanaan pekerjaan PIHAK KEDUA melakukan impor dari
pabrik dan mendapat dukungan Pabrik di Luar Negeri atau mengimpor dari Agen/
Distributor di Luar Negeri, maka permohonan pembayarannya harus dilengkapi
dengan dokumen Pemberitahuan Import Barang (PIB).
PIHAK KEDUA wajib melindungi PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan atau
klaim dari Pihak Ketiga/ Pihak Lain yang disebabkan penggunaan Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI) oleh PIHAK PERTAMA.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 20
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 21
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
1.2. Lokasi pekerjaan untuk pekerjaan sebagaimana tersebut dalam Kontrak ini
dilaksanakan di Proyek Pengembangan Bandar Udara Ahmad Yani – Semarang.
1.3. Seluruh Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan
persyaratan lainnya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak
ini
2. Biaya Pekerjaan
Biaya Pekerjaan yang telah disepakati oleh Para Pihak adalah sebesar
..................................................... Biaya Pekerjaan tersebut sudah termasuk
keuntungan, pajak-pajak yang timbul dari Pekerjaan tersebut serta biaya Hedging
untuk komponen import.
4. Cara Pembayaran
Mata uang yang digunakan untuk pembayaran adalah Rupiah.
Pembayaran harga/biaya pekerjaan jasa dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemajuan/prestasi pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :
4.1 Pembayaran Tahap 1 (pertama)
Dibayarkan sebesar 5% x Rp .................... = Rp .......................
(.....................................) termasuk pajak, dibayarkan setelah prestasi fisik
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 22
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 25
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
5. Syarat Pembayaran
5.1 Untuk pengajuan pembayaran sesuai ketentuan diatas, PIHAK KEDUA
menyampaikan Surat Permohonan Pembayaran dengan dilampiri :
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 26
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
6. Cara Pembayaran
6.1 Kontrak Pekerjaan ini meliputi Masa Pelaksanaan Pekerjaan dan Masa
Pemeliharaan, dengan rincian sebagai berikut : Jangka Waktu Pelaksanaan
Pekerjaan Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan adalah selama .........
(.................................) hari kalender, terhitung sejak tanggal ..............................
sampai dengan tanggal .................................................
6.2. Waktu Penyelesaian Pada akhir Masa Pelaksanaan Pekerjaan akan dilaksanakan
Serah Terima Pertama yang dalam hal ini PIHAK PERTAMA berhak menolak
penyerahan Pekerjaan dari PIHAK KEDUA bilamana Pekerjaan tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan yang tersebut dalam Spesifikasi Pekerjaan dan
ketentuan lainnya yang ditetapkan dalam Kontrak ini.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 27
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
7. Jaminan Pelaksanaan
Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% x Rp .................................= Rp ..........................
(................................................................) harus sudah diserahkan oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA sebelum Kontrak ini ditandatangani.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 28
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
teknis PIHAK PERTAMA, dalam hal ini Project Management Office dan Satuan
Kerja Proyek.
8.2. Telah adanya Serah Terima lahan dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA dalam hal ini PIHAK PERTAMA diwakili oleh Satuan Kerja Proyek
PT Angkasa Pura I (Persero).
8.3. Menunggu terbitnya Kontrak, maka pelaksanaan pekerjaan mengacu kepada
dokumen pelelangan sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Aanwijzing dan
Dokumen Penawaran PIHAK KEDUA yang menjadi lampiran Purchasing Order
(PO).
8.4. Sebelum dimulainya pekerjaan wajib dilakukan MC-0 yang dilakukan bersama
oleh Para Pihak.
9. Inspeksi Pabrikasi
9.1 PIHAK PERTAMA dapat melakukan inspeksi atas proses pabrikasi barang/
peralatan khusus.
9.2 Biaya pelaksanaan inspeksi sudah termasuk dalam Biaya Pekerjaan.
9.3 PIHAK PERTAMA melakukan inspeksi atas proses pabrikasi Barang/ peralatan
khusus setelah penandatangan Kontrak.
10. Pengepakan
10.1 PIHAK KEDUA berkewajiban atas tanggungannya sendiri untuk mengepak
Barang sedemikian rupa sehingga Barang terhindar dan terlindungi dari resiko
kerusakan atau kehilangan selama masa transportasi atau pada saat pengiriman
dari tempat asal Barang sampai ke Tempat Tujuan Akhir.
10.2 PIHAK KEDUA harus melakukan pengepakan, penandaan, dan penyertaan
dokumen identitas Barang di dalam dan di luar paket Barang sebagaimana
ditetapkan dalam SSKK.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 29
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
12. Transportasi
12.1 PIHAK KEDUA bertanggung jawab untuk mengatur pengangkutan Barang
(termasuk pemuatan dan penyimpanan) sampai dengan Tempat Tujuan
Pengiriman.
12.2 Transportasi Barang harus diteruskan sampai dengan Tempat Tujuan Akhir
sebagaimana ditetapkan dalam SSKK.
12.3 Semua biaya transportasi (termasuk pemuatan, asuransi dan penyimpanan) telah
termasuk di dalam Biaya Pekerjaan.
14.3 Apabila pengoperasian barang tersebut memerlukan keahlian khusus maka harus
dilakukan familiarisasi oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, biaya
familiarisasi termasuk dalam Biaya Pekerjaan;
14.4 Apabila hasil uji coba tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam
Kontrak, maka PIHAK KEDUA memperbaiki atau mengganti barang tersebut
dengan biaya sepenuhnya ditanggung PIHAK KEDUA.
15. Asuransi
15.1 PIHAK KEDUA harus mengasuransikan Pekerjaan, Peralatan dan Bahan senilai
tidak kurang dari biaya perbaikan secara penuh apabila terjadi kerusakan fisik
termasuk biaya pembongkaran, pembuangan hasil bongkaran, honor profesional
dan keuntungan.
15.2 Asuransi harus sudah berlaku efektif sejak tanggal dimulainya pekerjaan hingga
tanggal diterbitkannya Berita Acara Serah Terima Pertama (BAST-I) pekerjaan.
15.3 PIHAK KEDUA harus menyediakan asuransi untuk orang-orang yang
dipekerjakannya sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan.
15.4 PIHAK KEDUA harus menyediakan Asuransi untuk tanggung jawab terhadap
Pihak Ketiga termasuk orang/ barang/ kendaraan yang masuk kedalam
lingkungan proyek baik untuk kepentingan PIHAK KEDUA maupun PIHAK
PERTAMA.
15.5 Semua biaya penutupan asuransi ditanggung oleh PIHAK KEDUA.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 31
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
16.5 PIHAK KEDUA wajib melaporkan kepada PIHAK PERTAMA tentang kejadian
berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi, dan penyakit akibat kerja konstruksi
yang telah terjadi pada kegiatan yang dilaksanakan.
16.6 PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja konstruksi.
16.7 PIHAK KEDUA wajib melakukan pengendalian risiko K3 yang meliputi
inspeksi tempat kerja, peralatan, dan sarana pencegahan kecelakaan kerja
konstruksi.
diberlakukan untuk tarif harian denda dan denda bunga, dan tidak mempengaruhi
nilai maksimum denda.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 33
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
21.4 Dalam hal pelaksanaan perbaikan didalam masa pemeliharaan PIHAK KEDUA
tetap harus mamperhatikan ketentuan dalam Spesifikasi Teknis.
21.5 Dalam Masa Pemeliharaan tidak termasuk pemeliharaan peralatan/ fasilitas/
bangunan yang diakibatkan/ diperuntukkan untuk beroperasinya hasil proyek
sehari-hari.
21.6 Setelah jangka waktu masa pemeliharaan berakhir, pekerjaan diserahkan dalam
kedaan baik untuk kedua kalinya dengan diterbitkan Berita Acara Serah Terima
Kedua (BAST II) pekerjaan yang ditandatangani Para Pihak.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 34
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
25. Korespondensi
25.1 Semua korespondensi dapat berbentuk surat, surat elektronik (e-mail) dan/atau
faksimili dengan alamat tujuan Para Pihak sebagai berikut :
a. PIHAK PERTAMA
Nama : PT Angkasa Pura I (Persero)
Alamat : Kantor Pusat-Jakarta, Graha Angkasa Pura I
Kota Baru Bandar Kemayoran Blok B.12 Kav.2
Jakarta Pusat, Jakarta-10610
E-mail : pmo@ap1.co.id
Telp. : (021) 654 1961
Faksimili : (021) 654 1513/ 654 1513
Website : www.ap1.co.id
b. PIHAK KEDUA
Nama : ......................................................................
Alamat : ......................................................................
.....................................................................
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 35
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
.....................................................................
E-mail : ......................................................................
Telp. : ......................................................................
Faksimili : ......................................................................
Website : ......................................................................
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 36
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
1. Sarana Pekerjaan:
a. Tenaga Pelaksanaan yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil dan
cukup jumlahnya dengan kapasitas yang memadai.
b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dan
kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis.
c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.
2. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian dan sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan gambar rencana. Berita Acara Penjelasan serta
mengikuti petunjuk dan keputusan Pengawas Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan.
Pasal 2
Peraturan Teknis yang Digunakan
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya:
a. Peraturan Pengadaan barang dan Jasa PT Angkasa Pura 1 (Persero) yang
berlaku
b. SNI 03-1734-1989 Peraturan Beton Bertulang Indonesia
c. SNI 03-1729-2002 Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan di Indonesia
d. SNI 15-2049-2004 Peraturan Semen Portland Indonesia
e. SNI 03-1750-1990 Mutu dan Cata Uji Agregat Beton
f. SNI 03-2052-2990 Baja Tulangan Beton
g. SNI 03-6861.1-2002 Spesifikasi Air sebagai Bahan Bangunan
h. ASTM, JIS, dan lain sebagainya yang dianggap berhubungan dengan bagian-
bagian pekerjaan ini.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 2 ayat 1 tersebut di atas dan mengikat
pula.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 37
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
a. Gambar Kerja yang dibuat oleh Perencana yang sudah disahkan oleh PT.
Angkasa Pura 1 (persero), termasuk gambar-gambar detail yang diselesaikan
oleh Kontraktor dan disahkan/disetujui Pengawas Pekerjaan.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
d. Berita Acara Penetapan Pemenang Kontraktor Barang/Jasa
e. Surat Penunjukan
f. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya
Pasal 3
Jadwal Pelaksanaan
1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat
rencana kerja pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan Kurva
S Bahan dan Tenaga dan mengkoordinasikan hasilnya kepasa Pengawas Pekerjaan,
sehingga pelaksanaan pekerjaan terkendali dan tidak mengganggu kelancaran proyek
secara keseluruhan dan kelancaran kegiatan di sekitar lokasi kerja.
2. Recana kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas
Pekerjaan, setelah Purchase Order (PO) terbit.
3. Rencana Kerja yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan
4. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 3 (tiga) kepada
Pengawas Pekerjaan, 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada direksi
keet/los kerja yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan/prestasi kerja.
5. Pengawas Pekerjaan akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan
Rencana Kerja tersebut.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 38
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Sebelum perakitan semua bidang kontak harus dibersihkan, bebas dari kotoran,
minyak, kerak yang lepas, bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 39
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Baut penghubung harus dipasang dengan panjang dan diameter yang benar
sebagai-mana yang ditunjukkan dalam daftar baut dari pabrik pembuat struktur
baja. Ring harus ditempatkan di bawah elemen-elemen (mur atau kepala baut)
yang berputar dalam pengencangan. Bilamana permukaan luar bagian yang
dibaut mempunyai kelandaian 1 : 20 terhadap bidang tegak lurus sumbu baut,
maka ring serong yang halus harus dipakai untuk mengatasi
ketidaksejajarannya. Dalam segala hal, hanya boleh terdapat satu permukaan
tanpa kelandaian, elemen yang diputar harus berbatasan dengan permukaan ini
c) Prosedur Pemasangan
Urutan pemasangan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan prosedur
pemasangan yang diberikan dalam buku petunjuk dari pabrik pembuat struktur
baja. Kontraktor harus melaksanakan operasi pemasangan dengan
memperhatikan seluruh keten-tuan keselamatan umum dan harus memastikan
bahwa struktur bangunan baja stabil dalam setiap tahap dalam proses
pemasangan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 40
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 4
Pelaporan dan Rapat Koordinasi
1. Pelaporan
Kontraktor harus menyiapkan laporan progress baik harian, mingguan, maupun prestasi
fisik untuk seluruh pekerjaan dalam kontrak untuk dibicarakan di dalam rapat. Laporan
progress harus berhubungan dengan program kerja Kontraktor dan menyatakan jumlah
prosentase pekerjaan yang telah dikerjakan. Untuk laporan bulanan minimum harus
mencakup:
a. Uraian proyek;
b. Organisasi proyek Kontraktor yang aktual;
c. Uraian seluruh pekerjaan dan aktivitas yang dilaksanakan dan segala kendala proyek
yang ditemukan selama bulan berjalan tersebut;
d. Laporan progress dilengkapi dengan Kurva S;
e. Laporan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, dan waktu kerja yang dipakai;
f. Laporan peralatan, jumlah peralatan, dan waktu kerja peralatan yang diapaki;
g. Foto-foto aktual;
h. Keadaan cuaca harian pada bulan tersebut;
i. Dokumentasi lain, notulen rapat, laporan-laporan inspeksi, dan lain-lain.
2. Rapat Koordinasi
a. Kontraktor harus menghadirkan wakilnya untuk rapat. Rapat reguler dilaksanakan
setiap minggu yang harus dihadiri oleh Personil Kontraktor, Pengawas Pekerjaan dan
pihak lain yang terkait dengan pekerjaan;
b. Setelah rapat, notulen rapat harus dibuat dan diperbanyak serta didistribusikan
kepada semua pihak dan ditanda tangani oleh seluruh peserta. Dokumen ini harus
disimpan dengan baik oleh semua peserta rapat.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 41
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 5
Penjelasan RKS dan Gambar
1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
termasuk tambahan dan perubahannya dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan yang
dibantu Pengawas Pekerjaan.
2. Pada dasarnya semua ukuran dalam Gambar Kerja meliputi:
a. As – As
b. Luar – Luar
c. Dalam – Dalam
d. Luar – Dalam
3. Perbedaan Gambar.
a. Bila Gambar Kerja tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah Gambar.
b. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka gambar yang mempunyai skala lebih besar yang berlaku/mengikat.
c. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektrur dan Struktur, maka yang
berlaku/mengikat adalah Gambar Kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi
konstruksi.
4. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).
a. Gambar Detail Pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib
dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing untuk Detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen, maupun yang diminta oleh
Pengawas Pekerjaan dan atau Direksi Pekerjaan
c. Dalam Shop Drawing harus dicantumkan Pengawas Pekerjaan/Direksi dan
digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh jadi dari
semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan, dan atau spesifikasi/persyaratab
khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap didalam
Gambar Kerja Dokumen maupun Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
d. Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing kepada Pengawas Pekerjaan dan atau
Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pelaksanaan.
e. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukura-ukuran yang
tercantum didalam Gambar Kerja Dokumen tanpa sepengetahuan Pengawas
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 42
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pekerjaa/Direksi. Segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor, baik
dari segi biaya maupun waktu pelaksanaan.
Pasal 6
Perizinan
1. Kontraktor harus melakukan pengurusan ijin untuk pekerjaan ini, semua biaya yang timbul
menjadi tanggung jawab Kontraktor, ijin yang harus diurus adalah :
a. Ijin pengambilan air
b. Ijin pembuangan air drainase
c. Ijin pembuangan air buangan RO
d. Ijin Pembuatan Konstruksi
Pasal 7
Pekerjaan Persiapan
1. Pemasangan papan nama proyek sebanyak yang diperlukan minimal 2 (dua) buah, dengan
ukuran dan penempatan yang ditunjuk oleh Pengawas Pekerjaan;
2. Pemasangan papan informasi/peringatan, dengan ukuran dan penempatan sesuai yang
ditunjuk oleh Pengawas Pekerjaan;
3. Pembersihan lokasi proyek dari segala macam material yang tidak bermanfaat;
4. Pembuatan jalan masuk ke lokasi proyek, apabila belum tersedia di lapangan;
5. Pembuatan jalur pipa air dari sumber ke lokasi pekerjaan, setelah mendapat persetujuan
dari masyarakat/pemerintah setempat;
6. Pembangunan fasilitas untuk penerangan lokasi pekerjaan, dengan menempatkan generator
pada lokasi yang strategis.
7. Pembangunan Direksi Keet. Jenis bangunan yang termasuk dalam bidang ini adalah
Direksi Keet (kantor), gudang, barak kerja, dan fasilitas penunjang lainnya;
8. Direksi keet harus dilengkapi dengan peralatan mebel, yang terdiri dari kursi tamu, meja
tulis, lemari, papan tulis, dan lain sebagainya;
9. Gudang berfungsi untuk menyimpan material dan perlengkapan, agar terlindung dari
kerusakan akibat pengaruh cuaca;
10. Pengadaaan Listrik kerja termasuk penerangan malam hari
11. Lokasi bangunan kantor dan gudang harus dibatasi dengan pagar yang cukup memadai
untuk memisahkan batas areal proyek dengan milik penduduk, serta untuk keamana
proyek;
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 43
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
12. Pemborong harus mengadakan rapat rutin di proyek dengan pemberi tugas pimpinan
proyek, para konsultan dan para pemborong paket lain bila ada. Pemborong harus
menyediakan fasilitas yang diperlukan termasuk akomodasi dan konsumsi (snack) untuk
pelaksanaan rapat tersebut
13. Pembuatan pos keamanan, fasilitas kesehatan, air bersih dan lain-lain.
14. Contoh- contoh bahan, brosur dan pengujian diadakan atas biaya pemborong yang sesuai
dengan standar dan syarat- syarat teknis pelaksanaan dan diambil dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau pekerjaan tersebut yang akan dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
15. Pemborong harus menyediakan air kerja untuk keperluan pekerjaan
16. Semua kerusakan dan kerugian terhadap bangunan atau jaringan instalasi disekitarnya
maupun jaringan- jaringan intalasi yang sudah ada dari PLN, PAM, PERUMTEL, PU, dan
sebagainya dilokasi proyek dalam waktu pelaksanaan menjadi tanggung jawab sepenuhnya
oleh pemborong
17. Pemborong harus membebaskan pemberi tugas dari tuntutan pihak ketiga terhadap
kerugian dan pembayaran ganti rugi atas segala kehilangan- kehilangan, gangguan-
gangguan yang diakibatkan oleh getaran, suara, debu, dan lain lain, dan kerusakan-
kerusakan yang timbul sebagai konsekuensi dari pelaksanaan pekerjaan.
18. Pemborong juga bertanggung jawab atas tehentinya kegiatan pelaksanaan yang
dikaibatkan dan semua biaya yang timbul menjadi beban pemborong yang bersangkutan.
Pasal 8
Pengawasan Kualitas dan Kepastian Kualitas
1. Rencana Pengawasan Kualitas.
a. Kontraktor harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan mengenai QA-
QC untuk seluruh pekerjaan yang menjelaskan seluruh prosedur, instruksi, rekaman-
rekaman, dan personil yang digunakan untuk memastikan dan mengontrol kualitas
pekerjaan.
b. Rencana QA/QC harus diajukan Kontraktor kepada Pengawas Pekerjaan sebelum
rapat mulainya proyek. Kontraktor harus menyajikan kepada Pengawas Pekerjaan
rencana pengawasan kualitas yang akan dilaksanakaan. Rencana QA/QC tersebut
harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan agar sesuai dengan yang diharapkan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 44
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 9
Mobilisasi dan Demobilisasi
1. Kontraktor harus melakukan mobilisasi tenaga kerja lengkap dengan alat-alat kerja yang
dibutuhkan secukupnya sesuai dengan kebutuhan dan jadwal masing – masing pekerjaan;
2. Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan yang telah ditentukan;
3. Apabila dipandang perlu, berkaitan dengan kapasitas dan prestasi kerja yang dicapai,
pihak Pengawas Pekerjaan berhak untuk memerintahkan penambahan jumlah peralatan,
atau menggantikannya dengan kapasitas yang lebih memadai;
4. Kondisi peralatan yang akan digunakan harus dalam keadaan baik dan menjamin
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat selesai tepat waktu;
5. Peralatan mesin yang akan digunakan untuk pekerjaan pokok, harus sudah tersedia di
lapangan dan siap operasi sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dalam spesifikasi
teknis;
6. Berkaitan dengan mobilisasi dan demobilisasi alat berat, perlu dipikirkan tentang
pengadaan prasarana pendukung untuk pencapaian ke lokasi proyek seperti jembatan
darurat, ponton, jalan masuk dan lain sebagainya;
7. Demobilisasi termasuk memindahkan seluruh peralatan, tenaga kerja, surplus material,
membongkar seluruh fasilitas sementara, memulangkan tenaga kerja dilaksanakan untuk
menyelesaikan pekerjaan dinyatakan di dalam kontrak;
8. Demobilisasi dapat dinyatakan selesai apabila seluruh pekerjaan telah diselesaikan.
Demobilisasi peralatan yang dipergunakan ke luar lokasi pekerjaan harus mendapat izin
tertulis dari pihak Pengawas Pekerjaan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 45
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 10
Pengukuran Lokasi Pekerjaan
1. Apabila diperlukan diadakan pekerjaan pembuatan BM (Bench Mark) dilokasi
2. Kontraktor akan mengadakan BM sementara dan permanen yang berada di sekitar lokasi
proyek untuk digunakan sebagai acuan dalam setting dan survey pengukuran selama
pelaksanaan pekerjaan. Lokasi dan pembangunan BM tersebut harus mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Kontraktor harus menyatakan dengan tepat
koordinat dan level BM tersebut dan mengajukannya ke Pengawas Pekerjaan. Verifikasi
dan pengecekan dari koordinat tersebut harus dilaksanakan setiap bulan sekali;
3. Untuk setiap BM yang sudah ada apabila tidak ditentukan lain tidak boleh dihancurkan;
4. Peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar harus sesuai dengan rencana,
kecuali bila ada peruabahan;
5. Pembuatan temporary BM (bila diperlukan) yang telah diikatkan terhadap titik referensi
yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mempermudah kegiatan staking out selama
pelaksanaan pekerjaan;
6. Pelaksanaan pengukuran posisi dan elevasi loaski pekerjaan, batas tanah milik masyarakat
dengan berpedoman pada hasil perencanaan;
7. Seluruh informasi hasil survey terhadap BM harus dilaporkan kepada Pengawas Pekerjaan.
8. Pengukuran dilakukan oleh Surveyor, Asisten Surveyor, dan Draftman selama masa
pelaksanaan pekerjaan. Peralatan yang digunakan Theodolith, Waterpass dan GPS.
Pasal 11
Jaminan dan Keselamatan Kerja
1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan,
untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja di
lapangan.
2. Kontraktor wajib menjaga keselamatan seluruh personil yang terlibat di dalamnya.
3. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan pekerja wajib diberikan oleh
Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 12
Pengadaan Peralatan Kerja
1. Kontraktor harus menyediakan alat-alat umum untuk melaksanakan pekerjaan, agar
pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
gambar dan syarat-syarat teknis.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 46
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
2. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum
pekerjaan fisik dimulai, dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain:
a. Excavator;
b. Generator Set;
c. Dump truck;
d. Pompa Air;
e. Hand Stamper;
f. Molen;
g. Dan peralatan lain-lain.
Pasal 13
Pemeriksaan Bahan dan Komponen Jadi
1. Semua bahan dan material serta komponen jadi yang didatangkan harus memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam RKS ini.
2. Pengawas Pekerjaan berwenang menanyakan asal bahan/material dan komponen jadi, dan
Kontraktor wajib memberi tahu.
3. Contoh bahan/material dan komponen jadi yang akan digunakan harus diserahkan kepada
Pengawas Pekerjaan untuk mendapatkan standard of appearance. Paling lambat waktu
penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan. Keputusan
bahan, jenis, warna, tekstur, dan produk yang dipilih akan diinformasikan oleh Pengawas
Pekerjaan/Direksi kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah
penyerahan contoh bahan tersebut.
4. Semua bahan/material dan komponen jadi harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan dan
diketahui oleh Direksi Pekerjaan sebelum dipasang.
5. Bahan/material dan komponen jadi yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan
pekerjaan tetapi ditolak pemakaiannya oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi harus segera
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam
terhitung dari jam penolakan.
6. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan/material dan komponen jadi harus sesuai dengan
persyaratan pabrik pembuat, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
Pasal 14
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan
1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi karena
bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 47
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pengawas Pekerjaan/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor.
2. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai, akan
tetapi belum diperiksa oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi Pekerjaan, Kontraktor diwajibkan
meminta persetujuan Pengawas Pekerjaan/Direksi Pekerjaan. Apabila Pengawas
Pekerjaan/Direksi Pekerjaan menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaan.
Pasal 15
Pekerjaan Tambah Kurang
1. Usulan pekerjaan tambah kurang diberitahukan dengan tertulis oleh kontraktor kepada
Direksi Pekerjaan dan sudah mendapatkan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
2. Pekerjaan tambah kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari
Direksi Pekerjaan melalui Konsultan Pengawas (MK)
3. Biaya pekerjaan tambah kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan
pekerjaan didalam kontrak
4. Untuk pekerjaan tambah kurang yang harga satuanya tidak tercantum dalam harga satuan
yang dimasukan dalam penawaran, maka harga satuannya akan dilakukan negosiasi lebih
lanjut oleh Direksi Pekerjaan setelah dilakukan evaluasi oleh konsultan pengawas
pekerjaan
5. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab keterlambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi Konsultan Pengawas (MK) dan Direksi Pekerjaan dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
Pasal 16
Pekerjaan Tanah
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan galian dan urugan tanah dengan penyelesaian dan
pembentukan galian/urugannya harus mengikuti kemiringan/elevasi dan ukuran-ukuran
sesuai dengan gambar rencana, adapun pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini
dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
b. Pekerjaan Galian dan pemindahan Tanah Galian Pekerjaan ini meliputi:
(1) Galian tanah untuk kolam tampungan/ Pond, Kolam Drainase
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 48
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
(2) Galian tanah untuk pondasi rumah pompa Air Baku, Rumah Pompa
Drainase, Rumah Pompa Air Baku, GWT dan Gorong-gorong.
(3) Galian tanah untuk saluran drainase Primer, Sekunder dan Tersier
(4) Galian tanah untuk U-Ditch Kabel Trench
(5) Galian Tanah untuk pipa limbah RO
Dan lain-lain seperti tercantum di dalam gambar rencana atau sesuai kebutuhan
Kontraktor agar pekerjaannya dapat dilaksanakan dengan lancar, benar, dan aman.
c. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan Tanah
Pekerjaan ini meliputi:
(1) Urugan dan pemadatan tanah untuk tanggul Kolam Drainase, Kolam/ pond
(2) Urugan dan pemadatan tanah untuk pondasi rumah pompa Drainase dan air
baku
(3) Urugan dan pemadatan tanah untuk Jalan akses ke Rumah pompa Air baku
(4) Urugan dan pemadatan tanah untuk saluran drainase Primer
Dan lain-lain seperti tercantum di dalam gambar rencana atau sesuai kebutuh an
Kontraktor agar pekerjaannya dapat dilaksanakan dengan lancar, benar, dan aman.
2. Persyaratan Bahan
Material timbunan didatangkan dari luar yang memenuhi syarat-syarat yang terlebih
dahulu di uji di laboratorium pengujian yang dilakukan:
AASHTO 193 dengan CBR tidak kurang dari 6% setelah 4 hari
T.88-79 Analisa Butiran Tanah
T.89-68 Liquid Limit
T.90-70 Batas Plastis Tanah, Indeks Plastis Tanah
T.180-74 Pekadatan relatif tanah dengan menggunakan penumbuk 4,45 kg dengan
ketinggian 457 mm
T.191-61 Kepadatan tanah di lapangan dengan metode sand cone layer per layer
berapa 15cm dari sand cone ke sand cone yang lain.
Berapa 5-10% lumpur yang diijinkan
3. Syarat Pelaksanaan
a. Galian Tanah
(1) Pangajuan persetujuan untuk melakukan pekerjaan kepada Pengawas
Pekerjaan disertai dengan gambar kerja.
(2) Pekerjaan galian tanah untuk kolam tampungan dengan menggunakan
tongkang dan tug boat.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 49
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 50
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
(2) Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan material setiap lapis 30
cm bila menggunakan alat berat (vibrator roller atau hand stamper) dan 15 cm
bila pemadatan dilakukan secara manual.
(3) Pekerjaan timbunan tanah untuk tanggul dilakukan setelah pekerjaan struktur
selesai dilakukan. Untuk rumah pompa, pekerjaan timbunan dilakukan setelah
pekerjaan dinding penahan tanah selesai dilakukan.
(4) Pemadatan timbunan unuk tanggul dilakukan dengan vibrator roller sampai
dengan mencapai 85% berat isi kering maksimum pada kadar air optimum
yang akan dilakukan di laboratorium. Bila kadar air kurang pada saat
dipadatkan dapat dilakukan penambahan kadar air dengan melakukan
penyiraman.
(5) Pemadatan untuk rumah pompa dan saluran drainase dilakukan denan hand
stamper dan bila tidak dapat dijangkau hand stamper dapat dilakukan secara
manual.
(6) Test kualitas bahan urugan dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari
lapangan tiap 2000 m2 terdiri dari percobaan pemadatan, CBR laboratorium,
kadar air, analisa saringan. Tes sand cone dilakukan setiap 400 m2 tanah
urugan.
(7) Pengurugan dengan tanah kering harus dilakukan lapis demi lapis yang sama
ketebalannya untuk tiap-tiap lapis dan tidak lebih tebal dari 150 mm setiap
lapisannya sebelum dipadatkan. Setiap lapis dari pengurugan tanah kering ini
harus dipadatkan sampai sekurang-kurangnya menjadi 90% dari kepadatan
kering maksimum menurut Modified Proctor Test (ASTM D 1557). Bahan
urug yang tidak dapat dipadatkan harus disingkirkan dan diganti dengan
material yang baru.
(8) Test untuk menguji hasil pemadatan sesuai dengan spesifikasi berikut ini :
- Untuk pemadatan tanah kering kepadatan maksimum pada kandungan
kelembaban harus ditentukan berdasarkan standard ASTM D-1557.
- Untuk pemadatan tanah kering ditempat, kepadatannya harus ditentukan
berdasarkan ASTM D-1556.
- Jenis Material pengetesan timbunan menggunakan CBR 6%.
- Peralatan mesin pemadatan diharapkan menggunakan bulldozer atau tandem
roller 6-8 ton
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 51
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 52
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 17
Pekerjaan Beton
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang diperlukan
untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik sesuai dengan
spesifikasi.
b. Pekerjaan Beton Struktural
Pekerjaan ini meliputi:
(1) Pekerjaan balok, kolom, plat lantai, pile cap, Lantai kerja dan dinding beton di
rumah pompa, dinding kolam Drainase, dinding kolam Air baku, dinding beton
GWT, dinding beton dan plat Pond 5 RO
(2) Pekerjaan Gorong-gorong dan jembatan penghubung rumah pompa drainase
Dan pekerjaan lain seperti tercantum di dalam gambar rencana.
c. Pekerjaan Beton Non-Struktural
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan lantai kerja (form work) untuk pekerjaan saluran
drainase dan pekerjaan lain seperti tercantum di dalam gamabar rencana.
2. Persyaratan Bahan
a. Semen
(1) Semen yang digunakan untuk bangunan yang mengalami kontak secara
langsung dengan air laut adalah Semen Portland Type V dan untuk bangunan
di darat adalah Semen Portland Type I, yang ditentukan dalam SNI 15-2049-
2004 dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam peraturan
tersebut.
(2) Semen harus diperoleh dari saru pabrik yang telah disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan dan dikirim ketempat pekerjaan dengan kantong tersegel utuh, bila
karena sesuatu dan lain hal terpaksa harus menggunakan semen dari pabrik lain
harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas (MK)
dan Direksi Pekerjaan.
(3) Bila Pengawas Pekerjaan menganggap perlu Kontraktor harus mengirimkan
surat pernyataan dari pabrik yang menyatakan tipe dan kualitas dari semen
beserta Manufactures Test Certificate yang menyatakan memenuhi semua
syarat yang ditentukan. Semen yang menggumpal, sweeping atau kantong
robek/rusak ditolak untuk digunakan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 53
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
(4) Gudang tempat penyimpnana semen harus cukup baik, tidak bocor, dan bersih
sehingga penimbunan semen dapat diatur sengan baik, semen di dalam kantong
tidak boleh disusun lebih dari 2 meter tingginya dan bagian bawah berada 30
cm di atas lantai. Penempatan sedemikian rupa sehingga semen lama dapat
dipergunakan terlebih dahulu.
(5) Semen yang telah disimpan lebih dari 40 (empat puluh) hari dan semen yang
menurut Pengawas Pekerjaan kualitasnya meragukan tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan. Bahan yang ditolak harus segera dikeluarkan dai lapangan
paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.
b. Agregat Halus
(1) Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami sebagai hasil disintegrasi
alami batuan berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alatalat pemecah batu,
sesuai dengan syarat-syarat mutu agregat yang telah ditentukan.
(2) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir halus
bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca,
seperti terik matahari dan hujan.
(3) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,03 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%
maka agregat halus harus dicuci.
(4) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak,
ini dibuktikan dengan percobaan (dengan larutan NaOH) agregat halus yang
tidak memenuhi percobaan ini dapat dipakai juga dengan syarat kekuatan
adukan agregat tersebut pada umur 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan) hari
tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci
hingga bersih dengan air pada umur yang sama.
(5) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang seragam besarnya dan apabila diayak
harus memenuhi syarat -syarat sebagai berikut :
Sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% sampai 95 % dari
berat.
Sisa ayakan di atas saringan 5 mm harus minimum 2% dari berat.
Sisa ayakan di atas saringan 1 mm harus minimum 10% dari berat.
(6) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk campuran beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 54
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
yang diakui dan disetujui oleh Konsultan Pengawas (MK) dan Direksi
Pekerjaan.
c. Agregat Kasar
(1) Agregat kasar beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Pada umumnya yang
di maksud dengan agregat kasar adalah agregat yang besar butirannya lebih
dari 5 mm, sesuai dengan syarat-syarat mutu agregat untuk berbagai beton,
maka agregat kasar harus memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut.
(2) Agregat yang kasar harus terdiri dari butir-butir yang kasar dan tidak berpori.
Agregat kasar mengandung butir-butir pipih yang dapat dipakai apabila jumlah
butir-butir pipih tersebut tidak melebihi/melampaui 20% dari berat agregat
seluruhnya. Butir-butir agregat harus bersifat kekal artinya tidak pecah dan
tidak hancur oleh perubahan cuaca (terik matahari atau hujan).
(3) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan dari
berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian yang dapat melalui
saringan 1%, apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut maka agregat harus
dicuci. Agregat tidak boleh mengandung zat-zat alkali.
(4) Agregat kasar harus terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Sisa ayakan di atas saringan 4 mm harus berkisar antara 90% - 9% dari
berat.
Sisa ayakan di atas saringan 3,5 mm besarnya harus 0% dari berat.
Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas 2 (dua) saringan yang berurutan
adalah besarnya maksimum 0% dan minimum 10%.
(5) Besar butiran agregat maksimum tidak boleh lebih dari ¾ dari jarak bersih
minimum antara batang tulangan atau perbatasan lainnya dalam jarak dimana
pekerjaan beton harus ditempatkan.
d. Agregat Campuran
(1) Susunan butir agregat campuran untuk beton dengan mutu K-300 atau mutu
yang lebih tinggi harus diperiksa dengan melakukan analisis ayakan oleh
laboratorium yang ditunjuk oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi.
(2) Hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut adalah yang menentukan apakah
agregat campuran tersebut dapat dipakai atau tidak dan harus diganti.
(3) Apabila harus diganti dengan agregat yang memenuhi syarat, maka Kontraktor
wajib menyediakan lagi paling lambat dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari.
e. Air Untuk Campuran Beton
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 55
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
(1) Air yang dipakai untuk perawatan dan pembuatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali garam dan bahan-bahan lain yang dapat
merusak besi tulangan atau betonnya, dalam hal ini mutu air yang digunakan,
dianjurkan untuk mengirim contoh air tersebut ke laboratorium pemeriksaan
bahan-bahan yang ditunjuk dan diakui oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi untuk
diteliti sampai seberapa jauh air tersebut mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton dan besi tulangan.
(2) Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan
ukuran berat dan harus dilakukan secepatnya.
f. Besi Tulangan
(1) Besi tulangan yang dipakai bebas dari kotoran, lapisan lemak, minyak sisik,
karat dan tidak cacat (retak, mengelupas dan sebagainya) serta lapisan yang
mengurangi daya lekatnya besi dengan beton.
(2) Besi yang digunakan dalam beton bertulang adalah besi dengan fy = 240 MPa.
(3) Besi beton yang dipakai harus disuplai dari satu sumber dan tidak dibenarkan
mencampur bermacam-macam sumber. Besi beton yang dipakai sebelumnya
harus dimintakan uji laboratoriun dengan dua contoh percobaan perlengkungan
dan stress-strain untuk setiap 20 ton besi. Pengujian masing-masing percobaan
digunakan 3 (tiga) batang besi dengan pengawasan dari Direksi.
(4) Garis tengah besi beton harus sesuai dengan gambar rencana, apabila yang
dipakai kurang dari ketentuan maka diwajibkan menambah tulangan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk Direksi.
(5) Besi beton sebelum dipakai sebagai konstruksi harus dilindungi dari terik
matahari dan hujan sehingga tidak timbul karat.
(6) Batang-batang tulangan disimpan tidak langsung menyentuh tanah. Batang
tulangan besi beton dari berbagai ukuran harus diberi tanda dan dipisahkan
satu sama lainnya sehingga tidak tertukar.
(7) Penimbunan batang-batang tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu yang
lama harus dicegah.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Mutu beton yang digunakan adalah sebagai berikut:
σ'bm Kategori Pengawasan Terhadap
σ'bk
No Mutu S=46 dari
kg/cm2 Kualitas Agregat Kekuatan Tekanan
kg/cm2 Bangunan
Non
I B0 - - Pemeriksaan dengan mata Tidak ada pengujian
struktural
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 56
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
b. Untuk beton mutu B0, campuaran yang biasa untuk pekerjaan non strukturil dipakai
perbandingan dari semen portland terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh
kurang dari 1 : 3 : 5. Banyaknya semen untuk tiap m3 sedikitnya harus 225 kg.
c. Untuk beton mutu B1 dan K 125, campuran nominal dari semen portland, pasir dan
kerikil/ batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau
1:11 /2:21/ 2. Banyaknya semen untuk tiap m3 beton harus tidak kurang dari 275 kg.
d. Untuk mutu K175 dan mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi harus dipakai campuran
yang direncanakan (design mix).
e. Untuk mutu beton K225 dan mutu-mutu yang lebih tinggi digunakan beton ready
mix.
f. Kontraktor harus melakukan uji slump tes sebelum dilakukan pengecorran dengan
menggunkan Kerucut Abrams dengan syarat slump tes 12 ± 2 cm.
g. Pengadukan beton (khususnya beton B0) harus menggunakan beton molen.
h. Kontraktor harus memberitahu 24 (dua puluh empat) jam sebelum pengecoran
dilaksanakan. Hal ini akan memungkinkan Pengawas Pekerjaan untuk memeriksa
pembesian dan bekisting serta memperbaiki bilamana diperintahkan oleh Pengawas
pekerjaan.
i. Tinggi jatuh maksimum dari beton untuk mengecoran dinding dan kolom adalah 1
(satu) meter.
j. Pemadatan pekerjaan beton harus menggunakan alat pemadat dengan frekuensi
getaran paling sedikit 85 cycles/second.
k. Permukaan horizontal harus disiram dan digenangi air atau dibasahi dengan karung
basah lalu ditutup dengan lembaran polythene dan tetap dibiarkan basah selama 7
hari setelah pengecoran.
l. Permukaan vertikal harus dilapisi dengan bahan intuk perawatan beton segera setelah
cetakan dibuka.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 57
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
m. Bila pegecoran dilakukan dalam cuaca panas, maka pengecoran harus dilakukan
secepat mungkin.
n. Pengujian sampel per 20 m3 diambil 4 sampel untuk pengujian 7 hari, 14 hari dan 28
hari yang disaksikan oleh direksi pekerjaan dan Konsultan Pengawas (MK).
Pasal 18
Pekerjaan Baja Tulangan
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, pembuatan dan pemasangan batang-batang baja
tulangan dengan tipe dan ukuran yang sesuai dengan spesifikasi, Gambar dan petunjuk
Konsultan Pengawas (MK).
2. Syarat Bahan
Baja tulangan harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi berikut ini.
SII 0136-80 (Grade BJTP 24); JIS G 3112 (Grade SR 24); atau AASHTO M
31(Grade 40).
SII 0136-80 (Grade BJTP 40); atau JIS G 3112 (Grade SD 40A); atau AASHTO
M31 (Grade 60). Penulangan anyaman baja harus mengikuti AASHTO M 55
Baja tulangan tidak boleh disimpan, diletakkan diatas tanah dan harus disimpan dalam
bangunan atau tertutup dengan baik. Baja tulangan ulir harus diangkut dan dipelihara
lurus atau dibengkokkan dengan bentuk seperti terlihat pada Gambar. Tidak boleh
dibengkokkan dan diluruskan kembali atau dibengkokkan dua kali pada titik yang sama
pada baja tulangan.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pembuatan (pabrikasi)
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 58
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
1) Batang-batang tulangan harus dibuat secara akurat menurut bentuk dan ukuran
dalam gambar, dan pengerjaannya jangan sampai merusak material baja itu.
2) Sebelum dipasang di lapangan harus diuji, diadakan uji pembengkokkan batang
tulangan dengan beberapa diameter lengkung pembengkokkan, dan harus dilakukan
sedemikian rupa agar sifat baja tidak berubah
3) Kecuali bila ditentukan lain, semua batang tulangan yang harus dibengkokkan
maka harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, bila batang tulangan
dibengkokkan dengan pemanasan, maka cara pengerjaannya harus disetujui
dulu oleh Konsultan Pengawas (MK), dan harus dilakukan sedemikian rupa agar
sifat fisik baja tidak berubah.
4) Batang tulangan yang tidak bisa diluruskan tidak boleh digunakan. Batang
tulangan yang telah tertanam sebagian dalam beton tidak boleh dibengkokkan,
kecuali bila tertera dalam gambar atau ada ketentuan lain.
5) Untuk pemotongan dan pembengkokkan, harus disediakan pekerja yang ahli
dan alat-alat yang memadai.
6) Bila Konsultan Pengawas (MK) perlu memeriksa mutu batang tulangan, Kontraktor
harus menguji mutu batang tulangan dengan tanggungan biaya sendiri, dengan
cara menurut ketentuan Konsultan Pengawas (MK).
b) Pemasangan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 59
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
c) Penyambungan
1) Bila batang tulangan harus disambung pada titik-titik selain yang ditentukan
Gambar, kedudukan dan cara penyambungan harus didasarkan pada
perhitungan kekuatan beton, yang disetujui oleh Konsultan Pengawas (MK).
2) Pada sambungan melingkar, batang harus dilingkarkan dengan panjang
tertentu dan diikat kawat pada beberapa titik temu dengan kawat besi diameter yang
lebih besar dari 0.9 mm.
3) Batang tulangan yang tampak, yang harus disambung nantinya, harus
dilindungi dengan semestinya dari kerusakan dan karat.
4) Pengelasan baja tulangan harus dikerjakan hanya bila ada detailnya dalam
gambar, atau ada ijin tertulis dari Konsultan Pengawas (MK)
5) Penggantian batang tulangan dengan ukuran yang berada dari ketentuan dapat
dilakukan bila ada ijin khusus dari Konsultan Pengawas (MK). Bila batang baja
tulangan harus diganti, penggantinya harus sama atau lebih besar
Pasal 19
Pekerjaan Struktur Baja
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a) Pelaksanaan Rangka Atap Rumah Pompa Drainase
b) Pelaksanaan Rangka Atap Rumah Pompa Air Baku
c) Pelaksanaan Baja IWF 800 x 400 x 14 x 26 mm, Tumpuan Box Culvert untuk gorong-
gorong antar pond yang diatasnya terdapat jalan Pondasi Pancang.
d) Pelaksanaan Baja IWF 400 x 400 x 13 x 21 mm,Pengaku Baja IWF 800 x 400 x 14 x
26 mm pada Box Culvert untuk gorong-gorong antar pond yang diatasnya terdapat
jalan Pondasi Pancang.
e) Pelaksanaan Pintu Fastifaset
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 60
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
2. Pengendalian Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan dikendali-
kan sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Rujukan dalam rincian di bawah ini.
a) Toleransi
1) Diameter Lubang
Lubang pada elemen utama : + 1,2 mm – 0,4 mm
Lubang pada elemen sekunder : + 1,8 mm – 0,4 mm
2) Alinyemen Lubang
Elemen utama . dibuat di bengkel : ± 0,4 mm
Elemen sekunder, dibuat di lapangan : ± 0.6 mm
3) Gelagar
Lendutan Balik : penyimpangan dari lendutan balik (camber) yang disyaratkan +
0,2 mm per meter panjang balok atau + 6 mm, dipilih yang lebih kecil.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 61
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Penyimpangan lateral dari garis lurus di antara pusat-pusat perletakan 0,1 mm per
meter panjang balok sampai suatu maksimum sebesar 3 mm.
Penyimpangan lateral antara sumbu badan (web) dan sumbu flens dalam gelagar
susun : maksimum 3 mm.
Kombinasi kelengkungan dan kemiringan flens pada gelagar atau balok yang dilas
akan ditentukan dengan pengukuran penyimpangan pangkal flens terhadap bidang
badan (web) pada pertemuan sumbu badan (web) dengan permukaan luar dari
pelat flens. Penyimpangan ini tidak boleh melebihi 1/200 dari lebar flens total
atau 3 mm. dipilih yang lebih besar.
b) Standar Rujukan
SNITata07-0722-1989
Konsultan Sistem : Baja
Air (Water Management) Proyek Pengembangan BandarCanai Panas(PPSRG)
Udara Semarang Untuk Konstruksi Umum 62
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
l Indonesia (SNI)
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 63
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 64
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
3. Bahan Baku
1) Baja Struktur
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keling, baut atau dilas
harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M183 - 98 : Structural Steel. Baja yang
digunakan sebagai bagian struktur baja harus mempunyai sifat mekanis baja struktural
seperti dalam tabel 6.1.
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 65
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Mutu baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit
yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan. Setiap vendor baja
struktur yang ditunjuk harus memberikan mill certificate kepada pengawas lapangan.
Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
i. Komposisi kimiawi dan sifat mekasninya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
ii. Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya harus
lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Ukuran lainnya boleh berbeda;
iii. Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan yang berlaku selama persyaratan gaya tarik minimum
alat sambung pada tabel 19.2. terpenuhi dan prosedur penarikannya dapat
diperiksa.
Tabel. 19.2. Gaya Tarik Baut Minimum
16 95
20 145
25 210
30 335
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 66
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
36 490
c) Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari
AASHTO M164M - 90. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar.
3) Paku Penghubung Geser Yang Dilas
Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M169 - 83 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. Grade
1015, 1018 atau 1020, baik baja "semi-killed" maupun "fully killed".
5) Sertifikat
Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta oleh
Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat (mill certificate) dari pabrik pembuatnya
yang menyatakan bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula
standar dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik
pembuatanya. Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik
bahan baku, dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan.
Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau bagian-
bagian yang dirol, baut, bahan dan pembuatan landasan (bearing) dan galva-nisasi.
4. Kecakapan Kerja
1) Fabrikasi
Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang disyaratkan
dalam Pasal 6.1.(4).
Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan pelat paking, jika diperlukan,
untuk menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan bidang yang
berdampingan yang tidak melampaui 1 mm untuk baut geser tegangan tinggi dan 2
mm untuk jenis sambungan lainnya.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 67
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat
kesa-lahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15
kali kete-balan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan tetapi, baik perbedaan
ketebalan yang timbul dari toleransi akibat proses rolling maupun kombinasi
toleransi akibat proses rolling dan kesalahan penjajaran yang diijinkan di atas, maka
penyimpangan yang melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu kelandaian 1 :
4.
2) Pemotongan
Pemotongan harus dilaksanakan secara akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi
yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan
pada elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah selesai dikerjakan, harus
dibulatkan dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau ditumpulkan. Pengisi, pelat
penyambung, batang pengikat dan pengaku lateral dapat dibentuk dengan
pemotongan cara geser (shearing), tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri akibat
pemotongan harus dibuang. Setiap kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus
diperbaiki. Sudut-sudut ini umumnya dibulatkan dengan suatu radius 1,0 mm.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 68
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Bagian-bagian yang akan dihubungkan dengan baut toleransi rapat atau silinder
harus digabung menjadi satu dengan baut penyetel atau klem dan lubang harus
dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali operasi dan selanjutnya diper-
besar setelah perakitan. Bilamana cara ini tidak dapat dilakukan maka bagian-
bagian yang terpisah harus dibor melalui jig baja dan diperbesar jika diperlukan.
Semua bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus
dibuang.
4) Pengaku (Stiffer)
Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang
beban terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di
pabrik, di lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan dari
flens, dilas sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau disyaratkan) pada
flens dimana beban tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban. Pengaku
yang tidak dimaksudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukkan atau
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 69
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
disyaratkan lain, dipasang dengan cukup rapat untuk menahan air setelah
digalvanisasi.
5. Pelaksanaan
1) Perakitan di Bengkel
Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka unit-unit harus dirakit di bengkel
sebelum dikirim ke lapangan.
2) Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Tegangan Tinggi)
Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban percobaan (proof load) harus
mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus digunakan
dimana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan salah satu bidang
yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai panjang sedemikian hingga
seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut tetapi panjang baut tidak boleh melebihi
6 mm di luar mur.
Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran. Suatu
"snap" harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.
Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan tenaga
manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang tidak kurang
dari 38 cm untuk diameter nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala baut harus diketuk
dengan palu pada saat mur sedang dikencangkan.
Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali ditentu-
kan lain.
3) Baut Geser Tegangan Tinggi
a) Umum
Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak boleh
melebihi 1 : 20 terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Bagian-
bagian yang akan dibaut harus dijadikan satu bilamana dirakit dan tidak boleh
diberi gasket (lem paking mesin) atau setiap bahan yang dapat didesak lainnya.
Bilamana dirakit, maka semua permukaan yang akan disambung, termasuk yang
berdekatan dengan kepala baut, mur, atau ring harus bebas kerak kecuali kerak
pabrik yang keras dan juga harus bebas dari bagian yang tajam seperti duri
akibat pemotongan atau pelubangan dan benda-benda asing lainnya, yang
menghambat elemen-elemen tersebut untuk dapat duduk sebagaimana mestinya.
c) Baut Tarik
Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan pelat
pada elemen-elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa tidak terjadi
pembengkokan dan bahwa elemen dasar dan pelat penyambung mempunyai
bidang kontrak yang rapat.
Alat pengencang baik kunci torsi maupun mekanis, sebagaimana disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, harus digunakan untuk mengencangkan baut-baut.
Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun cara
pengendalian dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
atau sesuai dengan manual pengencangan baut yang diterbitkan oleh pemasok
bahan struktur baja yang akan dipasang, baik jenis struktur gelagar baja, gelagar
baja komposit atau rangka baja.
4) Chemical Anchor
Mill Test Report : Mill test report perlu dilakukan sesuai dengan peraturan dan code
standard yang tertuang dalam kontrak atau specialist others dan harus disetujui oleh
owner sesuai dengan spesifikasi dibawah ini.
5) Pengelasan
a) Umum
Secara prinsip semua yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan antara lain
cara pelaksanaan, teknik pengelasan, kualifikasi tukang las/operator las/tack
welder, inspection/testing, toleransi, perbaikan las dan lain-lain harus memenuhi
AWS D1.1-90 serta ketentuan-ketentuan dibawah ini.
AWS D1.1-90 tersebut harus selalu ada baik di workshop pemborong maupun
dilapangan.
b) Kawat Las
Kawat las atau electrode yang digunakan adalah kobesteel RB 26 atau E70XX low
hydrogen electrode dengan minimum yield stregth sebesar 4150kgr/cm2 sedangkan
tensile stength minimum 4950 kgr/cm2.
Sebelum pemasangan kawat las, pemborong diharuskan untuk memberikan contoh
kawat las berikut brosur teknisnya untuk disetujui secara tertulis oleh
Pengawas/MK
Kawat las yang sudah dibuka dari bungkusnya harus dilindungi atau disimpan
sedemikian sehingga karakteristiknya atau sifatnya tidak berubah.
Setelah bungkus dibuka, kawat las tidak diperbolehkan dibiarkan diudara terbuka
melebihi max 4 jam.
Kawat las yang dibiarkan diudara terbuka melebihi 4 jam tidak boleh dipergunakan
untuk pengelasan.
Kawat las yang berada di udara terbuka yang belum melampaui batasan 4 jam
tersebut dapat dipanaskan kembali didalam “holding oven” pada temperatur
1200C selama minimum 4 jam sebelum dapat digunakan kembali. Pemanasan
kembali tersebut hanya diperbolehkan dilakukan 1 kali saja.
Kawat las yang basah/terkena air sama sekali tidak boleh digunakan walaupun
lewat pemanasan oven ulang.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 72
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
6 mm untuk root passes las sudut yang dilakukan pada posisi horizontal,
groove yang dilakukan pada posisi horizontal dengan backing plate dengan
root opening 6 mm atau lebih.
4 mm untuk pengelasan vertikal dan overhead.
c) Mesin Las
Mesin las yang digunakan harus masih berfungsi dengan baik antara lain
menghasilkan arus yang kontinyu dan stabil.
Tenaga listrik mesin las harus berasal dari genset yang dilengkapi dengan panel
pembagi dan travo las sehingga besarnya arus/ampere dapat dikontrol/diatur sesuai
dengan kebutuhan. Besarnya KVA genset disesuaikan dengan jumlah unit travo las
yang hendak digunakan.
e) Pelaksanaan Pengelasan
Pengelasan tidak boleh dilakukan pada keadaan dimana permukaan/bagian yang
hendak dilas basah atau terexpose terhadap hujan, salju, atau angin kencang atau
keadaan dimana tukang-tukang las/welder bekerja pada kondisi cuaca buruk.
Ukuran kawat las, panjang lengkung, votage dan ampere mesin las harus
disesuaikan dengan type groove, posisi pengelasan dan keadaan lain yang
berhubungan dengan pekerjaan pengelasan.
Besar arus harus sesuai dengan range yang diperbolehkan oleh pembuat
electrode/kawat las yang bersangkutan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 73
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Bidang-bidang permukaan yang akan dilas harus rata, uniform, bebas dari sirip-
sirip/fins, bebas dari tekan dan ketidak semuprnaan lainnya yang akan
mempengaruhi kualitas las.
Bidang-bidang permukaan yang akan dilas juga harus bebas dari mill scale tebal
atau mill scale yang lepas, slag, karat, kelembaban, lemak dan material-material
lainnya yang akan mengganggu proses pengelasan dan atau menghasilkan asap
pengelasan yang mengganggu kesehatan.
Bagian-bagian yang akan dilas dengan las sudut harus diletakan sedekat mungkin,
sedangkan untuk bagian-bagian yang akan dilas dengan las tumpul/butt joint harus
diatur sesuai dengan “root opening” yang disyaratkan dalam AWS D1.1-90.
Toleransi dimensi dari bagian-bagian yang sudah dilas harus memenuhi AWS D1.
1-90
Bagian-bagian yang mengalami distorsi harus diluruskan dengan cara mekanis atau
cara pemanasan lokal.
Temperatur pemanasan lokal tersebut tidak boleh melebihi temperatu 650 0C.
Pendempulan/chaulking terhadap pengelasan sama sekali tidak dipernbolehkan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 74
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Kerak juga harus dibersihkan dari semua permukaan las yang sudah selesai. Las
dan bagian sekitarnya harus dibersihkan dengan cara disikat atau cara lain yang
disetujui oleh Perencana.
Untuk pengelasan yang menggunakan “backing plate”, maka backing plate tersebut
harus dibuat menembus sepanjang las. Ketebalan backing plate mengikuti AWS
D1. 1-90.
Type, tebal, panjang dan lokasi pengelasan harus mengikuti gambar rencana.
Ketebalan maximum dari setiap layer root passes dari groove dan las sudut adalah
sebagai berikut :
Untuk maximum dari single pass las sudut dan root passes dari multi pas las sudut
adalah sebagai berikut :
10 mm untuk pengelasan posisi datar
8 mm untuk posisi horizontal atau overhead
13 mm untuk posisi vertikal
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 75
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Welding inspection tersebut harus memenuhi persyaratan AWS D1. 1-90 atau
orang yang mempunyai kualitas baik karena training khusus atau pengalaman
dalam fabrikasi, inspeksi dan testing pekerjaan pengelasan konstruksi baja.
g) Test
Sebelum dilaksanakan fabrikasi/pemasangan, “Kontraktor” diwajibkan
memberikan pada “Pengawas” "Certificate Test" yang sah untuk bahan baja
profil, baut-baut, kawat las, cat dari produsen/pabrik.
Bila tidak ada "Certificate Test", maka “Kontraktor” harus melakukan pengujian
atas baja profil, baut, kawat las di laboratorium.
Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap tipe pekerjaan pengelasan dan tiap
jenis dari bahan yang akan di las. Pengujian yang bersifat merusak contoh dari
prosedur dan kualifikasi pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan
ASTM A370.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 76
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
telah diselesaikan, harus disikat dengan sikat kawat sampai bersih sebelum
“Pengawas” membuat pemeriksaannya.
“Pengawas” akan memberikan perhatian pada permukaan yang pecah-pecah,
porous, masuknya kerak-kerak las pada permukaan, potongan bawah,
lewatan/overlap, kantong udara dan ukuran las. Pengelasan yang dinilai rusak
harus diperbaiki kembali sesuai dengan persyaratan AWS D 1.1.
Hasil pengujian dari laboratorium/lapangan harus diserahkan pada “Pengawas”
secepatnya, dan seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan
sebagainya, menjadi tanggung jawab “Kontraktor”.
Semua pengelasan, tanpa kecuali harus mengalami “visual inspection” yang
dilakukan oleh welding-welding inspection dari Pengawas/MK.
Visual inspection tersebut harus dilakukan pada seluruh proses pengelasan, tidak
hanya pada tahap akhir pengelasan saja.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 77
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan untuk identi-
fikasi dan pemasok bahan struktur baja harus memberikan suatu diagram pemasangan
atau manual pemasangan dengan tanda-tanda pemasangan yang ditunjukkan di
dalamnya.
Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat elemen
struktur pada waktu diangkut dan dibongkar di tempat tujuannya tidak mengalami
tegangan, deformasi yang berlebihan, atau kerusakan lainnya.
Baut dengan panjang dan diamater yang sama, serta mur yang terlepas dari baut atau
ring harus dikemas terpisah. Pen (pin), bagian-bagian yang kecil, dan paket baut, ring
dan mur harus dikirim dalam kotak, krat atau tong, dan berat kotor dari setiap kemasan
tidak boleh melebihi 150 kg. Daftar dan uraian dari bahan-bahan yang terdapat di
dalam setiap kemasan harus tertulis dan disebutkan pada bagian luar kemasan dan
diusahakan tidak mudah hilang atau tersobek pada waktu pengiriman.
Perancah dan pengaku sementara harus dirancang, dibuat dan dipelihara sebagaimana
mestinya agar dalam tahap pemasangan semua perancah dan pengaku-pengaku
berfungsi dan dapat menahan semua gaya dan beban struktur baja selama pemasangan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 78
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pada komponen struktur baja yang akan dipasang dengan cara kantilever, harus
dipastikan bahwa semua komponen struktur baja sudah tersedia dan dipasang
dengan seksama sehingga akan didapat lendutan balik (camber) yang sebagaimana
mestinya sesuai dengan desain atau yang tertulis dalam manual pemasangan. Perlu
diperhatikan bahwa pada cara pemasangan dengan cara
kantilever ini, apabila telah selesai penyambungan atau perakitan pada titik buhul,
maka baut pada bagian titik buhul tersebut harus dikencangkan dengan
kekencangan 100% sesuai dengan kekencangan baut yang disyaratkan.
Setiap pengencangan baut sementara harus dibiarkan sampai sambungan tarik telah
dibaut dan semua lubang pada titik buhul telah dijepit dan dibaut. Baut permanen
untuk sambungan elemen-elemen tekan tidak boleh dimasukkan atau dikencangkan
sampai seluruh bentangan berayun. Sambungan (splices) dan penyambungan di
lapangan (field connections) harus mempunyai setengah jumlah lubang yang diisi
dengan baut dan pen (pin) silindris untuk pemasangan (setengah baut dan setengah
pin) sebelum dibaut dengan baut tegangan tinggi. Sambungan (splices) dan
penyambung (connections) yang akan dilewati lalu-lintas selama pemasangan harus
mempunyai lubang diisi sebanyak 3/4-nya.
1) Uraian
Yang dimaksud dengan pemasangan struktur baja adalah pekerjaan pemasangan
struktur bangunan baja termasuk atap dan struktur jembatan baja seperti jembatan
baja, gelagar baja komposit, jembatan semi permanen atau darurat yang disediakan
oleh Pemilik Pekerjaan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 79
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
komponen dan sistem lainnya yang diperlukan untuk pemasangan struktur baja sesuai
dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini.
4) Jadwal Pekerjaan
Setelah penerbitan detail pelaksanaan untuk tiap struktur baja yang termasuk dalam
cakupan Kontrak, Kontraktor harus menjadwalkan program pekerjaannya sedini
mungkin dalam Periode Pelaksanaan. Urutan dan waktu yang sangat terinci dari
operasi pemasangan untuk setiap struktur baja harus digabungkan dalam jadwal
pelaksanaan Kontraktor, revisinya harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat persetujuan resmi dari Spesifikasi ini.
5) Bahan
Semua bahan atau komponen baja untuk pemasangan struktur bangunan baja yang
telah dibeli sebelumnya oleh Pemilik dan disimpan dalam satu depo penyimpanan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 80
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
berbagai peralatan Pemilik atau lebih. Bahan untuk setiap struktur bangunan baja
yang diberikan dapat baru atau pernah dipasang sebelumnya pada lokasi lain.
Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap stukrtur bangunan yang
diberikan dapat berbeda-beda menurut sumber sistem patent bahan yang telah dibeli
sebelumnya oleh Pemilik. Sistem tersebut dapat termasuk atau tidak termasuk
komponen lantai bangunan dan dapat dipasang dengan salah satu cara pelaksanaan
kantilever berikut ini :
a) Perakitan awal seluruh komponen utama struktur bangunan baja termasuk beban
pengimbang (kentledge) yang cocok, pada penyangga sementara yang telah
disiapkan, dengan demikian struktur yang terpasang dapat secara bertahap
diluncurkan dari satu ujung ke ujung lainnya.
b) Perakitan bertahap komponen utama struktur bangunan baja dimulai dari
struktur rangka jangkar yang telah dipersiapkan sebelumnya pada satu ujung.
6) Pemeriksaan, Pengumpulan, Pengangkutan dan Pengiriman Bahan Struktur Baja
Seluruh bahan yang disediakan oleh Pemilik akan diperoleh Kontraktor pada satu
depot penyimpanan peralatan atau lebih yang telah ditentukan dan disebutkan
dalam dokumen lelang.
Kontraktor harus membuat seluruh pengaturan yang diperlukan untuk serah terima
yang tepat pada waktunya, pengangkutan dan pengiriman yang aman ke lokasi
peker-jaan atas seluruh bahan yang disediakan oleh Pemilik. Kontraktor harus
memeriksa dan mengawasi kuantitas dan kondisi seluruh bahan yang akan
disediakan oleh Pemi-lik terhadap daftar pengapalan dari pabrik pembuatnya
sebelum menerima bahan tersebut dan harus melaporkan dan mendapatkan
kepastian dari wakil Pemilik di depot penyimpanan bahan atas setiap kerusakan
atau kehilangan setiap bahan yang ditemukan. Kontraktor harus menandatangani
surat pengiriman begitu selesai peme-riksaan dan pencatatan, dan selanjutnya harus
bertanggung jawab atas kehilangan setiap bahan dalam penanganannya.
Bahan yang disediakan oleh Pemilik yang hanya digunakan untuk sementara
selama operasi pemasangan, seperti bahan untuk struktur rangka pemberat (anchor
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 81
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
a) Seluruh bagian struktur baja dan bentuk lainnya harus ditempatkan di atas
penyangga kayu atau penahan gelincir di atas gudang atau tempat penyim-
panan ayng mempunyai drainase yang memadai.
b) Bagian struktur berbentuk balok I atau profil kanal harus disimpan dengan
bagian badan (web) balok dalam posisi tegak untuk mencegah tergenangnya
air dan tertahannya kotoran pada bagian badan (web) balok tersebut.
c) Semua komponen sejenis harus disimpan di suatu tempat untuk kemudahan
pengenalan dan selama penyimpanan semua komponen harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga semua tanda pengapalan pada komponen tersebut
dapat ditemukan tanpa menggeser atau memindah komponen yang
bersebelahan.
d) Seluruh baut dan perlengkapan kecil harus disimpan dalam penampung atau
kaleng di lokasi yang kering dan tidak terekspos cuaca.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 82
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 83
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
12) Pelaksanaan
Perakitan dan pemasangan struktur bangunan baja, baik dengan peluncuran
maupun dengan prosedur pelaksanaan pemasangan bertahap, harus dilaksanakan
oleh Kontraktor dengan teliti sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh masing-
masing buku petunjuk perakitan dan pemasangan dari pabrik pembuat bangunan
baja dan ketentuan umum yang disyaratkan di sini.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 84
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
g) Prosedur Pemasangan
Urutan pemasangan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan
prosedur pemasangan yang diberikan dalam buku petunjuk dari pabrik
pembuat struktur baja. Kontraktor harus melaksanakan operasi
pemasangan dengan memperhatikan seluruh keten-tuan keselamatan
umum dan harus memastikan bahwa struktur bangunan baja stabil dalam
setiap tahap dalam proses pemasangan.
pemasangan dari pabrik pembuat struktur baja dicapai pada tiap tahap
perakitan dan pemasangan.
Pasal 20
Pekerjaan Tiang Pancang
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a) Pelaksanaan pondasi tiang pancang di Lokasi Rumah pompa Sistem Drainase
b) Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada penyangga gorong-gorong air baku dari
dari inlet kali mati ke pond 1
c) pada penyangga Gorong -gorong antar pond
d) Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada penyangga Gorong-gorong dari saluran
Primer ke Kolam Drainase
e) Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada pintu klep
f) Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada Rumah Pompa drainase
g) Pelaksanaan pengecatan tiang pancang pada rumah pompa Drainase dengan
Bitumen (aspal) dari panggkal tiang sepanjang 32,3 m
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 87
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Sesuai dengan gambar perencanaan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
(MK) dan Direksi Pekerjaan.
2. Persyaratan Bahan
Persyaratan bahan dari tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang beton,
tiang pancang beton diperoleh berbagai jenis/tipe yang digunakan, diantaranya adalah
: Precast pile adalah tiang pancang beton yang biasanya dibuat dipabrik/pabrikasi,
hanya saja panjangnya terbatas dikarenakan terbatasnya angkutan untuk
memindahkan dari pabrik ke lapangan dan panjang maksimum tiang pancang beton
disesuaikan dengan kemampuan mesin pancang yang tersedia.
a) Tiang pancang pada Pondasi di Lokasi Rumah pompa Sistem Drainase
menggunakan Spun pile diameter 50 cm, Panjang rencana 55 m
b) Tiang pancang pada Pondasi Gorong -gorong dari rumah pompa air baku ke
Pond 1, menggunakan Spun pile diameter 30 cm, Panjang rencana 35 m
c) Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada penyangga gorong-gorong air baku dari
dari inlet kali mati ke pond , menggunakan Spun pile diameter 30 cm, Panjang
rencana 30 m
d) Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada penyangga Gorong -gorong antar pond
menggunakan Spun pile diameter 30 cm, Panjang rencana 30 m
h) Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada penyangga Gorong-gorong dari saluran
Primer ke Kolam Drainase menggunakan Spun pile diameter 30 cm, Panjang
rencana 30 m
i) Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada pintu klep menggunakan Spun pile
diameter 30 cm, Panjang rencana 30 m
j) Pengecatan spune pile dengan Bitumen (aspal) hanya pada rumah pompa dari
panggkal tiang sepanjang 32 m
e) Mutu beton Tiang Pancang beton K 300
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 88
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
2. ASTM A-82 : Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire for Concrete
Reinforcement.
2. ASTM D-1143.81 : Standard Test Method for Piles Under (Reapproved 1987)
Static Axial Compressive Load.
3. ASTM D-3966.90 : Standard Test Method for Piles Under Lateral Loads.
4. ASTM D-3689.90 : Standard Test Method for Individual Piles Under Static Axial
Tensile Load.
Jaminan Pabrik :
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan harus
dari jenis yang sesuai seperti disyaratkan.
Jaminan Pekerja :
1. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas
yang berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan,
sedemikian sehingga mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti yang
disyaratkan pada berbagai macam kondisi tanah yang akan dijumpai.
2. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Direksi Pekerjaan untuk
menunjukkan bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini
berpengalaman untuk pekerjaan tersebut.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Sebelum mendatangkan peralatan pemancangan ke lokasi. Kontraktor Jasa
harus menyerahkan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan jenis peralatan dan metode pemancangan yang diusulkan oleh
Kontraktor Jasa yang akan dipergunakan.
2) Sebelum dilakukan pengadaan tiang pancang, Kontraktor harus mengajukan
ke Konsultan Pengawas (MK) dan Direksi Pekerjaan, nama perusahaan
pabrikasi tiang pancang disertai dengan spesifikasi teknis.
3) Tiang pancang beton, pada semua tahap selama pemancangan dan sampai
penggabungannya di dalam bangunan di atasnya, harus secukupnya
ditunjang dan ditahan dengan alat-alat penghantar, kuda-kuda dan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 89
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Metode Pukulan :
- Drop hammer
- Steam hammer
- Diesel hammer
Metode Getaran (vibration)
Metode Semprotan (jetting)
Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus
mendapat persetujuan dari Direksi pekerjaan. Persetujuan demikian tidak
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang
yang lancar dan bermutu tinggi. Semua kerusakan, keterlambatan dantambahan
biaya yang disebabkan karena pemilihan metode harus ditanggung oleh
Kontraktor.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 90
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
b. Pemancangan tiang
1) Tiang pancang beton harus dipancang seperti ditunjukkan pada gambar atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
2) Kepala dari semua tiang pancang beton bila keadaan pemancangan
sedemikian rupa sehingga cenderung akan mengakibatkan rusak yang tidak
semestinya harus diberi pelindung tambahan dengan suatu penutup dan
bantalan yang sesuai di atas kepala tiang pancang dan disetujui oleh Direksi.
3) Toleransi yang diijinkan untuk ketidak tepatan lokasi dan ketidak kelurusan
adalah 75 mm dan 1/80. Tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan
dan bila perlu harus dibantu/diganjaluntuk dapat menjaga posisi yang benar.
Apabila ada tiang yang berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh
dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali dengan persetujuan tertulis
dari pengawas yang ditunjuk.
4) Metode / cara pemancangan tiang pancang tidak boleh berlebihan dan tidak
sewajarnya, sehingga mengakibatkan hancur dan rusaknya beton. Usaha-
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 92
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 93
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
oleh Soil Engineer setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah
grafik rebound/set diperoleh.
8) Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan
diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya
pekerjaan dan persetujuan akhir diberikanoleh pengawas yang
ditunjuk dalam waktu tiga hari sesudah tiang yang terakhir
selesaidipancang. Sampai persetujuan tersebut diberikan, tak ada
perlengkapan yang boleh dipindahkan; kecuali atas resiko Kontraktor
sendiri.
9) Tiang pancang yang rusak karena cacat pada saat atau karena kesalahan
pemancangan atau dipancang tidak pada lokasi yang benar atau dipancang
di bawah elevasi yang diterapkan dalam gambar atau yang diperintahkan
oleh Direksi, harus diperbaiki atas biaya Kontraktor Jasa sendiri dengan
salah satu dari metode berikut yang disetujui oleh Direksi untuk tiang
pancang yang diragukan :
Tiang pancang harus ditarik kembali dan diganti dengan yang baru
dan bila perlu dengan yang lebih panjang.
Tiang pancang kedua harus dipancangkan dekat dengan tiang
pancang yang rusak atau rendah.
10) Tiang pancang akan dianggap rusak bila terdapat retak yang tampak atau
retak memanjang sekitar seluruh permukaan tiang pancang atau suatu cacat
yang menurut pendapat Direksi mempengaruhi kekuatan atau umur tiang
pancang.
11) Pendataan pemancangan tiang.Kontraktor harus mengambil data dari setiap
tiang yang dipancang dan dilengkapi parap pengawas yang ditunjuk pada
masing-masing data, setiap hari. Pemancangan, set dan rebound dari setiap
tiang harus mengikuti persetujuan Engineer. Data pemancangan setiap tiang
harus diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk dan tembusan (copy)nya
harus disimpan oleh Kontraktor. Data-data laporan harus meliputi hal-hal
berikut :
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 94
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 95
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 96
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
a) Umum
(1) Antara pemancangan tiang yang akan ditest dan percobaan pembebanan
pada tiang tersebut harus ada jangka waktu paling sedikit 2 (dua)
minggu untuk mengembalikan kondisi tanah akibat pemancangan tiang
kepada keadaan semula. Pemancangan tiang yang berdekatan dengan
tiang percobaan harus ditunda selama adanya percobaan pembebanan
tiang.
(2) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman, bahan
dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan,
pencatatan dan pengukuran dari percobaan beban termasuk
Kontraktoran, penyusunan kentledge yang digunakan dan
pembongkaran kembalisetelah percobaan pembebanan selesai.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 97
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
(1) Beban axial tekan penuh pada tiang terpakai haruslah 2 (dua) kali beban
rencana (design load) dari sebuah tiang sesuai dengan ASTM D 1143-
81 (standard test) atau seperti yang disyaratkan oleh Engineer pada
gambar dalam hal diperlukan.
(2) Beban lateral penuh pada tiang terpakai harus 200% dari beban rencana
(design load) lateral pada tiang atau seperti disyaratkan oleh Engineer
pada gambar dalam hal diperlukan dan harusdilakukan sesuai dengan
ASTM D 3966-81, dengan pembebanan bertahap (cyclic loading).
(3) Beban tarik axial penuh pada tiang terpakai haruslah 2 (dua) kali beban
rencana tarik atau seperti disyaratkan Engineer pada gambar dalam hal
diperlukan dan harus dilakukan sesuai dengan ASTM D 3689-83.
c) Perlengkapan Pembebanan
(1) Beban percobaan didapat dari reaksi kentledge melalui jack hidraulis
yang besarnya melebihidari beban percobaan dan ditempatkan pada
platform sebagaimana harusnya.
(2) Beban kentledge terdiri dari blok-blok beton dengan ukuran sama.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 98
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
(3) Plat baja dengan ketebalan yang cukup untuk menerima beban
ditempatkan secara sentris di atas pile cap untuk dapat menyalurkan
beban percobaan secara sempurna kepada tiang.
(4) Ukuran dari plat baja tidak boleh lebih kecil dari ukuran pile cap dan
juga tidak boleh lebih kecil dari ukuran jack yang digunakan.
(5) Jack hidraulic harus ditempatkan sentris pada tiang/pile cap.
(6) Jack dan alat lainnya termasuk hydraulic ram, hydraulic pump dan
pressure gauge harus dikalibrasikan sebelum percobaan dilakukan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 99
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Test Integrity tiang harus dilakukan dengan metoda sonic dengan memakai alat test
Integrity untuk tiang.
(1) Lingkup percobaan :
a) Semua percobaan-percobaan pada tiang-tiang terpakai harus dilakukan
dengan pile integrity test.
b) Untuk tiang-tiang yang disambung, setiap bagian tiang harus ditest
sebelum penyambungan dan segera setelah satu bagian tiang dipancang
juga setelah percobaan lateral dan tarik.
c) Apabila ada bagian (segmen) dari tiang yang didapati retak pada tahapan
manapun dari percobaan diatas, bagian yang retak atau rusak harus
diganti dengan yang utuh (masih baik) dan ditest ulang sesuai dengan
A.2. di atas.
(2) Perlengkapan test.
a) Percobaan integrity harus dilakukan dengan memakai perlengkapan
untuk memperoleh datasecara digital.
b) Pengkondisian signal dan pengadaan power harus mempunyai
kemampuan yang sangat tinggi terhadap rasio kebisingan agar tidak
mengganggu signal.
c) Data harus disimpan sedemikian sehingga proses lanjutan atau tambahan
dengan analisa gelombang dapat dilakukan.
d) Data harus dapat dibaca ditempat/dilapangan setidaknya dapat diperoleh
evaluasi mutu dari data pendahuluan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 102
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 21
Pekerjaan Bronjong
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi Kontraktoran tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini
dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
b. Pekerjaan Bronjong
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 103
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 22
Pekerjaan Bekisting/Acuan
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi Kontraktoran tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini
dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 104
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
b. Detail-detail khusus
Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus termasuk yang
ditawarkan didalam penawaran Kontraktor. Termasuk juga jika menggunakan
material acuan yang khusu untuk menghasilkan detail khusus.
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan acuan yang digunakan dapat berbentuk beton, baja, pasangan bata yang
diplester, kayu atau material lain yang dapat dipertanggung jawabkan
kualitasnya.
b. Penggunaan acauan siap pakai produksi pabrik tertentu diizinkan unruk
dipergunakan, selama mendapat persetujuan oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi.
c. Pengaku harus dibuat dengan benar agar tidak ada perubahan bentuk/ukuran
dari elemen beton yang dibuat.
d. Untuk pekerjaan beton yang langsung berhubungan dengan tanah, maka lantai
kerja harus dibuat dari beton K-100.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisis sedemikian rupa
sehingga mampu memikul beban ke semua arah yang mungkin terjadi, tanpa
mengalami deformasi yang berlebihan atau tidak lebih dari 1/360 bentang dan
harus memenuhi syarat stabilitas.
b. Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur adalah ukuran
bersih penampang beton.
c. Walapun telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi, tanggung jwab
sepenuhnya atas kekuaran, kekakuan, dan stabilitas sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan
perkiraan atau kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya biaya tambah, maka
semua biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga kemungkinan
bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari. Pengawas
Pekerjaan berhak untuk meminta Kontraktor untuk memperbaiki acuan yang
dianggap tidak/kurang sempurna dengan biaya Kontraktor.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 105
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 23
Pekerjaan Rip-rap
1. Lingkup Pekerjaan
Rip-rap yaitu susunan bongkahan batu alam dengan ukuran dan volume tertentu
sesuai dengan gambar rencana. Berfungsi sebagai lapisan perisai untuk mengurangi
kedalaman penggerusan setempat dan untuk melindungi tanah dasar
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 106
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 24
Pekerjaan Pasangan Dinding Bata
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi Kontraktoran tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini
dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
b. Pekerjaan Dinding
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan dinding rumah pompa serta pekerjaan lain
seperti tercantum di dalam gambar rencana.
c. Pekerjaan Plesteran
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan plesteran untuk dinding di rumah pompa serta
pekerjaan lain seperti tercantum di dalam gambar rencana.
2. Persyaratan Bahan
a. Bata harus baya biasa dari tanah liat, dengan ukuran nominal 6 cm x 11 cm x
24 cm yang dibakar dengan baik, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau
mengandung kotoran.
b. Kualitas bata yang disyaratkan harus mempunyai tekan ultimate min 100
kg/cm2 sesuai dengan ketentuaan pasal 81 dari AV 1984.
c. Apabila bata yang didatangkan tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
ada, maka pihak Kontraktor wajib mengeluarkan material tersebut dari site
minimal 1 x 24 jam.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Adukan
Semua dinding mulai dari ujung atas balok pondasi beton sampai 20 cm di atas
lantai dasar yang harus dibuat dari adukan trasram 1 Pc : 3 Ps. Untuk dinding
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 107
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 25
Pekerjaan Plesteran
1. Lingkup Pekerjaan
(1) Lingkup pekerjaan meliputi plesteran pada semua dinding batu bata bagian luar
maupun dalam bangunan serta seluruh detail yang dintunjukkan dalam gambar
termasuk plesteran beton.
(2) Plesteran Lantai pada Rumah Pompa
(3) Bagian atas pasangan batu kali
2. Persyaratan Bahan
Bahan plesteran berupa semen portland, pasir, dan air yang sesuai dengan pasal
pekerjaan beton.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Semua pasangan yang dilaksanakan dengan adukan 1 Pc : 3 Ps harus diplester
dengan plesteran 1 Pc : 5 Ps. Sedangkan untuk bagian lainnya harus
menggunakan 1 Pc : 3 Ps.
b. Pasangan dinding bata yang akan diplester harus bersih dari kotoran dan harus
dibasahi dahulu agar air semen dalam adukan spesi tidak diserap oleh pasangan
yang mengakibatkan plesteran tersebut tidak dapat melekat dengan baik.
c. Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan dinding 15 cm atau sesuai
dengan yan ditunjukkan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang
melibihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya
lekat plesteran.
d. Pertemuan plesteran yang bertemu dengan jenis pekerjaan lain (kusen dan lain
sebagainya) dibuat naat (tali air) dengan lebar minimal 7 mm dalam 5 mm,
kecuali ditentukan lain.
e. Plesteran halus (acian) digunakan campuran air dan semen sampai mendapat
campuran yang homogen. Acian dilaksanakan setelah plesteran berumur 8
(delapan) hari.
f. Kelembaban plesteran harus tetap dijaga sehingga pengeringan berlangsung
secara wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan jalan membasahi permukaan
plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik matahari secara
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 109
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara
cepat.
Pasal 26
Pekerjaan Daun Pintu dan Kusen Pintu Besi
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik
sesuai dengan spesifikasi.
b. Pekerjaan Kusen Pintu
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan kusen pintu di rumah pompa
drainase dan Rumah Pompa Air baku seperti tercantum di dalam gambar
rencana.
2. Persyaratan Bahan
a. Standar
- SDI : Steel Door Institute, USASDI - 100 - Recommended Spesification
Standard Steel Door and Frames
- UL : Under Writers, Laboratorium Inc. USA.untuk Pintu Tahan Api.
- ASTM, USA.1. A 366 - Steel Carbon, Cold Rooled Sheet
b. Bahan
1) Pintu Besi Standard.
2) Kusen terbuat dari pelat baja tebal 3 mm, ukuran nominal 50 x 150 mm.
Bagianbawah kusen diperkuat dengan door sill dari baja siku, setelah
kusen terpasang, doorsill dihilangkan.
3) Daun pintu terbuat dari pelat baja tebal 1,5 mm, pelat
baja pelapis daun pintu ini tidakada sambungan las tebal daun 55 mm.
4) Jika pada gambar ditunjukkan ada cover di bagian atas pintu, maka cover
tersebut Pelat daun pintu harus diperkuat/dengan diperkaku profil baja,
3. Syarat Pelaksanaan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 110
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
a. Pemasangan pintu hanya boleh dilaksanakan jika door closers,door stops, dan/a
taudoor holders bisa dipasang langsung setelah pemasangan pintu,
guna mencegahpintu dari kerusakan.
b. Daun pintu harus terpasang ratadan menyiku (plumb and square), dengan distor
sidiagonal maksimal 2 mm.
c. Kusen harus terpasang rata dan menyiku (plumb and square), dengan distorsidi
agonal maksimal 2 mm. Pastikan kusen telah diangkurkan dengan aman dan
rigid pada tempat tumpuannya
Pasal 27
Pekerjaan Kusen Pintu Alumunium
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang baik sesuai dengan spesifikasi.
2. Persyaratan Bahan
a. Kusen Aluminium yang digunakan :
j. Accesssories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup
caulking dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium terbuat
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 112
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari (13)
mikron sehingga dapat bergeser.
k. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus
diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive
treatment dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan
insulation lainnya.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pelaksaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar
dan kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi untuk
semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan sistem
konstruksi bahan lain.
b. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai,
dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk
Perencana/Konsultan Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas,
bentuk, ukuran.
c. Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan
secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
d. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi
untuk menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan
untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
e. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah
bagian dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata.
f. Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup,
rivet, stap dan harus cocok.
Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai
dengan gambar.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 113
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
h. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000
kg/cm2.
Celah antara kaca dan sistem kosen aluminium harus ditutup oleh sealant.
i. Disyaratkan bahwa kosen aluminium dilengkapi oleh kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut
1) Dapat menjadi kosen untuk dinding kaca mati.
2) Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
3) Sistem kosen dapat menampung pintu kaca frameless.
4) Untuk sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh yang merusak baik lantai maupun langit-langit.
5) Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan
diatas.
j. Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kosen aluminium
akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka
permukaan metal yang bersangkutan harus diberi lapisan chormium untuk
menghindari kontak korosi.
k. Toleransi pemasangan kosen aluminium disatu sisi dinding adalah 10 - 25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
l. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium agar diperhatikan sebelum
rangka kosen terpasang.
m. Permukaan bidang dinding horizontal (pelubangan dinding) yang melekat pada
ambang bawah dan atas harus waterpass.
n. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang
yang dikondisikan hendaknya
ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic rubber atau
bahan dari synthetic resin.
o. Penggunaan ini pada swing door dan double door.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 114
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
p. Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap suara.
q. Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.
r. Permukaan yang bersentuhan dengan adukan tembok harus dicat meni alkali
atau cat meni besi.
Pasal 28
Pekerjaan Kunci dan Alat-alat Penggantung
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi Kontraktoran tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini
dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
b. Pekerjaan Kunci dan Penggantung
Lingkup pekerjaan ini meliputi pemasangan kunci, engsel, door stop, door
closer, dan grendel tanam termasuk perlengkapan lain yang berhubungan
dengan pekerjaan ini.
2. Persyaratan Bahan
a. Engsel pintu/jendela
Warna : Gold
b. Grendel tanam
Warna : Natural
c. Kunci Gembok
Warna :
3. Syarat Pelaksanaan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 115
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
a. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari sisi atas pintu ke bawah.
Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari permukaan lantai ke
atas. Engsel tengah dipasang pada jarak 25 cm (as) dibawah engsel atas.
b. Penarik pintu (handle) dipasang 100 cm (as) dari permukaan lantai setempat.
c. Engsel sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan karat.
Pasal 29
Pekerjaan Pengecatan
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi Kontraktoran tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini
dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
b. Pekerjaan Pengecatan
Pekeraan ini meliputi pekerjaan pengecatan dinding,penecatan tiang pancang
dengan cat bitumen, pengecatan kayu dan besi sesuai dengan yang disebutkan
atau ditunjukkan dalam gambar dan sesuai Konsultan Pengawas (MK)/ Direksi
Teknis.
2. Persyaratan Bahan
a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan.
b. Warna cat yang digunakan akan ditentukan kemudian.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Pengecatan Dinding
(1) Plesteran harus betul-betul kering bila akan dilakukan pekerjaan
pengecatan
(2) Permukaan bidan yang akan dicat harus betul-betul rata, tidak terdapat
cacat-cacat seperti retak-retak, lubang dan pecah-pecah.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 116
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
(3) Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-
kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan.
(4) Seluruh bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapisi dengan cat
dasar, bahan plamur dari produk yang sama dengan cat yang digunakan.
(5) Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan serta pekerjaan instalasi yang tertanam di dalam dinding selesai
dengan sempurna.
(6) Hasil pekerjaan harus baik, warna dan pola tekstur merata, tidak terdapat
noda-noda permukaan pengecatan. Harus dihindari terjadinya kerusakan
akibat pekerjaan lain.
(7) Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam
mengerjakan dan perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan
pekerjaan.
b. Pengecatan Besi
(1) Bagian permukaan besi yang akan dicat harus bebas dari karat/kotoran.
(2) Pembersih karat dengan amplas atau sikat baja sampai betul-betul bersih.
(3) Setelah seluruh permukaan bersih/bebas dari karat, dicat dengan cat dasar
dari bahan zinkchromate.
(4) Pengecatan besi dilakukan sebanyak 3 kali atau 3 lapis.
(5) Cat finishing untuk pekerjaan bar screen dan stop log harus dilakukan
sebanyak 3 kali atau 3 lapis.
Pasal 30
Pekerjaan Pompa Sistem Drainase
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi:
a. Pengadaan Pompa dan Over Head Crane..
1) Pengadaan pompa terdiri dari 7 buah pompa drainase dan 1 buah pompa
kuras lumpur. Pengadaan pompa dengan seluruh perangkatnya untuk Sistem
Drainase dengan kapasitas aliran total sebesar 7 m3/detik. Didasarkan pada
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 117
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
4. Syarat-Syarat Pemasangan
4.1. Persyaratan Umum
a. Kontraktor harus membuat jadwal/schedule waktu yang terperinci untuk
setiap pekerjaannya dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan, Pengawas
Pekerjaan atau pihak yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuannya.
b. Kontraktor harus melaporkan hasil kemajuan pekerjaannya setiap minggu
serta perbandingannya dengan jadwal yang telah tersusun. Bilamana
terjadi perbedaan harus disertakan juga alasan-alasan serta cara-cara
penanggulangannya.
c. Bagi setiap tahap-tahap instalasi yang telah selesai dikerjakan Kontraktor
harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak Direksi
Pekerjaan/Pengawas Pekerjaan dan pihak yang ditunjuk bahwa tahap instalasi
ini telah selesai dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada. Tahap-tahap
instalasi ini ditentukan kemudian berdasarkan jadwal perincian waktu yang
diserahkan oleh Kontraktor.
d. Di dalam setiap pelaksanaan pengetesan, balancing dan comissioning sistem
instalasi ini haruslah pula dihadiri pihak Pengawas. Untuk ini hendaklah
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 119
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 120
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
5. Syarat-Syarat Pemeliharaan
5.1. Syarat Umum
a. Pada saat penyerahan hasil pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan gambar-gambar
instalasi terpasang (as built drawing), data-data peralatan, petunjuk operasi dan cara-
cara perawatan dari mesin-mesin terpasang di bawah Kontrak ini. Data-data tersebut
harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas sebanyak 3 (tiga) set
b. Pada saat penyerahan harus diserahkan dokumen-dokumen berikut ini: Instruction
Manual, Installation Manual, Maintenance Manual, Operating Instruction, Trouble
Shooting Instruction, dan Part Katalog List. Masing-masing manual rangkap 2 set.
c. Hendaknya diberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan perawatan
kepada Pemilik, sebuah dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempelkan di
dinding dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk oleh pemilik
proyek/Pengawas.
d. Kontraktor harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan
perawatannya kepada petugas-petugas teknis (Team Engineering) yang ditunjuk oleh
pemilik proyek sampai cakap menjalankan tugasnya.
e. Kontraktor harus memberikan Surat Garansi dari pemakaian peralatan-peralatan
utama kepada Direksi Pekerjaan.
5.2 Jaminan Selama Masa Pemeliharaan
a. Kontraktor harus memberikan jaminan pabrik (Guarantee of product) kepada
pemilik proyek terhadap peralatan yang digunakan pada proyek ini.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 121
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 31
Pekerjaan Pompa Air Baku
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi:
a. Pengadaan Pompa
Pengadaan pompa dengan seluruh perangkatnya untuk Air Baku dengan kapasitas
aliran sebesar 0.02 m3/detik.
Didasarkan pada pertimbangan teknis pengoperasian dan perawatannya, Pompa Air
Baku menggunakan 3 unit pompa dengan 2 buah pompa beroperasi dan 1 buah
pompa sebagai cadangan.. Masing-masing pompa memiliki kapasitas aliran 0.01
m3/detik.
Pengadaan pompa sebanyak 3 unit yang dipasang secara paralel dengan dalam
rumah pompa air baku yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 122
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
a. Pompa yang diadakan merupakan produk dari negara-negara Eropa atau Amerika
atau Jepang dan merupakan produk asli dari Negara asal
b. Spesifikasi pompa diuraikan sebagai berikut:
Kapasitas : 0.01 m3/detik
Tipe : Axial submercible
Head : 6 – 10 meter
Putaran : 900 - 1450 rpm.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 124
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
a. Sebelum unit-unit pompa dipasang pada lokasi yang telah ditentukan, Kontraktor
diwajibkan untuk membuat gambar shop-drawing yang menunjukkan detail
penempatan, detail pemasangan, potongan-potongan gambar. Shop-drawing tersebut
harus dimintakan persetujuannya kepada Pengawas dan Perencana.
b. Seluruh unit pompa harus di pasang pada dudukan/fondasi dan diberi peredam
getaran pada bagian baseplate pompa.
c. Alignment antara motor dan pompa hidrolis harus betul-betul segaris sehingga dapat
memperkecil proses keausan dan getaran yang ditimbulkan akibat dari perputaran
motor pompa.
d. Pemasangan pengkabelan dari Panel pompa ke tiap-tiap unit harus menggunakan
konduit dari jenis high-impact
e. Pada masing-masing fondasi pompa harus dibuatkan tali air untuk menampung
drainase dari tetesan-tetesan yang mungkin timbul dari pompa.
telah di fungsikan secara penuh. Pengetesan ini meliputi : kapasitas pompa, arus
kerja motor dan lain-lain. Hasil pengetesan ini, harus dicatat dan dilaporkan
kepada Konsultan Pengawas (MK) untuk dimintakan persetujuannya.
c. Semua biaya untuk pengetesan instalasi menjadi tanggung jawab kontraktor
sepenuhnya.
5. Syarat-Syarat Pemeliharaan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 126
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 32
Pekerjaan Pompa Sistem Pembuangan Air Limbah Proses Reverse Osmosis
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi:
Dalam pekerjaan ini ada dua jalur aliran air yang menggunakan pompa yaitu pompa
untuk mengalirkan air limbah RO dari GWT ke pond 5 untuk dicairkan (diturunkan
kekentalannya) dan mengalirkan air limbah RO dari pond 5 ke laut.
a. Pengadaan Pompa
Didasarkan pada pertimbangan teknis pengoperasian dan perawatannya, Pompa
Sistem Pembuangan Limbah Proses Reverse Osmosis (RO) baik dari GWT ke pond
5 dan dari pond 5 ke laut menggunakan 1 unit pompa yang broperasi dan 1 unit
pompa cadangan. Masing-masing pompa memiliki kapasitas aliran 0.01 m3/detik.
Pengadaan pompa sebanyak 2 set (2 pompa per set @ 0,01 m3/s) yang dipasang
secara paralel dalam rumah pompa baik di GWT maupun di pond 5 yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
Panel Pompa pembuangan Limbah RO dipasang tanpa rumah panel. Kotak Panel
dipasang ditepi pond, ditumpu oleh beton tertanam minimal 50 cm ditanah
didukung oleh pipa galvanis dicat coklat diameter 3 inch schedule 40, setinggi 1,5
m dan panel diberi pelindung air hujan. Semua kabel panel harus dimasukkan ke
dalam u-ditch.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 128
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
4. Syarat-Syarat Pemasangan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 129
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
a. Sebelum unit-unit pompa dipasang pada lokasi yang telah ditentukan, Kontraktor
diwajibkan untuk membuat gambar shop-drawing yang menunjukkan detail
penempatan, detail pemasangan, potongan-potongan gambar. Shop-drawing
tersebut harus dimintakan persetujuannya kepada Pengawas Pekerjaan.
b. Seluruh unit pompa harus di pasang pada dudukan/fondasi dan diberi peredam
getaran pada bagian baseplate pompa.
c. Alignment antara motor dan pompa drainase harus betul-betul segaris sehinggan
dapat memperkecil proses keausan dan getaran yang ditimbulkan akibat dari
perputaran motor pompa.
d. Pemasangan pengkabelan dari Panel pompa ke tiap-tiap unit harus menggunakan
konduit dari jenis high-impact
e. Pada masing-masing fondasi pompa harus dibuatkan tali air untuk menampung
drainase dari tetesan-tetesan yang mungkin timbul dari pompa.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 130
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
5. Syarat-Syarat Pemeliharaan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 131
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 33
Pekerjaan Pipa
1. Lingkup Pekerjaan
Pada pekerjaan ini untuk lokasi yang terkena sinar matahari maka pipa yang
digunakan harus diisolasi agar tidak terkena sinar UV sesuai standart (dengan lapisan
alminium foil dibagian luar).
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 132
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
2. Persyaratan Material
Persyaratan material untuk Pipa adalah Pipa HDPE dengan Diameter sesuai gambar
Perencanaan PN 10.
Pipa HDPE berasal dari material thermoplastic yang akan mengalami pengurangan
kekuatan pada saat ada peningkatan temperatur. Tekanan kerja maksimum untuk pipa
HDPE adalah 20oC, diatas 20oC akan mengakibatkan pengurangan tekanan kerja
maksimum atau life time. Sistem pipa HDPE tidak boleh dioperasikan diatas suhu
60oC. Pipa HDPE PN 10 untuk kebutuhan saluran air bersih tekanan 10 Kg/cm² .
Pekerjaan Kontraktor :
a. Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi dan Accessories dengan PE-100/PN-
10/SDR-17 (Pressure Nominal 10 Bar) diameter 12 ”.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 133
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
3. Syarat Pelaksanaan
a) Melaksanakan pekerjaan pengukuran serta pembersihan pada jalur pipa yang akan
digali untuk pemasangan pipa.
b) Pekerjaan galian tanah untuk pekerjaaan perpipaan disesuaikan dengan gambar
kerja
c) Pemotongan pipa yang akan dimasukan kedalam sambungan cabang (tee) atau
katup, harus dilakukan dengan cara rapi dan profesional tanpa merusak pipa dan
kelurusannya, serta ujung rata bersudut siku-siku terhadap sambungan pipa.
d) Pemasangan pipa dalam tanah lubang galian harus dalam sesuai dengan gambar
rencana. Begitu pipa akan dipasang pada kedudukannya untuk sambungan, bantalan
pipa harus diperiksa kembali kekuatannya dan perlatannya.
e) Blok bantalan penahan pipa pada Pekerjaan di lokasi Kolam Air baku dan Pipa RO
- Pada lokasi Kolam air baku bantalan pipa terbuat dari beton K 175, sesuai
gambar perencanaan.
f) Penyambungan pipa HDPE dengan sistem Buttfusion adalah memanfaatkan panas
dan tekanan dalam waktu tertentu. Dimana kedua ujung material yang akan
disambung, dipanaskan hingga meleleh. Kemudian dengan tekanan tertentu
ditekan hingga menyatu/melebur (fusi).
Secara grafis digambarkan sebagai berikut :
- Fase 1 adalah fase pemanasan awal. Pada fase ini akan muncul bibir (bead)
pada kedua sisi yang dipanaskan. Lebar/tinggi bead sesuai standard.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 134
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
- Fase 2 adalah fase pemanasan. Pada fase ini bead akan semakin membesar .
- Fase 3 adalah fase penyambungan dan pendinginan.
Mesin untuk Buttfusion terdiri atas :
- Badan mesin
Badan mesin berfungsi badan mesin ini adalah untuk meletakkan pipa atau
fitting yang akan disambung
- Penyerut (Facer/milling)
Bagian ini untuk meratakan kedua permukaan sebelum disambung. Agar
kedua permukaan benar-benar sejajar.
- Pemanas (Heater)
Bagian ini untuk memanaskan permukaan yang akan disambung,
- Penjepit (Insert clamp/liner clamp)
Adalah penjepit yang dipasangkan ke badan mesin. Ukurannya sesuai untuk
masing-masing ukuran pipa.
- Pengatur Hidrolik (Hydarulic control)
Untuk mesin-mesin dengan penggerak motor hidrolik, pengendali/pengatur
hidrolik biasanya dihubungkan dengan selang hidrolik (hydraulic hose).
Biasanya pada bagian ini juga diletakkan indicator parameter-parameter
penyambungan seperti indicator tekanan, waktu, dan suhu pemanas.
1) Persiapan peralatan penyambungan pipa HDPE :
Siapkan alat-alat kerja berupa :
-
Kain majun, untuk membersihkan bagian yang akan disambung
setelah diserut (facing)
- Alat-alat keselamatan kerja seperti sepatu boot (jika hujan), helm,
sarung tangan dll. Untuk pekerjaan ditempat terbuka, sebaiknya
menggunakan baju lengan panjang.
Perhatikan jenis pipa atau fitting yang akan disambung, SDR dan
Diameter luar pipa. Kemudian lihat TABEL PARAMETER yang sesuai
untuk mesin dan jenis pipa atau fitting
Pastikan mesin dan perlengkapannya dalam kondisi siap bekerja, periksa :
- Kabel-kabel
- Fungsi heater plate (pemanas)
- Fungsi alar serut (facer/milling cutter)
- Oli hidrolik (untuk mesin yang menggunakan penggerak hidrolik)
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 135
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pastikan sumber daya listrik harus sesuai dengan kebutuhan mesin seperti
yang tercantum pada “DATA MESIN”. Pada data, umumnya daya yang
dibutuhkan dalam kW (kiloWatt). Seandainya sumber daya yang
tersedia dalam kilo Volt Ampere (kVA), maka konversikan lebih daulu.
- Contoh : kebutuhan mesin adalah 3.810 kW, jika sumber daya yang
tersedia dalam kVA, maka 3.810/0.8 = 4.726,5 kVA. Jadi sumber
arus yang harus disediakan minimal 4.800 kVA.
2) Persiapan Material
Pasang kedua pipa/fitting yang akan disambung pada badan mesin.
Tentukan besarnya drag pressure dengan menjalankam bagian yang
bergerak pada badan mesin. Dimana drag pressure adalah besarnya
tekanan yang dibutuhkan untuk menggerakan mesin dengan beban pipa
saja. Angka drag pressure akan sangat berpengaruh karena setiap
tekanan dalam tabel harus ditambahkan factor ini.
Kedua sisi pipa harus tegak lurus terhadap sumbu, untuk itu setiap mesin
sambung PE akan dilengkapi dengan milling cutter/facer untuk
merapikan kedua sisi. Besarnya tekanan saat penyerutan sebaiknya tidak
melebihi 10 bar diatas drag pressure.
Setelah kedua sisi tegak lurus terhadap sumbu, kemudian rapatkan kedua
sisi yang akan disambung. Keduanya harus sejajar pada satu sumbu.
Toleransi kesejajaran adalah 0.1 x tebal rata-rata.
Selesai proses penyerutan, pastikan tidak ada sisa-sisa serutan material
yang menempel pada pemanas. Jika ada sisa serutan menempel pada
pemanas bersihkan menggunakan bahan lunak, seperti kayu atau bambu.
Jangan membersihkan dengan benda tajam (pisau, cutter, obeng dll.),
karena akan merusak permukaan pemasan, jangan menggunakan majun
karena seratnya akan menempel.
Sebelum proses pemanasan awal (pe-heating) , bersihkan bagian yang
akan disambung dan sekitarnya dengan majun dai sisa air, debu, pasir,
tanah atau kotoran lainnya termasuk sisa serutan milling cutter/facer.
Karean akan menyebabkan sambungan tidak sempurna. Bersihkan kedua
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 136
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
3) Proses penyambungan
Pada proses penyambungan buttfusion, parameter-parameter penyambung
sudah ditabelkan. Masing-masing parameter akan sangat tergantung pada
diameter luar dan SDR (ketebalan dinding pipa). Sebagai contoh ukuran pada
tabel berikut :
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 137
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 34
Pekerjaan Filter
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Filter dilakukan pada seluruh saluran drainase Primer, Kolam Drainase dan
Kolam Air Baku disebutkan atau ditunjukkan dalam detail gambar.
2. Persyaratan Material
Persyaratan material untuk Filter adalah pasir harus dari butiran alami yang keras dan
kandungan lempung atau bahan lolos saringan No 200 tidak boleh melebihi dari 6%
dari berat pasir.
Filter harus diisikan dibelakang rip-rap dan bronjong ditunjukkan pada Gambar-
gambar dan sebagaimana arahan Direksi Pekerjaan.
3. Syarat Pelaksanaan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 138
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Geotextile Non Woven dilakukan pada seluruh saluran drainase Primer,
Kolam Drainase dan Pond Air Baku disebutkan atau ditunjukkan dalam detail gambar.
2. Persyaratan Bahan
Bahan yang digunakan digunakan adalah Geotextile non – woven adalah salah satu
jenis geotextile yang terbuat dari bahan polypropylene dan polyester. Bentuk dari
geotextile non woven tidak teranyam seperti karpet kain. Geotextile non – woven
dirancang untuk memberikan kinerja yang optimal per satuan berat. Ketahanan
mekanik dan hidrolik yang sangat baik menjadikan Geotextile Non Woven ini sebagai
pilihan yang tepat untuk lapisan pemisah dan penyaring. karena memiliki kekuatan
jebol (puncture resistance) yang tinggi untuk menjamin material tidak rusak pada saat
pelaksanaan.
Geotextile Non Woven sebagai produk unggulan geotextile tipe non woven, telah
didesain dan diproduksi melalui pengalaman panjang. Dukungan pengetahuan
teknologi produksi dan pengetahuan bidang geoteknik yang sangat memadai telah
menghasilkan produk geotextile yang unggul. Produk yang dikeluarkan telah sesuai
dengan peruntukkan/aplikasi lapangan di bidang mekanika tanah dalam standar uji
ASTM D / ISO.
Geotekstil dari jenis non woven dan berbentuk lembaran merupakan Geotekstil
yang terdiri dari serabut menerus (serat pendek/staple fiber tidak dapat diterima)
dengan bahan polimer polypropylene yang diproduksi dengan teknik needle
punched (sistem penyatuan dengan panas/heat bonded tidak dapat diterima).
Kualitas dari polimer yang dipakai harus bersertifikasi dari pabrik, tahan terhadap
asam, alkali dan zat kimia di dalam rentang pH 2 - 13, dan tidak mengalami
hidrolisis pada kondisi iklim tropis.
Geotekstil harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh kontak langsung dengan
bahan kimia yang umumnya terdapat di dalam tanah dan memiliki daya tahan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 139
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 140
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
3. Syarat Pelaksanaan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 141
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
b. Penggelaran Geotextile
1) Dalam tahap penggelaran yang harus dilakukan adalah geotextile harus digelar
di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan. Dan
pada lahan yang luas pemasangan geotextile dapat dilalukan secara fleksibel
(melintang atau memanjang).
2) Geotextile dapat dipotong terlebih dahulu di tempat yang memungkinkan. Hal
ini bertujuan untuk lokasi yang sulit untuk dilakukan pemotongan dan
penyambungan.
c. Penyambungan Geotextile
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 142
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
9) Material Filter kemudian diratakan, dapat menggunakan alat berat, dozer, dll.
Jika lapisan agregat tipis, sebaiknya alat berat jangan berlalu-lalang di atasnya,
khawatir dapat merusak lapisan geotextile.
Pasal 36
Pekerjaan Erotion Mat
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Erotion Mat dilakukan pada Kolam Drainase dan Pond Air Baku disebutkan
atau ditunjukkan dalam detail gambar Perencanaan.
2. Persyaratan Bahan
Bahan yang digunakan digunakan adalah Erotion Mat adalah salah satu jenis
geotextile. Erotion Mat adalah pelindung tanah yang berbentuk seperti tikar atau
selimut. Selimut atau Mat dengan kekuatan yang lebih tinggi biasanya terbuat dari
serat sabut yang keras. Polypropylene = terbuat dari polypropylene atau plastic
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 143
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
1) Dalam tahap penggelaran yang harus dilakukan adalah Erotin Mat harus
digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan.
Dan pada lahan yang luas pemasangan Erotin Mat dapat dilalukan secara
fleksibel (melintang atau memanjang).
2) Erotion Mat dapat dipotong terlebih dahulu di tempat yang memungkinkan.
Hal ini bertujuan untuk lokasi yang sulit untuk dilakukan pemotongan dan
penyambungan.
Pasal 37
Pekerjaan U-ditch
1. Lingkup Pekerjaan
U-Ditch untuk Saluran Sekunder 60 x 60 x 120, Saluran Tersier 50 x 50 x 120, jalur
kabel Trench yaitu susunan U-ditch dengan ukuran Type A 60 x 80 x 120 cm Type B 40
x 60x 120 cm dan jumlah tertentu sesuai dengan gambar rencana. Berfungsi sebagai
lapisan perisai untuk mengurangi kedalaman penggerusan setempat dan untuk
melindungi tanah dasar
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 144
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, U-ditch, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik
sesuai dengan spesifikasi.
b. Pekerjaan U-ditch
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan jalur kabel Trench, Saluran Sekunder, Saluran
sebagian Saluran Tersier, sesuai gambar perencanaan.
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan merupakan U-ditch dengan ukuran Type A 80 x 60x 120 cm Type B 60 x
40x 120 cm K 350
b. Cover/ tutup U-ditch dengan ukuran Type A 40 x 60cm Type B 60 x 60x 120 cm,
Type B 60 x 60x 120 cm, K 350
3. Syarat Pelaksanaan
a. Galian Tanah
1) Galian dilaksanakan di lokasi rencana drainase sampai dengan dasar atau elevasi
rencana (dimonitor oleh tim surveyor).
2) Untuk galian yang tidak dapat dijangkau dengan excavator, galian menggunakan
tenaga manusia dan alat bantu.
3) Kemiringan lereng galian untuk saluran drainase adalah 1:1,5 atau sesuai dengan
gambar rencana.
b. Pengangkutan U Ditch
Material precast dihantar dari pabrik ke lokasi pekerjaan tepatnya di samping lokasi
pekerjaan yang telah disiapkan.
c. Pemasangan U Ditch
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 145
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
d. Penutupan U Ditch
Tutup U Ditch (dimensi dan mutu sesuai tender dokumen) didatangkan dan diinstalasi di
lokasi pekerjaan.
e. Timbunan Tanah
Pasal 38
Pekerjaan Box Culvert
1. Lingkup Pekerjaan
U-Ditch untuk jalur kabel Trench yaitu Box Culvert dengan ukuran 4 x 2x 1,2 m dan
jumlah tertentu sesuai dengan gambar rencana. Berfungsi sebagai lapisan perisai untuk
mengurangi kedalaman penggerusan setempat dan untuk melindungi tanah dasar
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, Box Culvert, bahan-bahan dan alat-alat bantu
yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik
sesuai dengan spesifikasi.
b. Pekerjaan Box Culvert
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan:
- Gorong-gorong Pond 1 ke Pond 2
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 146
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
3. Syarat Pelaksanaan
a. Galian Tanah
1) Galian dilaksanakan di lokasi rencana sampai dengan dasar atau elevasi rencana
(dimonitor oleh tim surveyor).
2) Untuk galian yang tidak dapat dijangkau dengan excavator, galian menggunakan
tenaga manusia dan alat bantu.
3) Kemiringan lereng galian untuk box culvert adalah 1:1 atau sesuai dengan gambar
rencana.
b. Pengangkutan Box Culvert
Material precast dihantar dari pabrik ke lokasi pekerjaan tepatnya di samping lokasi
pekerjaan yang telah disiapkan.
c. Pemasangan Box Culvert
6) Instalasi dan penyambungan box culvert di atas lantai kerja. Pada saat bersamaan
dikerjakan struktur inlet dan outlet sesuai gambar kerja.
7) Selanjutnya dilakukan pengecoran penopang box culvert.
8) Pada Lokasi Box Culvert yang diatasnya terdapat jalan, pondasi tidak dapat dilakukan
dengan pancang, maka pada kondisi seperti ini dibuat seperti gelagar jembatan yang
dikedua ujungnya ditopang, dipanjang hanya pada penopangnya saja.
d. Timbunan Tanah
1) Sebelum dilakukan penimbunan material, lokasi dibersihkan sari material sisa dan
kotoran.
2) Penimbunan dilaksanakan layer per layer setebal 15 cm dan dipadatkan dengan hand
stamper atau pedestrian roller.
Pasal 39
Pekerjaan Cerucuk Bambu
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Cerucuk Bambu dilakukan pada :
a. Pondasi Saluran Drainase Primer,
b. Pondasi Kolam Drainase
c. Pondasi Kolam/ Pond kecuali pond 4 dan pond 3
d. Pondasi pada gorong-gorong antar pond
Lingkup pekerjaan tersebut disebutkan atau ditunjukkan dalam detail gambar
2. Persyaratan Bahan
Bahan yang digunakan digunakan adalah Bambu berdiameter 10 cm, dengan panjang :
a. Pondasi Saluran Drainase Primer : Satu titik 5 bambu dengan Panjang 10 m
b. Pondasi Pond : Satu titik 3 bambu dengan Panjang 6 m
c. Pondasi Kolam Drainase : Satu titik 5 bambu dengan Panjang 13 m
d. Pondasi pada gorong-gorong antar pond : Satu titik 5 bambu dengan Panjang 10
m,
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 148
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
3. Syarat Pelaksanaan
Kemudian setelah air pada lokasi pekerjaan proyek telah dipompa, pekerjaan galian
untuk cerucuk bambu dilaksanakan dengan kedalaman 1 meter dan panjang 4 meter
dapat dilakukan. Galian ini tidak boleh dilakukan untuk keseluruhan panjang total
Saluran Primer, panjang total kolam Drainase dan panjang total Kolam Air Baku
melainkan galian dilakukan per 7 meter untuk arah memanjangnya. Hindari
terjadinya longsoran dengan membuat kemiringan galian yang landai,
b. Masukan bamboo pile atau cerucuk bambu sedalam 13 m dari permukaan galian,
dengan setiap satu ikatan berjumlah 5 bambu dengan diameter per bambu adalah 10
cm Jarak melintang antara bamboo pile adalah 1 meter dan jarak memanjang
antara bamboo pile adalah 1 meter atau sesuai dengan gambar pelaksanaan yang
sudah disetujui Konsultan Pengawas (MK) dan Direksi Pekerjaan.
c. Setelah pekerjaan bamboo pile selesai dilaksanakan kemudian diatas bamboo pile
tersebut diberi matras bambu. Kemudian ikat atau pasak ujung bamboo pile
tersebut dengan matras bambu yang berada diatasnya.
d. Masukan 5 bambu pile atau cerucuk bambu sedalam 13 m dari permukaan galian,
dengan setiap satu ikatan berjumlah 5 bambu dengan diameter per bambu adalah 10
cm. Jarak melintang antara bambu pile adalah 1 meter dan jarak memanjang antara
bamboo pile adalah 1.5 meter. Untuk lebar galian tanah 2 meter juga diberikan
bamboo pile namun dengan kedalaman pile yaitu 13 meter dengan dimensi yang
sama dengan bamboo pile yang lain (satu ikatan berjumlah 5 bambu dengan
diameter per bambu adalah 10 cm untuk Pondasi Kolam drainase).
e. Setelah pekerjaan bamboo pile selesai dilaksanakan kemudian diatas bamboo pile
tersebut diberi matras bambu. Kemudian ikat atau pasak ujung bamboo pile
tersebut dengan matras bambu yang berada diatasnya. Untuk matras bambu yang
digunakan memiliki spasi antara bambu 50cm yang dianyam saling melintang antar
bambu.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 149
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 40
Pekerjaan Instrumen
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi:
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 150
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Perencana dan pihak yang ditunjuk bahwa tahap instalasi ini telah selesai
dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada. Tahap-tahap instalasi ini
ditentukan kemudian berdasarkan jadwal perincian wakta yang diserah kan oleh
Kontraktor.
d. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan trial run sistem instalasi
ini haruslah pula dihadiri pihak pemilik proyek/Pengawas /Perencana dan Ahli
serta pihak-pihak lain yang bersangkutan. Untuk ini hendaklah diberikan pula
sertifikat pernyataan hasil pengujian oleh yang berwenang memberikannya.
e. Kontraktor wajib melaporkan kepada pemilik proyek/Pengawas/ Perencana atau
Ahli yang ditugaskan bilamana sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-
gangguan yang mungkin ada.
f. Air kerja dan listrik kerja untuk keperluan test merupakan tanggung jawab
Kontraktor dan sudah termasuk dalam item penawarannya.
g. Lapangan yang dipergunakan setiap hari harus dibersihkan setelah selesai
bekerja. Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi
pembersihan lapangan.
h. Segera setelah Kontrak selesai maka Kontraktor harus memindahkan semua sisa
bahan pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih diperlukan selama
pemeliharaan.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 152
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
4.4. Standar-Standar
Dalam pemasangan instalasi, maka Kontraktor wajib mengikuti standar-standar
sebagai berikut, atau yang ditentukan oleh pihak pemilik proyek kemudian:
Indonesian Law
Statutory Regulations
American National Standard Institute (ANSI)
ANSI B16-5 Pipe flanges and flanged fittings
Petroleum Products.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 153
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
5. Syarat-Syarat Pemeliharaan
5.1. Persyaratan Umum
a. Pada saat penyerahan hasil pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan gambar-
gambar instalasi terpasang (as built drawing), data-data peralatan, petunjuk
operasi dan cara-cara perawatan dari unit instrumen terpasang di bawah kontrak
ini. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik proyek/Pengawas
sebanyak 4 (empat) set dan kepada Perencana 1 (satu) set.
b. Pada saat penyerahan harus diserahkan dokumen-dokumen berikut ini:
Instruction Manual, Installation Manual, Maintenance Manual, Operating
Instruction, Trouble Shooting Instruction.
c. Hendaknya diberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan perawatan
kepada Pemilik, sebuah dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempelkan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 154
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
di dinding dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk oleh pemilik
proyek/Pengawas.
d. Kontraktor harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan
perawatannya kepada petugas-petugas teknis (Engineering Team) yang ditunjuk
oleh pemilik proyek secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya.
e. Kontraktor harus memberikan Surat Garansi dari pemakaian peralatan-peralatan
utama kepada Pemberi Tugas.
Pasal 41
Pekerjaan Elektrikal
1. Lingkup Pekerjaan
Umum
Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan
Jaringan 20 kV dan 380 V untuk Sistem Tata Air (Water Management) Proyek
Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG).
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 155
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Penyedia Barang / Jasa harus bertanggung jawab untuk melaksanakan dengan baik
semua persyaratan yang diminta dalam spesifikasi ini, maupun yang tidak
tercantum dalam bestek tetapi secara system harus dilaksanakan, klaim atas
pengabaian terhadap persyaratan ini tidak akan diterima. Dan bila terjadi perbedaan
antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan yang
dipersyaratkan, maka Penyedia Barang/Jasa wajib menggantinya tanpa adanya
tambahan biaya.
Agar tidak tidak menimbulkan kegagalan/kerusakan sistem maka pekerjaan ini
harus dilaksanakan oleh orang yang mengerti tentang sistem kelistrikan dan
Airfield Lighting system dengan terlebih dahulu berkordinasi dengan Tim
Pengawas Pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan tanpa mengganggu
kegiatan operasional penerbangan di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang.
Dalam pekerjaan ini Bill of Quantity, Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta
gambar rencana saling terkait satu sama lain.
Pekerjaan tersebut berlokasi di Proyek Pengembangan Bandar Ahmad Yani
Semarang.
a. Pekerjaan meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan :
1) Pembuatan gambar kerja.
2) Pengurusan pas bandara.
b. Pengadaan :
Lokasi Pompa Drainase :
1. Panel dan kabel tegangan menengah (TM)
2. Current Transformer (CT) 20 kV/100 V 200/5 A sesuai gambar
3. Transformator 20 kV/400 V, 1000kVA
4. Bus duct 2000 A
5. Kabel tegangan rendah
6. Panel-Panel tegangan rendah
7. Material Instalasi Penerangan, stop kontak & saklar.
8. Rak kabel (cable tray) & tangga kabel untuk jalur kabel daya dan
penerangan dalam bangunan serta peralatan bantunya.
9. Material Sistem pembumian (Grounding)
10. Material Sistem Proteksi Petir
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 156
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
3. Pekerjaan Utama
1. Panel Tegangan Menengah (TM ) atau Medium Voltage Main Distribution Panel
( MVMDP )
diijinkan.
D. Panel-panel tersebut terdiri dari satu atau beberapa unit yang masing-
masing mempunyai satu ukuran standard yang sama serta mudah untuk
dapat disatukan dengan lainnya, dengan temperature kerja tidak melebihi
batas 450 C.
Ukuran maksimum dari masing-masing unit adalah :
Tinggi : disesuaikan dengan desain pabrik
Lebar : disesuaikan dengan desain pabrik
Tebal : disesuaikan dengan desain pabrik
4) Interlock
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 161
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
3. Transformator
Sepesifikasi Umum
1. Peralatan Cast Resin Transformator Daya yang ditawarkan harus mampu
menghasilkan catu daya listrik cadangan dengan kapasitas tidak kurang dari 1.000
kVA dan system operasi yang ditawarkan harus dapat dioperasikan.
2. Mengingat fungsinya bahwa Trafo sebagai supply catu daya listrik secara terus
menerus untuk kebutuhan daya listrik peralatan pada Pompa drainase beserta
peralatan penunjang lainnya di Bandar Udara yang selalu dipergunakan setiap
saat, maka Trafo yang ditawarkan harus dilengkapi dengan suatu system sirkulasi
udara yang cukup.
1. Standard
Transformator didesign, dibuat dan ditest mengacu kepada salah satu standar
dibawah ini :
- IEC 60076/ 61439-1 : International
- VDE/DIN : Jerman
- NEMA :USA
- BS : British
- SPLN 50/82 : Indonesia
- UTE : Perancis
2. Kondisi kerja
Transformator ini akan dipasang pada tempat dengan ketinggian tidak lebih dari
1.000 m diatas permukaan dan maksimum mempunyai ambient temperature tidak
melebihi 40° C.
3. Spesifikasi
- Belitan
1 Primary/Secondary : Cu / Cu
- Konstruksi
- antar Belitan : Non Block Type/Air Passage
. Cooling
2
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 163
.
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
- Design
3 Standard : IEC 60076/ 61439-1
- Service
4 Condition : Indoor
.
- Transformer
5 Type : Vacuum Cast resin (Primary
. Secondary Winding)
. &
- Rated Power (Output) kVA : 1.000
- Number of Phases :3
- Rated Frequency : 50 Hz
- Nominal Primary Voltage : 20 kV
- Nominal Secondary Voltage At No. Load : 0,4 kV
- Vector Group : Ynyn0
- Voltage Insulation of Primary/Secondary Voltage : 24/1,1 kV
- Impulse Test Voltage of Primary/Secondary Voltage : 125/0,0 kV
- Applied Test. Voltage of Primary/Secondary Voltage : 50/3 kV
- Temperature Insulation Class : F (155˚C)
- Temperature Rise : 100K
- Type of Cooling : AN/AF
- Capacity rating with Force cooling : +40% from Nominal rating (Max)
- Off Circuit Tapping value
- Impedance Voltage : Noise Level Data in dB : ≤ 65 dB at 1 meter
- Enclosure : minimal IP23
- No. Load Losses at nominal voltage (VTA)
- On Load Losses at principal tapping (VTA)
- Off Load Current of Nominal Volt (VTA)
- Efficiency : > 98%
- Regulation of Nominal Load (VTA)
- Weight (VTA)
- Dimension (VTA)
- Conductor : Copper
- Accessories :
o Name Plate and Rating Plate
o Off Circuit Tap Changer
o Lifting Lugs
a) Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC 60076/ 61439-1 dan atau PUIL/SNI dan atau SPLN
b) Panel-panel (Free Standing atau Wall Mounting) harus dibuat dari plat besi
tebal minimal 2 mm dengan rangka besi dan seluruhnya harus dizinchromat
dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat Power Coating, warna dan cat akan
ditentukan kemudian oleh pihak owner. Pintu dari panel-panel tersebut harus
dilengkapi dengan master key. Khusus untuk Panel MCC Pompa Buangan RO
dan Pond 5 RO merupakan tipe outdoor.
d) Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-
T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding Besarnya busbar harus
diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut
tanpa menyebabkan suhu yang lebih dari 65 oC . Setiap busbar copper harus
diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan untuk memberi
warna busbar dan saluran harus dari jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu
yang diperbolehkan.
e) Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak
tahan getaran, untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran 96x96 mm
dengan skala linear dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta
ada sertifikat tera dari LMK/PLN/Standar Pabrik (min. 1 buah untuk setiap
jenis alat ukur).
f) Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan sesuai dengan yang telah disetujui oleh Konsultan Mk.
A.C.B.
b. MCCB.
M.C.C.B pada incoming outgoing.
Rated continous current : sampai dengan 1.000 A (sesuai
gambar)
Type : Fixed Mounted.
Number of Pole : 3 phase, 4 pole.
Rated Operating Voltage : 400 Volt.
Rated Frequency : 50 Hz.
Permitted Ambient Temp. : max. 55oC
Rated Short Time Current (0.5 s) : 22 KA.
Rated Peak Withstar Current : 60 KA.
Operator Mechanism : Manual Operation & motorized
(for incoming)
Over Load Release : Adjustable.
Auxiliary release yang mungkin ada : Lihat gambar
Auxiliary Switch : NO + NC
a. Current Transformer
Standard : IEC 6044-1, LMK
Rated Secondary curent :5A
Rated frequency : 50 to 60 Hz
Accuracy selection : Class 0.5
Dielectric quality : 3 kV – 50 Hz 1min
b. kWh meter
Standard : IEC 62053-21
Nominal Voltage : 220 V (1 Phase), 380 V (3phase); tolerance -
20% to+15%
Rated frequency : 50 Hz, ±5% Accuracy Class : 0.5
Port Comunication : Modbus COM via RS485
6. Penangkal Petir
Klem penyangga harus dibuat dari bahan besi siku, sebelum dipasang harus
dizinchromat terlebih dahulu dan kemudian dicat besi anti karat sebanyak 2
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 168
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
kali.
Umum :
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 169
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
- Housing bahan die cast aluminum dan corrosion resistant polyester dicat
powder coating.
- Semua Komponen listrik berada didalam rumahan/housing (built in), kontruksi
rumahan harus kuat, kokoh dan rigrid serta dibuat sedemikian rupa agar mudah
dapat dibuka atau dilepas untuk perbaikan/penggantian komponen yang berada
didalamnya. Seluruh rumahan harus dilapisi dengan cat dasar dikeringkan pada
suhu tertentu serta diberi lapisan cat akhir berwarna putih.
- Type Luminare : Flood Light Led 90 W maksimal 6000 K
- Daya yang dihasilkan minimal 80 W
- Tidak mengandung radiasi Mercury, UV dan Infra Red (IR).
- Tegangan : 220 V 50 hz
- Instalasi / Pemasangan : Out Door Surface Mounted
- Minimal IP 65
- Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata adalah
type pemasangan masuk/inbow (flush-mounting).
- Kotak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 13 A dan
mengikuti standard VDE, sedangkan Kotak-kontak khusus/tenaga atau
(outbow) mempunyai rating 15 A dan mengikuti standard BS (3 pin) dengan
lubang bulat.
- Flush-box (inbouw doos) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding dan push
button harus dipakai dari jenis bahan bakely atau metal.
- Kotak-kontak dinding yang dipasang 30 cm dari permukaan lantai dari ruang-
ruang yang basah/lembab harus jenis Water Dicht (WD) sedang untuk saklar
dipasang 150 cm dari permukaan lantai atau sesuai gambar.
- Kotak-kontak yang khusus di dalam box di bawah lantai, harus dari pabrik
pembuat yang sama dengan underfloor duct atau built in.
- Kotak-kontak standard berwarna putih.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 170
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
10. Grounding
Semua kabel tray, kabel ladder dan accesorisnya harus disesuaikan dengan
kondisi lingkungan proyek.
Cara pemasangan kabel trunking harus digantung pada dak beton dengan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 171
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Sebelum dipasang kabel trunking tersebut harus dizinchromate dua kali dan
dicat finishing dua kali, warna akan ditentukan kemudian.
Cable Ladder yang dipasang didalam shaft/pada dinding dan untuk jalur–
jalur kabel feeder power menggunakan buatan pabrik. Dilengkapi dengan
klem-klem kabel, sebelum dipasang cable ladder ini harus dizinchromate
dua kali dan dicat dengan cat finishing dua kali, warna akan ditentukan
kemudian. Demikian juga dengan kabel tray harus menggunakan buatan
pabrik.
Kabel yang dipasang diatas trunking dan pada cable ladder harus diklem
(diikat) dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie) anti ultra violet.
Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High Impact,
didalam beton atau diluar beton, dimana diameter dalam dari konduit minimum
1,5 kali diameter kabel dan minimum diameter dalam adalah 19 mm, atau
dinyatakan lain pada gambar.
Umum
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan Cubicle dan kabel TM, dan peralatan
lainnya tidak boleh mengganggu jalannya operasi penerbangan dan aktifitas
perkantoran. Penyedia Barang/Jasa harus senantiasa berkordinasi dengan Tim
Pengawas Pekerjaan Kantor Cabang dalam pemilihan waktu yang tepat untuk
pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 173
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Kabel-Kabel
1. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas
dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengindentifikasikan phasanya sesuai dengan PUIL.
3. Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel, diklem dan
disusun yang rapi.
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada kabel
penerangan.
5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu
kabel untuk terminasinya.
6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus memper-
gunakan alat pres hidraulis yang kemudian disolder dengan timah pateri.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 174
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
1. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemasangan masuk dan
dipasang pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk kotak-kontak dan 1.500
mm untuk saklar atau sesuai gambar detail.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 175
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
2. Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus type
water dicht (bila ada).
3. Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih dahulu
dipersiapkan sparing untuk pengkabelannya, disamping metal doos tang
harus terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut.
4. Kotak-kontak yang dipasang pada lantai harus dipilih dari type yang lengkap
dengan tutup, dan harus dipasang rata dengan lantai.
Lampu Penerangan
1. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dari
Arsitek dan disetujui oleh Konsultan Mk.
2. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond,
dimana lampu yang terpasang harus mempunyai gantungan tersendiri.
3. Instalasi kabel Penerangan yang berhubungan langsung dengan lampu yang
bersangkutan harus dilengkapi dengan fleksibel konduit.
4. Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus, dan
dari bahan serta konstruksi yang disetujui oleh Konsultan Mk.
Pembumian
1. Semua bagian dari sistim listrik harus dibumikan.
2. Elektrode pembumian harus ditanam sedalam 12 m minimum untuk
mencapai permukaan air tanah.
3. Tahanan pembumian maximal adalah 2 ohm.
4. Jarak minimum dari electrode pembumian adalah 3 m dan disesuaikan dengan
sifat tanahnya.
5. Jenis pembumian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana, dimana
untuk peralatan listrik bertegangan menengah harus dipisahkan dari pembumian
untuk tegangan rendah dan electronic.
Transformer
1. Transformer harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan
harus rata (horizontal).
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 176
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
6. Pengetesan
Umum
Sebelum semua peralatan utama dari sistem dipasang, harus diadakan pengetesan
secara individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi
dengan sertifikat pengetesan yang baik dari pabrik yang bersangkutan serta
instansi lain yang berwenang. Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan
pengetesan secara menyeluruh dari sistim, untuk menjamin bahwa sistem
berfungsi dengan baik. Semua biaya untuk mendapatkan sertifikat lulus pengujian
dan peralatan untuk pengetesan yang perlu disediakan oleh Pemborong menjadi
tanggung jawab Pemborong sendiri.
- Pengetesan jenis
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 178
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
- Pengetesan khusus
Pengetesan khusus adalah pengetesan yang lain dari uji rutin dan jenis,
dilaksanakan atas persetujuan pabrik denga pmbeli dan hanya dilaksanakan
terhadap satu atau lebih trafo dari sejumlah trafo yang dipesan dalam suatu
kontrak. Pengetesan khusus meliputi :
pengetesan dielektrik
pengetesan impedansi urutan nol pada trafo tiga phasa
pengetesan hubung singkat
pengetesan harmonik pada arus beban kosong
pengetesan tingkat bunyi akuistik
pengukuran daya yang diambil oleh motor-motor kipas dan pompa minyak.
6. Produk
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi.
Note :
Didalam pengadaan barang, semua produk harus berasal dari agen tunggal
yang telah ditunjuk oleh Prinsipal masing-masing.
Didalam pengajuan persetujuan material kepada Direksi Pekerjaan dan MK,
Kontraktor yang telah ditunjuk harus melampirkan copy surat keagenan
tunggal dari Prinsipal produk masing-masing.
Didalam pengajuan persetujuan material kepada Direksi Pekerjaan dan
MK, Kontraktor yang telah ditunjuk harus melampirkan brosur asli yang
akan dipasang.
Dilengkapi dengan Certificate of Origin (COO).
Barang harus brand new.
Garansi yang diberikan harus berasal dari manufaktur atau pabrik pembuat.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 179
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
6. Garansi Peralatan.
a. Garansi dikeluarkan dan telah mendapat pengesahan secara resmi
oleh Pabrikan/Agen Tunggal.
b. Masa Garansi minimal selama 1 (satu) tahun.
c. Selama Masa Garansi masih berlaku perbaikan kerusakan dan penggantian
spare part menjadi tanggungan Pabrikan/Agen Tunggal.
d. Bila pada masa garansi terjadi kerusakan peralatan dan tidak dapat
diperbaiki atau harus diganti dengan yang baru, keseluruhan biaya yang
ditimbulkan menjadi tanggungan Pabrikan/Agen Tunggal.
e. Menjamin keberadaan suku cadang selama 10 (sepuluh) tahun dalam
bentuk pernyataan yang dikeluarkan dan disahkan oleh Pabrikan/Agen
Tunggal.
7. Pre Test dan Commissioining.
b. Hasil Test dan Commissioning tersebut dituangkan dalam Berita Acara, yang
meliputi kelengkapan administrasi (surat dukungan/garansi, as built drawing,
brosure, CoO, laporan berkala pekerjaan, serta Berita Acara pengukuran dan
kelengkapain lain yang diwajibkan), kelengkapan volume pekerjaan, kerapihan
pekerjaan serta operasional peralatan.
3) Setiap bagian instalasi listrik dan peralatan harus diuji baik fisik maupun
operasinya sehingga dicapai hasil yang baik/sesuai standart. Untuk bagian-
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 182
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
bagian yang akan tertutup, instalasi harus diuji sebelum dan sesudah
bagian tersebut tertutup.
6) Hasil Test dan Commissioning dituangkan dalam bentuk Berita Acara dan
dilaporkan sebagai kelengkapan administrasi Berita Acara Serah Terima
Pertama (BAST-I) dan ditandatangani oleh Project Manager Penyedia
Barang/Jasa, Airport Readiness Department Head, serta peserta Test dan
Commisioning PT. Angkasa Pura I (Persero) Kantor Pusat – Jakarta.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 183
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
9. Pekerjaan Selesai
1. Pekerjaan dinyatakan selesai setelah segala kelengkapan administrasi dan teknis
dapat dipenuhi oleh Penyedia Barang/Jasa dan dituangkan dalam Berita Acara
Serah Terima Pertama.
2. Masa Pemeliharaan selesai setelah kelengkapan administrasi dan teknis
dipenuhi oleh Penyedia Barang/Jasa dan dituangkan dalam Berita Acara Serah
Terima Kedua.
Pasal 42
Pekerjaan Pintu Fastifaset
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pintu Fastifaset berada di lokasi inlet kali Mati
b. Pembuatan Konstruksi Penunjang Pintu Fastifaset
c. Pengadaan dan pemasangan Pintu Fastifaset
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 184
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
2. Persyaratan Bahan
a. Spesifikasi bahan pintu Fastifaset terbuat dari bahan dasar fiber, berfungsi
sebagai bangunan pintu air buka tutup atau Fastifaset otomatis sesuai dengan
pergerakan tekanan air sebagai akibat dari aliran pasang surut air, hal ini
dimaksudkan pada saat kondisi pasang pintu air akan menutup oleh gerakan
air pasang dan pada saat kondisi air surut pintu akan terbuka akibat gerakan
air dalam blok (outlet).
b. Tipe pintu Fastifaset yang digunakan adalah tipe pintu klep seimbang rangka
lurus
c. Ukuran pintu Fastifaset (bentang dan tinggi) disesuaikan dengan gambar
perencanaan
d. Pintu Fastifaset direncana agar mampu menahan tekanan hidrostatik sebelah
hilir sesuai dengan spesifikasi tanpa air disebelah lain. Pintu diberi bobot-
lawan sedemikian sehingga pintu mampu membuka otomatis saat muka air
dihilir turun dibawah muka air diudik dan akan menutup saat muka air sama
tinggi. Tiap pintu terdiri dari kerangka, pintu dengan sumbu putar dan bobot
lawan.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Konstruksi penunjang
1) Kontruksi bahan bangunan yang terbuat dari pasangan batu kali dengan
dilapisi plesteran adukan 1:3 dan diaci sebagai bahan penunjang
perletakan pintu air.
2) Pekerjaan Pembuatan bouplank untuk lokasi rencana pemasangan dan
pembuatan kontruksi penunjang bangunan pintu air hal ini
mempermudah teknis pelaksanaan pangaturan alur air selama
pelaksanaan pekerjaan.
3) Bendung/penyumbatan saluran sementara dapat dilakuan dengan
pelaksanaan pekerjaan dilakukan ½ bagian dari lebar parit dengan
menggunakan bahan papan dan terpal sehingga tidak mengganggu keluar
masuknya air dan kontruksi yang sedang dikerjakan.
4) Pekerjaan Pemasangan cerucuk dan pengecoran lantai kerja 1:3:5
dilakukan sebelum dilakukan pemasangan batu.
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 185
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Pasal 43
Pekerjaan Rangka Atap
1. Lingkup Pekerjaan
Pekeraan ini meliputi pekerjaan Rangka Atap pada Rumah Pompa Drainase, rumah
Pompa kolam Air Baku dan Rumah Pompa RO. Pekerjaan ini meliputi pengiriman
material ke site, perangkaian (assembling) dan ereksi (erection), seluruh pekerjaan
pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi sesuai
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 186
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
dengan yang disebutkan atau ditunjukkan dalam gambar dan sesuai Konsultan
Pengawas (MK)/ Direksi Teknis.
2. Persyaratan Bahan
Material struktur rangka atap yang digunakan adalah
a. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties) :
Baja Mutu Tinggi G550
Tegangan Leleh Minimum (Minimum Yield Strength)
Modulus Elastisitas
Modulus Geser
Berat Jenis Baja 7850 kg/m3
b. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating) : Lapisan pelindung
seng dan aluminium (Zincalume/AZ) dengan komposisi sebagai berikut:
Baja Mutu Tinggi G550
55 % Aluminium (AI)
43,5 % Seng (Zinc)
1,5 % Silicon (Si)
Ketebalan Pelapisan : 50 gr/mz dan 150 gr/m2 (AZ 50 - AZ150)
c. Profil Material :
Profil yang digunakan untuk rangka Kuda-kuda adalah profil L 70.70.11
(Double L)
Profil yang digunakan untuk Gording adalah profil C 150.75.11
Sesuai dengan Gambar Perencanaan
3. Persyratan Prakontruksi
a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua
ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar Kerja. Pada prinsipnya ukuran
pada gambar kerja adalah ukuran jadi/finish.
b. Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang
diakibatkan oleh kurang teliti dan kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus
diganti kewajiban yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan kesalahan
maupun
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 187
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
kekurangan lain akibat Kontraktor tidak teliti dan cermat dalam koordinasi
dengan gambar pelengkap dari Arsitek, Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal.
Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambah dalam hal ini harus dikerjakan atas
biaya Kontraktor tidak dapat diklaim sebagai biaya tambah.
c. Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan ke Owner /
Direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis. Semua
perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan
yang mempengaruhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang
mengakibatkan pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan
tambah kurang.
d. Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja ringan difabrikasi di
workshop, baik workshop permanen atau workshop sementara. Kontraktor
bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, pabrikasi dan ketetapan
pemasangan semua komponen struktur konstruksi baja ringan.
4. Syarat Pelaksanaan
a. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk pabrikasi
dan instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1) Kelas Ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion Rating)
2) Ukuran baut Diameter 21 mm
3) Sesuai dengan Gambar Perencanaan
Ukuran kepala baut : 5/16" (8 mm hex. socket)
Material : AISI 1022 Heat treated carbon steel
Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 8.8 kN
Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2 kNm
4) Sesuai dengan Gambar Perencanaan
Pasal 44
Pekerjaan Penutup Atap
1. Lingkup Pekerjaan
Pekeraan ini meliputi pekerjaan Penutup pada Rumah Pompa Drainase, rumah
Pompa kolam Air Baku dan Rumah Pompa RO. Pekerjaan ini meliputi pengiriman
material ke site, perangkaian (assembling) dan ereksi (erection), seluruh pekerjaan
pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi sesuai
dengan yang disebutkan atau ditunjukkan dalam gambar dan sesuai Konsultan
Pengawas (MK)/ Direksi Teknis.
2. Persyaratan Bahan
Material Penutup atap yang digunakan adalah Galvalum dengan tebal 10mm dengan
ukuran adalah 1,2 m x 1 m
3. Syarat Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pelaksanaan pemasangan galvalum , kontraktor agar meneliti
gambar – gambar dan kondisi lapangan.
b. Pemasangan dimulai dari kanan/bawah dan seterusnya dan diperhatikan
inetlocking serta tepi bawah kurus dengan jarak horizontal antar galvalum
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 189
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
c. Hasil pekerjaan pemasangan galvalum harus rapih, rata, bersih dan tidak
bergelombang juga tidak mengalami retak/penyok pada galvalum tersebut.
Kurang sempurnanya pemasangan galvalum menjadi tanggung jawab
kontraktor.
Pasal 45
Gebalan Rumput
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini akan terdiri dari penyediaan lempengan-lempengan rumput
sebagaimana diperlakukan dan menanamnya untuk memberikan suatu lapisan
rumput yang mantap dan subur yang akan mempertahankan pertumbuhannya dalam
setiap cuaca dan mencegah erosi dari bahan dimana ditanamkan.
Pengajuan Ajukan satu contoh dari satu meter persegi lempengan rumput yang
diusulkan. Pekeraan ini meliputi pekerjaan Tanggul Kolam Drainase bagian kanan
disisi luar dapat dilihat pada gambar perencanaan.
2. Persyaratan Bahan
a. Rumput
Rumput dalam lempengan yang akan digunakan pada suatu tempat / lokasi harus
mampu menstrabilisir lereng-lereng secara efektif dan harus merupakan jenis-
jenis yang berasal dari daerah tersebut serta harus disetujui oleh Pelaksana
Kegiatan. Lempengan rumput ini harus tidak berbahaya dan tidak merusak pada
orang dan binatang dan tidak dari suatu jenis yang diakui sebagai suatu
gangguan terhadap pertanian. Ini harus bebas dari penyakit maupun rumput
berbahaya dan harus berakar dalam.
b. Pupuk
Pupuk harus merupakan suatu campuran yang disetujui dari bahan-bahan
penyubur tanaman.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Persiapan
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 190
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 191
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 192
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 193
PSB LPPM
Universitas Diponegoro
Konsultan Sistem Tata Air (Water Management) Proyek Pengembangan Bandar Udara Semarang (PPSRG) 194