LAPORAN KASUS Anemia Defisiensi FE
LAPORAN KASUS Anemia Defisiensi FE
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Ny. Y
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 47 Tahun
4. Alamat : Cibadak, Sukabumi
5. Pekerjaan : IRT
6. Agama : Islam
7. Status : Menikah
8. Tanggal Masuk RS : 4/2/2018
9. Tempat Rawat : Ruangan Aisyah Dalam Lt. 1
B. ANAMNESIS
Anamnesis secara: Autoanamnesis pada tanggal 7 Februari 2018 pukul 12.30
1. Keluhan Utama
Lemas sejak ± 1 bulan SMRS
2. Keluhan Tambahan
Lemas, BAB cair, pusing, nyeri ulu hati, mual.
1
Pasien tidak pernah mengalami keluhan ini sebelumnya.. Riwayat diabetes melitus,
penyakit jantung, asma hipertensi dan TB disangkal.
6. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya dan tidak sedang mengkonsumsi obat
jangka panjang.
7. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi makanan, obat-obatan, dan debu.
8. Riwayat Psikososial
Pasien sering mengkonsumsi sayur-sayuran seperti lalapan, minum teh dan juga
buah-buahan. Pasien mengaku jarang makan daging. Namun kebiasaan merokok dan
minum alkohol disangakal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
STATUS GENERALIS
2
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), RCL +/+, RCTL
+/+, pupil isokor 3mm/3mm
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-),
sekret (-/-)
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), lidah tampak tidak kotor, namun
atrofi papil lidah (+), stomatitis angularis (+)
Tenggorokan : Arkus faring simetris, hiperemis (-); uvula di tengah, tonsil
T1/T1
b. Pemeriksaan Leher
a) Inspeksi : Tidak terdapat tanda trauma maupun massa
b) Palpasi : Tidak terdapat pembesaran KGB maupun kelenjar tiroid, JVP tidak
meningkat
c. Pemeriksaan Toraks
1. Thorax Depan
a. Inspeksi
Bentuk umum : simetris
Sela Iga : tidak ada pelebaran
Pergerakan : simetris kiri = kanan
Skeletal : tidak ada retraksi
Kulit : tidak ada ulkus
Iktus cordis : tidak terlihat
Tumor : tidak terlihat
b. Palpasi
Kulit : tidak ada kelainan
Muskulator : tidak ada retraksi
Vokal fremitus : kiri = kanan
Mammae : tidak ada retraksi, tidak ada massa
Ictus cordis : - Lokalisasi : ICS 5 linea midclavicular sinistra
3
- Irama : regular
- Thrill : tidak ada
c. Perkusi
Paru : - Kanan : sonor
- Kiri : sonor
- Batas paru hati : ICS 5
- Peranjakan : ICS 1
d. Auskultasi
Paru-paru : Suara pernafasan : Vesicular kanan=kiri
Vokal resonans : kiri=kanan
Suara tambahan : ronchi (-/-), wheezing (-/-)
2. Thorax Belakang :
a. Inspeksi
Bentuk : normal
Pergerakan : simetris
b. Palpasi
Vokal fremitus : kiri=kanan
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi :
e. Pemeriksaan Abdomen
4
a) Inspeksi : Perut tampak datar, massa (-)
b) Auskultasi : Bising usus (+) normal 27x/mnt
c) Palpasi :
Dinding perut : lembut, supel
Nyeri Tekan : positif di regio epigastric
Hepar
Pembesaran : tidak teraba
Lien
Pembesaran : tidak teraba
Ginjal
Pembesaran : tidak ada
d) Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
f. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi
Bentuk : normal Palmar erythema : negative
Kulit : normal Clubbing finger : negative
Pergerakan : tidak terbatas Edema : -/-
Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis (-/-)
Palpasi
Kulit : akral dingin
Lain-lain : Edema Pitting -/-, CRT <2 detik, sianosis -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI KLINIK
5
150.000-
Tromb 746.000 575.000
400.000
Antibody
Lain-lain HIV non
reaktif
KIMIA KLINIK
Hasil
Pemeriksaan Nilai Normal
(04/02/18)
MCV 79-93,3 53,5
MCH 26,7-31,9 15,0
MCHC 32,3-35,9 28,1
Morfologi
Hasil menyusul
darah tepi
Ureum 10-50 24
Kreatinin
0,5-0,9 0,6
serum
Natrium 135-155 143
Kalium 3,6-5,5 3,3
E. RESUME
Perempuan 47 tahun datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak ± 1 bulan SMRS. Sejak
± 4 bulan SMRS pasien mengeluh BAB cair. BAB cair ini dirasakan ± 2 kali sehari.
BAB cair tidak disertai lendir maupun darah. Lemas dirasakan semakin memburuk ± 1
bulan SMRS. Pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan dikarenakan lidahnya terasa
licin dan sariawan yang ada di sudut bibirnya serta mengalami penurunan berat badan.
Keluhan ini juga disertai dengan mual, nyeri ulu hati, pusing, berkunang-kunang dan
berdebar sampai akhirnya pasien memutuskan untuk ke rumah sakit. Keluhan demam,
batuk, sesak, dan gangguan BAK disangkal pasien. Pasien juga mengatakan sering
mengkonsumsi sayur-sayuran seperti lalapan, minum teh dan juga buah-buahan. Pasien
mengaku jarang makan daging.
Dari hasil pemeriksaan fisik pasien dengan kesadaran composmentis, tekanan darah
130/90 dan tanda-tanda vital yang lain dalam batas normal. Pemeriksaan kepala
ditemukan dari konjungtiva terlihat anemis, terdapat atrofi papil lidah(+), dan terdapat
stomatitis angularis(+), dan terdapat nyeri tekan yang positif di regio epigastric.
6
Hasil pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan darah saat datang ke RS diketahui
pada tanggal 3 Februari 2018 Hb dalam keadaan kurang (4,6 g/dL), hematocrit 16%,
trombosit 746000, dan antibody HIV non reaktif. Pada pemeriksaan MCV = 53,5 , MCH
= 15,0 , MCHC= 28,1.
F. DAFTAR MASALAH
1. Anemia defisiensi besi
G. ASSESMENT
Pada kasus ini pasien didiagnosa mengalami anemia defisiensi besi, adapun mengenai
analisis kasusnya adalah seperti berikut:
7
b. Non – medikamentosa
Konsumsi daging
Bed rest
c. Medikamentosa
IVFD RL 1000 cc/24 jam
Metronidazole 3x500 mg IV
Attapulgit 2 tab/ BAB cair
Omeprazole 1x40 mg IV
Sangabion 1x1 tab
KSR 1x600 mg
Tranfusi PRC sampai Hb ≥ 8
Ferrous sulfat oral 3x200 mg selama 3-6 bulan
I. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
8
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan
besi untuk eritropoietik , karena cadangan besi kosong, sehingga pembentukan hemoglobin
berkurang. Berbeda dengan anemia akibat penyakit kronik, berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoietik terjadi akibat pelepasan besi dari system retikuloendotelial yang
berkurang, sementara cadangan besi normal. Namun, kedua jenis anemia ini merupakan
anemia dengan gangguan metabolisme besi.
Epidemiologi :
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling banyak diderita
oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. Sebanyak 16-50 % laki-laki
dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing
tambang (54%) dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita
ADB dengan penyebab terbanyak menorraghia (33%) , hemoroid (17%) dan infeksi cacing
tambang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB.
Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan
absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan kronik :
1. Faktor nutrisi
kurangnya jumlah besi atau bioavailabilitas ( kualitas ) besi dalam asupan makanan
misalnya ; makanan banyak serta, rendah daging, rendah vitamin C.
9
gastrektomi, colitis kronik
4. Perdarahan kronik
saluran cerna ; tukak peptic, konsumsi NSAID, salisilat, kanker kolon, kanker
lambung, divertikulosis, infeksi cacing tambang, hemoroid
Metabolisme Besi
10
Patogenesis dan Patofisiologi :
feritin serum
Iron Depleted Stated pengecatan besi pada
Cadangan besi menurun namun, sumsum tulang negatif
eritropoietik belum terganggu absorbsi besi melalui usus
Anemia
Defisiensi Besi
Sistem Neuromuskuler
Fe mioglobin, enzim sitokrom, gliserofosfat gangguan gilkolisis
asam laktat kelelahan otot
11
Manifestasi Klinik :
Penegakan Diagnosis
12
Berdasarkan kadar hemoglobin, kriteria anemia menurut WHO ( Hoffbrand AV,
2001) :
Atrofi papil lidah ; permukaan lidah licin, mengkilap karena papil lidah hilang
Stomatitis angularis ; radang pada sudut mulut
Disfagia akibat kerusakan epitel hipofaring
Koilonichya ; kuku sendok ( spoon nail ), kuku rapuh, bergaris-garis vertical
dan menjadi cekung sehingga mirip sendok
Atrofi mukosa gaster
Pica ; makan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, lem dll
Anemia hipokrom mikrositik pada apusan darah tepi , atau MCV < 80 fl, dan
MCHC < 31 % dengan salah satu dari criteria berikut :
13
3. Penentuan penyebab dasar timbulnya anemia defisiensi besi
Gejala klinis tergantung pada penyeakit dasar yang menyertai. Pada anemia yang
disebabkan oleh penyakit cacing tambang, ditemukan dyspepsia, parotis
membengkak, dan kulit telapak tangan kuning seperti jerami. Apada anemia akibat
perdarahan kronik akibat kanker kolon akan ditemukan keluhan BAB . Apabila
dicurigai penyakit cacing tambang, dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur
cacing. Pada kecurigaan perdarahn sementara tidak ditemukan perdarahan nyata,
maka dapat dilakukan tes darah samar ( occult blood test ) pada feses, dapat juga
dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah jika ada indikasi.
Terapi
14
Pemberian preparat besi ini dilanjutkan 3-6 bulan. Obat ini aman digunakan,
hanya kadang-kadang dapat memberikan efek samping berupa nyeri epigastrium,
konstipasi dan diare, maka dapat diberikan saat perut kosong.
3. Mengatasi penyebabnya.
15