Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS VEKTOR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Vektor


Dosen Pengampu:
Nur Indah Rahmawati, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 6
NAMA NPM
1. Candra Rafi Fakhrudin (1801041008)
2. Linda Zuliana (1801040012)
3. Novita Rismawati (1801041028)
4. Ulfi Fitriani (1801040031)
5 Widanti Elbas (1801041039)

KELAS B

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)


JURUSAN TADRIS PENDIDIKAN MATEMATIKA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO
T.P. 2019/2020
KATA PENGANTAR

1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Analisis Vektor tentang vektor dan skalar.
    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
   Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang vektor dan skalar ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

                                                                                     Metro, 15 Februari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Vektor dan Skalar.........................................................................6


B. Sifat-Sifat Vektor...........................................................................................9
C. Cara Menuliskan Notasi Vektor.....................................................................10
D. Macam-Macam Vektor..................................................................................10
E. Jenis-Jenis Vektor..........................................................................................11
F. Operasi Penjumlahan Vektor.........................................................................11
G. Operasi Pengurangan Vektor.........................................................................14
H. Operasi Perkalian Vektor...............................................................................16
I. Sistem Koordinat............................................................................................27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................38
B. Saran...............................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Besaran dalam fisika ada dua macam yakni besaran pokok dan besaran turuna.
Besaran turunan tersebut nanti akan terdapat besaran yang berupa besaran vekor dan
besaran skalar. Besaran pokok biasanya termasuk besaran skalar. Besaran vektor
adalah besaran dalam fisika yang memiliki besar dan arah. Jadi dalam
mengungkapkan besaran ini tidak cukup hanya besarnya saja, tetapi perlu
menyebutkan arahnya kemana. Karena arah berbeda dengan besar yang sama akan
berbeda hasilnya jika sudah masuk dalam perhitungan. Contoh besaran ini adalah
kecepatan, perpindahan, momentum, percepatan, luasan, kuat medan magnet, kuat
medan listrik.
Besaran skalar adalah besaran yang cukup dinyatakan dengan besarnya saja
tanpa mempedulikan arahnya. Contoh besaran berikut : jarak, kelajuan, energi, usaha,
tekanan, massa, waktu, kuat arus listrik dll. Melalui Fisika, manusia dapat
menjelaskan berbagai gejala alam, maupun dapat memperkirakan gejala alam yang
akan terjadi. Manusia juga dapat mendefinisikan gejala-gejala alam. Fisika memiliki
keterkaitan dengan matematika, hal ini karena matematika mampu menyediakan
kerangka logika dimana hukum - hukum fisika dapat diformulasikan secara tepat.
Vektor dan skalar merupakan pengetahuan fisika yang berkaitan dengan matematika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang diketahui tentang Pengertian Vektor dan Skalar
2. Apa yang diketahui tentang Sifat-Sifat Vektor
3. Apa yang diketahui tentang Cara Menuliskan Notasi Vektor
4. Apa yang diketahui tentang Macam-Macam Vektor
5. Apa yang diketahui tentang Jenis-Jenis Vektor
6. Apa yang diketahui tentang Operasi Penjumlahan Vektor
7. Apa yang diketahui tentang Operasi Pengurangan Vektor
8. Apa yang diketahui tentang Operasi Perkalian Vektor
9. Apa yang diketahui tentang Sistem Koordinat

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Vektor dan Skalar
2. Untuk mengetahui tentang Sifat-Sifat Vektor
3. Untuk mengetahui tentang Cara Menuliskan Notasi Vektor
4. Untuk mengetahui tentang Macam-Macam Vektor
5. Untuk mengetahui tentang Jenis-Jenis Vektor
6. Untuk mengetahui tentang Operasi Penjumlahan Vektor
7. Untuk mengetahui tentang Operasi Pengurangan Vektor
8. Untuk mengetahui tentang Operasi Perkalian Vektor
9. Untuk mengetahui tentang Sistem Koordinat

BAB II
PEMBAHASAN

5
Pada tahun 1827 Mobius mempublikasikan Der Barycentrische Calcul,
sebuah buku geometri yang mengkaji transformasi garis dan irisan kerucut. Fitur baru
dalam hasil karya ini adalah pengenalan koordinat barycentric. Diberikan sembarang
segitiga ABC maka jika garis berat a, b, dan c berturut-turut dilukis pada A, B, dan C
maka dapat ditentukan sebuah titik P, yaitu titik berat segitiga. Mobius
memperlihatkan bahwa setiap titik P pada bidang datar ditentukan oleh koordinat
homogen [a,b,c]. Garis – garis berat yang diperlukan diletakkan pada A,B, dan C
untuk menentukan titik berat P. Yang terpenting disini adalah pandangan Mobius
tentang besaran berarah, sebuah pemunculan awal mengenai konsep vektor.
Pada tahun 1837 Mobius mempublikasikan buku tentang statika di mana ia
secara gamblang menyatakan idenya tentang penyelesaian masalah besaran vektor
bersama dengan dua sumbu koordinat. Di antara dua hasil karya Monius ini, sebuah
karya tentang geometri oleh Bellavitis dipublikasikan tahun 1832 yang juga
membahas besaran yang merupakan vektor. Objek dasarnya adalah segmen garis AB
dan ia memandang AB dan BA sebagai dua objek yang berbeda. Ia mendefinisikan
dua segmen garis sebagai ‘equipollent’ jika keduanya sama panjang. Dalam notasi
modern, dua segmen garis adalah equipollent jika keduanya mewakili dua vektor
yang sama.

A. Pengertian Vektor dan Skalar


1. Pengertian vektor
Vektor didefinisikan secara lengkap apabila kita mengetahui bukan saja nilainya
(dengan satuan) tetapi juga arah kemana vektor itu beroperasi. Vektor juga dapat
diartikan sebagai bilangan yang memiliki nialai satuan dan memiliki arah. Vektor
digambarkan sebagai panah dengan yang menunjukkan arah vektor dan panjang
garisnya disebut besar vektor. Dalam penulisannya, jika vektor berawal dari titik A
dan berakhir di titik B bisa ditulis dengan sebuah huruf kecil yang diatasnya ada
tanda garis atau panah seperti ⃗v atau juga ⃗
AB.
Misalkan vektor  merupakan vektor yang berawal dari titik   menuju

titik   dapat digambarkan koordinat cartesius dibawah. Panjang garis sejajar

6
sumbu x adalah   dan panjang garis sejajar sumbu y adalah   
merupakan komponen-komponen vektor  . Vektor dapat direpresentasikan secara
grafis, dengan garis yang ditarik sedemikian sehingga:Panjang garis menandakan
besar vektor.Arah garis (ditunjukkan dengan mata panah) menandakan arah vektor.
Contoh vektor: gaya, kecepatan, percepatan. Berikut ini merupakan gambar dari
vektor.

https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/9878/Vektor-Contoh-Soal-dan-Pembahasannya

Besaran vektor, bagaimanapun, merujuk kepada kedua arah gerakan media


serta pengukuran kuantitas skalar. Kenaikan / Penurunan Suhu – Pengukuran suhu
adalah besaran skalar, pengukuran kenaikan atau penurunan suhu media itu adalah
besaran vektor. Kecepatan, percepatan, Gaya – Pengukuran tingkat di mana obyek
mengalami perubahan posisi adalah besaran vektor. Sebagai contoh: Jika seseorang
dengan cepat bergerak satu langkah ke depan dan kemudian satu langkah mundur di
sana pasti akan banyak kegiatan, tetapi, akan ada “kecepatan nol.” Dalam rangka
untuk mengukur besaran vektor dari media, harus ada: Sebuah pengukuran arah
diterapkan pada besaran skalar.
Sebagai contoh Terlepas dari seberapa cepat sebuah objek akan bergerak, arah
gerakan harus dijelaskan dalam vektor kecepatan seperti “sebelah kanan” atau “ke

7
depan.” Sebuah titik acuan awal untuk pengukuran arah dalam rangka memberikan
elemen arah dari besaran vektor. Titik awal Anda bisa berpusat di kuadran utara,
selatan, timur dan barat sehingga kuantitas vektor dapat diterapkan untuk gerakan
media itu. Sebagai contoh: Untuk menggambarkan kecepatan mobil ini Anda harus
menyatakan sebagai 70 mil per jam, ke selatan.

2. Pengertian skalar
Besaran skalar merupakan besaran yang memiliki nilai tunggal dengan
satuannya tidak memiliki arah.1
Contoh dari besaran skalar adalah:
a. Muatan Listrik
b. Jarak
c. Energi
d. Massa
e. Daya
f. Kelajuan
g. Suhu
h. Waktu
i. Volume
j. Usaha

Besaran skalar, seperti disebutkan di atas, adalah pengukuran yang ketat


mengacu pada besarnya. Sama sekali tidak ada komponen arah dalam besaran scalar,
hanya besarnya dari media. Waktu, besaran skalar sering merujuk ke waktu,
pengukuran tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, detik, dan bahkan milidetik.

1
Bakhrul Rizky Kurniawan, Diana Eka Saputri2, Muhammad Ibnu Shoiqin,
“Analisis Pemahaman Konsep Mahasiswa pada Topik Vektor”, Efektor, Vol. 6, no.2,
2019, hal.107.

8
Volume, besaran skalar dapat mengacu pada volume medium, seperti
berapa banyak media yang hadir. Segala sesuatu dari ton ke ons sampai gram,
mililiter dan mikrogram semua adalah besaran skalar, selama mereka diterapkan pada
media yang diukur dan bukan gerakan medium.
Kelajuan dan suhu, keduanya umum digunakan dalam perhitungan besaran
skalar fisik kelajuan dan suhu. Selama mereka tidak terkait dengan arah gerakan,
mereka tetap besaran skalar. Misalnya, pengukuran kelajuan dalam mil atau kilometer
per jam atau pengukuran suhu media keduanya tetap besaran skalar asalkan mereka
tidak terkait dengan arah perjalanan media ini.
Dapat disimpulakan bahwasannya perbedaan vektor dan skalar yaitu;
Skalar adalah besaran yang sepenuhnya dijelaskan oleh besarnya (atau nilai numerik)
saja. Sedangkan vektor adalah besaran yang sepenuhnya dijelaskan oleh besarnya dan
arah.

B. Sifat-Sifat Vektor
Vektor mempunyai atau memiliki sifat-sifat antara lain ialah sebagai berikut :
1. Dapat dipindahkan dengan syarat nilai atau besar serta arahnya itu tidak
berubah
2. Dapat dijumlahkan
3. Dapat dikurangkan
4. Dapat diuraikan
5. Dapat dikalikan

C. Cara Menuliskan Notasi Vektor


Berikut ini adalah cara menuliskan notasi vektor. Bentuk penulisan simbol
vektor dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:

9
1. Disimbolkan dengan 2 huruf besar. Kemudian diberi tanda anak panah diatasnya.
2. Disimbolkan dengan 2 huruf besar yang penulisannya ditebalkan.

D. Macam-Macam Vektor
Macam-Macam Vektor di dalam ilmu fisika, ada dua macam, yaitu vektor
sejajar serta juga vektor berlawanan. Perhatikan gambar berikut ini untuk melihat
macam-macam vektor :

1. Vektor sejajar adalah dua vektor atau lebih yang memiliki arah serta juga besar yang
sama
2. Vektor berlawanan adalah dua atau lebih vektor yang memiliki besar yang sama
namun arahnya berlawanan

E. Jenis-Jenis Vektor
Terdapat beberapa jenis dari vektor khusus yang ada dalam matematika antara
lain:
1. Vektor Posisi. Sebuah vektor yang letak dari titik awalnya di titik 0 (0,0) serta titik
ujungnya berada di A (a 1, a 2 ). Vektor posisi (r) menyatakan posisi suatu objek yang
dinyatakan kedalam nilai, biasanya berupa bilangan terurut yang disertai huruf i, j, k,
dan seterusnya. Vektor posisi juga dapat diartikan sebagai penanda dari satu titik ke
titik lain. Misalnya titik A berada pada koordinat (4,2) maka vektor posisi A dapat
dituliskan sebagai A = 4i + 2j.
2. Vektor Nol. Sebuah vektor yang di mana panjangnya nol serta dinotasikan dengan .
Vektor nol tidak mempunyai arah vektor yang jelas.

10
3. Vektor satuan. Suatu vektor yang memiliki panjangnya satu satuan. Vektor satuan

⃗v 1 v1
dari ⃗v yaitu u⃗ = ⃗ = ⃗
¿ v∨¿ ¿ ¿ v∨¿ ¿ v 2 ()
4. Vektor basis. Vektor basis adalah suatu vektor satuan yang saling tegak lurus. Dalam
vektor ruang dua dimensi (R2) memiliki dua vektor basis yakni i⃗ = (1,0) dan ⃗j = (0,1).
Sementara dalam tiga dimensi (R3) mempunyai tiga vektor basis yakni ⃗I = (1, 0, 0), ⃗J
K = (0, 0, 1).
= ( 0, 1, 0) dan juga ⃗

F. Operasi Penjumlahan Vektor


Dalam operasi penjumlahan vektor, cara menjumlahkan vector dapat
dilakukan secara geometri dan aljabar. Secara geometri ada beberapa metode yang
dapat digunakan dalam melakukan operasi penjumlahan vector secara geometri yaitu;
aturan segitiga, aturan jajargenjang dan aturan polygon.

1. Penjumlahan vektor dengan aturan segitiga


Penjumlahan dua vektor dengan aturan segitiga melibatkan tiga vektor, dalam
penjumlahan dengan aturan segitiga ketiga vektor membentuk sebuah bentuk
segitiga. Vektor pertama adalah a⃗ , vektor kedua adalah vektor b⃗ dan vektor ketiga
merupakan resultan kedua vektor ( penjumlahan kedua vektor a⃗ dan b⃗ . Dalam cara
ini, titik pangkal vektor b⃗ berimpit ruas dengan titik ujung vektor a⃗ . Jumlah vektor a⃗
dan b⃗ didapat dengan menarik ruas garis dari titik pangkal vektor a⃗ ke titik ujung
vektor b⃗ . Ruas garis ini diwakili oleh vektor c⃗ . Maka a⃗ +b⃗ =⃗c

2. Penjumlahan vector dengan aturan jajargenjang


Seperti halnya penjumlahan dua vector dengan aturan segitiga, penjumlahan dua
vector dengan aturan jajargenjang juga melibatkan tiga vektor, yaitu vektor pertama a⃗
, vector kedua b⃗ dan vector ketiga merupakan resultan kedua vektor
(penjumlahan kedua vektor a⃗ dan b⃗ . Jika pada penjumlahan vektor dengan segitiga
membentuk bangun segitiga , maka tidak pada penjumlahan vektor dengan cara

11
jajargenjang. Ketiga vektor pada penjumlahan vektor dengan aturan jajargenjang
akan membentuk bangun jajargenjang jika ujung – ujung ketiga vector dihubungkan
dengan garis bantu. Misalkan vector a⃗ mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal
A ke titik B dan vector b⃗ mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal C ke titik D.
Dalam cara jajargenjang, titik pangkal vector a⃗ berimpit dengan titik pangkal vector b⃗
, yaitu A¿ C
Dengan membuat jajargenjang ABED, akan diperoleh,
AB + ⃗
⃗ AD AB + ⃗
=⃗ BE AD = ⃗
(Oleh karena ⃗ BE)
AE
=⃗ (Gunakan cara segitiga)
AB = a, ⃗
Oleh karena ⃗ AD = b, dan ⃗
AE = c, maka a + b = c2

3. Penjumlahan vetor dengan aturan polygon


Penjumlahan dengan aturan polygon digunakan untuk penjumlahan vector yang
terdiri dari lebih dua vector.
Secara aljabar operasi penjumlahan vector dapat diselsaikan dengan cara
berikut, misal diketahui dua buah vector pada dimensi 2 R2dinyatakan dalam arah
a⃗ =¿, b 1) dan b⃗ ¿ ¿,b 2). Maka arah vector untuk penjumlahan dua vector dinyatakan
dengan rumus berikut.
a b a +¿ b 1
( )( ) (
a⃗ + ⃗b= 1 + 1 = 1
a 2 b2 a2 +¿ b 2 )
Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan
a⃗ + ⃗b ¿( a1 ,a 2)+(b 1 , b2)¿ ¿, a 2+b 2)

Misal diketahui dua buah vector pada dimensi 3 R3 dinyatakan dengan rumus
berikut.

2
Pesta E.S dan Cecep Anwar H.F.S, Matematika Aplikasi : Untuk SMA dan MA kelas XII progam
studi Ilmu Alam, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), Hlm 101

12
a1 + ¿ b1

( )
a⃗ + ⃗b=¿+b 1, a 2+ b 2, a 3+ b 3) ¿ a2 +¿ b 2
a3 +¿ b 3

Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan


a⃗ + ⃗b ¿ ¿ ) + (b 1 , b2, b 3 ¿=¿, a 2+b 2 , a 3 + b 3)

 Berikut ini rumus untuk menentukan panjang hasil penjumlahan dua ve ktor antara
a⃗ ¿ a1 + a 2 dan b⃗ ¿ b1 + b 2
i j i j

1. a⃗ ¿ a1 + a 2
i j

2. b⃗ ¿ b1 + b 2
i j

3. a⃗ + b⃗ ¿ ¿ + b 1)i + ¿ + b 2)j
4. |a⃗ + ⃗b| ¿ √|⃗a|2 + |b⃗|2+ 2|a⃗||⃗b|cos α

 Sifat Penjumlahan
1. Komutatif : a⃗ + b⃗ =⃗b + a⃗
2. Asosiatif : (⃗a + b⃗ )+⃗c ¿ a⃗ + (b⃗ + c⃗ )
3. a⃗ + 0⃗ =⃗0 + a⃗ ¿ a⃗ adalah vector 0
4. Untuk setiap vektor a⃗ terdapat vektor –(⃗a ) sehingga a⃗ + (-⃗a ) ¿ ⃗0

 Contoh Soal
1. Diketahui a⃗ = (0, -2, -1), b⃗ =(2, 3, 4), c⃗ = (-3, 0, 3), tentukan:
a) b⃗ + c⃗
b) a⃗ + 0
c) a⃗ + (b⃗ + c⃗ )3

Pembahasan:
a) b⃗ + c⃗ = (2, 3, 4) + (-3, 0, 3) = (2 + (-3), 3 + 0, 4 + 3) = (-1, 3, 7)
b) a⃗ + 0 = (0, -2, -1) + (0, 0, 0) = (0 + 0, -2 + 0, -1 + 0) = a⃗ Jadi, a⃗ + 0 = a⃗
3
Pesta E.S dan Cecep Anwar H.F.S, Matematika Aplikasi : Untuk SMA dan MA kelas XII progam
studi Ilmu Alam, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), Hlm 103

13
c) a⃗ + (b⃗ + c⃗ ) = (0, -2, -1) + (-1, 3, 7) = (0 + (-1), -2 + 3, -1 + 7) = (-1, 1, 6)
Jadi, a⃗ + (b⃗ + c⃗ ) = (-1, 1, 6)

´ + CD
2. Diketahui titik A (8, 1), B (4, 4), C (-2, 2) dan D (-4, -3). Tentukan AB ´ !

Pembahasan AB = b⃗ - a⃗
:⃗ ( 44) - (81)
= (−43)
=

−4 −2 −2
CD = d⃗
⃗ - c⃗ = ( ) - ( )= ( )
−3 2 −5
−4 −2 −6
AB - ⃗
⃗ CD = ( ) +( ) = ( )
3 −5 −2

G. Operasi Pengurangan Vektor


Secara geometri operasi pengurangan vector dapat diselesaikan dengan aturan
segitiga dan aturan jajargenjang
1. Pengurangan vektor dengan aturan segitiga
Penguranganan dua vektor dengan aturan segitiga melibatkan tiga vector, vektor
AB mewakili a⃗ , vector ⃗
membentuk sebuah bentuk segitiga.. Vektor ⃗ AC mewakili
vector b⃗ , maka :
AB - ⃗
⃗ AC = -⃗
AC +⃗
AB = ⃗
CA + ⃗
CB =⃗a -b⃗
2. Pengurangan vector dengan aturan jajargenjang
Penguran dua vector dengan aturan jajargenjang membentuk sebuah bentuk
jajargenjang dimana vector - b⃗ disebut lawan dari dari vector b⃗ , vector -b⃗
memiliki panjang yang sama dengan vector b⃗ tetapi berlawanan arah dengan
vector. Maka :
a⃗ – b⃗ = a⃗ + ¿

Secara aljabar operasi pengurangan vector dapat diselsaikan dengan cara berikut:
misal diketahui dua buah vector pada dimensi 2 R2dinyatakan dalam arah a⃗ =¿, b 1)
dan b⃗ ¿ ¿,b 2). Maka arah vector untuk penjumlahan dua vector dinyatakan dengan
rumus berikut.

14
a b a −¿ b 1
a2()()(
a⃗ −⃗b= 1 − 1 = 1
b2 a2 −¿ b 2 )
Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan
a⃗ −⃗b ¿( a1 ,a 2)-(b 1 , b2)¿ ¿, a 2−b2)
misal diketahui dua buah vector pada dimensi 3 R3 dinyatakan dengan rumus berikut.
a1 −¿ b1

(
a⃗ −⃗b =¿-b 1, a 2- b 2, a 3- b 3) ¿ a2 −¿ b2
a3 −¿ b3 )
Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan
a⃗ −⃗b ¿ ¿ ) - (b 1 , b2, b 3 ¿=¿, a 2−b2 , a 3 - b 3)4

 Contoh Soal
1. Diketahui a⃗ = (0, -2, -1), b⃗ =(2, 3, 4), c⃗ = (-3, 0, 3), tentukan:
a) a⃗ −⃗a
b) c⃗ − ⃗b
c) b⃗ −⃗c
Pembahasan :
a) a⃗ −⃗a = (0, -2, -1) – (0, -2, -1) = ((0-0,-2 – (-2), -1 – (-1)) = (0, 0, 0) = 0
Jadi, a⃗ −⃗a = 0
b) c⃗ − ⃗b= (-3, 0, 3) – (2, 3, 4) = ( -3 – 2, 0 – 3, 3 – 4) = (-5, -3, -1)
Jadi c⃗ − ⃗b = (-5, -3,-1)
c) b⃗ −⃗c = (2, 3, 4) – (-3, 0, 3) = (2- (-3), 3 – 0, 4 – 3) = (5, 3, 1) Jadi c⃗ − ⃗b = (5, 3,1)5

(−15) dan b⃗ (−16 ) tentukan a⃗ =⃗b


2. Diketahui a⃗ =

−1 6
Pembahasan : a⃗ −⃗b = ( ) - ( )
5 −1

4
Sobirin, Fokus Matematika Ujian Nasional SMA dan MA, (Jakarta : Erlangga,2008) Hlm 280
5
Pesta E.S dan Cecep Anwar H.F.S, Matematika Aplikasi : Untuk SMA dan MA kelas XII progam
studi Ilmu Alam, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), Hlm 103

15
= (−76 )
PQ−⃗
3. Diketahui titik P (-4, 2), Q (1, 3) R (-3, 4) dan S (-7, 1) Tentukan ⃗ RS!

PQ = q⃗ - ⃗p
Pembahasan : ⃗ =(13 ) - (214 ) = (−35 )
−7 −3 −4
RS = r⃗ - ⃗s
⃗ =( )-( )=( )
1 4 −3
−3 −4 1
PQ - ⃗
⃗ RS =( )-( )= ( )
5 −3 8

H. Operasi Perkalian Vektor


Operasi vektor tidak hanya terbatas pada penjumlahan dan pengurangan
vektor saja operasi perkalian juga berlaku untuk vektor. Dalam fisika, perkalian
vektor dibedakan menjadi 3 macam yaitu: perkalian vektor dengan skalar,
perkalian titik (dot product), dan perkalian silang (cross product). Ketiga jenis
perkalian tersebut memiliki aturan, rumus serta sifat yang berbeda-beda.
Perkalian antara dua vektor tidak seperti perkalian antara dua bilangan
real. Perkalian antara dua bilangan real hasil kalinya adalah sebuah bilangan real.
Namun hasil kali dua vektor belum tentu demikian. Ada beberapa jenisperkalian
vektor dengan notasi dan hasil yang berbeda. Ada perkalian yang menghasilkan
skalar yang disebut hasil kali titik (dot product) dan ada perkalian yang
menghasilkan vector yang disebut hasil kali silang (cross product).6 Untuk
memahami mengenai tiga macam perkalian vektor tersebut, lanjutkan menyimak
penjelasan dibawah ini.

1. Perkalian Vektor Dengan Skalar


Untuk memahami mengenai perkalian vektor, kita ambil contoh
seperti berikut: Seorang anak sedang mengendarai sepeda motor

6
Suwandi, “PENGAJARAN HASIL KALI TITIK DAN HASIL KALI SILANG PADA VEKTOR SERTA
BEBERAPA PENGEMBANGANNYA”, Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015, hal.1

16
dengan kecepatan 50 km/jam ke arah utara. Maka setelah beberapa waktu,
anak dan motor tersebut telah mengalami perpindahan. Kita tahu bahwa
kecepatan adalah perpindahan per selang waktu. Dari pengertian ini maka
besar perpindahan yang dialami si anak dapat dihitung dengan rumus atau
persamaan sebagai berikut:
s=vt
Keterangan:
s = perpindahan (m)
v= kecepatan (m/s)
t= selang waktu (s)
Kita tahu bahwa kecepatan adalah besaran vektor sedangkan waktu
adalah besaran skalar. Berdasarkan persamaan di atas, perkalian kecepatan
dengan waktu menghasilkan perpindahan yang termasuk besaran vektor. Dari
hasil ini dapat disimpulkan bahwa: hasil perkalian vektor dan skalar adalah
vektor. Secara matematis, perkalian vektor dengan skalar memiliki arti yang
sederhana. Misalkan hasil kali antara skalar k dengan sebuah
vektor A menghasilkan vektor B, maka aturan perkalian tersebut dituliskan
sebagai berikut: B = Ka
Dari persamaan tersebut, maka besar vektor B besarnya adalah
besar k dikalikan dengan besar A. Dan arah vektor B searah dengan
vektor A jika k positif dan berlawanan arah dengan A jika k negatif.

a. Sifat perkalian vektor dan skalar


Perkalian antara vektor dengan skalar mempunyai sifat distributif yaitu:
k(A + B) = kA + kB

b. Contoh soal perkalian vektor dan skalar


Diketahui suatu vektor A digambarkan sebagai berikut

17
Gambarlah vektor B, jika:
B = 2A dan B = -2A
Jawab:

B = 2A, berarti panjang vektor menjadi dua kali panjang semula dan
arahnya sama dengan arah vektor A

https://www.fisikabc.com/2017/05/perkalian-vektor.html

B = - 2A, berarti panjang vektor menjadi dua kali panjang semula tetapi
arahnya berlawanan dengan arah vektor A.

2. Perkalian Titik (Dot Product)


Untuk memahami tentang perkalian titik, perhatikan gambar di bawah ini

18
https://www.fisikabc.com/2017/05/perkalian-vektor.html

Perkalian titik dua buah vektor antara A dan B atau dituliskan A.


B didefinisikan sebagai perkalian antara vektor A dengan komponen
vektor B yang searah vektor A.pada gambar di  atas, komponen
vektor B yang searah vektor A adalah B cos α. Dari definisi tersebut, secara
matematis perkalian titik antara vektor A dan B dapat dituliskan dengan
rumus atau persamaan sebagai berikut:
A . B = AB cos α = |A||B| cos α

Keterangan:
α = sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B dengan 0o ≤ α ≤ 180o
A= |A| besar vektor A
B = = |B| besar vektor B
Dari definisi perkalian titik tersebut dapat disimpulkan bahwa: hasil perkalian
titik dua buah vektor adalah skalar.
Simbol dari perkalian titik adalah (.) yang sering disebut perkalian titik (dot
product). Karena hasil perkalian adalah skalar maka perkalian titik disebut
juga dengan scalar product. Dalam perkalian titik, ada 3 poin penting yang
perlu diingat, yaitu:

 Jika kedua vektor A dan B saling tegak lurus (α = 90o) maka


A . B = 0 → cos 90o = 0

19
 Jika kedua vektor A dan B searah (α = 0o) maka
A . B = AB → cos 0o = 1
 Jika kedua vektor A dan B berlawanan searah (α = 180o) maka
A . B = - AB → cos 180o = -1

a. Sifat perkalian titik


Perkalian titik memiliki sifat distributif, yaitu:
A.(B + C) = A.B + A.C
Dan juga memiliki sifat komutatif, yaitu:
A.B = B.A

b. Contoh soal perkalian titik dan pembahasannya


Sebuah vektor gaya dan perpindahan mempunyai persamaan F = (2i + 3j +
5k) N dan s = (4i + 2j – k) m. tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya!
Jawab:
Diketahui:
F = (2i + 3j + 5k)
s = (4i + 2j – k)
ditanya: usaha (W)
Usaha merupakan hasil perkalian titik antara gaya dengan perpindahan,
jadi
W = F . s
W = (2i + 3j + 5k) . (4i + 2j – k)
W = (2)(4) + (3)(2) + (5)(-1)
W = 8 + 6 – 5
W=9
Jadi usaha yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah 9 joule.

3. Perkalian Silang (Cross Product).


Untuk memahami tentang perkalian silang, perhatikan gambar di bawah ini

20
https://www.fisikabc.com/2017/05/perkalian-vektor.html

Perkalian silang dua buah vektor antara A dan B atau


dituliskan A x B didefinisikan sebagai perkalian antara vektor A dengan
komponen vektor B yang tegak lurus vektor A. pada gambar di atas,
komponen vektor B yang tegak lurus vektor A adalah B sin α. Dari definisi
tersebut, secara matematis perkalian silang antara vektor A dan B dapat
dituliskan dengan rumus atau persamaan sebagai berikut:
AxB=C
A x B| = AB sin α

Keterangan:
α= sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B dengan 0o ≤ α ≤ 180o
C= vektor lain hasil perkalian silang antara vektor A dan B
|A x B|= besar vektor hasil perkalian silang antara vektor A dan B

Dari definisi perkalian silang tersebut dapat disimpulkan bahwa: hasil


perkalian silang dua buah vektor adalah sebuah vektor yang arahnya tegak
lurus pada bidang yang dibentuk oleh A dan B. Untuk lebih memahami
tentang arah vektor hasil perkalian silang perhatikan tabel penjelasan di
bawah ini

Arah hasil perkalian A x B

21
Arah dari vektor C tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh
vektor A dan B. Untuk menunjukkan arah vektor C, kita gunakan kaidah
tangan kanan dimana ujung vektor A menuju ujung vektor B searah dengan 
lipatan empat jari sedangkan jempol menunjukkan arah vektor C. Pada
gambar di atas, vektor C hasil perkalian silang A x B arahnya menuju ke atas
tidak menembus bidang.

Arah hasil perkalian A x B

Sama halnya dengan arah hasil perkalian silang A x B. Kita juga bisa
menggunakan kaidah tangan kanan, namun bedanya genggaman tangan
dibalik, dimana ujung vektor B menuju ujung vektor A searah dengan lipatan
empat jari sedangkan jempol menunjukkan arah vektor C. Pada gambar di
atas, vektor C hasil perkalian silang B x A arahnya menuju ke bawah
menembus bidang.

Dalam perkalian silang, ada 5 poin penting yang perlu diingat, yaitu:

22
Pada perkalian silang tidak berlaku sifat komutatif sehingga
A x B ≠ B x A
Pada perkalian silang berlaku sifat anti komutatif yaitu
A x B = - B  x A
Jika kedua vektor A dan B saling tegak lurus (α = 90o) maka
A x B| = AB → sin  90o = 1
Jika kedua vektor A dan B searah (α = 0o) maka
A x B| = 0 → sin  0o = 0
Jika kedua vektor A dan B berlawanan searah (α= 180o) maka
A x B| = 0 → sin  180o = 0

a. Perkalian Silang dengan Vektor Satuan


Kita dapat menghitung perkalian silang jika kita mengetahui komponen
vektor yang diketahui. Cara dan urutannya mirip pada perkalian titik.
Pertama
Kita lakukan perkalian silang vektor satuan i, j, dan k. (ingar perkalian
silang A x B = AB sin θ). Karena ketiga vektor satuan saling tegak lurus
maka
i x i = ii sin 0º = 0
j x j = jj sin 0º = 0
k x k = kk sin 0º = 0
maka i x i = j x j = k x k = 0
untuk perkalian silang vektor satuan yang berbeda menggunakan atura
siklus berikut

https://rumushitung.com/2014/11/08/perkalian-vektor-dan-contoh-soal/

23
Aturannya
Jika perkalian menurut urutan i  j  k maka hasilnya positif (sesuai siklus)
jika perkalian berkebalikan k j  i maka hasilnya adalah negatif
(berlawanan siklus)

Kedua
Kita nyatakan vektor A dan B dalam komponen-komponennya, menguraikan
perkaliannya dan menggunakan perkalian dari vektor-vektor satuannya.
A × B = (Ax î + Ay ĵ + Az k̂) × (Bx î + By ĵ + Bz k̂)

A × B  = Ax î  × Bx î  + Ax î  × By ĵ  + Ax î  × Bz k̂


+Ay ĵ  × Bx î  + Ay ĵ × By ĵ  + Ay ĵ  × Bz k̂
+Az k̂  × Bx î  + Az k̂ × By ĵ + Az k̂  × Bz k̂

Setelah ini bisa pakai aturan siklus pada gambar sebelumnya.

A × B = AxBy k̂ − AxBz ĵ


− AyBx k̂ + AyBz î
+ AzBx ĵ  − AzBy î
Sehingga rumus perkalian silang untuk vektor satuan yaitu
A × B = (AyBz − AzBy) î + (AzBx − AxBz) ĵ + (AxBy − AyBx) k̂

b. Sifat Perkalian Silang


Perkalian silang memiliki sifat antikomutatif, yaitu
A × B ≠ B × A
Perkalian silang memiliki sifat asosiatif, yaitu
k(A × B) = (kA) × B = A × (kB)
Dan terakhir, perkalian silang memiliki sifat distributif, yaiut
A × (B + C) = (A × B) + (A × C)

24
(A + B) × C = (A × C) + (B × C)

c. Contoh Soal Perkalian Silang dan Pembahasannya


1. Sebuah gaya dengan persamaan F = (i + 2j – k) N bekerja pada daun pintu.
Jika dilihat dari sebuah engsel, gaya tersebut bekerja pada vektor
posisi r = (0,8i + 0,2j) m. Tentukan persamaan momen gaya yang
ditimbulkan gaya tersebut.
Jawab:
Diketahui:
F = (i + 2j – k) N
r = (0,8i + 0,2j) m
Ditanyakan : momen gaya (τ)
Momen gaya merupakan hasil perkalian silang antara vektor posisi
dengan gaya. Jadi:
τ=rxF
τ = (0,8i + 0,2j)  x (i + 2j – k)
τ = (0,8)(1)(i x i) + (0,8)(2)(i x j) + (0,8)(-1)(i x k) + (0,2)(1)(j x i) +
(0,2)(2) (j x j) + (0,2)(-1)(j x k)
 = 0 + 1,6k – 0,8(-j) + 0,2(-k) + 0 – 0,2i
τ = -0,2i + 0,8j + 1,4k
jadi, persamaan momen gaya yang ditimbulkan gaya tersebut adalah
 τ = (-0,2i + 0,8j+ 1,4k) Nm.

2. Diketahui vektor a, b, dan c seperti pada gambar di bawah ini. Besar


vektor-vektor tersebut masing-masing 3, 4, dan 5 satuan. Tentukanlah:
a) a × b
b) a × c
c) b × c

25
https://www.fisikabc.com/2018/03/contoh-soal-perkalian-silang-vektor.html

Jawab:
a) a × b = |a||b| sin γ
⇒ a × b = (3)(4) sin 90o
⇒ a × b = (12)(1)
⇒ a × b = 12

b) a × c = |a||c| sin (180o – β)


⇒ a × c = |a||c| sin β
⇒ a × c = (3)(5)(4/5)
⇒ a × c = (15)(4/5)
⇒ a × c = 12

c) b × c = |a||c| sin (180o – α)


⇒ b × c = |b||c| sin α
⇒ b × c = (4)(5)(3/5)
⇒ b × c = (20)(3/5)
⇒ b × c = 12

26
3. Hitunglah hasil perkalian silang antara dua vektor berikut.
A = (2i + k) dan B = (4i + 5j)
Penyelesaian:
Hasil perkalian silang antara vektor A dan B adalah sebagai berikut.
A × B = (2i + k) × (4i + 5j)
⇒ A × B = (2)(4)(i × i) + (2)(5)(i × j) + (1)(4)(k × i) + (1)(5)(k × j)
⇒ A × B = (8)(0) + (10)(k) + (4)(j) + (5)(−i)
⇒ A × B = 10k + 4j −5i
⇒ A × B = −5i + 4j + 10k

I. Sistem Koordinat
1. Pengertian sistem koordinat
Sistem koordinat adalah sistem yang menggunakan satu atau lebih angka ,
atau koordinat, untuk secara unik menentukan posisi titik - titik atau elemen-
elemen geometris lainnya pada manifold seperti ruang Euclidean. Urutan
koordinatnya signifikan, dan kadang-kadang diidentifikasi oleh posisinya
dalam tupel terurut dan kadang-kadang dengan huruf, seperti dalam "the x -
coordinate". 
Koordinat diambil menjadi bilangan real dalam matematika dasar , tetapi
mungkin bilangan kompleks atau elemen dari sistem yang lebih abstrak
seperti cincin komutatif . Penggunaan sistem koordinat memungkinkan masalah
dalam geometri diterjemahkan menjadi masalah tentang angka dan sebaliknya, ini
adalah dasar dari geometri analitik 

2. Sistem koordinat umum


a. Sistem koordinat baris
Contoh paling sederhana dari sistem koordinat adalah identifikasi titik
pada garis dengan bilangan real menggunakan garis bilangan . Dalam sistem
ini, titik arbitrer O ( asal ) dipilih pada garis yang diberikan. Koordinat
titik P didefinisikan sebagai jarak yang ditandatangani dari O ke P , di mana

27
jarak yang ditandatangani adalah jarak yang diambil sebagai positif atau
negatif tergantung pada sisi mana dari garis P terletak. Setiap titik diberi
koordinat unik dan setiap bilangan real adalah koordinat titik unik.

b. Sistem koordinat Cartesian

Sistem koordinat Kartesius di pesawat. Contoh prototipikal dari sistem


koordinat adalah sistem koordinat Cartesius. Di pesawat, dua garis tegak
lurus dipilih dan koordinat titik diambil menjadi jarak yang ditandatangani ke
garis.

28
Dalam tiga dimensi, tiga pesawat ortogonal yang saling dipilih dipilih
dan tiga koordinat titik adalah jarak yang ditandatangani ke masing-masing
pesawat. Ini dapat digeneralisasi untuk membuat koordinat n untuk setiap titik
dalam ruang Euclide n- dimensional.
Bergantung pada arah dan urutan sumbu koordinat, sistem tiga dimensi
dapat berupa sistem kidal atau kidal. Ini adalah salah satu dari banyak sistem
koordinat.

c. Sistem koordinat kutub


Sistem koordinat umum lainnya untuk pesawat adalah sistem koordinat
kutub . Suatu titik dipilih sebagai kutub dan sinar dari titik ini diambil
sebagai sumbu kutub . Untuk sudut tertentu θ, ada garis tunggal melalui kutub
yang sudutnya dengan sumbu kutub adalah θ (diukur berlawanan arah jarum
jam dari sumbu ke garis). Lalu ada titik unik pada garis ini yang jarak yang
ditandatangani dari titik asal adalah r untuk angka yang diberikan r . Untuk
pasangan koordinat tertentu ( r , θ) ada satu titik, tetapi setiap titik diwakili
oleh banyak pasangan koordinat. Misalnya, ( r , θ), ( r , θ + 2π) dan (- r , θ + π)
adalah semua koordinat kutub untuk titik yang sama. Kutub diwakili oleh (0,
θ) untuk nilai θ.

d. Sistem koordinat silinder dan bola


Ada dua metode umum untuk memperluas sistem koordinat kutub ke
tiga dimensi. Dalam sistem koordinat silindris , z- koordinat dengan arti yang
sama seperti dalam koordinat Cartesian ditambahkan ke
koordinat r dan θ polar yang menghasilkan tripel ( r , θ , z ). Koordinat bola
mengambil langkah ini lebih jauh dengan mengubah pasangan koordinat
silindris ( r , z ) ke koordinat polar ( ρ , giving) memberikan rangkap tiga
( ρ , θ , φ ).

e. sistem koordinat homogen

29
Suatu titik dalam bidang dapat direpresentasikan dalam koordinat
homogen dengan triple ( x , y , z ) di mana x / z dan y / z adalah koordinat
Cartesian dari titik tersebut. ini memperkenalkan koordinat "ekstra" karena
hanya dua yang diperlukan untuk menentukan titik pada pesawat, tetapi sistem
ini berguna karena mewakili titik apa pun pada bidang proyektif tanpa
menggunakan infinity . Secara umum, sistem koordinat homogen adalah
sistem di mana hanya rasio koordinat yang signifikan dan bukan nilai aktual.

J. Sistem koordinat vektor


Vektor adalah besaran yang ditenukan oleh benda dan arahnya. Dalam
aplikasinya vektor selalu menempati ruang. Untuk menjelaskan fenomena vektor
didalam ruang dapat digunakan bantuan sistem koordinat untuk menjelaskan besar
dan arah vektor. Terdapat tiga macam sistem kooordinat vektor, yaitu :
1. Sistem koordinat kartesian
Koordinat kartesian digunakan untuk menyatakan suatu benda yang memiliki
bentuk siku seperti garis lurus, bidang datar siku dan ruang siku-siku. Bentuk siku
akan mudah digambarkan dalam koordinat dua dimensi maupun tiga dimensi.
Dalam koordinat kartesius dua dimensi terdiri dai dua sumbu yaitu, sumbu
horizontal (mendatar) yaitu sumbu x dan tegak (vertikal) yaitu sumbu y.

Koordinat kartesius dua dimensi digunakan untuk menggambar objek satu


dimensi dan dua dimensi. Contoh objek satu dimensi yaitu garis, baik garis lurus

30
aupun garis lengkung. Sedangkan contoh objek dua dimensi yaitu bidang datar. Objek
satu dimensi dan dua dimensi dapat digambarkan pada koordinat tiga dimensi dengan
baik, sedankan objek tiga dimensi harus digambarkan pada koordinat tiga dimensi.
Koordinat tiga dimensi digunakan untuk menggambarkan suatu objek baik satu
dimensi, dua dimensi, maupun tiga dimensi. Koordinat kartesius tiga dimensi
memiliki tiga sumbu koordinat, yaitu sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Berikut
gambar vektor dalam tiga dimensi :

a. Contoh soal koordinat kartesian dan pembahasan

31
Sebuah titik A berada dalam ruang kartesius dan koordinat titik A adalah (3,2,1)
a) Gambarlah vektor posisi titik A terhadap titik O (titik potong sumbu x,y dan z)
b) Nayatakan vektor posisi titik A terhadap titik O dalam vektor satuan
c) Hitung besar dari vektor posisi titik A terhadap titik O tersebut!
Penyelesaian :

2. Koordinat silindris
Tidak semua benda mempunyai bentuk siku-siku seperti balok dan kubus.
Benda seperrti tabung, botol, pipa, kerucut memiliki bentuk lingkaran yang memiliki
bentuk khas. Bentuk seperti ini akan susah untuk digambrakan pada koordinat
kartesius karena simetris lingkaran sulit untuk digambarkan. Atas dasar inilah
muncullah ide untuk mengebangkan sistem koordinat untuk benda-benda seperti ini
yaitu dengan membuat koordinat silinder. Koordinat silinder terdiri dari tiga sumbu
koordinat yaitu koordinat r, ∅, z.

32
Tiga unit vektor satuan sumbu r, ∅, z adalah sebagai berikut :
Ar= r A∅ = ∅ Az = z
|Ar| = 1 | A ∅| = 1 | Az| = 1

Konversi dari koordinat silinder ke koordinat kartesius adalah sebagai berikut :


x = r cos ∅
y = r sin ∅
z=z
konversi dari koordinat kartesius ke silinder adalah sebagai berikut :
r = √ x 2+ y 2

∅= tan ( xy )
z=z

33
Contoh visualisasi penggambaran objek dalam koordinat silinder untuk kasus r
konstan, ∅ konstan, dan z konstan. Dari gambar ini dapat dibayangkan kira-kira suatu
objek yang menempati koordinat silinder akan tampat seperti gambar dibawah ini :

a. Contoh soal koordinat silindris dan pembahasannya


5,3 π 5,π
Hitunglah jarak antara ( ) dan ( ) dalam koordinat silindris!
2,0 2,10
Penyelesaian :
Pertama carilah posisi Cartesian dari vektor A dan b

Pada gambar diperoleh :

34
A = -5ay,
B = 5ay + 10az
Selanjutnya, B – A = 10ay + 10az, dan jarak ekuivalen antara kedua titik

|B− A|=10 √2

3. Koordinat bola
Koordinat bola digunakan untuk menyatakan suatu objek yang mempunyai bentuk
simestri bola. Sebagai contoh adalah bentuk bumi. Posisi dan kedudukan pbjek-objek
yang berada dibumi akan sulit dijelaskan dengan koordinat kartesius maupun tabung
karena bentuk bumi yang bundar. Oleh karena itu digunakan sistem koordinat bola
agar mudah dibayangkan. Untuk menyatakan barisan vektor, koordinta bola
mempunyai tiga sumbu koordinta yaitu, r, θdan ∅
Vektor satuan dalam arah r, θdan ∅
aR= r aθ = θ a∅ = ∅
| aR| = 1 |a θ∨¿= 1 |a ∅| = 1

Konversi koordinat bola kekoordinat kartesian :


X = R sin θ cos ∅
Y = R sin θ sin ∅
Z = R cos θ
Konversi koordinat kartesian ke koordinat bola :
R = √ x 2+ y 2 + z 2

√ x2 + y 2
θ = tan-1 ( z )
∅ = tan-1 ( xy )
a. Contoh soal koordinat bola dan pembahasannya
1) Transformasikan vektor F = 10 ay ke dalam:

35
a) Sistem koordinat silinder di titik A (r = 8m, ϕ = 900, z = 5m)
b) Sistem koordinat bola di titik A (r = 8m, ϕ = 450,ϕ = 900)
Penyelesaian:
a) F ρ = F X cosϕ + F y sin ϕ
= 0 cos 90+ 10 sin 90
= 0+10
= 10
F ∅ = −F x sinϕ + F y cosϕ
=−0 sin 90+10 cos 90
=0
FZ = Fz
=5
F=F ρ a ρ+ F ϕ a∅ + F z a z
= 10 aϕ +5 a z

b) F y =10
F r=F x sin θ cos ϕ+ F y sinθ sin ϕ+ F z cos θ
F θ=F x cos θ cos ϕ+ F y cos θ sin ϕ−F z sin θ
F ϕ =−F x sin ϕ+ F y cos ϕ+ 0

F=F y sin θ sin ϕ a r + F y cos θ sin ϕ a θ+ F y cos ϕ a ϕ


¿ 10 sin 45 sin 90 ar + 10 cos 45 sin 90 aθ +10 cos 90 aϕ
¿ 7,07 ar + 7,07 aθ

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Vektor dapat diartikan sebagai bilangan yang memiliki nialai satuan dan
memiliki arah, sedangkan skalar merupakan besaran yang memiliki nilai tunggal
dengan satuannya tidak memiliki arah. Vektor memiliki sifat sebagai berikut :
Dapat dipindahkan dengan syarat nilai atau besar serta arahnya itu tidak berubah,
dapat dijumlahkan, dapat dikurangkan, dapat diuraikan, dan dapat dikalikan.
Vektor memiliki 2 macam, vektor sejajar dan vektor berlawanan. Vektor sejajar
adalah vektor yang memiliki besara dana arah yang sama sedangkan vektor
berlawanan adalah vektor yang memiliki besar yang sama dengan arah yang

37
berlawanan. Dalam matematika terdapat beberapa jenis vektor khusus : vektor
posisi, vektor nol, vektor satuan, dan vektor basis.

B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pengertian
vektor dan scalar, serta sifat, macam dan jenis vektor.
2. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhrul Rizky Kurniawan, Diana Eka Saputri2, Muhammad Ibnu Shoiqin, “Analisis
Pemahaman Konsep Mahasiswa pada Topik Vektor”, Efektor, Vol. 6, no.2,
2019.
Pesta E.S dan Cecep Anwar H.F.S, Matematika Aplikasi : Untuk SMA dan MA kelas
XII progam studi Ilmu Alam, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008).

Suparno dkk, PR Matematika untuk SMA/MA kealls XII, (Jakarta : Intan Pariwara ,
2016 ).

Sobirin, Fokus Matematika Ujian Nasional SMA dan MA, (Jakarta : Erlangga,2008).

38
Suwandi, “PENGAJARAN HASIL KALI TITIK DAN HASIL KALI SILANG PADA
VEKTOR SERTA BEBERAPA PENGEMBANGANNYA”, Jurnal Ilmiah Edu
Research Vol.4 No.1 Juni 2015.

39

Anda mungkin juga menyukai