Anda di halaman 1dari 31

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN

BULAT MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA SMP KELAS VII

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Nilai Akhir
Semester Genap Program Studi Pendidikan Matematika

Mayriska Dian Saskya


NPM. 1710631050115

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020
PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN
BULAT MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA SMP KELAS VII

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Nilai Akhir
Semester Genap Program Studi Pendidikan Matematika

Mayriska Dian Saskya


NPM. 1710631050115

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. Halaman Pengesahan

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : MAYRISKA DIAN SASKYA

NPM : 1710631050115

Semester :6

Kelas :B

Tahun Akademik : 2019/2020

Dengan ini menyatakan bahwa :

“Saya menyatakan bahwa artikel ini adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada
bagian didalamnya yang merupakan Plagiat dari karya orang lain”

Karawang,
………………………..2020
Yang membuat pernyataan,

Materi Rp.
6.000

Mayriska Dian Saskya


NPM. 1710631050115
B. Halaman Persetujuan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT


MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA SMP KELAS VII

Mayriska Dian Saskya


NPM. 1710631050115

Mengethui/Menyetujui:

Dosen Pengampu Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

Dr. H. SUTIRNA, S.Pd., M.Pd.


NIP. 196407111986031012
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Dalam rangka penguasaan dan peningkatan pemahaman mengenai operasi
hitung bilangan bulat melalui media pembelajaran matematika pada siswa yang
tingggal dilingkungan setempat. Menurut Piaget yang dikutip oleh Santrock
(2012, p.329) menyatakan bahwa tahap operasional konkret (concrete operational
stage) berlangsung pada usia sekitar 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini, anak–anak
dapat melakukan operasi konkret, mereka juga dapat bernalar secara logis sejauh
penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh–contoh spesifik atau konkret.
Materi matematika merupakan materi yang abstrak. Banyak terjadi kasus
pembelajaran matematika menurut praktisi pendidikan merupakan sesuatu yang harus
segera diperbaiki, salah satunya adalah kemampuan siswa melakukan operasi hitung
bilangan bulat. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa sebagian besar kesalahan
yang terjadi adalah adanya miskonsepsi yang mengakibatkan kesalahan prosedur
dalam melakukan operasi hitung dasar yang berkaitan dengan bilangan bulat (Wahid,
Agung, Mirza. (2015) ; Aksoy dan Yajlik, 2017 ; Roselizawati, Sarwadi,
Masitah, 2014). Miskonsepsi sendiri terjadi karena adanya kesalahan konsep yang
mengakibatkan kesalahan dalam penyelesaian soal (Lestari, 2017). Berbagai
miskonsepsi yang terjadi pada siswa akan mengakibatkan terjadinya
kesalahan- kesalahan prosedur yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
yang diberikan dan berpengaruh terhadap hasil belajar. Materi bilangan bulat
khususnya bilangan bulat negatif merupakan materi yang cukup sulit untuk
memberikan contoh yang konkret pada siswa.
Pembelajaran bilangan bulat biasanya dilakukan menggunakan garis bilangan
dan kehidupan nyata yang sering terjadi namun hasilnya belum memuaskan. Model
garis bilangan mempunyai beberapa kelemahan diantaranya; model ini memang
pas untuk bilangan yang kecil, namun untuk bilangan yang besar siswa akan
kesulitan memahaminya. Kelemahan yang `kedua, jika soal melebihi tiga operasi
hitung akan membuat siswa kebingungan. Kelemahan terakhir, tidak hemat waktu,
media, dan tempat (Subakri, 2011).
Media yang telah saya buat ialah Pagar Sempoa. Media ini dibuat berdasarkan
rasa paham penulis terhadap konsep perhitungan bilangan bulat baik positif maupun
negatif. Media ini diinovasi dengan menggunakan sterofom (gabus) yang dilapisi oleh
kertas karton lalu sediakan dua stik es krim dengan warna yang berbeda betujuan
untuk menyimbolkan antara bilangan positif dan bilangan negatif. Setelah itu,
dibuatlah garis menggunakan benang bangunan yang bertujuan untuk proses
pergerakan stik es krim yang akan digantungkan dengan benang tersebut.
2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan peningkatan belajar?
2) Apa yang dimaksud dengan alat peraga (media)?
3) Apa yang dimaksud dengan bilangan bulat?
4) Apa saja konsep pembelajaran operasi hitung bilangan bulat?
5) Bagaimana proses perhitungan operasi bilangan bulat dengan menggunakan alat
peraga Pagar Sempoa?
6) Apakah ada siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan bantuan berupa
alat peraga pagar Sempoa tersebut?
3. Tujuan Penulis Inovasi
Tujuan dalam menginovasi sebuah alat peraga (media) operasi hitung bilangan bulat
ialah :
a. Membantu kelancaran dalam proses belajar mengajar
b. Mempermudah siswa untuk memahami konsep operasi hitung bilangan bulat.
c. Mempermudah siswa dalam memecahkan permasalahan tentang operasi hitung
bilangan bulat terkhusus bilangan negatif.
d. Memberikan siswa jalan terang menuju pemahaman tentang operasi hitung
bilangan bulat.
4. Kegunaan Inovasi Pembelajaran
Kegunaan atau manfaat yang didapat dari alat peraga (media) operasi hitung bilangan
bulat :
a. Mempermudah siswa untuk memahami konsep operasi bilangan bulat
b. Materi operasi hitung bilangan bulat lebih mudah dihayati dengan menggunakan
alat peraga.
c. Meningkatkan keterampilan dalam menggunakan alat peraga
d. Interaksi guru dan siswa lebih meningkat, sehingga dapat memperoleh hasil yang
maksimal dalam proses pembelajaran.
5. Metode Penelitian/Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang dipilih oleh penulis dalam
mengumpulkan data yang diperlukan untuk diproses lebih lanjut. Dalam memperoleh
data, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data kuantitatif antara lain
observasi, wawancara, dokumentasi.
6. Lokasi Inovasi Pembelajaran
Dalam uji coba alat peraga Pagar Sempoa operasi hitung bilangan bulat ini
dilaksanakan pada tanggal 3/Mei/2020 pukul 16.30 wib yang bertempatan di Gedung
Posyandu Sakura 17 Blok M Bersahabat RT03/RW018 tepat berada di depan rumah
saya.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Belajar
1. Pengertian Keterampilan Belajar
The Liang Gie (2002: 76) keterampilan belajar adalah seperangkat sistem,
metode dan teknik yang baik dalam menguasai materi penetahuan yang
disampaikan guru secara tangkas, efektif dan efisien. Sedangkan menurut
Budiarjo (Sisca Folastri, 2013: 2) keterampilan belajar adalah keahlian yan
didapatkan oleh seorang individu melalui proses latihan yang kontinyu dan
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikimotorik.
Nirwana, dkk (2006: 131) keterampilan belajar adalah suatu keterampilan
yang sudah dikuasai oleh siswa untuk dapat sukses dalam menjalani pembelajaran
denan menguasai materi yang dipelajari.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar
adalah keahlian yang didapat melalui proses latihan yang berguna bagi siswa
untuk menguasai materi pelajaran.
2. Tujuan Keterampilan Belajar
Keterampilan belajar memungkinkan siswa menjadi pelajar yang mampu
mengatur, mengolah, dan memotivasi dir. Secara umum tujuan keterampilan belajar
menurut Iqbal Fahri (2010: 5) adalah meningkatkan efesiensi dan efektifitas
pembelajaran, menumbuhkan minat dan motivasi dan membentuk peserta didik yang
mandiri dalam belajar.
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Pembelajaran keterampilan belajar dalam hal ini dilihat sebagai suatu
proses latihan yang berkesinambungan. Dalam melatih penguasaan
keterampilan belajar semua panca indera yang dimiliki oleh setiap individu
merupakan alat untuk belajar, namun keterampilan membaca, menulis, dan
mencatat harus dilatih menjadi keterampilan belajar yang mampu
mendukung proses pembelajaran dalam menguasai materi yang dipelajari.
b. Menumbuhkan minat dan motivasi
Kegiatan belajar perlu dilakukan dengan cara-cara yang efektif salah
satunya adalah penguasaan keterampilan belajar. Dengan penguasaan
keterampilan belajar, siswa akan memiliki motivasi belajar yang baik.
Sardiman A.M. (2007: 75) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah
merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yaitu
dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
c. Membentuk peserta didik yang mandiri dalam belajar
Pembelajaran keterampilan belajar tidak hanya mengembangkan aspek
kognitif saja, akan tetapi juga menyangkut pengembangan aspek afektif
(menghadapi kecemasan dan kegelisahan) dan juga psikomotorik
(koordinasi mata dengan tangan, telinga dengan tangan dan lainnya).
Keterampilan belajar diarahkan untuk menghasilkan individu-individu
yang mampu belajar dan mengarahkan dirinya sendiri untuk menjadi
seorang pebelajar yang mandiri.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan keterampilan
belajar adalah menjadikan siswa sebaagai pebelajar yang mampu
mengatur, mengelola, dan memotivasi diri sehingga pembelajaran akan
berlangsung secara efisien dan efektif
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pangantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Elly
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
1
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Menurut pendapat Nana Sudjana, media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Sadiman a menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau
teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar
proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung
secara tepat guna. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang
2
digunakan dalam kegiatan belajar.
Secara sederhana istilah media dapat di definisikan sebagai perantara atau
pengantar. Sedangkan istilah pembelajaran adalah kondisi untuk membuat
seseorang melakukan kegiatan belajar. Dengan merujuk pada definisi tersebut
maka media pembelajaran adalah wahana penyalur pesan atau informasi belajar
sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar atau jenis sumber daya yang
dapat difungsikan dalam proses pembelajaran, berdasarkan ruang lingkup sumber
belajar di atas, maka media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar
yang menekankan pada software atau perangkat keras. Media pembelajaran
digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi
dimana komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila
3
menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
Berdasarkan dari uraian di atas bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
2. Kriteria Pemilihan Media

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran


yang telah ditetapkan. Dalam penetapan media harus jelas dan operasional,
spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku (behavior).
b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap dalam memilih media.
Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan
berdampak pada hasil pembelajaran siswa.
c. Kondisi audien (siswa) dari segi subyek belajar menjadi perhatian yang
serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi siswa.
d. Ketersedian media di sekolah atau memungkinkan bagi guru untuk
medesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu
menjadi pertimbangan seorang guru.
e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada siswa secara tepat.
f. Biaya yang akan digunakan dalam pemanfaatan media harus seimbang
5
dengan hasil yang akan dicapai.
3. Manfaat Media
a. Menyeragamkan penyampaian materi
b. Pembelajaran lebih jelas dan menarik
c. Proses pembelajaran lebih interaksi
d. Efisiensi waktu dan tenaga
e. Meningkatkan kualitas hidup
f. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja
g. Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi belajar
C. Operasi Hitung Bilang Bulat
1. Pengertian Operasi Hitung Bilangan Bulat
Operasi hitung adalah pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dengan cara
menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan membagi. Pengertian tersebut
diambil dari kata operasi adalah tindakan yang diukan untuk mewujudkan rencana
yang dikembangkan, sedangkan hitung adalah membilang (menjumlahkan,
mengurangi, menalikan, membagi). Adapun berhitung adalah mengerjakan
hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan lain sebagainya). Ada 4 (empat)
operasi hitung dasar pada bilangan cacah, keempat operasi hitung ini adalah
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Penguasaan operasi hitung
dasar sangat penting karena operasi ini akan menjadi dasar bai mereka yang mau
belajar matematika, oleh karena itu konsep berhitung harus benar-benar dipahami
oleh mereka yang akan belajar matematika.
Operasi hitung bilangan bulat yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Penjumlahan pada bilangan bulat memiliki sifat tertutup, sifat
komutatif, mempunyai unsur identitas, sifat asosiatif, dan memiliki invers.
Sedangkan pengurangan pada bilangan bulat apabila mengurangi dengan suatu
bilangan sama artinya dengan menambah lawan pengurangannya. Perkalian pada
bilangan bulat memiliki sifat tertutup, sifat komutatif, sifat asosiatif, sifat
distributif perkalian terhadap penjumlahan, sifat distributif perkalian terhadap
pengurangan, dan memiliki elemen identitas. Sedangkan untuk pembagian pada
bilangan bulat merupakan operasi kebalikan (invers) dari perkalian (Ningrum dan
Widayati, 2015).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa operasi hitung bilangan
bulat adalah tindakan untuk melakukan perhitungan pada bilangan bulat dengan
cara membilang (menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, membagi) sebagai
dasar dalam pembelajaran matematika.
2. Sifat-Sifat Operasi Bilangan Bulat
Menurut Setiawan (2009:1-2) bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif,
bilangan nol, dan bilangan bulat positif, misalnya -3,-2,-1,0,1,2,3, sedangkan
operasi hitung dalam bilangan bulat terdiri dari:
1. Penjumlahan dan sifat-sifatnya, meliputi:
a. Sifat komutatif a + b = b + a
Unsur identitas pada penjumlahan a + 0 = 0 + a = a
Bilangan nol (0) disebut identitas (netral) pada penjumlahan.
b. Sifat asosiatif
(a + b) + c = a + (b + c)
Invers jumlah atau lawan suatu bilangan a + (-a) = (-a) + a = 0
Invers dari a adalah –a Sedangkan invers dari –a adalah a
Bersifat tertutup, artinya jika dua buah bilangan bulat dijumlahkan
maka hasilnya adalah bilangan bulat juga.
2. Pengurangan dan sifat-sifatnya meliputi:
a. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku: a – b = a + (-b)
a – (-b) = a + b
b. Tidak berlaku sifat komutatif dan asosiatif a – b ≠ b – a
(a –b) – c ≠ a –(b – c)
c. Sifat pengurangan bilangan nol (0) a – 0 = a
0–a=-a
Bersifat tertututp, artinya jika dua buah bilangan bulat dikurangkan
maka hasilnya adalah bilangan bulat juga.
3. Perkalian dan sifat-sifatnya meliputi:
a. Hasil kali dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat positif a x b
= a. Contoh: 5 x 2 = 10
b. Hasil kali bilangan bulat positif dengan bilangan negatif adalah
bilangan bulat negatif
a x (-b) = -(ab)
(-a) x b = -(ab)
Contoh: 5 x (-2) = - 10 (-5) x 2 = - 10
c. Hasil kali bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif adalah
bilangan bulat positif
(-a) x (-b) = ab
(-5) x (-2) = 10Unsur identitas perkalian a x 1 = 1 x a = 1
bilangan 1 adalah usur identitas dari perkalian
d. Hasil perkalian bilangan bulat dengan nol adalah nol a x 0 = 0
Contoh: 5 x 0 = 0
e. Sifat komutatif a x b = b x a
Contoh: 5 x 2 = 2 x 5
f. Sifat asosiatif
(a x b) x c = a x (b x c)
contoh: (5 x 2) x 3 = 5 x (2 x 3)
g. Sifat distributif
a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
contoh: 5 x (3 + 2) = (5 x 3) + (5 x 2)
Bersifat tertutup, artinya jika dua buah bilangan bulat dikalikan maka
hasilnya adalah bilangan bulat juga.
4. Pembagian dan sifat-sifatnya meliputi:
a. Hasil bagi dua bilangan bulat positif adalah bilangan positif (+) : (+) =
(+) contoh: 10 : 2 = 5
b. Hasil bagi dua bilangan bulat yang berbeda tanda adalah bilangan
negatif (+) : (-) = (-) (-) : (+) = (-)
contoh: 10 : (-2) = -5
-10 : 2 = -5
c. Hasil bagi dua bilangan bulat negatif adalah bilangan positif (-) : (-) =
(+)
contoh: (-10) : (-2) = 5
d. Pembagian bilangan bulat dengan nol
Tidak berlaku sifat komutatif dan asosiatif a : b ≠ b : a
(a : b) : c ≠ a : ( b : c )
Contoh : 5/2 ≠2/5
e. Bersifat tidak tertutup, artinya jika dua buah bilanan bulat dibai maka
hasilnya adalah belum tentu bilanan bulat juga.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi atau Sampel


Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang teridiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuhan, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data
3
yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.
Sampel atau populasi yang saya pilih ialah siswa SMP kelas 7 yang
berada disekitar tempat tinggal saya (tetangga) dan saya memilih siswa tersebut
dengan dua kelompok. Kelompok pertama siswa yang memiliki daya
pemahaman yang tinggi dan kelompok kedua siswa yang memiliki daya
pemahaman yang kurang, bertujuan untuk agar dapat menguji alat peraga yang
telah dibuat apakah memiliki dampak poitif bagi siswa yang memiliki
pemahaman kedua.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian untuk tes kemampuan berpikir kritis matematis
siswa menggunakan tes uraian dengan jenis soal berdasarkan indikator
kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Nilai kemampuan berpikir kritis
matematis siswa diperoleh dari penskoran terhadap jawaban siswa tiap butir
soal. Kriteria pemberian skor yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel
berikut :
C. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang dipilih oleh penulis
dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk diproses lebih lanjut.
Dalam memperoleh data, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data kuantitatif antara lain:
1. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
5
pengamatan.
Observasi (atau pengamatan) adalah cara pengumpulan data dimana
peneliti (atau orang yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap
subjek penelitian demikian hingga si subjek tidak tahu bahwa dia sedang
diamati.
Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk melihat aktivitas proses
pembelajaran di kelas, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
tentang objek dalam penelitian, observasi yang dilakukan meliputi
observasi terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Observasi yang
dilakukan adalah observasi langsung secara non sistematik yaitu
pengamatan yang dilakukan pada saat berlangsungnya suatu peristiwa
tanpa terlebih dahulu mempersiapkan dan membatasi kerangka yang akan
diamati.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara mnghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
6
berhadap muka, dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan .
Metode ini digunakan untuk mewawancarai siswa SMP kelas VII
mengenai media pembelajaran yang telah digunakan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, dan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa.
3. Dokumentasi
Teknik ini merupakan cara mengumpulkan data berupa peninggalan
tertulis seperti lembar kerja siswa. Adapun dokumentasi dalam penelitian
ini adalah bentuk gambar kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan media pembelajaran dan tidak
menggunakan media pembelajaran.
Dengan mengimplementasikan media ini jelas terlihat teknik
pengumpulan data pada saat sedang berlangsungnya kegiatan
pembelajaran pada siswa SMP kelas VII dilingkungan sekitar. Dari hasil
kegiatan pembelajaran dapat terlihat bahwa seluruh siswa yang ikut dalam
kegiatan ini memperoleh peningkatan yang sangat baik dalam
memperagakan media untuk menyelesaikan perhitungan operasi bilangan
bulat.
4. Prosedur atau langkah-langkah atau tahap penelitian dari tahap
persiapan sampai dengan laporan akhir.
A. Langkah-langkah pembuatan alat peraga Pagar Sempoa :
 Pertama saya melihat video di youtube channel mahasiswa
semester 3 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang
sedang mempresentasikan alat peraganya mengenai materi
operasi bilangan bulat, mereka memberikan nama alat peraganya
yaitu Media Manipulatif OBIBUL (Operasi Bilangan Bulat).
Saya menyaksikan video mereka saat mengaplikasikan alat
peraganya sampai dengan selesai. Didalam video tersebut mereka
mengaplikasikannya cukup sederhana, hanya memerlukan dua
warna sedotan yang berbeda sebagai simbol untuk membedakan
bilangan positif dan bilangan negatif dalam memperagakan
medianya. Dengan kesempatan dan munculnya ide yang saya
miliki, saya ingin menginovasi alat peraga operasi bilangan bulat
tersebut menjadi sebuah alat peraga (media) yang lebih mudah
dipahami siswa, cara perhitungan atau cara pengaplikasiannya
lebih sederhana, dan lebih bervariasi dalam penyajian alat peraga
(media) guna menarik rasa perhatian siswa agar menimbulkan
rasa semangat belajar yang tinggi.
 Kedua, saya mencoba untuk menggambarkan ilustrasi yang ada
dalam pikiran. Saya mencoba merangkai kata untuk memberikan
nama terbaik yang cocok untuk alat peraga (media) operasi
hitung bilangan buat yang ingin saya inovasi dari alat peraga
sebelumnya dan telah ditentukan oleh saya nama media yang
dibuat yaitu “Pagar Sempoa”
 Ketiga, saya menyusun apa saja yang saya perlukan saat
membuat alat peraga yang diperlukan. Didalam video channel
Mahasiswa UMM terseut menggunakan alat utamanya yaitu dua
warna sedotan untuk membedakan bilangan positif dan negatif.
Dalam pembuatan media, saya memerlukan bahan dan alat
sebagai berikut :
1) 1 unit sterofom (sebagai papan)
2) 2 lusin stik es krim dengan warna yang berbeda
3) Benang bangunan
4) 1 pack paku gabus
5) Kertas karton berwarna hitam (sesuai selera)
6) 1 pack kertas origami
7) Gunting atau cutter
8) Lem kertas
9) Pensil, dan
10) Penggaris.
 Keempat, siapkan 1 unit sterofom yang dijadikan sebagai papan
media. Selanjutnya, lapisi sterofom dengan kertas karton
berwarna hitam dan dibagian sudutnya diperkuat menggunakan
paku gabus, dibagian sisinya diperkuat menggunakan lem. Lalu,
buatlah empat buah garis menggunakan benang bangunan sesuai
dengan ukuran papan yang tersedia, tancapkan empat paku gabus
dibagian kiri dan kanan sesuai jarak yang telah ditentukan.
Setalah itu, ikat paku dengan benang yang akan dijadikan sebagai
tali operasi perhitungan bagian kiri dan kanan. Lalu, tempelkan
potongan kertas origami ke tali/ benang untuk mempermudah
pengaplikasian media. Setelah itu, tempelkan stik es krim ke
kertas origami yang sudah melekat di tali/benang. Lalu, diuji
coba. Jika media bisa dioperasikan maka pembuatan berhasil.
Dan berikut alat peraga Pagar Sempoa yang telah dibuat :
B. Tahap Penelitian
1. Penulis membuat pesan singkat yang isinya meminta izin
terhadap orangtua siswa dan ajakan kepada siswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan alat peraga. Setelah dua
hari respon pesan singkat untuk orangtua siswa sangat
mendukung, dan penulis mengatur jadwal pelaksanaan kegiatan
tersebut disesuaikan dengan siswa.
2. Pada hari yang telah disepakati bersama penulis serta siswa
berkumpul untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan alat
peraga.
3. Penulis membentuk posisi duduk secara melingkar agar semua
siswa dapat terlihat serta mempermudah penulis untuk melakukan
penelitian terhadap siswa. Berikut posisi duduk siswa saat
kegiatan pembelajaran berlangsung :

4. Penulis membuka kegiatan pembelajaran dengan salam dan


ucapan pembukaan seperti biasa. Dianjurkan dengan mengingat
pembahasan mengenai operasi hitung bilangan bulat ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa jauh daya ingat siswa terhadap materi
tersebut serta sebagai penilaian pertama penulis terhadap siswa.
5. Peneliti mencoba kegitan pra-penelitian bertujuan untuk melihat
apakah terjadi peningkatan ketika siswa tidak menggunakan alat
peraga dan saat siswa menggunakan alat peraga. Peneliti
memberikan lima butir soal kepada siswa untuk dikerjakan tanpa
menggunakan alat peraga tersebut.
6. Setelah siswa mengerjakan soal-soal tersebut, peneliti memahami
terlebih dahalu hasil yang siswa peroleh. Rata-rata siswa banyak
yang mengalami kekeliruan dan salah pemahaman tentang
operasi hitung bilangan bulat terlebih untuk bilangan bulat
negatif. Berikut hasil yang diperoleh siswa dalam pra-penelitian :
7. Peneliti membuat suasana kegiatan hidup. Artinya terjadi
percakapan antara siswa dan mentor (penulis) mengenai materi
operasi hitung bilangan bulat. Penulis mulai memperkenalkan
alat peraga yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
8. Setelah mentor (penulis) memperkenalkan serta menjelaskan cara
menggunakan alat peraga tersebut, mentor memberikan satu
contoh soal sederhana untuk memperagakan alat peraga tersebut.
Melihat dari antusias dan rasa senang siswa karena mereka
merasa terbantu dengan adanya alat peraga tersebut, mentor pun
sangat semangat untuk melakukan kegiatan penelitian ini.
9. Satu persatu siswa dalam kegiatan itu mulai memahami cara
menggunakan alat peraga, lalu siswa diberikan lembar kerja
(kembali) berisi lima butir soal tentang operasi hitung bilangan
bulat dan lima butir tanggapan mengenai alat peraga tersebut.
soal kedua yang diberikan peneliti tentunya berbeda dengan soal
pertama saat melakukan pra-penelitian.
10. Siswa dengan mudahnya menyelesaikan soal-soal yang diberikan
dengan menggunakan alat peraga, siswa merasa senang
menggunakan alat peraga tersebut. ini terlihat dari cara siswa
menyelesaikan soal-soal yang diman siswa memperoleh jawaban
yang tepat dan tanggapan siswa mengenai alat peraga begitu
positif. Berikut hasil yang diperoleh siswa serta tanggapan siswa
mengenai alat peraga tersebut :
Dilihat dari semua respon siswa dapat disimpulkan bahwa media
pagar sempoa ini sangat membantu, mempermudah siswa dalam
menyelesaikan permasalahan mengenai operasi hitung bilangan
bulat.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Uji Coba Instrumen


Data hasil uji instrumen peningkatan keterampilan berhitung pada
operasi bilangan bulat diperoleh dengan melakukan uji coba pra test dan
postest yang terdiri darii 5 butir soal tentang operasi hitung bilangan bulat. Uji
coba tes dilakukan pada 5 orang siswa kelas VII pada tanggal 3 Mei 2020.
Pada saat pra penelitian tanpa menggunakan alat peraga siswa kelas
VII SMP masih kesulitan dalam mengoperasikan atau menentukan hasil pada
operasi bilangan bulat. Berikut hasil yang diperoleh siswa saat pra penelitian :
Gambar 5

Dapat disimpulkan dari gambar 5 diatas bahwa hasil yang diperoleh


siswa rata-rata salah. Hal ini dikarenakan siswa merasa kesulitan untuk
menghitung dan menentukan hasil dari operasi hitung bilangan bulat tersebut.
Pada soal no.1 seluruh siswa beranggapan sama karena memperoleh hasil dan
alasan yang sama. Menurut siswa cara berhitung operasi bilangan bulat seperti
yang ditunjukkan nomor 1 sama seperti penjumlahan biasa. Maka dari itu hasil
yang mereka peroleh ialah negatif sembilan, seharusnya mereka memperoleh
hasil yang benar yaitu positif 5.

Pada soal no 2 ada tiga orang siswa memperoleh jawaban yang benar dan
dua orang siswa memperoleh jawaban yang salah. Menurut penjelasan salah
satu siswa memperoleh jawaban yang salah, siswa beranggapan bahwa negatif
bertemu negatif hasilnya selalu positif. Padahal untuk konsep operasi hitung
bilangan bulat ini jika menemukan soal seperti soal nomor 2 hasilnya selalu
negatif.

Pada soal no 3 dan no 4 hampir seluruh siswa memperoleh jawaban yang


benar, ada satu siswa yang memperoleh jawaban yang salah.siswa tersebut
meresa kurang teliti atas perhitungannya, sehingga ia memperoleh hasil jawaban
yang salah. Pada soal no 5 seluruh siswa memperoleh jawaban yang salah.
Karena siswa kesulitan dalam perhitungan, ada tiga orang siswa memperoleh
alasan yang sama yaitu ketika negatif bertemu dengan negatif maka hasilnya
selalu positif, namun pada dua orang siswa memberi alasan bahwa hasil
pembagian dari -10 : 2 adalah 5 lalu dilanjutkan dengan operasi berikutnya maka
kedua siswa memperoleh hasil negatif dua dan hasil yang mereka peroleh itu
salah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Kelas VII masih
kesulitan dalam memahami konsep operasi bilangan bulat, kebanyakan dari
siswa tersebut salah memahami konsep. Mereka hanya sekedar tau tanpa mau
mencari tahu yang sesungguhnya. Selain itu, kesalahan yang terdapat pada
uraian diatas ialah tidak telitinya dalam perhitungan yang dilakukan oleh siswa
saat memperoleh jawaban yang benar sehingga siswa akhirnya memperoleh
jawaban yang salah.

Selanjutnya penulis melakukan penelitian menggunakan alat peraga


untuk siswa kelas VII SMP. Langkah pertama penulis memulai kegiatan dengan
perkenalan diri dan memperkenalkan alat peraga serta cara penggunaannya
dengan seksama. Siswa mengatur posisi duduknya berbentuk lingkaran bertujuan
agar semuanya mengerti dan paham tentang langkah-langkah penggunaan alat
peraga tersebut. Kedua, penulis mulai melatih siswa dengan memberikan
beberapa contoh soal sederhana operasi bilangan bulat dengan menggunakan alat
peraga untuk penyelesaiannya. Ketiga, penulis melihat respon siswa yang begitu
antusias dalam mengikuti proses kegiatan ini dan penulis juga melihat daya
pemahaman siswa yang cukup meningkat setelah menggunakan alat peraga.
Keempat, penulis memberikan lembar kerja siswa yang berbeda dari soal
sebelumnya namun jumlah butir soal tetap sama. Lalu siswa diberikan waktu
pengerjaan selama lima menit dan pada saat pengerjaan LKS siswa
diperbolehkan menggunakan alat peraga tersebut. Berikut hasil yang diperoleh
siswa pada saat penelitian menggunakan alat peraga matematika yaitu pagar
sempoa :

Gambar 6

Dapat disimpulkan bahwa siswa memperoleh peningkatan dalam


pemahaman konsep serta perhitungan operasi bilangan bulat melalui bantuan alat
peraga matematika. Dari semua butir soal yang terdapat dalam tes kedua, siswa
memperoleh hasil yang maksimal, terlihat dalam perolehan jawaban-jawaban
yang tertera pada gambar 6 tidak ada satupun siswa yang memperoleh jawaban
yang salah disetiap butir soal tersebut.
Dari hasil analisis kedua percobaan pada pra penelitian dimana saat itu
tidak menggunakan alat peraga siswa hanya mampu menyelesaikan beberapa
butir soal yang hasilnya tepat, dan saat itu siswa belum memahami konsep
operasi bilangan bulat. Ketika siswa telah menggunakan alat peraga tersebut,
seluruh siswa memiliki antusias yang tinggi karena menurut mereka dengan
menggunakan alat peraga yang menarik dapat mempermudah cara berpikir untuk
pemahaman konsep suatu materi, dan hasil yang diperoleh siswa pada saat
menggunakan alat peraga untuk menyelesaikan butir soal yang ada di LKS
semuanya benar. Tidak ada satupun siswa yang memperoleh hasil buruk, siswa
sangat senang dan ingin mencobanya kembali karena dengan alat peraga ini
mereka bisa memahami konsep operasi bilangan bulat terutama bilangan negatif.

BAB V

KESIMPULAN

Dalam analisis penelitian ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peningkatan


keterampilan berhitung siswa mengenai operasi bilangan bulat dengan bantuuan media
pagar sempoa memiliki hasil yang baik. Ini dilihat dari respon siswa terhadap
penggunaan alat peraga tersebut yang memudahkan mereka untuk menyelesaikan suatu
persoalan tentang operasi bilangan bulat.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Azhar. (2010)Media Pengajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Iqbal Fahri. (2010). Memahami Urgensi Keterampilan Belajar dalam


pendidikan [online] Vol 4 (12), 110 halaman.

Netriwati, Mai Sri Lena, (2018). Media Pembelajaran. Jakarta: Bandar


Lampung.

Nirwana, dkk. (2006). Belajar dam Pembelajaran. Padang:FIP UNP.

Sisca Folastri. (2013). Konselor Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1


Januari 2013.
The Liang Gie. (2002). Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Pusat Belajar
Ilmu Berguna.

LAMPIRAN

A. Penulis memperagakan media pembelajaran


B. Siswa memperagakan media pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai