CBR Pendidikan Pancasila
CBR Pendidikan Pancasila
PENDIDIKAN PANCASILA
TUGAS CBR
Disusun untuk Memenuhi Salah satu Tugas dalam
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji & Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya Critical Book Review ini dapat selesai dengan baik. Dan kami
berterima kasih kepada pihak yang terkait atas kerjasamanya dalam melaksanakan Critical
Book Review ini.
Critical Book Review merupakan tugas yang mengharuskan mahasiswa dalam
melihat, menganalisa, dan menilai sebuah journal dalam segi tampilan, penulisan, isi, dan
aspek tata bahasa journal tersebut. Diperlukan kecermatan, kehati-hatian, serta tanggung
jawab dalam membuat Critical Book Review, karna yang dinilai merupakan journal karya
ilmiah atau bersifat akademik. Kami sangat berharap Critical Book Review ini dapat
berguna dalam membangun konteks teks laporan, diantaranya teks laporan penelitian dan
teks laporan kegiatan.
Demikianlah Critical Book Review ini kami sajikan, semoga Critical Book
Review ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang membacanya. Critical Book
Review merupakan bentuk dari pembelajaran yang ditugaskan kepada mahasiswa, untuk
itu kami mohon maaf apabila kritikan kami ini tidak sesuai dengan harapan Penulis, Dosen
Pengampu, rekan-rekan, maupun pihak-pihak lainnya. Serta kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari Anda serta Dosen Pengampu demi perbaikan Critical Book Review
ini di waktu yang akan datang.
Medan, 21 September 2018
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. Pengantar 4
A Latar Belakang 4
B Tujuan 5
C Manfaat 5
D Identitas Buku yang Direview 5
BAB II. Ringkasan Buku 6
A Bab 1, Pendahuluan 6
B Bab 2, Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Pancasila 7
C Bab 3, Pancasila Sebagai Sistem Filsafat 11
D Bab 4, Pancasila Sebagai Etika Politik 13
E Bab 5, Pancasila Sebagai Ideologi Nasional 16
F Bab 6, Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia
23
G Bab 7, Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat
26
BAB III Keunggulan Buku 29
A Keterkaitan antar bab (Kohesi dan Koherensi antar bab) 29
B Kemutakhiran isi Buku 29
BAB IV Kelemahan Buku 31
A Keterkaitan antar bab(Kohesi dan Koherensi antar bab) 31
B Kemutakhiran Isi Buku 31
C Keterkaitan antara isi Buku Dengan Bidang Ilmu 32
3
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Critikal book review merupakan tugas yang mengharuskan mahasiswa dalam
melihat, menganalisa, dan menilai sebuah buku dalam segi penampilan, penulisan, isi, dan
aspek tata bahasa buku tersebut. Dalam menilai sebuah buku, diperlukan sebuah
pembanding untuk melihat perbandingan buku yang direview dengan buku atau jurnal
yang menjadi pembanding.
Sebagai Penulis, adanya critikal book review ini sangat penting dalam melihat
kualitas buku tersebut. Penulis dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan buku yang
dimilikinya. Dengan adanya critikal, Penulis dapat meningkatkan kualitas dari buku
tersebut. Sehingga Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang ingin disampaikan
Penulis melalui buku tersebut.
Reviewers juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas buku. Pendapat
yang beragam dari Reviewer tidak dapat dipandang sebagai kritikan saja. Kritikan tersebut
harus bersifat membangun kualitas baik itu dari penampilan, penulisan, tata bahasa,
maupun isi dari buku tersebut. Dari kritikan yang beragam ini, Reviewer harus
bertanggungjawab dalam membuat critikal book review. Untuk itulah sikap kehati-hatian
dan kecermatan merupakan hal terpenting dalam meriview. Jika mahasiswa terbiasa dalam
meriview buku, tentunya pengalaman dan pengetahuan seorang reviewers menjadi
bertambah.
B. Tujuan
Critical book review ini memiliki tujuan baik untuk Penulis, Reviewers, maupun
Pembaca, berikut tujuan yang dimaksud :
1. Mendapatkan saran-saran atau kritikan yang membangun.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku.
3. Menambah wawasan dalam mengkritik buku.
4. Memahami topik yang disampaikan buku tersebut.
4
C. Manfaat
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada critical book review ini, tentunya
tujuan-tujuan yang ingin disampaikan dapat memberi manfaat, dan diantara manfaat itu
ialah :
1. Dapat gambaran umum dari apa yang ingin dicapai.
2. Dapat merevisi ataupun membuat karya ilmiah maupun buku baru.
3. Dapat bertindak sebagai profesional dalam mereviewer.
4. Dapat mengembangkan materi atau ilmu yang terdapat pada buku.
Buku Utama
1. Judul : Pendidikan Pancasila
2. Edisi : Edisi Reformasi 2016
3. Pengarang : Prof. Dr. Kaelan, M.S.
4. Penerbit : Paradigma Yogyakarta
5. Kota terbit : Yogyakarta, Indonesia
6. ISBN :-
7. Tebal : 285 Halaman
8. Tahun terbit : 2016
9. Cover Buku :
Buku Pembanding
1. Judul : Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi
2. Edisi : Edisi 2010
3. Pengarang : Dr. H. Kabul Budiyono, M.Si.
4. Penerbit : ALFABETA, cv
5. Kota terbit : Bandung, Indonesia
6. ISBN : 978-602-8361-21-7
7. Tebal : 206 Halaman
8. Tahun terbit : 2010
5
9. Cover Buku :
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. Bab 1, Pendahuluan
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, yang diundangkan dengan batang tubuh UUD 1945.
Landasan
Landasan pendidikan pancasila terbagi menjadi 3 yakni:
a. Historis
b. Kultural
c. Yuridis
d. Filosofis
a. Landasan Historis
- Terbentuk melalui proses panjang sejak zaman kerajaan
- Suatu prinsip tersimpul dalam pandangan dan filsafat hidup bangsa berupa ciri
khas, sifat, dan karakter
- Nasionalisme Indonesia bukan dengan kekuasaan atau hegemoni ideology
tetapi dengan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah
b. Landasan Kultural
- Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan
bangsa lain
- Sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa yang dimiliki melalui proses
refleksi filosofis pendiri Negara, diantaranya:
1) Soekarno
2) Moh. Yamin
3) Moh. Hatta
4) Soepomo
- Sila-sila Pancasila merupakan hasil pemikiran tentang bangsa dan Negara yang
mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai.
6
c. Landasan Yuridis
- UU No. 2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan
tinggi
- Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat
pendidikan:
1) Pancasila
2) Agama
3) Kewarganegaraan
- SK Mendiknas No. 232/U/2000: Berisi tentang pedoman penyusunan
kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa. Pasal 10
ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib memuat agama, Pancasila, dan
Kewarganegaraan.
d. Landasan Filosofis
- Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia
- Sebelum mendirikan Negara, bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang
berketuhanan dan berkemanusiaan, berdasarkan kenyataan objektif bahwa
manusia adalah mahluk Tuhan yang Maha Esa.
a. ZAMAN KUTAI
b. ZAMAN SRIWIJAYA
7
2. Majapahit (1293-1525) - keprabuan
Marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa berarti suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur, hal ini merupakan cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara
yang sudah tercermin sejak zaman kerajaan Sriwijaya.
Banyak kerajaan kecil yang mendukung akan lahirnya kerajaan Majapahit seperti
Isana, Kalasan, Darmawangsa,dll.
d. ZAMAN MAJAPAHIT
e. ZAMAN PENJAJAHAN
Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara, namun berkat
kegigihan para pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan dan pemerintahan yang ada
saat itu melakukan perundingan silih berganti. Namun, semua perlawanan senantiasa
kandas karena tidka disertai rasa persatuan dan kesatuan dalam menaklukkan penjajah.
f. KEBANGKITAN NASIONAL
Indonesia jatuh ke tangan Jepang karena Belanda takluk pada Jepang. Tak ada bedanya
dengan Belanda, Jepang pun memeras tenaga rakyat untuk kepentingan Jepang. Janji
merdeka diberikan pada Indonesia berkali-kali melalui BPUPKI dan PPKI. BPUPKI
mengadakan sidang untuk mewujudkan keinginan merdeka, yaitu pada :
8
1. 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945
Membahas usulan-usulan rumusan dasar negara. Sidang ini dihadiri oleh beberapa tokoh
penting, seperti :
• Ir. Soekarno
Membentuk “Panitia Sembilan” untuk membuat pembukuan hukum dasar yang lebih kita
kenal dengan istilah Undang-Undang Dasar.
h. SIDANG BPUPKI
berikut :
• Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian berfungsi
sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
• Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik pada
tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan Piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
Pada sidang kali ini, PPKI berhaisl menetapkan daerah Propinsi sebagai berikut :
• Jawa Barat
• Jawa Tengah
• Jawa Timur
• Sumatera
• Borneo
• Sulawesi
9
• Maluku
• Sunda Kecil
Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang ‘Badan Penolong
Keluarga Korban Perang’, adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan
pasal. Salah satu dari pasal tersebut yaitu, pasal 2 dibentuklah suatu badan yang disebut ‘
Badan Keamanan Rakrat’ (BKR)
Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional
Indonesia, yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.
1. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum kolonial, dan mulai
berlakunya hukum masional.
2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas dari penjajahan
dan memiliki kedulatan untuk menentukan nasib sendiri. Pembentukan Negara RIS
Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memeliki kedaulatan. Oleh karena itu,
persetujuan KMB bukanlah penyerahan kedaulatan, melainkan pengalihan atau pengakuan
kedaulatan. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Ketidakstabilan negara disegala bidang membuat
Presiden Soekarno mengeluarkan
• Membubarkan Konstituante
10
Landasan hukum Dekrit adalah hukum darurat :
• Pembubaran PKI
1. Manusia
2. Alam
3. Pengetahuan
4. Etika
5. Logika
11
Filsafat secara menyeluruh berarti :
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil dari
aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari
persoalan yang bersumber pada akal manusia.
1. Metafisika
Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi bidang-
bidang ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi
3. Metodologi
4. Logika
Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil berfikir yang
benar.
5. Etika
6. Estetika
Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekarja
sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan utuh
12
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
d. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis,
dasar epistemologis, dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan sistem filsafat yang
lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain
paham filsafat di dunia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dnegan sila lima merupakan cita-cita
harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya dalam kehidupan.
Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia agar terwujud
dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja, dengan
penuh harapan diupayakan terealisasi dalam setiap tingkah laku dan perbuatan setiap
manusia Indonesia.
13
Norma-norma tersebut meliputi :
1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun buruk.
Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma
moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Norma hukum
PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung
jawab berhadapan dengna pelbagai jaaran moral.
1) Etika Umum
2) Etika Khusus:
3) Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
4) Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain.
a. PENGERTIAN NILAI
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu benda untuk
memuaskan manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang melakat
pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.
b. HIERARKI NILAI
• Nilai-nilai kenikmatan
• Nilai-nilai kehidupan
• Nilai-nilai kejiwaan
• Nilai-nilai kerohanian
14
Golongan manusia menurut Walter G.Everet :
• Nilai-nilai ekonomis
• Nilai-nilai kejasmanian
• Nilai-nilai hiburan
• Nilai-nilai sosial
• Nilai-nilai watak
• Nilai-nilai estetis
• Nilai-nilai intelektual
• Nilai-nilai keagamaan
• Nilai material
• Nilai vital
• Nilai kerohanian :
1. Nilai kebenaran
2. Nilai keindahan
3. Nilai kebaikan
4. Nilai religius
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun berkaitan dengan tingkah
laku manusia atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata. Nilai bersifat
universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya Tuhan,
manusia atau segala sesuatu lainnya.
NILAI INSTRUMENTAL
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga dapat dikatakan
bahwa nilai instrumental juga merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
15
NILAI PRAKSIS
Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia. Secara kausalitas, Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara,
nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai
istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius. Agar memiliki pengetahuan yang lengkap
tentang proses terjadinya Pancasila, maka secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan proses
kausalitas.
Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan asal mula
yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila
sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi
Kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama.
Adapun rincian asal mula langsung Pancasila adalah sebagai berikut :
Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam
kepribadian dan pandangan hidup.
Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.Hatta serta
anggota BPUPKI lainnya yang merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal
bentuk, rumusan serta nama Pancasila.
Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa
pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah.
Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk
Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan
oleh PPKI sebagai dasar negara yang sah.
16
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-
hari bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
Nilai Ketuhanan
Nilai Kermanusiaan
Nilai Persatuan
Nilai Kerakyatan
Nilai Keadilan
Nilai kebudayaan
Nilai religius
c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal mula
tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil sintesa
paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah kebangsaan
Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :
Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi
masing-masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek yang berbeda-beda,
walaupun hakikat dan sumbernya sama.
17
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu
wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi sebagai
kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar
manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan hidup bangsa dapat disebut
sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai
ideologi negara.
a. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia.
b. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar
1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
d. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
e. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara negara.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup
dan budaya bangsa. Karena ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa
Indonesia.
a. Pengertian Ideologi
Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau sering kita sebut sebagai
cita-cita. Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan,
ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut :
- Bidang Politik
- Bidang Sosial
- Bidang Kebudayaan
- Bidang Keagamaan
Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan bangsa pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya :
18
b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi
seperti liberalisme, kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme
bersumber kepada aliran-aliran filsafat yang berkembang disana.
1. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan kemerdekaan
individu yang berarti tetap mengakui dan menghargai kebebasan individu lain.
2. Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka bangsa
Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang
karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini
mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan,
Negara Kebangsaan serta Negara yang bersifat Integralistik.
19
Bhineka Tunggal Ika
Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa meskipun
bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki
adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki agama yang berbeda dan
terdiri dari beribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya
merupakan suatu persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian
ini disebut sebagai negara.
Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah suatu
totalitas kelompok masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana
terjadi pada bangsa sosialis komunis.
Teori Kebangsaan
20
Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang membentuk
nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut :
- Kesatuan Sejarah
- Kesatuan Nasib
- Kesatuan Kebudayaan
- Kesatuan Wilayah
- Kesatuan Asas Kerohanian
Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian
ini, Indonesia dengan keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan integral sebagai
suatu bangsa yang merdeka. Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka
rincian pandangannya adalah sebagai berikut :
d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan.
Maka, bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan, demiian
pula setiap warganya juga ber Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna terdapat
kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara Yng merupakan
dasar untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan yang baikbagi
masyarakat dan penyelenggara negara.
Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat
21
dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai
manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan dengan manusia lain untuk
mencapai tujua bersama. Oleh karena itu, negara memiliki sebab akibat langsung dengan
manusia karena manusia adalah sebgaai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan
oleh dasar ontologis setiap individu.
Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia.
Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan
yang Chauvimisme.
Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia harus
mengakui dan melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama baik dalam
masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial) yang
meliputi 3 hal :
- Keadilan Distributif
- Keadilan Legal
- Keadilan Komutatif
3. Ideologi Liberal
Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang
disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur
fundamental. Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang
merupakan sumber perbedaan konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan
22
bahwa rakyat adalah sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun
negara, bahkan komunisme menekankan bahwa rakyat adalah suatu totalitas di atas
eksistensi individu.
Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan
dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.
Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari manusia
sebagai makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir
dengan kemenangan pada pihak kelas proletar. Hak asasi manusia hanya berpusat pada
hak kolektif, sehingga hak individual pada hakikatnya tidak ada.
Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis,
melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi
sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,
termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya,
seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-
nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu Undang-
Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi. Negara
dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar negara.
Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga negara,
keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara. Pembukaan
UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang
sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan berada pada hierarki
tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
23
b. PEMBUKAAN UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal
UUD 1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan,
namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.
Kedudukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia
memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu :
Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir
sebagai penjelmaan kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertntu sebagai
dasar-dasar negara yang dibentuknya.
4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara Republik
Indonesia
24
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah Proklamasi
yang terinci sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta dalam ilmu hokum
memenuhi syarat bagi terjadinya suatu tertib hukum Indonesia dan sebagi Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental.
6. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar
filsafat Negara Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat
timbal balik sebagai hubungan secara formal dan hubungan secara material.
Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh dan apa yang terkandung
dalam pembukaan adalah merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia tatkala
mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan
25
G. Bab 7, Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat
Berbangsa dan Bernegara
a. PENGERTIAN PARADIGMA
Pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa yang mencakup akal, rasa dan
kehendak, asepk raga, aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek
kehidupan ketuhanannya. Kemudian dijabarkan dalam bebagai bidang pembangunan
antara lain politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan,
teknologi serta agama.
GERAKAN REFORMASI
26
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI HUKUM
Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan jaman, begitu
pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis.
Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak
menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa
yang telah diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada
nilai-nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Yaitu sila pancasila.
Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara indonesia guna melaksanakan pembangunan
nasional, reformasi, dan pendidikan pada khususnya.
Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, karena
sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan, atau yang lebih dikenal
dengan hak asasi manusia. Sehingga sistem politik negara pancasila mampu memberikan
dasar-dasar moral, diharapakan supaya para elit politik dan penyelenggaranya memiliki
budi pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita moral rakyat yang luhur. Sebagai
warga negara indonesia manusia harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik,
bukan sekedar objek politik yang diharapkan kekuasaan tertinggi ada pada rakyat.
Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Karena Pancasila sebagai
paradigma dalam berpolitik, maka sistem politik di indonesia berasaskan demokrasi,
bukan otoriter.
Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di indonesia harus berlandaskan atas
moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral
keadilan, apabila pelaku politik baik warga negara maupun penyelenggaranya berkembang
atas dasar moral tersebut maka akan menghasilkan perilaku politik yang santun dan
bermoral yang baik.
Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus,
sistem ekonomi harus mandasarkan pada moralitas ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal ini
untuk menghindari adanya pengembangan ekonomi yang cenderung mengarah pada
persaingan bebas, yaitu yang terkuat dialah yang akan menang, seperti yang pernah terjadi
pada abad ke-18, yaitu tumbuhnya perekonomian kapitalis. Dengan adanya kejadian pada
abad ke-18 tersebut, maka eropa pada awal abad ke-19 bereaksi untuk merubah
perkembangan ekonomi tersebut menjadi sosialisme komunisme, yang berjuang untuk
nasib rakyat proletar yang sebelumnya ditindas oleh kaum kapitalis.
27
Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi mensejahterakan rakyat luas,
sistem ekonomi ini di kembangkan oleh mubyarto, yang tidak hanya mengejar
pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan
ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh
sebab itu kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya
yang berakibat pada penderitaan dan penindasan manusia.
d. AKTUALISASI PANCASILA
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif
dan subjektif. Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif
maupun yudhikatif. Sedangkan aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada
setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan
masyarakat.
1) Pendidikan Tinggi
2) Penelitian
3) Pengabdian Kepada Masyarakat
f. BUDAYA AKADEMIK
1) Kritis
2) Kreatif
3) Objektif
4) Analitis
5) Konstruktif
6) Dinamis
7) Dialogis
8) Menerima Kritik
9) Menghargai Prestasi Ilmiah/Akademik
10) Bebas dari Prasangka
11) Menghargai Waktu
12) Memiliki dan Menjunjung Tinggi Tradisi Ilmiah
13) Berorientasi ke Masa Depan
14) Kesejawatan/Kemitraan
28
BAB III
KEUNGGULAN BUKU
Buku Pembanding 1:
Kata-kata dari buku pembanding sangat lebih mudah dipahami, pembahasan
singkat dan dapat dimengerti dengan baik
Buku Pembanding 2:
Babnya sudah melengkapi dari pembahasan tentang Pancasila, sangat bagus untuk
pemula yang ingin mengetahui Pancasila agar menumbuhkan rasa nasionalisme.
Buku Pembanding 1:
Dalam Buku ini pembahasannya dalam sejarah Indonesia sangat mendekati
lengkap dan menjadi dasar atau referensi untuk buku yang selanjutnya.
Buku Pembanding 2:
Dalam pembahasan di dalam buku sangatlah lengkap dan teori yang dibahas
sangat menyangkut dengan kejadian Indonesia sekarang.
29
Buku Utama:
Dilihat dari isi tahun terbit, buku ini terbit pada tahun 2016 tepatnya sudah sekitar
tiga tahun dan sudah jelas bukanlah buku lama. Tetapi penulis menggunakan sumber
bacaan atau referensi yang sudah lama dari tiga tahun terakhir ini, walaupun begitu penulis
tetap menggunakan referensi yang akurat dan terpercaya seperti jurnal yang terakreditasi,
dan dengan buku-buku yang memang mengandung unsur yang cocok untuk dijadikan
sebagai referensi buku ini
Buku Pembanding 1:
Buku merupakan sumber referensi untuk buku yang selanjutnya dibuat, dimana
kurang lengkapnya ilmu atau pembahasan yang dibahas di dalam buku ini serta
Pembahasan dalam babnya sangat berkaitan dengan bab yang dibahas dibuku utama
Buku Pembanding 2:
Buku sangat sesuai dan sama apa yang dibahas dengan buku utama dan pembanding 1.
Lebih menarik dari buku lainnya.
30
BAB IV
KELEMAHAN BUKU
Buku Pembanding 1:
Dalam Buku ini seluruh babnya menyangkut paut dengan buku utama tapi
walaupun pembahasannya lebih kurang lengkap dari buku utama
Buku Pembanding 2:
Isi buku sama dengan pembahasan buku banding 1 tetapi ia lebih langsung kearah
kejadian sekarang.
Buku Pembanding 1:
Buku semakin mengalami perubahan di kemudian hari karena pembahasan buku
edisi ini kurang lengkap sehingga buku ini akan mengalami perubahan yng signifikan
Buku Pembanding 2:
Ada kalimat yang tidak penting tetapi masih dimasukkan sehingga pembaca
bingung contohnya pertanyaan nya itu.
31
C. Keterkaitan antara isi Buku Dengan Bidang Ilmu
Buku Utama:
Buku menggunakan sumber referansi yang sudah lama dan hal ini memungkinkan
terjadinnya konflik terhadap referensi lama yang digunakan oleh buku dengan
referensi-referensi baru.
Buku Pembanding 1:
Pembahasan yang dimuat tidak semuanya berkaitan dengan buku utama, malah
mengarah ke dasar pembahasan dari buku yang selanjutnya
Buku Pembanding 2:
Buku banyak membahas kejadian lalu dan sekarang ,jadi ada yang tidak terkait
dengan buku utama ataupun pembanding
32
BAB V
HASIL ANALISIS
33
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pancasila sebagai suatu ideology tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan identitas
bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, maka dari itu nilai-
nilai Pancasila diberlakukan sebagai dasar negara menjadikan setiap tingkah laku para
peyelenggara negara dan pelaksanaan pemerintah harus selalu berpedoman pada pancasila
Saran
Menjadikan Buku beserta pembahasan didalamnya ini sebagai sarana yang dapat
mendorong para mahasiswa/I berfikir kreatif dan aktif. Dan tahu tentang sejarah
terbentuknya Indonesia.
Pembahasannya lebih baik itu singkat dan tidak mengulang kata-kata agar
pembaca tidak bosan.
34