Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PAPLC-B

“Uji Perkolasi”

Dosen Pembimbing :

Oleh :
Kelas B Semester IV/D3

RIZQI PUTRI H
(P27833113062)

Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan Surabaya
Tahun 2015
A. JUDUL PRAKTIKUM :“Uji Perkolasi”

B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM :
 Hari, tanggal : Kamis, 30 April 2015
 Waktu : 07.30 – 16.30
 Lokasi : Bengkel Kesehatan Lingkungan Surabaya

C. TUJUAN
Untuk mendapatkan angka perkolasi yang digunakan untuk menetukan jenis dan
merancang kebutuhan peresapan limbah cair

D. PRINSIP KERJA
Dalam rangka untuk peresapan limbah cair, diperlukan lahan untuk peresapan.
Air yang meresap ke dalam tanah perlu waktu dan kecepatan aliran. Kecepatan aliran
dapat dilakukan dengan membuat lubang resapan dan diperhitungkan penurunan air
yang terjadi pada lubang tersebut. Waktu penurunan air diperhitungkan dengan tinggi
air yang turun. Angka perkolasi didapat dengan menghitung penurunan dan waktu
yang dibutuhkan

E. DASAR TEORI
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu
lapisan tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada
lapisan jenuh air. Tes perkolasi ini bertujuan untuk menentukan besarnya luas medan
peresapan yang diperlukan untuk suatu jenis tanah dari tempat percobaan. Semakin
besar daya resap tanah, maka semakin kecil luas daerah peresapan yang diperlukan
untuk sejumlah air tertentu. Mengingat setiap daerah memiliki jenis tanah yang
berbeda maka daya resap tanahnya juga akan berbeda pula.
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan
infiltrasi, sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena
tenaga gravitasi. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah
dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur
dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.
Daya Perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi maksimum yang
dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak
jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah
medan. Istilah daya perkolasi tidak mempunyai arti penting pada kondisi alam karena
adanya stagnasi dalam perkolasi sebagai akibat adanya lapisan-lapisan semi kedap air
yang menyebabkan tambahan tampungan sementara di daerah tak jenuh. Perkolasi,
disebut juga peresapan air ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain tekstur tanah dan permeabilitasnya. Untuk daerah irigasi waduk Gondang
termasuk tekstur berat, jadi perkolasinya berkisar 1 sampai dengan 3 mm/hari.
Dengan perhitungan ini nilai perkolasi diambil sesuai eksisting sebesar 2 mm/hari.
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi
akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan
kelulusan tanah.. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan
(puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari.
Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk
menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan
rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Perkolasi juga dapat
disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zone yang jenuh kedalam daerah jenuh
(antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah). Kelengasan tanah
menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah. Kelengasan tanah
sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah,
transpirasi, dan perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam keadaan kondisi tinggi,
infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat kelengasan tanah rendah. Kemampuan
tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah. Simpanan permukaan ini terjadi
pada depresi-depresi pada permukaan tanah, pada perakaran pepohonan atau di
belakang pohon-pohon yang tumbang. Simpanan permukaan menghambat atau
menunda bagian hujan ini mencapai limpasan permukaan dan memberi kesempatan
bagi air untuk melakukan infiltrasi dan evaporasi. Aliran bawah permukaan
merupakan bagian dari presipitasi yang mengalami infiltrasi dalam tanah yang
kemudian mengalir di bawah permukaan tanah dan menuju alur sungai sebagai
rembesan maupun mata air
Faktor yang mempengaruhi perkolasi menurut (Soemarto, 1987) anatara lain :
1. Tekstur tanah
2. Permeabilitas tanah
3. Letak permukaan air tanah
4. Tebal lapisan tanah bagian atas
5. Perkolasi adalah kehilangan air yang dipengaruhi oleh keadaan fisik dilapangan.
Berdasarkan kemiringannya perkolasi dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Perkolasi 1 mm/hari
2. Perkolasi 2-5 mm/hari
Berdasarkan teksturnya perkolasi dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Tanah berat (lempung), perkolasi 1-2 mm/hari
2. Tanah sedang (lempung berpasir), 2-3 mm/hari
3. Tanah ringan (pasir), perkolasi 3-6 mm/hari
Cara menjalankan tes perkolasi :
1. Gunakan pengeboran tanah untuk menemukan area yang cocok.
Pengeboran tanah harus setidaknya 3 inci dan diameter minimal 3 meter
lebih dalam dari bagian bawah sistem pengolahan tanah yang diusulkan.
2. Membuat jumlah yang memadai lubang uji perkolasi.
Jika tekstur tanah seragam atas situs yang dipilih, gunakan setidaknya dua
dan sebaiknya tiga lubang uji perkolasi. Jika perubahan tekstur tanah dalam situs,
membuat setidaknya dua lubang uji perkolasi di setiap tekstur tanah. Ruang uji
lubang perkolasi seragam atas wilayah yang diusulkan untuk unit pengolahan
tanah.
3. Menggali lubang uji.
4. Siapkan lubang uji perkolasi.
Lepaskan semua bahan tanah yang gembur dari dasar lubang uji.
Tambahkan 2 inci dari seperempat sampai kerikil tiga perempat inci untuk
melindungi bagian bawah dari gerusan ketika air ditambahkan.
5. Bedakan antara kejenuhan tanah dan tanah pembengkakan.
6. Tingkat perkolasi Ukur.

F. ALAT DAN BAHAN


1. Alat pembuat lubang bor tanah
2. Timba
3. Gayung
4. Meteran
5. Sendok semen (cetok)
6. Stopwatch
7. Kerikil secukupnya
8. Air

G. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Siapkan lubang. Banyaknya dan lokasi percobaan 6 atau lebih percobaan –
percobaan harus dilakukan dengan bentuk lubang yang sama ( uniform ) dalam
beberapa tempat sepanjang jalur tanah yang akan di pakai sebagai bidang
peresapan dengan jarak 1 m
3. Tipe lubang percobaan dapat berupa persegi atau lingkaran dengan ukuran
horizontal/diameter 30 cm dengan kedalaman 30-60 cm (untuk lahan resapan).
4. Setelah lubang terbentuk, sisi –sisi dan dasar lubang di garuk – garuk dengan alat
seperti sisir secara berhati – hati, dengan maksud agar supaya lapisan tanah pada
tepian dinding sisi–sisi dan dasarnya lubang yang telah tergantung dari keadaan
semula akibat pengoboran yang mungkun pori–porinya tersumbat, dapat
kembalikan lagi sebagai mana seperti keadaan semula.
5. Masukkan kerikil halus/pasir kasar ke dalam lubang tersebut setebal 5 cm
6. Lakukan penggemburan tanah yaitu lubang harus disiram air dan di biarkan jenuh
selama 12 jam (min 4 jam) dengan tujuan agar tanah menjadi jenuh dan daya
resap tanah bisa dapat diketahui secara maksimal. Apabila langsung habis, diisi
kembali dan biarkan selama 30 menit.
7. Apabila penjenuhan sudah selesai dilakukan pengukuran angka perkolasi dengan
memasukkan meteran ke dalam lubang yang telah ada airnya, diharapkan air
dalam lubang setinggi rencana inlet dari limbah yang dibuang ke resapan
(misalnya 15 cm dari permukaan tanah)
8. Siapkan table pengukuran, stopwatch untuk mencatat turunnya air. Penurunan air
sedalam 1 inci selama waktu tertentu menunjukkan agka perkolasi (…menit/inci).
Angka yang terisi dalam menit adalah angka perkolasi. Jika pada saat pengukuran
terjadi penurunan air yang sama sebanyak 3 kali berarti peresapan air pada lubang
sudah jenuh
9. Apabila angka menunjukkan 30 atau kurang (waktu yang dibutuhkan untuk air
turun sedalam 1 inci kurang dari 30 menit) maka lahan tersebut dapat digunakan
untuk parit resapan. Apabila angka menunjukkan lebih dari 30 sampai 60
sebaiknya lahan tersebut menggunakan sumur resapan. Untuk angka lebih dari 60
maka lahan tersebut tidak dapat dibuat lahan resapan.
10. Untuk angka yang menunjukkan antara 30-60 dan akan dibuat sumur resapan,
maka uji perkolasi perlu diulangi lagi, dengan dibuatkan kedalaman sesuai dengan
rencana sumur resapan.

H. HASIL PRAKTIKUM

NO Lubang 30 menit 30menit 30 menit


Ke- Pertama Kedua Ketiga
1 1 10cm 7cm 5cm
2 2 8cm 5cm 4cm
3 3 10cm 7cm 5cm
4 4 9cm 5cm 4cm

Perhitungan menggunakan 30 menit ketiga, yaitu :

1. Rata-rata =

= 4,5 cm / 30 menit
= 0,15cm/menit
2. Volume lubang resapan =pxlxt
= 4m x 1m x 0,6m
= 2,4 m3
3. Angka perkolasi dihitung dengan cara :
1 inchi = 2,54 cm
4,5 cm = 1,77 inchi (4,5 / 2,54 = 1,77 inchi)
Jadi, selama 30 menit ke-tiga adalah turun sedalam 1,77 inchi

Maka angka perkolasinya adalah =

= 16,95 menit/inchi

I. KESIMPULAN
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu
lapisan tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada
lapisan jenuh air. Tes perkolasi ini bertujuan untuk menentukan besarnya luas medan
peresapan yang diperlukan untuk suatu jenis tanah dari tempat percobaan. Semakin
besar daya resap tanah, maka semakin kecil luas daerah peresapan yang diperlukan
untuk sejumlah air tertentu. Mengingat setiap daerah memiliki jenis tanah yang
berbeda maka daya resap tanahnya juga akan berbeda pula
Pada Praktikum Uji perkolasi yang dilakukan di halaman bengkel Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Surabaya yang dimulai pukul 09.00 WIB yang dilakukan pada
4 lubang yang berjarak 1 m antar lubang dengan kedalaman 60 cm dengan perlakuan
setiap lubang dengan memasukan air setinggi 15cm dari permukaan lubang yang
dilakukan dilakukan setiap 30 menit sebanyak 3 kali, didapatkan angka perkolasi
sebesar 16,95 menit/inchi
DAFTAR PUSTAKA

Brahmana. 2013. PAPLC - Percolation Test.


https://www.academia.edu/5352651/PAPLC_-_Percolation_Test. Akses pada 1 Mei
2015, 12.00

Siti. 2013. Rembesan Dan Perkolasi. https://prezi.com/hvzefpn0z9a7/rembesan-dan-


perkolasi/. Akses pada 1 Mei 2015, 12.03

Sugeng Purwanto,D. 2004. Pengelolaan Limbah Cair. Surabaya. Jurusan Kesehatan


Lingkungan-Poltekkes

Anda mungkin juga menyukai