PENDAHULUAN
1.1 Anamnesis
1.1.2 Riwayat
RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)
Pasien mengeluhkan nyeri perut disertai buang air besar (BAB) berwarna hitam, disertai
dengan mual dan muntah
Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan : mual, muntah, perut terasa penuh, feses
hitam.
Dilakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lebih lanjut dilakukan saat pasien berada dibangsal didapatkan hasil
Keluhan : Pasien mengeluhkan mual, muntah, dada terasa berat, sesak sedikit, nyeri perut,
nafsu makan menurun karena setiap makan pasti muntah, bab hitam
KU: pasien terlihat lemas, GCS : EVM/456
TTV: Tekanan darah (TD) : 120/80, nadi : 94, suhu: 36.1 Rr: 20 SpO2: 98%.
INSPEKSI
Wajah
Mata : Terlihat semi ikterik dikedua mata (+) / (+)
Mulut: terlihat bibir pasien pecah-pecah, ada bekas luka berdarah, pada gigi terlihat warna
kehitaman suspect pasien mengalami perlukaan pada bibir dan gigi sehingga darah mengering
didaerah mulut
Thoraks :
Terlihat badan pasien kurus, spatium intercostal terlihat jelas, dinding dada normal
Abdomen
Perut terlihat besar
Ekstremitas
Terdapat pembengkakan pada kaki
PALPASI
Thoraks : Pemeriksaan paru dan jantung
Tidak dilakukan
Abdomen : Terdapat nyeri tekan kanan atas dan kiri bawah, nyeri bagian pinggang kanan dan
kiri
PERKUSI
2
Batas jantung : Tidak dilakukan
Batas Hepar : Ditemukan hepar membesar
Spleen teraba
Abdomen : timpani (+) bagian kanan, redup (+) kiri
Asites (+)
AUSKULTASI
Thoraks : S1/S2 reguler
Paru : Suara dasar vesikuler (+) /(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Abdomen : Bising usus normal 10x/menit
Dokter menyarankan untuk melakukan transfusi darah 2 kolf/ hari dan juga pemeriksaan USG
abdomen dan foto thoraks. Hasil pemeriksaan abdomen yang didapatkan sebagai berikut
Hasil USG sebagai berikut:
1. Hepatosplenomegali dengan asites masih mungkin suatu awal sirosis hepatis
2. Nefrokalsinosis ginjal kiri
Hasil foto rontgen sebagai berikut:
1. Terdapat efusi pleura kiri
Hasil diagnosis dokter adalah : hepatosplenomegaly dengan asites, nefrokalsinosis ginjal kiri,
anemia ec sirosis hepatis.
Dan diberikan terapi sebagai berikut
P= R/ Infus Nacl 0.9% 20 tpm
S i.m.m
Inj Ceftriakson 2x1
Inj Lansoprazole 1x1
Inj Santagesik 2x1
Inj Vit K 3x 1
Fetre sup 3x1 (prn)
P.o = Sucralfat sirup 3x 1
Curcuma sirup 3x1
Renax tab 3x1
Gitas plus 3x1
BAB II
3
Perkembangan Pasien
2.1 Perkembangan Pasien
28/7/19 29/7/19 30/7/19 31/7/19 1/8/19
dr. jaga IGD dr. Sp.Pd
Sesak nafas (+) (+) (+) (+) (+)
Dada terasa berat (+) (+) (+) (+) (+)
Mual dan muntah (+) (+) (+)
Nyeri perut (+) (+) nyeri perut (+), nyeri perut Nyeri perut (+)
kiri bawah kiri bawah kiri bawah
dan kanan
atas (+)
Kaki bengkak (+)/(+) (+)/(+) Bengkak kaki (+)/(+) (+)
kanan (+), kaki
kiri masih
bengkak tapi
berkurang
Tinja hitam (+) (+) (-) tidak bisa (+) (+)
buang air besar
(BAB)
4
Pemeriksaan Fungsi
Hati
28/7/19 29/7/19 30/7/19
SGOT 80
SGPT 38
Metabolik
Kolestrol total 205
GDS 74
Trigleserida 198
Fungsi Ginjal
Creatinim 1.05
Ureum 106
Asam urat 9.8
Elektrolit
Kalium 4.45
Natrium 132.3
Klorid 95.2
Kalsium
Infeksi
HbsAg -
Darah rutin
Eritrosit 1.70 2.97
Leukosit 15.71 15.9
Hemoglobin 4.0 7.7
Platelet 326 225
Netrofil 84.7 86.1
Limfosit 8.8 5.9
Monosit 5.4 6.1
Eosinofil 0.4 1.3
Basofil 0.7 0.6
HMT 14.2 24.7
Mean Corpuscular 83.5 83.0
Volume (MCV)
Mean Corpuscular 23.5 25.9
Hemoglobin (MCH)
5
Pemeriksaan Fungsi
Hati
31/7/19 01-04/8/19 05/8/19
SGOT
SGPT
Metabolik
Kolestrol total
GDS
6
Trigleserida
Fungsi Ginjal
Creatinim
Ureum
Asam urat
Elektrolit
Kalium
Natrium
Klorid
Kalsium
Infeksi
HbsAg -
Darah rutin
Eritrosit 3.73 1.29
Leukosit 13.99 15.10
Hemoglobin 9.7 3.4
Platelet 187 330
Netrofil 85.3 84.2
Limfosit 6.2 9.1
Monosit 6.0 5.6
Eosinofil 2.0 0.5
Basofil 0.5 0.6
HMT 30.6 11.3
Mean Corpuscular 82.0 87.2
Volume (MCV)
Mean Corpuscular 26.0 26.3
Hemoglobin (MCH)
07/8/19
Eritrosit 2.97
Leukosit 21.32
Hemoglobin 8.5
Platelet 228
Net rofil 84.7
Limfosit 6.9
Monosit 5.1
7
Eosinofil 2.5
Basofil 0.8
Hematokrit 26.3
MCV 88.7
MCH 28.5
Hepar Ukuran membesar (14cm), echo parenkim normal, tak tampak dilatasi, vena
porta dan vena hepatik, tidak tampak kista
Gall Ukuran normal, tidak tampak penebalan dinding, tidak tampak batu/masa
Bladder
Pancreas Sulit dievaluasi
Lien Ukuran membesar (17.5 cm), echo parenkim heterogen kasar, tak tampak
dilatasi vena splenic, tidak tampak masa/ kista
Ginjal Ukuran normal
8
kanan
Ginjal kiri Ukuran normal
Buli Terisi cukup cairan,
Prostat
1. Hepatosplenomegali dengan asites masih mungkin suatu early sirosis hepatitis
2. Nefrokalsinosis ginjal kiri
3. Saat ini gambaran ginjal kanan/ buli/ prostat tak tampak kelainan
2.3.2 Rontgen
Kesan :
COR : Batas jantung kiri tertutup perselubungan
Pulmo : Tidak tampak infiltrate
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Mata Kuning
Mata ikterik,(kuning) terjadi akibat peningkatan kadar bilirubin. Bilirubin dihasilkan oleh
sel eritrosit. Berikut skema pembentukan bilirubin
9
Bagan 1 : Proses pembentukan dan terjadinya ikterik pada mata (osmosis, 2015)
Peningkatan kadar bilirubin bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu : kelebihan produksi
bilirubin, gangguan konjugasi bilirubin oleh hepar dalam mengubah unconjugated bilirubin
(ucb) menjadi conjugated bilirubin (cb), obstruksi bilier dan gangguan pada hati (chowdurry
namita, Jayanta, 2018).
2.1.1 Hiperbilirubinemia
10
Tinja Hitam
Feses atau tinja merupakan bagian normal sisa pembuangan dari sistem pencernaan. Pr
feses normal, karakteristik,
).
Saat dilakukan pemeriksaan lab ditemukan kadar SGOT meningkat, bisa disimpulkan
ada kerusakan pada hati.
11
2.2. Tinja Hitam
Tinja hitam merupakan kelainan yang disebabkan adanya perdarahan pada saluran
pencernaan. Perdarahan pada saluran pencernaan dibagi menjadi 2: atas dan bawah. Perdarahan
atas berasal dari kerongkongan sampai ligament treitz pada duodenojejunal (Kim matthew et al.,
2014). Perdarahan gastrointestinal, dapat dikategorikan berdasarkan faktor anatomi, dan
patofisiologis : ulserativ, vascular, trauma, tumor, hipertensi portal dan iatrogenik (Kim matthew
et al., 2014).
Penyebab paling umum dari perdarahan saluran cerna bagian atas akut adalah penyakit
tukak lambung termasuk pengunaan aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), varises,
Mallory-weiss dan kanker lambung. Selain itu terdapat penyabab relatif seperti: esophagitis,
gastritis erosive, duodenitis, lesi dieulafoy, varises esophagus dan ulkus lambung (Kim matthew
et al., 2014).
Perdarahan saluran cerna atas memiliki beberapa karakteristik seperti : perdarahan segar,
coffe-ground (berwarna kecoklatan) dan melena (berwarna kehitaman). Hematokezia (larutnya
sel darah merah kedalam rectum) biasanya merupakan tanda perdarahan dari saluran cerna
bagian atas tapi bisa juga tanda perdarahan saluran cerna bawah. Perdarahan dari sistem saluran
atas biasanya berwarna merah terang, atau merah marun dan bercampur dengan kotoran.
Terdapat beberapa kondisi yang menandakan perdarahan saluran cerna atas dan bawah seperti:
ketidakstabilan hemodinamik, nyeri perut, lelah, sinkop dan nyeri dada (Kim matthew et al.,
2014).
Tinja Hitam
12
Perlukaan pada Varises esofagus Esofagitis Malory Weiss
lambung Syndrome
Hati adalah organ terbesr yang ada pada manusia, berbentuk seperti baji dan terletak di
kuadran kanan atas perut. Ukuran hati meningkat seiring bertambahnya usia dari rentang 5cm
pada usia 15 tahun, hingga 15cm pada usia dewasa. Hati normal memiliki berat 1.4-1.5 kg pada
pria dan 1.2-1.4 kg pada wanita. Dalam menentukan ukuran hati normal digunakan pemeriksaan
fisik dengan cara perkusi garis midclavicular kanan dari suara sonor ke redup, normalnya kurang
dari 16cm. Terdapat beberapa diagnosis banding terjadinya hepatomegaly
Hepatomegali
Limpa merupakan organ yang sangat vaskuler. Limpa terletak di rongga peritoneum
posterior kuadran kiri atas, dibawah diafgrama sekitar sic 9-11. Limpa memiliki sejumlah fungsi
seperti: penyaringan darah, imun dan hematopoetik. Limpa normal biasanya tidak teraba karena
terletak dibawah tulang rusuk perut kiri atas, teksturnya lembut dan tidak melekat dengan kuat
pada struktur lain sehingga mudah dipalpasi. Limpa mungkin teraba pada anak-anak, remaja dan
orang dewasa yang kurus. Berikut cara melakukan pemeriksaan limpa : tempatkan pasien dalam
posisi terlentang, lengan diletakkan disamping, lutut bisa ditekuk jika dapat mereleksasikan otot
perut (1), perkusi sepanjang anterior dada kiri dengarkan perubahan timpani menjadi pekak
(Alan Bonder dan Curry Michael, 2019)
.
Splenomegali
13
Penyakit Hati (sirosis Keganasan
dan fibrosis) Obstruksi Vaskular
Bagan 5 : Diagnosis banding splenomegaly (Alan Bonder dan Curry Michael, 2019)
Asites merupakan keadaan patologi yang disebabkan adanya akumulasi cairan peritoneal
biasanya terjadi pada pasien sirosis (hepatik) dan non hepatik (thrombosis vena porta, limfoma,
cedera, obstruksi limfa perut,gagal ginjal, tuberkulosis). Temuan fisik pada pasien dengan asites
termasuk dengan distensi abdomen. Keakuratan temuan fisik bervariasi tergantung pada jumlah
cairan yang hadir.Asites merupakan manifestasi yang sangat umum dari sirosis. Asites berasal
dari Bahasa yunani yang artinya kantung anggur.Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang didapatkan diagnosis pasien mengalami sirosis hati tahap awal (Thiel dan
Christopher, 2013).
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjnag dokter mendiagnosis pasien mengalami
sirosis hepar.
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
3.1 Sirosis Hepar
Suatu keadaan patologis yang mengambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang
berlangsung progresif yang ditandai dengan perubahan arsitektur hati dan pembentukan
nodul. Terjadi akibat nekrosis hepatoseluler. Sirosis hepar banyak disebabkan oleh obstruksi
bilier, hepatitis b atau c, hemochromatosis, fatty liver non alcoholic (Chopra dan Goldberg,
2019)
Terdapat beberapa penyebab dan faktor resiko terjadinya sirosis hepar yaitu : konsumsi
alkohol berlebih, virus, kelainan genetik, penggunaan obat-obatan, penyakit kronik jangka
panjang yang tidak sembuh. Kerusakan pada hari menyebabkan terjadinya inflamasi yang
mana akan dideteksi dari pemeriksaan tes fungsi hati (American College Of
Gastroenterology, 2012 )
Konsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan kerusakan hati dikarenakan hati sebagai
tempat metabolisme dari etanol. Dikatakan berlebih jika minum lebih dari 1-2 gelas/hari pada
wanita, 2-3 gelas pada laki-laki dalam jangka waktu yang lama (American College Of
Gastroenterology, 2012).
16
Sirosis= ditandai dengan
luka pada hati dan
gangguan vascular dari
hati
Berujung fibrosis= Stetatohepatits : inflamasi yang bersifat
deposisi protein matriks lebih progresif
ekstraseluler
Faktor resiko dan penyebab lainya adalah infeksi virus hepatitis, tidak semua penderita
hepatitis B dan C akan mengalami sirosis hepar. Hepatitis B merupakan infeksi virus. Virus
hepatitis B (HBV) merupakan keluarga hepadnavirus, menular melalui kontak darah, cairan
tubuh, jarum suntik, transmisi perinatal, hubungan seksual. Penybab hepatitis B
menyebabkan sirosis belum sepenuhnya dipahami tetapi terdapat beberapa pendapat seperti :
HBV menyebabkan mutasi sel-sel hati dan menyebabkan replikasi virus semakin
berkembang, yang berujung pada penurunan sistem imun dan perluasan infeksi(Manka,
Verheyen, Gerken, Canba, 2016)
3.1.2 Patogenesis
17
Manifestasi klinis sirosis dapat mencakup gejala nonspesifik (anoreksia, penurunan berat
badan dan keletihan) atau tanda dekompensasi hati (icterus, pruritus, tanda-tanda perdarahan
saluran cerna bagian atas). Temuan pemeriksaan fisik seperti ikterik, spider angiomata,
ginekomastia,asites,splenomegaly, eritema palmar, clubbing digital, asterisk. Jika dilakukan
pemeriksaan lab dapat ditemukan peningkatan kadar bilirubin, aminotransferase, alkali
fosfatase, hyponatremia, trombositopenia,hypoalbuminemia (American College Of
Gastroenterology, 2012)
18
dafri jaringan perifer
- Pada pria bisa ditemukan feminisasi
seperti kehilangan bulu dada atau
aksila dan inversi rambut kemaluan
pada pria
Abdomen - Hepatomegali, splenomegaly, asites,
caput medusa dan mur-mur
cruveihier-baugmatan
Caput medusa : vena dinding perut bagian bawah biasanya mengalir ke sistem
iliofemoral, inferior, sedangkan vena perut bagian atas megalir ke dinding thoraks dan aksila.
Ketika hipertensi poral terjadi akibat sirosis, vena umbilical yang sudah terdegradasi bisa
terbuka, darah dari sistem vena porta dapat dikeluarkan melalui vena periumbilical ke vena
umbilical dan akhirnya ke vena dinding perut dan menyebabkan penonjolan pada dinding
perut (Chopra dan Goldberg, 2019).
19
Temuan laboratorium yang sering ditemukan pada pasien sirosis adalah peningkatan
serum bilirubin, aminotransferase, peningkatan alkali fosfatase, prothrombin time,
hyponatremia dan trombositopenia (Chopra dan Goldberg, 2019).
3.1.7 Pengobatan
Tujuan penngobatan sirosis adalah : mengobati penyebab penyakit/ underlying
etiology (1), pengenalan dini dan pengobatan komplikasi (2). Dasar pengobatan dari
sirosis adlah pengendalian asites, hiponatremia, dan penyakit yang berhubungan dengan
20
ginjal. Pembatasan pengunaan garam 2000 mg/hari, jika pasien mengurangi jumlah
penggunaan garam akan meningkatkan sekresi urin. Para penderita sirosis biasanya
mengalami pembengkakan pada kaki, obat diuretic lini pertama yang sering dipakai
adalah spironolakton dan furosemide.
Spironolakton memiliki efikasi obat yang lebih baik dibandingkan furosemide.
Mengabungkan spironolakton 100 mg dan furosemide 40mg adalah salah satu terapi
kombinasi yang baik.Dosis maksimal untuk spironolakton adalah 400 mg dan furosemide
160 mg (Nasrat Salman, Khan Muhammad, Madhoun Mohammad, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Alan Bonder dan Curry Michael, 2019, Hepatomegaly : Differential diagnosis and evaluation.
Literature review.
American College Of Gastroenterology, 2012, Liver Cirrohsis.
21
Agrawl Amogh, 2013, Ascithes complication. http://calgaryguide.ucalgary.ca/
(diakses tanggal 17 Agustus 2019)
Chopra Sanjiv dan Goldberg Eric, 2019, Cirrhosis in adults: etiologies, clinical manifestation,
and diagnosis. Literature review
Chowdurry namita dan Jayanta, 2018, Diagnostic approach to the adult with jaundice or
asymptomatic hyperbilirubinemia. Litterature review
Kim Matthew Bob, Engel Alexander, Samra Jaswinder, Clarke Stephren, Northon, 2014,
Diagnosis of gastrointestinal bleeding: A practical guide for clinical, World journal of
gastrointestinal pathophysiology.
Nusrat Salman, Khan Muhammad, Fazili Javid, Madhoun Mohammad, 2014, Cirrhosis and it’s
Complication : Evidance based treatment. World Journal Of Gastroenterology.
Osmosis, 2015, Jaundice pathogenesis and treatment,
https://www.youtube.com/watch?v=B8JbC7N-Wwk. (diakses pada tanggal 16 Agustus 2019)
Thiel David dan Moore Christopher, 2013, Corrhotic ascites review: pathophysiology, diagnosis
and management. World Journal Of Hepatology
22