DISUSUN OLEH :
BILQIES MUSYARROFAH
M0315015
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kuliah Magang
Mahasiswa yang berjudul Analisa Spesifikasi Properties Composition Produk Avtur Jet A-
1 di Refinery Unit II Dumai sebagai salah satu persyaratan memenuhi kurikulum tingkat
sarjana Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret. Dalam penyusunan dan penulisan laporan kegiatan kuliah magang mahasiswa
ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
2. Dr. Triana Kusumaningsih, M.Si. selaku Kepala Program Studi Kimia FMIPA
UNS.
3. Dr. Fitria Rahmawati S.Si.,M.Si selaku dosen pembimbing Kuliah Magang
Mahasiswa.
4. Ibu Esti Budi Utami selaku HRD PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai yang telah
mengizinkan kami untuk melaksanakan Kuliah Magang Mahasiswa.
5. Bapak Nofrizal selaku Laboratory Section Head PT. Pertamina RU II Dumai.
6. Bapak M. Yusrinsyah selaku pembimbing lapangan.
7. Kak Yana, Kak Santi, Bang Aan, Bang Irdan, Pak Yusuf, Bang Rezky, Bang Ihsan,
Bang Ahmad serta seluruh keluarga besar Laboratorium PT. Pertamina (Persero)
RU II Dumai yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas ketersediannya
dalam menerima, menemani, dan membantu penulis dalam proses pembelajaran.
8. Bapak Candra Purnawan, M.Si. selaku koordinator Kuliah Magang Mahasiswa.
9. Bapak Prof Drs. Sentot Budi Rahardjo Ph.D selaku pembimbing akademik.
10. Teman-teman kerja praktik di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai yang telah
menemani dari awal diklat hingga evaluasi.
11. Teman-teman seperjuangan dari Kimia 2015 yang berada dibawah naungan UNS.
12. Sahabat-sahabat tercinta yang dimiliki penulis, atas semangat yang diberikan
selama penulis melaksanakan KMM.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari istilah
sempurna. Karena itu penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah dan kurang
berkenan bagi pembaca. Penulis siap untuk menerima kritik dan saran yang konstruktif.
iii
Semoga Laporan Kuliah Magang Mahasiswa ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, penulis
berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam
penelitian dan penulisan Laporan KMM ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
C. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 25
1. Keasaman total .................................................................................. 25
2. Jenis senyawa hidrokarbon yang terkandung .................................... 26
3. Total Sulfur ....................................................................................... 28
4. Sulfur, Merkaptan.............................................................................. 29
5. Doctor Test ........................................................................................ 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 33
1. Proses Pembuatan Produk Avtur RU II Dumai ................................. 33
2. Analisa Keasaman Total.................................................................... 36
3. Jenis senyawa hidrokarbon aromatis ................................................. 37
4. Total Sulfur ....................................................................................... 39
5. Sulfur, Merkaptan.............................................................................. 41
6. Doctor Test ........................................................................................ 42
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 44
A. Kesimpulan ................................................................................................... 44
B. Saran ............................................................................................................. 44
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 45
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Refinery Unit PT. Pertamina (Persero) di Seluruh Indonesia ................. 5
Tabel 2.2 Sifat Avtur Terhadap Pengaruh Jenis Senyawa Hidrokarbon ................. 12
Tabel 3.1 Tabel Kegiatan Kuliah Magang Mahasiswa ........................................... 24
Tabel 4.1 Hasil Analisa Keasaman Total………………………………………….37
Tabel 4.2 Hasil Analisa Jenis Senyawa Hidrokarbon Aromatis…………………..38
Tabel 4.3 Hasil Analisa Total Sulfur……………………………………………...39
Tabel 4.4 Tabel Analisa Sulfur Merkaptan……………………………………….41
Tabel 4.5 Hasil Analisa Doctor Test…………………………………………...…42
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
berdasarkan hasil analisis properties composition yaitu, total acidity, jenis senyawa
hidrokarbon aromatis yang terkandung, analisis kandungan sulfur, merkaptan sulfur
dalam avtur dan doctor test.
2. Latar Belakang Khusus
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama untuk kebutuhan
industri, transportasi dan rumah tangga. Minyak bumi juga merupakan sumber devisa
negara. Menurut Purwatiningsih dan Masykur (2012) Negara Kesatuan Republik
Indonesia ibarat tebaran mutiara di khatulistiwa karena Indonesia terdiri dari berbagai
pulau yang mana pulau-pulau tersebut merupakan penghasil minyak bumi dan gas
sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri maupun untuk di ekspor ke negara lain. Data dari analisa Supply-Demand Energy
(2013) memaparkan bahwa sub sektor migas menjadi sub sektor terbesar penyumbang
penerimaan negara di sektor energi sebesar 69,6% dari total 10 penerimaan negara
sektor energi pada tahun 2012 dan akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Hal
ini juga menjadi penyebab Indonesia tergabung dalam anggota OPEC (Organization of
the Petroleum Exporting Countries) pada tahun 1962, namun kemudian Indonesia resmi
keluar dari keanggotaan OPEC pada tahun 2008 akibat dari adanya krisis ekonomi dan
dapat bergabung kembali dalam keanggotaan OPEC pada tahun 2016.
Perkembangan industri di era modern ini menyebabkan meningkatnya konsumsi
bahan bakar minyak karena bahan bakar minyak termasuk dalam salah satu kebutuhan
yang bersifat krusial. Berdasarkan laporan dari BPH migas pada tahun 2018 data dari
hasil laporan badan usaha menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar minyak
meningkat dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 yaitu sebesar 45.070.036.967
Liter /tahun pada 2012, 46.360.961.903 Liter/tahun pada 2013 dan sebesar
4.678.962.518 Liter/tahun pada 2014. Kemudian konsumsi bahan bakar minyak
menurun dari tahun 2014 hingga sekarang. Penurunan konsumsi bahan bakar minyak
salah satunya disebabkan karena berkurangnya produksi bahan bakar minyak bersubsidi
dari pemerintah.
Bahan bakar yang diproduksi oleh PT. Pertamina terdiri dari beberapa jenis
meliputi bahan bakar minyak dan non bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang
dihasilkan antara lain, Bensin, Pertamax, Pertamax plus, Pertamax Turbo, Solar / ADO
(Automotive Diesel Oil), Pertadex dan Avtur (Aviation Turbine Fuel). Sedangkan non
bahan bakar minyak yang dihasilkan antara lain, LPG (Liquified Petroleum Gas), Green
Coke, dan Luse Base Oil.
2
Menurut Nugraha (2014) transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan
distribusi barang dan mobilitas penumpang yang berkembang sangat dinamis, serta
berperan di dalam mendukung, mendorong dan menunjang sejumlah aspek kehidupan,
baik pembangunan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Transportasi udara sebagai salah satu transportasi yang mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan transportasi lain, keterjangkauan dan utilisasi. Transportasi udara
menjadi pilihan yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Dengan
meningkatnya jumlah pesawat udara yang beroperasi di Indonesia, meningkatnya
jaringan rute yang dilayani oleh perusahaan angkutan udara dan meningkatnya jumlah
penumpang angkutan udara yang pada tahun 2012 mencapai lebih kurang 67 juta
keberangkatan penumpang pertahun mengakibatkan meningkatnya pula distribusi serta
kebutuhan bahan bakar pesawat udara di Indonesia.
Pada sisi lain, meningkatnya jumlah pesawat udara yang beroperasi juga
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi pihak-pihak yang terkait. Salah satu
penyebab kerugian tersebut antara lain karena kecelakaan. Dari data kecelakaan pesawa
terbang yang dihimpun dan diinvestigasi oleh Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT), Kementerian Perhubungan, Republik Indonesia, selama kurun
waktu 10 tahun dari tahun 2007 sampai tahun 2016 telah terjadi 280 kali kecelakaan
pesawat terbang (accident dan serious incident). Penyebab terjadinya kecelakaan
pesawat terbang salah satunya karena kondisi operasional mesin (Saputra, 2017). Oleh
sebab itu, analisis terhadap kualitas avtur sebagai bahan bakar pesawat terbang perlu
dilakukan karena kualitas bahan bakar akan berpengaruh terhadap kondisi operasional
mesin dan keselamatan penumpang.
PT. Pertamina (Persero) sebagai perusahaan penghasil minyak bumi dan gas
berusaha untuk meningkatkan produktivitas Avtur (Aviation Turbine Fuel) sebagai
bahan bakar pesawat udara baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas dengan
menerapkan standar sesuai dengan baku mutu Internasional. Avtur sebagai bahan bakar
transportasi yang memiliki tingkat kewaspadaan tinggi berdasarkan American Standard
and Testing Method dalam pengujiannya terdapat 26 parameter analisis, salah satunya
analisis properties composition yaitu analisis terhadap kandungan kimia suatu bahan
bakar.
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memperoleh wawasan dan pengalaman kerja serta dapat
menerapkan ilmu kimia yang telah diperoleh dalam pengujian properties composition
sampel dari salah satu produk minyak bumi yaitu avtur.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara analisa properties composition produk berupa avtur.
b. Mengetahui standar baku mutu yang digunakan untuk menganalisa produk
avtur.
c. Menentukan kualitas avtur yang dihasilkan di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit II Dumai berdasarkan analisa properties composition.
D. Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Sejarah PT. Pertamina
PT. Pertamina yang dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang
pertambangan serta pengolahan minyak dan gas bumi dimana tugas utama PT.
Pertamina (Persero) diatur dalam UU No. 8 Tahun 1971 yaitu melaksanakan
pengusahaan minyak dan gas dalam arti seluas-luasnya guna memperoleh hasil sebesar-
besarnya untuk kemakmuran Rakyat dan Negara serta menyediakan dan melayani
kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi dalam negeri yang pelaksanaannya diatur
dengan aturan pemerintah. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 dan PP. No 31 Tahun
2003 PT. Pertamina berubah nama menjadi PT. Pertamina (Persero) dengan tugas
pokoknya yaitu melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi sebesar-besarnya
bagi kemakmuran Rakyat dan Negara serta menyediakan dan melayani kebutuhan
bahan bakar minyak dan gas bumi untuk dalam negeri yang pelaksaannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Pertamina didirikan pada tanggal 10 Desember 1957. Hingga
saat ini, PT Pertamina memiliki 7 kilang pengolahan minyak (Refinery Unit) seperti
tercantum pada Tabel 2.1.
Refinery Kapasitas
Lokasi
Unit (MBSD*)
I Pangkalan Brandan (Sumatera Utara)** 5
II Dumai (Riau), Sei Pakning (Riau) 170
III Plaju-Sei Gerong (Sumatera Selatan) 130
IV Cilacap (Jawa tengah) 348
V Balikpapan (Kalimantan Timur) 260
VI Balongan (Jawa Barat) 125
VII Kasim (Papua Barat) 10
Sumber: PT. PERTAMINA (Persero)
(**) Non aktif sejak 2007
5
(*) Kapasitas dalam satuan MB (Mega/1000Barrel) setiap hari (Mega Barrel
Stream Day).Barrel: 158,984 L.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai terletak di Jalan Raya Kilang
Putri Tujuh 28815 Tanjung Palas, Kota Dumai, Riau. Kilang minyak RU II Dumai
dibangun pada bulan April 1969 atas dasar persetujuan (Turn key project) antara
Pertamina dengan Far East Sumitomo Japan. Pembangunan ini dikukuhkan dalam SK
Direktur Utama Pertamina Nomor 334/Kpts/DM/1967. PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit II Dumai memiliki kilang minyak yang bernama Kilang Minyak Putri
Tujuh karena menurut legenda yang beredar di masyarakat pada lokasi ini terdapat
pesanggrahan Putri Tujuh dari Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pelaksanaan teknis
pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor asing, yaitu :
Kilang Putri Tujuh mengolah minyak mentah yang berasal dari SLC (Sumatera
Light Crude), DCO (Duri Crude Oil) dan BUCO (Banyu Urip Crude Oil) melalui
beberapa Unit Proses. Unit Proses di PT. Pertamina RU II Dumai sendiri terbagi
menjadi :
1. CDU (Crude Distilling Unit) Unit CDU/100 yang diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada 8 September 1971 merupakan unit proses berupa pemisahan
primer dari crude oil dengan kapasitas 100 MBSD berdasarkan titik didih
pada tekanan atmosferik. Pada unit ini menghasilkan produk berupa Solar /
Automotive Diesel Oil, RFG/Flare, naphtha, kerosin, LGO (Light Gas Oil),
HGO (Heavy Gas Oil) dan long residue.
2. HVU (High Vacum Unit) Unit 110 yang merupakan unit proses berupa
pemisahan primer berdasarkan titik didih dengan tekanan vakum (<1 atm).
Pada unit ini menghasilkan produk berupa LVGO (Light Vacum Gas Oil)
dan HVGO (Heavy Vacum Gas Oil).
3. DCU (Delayed Coking Unit) atau Unit Pengolahan Kembali (Unit 140) yang
merupakan unit konversi dimana tujuan prosesnya sama seperti Unit
Hydrocracker. Unit ini mengolah feed berupa short residue dari Unit HVU.
Pada unit ini berlangsung proses semi-batch dalam dua coke chamber yang
6
online secara bergantian. Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah gas,
LPG, LCGO (Light Crude Gas Oil), HCGO (Heavy Crude Gas Oil),
naphtha dan green coke.
4. Hydrocracker Unibon (Unit 211 dan 212) yang merupakan unit proses
konversi dimana tujuan prosesnya adalah untuk perengkahan dan
pembentukan (reforming). Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah light
naphtha, heavy naphtha, light kero, heavy kero, dan buttom.
5. DHDT (Destillated Hydrotreater Unit) Unit 220 yang merupakan unit
proses dimana feed nya berasal dari produk DCU yaitu LCGO (Light Crude
Gas Oil). Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah naphtha, light kero dan
heavy kero.
6. NHDT (Naphtha Hydrotreater Unit) Unit 200. Unit ini menggunakan feed
naphtha yang dihasilkan dari unit CDU 100. Produk yang dihasilkan dari
unit ini adalah light naphtha dan feed untuk unit proses PL-II.
7. NRU (Naphtha Rerun Unit) Unit 102. Unit ini menggunakan feed berupa
naphtha yang dihasilkan dari CDU 100. Produk yag dihasilkan dari unit ini
adalah light naphtha dan heavy naphtha.
8. Hydrogen Unit.
9. Mogas Component Blending Plant.
10. Amine and LPG Recovery Unit (Unit 410).
11. Sour Water Stipper Unit (Unit 840).
12. Unit Platforming (PL-I Unit 301 dan PL-II Unit 300). Unit proses ini
menghasilkan produk berupa reformate. Unit proses PL-I menggunakan feed
berupa heavy naphtha yang dihasilkan dari NRU 102 dan menghasilkan
produk berupa LPG dan reformate dengan octan number 92 sedangkan PL-
II menggunakan feed dari unit NHDT dan menghasilkan produk berupa LPG
dan reformate dengan octan number 94.
13. Fasilitas Penunjang Operasi Kilang (Utilities).
14. Fasilitas Tangki Penimbunan dan Dermaga Baru.
Produk yang dihasilkan kemudian ditampung dalam tanki. Selain produk yang
dihasilkan pada masing-masing unit, dihasilkan pula produk blending antar suatu
produk dari unit proses, misalnya avtur, diesel 48, gasoline dan fuel oil. Avtur
merupakan produk blending dari light kero, heavy kero dan kero SPK. Diesel 48 yang
merupakan produk blending dari diesel HCU, LVGO, heavy kero, DHDT, LGO dan
7
HGO. Gasoline merupakan produk blending antara reformate, dan light naphtha.
Sedangkan fuel oil merupakan produk blending antara long residue dan short residue.
Secara singkat, proses yang terjadi pada Refinery Unit II terdapat pada lampiran.
Dengan beroperasinya kilang PT. Pertamina RU II Dumai saat ini telah
memproduksi beberapa jenis BBM diantaranya :
- Bensin
- Jet Petroleum Grade
- Aviation Turbin Fuel (Avtur)
- Kerosene (minyak tanah)
- Automotive Diesel Oil (Solar)
Sedangkan produk non BBM berupa :
- LPG (Liquified Petroleum Gas)
- Green Coke
Masing-masing produk yang dihasilkan baik dari unit proses, produk dalam
bentuk feed maupun dari blending dilakukan analisis dan pengujian di Laboraturium
Production.
2. Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai
PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai memiliki visi dan misi sebagai berikut :
a. Visi Perusahaan
Menjadi kilang minyak dan petrokimia yang kompetitif di Asia
Tenggara.
b. Misi Perusahaan
Melakukan usaha di bidang pengolahan minyak
bumi dan petrokimia yang dikelola secara profesional dan kompetitif berda
sarkan Tata Nilai 6C (Clean, Competitif, Confident, Costumer Focus,
Commercial dan Capable) untuk memberikan
nilai lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan lingkungan.
3. Laboraturium Produksi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai
Laboraturium perminyakan sebagai sarana penunjang yang sangat penting
terhadap pengolahan minyak untuk mendapatkan produk-produk bahan bakar minyak
dan non bahan bakar minyak yang berkualitas juga terhadap pengawasan mutu dalam
penanganan bahan bakar agar tetap berkualitas baik sesuai dengan spesifikasinya.
Laboraturium pengujian PT. Pertamina RU II Dumai merupakan laboraturium yang
menerapkan sistem mutu SNI 19-17025-2000 (ISO/IEC 17025) yang memperoleh
8
akreditasi dari KAN (Komite Akreditasi Nasional) pada tanggal 2 September 2002
dengan nomor akreditasi LP-144-IDN untuk produk dan bahan :
a. Liquid Petroleum Gases (LPG)
b. Aviation Turbine Jet A-1 (Avtur)
c. Motor Gasoline (Premium)
d. Kerosine (Minyak Tanah)
e. Automotive diesel solar (Solar)
f. Green Coke
g. Air limbah
h. Air bersih
Fungsi dan tugas laboraturium sebagai pengawas mutu dengan kualitas bahan
baku dan produk dari suatu kilang agar proses produksinya dapat diarahkan dengan
baik sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Laboraturium kilang yang berfungsi
sebagai Quality Assurance mempunyai tugas yang sangat strategis, kesalahan yang
terjadi dalam pengujian kualitas akan memberikan dampak yang sangat luas baik bagi
perusahaan, pekerja maupun pelanggan. Laboraturium RU II Dumai dalam analisisnya
menggunakan metode ASTM (American Standard Testing and Materials), SMS
(Shell Method Series), IP (Institute of Petroleum), UOP (Universal Oil Product) dan
GLCC (Great Laker Carbon Corporation).
Laboraturium RU II Dumai selalu melakukan pengecekan rutin. Pengecekan
rutin tersebut meliputi pengecekan terhadap minyak mentah dari Chevron (analisis
sedimen dan water), pengecekan katalis (analisis purity, impurities content, metal
content, iodine number, jar test, partikel size dan sebagainya), pengecekan stream
product (destilasi, pengujian flash point, viskositas, pour point, copper corrosion,
doctor test, color, freezing point, sulfur content, octane number dan sebagainya),
pengecekan gas dan air proses (spec gravity, komposisi, purity, moisture, PH, Fe
content, total hardness, Si content, Cl content, COD dan sebagainya) dan pengecekan
terhadap final product yang meliputi produk LPG, bensin 88, kerosene, avtutr dan
solar 48.
4. Struktur Organisasi
Laboraturium RU II Dumai dipimpin oleh seorang Laboraturium Section Head
yang bertanggung jawab kepada Manager Production. Untuk menunjang kelancaran
tugas-tugasnya, Laboratorium RU II Dumai dibagi menjadi beberapa seksi. Berikut
adalah Struktur Organisasi Laboraturium RU II Dumai :
9
Dumai Production Manager
Shift Shift
Supervisor Gas Supervisor Instrument Crude
CFR &
Analytical & Stream Analyser & Environmetal
Aviation
Coke Product & Standart & Chemical
Distribution
10
ash content, volatile mater, total sulfur, fixed carbon, moisture content dan
sebagainya.
c. Sub Seksi Stream, Product & Distribution
Sub seksi ini bertugas untuk melakukan analisis berupa sifat fisika dari minyak
meliputi, destilasi atmosferik, viskositas, flash point, pour point dan sifat kimia
dari minyak, meliputi analisa kandungan sulfur, existent gum, doctor test baik
produk setengah jadi, produk jadi dan produk yang keluar ataupun masuk tangki
serta kapal. Selain itu sub seksi ini juga bertugas mengeluarkan Certificate of
Quality tentang hasil pengujian pada saat loading atau bongkar kapal maupun
tangki.
d. Sub Seksi Crude Evaluation, Environmetal and Chemical Analysist
Sub seksi ini bertugas untuk menganalisa karakteristik crude (minyak mentah)
sebelum diolah di kilang, menganalisa kandungan impurities crude,
menganalisa chemical yang akan dating dan sedang digunakan atau dalam
penelitian. Contoh : PDC, koagulan, flokulan, antracid, karbon aktif, resin dan
sebagainya. Sub seksi ini juga bertanggung jawab terhadap analisis limbah cair
buangan proses, sumur pantau, air laut, sungai rokan, meliputi, analisa sifat-sifat
pencemaran, kandungan logam dan sebagainya.
2. Facility and Quality
Dipimpin oleh seorang Lead of Facility and Quality. Pada seksi ini meliputi
pekerjaan rutin seperti review dokumen-dokumen mutu baik TKI, TKO, TKPA,
formulir serta beberapa dokumen lainnya. Disamping itu seksi ini juga bertugas
melakukan monitoring mutu terhadap hasil analisis ataupun pekerjaan di
Laboraturium yang berkaitan dengan ISO 17025.
12
kondisi yang bebas dari kecelakaan. Peralatan kerja dalam penggunaannya harus
memperhatikan batas-batas kemampuan peralatan tersebut, bagian yang bergerak dan
tegangan listrik serta memakai alat pelindung yang sesuai. Terjadinya kecelakaan kerja
di laboraturium umumnya disebabkan karena :
a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan kimia dan proses-
proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan
kegiatan.
b. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan laboraturium dan juga kurangnya
pengawasan selama kegiatan di laboraturium.
c. Kurangnya atau tidak terdesianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
perlindungan kegiatan laboraturium.
d. Kurang atau tidak mengetahui prosedur melaksanakan analisa percobaan.
e. Kurang berhati-hati saat melakukan eksperimen.
13
d. Limbah dari proses kilang ditampung di IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) dan diolah dengan metode biotreatment dengan bakteri kemudian
setelah memenuhi baku mutu pembuangan limbah maka limbah dibuang ke
laut.
B. Tinjauan Khusus
1. Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan campuran hidrokarbon yang terdapat dalam fase cair
pada tekanan atmosfer. Minyak bumi berasal dari bahan organik diantaranya plankton,
hewan dan tumbuhan yang mengendap dalam saluran sediment dan selanjutnya
mengalami dekomposisi akibat pengaruh sifat kimia (tekanan tinggi, suhu tinggi dan
waktu yang lama serta dibantu oleh bakteri anaerob) dan akhirnya menjadi minyak
bumi (Hardjono,2001).
Minyak bumi (petroleum) adalah cairan kental berwarna coklat gelap atau
kehijauan mudah terbakar yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Menurut American Society for Testing and Material (ASTM D-4175) minyak bumi
merupakan campuran yang terjadi di bumi, sebagian besar terdiri atas hidrokarbon,
sedikit belerang, nitrogen dan oksigen yang dibebaskan dalam tanah disertai dengan
zat-zat lain seperti garam anorganik dan impurities lain yang apabila dipisahkan akan
mengubah sifat minyak. Minyak bumi diambil dari sumur minyak dipertambangan
pertambangaan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui
proses studi geologi, analisis sediment, karakter dan struktur sumber dan berbagai
macam studi lainnya.
Minyak bumi disusun oleh 85% unsur karbon, 12% unsur hidrogen
(hidrokarbon) dan 1-5% unsur sulfur, nitrogen, oksigen serta unsur yang lainnya
(Sunaryanto, 2017). Minyak bumi dari berbagai sumber pada umumnya mempunyai
kompisisi kimia yang berbeda-beda. Menurut Aldaan dan Mudji (2012) minyak bumi
merupakan campuran dari beratus-ratus komponen senyawaan hidrokarbon, yang
dikelompokkan atas hidrokarbon paraffin, naften dan aromat. Jumlah atom karbon
dalam minyak bumi mulai dari metana (satu atom karbon) hingga 60 atau lebih dengan
berat molekul 16 sampai dengan 850 atau lebih.
a. Hidrokarbon paraffin
Disebut juga alkane. Merupakan hidrokarbon jenuh dengan ikatan C-C dan
C-H dengan struktur rantai atom C terbuka, panjang dan lurus. Hidrokarbon
paraffin mempunyai titik didih paling rendah diantara hidrokarbon naften
14
dan aromatik, oleh karena itu banyak fraksi ringan. n-parafin merupakan
fraksi utama dari minyak mentah yang dihasilkan dari straight destilation,
dimana senyawa yang dihasilkan mempunyai tekanan atmosfer. C1-C4
berupa gas. Yang termasuk dalam senyawa ini adalah propana dan butana
yang merupakan komponen utama penyusun LPG sedangkan C5-C15 berupa
cair. Senyawa parafin yang berupa cair terdapat pada fraksi nafta, bensin,
kerosin, bahan bakar diesel, dan minyak bakar. Lebih dari 15 atom karbon
berupa padatan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah malam arafin.
Senyawa ini merupakan fraksi terbesar dalam minyak bumi. Senyawa ini
memiiki rumus CnH2n+2. Isoparafin merupakan senyawa yang mempunyai
rantai cabang sangat sedikit, namun jumlah isoparafinnya dapat ditingkatkan
melalui proses perengkahan katalitik, alkilasi, isomerasi, dan polimerisasi.
b. Hidrokarbon naftena (Siklo alkana)
Disebut juga sikloparafin atau sikloalkana. Sikloalkana ada yang memiliki
cincin 5 (lima) yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu
sikloheksana yang terdapat dalam fraksi nafta dan fraksi minyak bumi
dengan titik didih yang lebih tinggi.
15
struktur rantai atom C tertutup berikatan rangkap dua dan tunggal yang
saling bergantian diantara kedua C yang berdekatan.
16
Avtur sebagai bahan bakar dengan resiko tinggi memiliki trayek titik didih
antara 1500C -3000C terdiri dari molekul hidrokarbon dengan titik beku maksimum -
470C. Menurut Aldaan dan Mudji (2012) avtur yang boleh dipasarkan harus memenuhi
persyaratan seperti berikut :
1. Syarat Kenampakan
Syarat kenampakan dari avtur adalah apabila dilihat dengan mata telanjang
avtur tetap jernih, tembus sinar, bebas dari partikel-partikel padat dan cair
yang tidak terlarut pada susunan sekeliling yang normal. Di laboraturium
PT. Pertamina RU II Dumai analisa kenampakan avtur dilakukan secara
visual. Sebelum dilakukan analisis sampel avtur dihomogenkan terlebih
dahulu. Untuk meyakinkan bahwa bahan bakar bebas dari kotoran padat
dan air yang tidak larut. Jika dilihat secara visual dengan mata akan tampak
jernih, terang, bebas dari partikel-partikel padatan (seperti debu, pasir,
gumpalan garam) dan tidak tampak adanya pemisahan air pada suhu kamar.
Sifat kenampakan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan:
a. Visual Appearance.
b. Colour Saybolt ASTM D 156-07a
c. Particulate Contaminant ASTM D 5452-08
d. Particulate Contaminant IP-565
Spesifikasi Appearance : Clear, bright and visually free from solid matter and
undissolved water at normal ambient temperatur.
2. Syarat Komposisi Senyawa Kimia
Senyawa kimia di dalam avtur dibatasi komposisinya karena berkaitan
dengan sifat-sifat avtur baik mutu bakar, stabilitas pada penyimpanan dan
pemakaian maupun sifat korosivitas avtur tersebut, seperti tercantum pada
Tabel 2.2. Umunya komponen kimia avtur terdiri dari hidrokarbon (paraffin,
naften dan aromat) dan senyawa impurities dalam jumlah kecil serta
additive.
17
Freezing Point Naphthene Paraffin Aromat
Density Aromat Naphthene Paraffin
Nilai Kalori/Berat Paraffin Naphthene Aromat
18
diena, dan senyawa yang mengandung sulfur dan nitrogen serta senyawa
teroksidasi yang memiliki titik didih yang tinggi, % volume total dari
olefin berupa persen volume dari alkena atau sikloalkena dan beberapa
diena serta % volume dari hidrokarbon jenuh yang dinyatakan dari
jumlah persen volume alkena dan sikloalkena. Penentuan persen volume
total dari hidrokarbon aromatic, olefin dan hidrokarbon jenuh sangat
penting karena menentukan kualitas dari avtur. Analisa ini dilakukan
berdasarkan prinsip dari adsorbansi dan kromatografi kolom pada
konsentrasi hidrokarbon yang lebih kecil daripada normalnya.
Pembacaan dilakukan dengan bantuan sinar ultraviolet. Menurut Knight
dan Groennings (1956) analisa jenis hidrokarbon dengan Fluorescent
Indicator Adsoption (FIA) menggunakan prinsip kromatografi kolom
dimana jenis hidrokarbon dipisahkan berdasarkan afinitas adsorpsi
masing-masing komponen pada kolom silika gel yang diikuti oleh
alkohol karena proses elusi dilakukan dengan larutan isopropil alkohol.
Jenis senyawa hidrokarbon aromatis yang terkandung dalam avtur
dinyatakan berdasarkan persen volume yang dirumuskan sesusai dengan
persamaan (2), (3) dan (4).
Aromat, % vol = (La/L) x 100………………………………..(2)
Olefin, % vol = (Lo/L) x 100………………………………..(3)
Saturated, % vol = (Ls/L) x 100………………………………..(4)
Dimana,
La = Length of aromatic zone, mm
Lo = Length of olefin zone, mm
Ls = Length of saturated zone, mm
L = La + Lo + Ls
c. Total Sulfur
Sulfur atau sering disebut dengan belerang merupakan suatu unsur yang
tidak diharapkan keberadaannya dalam produk avtur. Sulfur atau
belerang umumnya terkandung dalam crude oil yang sehingga
keberadaannya tidak mungkin dapat dipisahkan secara murni untuk
produk dari crude oil tersebut. Sulfur atau belerang bersifat merugikan
karena :
19
o Sulfur atau belerang apabila bereaksi dengan hydrogen terbentuk gas
H2S (hydrogen sulfida) yang berbau menyengat. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
H2(g) + S(s) H2S(g)………………………………..(5)
o Sulfur atau belerang menyebabkan korosi pada mesin karena sulfur
atau belerang bereaksi dengan oksigen di udara menyebabkan
terbentuknya senyawa SOx (sulfur oksida) yang bersifat korosif. SOx
(sulfur oksida) terbagi menjadi dua senyawa yaitu SO2 (sulfur
dioksida) dan SO3 (sulfur trioksida). Sulfur dioksida mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara,
sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Belerang dalam senyawa asam dapat dihilangkan dengan
hydrotreating. Mekanisme reaksi pembentukan senyawa sulfur
oksida tercantum pada persamaan (6) dan (7).
S(s) + O2(g) ↔ SO2(g)………………………………..(6)
2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g)………………………….(7)
o Sulfur ikut membentuk gum dan sludge dalam penyimpanan
Penentuan kandungan sulfur dalam avtur dapat dilakukan secara
analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa secara kualitatif
dilakukan dengan Doctor Test Method. Metode ini digunakan untuk
analisa ada tidaknya senyawa mercaptan atau thiol, hydrogen sulfida
dan peroksisa atau elemen sulfur di dalam avtur. Analisa ini dilakukan
berdasarkan IP 30-92. Dinamakan Doctor Test Method karena metode
ini menggunakan doctor solution yaitu larutan sodium plumbite
(Na2PbO2.3H2O). Sedangkan analisa kuantitatif sulfur dapat dilakukan
dengan beberapa metode, seperti sulfur mercaptan dengan metode
titrasi potensiometri sedangkan total sulfur dilakukan dengan
instrument x-ray fluorescence. Analisa sulfur, mercaptan dengan
metode titrasi potensiometri dilakukan berdasarkan ASTM 3227-10.
Sulfur dapat berbentuk pyrite sebagai S2 dan sulfat sebagai SO4. Sulfat
di dalam senyawa organik terdapat sebagai thiophenols (tiol atau
merkaptan) dan thiophenes. Potensiometer merupakan suatu alat yang
digunakan untuk menganalisis suatu unsur didalam larutan yang prinsip
kerjanya didasarkan dengan adanya perubahan potensial elektroda dari
20
larutan yang dianalisis karena adanya penambahan volume titran.
Potensiometer dilengkapi dengan alat titrasi secara otomatik dan alat
pencatat hasil analisis. Analisis jumlah keasaman, dilakukan dengan
elektroda kerja dan pembanding. Elektroda kerja yang dipakai adalah
elektroda platina yang berfungsi untuk mengukur perubahan potensial
dalam larutan yang dianalisis, sedangkan elektroda pembanding yang
dipakai adalah elektroda kalomel. Asam dalam avtur dapat disebabkan
karena adanya proses pembentukan asam selama penyulingan ataupun
dapat disebabkan secara alami karena adanya kandungan asam organik.
Pada titrasi potensiometri, titik ekivalen ditentukan menggunakan
kurva turunan pertama dari data yang telah didapatkan. Metoda ini
merupakan metoda yang sederhana dan dapat memberikan hasil yang
akurat. Penentuan titik ekivalen titrasi potensiometri dapat ditentukan
dengan membuat kurva titrasi turunan pertama ataupun turunan kedua
yang disebut kurva diferensial dengan menghitung nilai kenaikan beda
potensial pada titrasi dibagi dengan selisih kenaikan volume titran
(ΔE/ΔV) terhadap volume titran rata-rata. Dalam hal ini digunakan
larutan perak nitrat (AgNO3) alkoholik sebagai pentiter. Elektroda
indikator yang digunakan yaitu elektroda platina, sedangkan elektroda
pembanding yang digunakan adalah elektroda kalomel jenuh dengan
elektroda remote junction (Vogel, 2002). Sedangkan analisa total sulfur
dilakukan berdasarkan Defence Standard 91-091 menggunakan alat x-
ray fluorescence. Tekhnik analisis X-Ray Fluoresence (XRF)
merupakan tekhnik analisis suatu bahan dengan menggunakan
peralatan spektrometer yang dipancarkan oleh sampel dari penyinaran
sinar-X. Sinar-X yang dianalisis berupa sinar-X karakteristik yang
dihasilkan dari tabung sinar-X, sedangkan sampel yang dianalisis dapat
berupa sampel padat pejal dan serbuk. Dasar analisis alat X-Ray
Fluoresence (XRF) tercantum pada Gambar 2.4, yaitu pencacahan
sinar-X yang dipancarkan oleh suatu unsur akibat pengisian kembali
kekosongan elektron pada orbital yang lebih dekat dengan inti atom
(kulit K) oleh elektron yang terletak pada orbital yang lebih luar.
Kekosongan elektron ini terjadi karena eksitasi elektron. Pengisian
elektron pada orbital K akan menghasilkan spektrum sinar-X deret K,
21
pengisian elektron pada orbital berikutnya menghasilkan spektrum
sinar-X deret L, deret M, deret N dan seterusnya (Sumantry, 2002).
22
Gambar 2.5 Prinsip Kerja Spektrofotometer UV-Vis (Riyadi, 2009)
% T = It/I0 x 100%...........................................................................(8)
A = -log It/I0………………………………………………………………………………....…..(9)
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Kuliah Magang Mahasiswa
24
Pertamina RU II Dumai. Metode pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer
dan pengumpulan data sekunder.
1. Pengumpulan data primer
Partisipasi langsung, yaitu mengikuti secara aktif kegiatan analisis di
Laboraturium PT. Pertamina RU II Dumai dengan ikut melakukan analisis
di laboraturium.
2. Pengumpulan data sekunder
a. Pengamatan, diperoleh dengan cara mengamati data yang sudah ada di
instansi berupa informasi yang ada di instansi.
b. Studi pustaka, diperoleh dengan cara mempelajari proses yang
dikerjakan di laboraturium secara teoritis dari berbagai pustaka yang
terdapat di instansi ataupun di luar instansi dapat juga melalui media
internet.
C. Prosedur Penelitian
25
1. Masing-masing sampel avtur ditimbang sebesar 100 gram dan
dimasukkan ke dalam titration flask.
2. Ke dalam titration flask ditambahkan solvent TAN (Total Acid Number)
sebanyak 100 mL
3. Mulut titration flask ditutup menggunakan sumbat kemudian di dinding
titration flask dihubungkan dengan selang gas nitrogen.
4. Ke dalam titration flask dialirkan gas nitrogen selama kurang lebih 3.5
menit melalui selang penghubung.
5. Setelah 3.5 menit kemudian ditetesi indicator p-naphthol benzeil ke
dalam titration flask sambil terus dialirkan gas nitrogen.
6. Larutan kemudian dititrasi dengan KOH alkoholik sambal terus dialirkan
gas nitrogen.
7. Volume titrasi keasaman total dihitung dengan persamaan (1).
Sementara itu, pembuatan solvent TAN (Total Acid Number) dilakukan
dengan cara melarutkan 500 mL toluene dan 5 mL akuades ke dalam 495
mL larutan isopropil alkohol.
2. Jenis senyawa hidrokarbon aromatis yang terkandung (ASTM D 1319-
10)
Gambar 3.1 Alat dan Skema Alat FIA (Fluorescent Indicator Adsorption)
Alat :
a. Alat FIA lengkap dengan lampu ultraviolet 1 set
b. Gelas beker 200 mL merk Pyrex 1 buah
c. Syringe 1,0 mL 1 buah
Bahan :
26
b. Indikator FIA 3 tetes
c. Silika gel serbuk secukupnya
d. Larutan isopropil alkohol secukupnya
Langkah pengerjaan :
1. Kolom FIA dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dibilas dengan air.
2. Setelah bersih kemudian kolom FIA dikeringkan dengan cara
dianginkan.
3. Setelah kering kemudian kolom FIA diisi dengan serbuk silika gel pada
scharge section coloumn kemudian vibrator dijalankan hingga separator
section berisi setengah.
4. Ditambahkan indicator FIA sebanyak 1 tetes kemudian silika gel diisikan
kembali hingga ketinggian 75 mm dari absorption coloumn (charge
section) dan diulangi vibrasi sampai pemadatan yang merata.
5. Sampel avtur diambil dengan menggunakan syringe sebanyak 0,75 mL
kemudian diinjeksikan di kolom FIA sedalam 30 mm di bawah
permukaan silika gel.
6. Ditambahkan isopropil akohol ke dalam charge section sampai penuh
kemudian coloumn dihubungkan dengan manifold gas dan diatur
tekanan udara sampai 14 kPa dan ditunggu selama kurang lebih 2,5
menit kemudian tekanan udara dinaikkan sampai 34 kPa selama 2,5
menit.
7. Apabila sampel telah memasuki bagian analyzer kurang lebih 350 mm
maka dimulai pembacaan dengan bantuan sinar ultraviolet menurut
ketentuan berikut :
Biru = Aromat
Kuning = Olefin
Terang = Hidrokarbon jenuh (Parafin dan Naptin).
8. Dicatat tinggi pada masing-masing fraksi warna dan diulangi pembacaan
hingga 3 kali.
9. Kadar aromat dalam sampel dihitung dengan persamaan (2), (3), dan (4).
27
3. Total Sulfur (Defence Standard 91-091)
Langkah pengerjaan :
28
6. Hasil analisa dapat dilihat pada menu klik result lalu pilih open result,
maka kotak open result akan muncul, lalu pilih range standar yang
digunakan untuk analisa dan klik ok.
7. Pada baris akhir dari kotak range standar yang muncul klik double,
maka hasil analisa akan muncul. Laporkan hasil analisa sulfur dalam
satuan ppm.
4. Sulfur, mercaptan (ASTM D 3227-10)
29
Bahan :
a. Sampel avtur tangki 50 gram/sampel
b. Solvent RSH 300 mL
c. AgNO3 alkoholik 0,01 N secukupnya
Langkah Pengerjaan :
1. Alat titrasi potensiometri dibersihkan kemudian dikeringkan dengan tisu.
2. Sampel avtur ditimbang kurang lebih 50 gram dan dimasukkan ke dalam
gelas beker.
3. Kemudian ditambahkan larutan solvent RSH ke dalam gelas beker yang
berisi sampel.
4. Setelah itu, sampel kemudian dititrasi dengan metode potensiometri
dengan larutan AgNO3 alkoholik.
5. Dicatat hasil yang diperoleh dalam satuan % wt dan dilaporkan.
Hasil yang diperoleh dilaporkan dengan persamaan sebagai berikut :
𝐀 𝐱 𝐍 𝐱 𝟑. 𝟐𝟎𝟔
𝐦𝐞𝐫𝐤𝐚𝐩𝐭𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐥𝐟𝐮𝐫, % 𝐰𝐭 =
𝐖
Dimana,
A = Jumlah titasi AgNO3 alkoholik 0,01 N
N = Normalitas larutan AgNO3
W = Berat sampel, gram
3,206 = 100 x gram ekivalen berat S dalam merkaptan
5. Doctor Test
30
c. Pipet volume 10 mL 1 buah
d. Bulb 1 buah
Bahan :
Langkah pengerjaan :
31
Jika selama pengocokan (pengerjaan pada langkah nomor 2) atau setelah
penambahan sulfur (pengerjaan pada langkah 3 dan 4) terbentuk endapan
coklat atau hitam, catat dan laporkan hasil doctor test positif sedangkan
jika setelah penambahan sulfur tidak terbentuk endapan, catat dan
laporkan doctor test negative.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Proses Pembuatan Produk Avtur RU II Dumai
Avtur dihasilkan melalui beberapa unit proses. Produk avtur kemudian
ditampung dalam tangki. Terdapat lima macam tangki yang digunakan untuk
menampung produk avtur, antara lain tangki 945 T-08, 945 T-16, 945 T-17, 945 T-18
dan tangki 945 T-19. Untuk mendapatkan avtur diperlukan beberapa tahap proses
pengolahan crude oil (minyak mentah). Prose pengolahan untuk mendapatkan avtur
melalui beberapa tahapan yaitu :
a. Distilasi Atmosfir
Pada unit CDU (Crude Distillation Unit) Crude Oil yang diolah di unit ini
merupakan campuran antara Sumatera Light Crude (SLC) dan Duri Crude
Oil (DCO) yang bekerja pada temperature ± 3500C dengan tekanan 1
Atmosfir. Dari proses distilasi ini dihasilkan produk yaitu, gas, naphtha,
Light Gas Oil (LGO), Heavy Gas Oil (HGO) dan long residue.
b. Distilasi Hampa (Vacuum Distilation)
Long Residue yang dihasilkan CDU, digunakan sebagai umpan pada unit
unit distilasi hampa ini menghasilkan produk yaitu, Light Vacuum Gas Oil
Short residue yang dihasilkan Vacuum Unit, digunakan sebagai umpan pada
Delayed Coker Unit (DCU) dengan temperature 3200C. Dari unit DCU ini
menghasilkan produk yaitu naphtha, Light Coker Gas Oil (LCGO), Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO) sebagai umpan hydrocracking dan Green Coke.
33
d. Proses Perengkahan (Hydroracking Process)
34
Gambar 4.1 Lokasi Pengambilan Sampel
a. Sampel bagian atas (upper sample)
Pada bagian ini, sampling dilakukan di setengah dari sepertiga bagian atas
tangki. Tali gayung untuk sampling diulurkan ke bawah hingga setengah dari
sepertiga bagian atas tangki kemudian dilakukan sampling dan tali ditarik
kembali.
b. Sampel bagian tengah (middle sample)
Pada bagian ini, sampling dilakukan di setengah dari tinggi tangki. Tali
gayung untuk sampling diulurkan ke bawah hingga setengah dari tinggi
tangki kemudian dilakukan sampling dan tali ditarik kembali.
c. Sampel bagian bawah (lower sample)
Pada bagian ini, sampling dilakukan di setengah dari sepertiga bagian bawah
tangki. Tali gayung untuk sampling diulurkan ke bawah hingga setengah dari
sepertiga bagian bawah tangki kemudian dilakukan sampling dan tali ditarik
kembali.
Sampel dari bagian upper, middle dan lower kemudian dicampur menjadi
satu dan dihomogenkan dengan cara dikocok kocok hingga tercampur
semuanya agar sampel yang akan dianalisis bersifat representative terhadap
contoh uji. Sampel kemudian diberi label sesuai kode tangki dan tanggal
sampling. Peralatan yang diperlukan untuk pengambilan sampel avtur
terdapat pada gambar 4.2. peralatan tersebut antara lain, ember, gayung
bening untuk analisa appearance, gayung hitam untuk mengkompositkan
sampel dan tali.
35
Gambar 4.2 Peralatan Sampling
2. Analisa keasaman total (Total acidity)
Keasaman total merupakan banyaknya senyawa asam yang terikat hidrokarbon
yang terkandung di dalam bahan bakar yang dinyatakan dalam mg KOH/100 gram
sampel. Penentuan keasaman total dilakukan dengan melarutkan sejumlah sampel ke
dalam campuran toluene dan isopropil alkohol kemudian dialirkan gas nitrogen ke
dalam sampel untuk menghilangkan gas-gas yang bersifat impurities dan dititrasi
dengan KOH alkoholik dimana end point terjadi dengan adanya perubahan warna dari
indikator p-naphtholbenzein. Struktur dari indicator p-naphtolbenzein terdapat pada
gambar 4.3. Keasaman total dalam bahan bakar, khususnya avtur dibatasi dengan batas
maksimal 0.015 mg KOH/g.
Prinsip pengujian :
Sampel dilarutkan dalam campuran toluena dan isopropil alkohol dan sedikit air. Untuk
menghilangkan gas-gas impurities kepada sampel dialirkan gas nitrogen dan
selanjutnya dititrasi dengan larutan standar kalium hidroksida alkoholat dengan
menggunakan indikator p-naptholbenzene sampai titik akhir yang ditunjukkan oleh
perubahan warna.
36
Signifikansi pengujian :
Asam walaupun dalam jumlah yang kecil akan merusak logam-logam, seperti
aluminium. Asam dapat dinetralkan dengan sabun (soap) atau surfaktan (surface active
agent). Hasil analisa yang diperoleh tercantum pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil analisa keasaman total
Tangki 16 Tangki 17 Tangki 18
Hasil Pemeriksaan
(mg KOH/g) (mg KOH/g) (mg KOH/g)
Total Acidity, 0,003 0,003 0,004
ASTM D-3242
Hasil analisa yang diperoleh masih jauh dari batas maksimal sehingga produk
avtur yang diperoleh ON SPEC dan boleh untuk dipasarkan. Asam dari avtur biasanya
adalah asam naftenat yang berasal dari crude oil, bisa korosif terhadap logam
aluminium dan magnesium serta zinc dengan adanya air. Senyawa naftenat merupakan
surfaktan yang tidak mengakibatkan mudah larutnya air di dalam avtur sehingga susah
dipisahkan. Senyawa surfaktan ini hanya dapat dihilangkan dengan saringan tanah liat
(clay filter).
Keasaman total dibatasi karena senyawa asam bersifat korosif terhadap logam,
khususnya logam pada mesin. Korosi yang terjadi akibat adanya interaksi antara asam
naftenat dengan logam dijelaskan pada mekanisme reaksi berikut:
Fe + 2RCOOH ⇌ Fe(RCOO)2 + H2………………...........…….(11)
Fe + H2S ⇌ FeS + H2...................................................................(12)
Fe(RCOO)2 + H2S ⇌ FeS + 2RCOOH........................................(13)
Pada reaksi pertama, naftena besi terbentuk dari reaksi asam naftenat dengan besi.
Karena larut dalam minyak, naftena besi dibawa dalam aliran fluida. Di sisi lain,
hidrogen sulfida atau spesies yang mengandung sulfida lainnya bereaksi dengan baja
membentuk lapisan besi sulfida di permukaan (persamaan 12). Hidrogen sulfida juga
bereaksi dengan zat besi naftena untuk membentuk besi sulfida dan membebaskan asam
naftena (persamaan 13). Selain itu, adanya asam apabila ternetralisasi maka akan
membentuk surfaktan yang dapat merusak mesin dan mengganggu kerja pelumas.
3. Analisa Jenis Senyawa Hidrokarbon Aromatis (Aromatic Hydrocarbon Types)
Metode uji ini digunakan untuk mengukur kandungan romat, olefin dan paraffin +
naften dalam produk minyak bumi secara absorbs indicator fluoresensi.
37
Prinsip pengujian:
Sampel dialirkan secara perkolasi ke dalam kolom silika gel yang diberi pewarna
khusus. Bila terjadi desorpsi oleh alkohol, dengan sinar ultraviolet sampel terpisah
menjadi 3 lapisan tipe hidrokarbon. Panjang relatif dari tiap pita diterjemahkan ke dalam
persen volume dari tiap-tipe hidrokarbon.
Signifikansi pengujian:
Kandungan aromat adalah sebuah ukuran kualitas pembakaran bahan bakar.
Pada pembakaran, apabila bahan bakar mengandung aromat tinggi disamping berasap
juga membentuk deposit karbon atau debu, yang berakibat terjadinya overheating pada
sistem tertentu. Overheating menimbulkan efek negative yaitu apabila berlebihan
menyebabkan turunnya umur linear pada combustion chamber. Deposit karbon tetap
berpijar walaupun pembakaran sudah berhenti. Disamping itu aromat juga dapat
merusak selang pada sistem bahan bakar karena aromat memiliki daya pelarut yang
tinggi. Keberadaan olefin dalam bahan bakar tidak dikehendaki, karena merupakan
penyebab terbentuknya gum karena mudah bereaksi, mudah teroksidasi dan
berpolimerisasi, terlebih bila dalam bahan bakar mengandung logam Fe dan Cu. Olefin
merupakan penyebab bahan bakar mempunyai tingkat kestabilan yang rendah sehingga
stabilitas bahan bakar juga rendah.
Kandungan senyawa dipisahkan berdasarkan kemampuannya mengabsorpsi
sehingga terbentuk fraksi-fraksi dengan warna yang berbeda. Warna biru menunjukkan
senyawa aromatik, warna kuning menunjukkan senyawa olefin sedangkan warna cerah
atau putih menunjukkan senyawa hidrokarbon jenuh. Hasil analisa terdapat dalam Tabel
4.2.
Tabel 4.2 Hasil analisa jenis senyawa hidrokrbon aromatis
Tangki 16 Tangki 17 Tangki 18
Hasil Pemeriksaan
(% v/v) (% v/v) (% v/v)
Aromatics HC 12,4 10,1 11,5
Types, ASTM D-
1319-10
Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa sampel memenuhi standar
sehingga dapat dipasarkan. Aromatik merupakan senyawa dengan kandungan hidrogen
rendah dan memiliki sifat pembakaran yang rendah sehingga memiliki titik nyala dan
asap yang tinggi.
38
4. Total Sulfur
Metode uji ini untuk menentukan kandungan sulfur dalam produk minyak bumi
dengan instrument x-ray fluorescent. Batas maksimal total sulfur adalah 0.3 % m/m.
Hasil analisa total sulfur terdapat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil analisa total sulfur
Tangki 16 Tangki 17 Tangki 18
Hasil Pemeriksaan
(% m/m) (% m/m) (% m/m)
Total sulfur, Def 0,02 0,02 0,02
Stan 91-091
Prinsip pengerjaan :
Signifikansi pengujian :
Sulfur dalam bahan bakar minyak dapat menimbulkan bau yang tidak menyenangkan,
ikut membentuk gum dan sludge dalam penyimpanan dan dalam pembakaran akan
menimbulkan asap dan menyebabkan korosi.
Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa sulfur yang terkandung pada
masing-masing sampel avtur tidak melebihi ambang batas maksimum (ON SPEC)
sehingga produk dapat dipasarkan. Total sulfur dihitung berdasarkan banyaknya sulfur
yang terkandung dalam hydrogen sulfide (H2S), mercaptan berat (RSH), sulfide (RSR),
disulfide (RSSR), siklo sulfide (CH2)5S, alkil sulfat (R2SO4), asam sulfonate
(RSO2OH), sulfoksida (RSOR), sulfona (RSO2R), tiofena (C4H4S) dan benzotiofena
(C8H6S). Oleh sebab itu disebut sebagai total sulfur karena di dalam minyak bumi
banyak sekali terdapat sulfur. Sulfur dalam minyak bumi sangat tidak diharapkan
karena sulfur sangat merugikan baik untuk mesin, lingkungan maupun untuk
pernapasan. Pembentukan gas berbahaya dari sulfur yang merugikan dapat dijelaskan
pada mekanisme reaksi berikut :
39
S(s) + O2(g) SO2(g)…………………………………..(14)
SO2 (gas belerang oksida) merupakan gas yang tidak berwarna, berbau sangat
menyengat dan sangat menyesakkan napas meskipun dalam kadar rendah. Gas ini
dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran belerang yang terlarut dalam bahan bakar
miyak bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung dalam bijih logam yang
diproses pada industri pertambangan. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida
belerang memang tidak secara langsung dirasakan oleh manusia, akan tetapi
menyebabkan terjadinya hujan asam. Proses terjadinya hujan asam dapat dijelaskan
dengan reaksi pada persamaan (15).
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)……………………………..(15)
2SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)…………………………(16)
H2SO4 (asam sulfat) merupakan senyawa yang sangat berbahaya karena dapat
mengakibatkan korosi pada logam dan mengganggu kesehatan manusia. Reaksi korosi
yang terjadi terdapat pada persamaan (17).
Fe + H2SO4 FeSO4 + H2………………………….…..(17)
Ferro Sulfat
Kemudian ferro sulfat akan teroksidasi membentuk ferri sulfat. Reaksi yang
terjadi terdapat pada persamaan (18).
2 FeSO4 + 2 H2SO4 + O2 2Fe2(SO4)3 + 2M2O.........(18)
Garam-garam tersebut akhirnya akan membentuk kerak dan menempel pada
mesin. Selain itu, sulfur apabila bereaksi dengan gas hidrogen di udara dapat
membentuk gas hydrogen sulfide yang bersifat racun, tidak berwarna dan berbau seperti
telur busuk. Reaksi yang terjadi terdapat dalam persamaan (19).
H2 (g) + S(s) H2S (g)…………………………………(19)
Sulfur juga dapat bereaksi dengan logam membentuk senyawa baru dengan
warna tertentu. Misalnya, dengan logam aluminiu, sulfur bereaksi sesuai dengan
persamaan (20).
Mg(s) + S(s) MgS(s)…………………………………..(20)
Sulfur bereaksi dengan logam aluminium menghasilkan senyawa baru Al2S3
yang berwarna kuning. Reaksi yang terjadi terdapat dalam persamaan (21).
2Al(s) + 3S(s) Al2S3(s)………………………………...(21)
Sulphur bereaksi dengan logam besi menghasilkan senyawa baru FeS yang
berwarna hitam. Reaksi yang terjadi terdapat dalam persamaan (22).
Fe(s)+ S(s) FeS(s)………………………………………(22)
40
5. Sulfur Merkaptan
Keberadaan merkaptan dalam avtur tidak dikehendaki, karena bersifat korosif
dan penyebab bau. Pada metode uji ini, secara kuantitatif merkaptan ditetapkan dengan
metode potensiometri, dimana titik ekuivalen ditunjukkan oleh lonjakkan perubahan
potensial. Dibandingkan dengan titrasi indikator, titrasi potensiometri memberikan
keakurasian yang lebih tinggi karena titrasi potensiometri tidak menggunakan indicator
untuk mengetahui titik ekivalennya melainkan menggunakan elektroda. Prinsip
potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda indikator
dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur potensial pada elektroda
indikator harus digunakan elektroda standar yaitu berfungsi sebagai pembanding yang
mempunyai harga potensial tetap selama pengukuran. Batas maksimal sulfur mercaptan
dalam bahan bakar avtur adalah 0,003 % m/m.
Prinsip pengujian:
Sejumlah sampel yang telah bebas gas hidrogen sulfida dilarutkan dalam pelarut titrasi
dari natrium asetat alkoholat, dititrasi secara potensiometri dengan larutan standar perak
nitrat dengan elektroda acuan gelas dan atau perak sulfida. Pada kondisi pengujian ini,
merkaptan belerang diendapkan sebagai perak merkaptida dan titik akhir titrasi
ditunjukkan oleh terjadinya penyimpangan potensial yang besar dalam sel potensial.
Signifikansi pengujian:
41
yang dihasilkan ON SPEC dan dapat dipasarkan. Mercaptan atau thiol memiliki struktur
seperti berikut ini :
6. Doctor Test
Pengujian ini merupakan pengujian kualitatif untuk menentukan ada atau
tidaknya merkaptan, hidrogen sulfida, sulfur bebas dan peroksida yang terdapat dalam
bahan bakar minyak. Disebut doctor test karena menggunakan larutan doctor (Na₂PbO₂),
yaitu campuran larutan plumbit dan sejumlah sulfur bebas. Penambahan sulfur bebas
berfungsi untuk memperbesar konsentrasi sulfur dalam contoh sehingga dengan mudah
dapat terendapkan.
Prinsip pengujian:
Sejumlah sampel direaksikan dengan doctor solution (larutan doctor) dan sulfur powder
(jika diperlukan) di dalam tabung silinder tertutup. Kemudian dilakukan pengamatan
terhadap perubahan warna yang terjadi pada campuran dan atau endapan. Apabila
campuran menjadi coklat kehitaman (warna dari PbS), berarti sampel mengandung
senyawa sulfur. Sebaliknya bila tidak terjadi noda coklat kehitaman, ini menunjukkan
bahwa sampel tidak mengandung senyawa sulfur.
Signifikansi pengujian:
Pengujian doctor test berguna untuk mengetahui kandungan senyawa korosif sulfur
secara kualitatif sehingga dapat mengindikasi kecenderungan korosif terhadap bahan-
bahan logam. Doctor test tidak dapat digunakan untuk menentukan banyaknya
kandungan sulfur dalam minyak karena hanya bersifat analisa kualitatif. Berdasarkan
analisa, diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil analisa doctor test
Hasil Pemeriksaan Tangki 16 Tangki 17 Tangki 18
Doctor test, IP 30- Negatif negatif Negative
92
Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa sampel negative doctor test
yang artinya di dalam sampel tidak mengandung sulfur sehingga produk avtur yang
dihasilkan ON SPEC dan dapat dipasarkan. Apabila bahan bakar mengandung
42
mercaptan sulfur RSH maka reaksi yang terjadi adalah:
RSH + Na2PbO2 PbRS + NaOH
PbRS + S PbS RSSR
PbS akan mengendap menghasilkan endapan cokelat (doctor test positif).
43
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam
menganalisa avtur harus dilakukan dengan sangat teliti dan hati-hati karena kesalahan
dalam analisa dapat menimbukan resiko yang besar serta dalam pendistribusian dan
penampungan bahan bakar avtur harus dijamin bahwa tangki atau pipa tersebut tidak
mengandung sisa produk bahan bakar lainnya karena dapat merusak bahan bakar avtur
itu sendiri.
44
DAFTAR PUSTAKA
Aldaan, Faikar dan Mudji, Rahardjo. 2012. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Daya
Tarik Iklan Terhadap Minat beli Sepedah Motor Yamaha (Studi Kasus Pada
Konsumen Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang). Diponegoro Journal
Of Management, 1(2).
Analisa Supply and Demand Energy tahun 2013.
45
Sumantry, Teddy. 2002. Aplikasi XRF Untuk Identifikasi Lempung Pada Kegiatan
Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Pengelolaan Limbah VII.
Sunaryanto, Rofiq. 2017. Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan
Isolat Indigeneous. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi ISSN 2580-
5095.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1971.
Vogel, H.G. 2002. Drug Discovery and Evaluation Pharmacologycal Assays,. Springer-
Verley : Deidelbarg, New York.
46
47
48
49
50