Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOKIMIA SEMESTER GENAP 2019-2020

ANALISIS BIOKIMIA URIN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

SITI AZHIMA FADILLAH M 110119366


ABDULLAH ZAINUR R 110119389
ARIF MAULANA AZIZ 110119390
IUS MILLIANDRI L 110119402
ADIFFA AZKA MUTHIAH 110119416
RIKA NOVITA 110119418

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....2

BAB I TUJUAN PERCOBAAN

1.1. Tujuan Percobaan………………………………………………………………….4


1.2. Tujuan Praktikum………………………………………………………………….4

BAB II HASIL PERCOBAAN

2.1. Hasil pemeriksaan fisik urin……………………………………………………….5


2.2. Pemeriksaan Kimiawi……………………………………………………………...7
2.2.1. Derajad Keasaman (pH)……………………………………………………….7
2.2.2. Uji Benedict Semikuantitatif…………………………………………………..7
2.2.3. Uji Koagulasi Panas…………………………………………………………... 8
2.2.4. Uji Gerhardt………………………………………………………………….... 8
2.2.5. Percobaan Kreatinin Urin……………………………………………………... 8
2.2.6. Pemeriksaan Urobilinogen dalam Urin……………………………………….. 8
2.2.7. Uji Fehling…………………………………………………………………….. 8
2.2.8. Uji Protein Bence Jones………………………………………………………. 9
2.2.9. Penetapan Kadar Asam Urat…………………………………………………... 9
2.2.10. Pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer……………………………... 9

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………...10


3.2. Pemeriksaan Kimiawi.............................................................................................12
3.2.1. Derajad Keasaman (pH)....................................................................................12
3.2.2. Uji Benedict Semikuantitatif…………………………………………………13
3.2.3. Uji Koagulasi Panas…………………………………………………………..13
3.2.4. Uji Gerhardt……………………………………………………………………13
3.2.5. Percobaan Kreatinin Urine……………………………………………………14
3.2.6. Pemeriksaan Urobilinogen……………………………………………………15

ANALISIS BIOKIMIA URIN 2


3.2.7. Uji Fehling...........................................................................................................15

3.2.8. Uji Protein Bence Jones.......................................................................................16


3.2.9. Penetapan Kadar Asam Urat………………………………………………..17
3.2.10. Pemeriksaan Urin menggunakan Urine Analyzer...........................................18

BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………….19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...20

LAMPIRAN……………………………………………………………………………….21

ANALISIS BIOKIMIA URIN 3


BAB I

TUJUAN PERCOBAAN

1.1. Tujuan Percobaan


a) Mengetahui sifat fisiko kimia urin
b) Mengetahui kandungan kimia urin secara kualitatif dan semikuantitatif
c) Menetapkan kadar asam urat
d) Mendeskripsikan penilaian hasil pemeriksaan analit urin
e) Menjelaskan penyebab kelainan volume urin
f) Menginterpretasikan hasil penilaian uji biokimia
1.2. Tujuan Praktikum
a) Pemeriksaan fisik
 Mengamati sifat fisik urin
b) Derajad keasaman pH urin
 Menentukan pH urin
c) Uji Benedict Semikuantitatif
 Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif
d) Uji koagulasi panas
 Menentukan adanya protein secara kualitatif didalam urin
e) Uji Gerhardt
 Mengetahui adanya asam asetoasetat dalam urin
f) Percobaan Kreatinin Urin
 Menentukan kreatinin urin sebatas kualitatif
g) Pemeriksaan Urobilinogen
 Menentukan urobilinogen dalam urin
h) Uji Fehling
 Menentukan karbohidrat dalam urin
i) Uji Protein Bence Jones
 Mengetahui adanya protein Bence Jones
j) Penetapan Kadar Asam Urat
 Menetukan kadar asam urat
k) Pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer
 Menentukan kadar analit dalam urin

ANALISIS BIOKIMIA URIN 4


BAB II

HASIL PERCOBAAN

2.1. Hasil pemeriksaan fisik urin

Praktikan A
Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Volume 1x buang air kecil = 74ml Tidak normal
Buang air kecil 24 jam = 4x
( 74 ml x 4 = 296 ml )
Warna Kuning jernih Normal

Buih Buihnya cepat hilang Normal

Kekeruhan Jernih Normal

Bau Spesifik Normal

Praktikan B
Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Volume 1x buang air kecil = 195ml Normal
Buang air kecil 24 jam = 6x
( 195 ml x 6 = 1050 ml )
Warna Kuning muda jernih Normal

Buih Cepat hilang Normal

Kekeruhan Jernih Normal

Bau Spesifik Normal

ANALISIS BIOKIMIA URIN 5


Praktikan C
Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Volume 1x buang air kecil = 180 ml Normal
Buang air kecil 24 jam = 7x
( 180 ml x 7 = 1260 ml )
Warna Kuning pucat Normal

Buih Cepat hilang Normal

Kekeruhan Jernih Normal

Bau Spesifik Normal

Praktikan D
Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Volume 1x buang air kecil = 190 ml Normal
Buang air kecil 24 jam = 6x
( 190 ml x 6 = 1140 ml )
Warna Kuning Jernih Normal

Buih Cepat hilang Normal

Kekeruhan Jernih Normal

Bau Spesifik Normal

Praktikan E
Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Volume 1x buang air kecil = 190 ml Normal
Buang air kecil 24 jam = 6x
( 190 ml x 6 = 1140 ml )
Warna Kuning Jernih Normal

Buih Cepat hilang Normal

Kekeruhan Jernih Normal

Bau Spesifik Normal

ANALISIS BIOKIMIA URIN 6


Praktikan F
Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Volume 1x buang air kecil = 200 ml Normal
Buang air kecil 24 jam = 5x
( 200 ml x 5 = 1 L )
Warna Kuning Cerah Normal

Buih Cepat hilang Normal

Kekeruhan Jernih Normal

Bau Spesifik Normal

2.2. Pemeriksaan Kimiawi


2.2.1. Derajad Keasaman (pH)
2.2.2. Uji Benedict Semikuantitatif
Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

Derajat Keasaman PH Kertas lakmus berubah warna Normal


menjadi hijau muda
Ph = 6

Uji Benedict Kuantitatif

- Urin Praktikan Biru jernih (negativ) Kadar glukosa urin secara


Kadar = 0 semikuantitatif= 0

- Glukosa 0,2 % Warna hijau / kuning hijau Kadar glukosa urin secara
Kadar = < 0,5 % (+) semikuantitatif = < 0,5 %

- Glukosa 1 % Warna : kehijauan (+++) Kadar glukosa urin secara


Kadar = 1,2 – 2,0 % semikuantitatif = 1,2 – 2,0 %

- Glukosa 5 % Warna = jingga (+++) Kadar glukosa urin secara


Kadar = >2,0 % semikuantitatif = >2,0 %

ANALISIS BIOKIMIA URIN 7


2.2.3. Uji Koagulasi Panas
Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

- Urin Praktikum Ada endapan Terdapat protein di dalam urin

2.2.4. Uji Gerhardt


Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

- Urin Praktikum Merah ungu Terdapat asam asetosal dalam


urin

2.2.5. Percobaan Kreatinin Urin


Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

- Urin Praktikum Kuning Terdapat kreatinin dalam urin

2.2.6. Pemeriksaan Urobilinogen dalam Urin


Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

- Urin Praktikum Keruh Terdapat uronobilinogen dalam


urin

2.2.7. Uji Fehling


Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

- Urin Praktikum Biru tua , tidak ada endapan Tidak terdaoat karbohidrat
dalam urin

ANALISIS BIOKIMIA URIN 8


2.2.8. Uji Protein Bence Jones
Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

- Urin Praktikum Keruh Terdapat protein bence jones

2.2.9. Penetapan Kadar Asam Urat


No. Nama / NRP Kelompok Kadar Asam Urat
1. A (L) - 7,8
2. B (P) - 5,5
3. C (L) - 5,1
4. D (P) - 6,5
5. E (L) - 3,3
6. F (P) - 6,9

2.2.10. Pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer


Nama Analit Hasil Pengamatan Kesimpulan

Leukosit ±1 cell/µL Tidak normal


Keton 2 mmol/L Tidak normal
Nitrit 1,4 mmol/L Tidak normal
Urobilinogen 0,137 µmol/L Normal
Bilirubin 1,3 µmol/L Normal
Protein 13 g/L Tidak normal
Glukosa 0,121 mmol/L Normal
Darah 3,96 cell/µL Normal
PH 5,0 Tidak normal
Ascobid Acid 0 mmol/L Normal
Specific Gravity 3,148 Tidak normal

ANALISIS BIOKIMIA URIN 9


BAB III
PEMBAHASAN

Urine atau air seni adalah sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh, peran urine sangat
penting karena sebagai pembuang cairan oleh tubuh adalah melalui proses sekresi urine.
Sehingga komposisi urine dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk menahan dan
menyerap bahan-bahan yang penting untuk metabolisme dasar dan mempertahankan
homeostasis tubuh. Normalnya jumlah bahan yang terdapat dalam urine selama 24 jam
adalah 35 gram bahan organik dan 25 gram bahan anorganik.

Organ yang berperan dalam pembentukan urine yaitu ginjal. Di dalam ginjal, zat sisa
metabolisme akan dipilah-pilah kembali. Hasil pemilahan tersebut berupa zat yang sudah
tidak berguna dan zat yang masih bisa dipergunakan kembali. Zat yang tidak berguna tersebut
akan dikeluarkan dari tubuh, sedangkan zat-zat yang masih dapat dipergunakan lagi akan
dikembalikan ke sirkulasi.

3.1. Pemeriksaan Fisik

Sampel salah satu hasil uji urin praktikan :

Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan


Volume 1x buang air kecil = 190 ml Normal
Buang air kecil 24 jam = 6x
( 190 ml x 6 = 1140 ml )
Warna Jernih Normal

Buih Cepat hilang Normal

Kekeruhan Jernih Normal

Bau Spesifik Normal

a. Volume
ANALISIS BIOKIMIA URIN 10
Informasi mengenai banyaknya air kemih yang diproduksi sehari-hari dapat
menjadi petunjuk ada tidaknya gangguan fungsi/penyakit ginjal, akan tetapi penentuan
volumenya memerlukan pengumpulan contoh dalam jangka waktu tertentu dan dalam
jumlah yang cukup banyak. Luaran air kemih harian bergantung pada banyaknya asupan
cairan dan juga kontrol oleh hormon. Volume urin normal per hari adalah 120 0 -
150 0 ml, vo l u me t e r s ebut d i p engaru h i banyak faktor diantaranya suhu, zat-
zatdiuretika (teh, alkohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam
seseorang
Dari pemeriksaan fisik urin pada anggota praktikan, volume urin yang dihasilkan
berkisar 1140ml/hari sehingga dapat disimpulkan bahwa volume urinnya masih dalam
keadaan normal dan kondisi kesehatan organ normal, sedangkan satu orang volume urin
yang dihasilkan berkisar 296ml /hari sehingga dapat disumpulkan bahwa volume
urinnya dalam keadaan tidak normal dan kondisi kesehatan organ Kurang.

b. Warna

Memastikan adanya kelainan pada urin perlu diperhatikan beberapa hal seperti
warna, bau, kejernihan, dan kekentalan.Warna yang memerah menandakan adanya darah
yang bercampur dalam urin. Hal ini terjadi pada keadaan infeksi, luka, batus aluran
kemih, tumor,atau meminum obat tertentu. Jika warna sangat merah menandakan
adanya perdarahan yang hebat dis a l u r an kemih
Warna urine normal bervariasi dari warna jernih, agak kekuningan sampai
kuning- coklat (seperti warna madu), tergantung pada kepekatan urine. Urine biasanya
lebih pekat pada pagi hari atau pada klien yang menderita kekurangan volume cairan.
Apabila seseorang minum cairan lebih banyak, urine menjadi lebih encer.
Dilihat dari hasil urin anggota praktikan, warna urin yang dihasilkan berwarna
jernih sehingga dapat disimpulkan bahwa warna urinnya normal.

c. Buih

Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan
bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang
berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen empedu (bilirubin) dalam
urine. Apalagi bila urin dicurahkan ke dalam tempat berwadah dari posisi tinggi, akan
terjadi reaksi yang menyebabkan urin tampak berbusa. Dilihat dari hasil urin anggota

ANALISIS BIOKIMIA URIN 11


praktikan buih yang dihasilkan berwarna putih dan cepat menghilangnya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa buih yang terdapat pada urin normal.
d. Kekeruhan
Urin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti air, protein, amonia,
glukosa, sedimen, bakteri, dan epitel. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi
perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga pada waktu yang berbeda dan
dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi dan konsumsi air yang kurang.Urine
yang normal tampak transparan saat dikeluarkan. Warna urine yang ditampung dalam
suatu wadah selama beberapa menit akan menjadi keruh. Urine yang baru dikeluaran
oleh klien yang menderita penyakit ginjal dapat tampak keruh atau berbusa akibat
tingginya konsentrasi protein. Urne juga akan tampak pekat dan keruh akibat adanya
bakteri. Dilihat dari hasil urin anggota praktikan,urin yang dihasilkan jernih sehingga
dapat disimpulkan bahwa urinnya normal dan tidak terdapat bakteri.kekeruhan ringan
disebut nebecula yang terdiri dari lendir,sel epitel dan leukosit
e. Bau
Air kemih segar memiliki bau yang khas yang dapat dipengaruhi oleh makanan tertentu,
seperti asparagus. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang
mudah men gua p . D i an t a r an ya bau ya ng berlain an dari normal seperti
bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, dan
asperse. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol. Bau amonia biasanya terjadi kalau
urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di
dalam kantong kemih. Bau keton sering terjadi pada penderita kencing manis dan bau
busuk sering terjadi pada penderita tumor di saluran kemih. Dilihat dari hasil urin
anggota praktikan,urin yang dihasilkan berbau amonia (spesifik) sehingga dapat
disimpulkan bahwa bau urinnya normal.

3.2. Pemeriksaan Kimiawi

3.2.1. Derajad Keasaman (pH)


Pada uji derajat keasaman yang dilakukan dengan menggunakan kertas pH
universal diperoleh warna hijau muda yang berarti pH urin tersebut adalah 6. pH 6
dalam urin termasuk asam tetapi pH tersebut masih dalam batas normal karena pH
urin normal adalah antara 4,5-8.
3.2.2. Uji Benedict Semikuantitatif

ANALISIS BIOKIMIA URIN 12


Dalam uji benedict semikuantitatif urin yang terdapat gula yang mengandung
gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkali menjadi
kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah, idikator warna mulai dari biru
jernih dengan kadar 0%, hijau/kuning hijau dengan kadar <0,5%, kuning/kuning
kehijauan dengan kadar 0,5-1,0%, jingga 1-2%, dan merah >2%. Banyaknya
endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di dalam
urine.
Pada urin praktikan didapat warna biru jernih yang berarti tidak terdapat
glukosa dalam urin praktikan tersebut. Pada glukosa 0,3% Didapat hasil berwarna
hijau atau kuning hijau yang berarti kadar gulanya adalah <0,5%. Pada glukosa 1%
Didapat hasil berwarna kehijauan yang berarti kadar gulanya adalah 0,5-1%. Pada
glukosa 5% Didapat hasil berwarna jingga yang berarti kadar gulanya adalah 1-2%.
3.2.3. Uji Koagulasi Panas
Dalam uji koagulasi panas didapatkan endapan setelah dipanaskan, endapan
tersebut adalah protein karena fosfat tidak larut dalam suasana asam. Untuk
memastikan lagi bahwa endapan tersebut adalah protein adalah dengan cara
menambahkan asam asetat. Fungsi asam asetat adalah untuk mencapai atau
mendekati titik iso-elekrik. Jika titik iso-elektrik tercapai atau mendekati akan
terbentuk endapan protein karena muatan protein hamper 0 sehingga terjadi interaksi
antar molekul molekul protein yang maksimum sehingga menyebabkan kekeruhan
dan terbentuklah endapan.
3.2.4. Uji Gerhardt
Uji ini didasarkan pada reaksi antara asam asetoasetat dari ferri klorida yang
menyusun zat berwarna seperti anggur (warna merah coklat). Asam asetoasetat
sampai pengenceran 1:1000 dapat dinyatakan oleh reaksi ini, sedangkan aseton dan
asam beta hidroksibutirat tidak bereaksi.
Badan keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam asetoasetat, dan asam
beta hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak
yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan
untuk meghasilkan energi yang disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat
(misalnya Diabetes Mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak
seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbs karbohidrat,
gangguan mobilitas glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak

ANALISIS BIOKIMIA URIN 13


untuk dibakar. Badan keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam
asetoasetat.
Apabila metabolisme karbohidrat terganggu, maka terjadi pembakaran protein
dan lemak sebagai penggantinya. Atom karbon C dan lemak inilah yang akan
berubah menjadi badan keton dan dikeluarkan melalui urin. Pada hasil praktikum,
urin positif mengandung asam asetoasetat yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi .
3.2.5. Percobaan Kreatinin Urine
Reaksi antara kreatinin dan pikrat dalam suasana basa, membentuk kompeks
kreatinin-pikrat berwarna jingga. Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa
berwarna merah-oranye yang terjadi antara asam pikrat dengan kreatinin dalam
suasana basa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kreatinin
denga mereaksikan dengan nitrosupid. Kreatinin merupakan hasil dari pemecahan
kreatin. Kreatin banyak pada anak-anak, kehamilan. Sedangkan kreatinin banyak
dijumai pada kelaparan, kegagalan metabolisme karbohidrat, hipertiroidisme,
kelainan otot, dan infeksi. Pada penambahan nitrosupid membentuk warna kuning,
dalam larutan alkalis membentuk warna merah. Sedangkan penambahan asam asetat
glasial membentuk warna hijau kebiruan. Dasar metode ini adalah kreatinin dalam
suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga dan
menggunakan alat fotometer. Penentuan secara fixed time kinetic dapat
meminimalisir pengaruh bilirubin dalam sampel urin.
Dalam penambahan asam pikrat, bertujuan untuk mereaksikan kreatinin agar
terbentuk kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan prinsip dari test
kreatinin, yaitu berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat yang
membentuk larutan kuning. Selain dengan penambahan asam pikrat (reagen
Kreatinin II), urin ditambahkan dengan NaOH 1% (reagen Kreatinin I) yang
bertujuan untuk membuat suasana basa pada larutan. Agar reaksi antara asam pikrat
dan kreatinin dapat menghasilkan larutan kompleks berwarna kuning, suasana
larutan harus dalam keadaan basa. Jika tidak terbentuk larutan kompleks berwarna
kuning, maka kreatinin tidak dapat diuji dengan metode spektrofotometer. Jadi
suasana larutan dibuat basa dengan penambahan NaOH.
Hasil yang diperoleh dari sampel kelompok kami adalah urin yang positif
mengandung kreatinin yang ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna
merah. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kadar kreatinin urin antara lain

ANALISIS BIOKIMIA URIN 14


kehamilan, aktivitas fisik yang berlebihan, konsumsi daging merah dalam jumlah
besar.
3.2.6. Pemeriksaan Urobilinogen
Urobilinogen sering didapat dalam urine karena urobilinogen merupakan
suatu zat hasil perombakan hemoglobin yang digunakan untuk memberi warna
urine. Kadar eksresi urobilinogen normal dalam urine adalah 1-4mg/24jam. Jika
didapati kadar urobilinogen lebih dari kadar normal, maka kemungkinan terdapat
kerusakan hati atau berlebihnya Hb yang dirombak oleh hati. Sejumlah besar
urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran
darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah
1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.
Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana asam akan
terbentuk senyawa azo yang berwarna merah. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Pada hasil data urin
praktikkan menunjukkan hasil warna keruh yang menandakan bahwa kadar
urobilinogen tidak normal. K adar urobilinogen yang berlebihan dalam urin
dapat menjadi salah satu indikasi bahwa terjadi suatu kelainan.
3.2.7. Uji Fehling

Uji Fehling dilakukan untuk menentukan keberadaan karbohidrat dalam urin.


Prinsip uji fehling yaitu menggunakan gugus aldehid pada gula untuk mereduksi
senyawa (kupro sulfat) Cu2SO4 menjadi Cu2O (endapan merah bata) setelah
dipanaskan dalam suasana basa. Intensitas warna merah dari ini secara kasar
menunjukkan kadar glukosa dalam urin yang diperiksa.

Berikut ini adalah reaksi antara aldehid dengan fehling yang menghasilkan
endapan merah bata :

ANALISIS BIOKIMIA URIN 15


Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria
dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi
kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan
pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang
rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan
sindroma Fanconi.

Pada hasil praktikum yang dilakukan sampel menunjukkan bahwa tidak ada
endapan merah bata, dapat disimpulkan bahwa urin praktikan tidak mengandung
karbohidrat (glukosa) dan termasuk dalam kondisi normal.

3.2.8. Uji Protein Bence Jones


Protein Bence Jones adalah suatu protein dengan berat molekul kecil (±
44.000) terdiri dari rantai ringan (light chains) kappa atau lambda immunoglobin
yang ditemukan di urin. Karena berat molekulnya yang kecil, protein bence jones
mudah ditemukan difiltrasi di glomerolus ginjal dan ditemukan diurin. Sifat Protein
ini yaitu bila dipanaskan sampai suhu 40-600 terjadi presipitat dan pada saat
pemanasan diteruskan sampai mendidih presipitat menghilang. Ketika didinginkan,
protein bence jones akan menjadi presipitat pada suhu 60 0C dan akan larut pada suhu
kurang dari 400C.
Pada hasil praktikum kami, sampel menunjukkan adanya kekeruhan yang
menandakan adanya protein bence jones dalam sampel. Adanya protein Bence Jones
pada urine digunakan sebagai penegakan diagnosis awal atau seseorang yang
menderita gagal ginjal sebagai manisfestasi dari penyakit multiple Myeloma
(Kahler’s disease). Ukurannya yang kecil membuatprotein Bence Jones dapat lolos
dari proses penyaringan atau filtrasi yang terjadi di ginjal. Keaadaan yang
ditemukannya protein didalam urine disebut proteinuria. Kadar protein yang tinggi
didalam urine atau adanya gejala-gejala yang mengarah pada keadaan multiple
Myeloma merupakan dasar dilakukannya pengujian protein Bence Jones atau secara
semi kuantitatif. Untuk mendeteksi protein Bence Jones secara lebih akurat dapat
menggunakan urine imunofixation dengan prinsip mendeteksi melalui proses
pengendapan yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya reaksi spesifik antara antigen
(dalam hal ini adalah protein Bence Jones) dengan antibody. Pengendapan dapat
dilihat dengan mata telanjang atau mikroskop.
ANALISIS BIOKIMIA URIN 16
3.2.9. Penetapan Kadar Asam Urat
Kadar asam urat pada tiap individu sangat bervariasi tergantung pada sintesis
dan ekskresinya. Hiperurisemia terjadi bila kadar asam urat melebihi daya larutnya
dalam plasma yaitu 6,7 mg/dL pada suhu 37°C. Kondisi ini dapat disebabkan
ketidakseimbangan antara produksi yang berlebihan, penurunan ekskresi atau
gabungan keduanya.
Tetapi keadaan kadar asam urat yang rendah dalam darah atau hipourisemia
juga dapat terjadi. Penurunan ekskresi asam urat terjadi pada penyakit ginjal,
hipertensi, penggunaan diuretik, resistensi insulin, dan kadar estrogen yang rendah
(Qasi, 2012).
Nilai rujukan untuk laki- laki : 3,4– 7,0 mg/dL, sedangkan untuk perempuan :
2,4 – 5,7 mg/dL.
Berikut hasil pemeriksaan kadar asam urat praktikan :
No Nama Kadar Asam Urat
.
1 A (laki-laki) 7,8
2 B (Perempuan) 5,5
3 C (laki-laki) 5,1
4 D (Peremuan) 6,5
5 E (laki-laki) 3,3
6 F (Perempuan) 6,9

Praktikan A (L) dengan kadar asam urat 7,8 menandakan bahwa kadar asam
urat melebihi batas normal kadar asam urat pada pria. Praktikan B (P) dengan kadar
asam urat 5,5 menandakan bahwa kadar asam urat normal wanita. Praktikan C (L)
dengan kadar asam urat 5,1 menandakan bahwa kadar asam urat normal. Praktikan
D (P) dengan kadar asam urat 6,5 menandakan bahwa kadar asam urat melebihi
batas kadar asam urat wanita. Praktikan E (L) dengan kadar asam urat 3,3
menandakan bahwa kadar asam urat yang rendah. Praktikan F (P) dengan kadar
asam urat 6,9 menandakan bahwa kadar asam urat melebihi batas normal. Dapat
disimpulkan bahwa 3 orang praktikan menderita Hiperurisemia, 1 orang menderita
Hipourisemia.

ANALISIS BIOKIMIA URIN 17


3.2.10. Pemeriksaan Urin menggunakan Urine Analyzer
Urin Analyzer adalah alat semi-otomatis untuk pengecekkan yang
dilakukan diluar tubuh untuk mendapatkan hasil pengecekkan urine dengan
hasil yang lebih tepat dengan menggunakan fotometer reflektansi
(reflectance photometer). Urine Analyzer membaca strip test urine pada
kondisi standar, menyimpan hasil ke memori dan menampilkan hasil
melalui printer built-in dan / serial interface pada alat tersebut.

Hasil Pengamatan Analisis Urin


Nama Analit Kadar Normal Hasil Pengamatan Kesimpulan
Leukosit Tidak ada ± 1 cell/µL Tidak normal
Keton Tidak ada 2 mmol/L Tidak normal
Nitrit Tidak ada 1,4 mmol Tidak normal
Urobilinogen >1,0 mg/dL 0,137µmol/L Normal
Bilirubin Tidak ada 1,3 µmol/L Normal
Protein <15 mg/gL 13 g/L Tidak normal
Glukosa <30mg/dL = 540,5 0,121 mmol/L Normal
mmol
Darah 3 RBCs/µL 3,96 cell/µL Normal
pH 4,6 – 8,0 5,0 Tidak normal
Ascorbic Acid 7,1 – 339,5 mg/dL 0 mmol/l Normal
Specific Gravity 1,001 – 1,035 3,148 Tidak normal

BAB IV

KESIMPULAN

ANALISIS BIOKIMIA URIN 18


1. Jumlah urin malam lebih banyak daripada jumlah urin siang dikarenakan sampel urin
pagi dan siang tidak diambil seluruhnya sehingga volume tidak dapat diketaui secara
pasti.
2. PH dari seluruh sampel termasuk normal, penetapan pH diperlukan pada gangguan
keseimbangan asam basa, karena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan .
3. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik isoelektrik
protein, yang dipanaskan akan membentuk presipitat yang terlihat berupa kekeruhan

ANALISIS BIOKIMIA URIN 19


DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, F. B. 2015. Kimia Klinik : Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta : EGC.


Tortora, G.J and Bryan Derrickson., 2014. Principles of Anatomy Physiology. 14th ed.
Wiley. United States of America.
Voet, Donald and Judith G. Voet, dkk. 2016. Fundamentals of Biochemistry. 5th ed. Wiley.
United States of America.
Crook, Martin. 2012. Clinical Biochemistry & Metabolic Medicine. Uk Hoddes arnad UK
Company.
Edrinst A.L. Shanahan.k.2011.Groof text book of routine urinalysis and body fluids. Edisi 2.
Philadelphia : Lippincott william & Wilkins.

ANALISIS BIOKIMIA URIN 20


LAMPIRAN

TUGAS BACA
1. Jelaskan penyebab poliuria, di tabel berikut ini!

No. Faktor penyebab Contoh dan keterangan


1. Intake cairan berlebihan Polidipsia primer pada gangguan psikologis
yang menyebabkan minum air secara
konpulsif.
2. Peningkatan muatan cairan Misalnya ureum pada gagal ginjal kronis /
tubular glukosa akibat hiperglikemia pada diabetes
mellitus.
3. Respon tubular terhadap DM Diabetes insipidus netrogenik dan diantaranya
terganggu ada hipokalsemia menurunnya kalium,
toksisitas litium dan bentuk intensifitas ADH
yang jarang.
4. Gradient konsentrasi medulla Akibat penyakit medulla ginjal seperti
yang terganggu nefrokalsinosis, nefropati analgesik, nekrosis
papilon ginjal atau penyakit kritik medulla.
5. Menurunnya produksi hormon Bisa terjadi setelah trauma kepala / infeksi
antidiuretik (ADH) hipotalamus / hipofisis. Keadaan 2 kali ini
akan menginduksi insipidus bronkial diabetes.

2. Apakah yang dimaksud dengan anuria dan jelaskan penyebabnya!


Suatu keadaan dimana tidak ada produksi urin dari seseorang penderita. Dalam
pemakaian klinis diartikan keadaan dimana produksi urin dalam 24 jam < 100 ml.
penyebabnya adalah kegagalan fungsi ginjal, yang dapat memiliki penyebab ganda
termasuk obat – obatan atau racun, diabetes, darah yang tinggi, batu dalam saluran
kemih, kalium darah yang tinggi, oksalat atau asam urat.
 Obstruksi intrarenal : Sumbatan tubulus lumina oleh hemoglobin, mioglobin,
dan sangat jarang, urat dan kalsium.
 Obstruksi eksternal : Karena batu, neoplasma, misalnya prostat/serviks,
hipertrofi prostat, obstruksi uretra.
Sumber : Crook, Martin. 2012. Clinical Biochemistry & Metabolic Medicine. Uk
Hoddes arnad UK Company.

ANALISIS BIOKIMIA URIN 21


3. Pemeriksaan keton menggunakan spesimen urin, digunakan untuk mengetahui pasien
mengalami ketoasidosis diabetikum atau tidak. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
ketoasidosis diabetikum!
Kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif /
absolut. Ketoasidosis diakibatkan terjadi pada penderita IDDM (Insulin Dependent
DM). terjadi ketika terdapat sedikit atau tidak sama sekali insulin untuk digunakan
oleh tubuh. Hal ini memicu hiperglikemia atau kondisi dimana keadaan gula dalam
darah menjadi sangat tinggi hingga level membahayakan. Ketoasidosis diabetikum
dipicu ketika tubuh tidak menerima cukup energi dari sel karena pembatasan produksi
glukosa oleh tubuh.
Sumber : Price, Silvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi ed 6, 2016.

4. Jelaskan jenis urin yang digunakan untuk pemeriksaan, berikut ini!

Urin pagi Urin pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tideur. Lebih pekat dari urin yang dikeluarkan
pada siang hari. Baik untuk pemeriksaan sedimen urin,
berat jenis, protein, dan tes kehamilan.
Urin postprandial Urin pertama kali dikeluarkan saat 1,5 – 3 jam setelah
makan. Baik untuk pemeriksaan terhadap glukosa
dalam urin yang biasa ditemukan pada penderita DM.
Urin 24 jam Urin yang dikeluarkan selama 24 jam. Digunakan
untuk analisa ureum, kreatinin, dll.
Sumber : Shanahan, K. 2011. Groof Textbook of Routine Urinalys and Body fluids.
Edisi 2. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.

SOAL KASUS
1. Dalam rangka peringatan hari kemerdekaan, diadakan bazaar di taman kota Surabaya,
dimeriahkan dengan berbagai stan makanan dan mainan. Bdan amal setempat
mengadakan sejumlah pemeriksaan gratis salah satunya pemeriksaan gula darah.

ANALISIS BIOKIMIA URIN 22


Remaja A berusia 17, yang mengikuti kegiatan bazaar tersebut, juga melakukan
pemeriksaan gula darah, dimana hasil pemeriksaan gula darah sewaktunya 14,4
mmol/L. hasil tersebut membuat keluarga khawatir, karena beberapa hari yang lalu
sepupu remaja tersebut terdiagnosis mengidap diabetes. Satu jam kemudian dilakukan
tes ulang menggunakan alat ukur yang dimiliki keluarga, hasilnya menunjukkan
hiperglisemia dan glikosuria +++. Apakah makna hasil pemeriksaan tersebut?
Glukosa paling sering ditemukan dalam urin pada pasien diabetes. Ketika konsentrasi
glukosa plasma melebihi ambang batas ginjal. Hiperglikemia adalah kadar rasio
plasma gula darah lebih tinggi dari 10 mmol/L. hal ini sering berhubungan dengan
terjadinya pemeriksaan glikosuria. Glikosuria merupakan urin mengandung glukosa
yang seharusnya difiltrasi oleh glomelurus dan diabsorbsi oleh tubulus proksimal. Hal
ini terjadi karena glukosa yang disaring melebihi kemampuan glomelurus 180 – 200
mg/dL.
Sumber : Clinical Biochemistry Lecture notes 10th ed. Hal : 51.
Biokimia Kedokteran Dasar. E.GG. hal : 466

2. Bapak ND berusia 58 tahun, mengeluhkan sakit pinggang, hasil pemeriksaan


laboratorium menunjukkan proteinuria. Pada pemeriksaan fisik terdapat edema pitting
pada kedua pergelangan kakinya. Jelaskan makna dari hasil tersebut!
Proteinuria biasa disebut juga sebagai albuminuria adalah kondisi dimana terdapat
jumlah protein yang abnormal di dalam urin. Proteinuria adalah salah satu tanda
penyakit ginjal kronis yang dapat berakibat diabetes, hipertensi dari penyakit lainnya
yang dapat menyebabkan inflamasi pada ginjal. Sedangkan edema pitting timbul
karena sindrom ginjal nefrotik akibat kadar protein yang terlalu tinggi, sehingga
sejumlah air di tubuh akan tertimbun pada kaki.pada kasus proteinuria tanda – tanda
dari pemeriksaan secara fisik salah satunya dapat diketahui dari nyeri pada pinggang.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa bapak ND menderita penyakit proteinuria.
Sumber : Sutjahjo, Ari. 2016. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Dalam. Hal : 79.

Lampiran Foto Urin Praktikan

ANALISIS BIOKIMIA URIN 23


ANALISIS BIOKIMIA URIN 24

Anda mungkin juga menyukai