Tugas DM Maternitas
Tugas DM Maternitas
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
4. Royani (CKR)
Jl. Kesambi No.237, Drajat, Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45134
KATA PENGANTAR
Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah
dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang “Diabetes Mellitus Gestasional”. Dengan harapan
makalah ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan
Maternitas II” dengan Diabetes Gestasional. Selain itu tujuan dari penyusunan
makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan sistem endokrin
secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut
memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa
membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG
asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan
rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang
pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap
diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial
(pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan
test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu
melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM
dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada wanita hamil,
sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa
yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam
kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg%
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM
terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur
kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan
toleransi glokusa, 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.
DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan
professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan
datang, juga saat persalinan.
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa memahami Diabetes Melitus Gestasional.
2. Bagi Perawat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui Diabetes Melitus
Gestasional dan mampu menerapkan Asuhan Keperawatannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.
2. Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita
diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit
walaupun resikonya sangat kecil.
Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang
disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu
didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya
dengan mutasi DNA mitokondria yakni karena proses produksi hormon insulin
sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation
(OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran insulin
dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar
glukosa darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita
DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan.
Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan beberapa
senyawa kimia yang terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang
memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi yang
menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya sebagai
mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada
gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para
penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit
yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke. Hal itu telah
diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini terjadi
karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi
OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila
penderita DM itu menderita penyakit penyerta tadi.
4. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan
epineprin.
5. Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas.
Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng (misalnya stelah
berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup dengan
kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam minuman
soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan meningkatnya berat badan, jika
kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian
membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per
hari memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun
kedepannya.
2.5 Patofisiologi
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa
darah) diakibatkan karena Produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Insulin– insulin yang diproduksi
sel– sel beta pulau langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa
ke dalam sel . apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi
dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem
vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya
ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk
mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan
(gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi).
Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot,
pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan
secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes
menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama
mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup
aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa
dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya
diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa
keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti
bahwa individu akan mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak
individu yang memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes
sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh
stressor tersebut adalah peningkatan usia, periode perkembangan normal,
perubahan hormonal yang cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan
tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan)
intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai
asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat
yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui.
Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga
kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak
dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada
janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping
beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat
lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini
menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat
sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan
diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi.
Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia
relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu
keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin
juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia.
2.6 Faktor Risiko
Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
a. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
b. Glukosuria dua kali berturut-turut
c. Obesitas
d. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
e. Adanya hidramnion
f. Kelahiran anak sebelumnya besar
g. Umur mulai tua
h. Herediter
Puasa < 95
Jam 1 < 180
Jam 2 < 155
Jam 3 < 140
Tabel 1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association,2005)
Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes
melitus. Tes tersebut dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada
usia kehamilan 34 minggu.
2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk
mencapai 3 maksud utama, yaitu:
1. Menghindari ketosis dan hipoglikemia.
2. Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.
3. Mengoptimalkan gestasi.
3. Obat-obat antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan
kadar darah harus dilakukan lebih sering. Pemberian suntikan insulin merupakan
salah satu pengobatan bagi penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula
darahnya. Beberapa jenis obat-obat untuk penderita DM yang dapat dikonsumsi
dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga saat ini memang tidak
seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat menimbulkan efek yang
merugikan bagi janin yang dikandung. Misalnya menimbulkan cacat bawaan pada
janin. Pada trimester pertama paling sukar dilakukan pengobatan karena adanya
nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan tidak begitu sukar lagi karena
tidak perlu perubahan diet dan dosis antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering
diperlukan lebih banyak antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.
4. Diuretik
Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam.
Jika ini tidak menolong dapat diberikan deuretik.
5. Steroid-steroid seks
Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada
fetus berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis
besar.
6. Penatalaksanaan obstetric
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan
janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung
janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika
memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan
pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran
tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
a. Pengukuran tinggi fundus uteri
b. USG serial
c. Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai
FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin.
d. Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya
makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan
indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea.
e. Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia
kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan
pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
f. Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
g. Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih
dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
h. Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler
dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak
usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya
memerlukan insulin.
i. Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-
plasenta (FDJP).
1. Persalinan dilakukan:
a. Pertahankan sampai aterm dan spontan.
b. Induksi persalinan pada minggu 37-38.
c. Primer seksio sesarea.
2. Penanganan bayi dengan DM:
a. Disamakan dengan bayi prematur.
b. Observasi kemungkinan hipoglisemia.
c. Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli
neonatologi.
2.11 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada
waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200
mg/dl.
c. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
d. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai
GOD.
e. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi
f. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,
HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody)
2.12 Pencegahan
1. Mengurangi makan-makanan manis
2. Menjaga jumlah asupan makanan terutama ketika trisemester ketiga kehamilan
agar berat badan tidak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai
kekurangan makanan
3. Berolahraga dengan teratur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan
hingga sedang sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar
dengan sendirinya.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3. 1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi,
poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poliuri.
5. Psikososial
a. Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
b. Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
c. Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
3.2 Diagnosa
3.3 Perencanaan
3.4 Implementasi
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah
makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
Intervensi
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Timbang berat badan setiap Penambahan berat badan adalah
kunjungan prenatal. kunci petunjuk untuk
memutuskan penyesuaian
b. Kaji masukan kalori dan pola kebutuhan kalori.
makan dalam 24 jam. Membantu dalam mengevaluasi
pemahaman pasien tentang aturan
c. Tinjau ulang dan berikan diet.
informasi mengenai perubahan
yang diperlukan pada Kebutuhan metabolisme dari
penatalaksanaan diabetic. janin dan ibu membutuhkan
perubahan besar selama gestasi
d. Tinjau ulang tentang memerlukan pemantauan ketat
pentingnya makanan yang teratur dan adaptasi.
bila memakai insulin. Makan sedikit dan sering
e. Perhatikan adanya mual dan menghindari hiperglikemia ,
muntah khususnya pada trimester sesudah makan dan kelaparan.
pertama. Mual dan muntah dapat
mengakibatkan defisiensi
karbohidrat yang dapat
mengakibatkan metabolisme
f. Kaji pemahaman stress pada lemak dan terjadinya ketosis.
diabetic.
Stress dapat mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa,
menciptakan fluktuasi kebutuhan
g. Ajarkan pasien tentang metode insulin.
finger stick untuk memantau
glukosa sendiri. Kebutuhan insulin dapat dinilai
berdasarkan temuan glukosa
h. Tinjau ulang dan diskusikan darah serum secara periodik.
tanda gejala serta kepentingan Hipoglikemia dapat terjadi secara
hipo atau hiperglikemia. cepat dan berat pada trimester
pertama karena peningkatan
penggunaan glukosa dan glikogen
oleh ibu dan perkembangan janin.
i. Instruksikan untuk mengatasi Hiperglikemia berefek terjadinya
hipoglikemia asimtomatik. hidramnion.
Pengguanaan jumlah besar
karbohidrat sederhana untuk
j. Anjurkan pemantauan keton mengatasi hipoglikemi
urine. menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
Ketidakcukupan masukan kalori
ditunjukkan dengan ketonuria,
menandakan kebutuhan terhadap
Kolaborasi : peningkatan karbohidrat.
a. Diskusikan tentang dosis ,
jadwal dan tipe insulin.
Pembagian dosis insulin
mempertimbangkan kebutuhan
b. Sesuaikan diet dan regimen basal maternal dan rasio waktu
insulin untuk memenuhi makan.
kebutuhan individu.
Kebutuhan metabolisme prenatal
c. Rujuk pada ahli gizi. berubah selama trimester pertama.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Kaji control diabetik sebelum Pengontrolan secara ketat
konsepsi sebelum konsepsi membantu
menurunkan resiko mortalitas
janin dan abnormal konginental.
3. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan kontrol
diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan
respon imun.
Kriteria evaluasi :
Tetap normotensif.
Mempertahankan normoglikemia.
Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Perhatikan klasifikasi white Klien dengan klasifikasi D, E atau
untuk diabetes. Kaji derajad F adalah berisiko tinggi terhadap
kontrol diabetik. komplikasi kehamilan.
Perubahan vaskuler yang
b. Kaji perdarahan pervaginam dihubungkan dengan diabetes
dan nyeri tekan abdomen. menandakan resiko abrupsi
plasenta.
Kolaborasi :
a. Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan tes stres
kontraksi.
b. Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan ultrasonografi.
c. Pantai kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam, kemudian
setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
d. Observasi frekuensi denyut jantung janin.
Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan variabilitas
menandakan kemungkinan hipoksia janin.
e. Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per parenteral.
Rasional: Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian glukosa sampai
persalinan aktif mulai.
f. Siapkan untuk induksi persalinan dengan oksitosin atau seksio saesar.
g. Kolaborasi dengan tim medis lain sesuai indikasi.
o Peningkatan ketegangan.
o Ketakutan.
o Takut akan konsekuensi tidak spesifik.
o Stimulasi simpatis.
Kriteria evaluasi :
Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan
persalinan.
Menggunakan strategi koping yang tepat.
Intervensi :
Mandiri :
a. Atur keberadaan perawat secara kontinu selama persalinan.
b. Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan penatalaksanaan medis. Kaji
keefektifan sistem pendukung.
c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
d. Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan.
e. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan.
f. Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan keadaan janin.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan
DM gestasional, sedangkan bila DM telah diketahui sebelum hamil, maka
dinamakan DM pregestasi. DM yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat
hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini
dinamakan DM gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan DM belum
juga sembuh, maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi DM.
DM gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi
perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga
perlu diberikan asuhan keperawatan secara professional terhadap ibu hamil dengan
DM, supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak
diinginkan
4.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana
patofiologi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami DM. sehingga bisa
berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ikram, Ainal (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus
Pada Ibu Hamil jilid I. Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
http://sumiatiohorella.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-ibu-hamil-
dengan.html.
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan_4114.html.
http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/diabetes-mellitus-gestasional-
dmg/.
http://octarinimayyasari.blogspot.com/2013/04/diabetes-mellitus-gestasional-
dmg.html.