ABSTRAK
Tahun 1980 Bina Marga mengembangkan campuran aspal yang dikenal dengan Lapisan Tipis Aspal Beton
(Lataston) atau Hot Rolled Sheet (HRS). Untuk meningkatkan campuran aspal beton dapat dilakukan dengan
modifikasi campuran aspal beton terutama dengan mengganti bahan pengisi (filler). Batu laterit Kalimantan
memiliki beberapa mineral seperti : zat besi, timah, zirkon, kwarsa, alumunium, nikel oksida titanium dan juga
memiliki tekstur yang padat dan juga kokoh. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap batu laterit Kalimantan
sebagai bahan pengganti filler. Tujuan penelitian untuk mengetahui nilai karakteristik Marshall jika menggunakan
variasi filler batu laterit Kalimantan, kombinasi dan semen serta untuk mengetahui apakah penggunaan batu laterit
sebagai filler dapat meningkatkan nilai karakteristik Marshall HRS. Hasil penelitian didapatkan kadar aspal
optimum 6,80 % dengan filler 100 % semen nilai stabilitas 1140 kg > 800 kg, flow 3,49 mm > 3 mm, MQ 328
kg/mm > 250 kg/mm, VIM 6,0% > 5,7% > 4,0% , VMA 20,0% > 18%, dan VFB 71,5% > 68%. Dengan filler
kombinasi (50 % batu laterit dan 50 % semen) nilai stabilitas 1054 kg > 800 kg, flow 3,77 mm > 3 mm, MQ 281
kg/mm > 250 kg/mm, VIM 6,4 > 6,0 (pada campuran ini nilai VIM tidak memenuhi spesifikasi), VMA 20,5% >
18%, dan VFB 68,8% > 68%. Dengan filler 100 % batu laterit nilai stabilitas 1232 kg > 800 kg, flow 3,86 mm > 3
mm, MQ 319 kg/mm > 250 kg/mm, VIM 6,0% > 5,7% > 4,0% , VMA 19,7% > 18%, dan VFB 71,7% > 68%.
129
Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 02 Juni 2017 ISSN cetak 2502-1028
pemilihan SS - A dan SS - B
tergantung pada tebal nominal
minimum. Latasir biasanya
memerlukan penambahan filler agar
memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang
disyaratkan.
2. Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled
Gambar I.2. Komponen Perkerasan Kaku Sheet, HRS)
Sumber : Dinas Bina Marga Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston)
yang selanjutnya disebut HRS, terdiri
3. Konstruksi perkerasan komposit dari dua jenis campuran, HRS pondasi
(Composite Pavement) adalah jenis (HRS – Base) dan HRS Lapis Aus
perkerasan kombinasi antara rigid (HRS – Wearing Course, HRS – WC)
pavement dan flexible pavement. dan ukuran maksimum agregat masing-
(Hendra Suryadharma, Benidiktus masing campuran adalah 19 mm. HRS
Susanto, 1999). – Base mempunyai proporsi fraksi
a. Kombinasi antara perkerasan kaku agregat kasar lebih besar daripada HRS
dan perkerasan lentur. – WC.
b. Perkerasan lentur diatas perkerasan 3. Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete,
kaku atau sebaliknya. AC)
Lapis Aspal Beton (Laston) yang
selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga
jenis campuran, AC Lapis Aus (AC -
WC), AC Lapis Antara (AC - Binder
Course, AC - BC) dan AC Lapis
Pondasi (AC - Base) dan ukuran
maksimum agregat masing-masing
campuran adalah 19 mm, 25,4 mm,
Gambar I.3. Komponen Perkerasan 37,5 mm. setiap jenis campuran AC
Komposit
yang menggunakan bahan aspal
Sumber : Dinas Bina Marga
polimer atau aspal dimodifikasi dengan
aspal alam disebut masing-masing
Tabel I.1 Perbedaan Perkerasan Lentur dan
Perkerasan Kaku sebagai AC - WC Modified, AC - BC
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku Modified, dan AC - Base Modified.
Bahan Aspal Semen
Pengikat
Repetisi Timbul rutting Timbul retak-retak pada Menentukan Kadar Aspal Campuran
Beban (lendutan pada jalur permukaan
roda) Jika dari perhitungan dihasilkan kadar
Penurunan
Tanah
Jalan bergelombang
(mengikuti tanah
Bersifat sebagai
diatas perletakan
balok aspal adalah 6,3%, maka nilai kadar aspal
Dasar dasar) rencana/tengah/ideal = 6,5%. Setelah
Perubahan Modulus kelakuan Modulus kelakuan tidak.
Temperatur berubah. Timbul Berubah timbul tegangan diketahui nilai aspal rencana/tengah/ideal
tegangan dalam yang dalam yang besar
kecil
maka nilai ideal di tambahkan sampai 3
Sumber : Silvia Sukirman kali dengah interval 0,5% dan di kurangi 2
kali dengan interval 0,5% (-1%, -0,5%,
Campuran Beraspal Panas PB, +0,5%, +1%, +1,5%).
Jenis Campuran Beraspal
1. Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, Rumus yang digunakan adalah :
SS) Kelas A dan B ( ) ( )
( )
Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang
selanjutnya disebut SS, terdiri dari dua
jenis campuran, SS - A dan SS - B.
130
Perencanaan Campuran Aspal Beton Hot Rolled Sheet – Wearing Course (Hrs – Wc)
Dengan Filler Batu Laterit Kalimantan
Keterangan: P1 P2 ... Pn
Pb = Nilai kadar aspal rencana Gsb =
P1 P2 P
CA = Agregat kasar, % agregat ... n
G1 G 2 Gn
tertahan saringan No.8
FA = Agregat halus, % agregat lolos Keterangan :
saringan No.8, tertahan saringan Gsb = Berat jenis bulk agregat
No.200 total
Filler = % agregat minimal 75% lolos P1+P2+Pn = Presentase masing-masing
No.200 fraksi agregat
K = Nilai konstanta G1+G2+Gn = Berat jenis bulk masing-
= 0,5 – 1,0 untuk laston masing fraksi agregat
= 2,0 – 3,0 untuk lataston
b. Berat Jenis Semu Agregat Total
Perhitungan Volumetrik Campuran P1 P2 ... Pn
Gsa =
1. Volumetrik Benda Uji Campuran P1 P P
2 ... n
yang dipadatkan H1 H 2 Hn
Keterangan :
Udara Gsa = Berat jenis semu agregat
total
Aspal
P1+P2+Pn = Presentase masing-masing
fraksi agregat
Agregat H1+H2+Hn = Berat jenis semu masing-
masing fraksi agregat
Gambar I.4 Komponen Campuran Beraspal c. Berat Jenis Efektif Agregat Total
secara Volumetrik Gsb Gsa
Sumber : Dinas Bina Marga Gse =
2
Keterangan:
Keterangan :
Gse = Berat jenis efektif agregat total
Vma = Volume rongga diantara mineral
Gsb = Berat jenis bulk agregat total
agregat
Gsa = Berat jenis semu agregat total
Vmb = Volume bulk campuran padat
Vmm = Volume campuran padat tanpa
d. Berat Jenis Maksimum Campuran
rongga
Pmm
Vfa = Volume rongga terisi aspal Gmm =
Pmm Pb Pb
Va = Volume rongga dalam
campuran Gse Sb
Vb = Volume aspal Keterangan :
Vba = Volume aspal yang diserap Gmm = Berat jenis maksimum
agregat campuran, rongga udara nol
Vsb = Volume agregat (berdasarkan Pmm = Persen berat total campuran
berat jenis bulk) Pb = kadar aspal, persen terhadap
Vse = Volume agregat (berdasarkan berat total campuran
berat jenis efektif) Gse = Berat jenis efektif agregat
Gb = Berat jenis aspal
Rumus Berat Jenis dan Perhitungan
Volumetrik 2. Perhitungan Penyerapan Aspal dan
1. Perhitungan Berat Jenis Kadar Aspal Efektif
a. Berat Jenis Bulk Agregat Total a. Penyerapan Aspal
131
Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 02 Juni 2017 ISSN cetak 2502-1028
Gse Gsb
Pba = 100 Gb MULAI
Gse Gsb
Keterangan: Studi Literatur
Pba = Penyerapan aspal, persen total
agregat Pemilihan Material
Pba 100 Pb
1. Berat Jenis
a. Keausan/Abrasi
Pbe = Pb
b. Berat Jenis dan
Penyerapan
agregat
Menentukan Kadar Aspal Rencana/Tengah/Ideal (PB)
Dengan Variasi Kadar Aspal (-1%, -0,5%, PB, +0,5%, +1%, +1.5%)
c. Rongga Antar Agregat (VMA)
VMA = 100
100 Pb Gmb Menentukan Proporsi Masing – masing Agregat & Filler, Sesuai
Spesifikasi Campuran Lataston HRS – WC Bina Marga 2010 Revisi
Gse 3 Divisi 6
campuran
100 Gmb
VIM = 100 Membuat Benda Uji Marshall (2 x 75
Gmm Tumbukan)
Berdasarkan Nilai KAO yang di Dapat
Keterangan :
VIM = Rongga dalam campuran Menggunakan
100% Filler Batu
Menggunakan Kombinasi
Filler 50% Filler Batu
Menggunakan
100% Filler Semen
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat Laterit Kalimantan Laterit Kalimantan dan
50% Semen
(berat isi)
Gmm = Berat jenis maksimum campuran, Pengujian
Uji Marshall (Marshall Test)
VMA
Keterangan : SELESAI
3. METODE PENELITIAN
132
Perencanaan Campuran Aspal Beton Hot Rolled Sheet – Wearing Course (Hrs – Wc)
Dengan Filler Batu Laterit Kalimantan
4. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
ANALISA DATA Aspal yang digunakan adalah Penetrasi
Penelitian yang dilakukan di 60/70. Berikut dibawah ini hasil pengujian
Laboratorium Teknik Sipil Fakultas aspal pada Tabel I.3.
Teknik Universitas Balikpapan terdiri dari
pengujian agregat untuk menentukan Tabel I.3 Pengujian Mutu Aspal Penetrasi 60/70
pembagian ukuran butir (gradasi) agregat Hasil Spesifikasi
Metode Sat
halus dan agregat kasar dengan No Jenis Pengujian
Pengujian Pengu
Min Maks
uan
jian
menggunakan saringan dan mengetahui 1
Penetrasi pada 25°C, SNI 06-
62 60 70
0,1
100 gram, 5 detik 2456-1991 mm
sifat-sifat fisik atau karakteristik agregat 2 Titik lembek
SNI
53,5 ≥ 48 °C
2434:2011
kasar, agregat halus dan bahan pengisi 3
Daktilitas pada 25°C, SNI
128 ≥ 100 cm³
5cm/menit 2432:2011
(filler) yang digunakan dalam campuran. Kelarutan dalam AASHTO
4 99,5 ≥ 99 %
Bahan agregat yang digunakan pada studi C2HCL3 T44-03
SNI
5 Titik nyala (COC) 331 ≥ 232 °C
ini, yang terdiri dari agregat halus dan 2433:2011
SNI gr/
6 Berat jenis 1,029 ≥ 1,0
agregat kasar adalah jenis batu pecah 2441:2011
SNI 06-
ml
%
7 Penetrasi setelah TFOT 52,3 ≥ 54
(crushed rock) yang berasal dari Palu, 2456-1991 asli
SNI
8 Daktilitas setelah TFOT 83,0 ≥ 100 cm
Sulawesi Tengah sedangkan bahan 2432:2011
Titik lembek setelah SNI
pengisi (filler) yang digunakan adalah 9
TFOT 2434:2011
53,5 - - °C
Perkiraan suhu AASHTO-
Semen Portland dan hasil penumbukan 10
pencampuran 27-1990
150 - - °C
Perkiraan suhu AASHTO-
dari Batu Laterit Kalimantan. 11
pemadatan 27-1990
145 - - °C
SK-SNI M-
12 Kadar parafin 0,440 - - %
09-1993-03
Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Sumber : Hasil Pengujian
dan Filler
Hasil pengujian keseluruhan agregat Gradasi Agregat Gabungan
disajikan dalam Tabel I.2. Gradasi adalah distribusi dari variasi
ukuran butir berdasarkan nilai titik tengah
Tabel I.2 Rekapitulasi hasil pengujian agregat dari spesifikasi yang digunakan dalam
dan filler nilai persen. Berdasarkan hal tersebut
Filler
Pengujian
Agregat
Kasar
Agregat
Halus
Batu
Laterit
Metoda
Spesifika
si proporsi campuran Lataston HRS – WC
Abrasi 14,28 %
SNI 2417
40 %
Gradasi Semi Senjang dengan gradasi
:2008
ideal diperoleh presentase agregat kasar
SNI 1969
Berat
2,79 2,62
:2008 > 2,5 44,0%, agregat halus 48,0% dan filler
jenis Bulk SNI 1970 gr/cc
:2008 (Batu Laterit Kalimantan) 8%, dimana
SNI 1969
Berat
2,81 2,65
:2008
-
campuran menggunakan gradasi ini
jenis SSD SNI 1970
2,60 :2008 diharapkan nantinya akan menghasilkan
Berat
SNI 1969
:2008
rongga yang diisyaratkan.
jenis 2,85 2,72 -
SNI 1970
Semu
:2008
SNI 1969
Penyerap :2008
0,72 % 1,42 % ≤3%
an SNI 1970
:2008
133
Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 02 Juni 2017 ISSN cetak 2502-1028
Tabel I.4 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Menentukan Kadar Aspal Rencana
Campuran Aspal Panas Berdasarkan gradasi agregat gabungan
Spesifikasi Komp
Sieve No.
Sieve
HRS-WC
Ideal
osisi
Keterangan
dapat ditarik hasil untuk menentukan
Gra. Semi
( mm )
Senjang
(%) (%) kadar aspal rencana/tengah/ideal dengan
3/4 19 100 100 100 0 CA menggunakan perhitungan sebagai berikut
1/2 12,5 87 100 93,5 6,5 CA :
3/8 9,5 55 88 71,5 22 CA Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%MA) + 0,18
4 4,75 0 0 0 0 CA (%filler) + K
8 2,36 50 62 56 15,5 CA = 0,035 (44,0) + 0,045 (48,0) + 0,18
16 1,18 0 0 0 0 MA (8,0) + 2,5
30 0,600 20 45 32,5 23,5 MA = 7,64% dibulatkan ke angka 0,5%
50 0,300 15 35 25 7,5 MA terdekat menjadi
100 0,150 0 0 0 0 MA
= 7,5%
200 0,075 6 10 8 17 FA
50
40
pada Tabel I.5.
30
20
10 Hasil Pengujian Marshall Berdasarkan
0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00 Nilai Kadar Aspal Rencana
Ukuran ayakan (mm)
Pengujian Campuran dengan alat
Gambar I.6 Grafik Gradasi Gabungan HRS Marshall, sesuai dengan SNI 06-2489-
– WC Gradasi Semi Senjang 1990/SK SNI M-58-1990-03 sebagai acuan
Sumber : Hasil analisis data pengujian yang digunakan untuk menentukan kadar
laboratorium aspal optimum berdasarkan pengujian
Keterangan : tiap-tiap variasi campuran. Dalam
: Batas Atas penelitian ini dibuat 18 benda uji, dimana
: Batas Bawah masing-masing 3 buah untuk setiap variasi
: Nilai Rata – rata Gradasi kombinasi campuran, dengan kadar aspal
134
Perencanaan Campuran Aspal Beton Hot Rolled Sheet – Wearing Course (Hrs – Wc)
Dengan Filler Batu Laterit Kalimantan
yang diberikan mulai dari 6,5%, 7,0%, Sumber : Hasil analisis
7,5%, 8,0%, 8,5% dan 9,0% dengan
interval 0,5%. Benda uji dipadatkan Grafik hubungan antara stabilitas dan
sebanyak 75 2 tumbukan per bidang, kadar aspal berbanding terbalik. Dimana
kemudian benda uji ditimbang di udara kadar aspal rendah maka nilai
kemudian direndam pada temperatur stabilitasnya tinggi begitu sebaliknya.
ruangan selama 24 jam, setelah direndam Spesifikasi untuk nilai stabilitas berada
ditimbang di dalam air dan ditimbang pada range 800 kg. Dimana jika dibawah
pada kondisi jenuh, direndam di dalam batas maka tidak memenuhi spesifikasi.
bak perendaman pada temperatur 60o C
selama 30 menit dan segera dilakukan
Flow
Marshall Test. 11.0
10.0 10.05
Tabel I.5 Hasil Proporsi campuran aspal 9.0
8.45
Lataston HRS – WC Gradasi Semi 8.0
7.0 6.26
6.0 6.74
Senjang 5.0
Propo
Kadar Aspal 4.0 3.89
rsi 3.0
Ukuran
Camp 2.0 3.08
Material 1.0
uran 6,5% 7,0% 7,5% 8,0% 8,5% 9,0%
(%)
0.0
Agregat 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5
kasar 19 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
mm KADAR ASPAL
Agregat
kasar 6,5 72,9 72,5 72,2 71,8 71,4 71,0
12,5 mm Gambar I.8 Grafik Hubungan Antara Nilai
Agregat
kasar 9,5 22 246,8 245,5 244,2 242,9 241,6 240,2
Flow dan Kadar Aspal
mm
Agregat
Sumber : Hasil analisis
kasar 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
4,75 mm
Agregat
kasar 15,5 173,9 173,0 172,1 171,1 170,2 169,3
Grafik hubungan antara flow dan kadar
2,36 mm aspal berbanding lurus. Dimana kadar
Agregat
halus 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 aspal tinggi maka nilai flow semakin
1,18 mm
Agregat tinggi. Spesifikasi untuk nilai flow berada
halus 23,5 263,7 262,3 260,9 259,4 258,0 256,6
0,600 mm pada range 3,0 mm. Dimana jika dibawah
Agregat
halus 7,5 84,2 83,7 83,3 82,8 82,4 81,9 batas maka tidak memenuhi spesifikasi.
0,300 mm
Agregat
halus 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,150 mm Marshall Quotient
Agregat
halus 17 190,7 189,7 188,7 187,7 186,7 185,6 500
0,075 mm
Filler 8 89,8 89,3 88,8 88,3 87,8 87,4 400 392
Aspal 60/70 78,0 84,0 90,0 96,0 102 108
300
Berat total campuran
1200 1200 1200 1200 1200 1200 274
(gram)
200
163
Sumber : Hasil analisis 100 163 110
74
0
Berikut dibawah ini adalah grafik hasil 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5
dari Uji Marshall : KADAR ASPAL
135
Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 02 Juni 2017 ISSN cetak 2502-1028
dibawah batas maka tidak memenuhi VFA
spesifikasi. 105.0
95.0
VIM 85.0 78.1 81.0
75.0 82.1
8.0 80.0
75.0 75.6
6.0 5.0 65.0
4.8 4.2 55.0
4.0 4.8 4.5 4.1 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5
KADAR ASPAL
2.0
Grafik hubungan antara nilai VIM dan Grafik hubungan antara nilai VFA dan
kadar aspal berbanding terbalik. Dimana kadar aspal berbanding lurus. Dimana
kadar aspal tinggi maka nilai VIM nya kadar aspal tinggi maka nilai VFA
rendah. Spesifikasi nilai Marshall semakin tinggi. Spesifikasi untuk nilai
Quotient berada pada range 4,0% sampai flow berada pada range 68,0%. Dimana
6,0%. Dimana jika dibawah batas dan jika dibawah batas maka tidak memenuhi
diatas batas maka tidak memenuhi spesifikasi.
spesifikasi.
Menentukan Kadar Aspal Optimum
VMA (KAO)
25.0
Perencanaan perkerasan jalan diisyaratkan
22.5
21.7 23.1 agar perkerasan yang dihasilkan memiliki
19.9 22.2
20.0 19.6 stabilitas yang cukup baik tanpa
mengabaikan fleksibilitas, durabilitas, dan
15.0
kemudahan pelaksanaan. Adapun
10.0 karakterisrik campuran aspal panas
6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5 Lataston HRS – WC Gradasi Semi
KADAR ASPAL
Senjang, meliputi stabilitas, kelelehan
Gambar I.11 Grafik Hubungan Antara Nilai (flow), rongga udara diantara butir
VMA dan Kadar Aspal agregat (VMA), rongga udara dalam
Sumber : Hasil analisis campuran (VIM), dan rongga terisi aspal
(VFA).
Grafik hubungan antara nilai VMA dan
kadar aspal berbanding lurus. Dimana Kadar aspal optimum ditentukan
kadar aspal tinggi maka nilai VMA dengan menggunakan Metode Barthart.
semakin tinggi. Spesifikasi untuk nilai Nilai kadar aspal optimum ditentukan
flow berada pada range 18,0 %. Dimana sebagai nilai tengah dari rentan kadar
jika dibawah batas maka tidak memenuhi aspal maksimum dan minimum yang
spesifikasi. memenuhi semua persyaratan nilai
stabilitas, flow, VMA, VIM, dan VFA
seperti pada Gambar I.13.
136
Perencanaan Campuran Aspal Beton Hot Rolled Sheet – Wearing Course (Hrs – Wc)
Dengan Filler Batu Laterit Kalimantan
Kadar Aspal Optimum =
6,80%
perkerasan dapat menerima beban
diatasnya.
KAO 6,80 %
Stabilitas (kg)
1,000 1,232
Marshall 1,140
800 1,054
Quotient 600
VIM 400
VMA 200
0
VFA 100% Batu Laterit 50% Batu Laterit 50% 100% Semen
Semen
6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5
Variasi Filler
KADAR ASPAL %
Gambar I.13 Grafik penentuan kadar aspal Gambar I.14 Diagram Hubungan Variasi Filler
optimum (KAO) dengan Nilai Stabilitas
Sumber : Hasil pengujian laboratorium Sumber : Hasil data pengujian laboratorium
3.49
2.5
1. 100% filler Batu Laterit Kalimantan. 1.5
2. 50% filler Batu Laterit Kalimantan dan 0.5
50% filler Semen Portland. -0.5 100% Batu Laterit 50% Batu Laterit 50% 100% Semen
Semen
3. 100% filler Semen Portland. Variasi Filler
137
Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 02 Juni 2017 ISSN cetak 2502-1028
menunjukkan bahwa lapisan perkerasan Kalimantan lebih rendah dari hasil nilai
yang tidak terlalu kaku. VMA dengan menggunakan filler semen,
sehingga Batu Laterit Kalimantan dapat
KAO 6,80 % digunakan sebagai bahan pengganti filler
350
semen, karena nilai VMA yang rendah
300
250 319 328 menunjukkan bahwa rongga diantara
281
MQ (kg/mm)
200
150
agregat dalam campuran lebih sedikit
100
50
sehingga kemungkinan campuran untuk
0
100% Batu Laterit 50% Batu Laterit 50% 100% Semen
terjadinya geser menjadi lebih sedikit.
Semen
Variasi Filler
KAO 6,80 %
25.0
VMA (%)
15.0
dengan Nilai Marshall 10.0
Quotient 5.0
4.0 70.0
3.0 60.0 71.7 71.5
68.8
50.0
VFA (%)
2.0
40.0
1.0 30.0
0.0 20.0
100% Batu Laterit 50% Batu Laterit 50% 100% Semen 10.0
Semen 0.0
100% Batu Laterit 50% Batu Laterit 50% 100% Semen
Variasi Filler
Semen
Variasi Filler
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Bab VII Spesifikasi Umum Revisi
3, Divisi 6 Perkerasan Aspal, Jakarta, 2010.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Spesifikasi Baru Beton Aspal Campuran Panas,
2001.
Dimas Reza Rahaditya, Studi Penggunaan Serbu Bata Merah Sebagai Filler Pada Perkerasan
Hot Rolled Sheet – Wearing Course (HRS – WC), Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Jember, Jember, 2012.
139
Jurnal TRANSUKMA Volume 02 Nomor 02 Juni 2017 ISSN cetak 2502-1028
Nurkhayati Darunifah, Pengaruh Bahan Tambahan Karet Padat Terhadap Karakteristik
Campuran Hot Rolled Sheet – Wearing Course (HRS – WC), Tesis, Program Pasca Sarjana
Universitas Dipenogoro, Semarang, 2007.
Brown SF dan Brunton, An Intoduction to the Analtytical Design of Bituminous Pavement, 2th
Edition, University of Nottingham, England, 1984.
Suprapto, T.M, Bahan dan Struktur Jalan Raya, Biro Penerbit Teknik Sipil Universtias Gajah
Mada, Yogyakarta, 2004.
Muhamad Nahrowi, Studi Kuat Lentur Balok Beton Dengan Material Laterit, Politeknik Negeri
Samarinda, Samarinda, 2014.
Santho Tandiarrang, Komposisi Kimia Batuan Ultramafik Dan Peta Persebaran Laterit,
Universitas Hassanudin, Makassar, 2011.
140
Perencanaan Campuran Aspal Beton Hot Rolled Sheet – Wearing Course (Hrs – Wc) Dengan
Filler Batu Laterit Kalimantan