Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Disusun Oleh : Muthia Ayu Ningtyas (2013730072)

Pembimbing : dr. Camelia Khairun Nissa, Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


BLUD RUMAH SAKIT SEKARWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Ny. Y
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 47 Tahun
4. Alamat : Cibadak, Sukabumi
5. Pekerjaan : IRT
6. Agama : Islam
7. Status : Menikah
8. Tanggal Masuk RS : 4/2/2018
9. Tempat Rawat : Ruangan Aisyah Dalam Lt. 1

B. ANAMNESIS
Anamnesis secara: Autoanamnesis pada tanggal 7 Februari 2018 pukul 12.30
1. Keluhan Utama
Lemas sejak ± 1 bulan SMRS

2. Keluhan Tambahan
Lemas, BAB cair, pusing, nyeri ulu hati, mual.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak ± 1 bulan SMRS. Sejak ± 4 bulan
SMRS pasien mengeluh BAB cair. BAB cair ini dirasakan ± 2 kali sehari. BAB cair
tidak disertai lendir maupun darah. Lemas dirasakan semakin memburuk ± 1 bulan
SMRS. Pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan dikarenakan lidahnya terasa
licin dan sariawan yang ada di sudut bibirnya serta mengalami penurunan berat
badan. Keluhan ini juga disertai dengan mual, nyeri ulu hati, pusing, dan berdebar
sampai akhirnya pasien memutuskan untuk ke rumah sakit. Keluhan demam, batuk,
sesak, dan gangguan BAK disangkal pasien.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

1
Pasien tidak pernah mengalami keluhan ini sebelumnya.. Riwayat diabetes melitus,
penyakit jantung, asma hipertensi dan TB disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal yang serupa dengan pasien.
Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi, namun riwayat diabetes mellitus, sakit
jantung, dan asma pada keluarga disangkal oleh pasien.

6. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya dan tidak sedang mengkonsumsi obat
jangka panjang.

7. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi makanan, obat-obatan, dan debu.

8. Riwayat Psikososial
Pasien sering mengkonsumsi sayur-sayuran seperti lalapan, minum teh dan juga
buah-buahan. Pasien mengaku jarang makan daging. Namun kebiasaan merokok dan
minum alkohol disangakal.

C. PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis E4V5M6


Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Tanda vital : Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat
Pernapasan : 19 x/menit (thorako-abdominal)
Suhu : 36,2 oC

STATUS GENERALIS

a. Kepala :Normosefali, rambut berwarna hitam distribusi merata

2
 Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), RCL +/+, RCTL
+/+, pupil isokor 3mm/3mm
 Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-),
sekret (-/-)
 Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-), sekret (-/-)
 Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), lidah tampak tidak kotor, namun
atrofi papil lidah (+), stomatitis angularis (+)
 Tenggorokan : Arkus faring simetris, hiperemis (-); uvula di tengah, tonsil
T1/T1

b. Pemeriksaan Leher
a) Inspeksi : Tidak terdapat tanda trauma maupun massa
b) Palpasi : Tidak terdapat pembesaran KGB maupun kelenjar tiroid, JVP tidak
meningkat

c. Pemeriksaan Toraks
1. Thorax Depan

a. Inspeksi
Bentuk umum : simetris
Sela Iga : tidak ada pelebaran
Pergerakan : simetris kiri = kanan
Skeletal : tidak ada retraksi
Kulit : tidak ada ulkus
Iktus cordis : tidak terlihat
Tumor : tidak terlihat
b. Palpasi
Kulit : tidak ada kelainan
Muskulator : tidak ada retraksi
Vokal fremitus : kiri = kanan
Mammae : tidak ada retraksi, tidak ada massa
Ictus cordis : - Lokalisasi : ICS 5 linea midclavicular sinistra

3
- Irama : regular
- Thrill : tidak ada
c. Perkusi
Paru : - Kanan : sonor
- Kiri : sonor
- Batas paru hati : ICS 5
- Peranjakan : ICS 1

Jantung : - Batas atas : ICS 2

- Batas kiri : ICS 5 midklavikula sinistra

- Batas kanan : L. parasternal dextra

d. Auskultasi
Paru-paru : Suara pernafasan : Vesicular kanan=kiri
Vokal resonans : kiri=kanan
Suara tambahan : ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : Bunyi jantung : S1& S2 regular tidak ada kelainan

Murmur : tidak ada

Gallop : tidak ada

2. Thorax Belakang :

a. Inspeksi
Bentuk : normal
Pergerakan : simetris
b. Palpasi
Vokal fremitus : kiri=kanan
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi :

Paru : Suara Pernafasan : vesicular

Vokal resonans : normal

Suara tambahan : ronchi (-/-), wheezing (-)

e. Pemeriksaan Abdomen

4
a) Inspeksi : Perut tampak datar, massa (-)
b) Auskultasi : Bising usus (+) normal 27x/mnt
c) Palpasi :
Dinding perut : lembut, supel
Nyeri Tekan : positif di regio epigastric
Hepar
Pembesaran : tidak teraba
Lien
Pembesaran : tidak teraba
Ginjal
Pembesaran : tidak ada
d) Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)

f. Pemeriksaan Ekstremitas

Inspeksi
Bentuk : normal Palmar erythema : negative
Kulit : normal Clubbing finger : negative
Pergerakan : tidak terbatas Edema : -/-
Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis (-/-)
Palpasi
Kulit : akral dingin
Lain-lain : Edema Pitting -/-, CRT <2 detik, sianosis -

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Lab Darah :

HEMATOLOGI KLINIK

Nilai Hasil Hasil


Pemerik-saan
Normal (03/2/18) (06/2/18)
12-14
Hb 4,6 7,7
g/dL
4000-
Leukosit 6.700 6.300
11000
Ht 36-46 % 16 27

5
150.000-
Tromb 746.000 575.000
400.000
Antibody
Lain-lain HIV non
reaktif

KIMIA KLINIK

Hasil
Pemeriksaan Nilai Normal
(04/02/18)
MCV 79-93,3 53,5
MCH 26,7-31,9 15,0
MCHC 32,3-35,9 28,1
Morfologi
Hasil menyusul
darah tepi
Ureum 10-50 24
Kreatinin
0,5-0,9 0,6
serum
Natrium 135-155 143
Kalium 3,6-5,5 3,3

E. RESUME
Perempuan 47 tahun datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak ± 1 bulan SMRS. Sejak
± 4 bulan SMRS pasien mengeluh BAB cair. BAB cair ini dirasakan ± 2 kali sehari.
BAB cair tidak disertai lendir maupun darah. Lemas dirasakan semakin memburuk ± 1
bulan SMRS. Pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan dikarenakan lidahnya terasa
licin dan sariawan yang ada di sudut bibirnya serta mengalami penurunan berat badan.
Keluhan ini juga disertai dengan mual, nyeri ulu hati, pusing, berkunang-kunang dan
berdebar sampai akhirnya pasien memutuskan untuk ke rumah sakit. Keluhan demam,
batuk, sesak, dan gangguan BAK disangkal pasien. Pasien juga mengatakan sering
mengkonsumsi sayur-sayuran seperti lalapan, minum teh dan juga buah-buahan. Pasien
mengaku jarang makan daging.

Dari hasil pemeriksaan fisik pasien dengan kesadaran composmentis, tekanan darah
130/90 dan tanda-tanda vital yang lain dalam batas normal. Pemeriksaan kepala
ditemukan dari konjungtiva terlihat anemis, terdapat atrofi papil lidah(+), dan terdapat
stomatitis angularis(+), dan terdapat nyeri tekan yang positif di regio epigastric.

6
Hasil pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan darah saat datang ke RS diketahui
pada tanggal 3 Februari 2018 Hb dalam keadaan kurang (4,6 g/dL), hematocrit 16%,
trombosit 746000, dan antibody HIV non reaktif. Pada pemeriksaan MCV = 53,5 , MCH
= 15,0 , MCHC= 28,1.

F. DAFTAR MASALAH
1. Anemia defisiensi besi
G. ASSESMENT
Pada kasus ini pasien didiagnosa mengalami anemia defisiensi besi, adapun mengenai
analisis kasusnya adalah seperti berikut:

1. Anemia defisiensi besi


Anemia defisiensi besi ditegakkan atas dasar:
 Anamnesa
- Pasien mengeluhkan sindroma uremikum seperti lemas sejak 1 bulan yang lalu,
disertai rasa berkunang-kunang dan pusing.
- Pasien juga mengatakan sering mengkonsumsi sayur-sayuran seperti lalapan, minum
teh dan juga buah-buahan. Pasien mengaku jarang makan daging.
 Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan kepala ditemukan dari konjungtiva dan mukosa bibir terlihat anemis,
lidah tampak licin (glossitis) (+), dan terdapat sariawan di sudut bibir (stomatitis
angularis) (+),.
 Penunjang
- Tanggal 3 Februari 2018 Hb dalam keadaan kurang (4,6 g/dL), hematocrit 16%,
trombosit 746000, dan antibody HIV non reaktif. Pada pemeriksaan MCV = 53,5 ,
MCH = 15,0 , MCHC= 28,1.
-
H. PENATALAKSANAAN
a. Perencanaan Diagnostik
 Morfologi darah tepi
 Pemeriksaan indeks eritrosit
 Pemeriksaan serum Fe, TIBC, saturasi transferrin
 Pemeriksaan darah lengkap (H2TL, Ur,Cr,GDS)
 EKG

7
b. Non – medikamentosa
 Konsumsi daging
 Bed rest

c. Medikamentosa
 IVFD RL 1000 cc/24 jam
 Metronidazole 3x500 mg IV
 Attapulgit 2 tab/ BAB cair
 Omeprazole 1x40 mg IV
 Sangabion 1x1 tab
 KSR 1x600 mg
 Tranfusi PRC sampai Hb ≥ 8
 Ferrous sulfat oral 3x200 mg selama 3-6 bulan

I. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

8
TINJAUAN PUSTAKA

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan
besi untuk eritropoietik , karena cadangan besi kosong, sehingga pembentukan hemoglobin
berkurang. Berbeda dengan anemia akibat penyakit kronik, berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoietik terjadi akibat pelepasan besi dari system retikuloendotelial yang
berkurang, sementara cadangan besi normal. Namun, kedua jenis anemia ini merupakan
anemia dengan gangguan metabolisme besi.

Epidemiologi :

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling banyak diderita
oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. Sebanyak 16-50 % laki-laki
dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing
tambang (54%) dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita
ADB dengan penyebab terbanyak menorraghia (33%) , hemoroid (17%) dan infeksi cacing
tambang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB.

Etiologi

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan
absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan kronik :

1. Faktor nutrisi
 kurangnya jumlah besi atau bioavailabilitas ( kualitas ) besi dalam asupan makanan
misalnya ; makanan banyak serta, rendah daging, rendah vitamin C.

2. Kebutuhan besi meningkat


 prematuritas, anak dalam masa petumbuhan dan kehamilan

3. Gangguan absorbsi besi

9
 gastrektomi, colitis kronik

4. Perdarahan kronik
 saluran cerna ; tukak peptic, konsumsi NSAID, salisilat, kanker kolon, kanker
lambung, divertikulosis, infeksi cacing tambang, hemoroid

 saluran genitalia wanita ; menoraghia, mtroraghia

 saluran kemih ; hematuria

 saluran nafas ; hemoptoe

Metabolisme Besi

10
Patogenesis dan Patofisiologi :

Perubahan Fungsional Anemia

feritin serum
Iron Depleted Stated pengecatan besi pada
Cadangan besi menurun namun, sumsum tulang negatif
eritropoietik belum terganggu absorbsi besi melalui usus

Iron Deficient Eritropoietic


Cadangan besi kosong dan Free protophorfirin
eritropoietik terganggu namun, TIBC
gejala anemia belum manifes

Iron Deficiency Anemia Anemia hipokrom


Eritropoietik sangat terganggu, mikrositer
kadar Hb menurun sehingga gejala Gejala klinik anemia
anemia bermanifes

Anemia
Defisiensi Besi

Perubahan Fungsional Non-Anemia

Sistem Neuromuskuler
Fe mioglobin, enzim sitokrom, gliserofosfat gangguan gilkolisis
asam laktat kelelahan otot

Gangguan mental dan kecerdasan


Fe gangguan enzim aldehidoksidase & enzim
monoaminooksidase serotonin & katekolamin di otak

Gangguan imunitas dan ketahanan terhadap infeksi


Fe enzim untuk sintesis DNA dan enzim mieloperoksidase
netrofil imunitas seluler

Gangguan terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung


Fe angka kematian maternal, gangguan partus, risiko
prematuritas, morbiditas & mortalitas fetus

11
Manifestasi Klinik :

 Gejala umum anemia


o Gejala ini baru akan timbul apabila terjadi penurunan kadar hemoglobin
hingga 7-8 gr/dl
o Lemah, lesu, lelah, mata berkunang-kunang dan telinga berdenging
 Gejala khas defisiensi besi
o Koilonichya (spoon nail) yaitu kuku yang cekung seperti sendok, memiliki
garis-garis vertikal dan rapuh
o Atrofi papil lidah sehingga permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap
o Stomatitis angularis (cheilosis) yaitu adanya radang pada sudut mulut berupa
bercak keputihan
o Disfagia
o Atrofi mukosa gaster
o Pica ; keinginan makan makanan yang tidak lazim seperti tanah liat, lem dll
 Gejala penyakit dasar
o Gejala tergantung penyebab dasar yang menimbulkan anemia
o Pada infeksi cacing tambang terdapat gejala dispepsia, parotis yang
membengkak dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami
o Anemia akibat kanker kolon dapat disertai oleh gangguan BAB

Penegakan Diagnosis

Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi, yaitu :

1. Penentuan adanya anemia


Anemia secara klinis dapat memberikan beberapa gambaran, yang disebut sebagai
sindroma anemia yakni badan lemah, letih, leu, cepat lelah, mata berkunang-kunang,
telinga sering berdenging. Namun, biasanya, gejala simptomatis ini ditemukan apabila
kadar Hb < 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik ditemukan anemis pada konjutiva dan
jaringan bawah kuku.

12
Berdasarkan kadar hemoglobin, kriteria anemia menurut WHO ( Hoffbrand AV,
2001) :

Kelompok Kriteria anemia ( Hb)

Laki-laki dewasa < 13 g/dl

Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl

Wanita dewasa hamil < 11 g/dl

2. Penentuan defisiensi besi sebagai penyebab anemia


Manifestasi klinis yang khas untuk anemia defisiensi besi adalah ;

 Atrofi papil lidah ; permukaan lidah licin, mengkilap karena papil lidah hilang
 Stomatitis angularis ; radang pada sudut mulut
 Disfagia akibat kerusakan epitel hipofaring
 Koilonichya ; kuku sendok ( spoon nail ), kuku rapuh, bergaris-garis vertical
dan menjadi cekung sehingga mirip sendok
 Atrofi mukosa gaster
 Pica ; makan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, lem dll

Secara laboratorium, untuk menegakan diagnosis defisiensi besi ( modifikasi kriteri


Kerlin, et al ) yaitu :

Anemia hipokrom mikrositik pada apusan darah tepi , atau MCV < 80 fl, dan
MCHC < 31 % dengan salah satu dari criteria berikut :

 2 dari 3 parameter berikut :


 Besi serum < 50 mg/dl
 TIBC > 350 mg/dl
 Saturasi transferin < 15 %
 Feritin serum < 20 mg/l
 Pengecatan besi sumsum tulang negative
 Pemberian SF 3 x 200 mg/hari selama 4 minggu dapat meningkatkan kadar Hb
> 2 gr.dl

13
3. Penentuan penyebab dasar timbulnya anemia defisiensi besi
Gejala klinis tergantung pada penyeakit dasar yang menyertai. Pada anemia yang
disebabkan oleh penyakit cacing tambang, ditemukan dyspepsia, parotis
membengkak, dan kulit telapak tangan kuning seperti jerami. Apada anemia akibat
perdarahan kronik akibat kanker kolon akan ditemukan keluhan BAB . Apabila
dicurigai penyakit cacing tambang, dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur
cacing. Pada kecurigaan perdarahn sementara tidak ditemukan perdarahan nyata,
maka dapat dilakukan tes darah samar ( occult blood test ) pada feses, dapat juga
dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah jika ada indikasi.

Terapi

1. Memberikan diet kaya kalori, protein dan zat besi


2. Memberikan preparat besi
 Preparat besi oral:
- sulfas ferrosus 3 x 200 mg

- Ferrous fumarat 4 x 1 tab dan ferrous glukonat 3 x 1

14
Pemberian preparat besi ini dilanjutkan 3-6 bulan. Obat ini aman digunakan,
hanya kadang-kadang dapat memberikan efek samping berupa nyeri epigastrium,
konstipasi dan diare, maka dapat diberikan saat perut kosong.

 Pemberian preparat besi parentaral


Hanya dianjurkan pada penderita yang mengalami intoleransi gastrointestinal
berupa mual muntah. Preparat besi parenteral yang lazim digunakan adalah interferon,
jectofer, venofer.

3. Mengatasi penyebabnya.

15

Anda mungkin juga menyukai