MICROTEACHING
TIM PGSD UNU BLITAR
URAIAN MATERI
A. Keterampilan Mengadakan Variasi (Stimulus Variation)
1. Pengertian Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi merupakan hal yang perlu dilakukan saat proses pembelajaran. Menurut Alma
(2009: 42) membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam perilaku keterampilan
mengajar. Variasi dalam hal ini adalah menggunakan berbagai metode, gaya mengajar, sumber
bahan pelajaran, media pengajaran, dan variasi dalam bentuk interaksi antara guru dan peserta
didik. Menurut Usman (2009: 84) variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks
proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik
sehingga dalam situasi belajar-mengajar, peserta didik senantiasa menunjukkan ketekunan,
antusias, serta penuh partisipasi. Sesuai dengan pendapat Mulyasa (2015: 78) mengadakan
variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk
mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi.
Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan
kebosanan. Selanjutnya menurut Saud (2012: 70) variasi dalam kegiatan belajar mengajar
Page | 1
adalah perubahan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para peserta didik
serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Prestasi belajar yang maksimal dapat diupayakan oleh guru dengan melakukan hal-hal
yang bisa membangun atau menambah semangat dan motivasi belajar peserta didik berupa
keterampilan mengadakan variasi, karena semangat dan motivasi peserta didik dalam belajar
akan sangat berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai peserta didik.
Page | 2
4) Dapat menanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta didik.
5) Melayani keinginan dan pola belajar para peserta didik yang berbeda-beda.
Cara untuk mencapai berbagai tujuan keterampilan mengadakan variasi tersebut, guru
harus memahami tentang keterampilan mengadakan variasi dan mengetahui hal-hal yang
diperlukan demi tercapainya tujuan tersebut. Pembelajaran akan berjalan maksimal ketika
tujuan keterampilan mengadakan variasi dapat dilaksanakan secara optimal.
Page | 3
4. Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari beberapa komponen. Menurut Djamarah
(2005: 124) keterampilan mengadakan variasi proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek,
yaitu; (1) variasi dalam gaya mengajar, (2) variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran, serta (3) variasi dalam interaksi antara guru dengan peserta didik. Selanjutnya
menurut Usman (2009: 85) komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi adalah
sebagai berikut; (1) variasi dalam cara mengajar guru, (2) variasi dalam penggunaan media dan
alat pengajaran, dan (3) variasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2012: 66-67) komponen keterampilan variasi antara
lain, yaitu variasi dalam gaya mengajar guru, variasi penggunaan media dan bahan-bahan
pengajaran, serta variasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik. Selanjutnya menurut
Darmadi (2012:3) keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu
variasi gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola interaksi.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan komponen keterampilan mengadakan variasi
berdasarkan pendapat Djamarah (2005: 124) yaitu; (1) variasi dalam gaya mengajar, (2) variasi
dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, serta (3) variasi dalam interaksi antara guru
dengan peserta didik. Menurut Djamarah (2005: 126-130) berikut indikator yang tercermin
dari sub-sub komponen keterampilan mengadakan variasi, yaitu:
1) Variasi dalam gaya mengajar guru
a) Variasi suara
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.
b) Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci,
guru dapat menggunakan penekanan secara verbal biasanya dikombinasikan dengan gerakan
anggotabadan.
c) Pemberian waktu (pausing)
Untuk menarik perhatian peserta didik dapat dilakukan dengan mengubah suasana menjadi
sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan/diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian
berikutnya.
d) Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan peserta didik, sebaiknya mengarahkan
pandangannya ke seluruh kelas menatap mata setiap peserta didik untuk dapat membentuk
hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
Page | 4
e) Gerakan anggota badan (gesturing)
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam
komunikasi.
f) Pindah posisi
Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan,
atau di antara peserta didik dari belakang ke samping peserta didik.
2) Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran
a) Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus
untuk komunikasi.
b) Variasi media taktil
Variasi media taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.
3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan peserta didik
a) Peserta didik mandiri
Peserta didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b) Peserta didik pasif
Peserta didik mendengarkan dengan pasif, situasi didominasi oleh guru, dimana guru berbicara
kepada peserta didik.
REFERENSI
Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional. Alfabeta. Bandung.
Asril, Zainal. 2010. Microteaching. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Darmadi, Hamid. 2012. Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan Konsep dan Implementasi).
Alfabeta. Bandung.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Hasibuan dan Moedjiono. 2012. Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mulyasa, E. 2015. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Saud, Udin Syaefudin. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Alfabeta. Bandung.
Sukirman, Dadang. 2012. Pembelajaran Micro Teaching. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama. Jakarta
Usman, Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Page | 5
HANDOUT 11 & 12
URAIAN MATERI
A. Keterampilan Dasar Mengelola Kelas Dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
1. Keterampilan Mengelola Kelas
Page | 6
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelasadalah
seperangkat kegiatan yang diciptakan oleh seorang guru untuk mengembangkan tingkah laku
siswa yang positif, mengembangkan hubungan interpersonal, iklim sosio emosionalserta
mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif sehingga kondisi belajar
terpelihara dengan baik.
Page | 7
2) Guru dapat mengguanakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara
memperlancar tugas-tugas, memelihara kegiatan kelompok, memelihara semangat siswa dan
menangani konflik yang timbul.
3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Guru dapat
menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku yang keliru yang muncul
dan mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut,
serta berusaha menemukan pemecahannya
Page | 8
informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan kesimpulan/pemecahan
masalah.
Dari kedua pendapat dapat disimpulka bahwa diskusi kelompok kecil adalah suatu
proses yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka secara
informal untuk berbagi informasi dan pengalaman serta mengambil kesimpula / pemecahan
masalah.
a) Tujuan membimbing diskusi kelompok kecil menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:80)”
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuzn sebagai berikut:
1) Siswa dapat saling member informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau
masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan komunikasi.
3) Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
b. Komponen keterampilan membimbing diskusi
Usman (2005:94-95) mengemukakan ada beberapa komponen keterampilan membimbing
diskusi yaitu sebagai berikut:
1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi cara-cara yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
Rumuskan tujuan dan topic yang akan dibahas pada awal diskusi Kemukakan masalah-m asalah
khusus Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan Rangkum hasil pembicaraan
dalam diskusi
2) Memperluas masalah atau urunan pendapat
Selama diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas, sehingga terjadi
kesalahpahaman antar anggota kelompok. Dalam hal ini tugas guru dalam memimpin diskusi
untuk memperjelaskannya, yakni dengan cara:
Menguraikan kembali urunan tersebut hingga jelas
Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka
memperjelas atau mengembangkan ide tersebut.
Menguraikan gagasan siswa dengan member informasi tambahan.
3) Menganalisis pandangan siswa
Didalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat. Dalam hal ini guru hendaklah menganalisis
alasan perbedaan tersebut yaitu dengan cara sebagai berikut:
Meneliti apakah alasan tersebut memang memounyai dasar yang kuat.
Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati.
Page | 9
REFERENSI
Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching. Jakarta: PT Raja Grafindo
Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta
Suwarna. 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana
Usman, Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Page | 10
HANDOUT 13 & 14
URAIAN MATERI
A. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perseorangan
Pengertian ketrampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran ide, dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu lebih bermakna sehingga
menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut Sadirman, interaksi dan motivasi
belajar mengajar. Ketrampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau
ketrampilan yang bersifat khusus (most specific intructional behaviors) yang harus dimiliki oleh
guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara
efektif, efisien dan profesional (As. Gilcman, 1991).
Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah kemampuan guru /
instruktur / widyaiswara dalam mengembangkan terjadinya hubungan interpersonal yang sehat
dan akrab antar guru dengan siswa, maupun antar siswa dan siswa, baik dalam kelompok kecil
maupun perorangan Didi Suprieadi dan Deni Darmawan bandung pt remaja rosdakarya (2012:
158). Dequeliy dan Gazali (Slameto, 2010: 30) mendefinisikan mengajar adalah menambah
pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), ketrampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas,
Page | 11
sedangakan mengajar adalah melatih. Jadi ketrampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan adalah kecakapan menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok
siswa dan pada siswa secara individu (muhidin, 2011).
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar 3-8 orang
untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa (muhidin, 2011). Mengajar
kelompok kecil dan perseorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan
guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih
akarab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Khusus dengan cara
melakukakan pebelajaran perseorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangna
berfikir peseta didik, agar apa yang dismapaikan bisa diserap dan diterima oleh siswa
(Djoeulie,2010).
Page | 12
• Memiliki perasaan humor yang positif dan normative sehingga tetap disegani dan
disenangi oleh siswa.
• Menampilkan sosok kepribadian guru yang menjadi panutan siswa.
4) Orang yang mendiagnosa kesulitan siswa serta memberikan bantuan yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Guru mempunyai peranan mendiagnosa dalam proses pembelajaran
diantaranya mengenal anak secara individual mengenai kemajuan belajar ataupun
kesulitan yang dihadapi
5) Pendiagnosaan Kesulitan Siswa serta Pemberian Bantuan Sesuai Kebutuhan Siswa
Guru mempunyai peranan sebagai diagnostician dalam proses belajar mengajar, yaitu
mengenal anak secara individual mengenai kemajuan belajar, kelemahan mereka,
kesulitan yang mereka hadapi, dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan siswa.
6) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Guru juga harus menyediakan
meteri pelajaran yang akan diajarkan / dipelajari oleh siswa dalam pengajaran kelompok
kecil maupun perseorangan Berbagi sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar
mengajar tersebut perlu disediakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
lancar. Selain itu, guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melaksanakan tugas yang diberikan kepada siswa sehingga dapat mengaktualisasikan
kemampuan-kemapuan yang mereka miliki untuk menyelesaikan tugas atau masalah
yang mereka hadapi.
7) Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti siswa yang
lainnya. Iniberarti guru ikut menyumbangkan pendapatnya untuk memecahkan masalah
atau mencari kesepakatan bersama sebagaimana siswa lainnya melakukannya
Page | 13
D. Prinsip-Prinsip Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
Adapun prinsip-prinsip dalam mengajar kelompok kecil dan perseorangan diantaranya:
1) Tidak semua topik dapat disajikan dalam format kelompok kecil dan perseorangan
2) Lakukan pengajaran kelompok kecil dan perseorangan secara bertahap
3) Pengorganisasian siswa, sumber / materi, ruangan, dan waktu harus dilakukan secara
cermat
4) Guru harus mengenal siswa secara pribadi
Page | 14
Ketrampilan yang diperlukan dalam peran guru sebagai organisator selama pelajaran
berlangsung adalah:
Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, atau masalah yang akan dipecahkan
secara jelas.
Memvariasai kegiatan yang mencakup penetapan ruangan kerja, peralatan, cara kerja,
aturan, dan waktu.
Membentuk kelompok yang tepat pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa.
Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan serta penggunaan materi
dan sumber sehingga dapat memberikan bantuan dengan tepat.
Membagi-bagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap
dengan membantu siapa saja yang memerlukannya.
Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi yang dapat berupa laporan hasil dan
kesimpulan dari kegiatan.
c) Ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar
Ketrampilan ini diperlukan untuk membantu siswa maju tanpa mengalami frustasi.
Adapun beberapa ketrampilan yang menunjang adalah:
Memberikan penguatan.
Mengembangkan supervisi proses awal, yang dikerjakan dengan tujuan melihat bantuan
bila diperlukan, dan sebagainya.
Mengadakan supervisi proses lanjut, dikerjakan setelag kegiatan berjalan lama, dan
sifatnya selektif. Interaksi yang muncul dapat berupa memberikan bimbingan tambahan.
Melibatkan diri sebagai peserta untuk memotivasi siswa, memimpin diskusi, dan
sebagai katalisator.
Mengadakan supervisi pemaduan, dikerjakan untuk mengetahui dan menilai sejauh
mana tujuan teah dapat dicapai dalam rangka menyiapkan pelaksanaan rangkuman, dan
pemantapan. Pada akhirnya siswa dapat saling belajar serta memperoleh wawasan yang
menyeluruh tentang kegiatan tersebut.
Page | 15
Dalam pola ini kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai dengan pertemun klasikal (kelas
besar) untuk memberikan infomasi umum yang diperlukan siswa untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Informasi yang diberikan kepada siswa antara lain:
1. Pokok bahasan yang akan dipelajari
2. Tugas-tugas yang akan dikerjakan
3. Langkah-langkah mengyelesaikan tugas
4. Informasi lain yang diperlukan
Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok
kecil atau bekerja perorangan. Setelah siswa mengyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam
kelompok kecil atau perorangan, kegiatan belajar mengajar berikutnya adalah mengikuti
pertemuan klasikal kembali untuk melaporkan tugas-tugas yang mereka kerjakan.
2. Kelas Besar → Kelompok Kecil + Kelompok Kecil → Kelas Besar
Dalam pola ini, pertama, siswa mengikuti penjelasan secara klasikal mengenai pokok-pokok
bahasan yang akan dipelajari, tugas-tugas yang akan dikerjakan, serta langkah-langkah
melaksanakan tugas tersebut. Kedua, siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian, siswa diminta
melaporkan hasil-hasil yang diperoleh dari pengetahuan dalam kelompok kecil dalam kelas
(laporan secara klasikal).
3. Kelas Besar → Perorangan → Kelompok Kecil → Kelas Besar
Dalam pola ini pertemuan diawali dangan penjelasan umum mengenai materi pelajaran yang
akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa. Setelah mengikuti penjelasan
umum, siswa langsung mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru secara perorangan,
kemudian siswa diminta bergabung dalam kelompok kecil untuk membahas hasil yang telah
diperoleh dari bekerja secara perorangan untuk di diskusikan bersama dalam kelompok kecil.
Setelah itu, siswa diminta untuk melaporkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan kelompok
kecil kepada seluruh siswa dalm kelas.
4. Kelas Besar → Perorangan + Perorangan → Kelas Besar
Proses belajar mengajar dimulai dengan pemberian penjelasan umum kepada siswa mengenai
materi yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh siswa. Setelah itu,
siswa diminta bekerja secara perorangan untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
Kemudian siswa diminta melaporkannya di kelas (secara klasikal).
H. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
Page | 16
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memberhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individu. Karakteristik yang dimiliki
oleh anak SD sangatlah beragam dan berbeda-beda entah itu kemampuan berfikir,
tingkat emosional, bakat, minat, maupun perbedaan daya tangkapnya. Misal siswa yang
agak agresif bisa dijadikan menjadi satu kelompok dengan siswa yang agak agresif atau
siswa yang memiliki daya tangkap agak kurang juga dijadikan satu kelompok dengan
siswa yang juga memiliki daya tangkap yang agak kurang juga. Lalu siswa-siswa yang
sudah berada di dalam kelompok-kelompoknya diberikan layanan bimbingan belajar
secara khusus. Cara ini bisa membantu meningkatkan ketrampilan sosial melalui belajar
kelompok.
2) Memperhatikan dan melayani kebutuhan siswa. Pada dasarnya siswa memiliki latar
belakang yang berbeda-beda baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun
lingkungan masyarakat. Misal jika ada siswa yang tidak mampu membeli buku paket
sebaiknya guru meminta siswa lainnya untuk bersedia bersama-sama / bisa juga pihak
sekolah memberikan pinjaman.
3) Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif. Cara untuk membuat
pembelajaran aktif dan efektif guru harus berusaha semaksimal mungkin aktif di dalam
memberikan bimbingan belajar. Misal setelah guru memberikan tugas diskusi kelompok
guru harus selalu mengawasi jalanya diskusi dan juga membantu / membimbing siswa
yang membutuhkan bantuan saat mengalami kesulitan.
4) Merangsang tumbuh kembangnya kemampuan optimal siswa. Tugas guru tidak hanya
mengajar saja akan tetapi tugas guru pada dasarnya adalah membantu tumbuh kembang
siswa secara optimal baik aspek intelektual, aspek moral, aspek sosial, maupun aspek
fisik. Secara tidak langsung guru telah membantu tumbuh kembang siswa-siswanya.
Misal dari segi aspek moral, aspek emosional, aspek sosial dilakukan melalui teladan,
cara pola asuh guru terhadap siswa, tutur bicara siswa / guru yaitu penggunaan bahasa
yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dari segi aspek fisik misal guru
mengadakan senam satu minggu sekali, guru mengadakan ekstrakulikuler olah raga.
Dan siswa bisa mengikuti ekstrakulikuler tersebut sesuai bakat ataupun minat.
5) Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok dan perseorangan. Bagi
calon guru sebaiknya dimulai dengan pengajaran perseorangan kemudian secara
bertahap kepada pengajaran kelompok kecil. Sedangkan bagi guru yang sudah terbiasa
menggunakan pengajaran klasikal sebaiknya mulai secara pengajaran kelompok
Page | 17
kemudian kepada perseorangan. Karena tidak semua topk pembahasan bisa di
selesaikan dengan cara kelompok kecil maupun perseorangan. Misal jika siswa diminta
memahami teori, konsep maupun prinsip Sumber Daya Alam (SDA) maka akan efektif
jika pembelajaran dilakukan dengan cara klasikal sedangkan jika siswa diminta untuk
membuktikan sifat-sifat konduktor, konduksi, dan radiasi melalui eksperimen sebaiknya
dilakukan secara kelompok kecil atau perorangan.
6) Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan. Dalam kelompok kecil langkah
langkahnya adalah mengorganisasi siswa, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang
diperlukan. Dalam pengajaran perorangan guru terlebih dahulu harus mengenal pribadi
siswanya. Misal siswa yang memiliki kesulitan soal maematika penjumlahan guru perlu
memberikan bimbingan perseorangan.
7) Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya. Ada tiga variasi
pengorganisasian yaitu variasi pengelompokan, variasi penataan ruang, dan variasi
sumber belajar. Di dalam pembelajaran pasti akan ada kebosanan dikarenakan guru
tidak akan mungkin bisa mengontrol secara terus menerus terhadap semua kelompok
belajar. Untuk menghindari kebosanan ini haruslah ada variasi dalam pembelajaran.
Misal siswa diminta memilih sendiri kelompok belajarnya, bisa juga siswa ditawarkan
untuk memilih sumber belajar yang diinginkan saat kegiatan pembelajaran.
REFERANSI
Ali Muhidin, Sambas. 2011. Ketrampilan mengajar kelompok kecil perorangan, http://pgsd-
unlambjb.tk/ketrampilan-mengajar-kelompok-kecil-dan-perorangan-dalam-pkr/,
diakses 03 Mei 2020
Didi Supriadie dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Djoulie, Adie. 2010. Ketrampilan mengajar kelompok kecil.
http://joe11penjasorkes.blogspot.com/2010/04/ketrampilan-mengajar-kelompok-
kecil.html, diakses 03 Mei 2020
Sadirman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Page | 18
HANDOUT 15
URAIAN MATERI
A. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta
didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP yang dikembangkan secara rinci
mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru.
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis sebagai langkah awal dari proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
efisien dalam rangka mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi. RPP disusun
berdasarkan serangkaian KD yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
Penyusunan RPP ini dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, namun
perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada alur pikir (algoritma) yang spesifik untuk
menyusun suatu RPP, karena rancangan tersebut seharusnya kaya akan inovasi sesuai dengan
spesifikasi materi ajar dan lingkungan belajar siswa (sumber daya alam dan budaya lokal,
kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi). Pengalaman
dari penilaian portofolio sertifikasi guru ditemukan, bahwa pada umumnya RPP guru
Page | 19
cenderung bersifat rutinitas dan kering akan inovasi. Mengapa? diduga dalam melakukan
penyusunan RPP guru tidak melakukan penghayatan terhadap jiwa profesi pendidik. Keadaan
ini dapat dipahami karena, guru terbiasa menerima borang‑borang dalam bentuk format yang
mengekang guru untuk berinovasi dan penyiapan RPP cenderung bersifat formalitas. Bukan
menjadi komponen utama untuk sebagai acuan kegiatan pembelajaran. Sehingga ketika
otonomi pendidikan dilayangkan tak seorang gurupun bisa mempercayainya. Buktinya
perilaku menyusun RPP dan perilaku mengajar guru tidak berubah jauh.
Acuan alur pikir yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah: 1) Kompetensi apa
yang akan dicapai. 2) Indikator‑indikator yang dapat menunjukkan hasil belajar dalam bentuk
perilaku yang menggambarkan pencapaian kompetensi dasar. 3) Tujuan pembelajaran yang
merupakan bentuk perilaku terukur dari setiap indikator. 4) Materi dan uraian materi yang
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa agar ianya dapat mencapai tujuan pembelajaran. 5)
Metode‑metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. 6) Langkah‑langkah penerapan
metode‑metode yang dipilih dalam satu kemasan pengalaman belajar. 7) Sumber dan media
belajar yang terkait dengan aktivitas pengalaman belajar siswa. 8) Penilaian yang sesuai untuk
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
Secara umum, ciri‑ciri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik adalah
sebagai berikut: 1) Memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh
guru yang akan menjadi pengalaman belajar bagi siswa. 2) Langkah‑langkah pembelajaran
disusun secara sistematis agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. 3) Langkah‑langkah
pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga apabila RPP digunakan oleh guru lain
(misalnya, ketiga guru mata pelajaran tidak hadir), mudah dipahami dan tidak menimbulkan
penafsiran ganda.
Page | 20
fisik, dramatisasi atau bermain peran sebagai teknik pembelajaran karena gaya belajar setiap
siswa berbeda-beda.
2) Berpusat Pada Peserta Didik
Guru yang menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik pertama-tama
memperlakukan siswa sebagai subyek didik atau pembelajar. Dilihat dari sudut pandang
peserta didik, guru bukanlah seorang intruktur, pawang, komandan, atau birokrat. Guru
bertindak sebagai pembimbing, pendamping, fasilitator, sahabat, atau abang/kakak bagi
peserta didik terutama dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni kompetensi peserta didik.
Oleh karena itu guru seyogyanya merancang proses pembelajaran yang mampu mendorong,
memotivasi, menumbuhkan minat dan kreativitas peserta didik. Hak ini dapat berjalan jika
seorang guru mengenal secara pribadi siapa (saja) siswanya, apa mimpi-mimpinya, apa
kegelisahannya, passion-nya, dan sebagainya.
3) Kontekstual
Pembelajaran berbasis konteks dapat terwujud apabila guru mampu mengidentifikasi dan
memanfaatkan berbagai sumber belajar lokal (setempat), guru mengenal situasi dan kondisi
sosial ekonomi peserta didik, mengenal dan mengedepankan budaya atau nilai-nilai kearifan
lokal, tanpa kehilangan wawasan global. Sebagai contoh nilai gotong royong di Jawa atau
pela gandong di Maluku dapat dijadikan inspirasi mengembangkan proses dan kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran juga dapat dimulai dari apa yang sudah diketahui oleh peserta
didik sesuai dengan konteksnya dan baru pada konteks yang lebih luas.
4) Berorientasi Kekinian (Aktual)
Ini adalah pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan nilai-nilai kehidupan masa kini.Guru yang berorientasi kekinian adalah guru
yang “gaul”, tidak “gaptek”, “melek informasi”, bahkan sebaiknya well informed, selalu
meng-update dan meng-up grade ilmu pengetahuan yang menjadi bidangnya, termasuk teori-
teori dan praktik baik di bidang pendidikan/pembelajaran. Dengan demikian rancangan
pembelajaran yang dikembangkan guru dapat menjadi inspirasi bagi siswa dana abagi guru-
uru yang lain.
5) Mengembangkan Kemandirian Belajar
Guru yang mengembangkan kemandirian belajar (siswa) selalu akan berusaha agar pada
akhirnya siswa berani mengemukakan pendapat atau inisiatif dengan penuh percaya diri. Di
samping itu guru tersebut juga selalu mendorong keberanian siswa untuk menentukan tujuan-
tujuan belajarnya, mengeksplorasi hal-hal yang ingin diketahui, memanfaatkan berbagai
Page | 21
sumber belajar, dan mampu menjalin kerja sama, berkolaborasi dengan siapa pun. Idealnya
semuau ini tercermin dalam rencana kegiatan pembelajaran siswa.
6) Memunculkan feedback (Umpan Balik) dan Tindak Lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
7) Keterkaitan dan Keterpaduan Antar Muatan/Kompetensi
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.RPP disusun dengan
mengakomodasi pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar,
dan keragaman budaya.
8) Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kegiatan pembelajaran dalam RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi. Sebagai contoh ketika guru menugasi siswa mengeksplorasi sumber-sumber
pengetahuan lewat internet, guru harus bias menunjukkan kepad siswa alamat situs-situs web
atau tautan (link) yang mengarahkan siswa pada sumber yang jelas, benar, dan
bertanggungjawab.
C. Komponan dan Format RPP
Komponen dan sistematika RPP berikut mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar
dan Menengah.
1) Komponen RPP
identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
kelas/semester;
materi pokok;
alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus
dan KD yang harus dicapai;
tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
Page | 22
kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan
materi pelajaran;
sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau
sumber belajar lain yang relevan;
langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan
penutup; dan
penilaian hasil pembelajaran.
2) Format RPP
Page | 23
Pendekatan : Scientific
F. Kegiatan Pembelajaran
Sintak Examples Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Non Examaples Waktu
Pendahuluan 1. …
2. …
3. …..
Kegiatan 1. …
Inti
2. …
…..
Penutup 1. …
2. …..
G. Teknik Penilaian
Sikap : Observasi (Toleransi)
Pengetahuan : Tes tulis dan LKS
Keterampilan : Kinerja proses
H. Instrumen Penilaian
Penilaian Sikap : Lembar observasi sikap
Penilaian Pengetahuan : Lembar Kerja dan Soal Evaluasi
Penilaian Keterampilan : Lembar penilaian kinerja
Page | 24
2. Media Pembelajaran
3. Lembar Kerja Siswa 1
4. Lembar Kerja Siswa 2
5. Lembar Evaluasi
6. Lembar Instrumen Penilaian
Refleksi Guru
_____________________ _____________________
NIP NIP
Page | 25
3) Petunjuk Penyusunan RPP
Pada bagian awal sudah ditekankan bahwa RPP dikembangkan secara rinci mengacu pada KI-
KD, silabus dan bahan ajar. RPP terdiri atas komponen KI, KD, indikator, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode, langkah-langkah pembelajaran, media, sumber
belajar dan penilaian hasil pembelajaran. Masing-masing komponen saling berhubungan
secara logis sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Sebagian besar komponen silabus
dapat langsung digunakan dalam pengisian komponen-komponen RPP. Berikut ini adalah
petunjuk penyusunan RPP untuk setiap komponen sesuai dengan format di atas.
Langkah pertama adalah melengkapi identitas yang ada pada bagian awal RPP. Tuliskan
identitas RPP terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas‑/Semester, Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu (lihat format RPP pada
lampiran).
A. Kompetensi Inti
Tulis keempat KI dari Permendikbud No.24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013.
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca)
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Tuliskan output (hasil langsung) dari satu paket pengalaman belajar yang dikemas oleh
guru, karena itu penetapan tujuan pembelajaran dapat mengacu pada pengalaman belajar
siswa. Misalnya:
Pengalaman belajar: Menjelaskan kondisi geografis Provinsi Jawa Timur.
Tujuan Pembelajaran: Melalui kegiatan mengamati peta Provinsi Jawa timur, siswa dapat
mengetahui kondisi geografis Provinsi Jawa Timur dengan tepat.
2. Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya tujuan
pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga target‑target produk
tiap pembelajaran jelas kelihatan.
3. Sama seperti indikator, tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
sikap, pengetahuan, danketerampilan.
4. Pola atau rumusan tujuan pun pada pokoknya sama dengan indikator (kata kerja + kata
benda). Lengkapnya sering disebut dengan rumus ABCD. A adalah audience atau peserta
didik, B adalah behaviour atau perilaku (kata kerja), C adalah Condition atau keadaan
yang harus dipenuhi, dan D adalah degree atau batas minimal tingkat keberhasilan.
Page | 27
5. Biasanya C (conditioning) diletakkan di awal rumusan tujuan, diikuti dengan unsur-unsur
lain yakni Audience, Behaviour, dan Degree. Contoh rumusan tujuan pembelajaran
“Setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat
menjelaskan konsep fotosintesis dengan menggunakan bahasanya sendiri”
6. Dalam hal indikator pencapaian kompetensi sangat spesifik dan tidak dapat diuraikan lagi,
rumusan tujuan pada pokoknya sama dengan rumusan indikator.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan untuk tiap-tiap pertemuan.
D. Materi Pembelajaran
1. Tulis tema/sub-tema/jenis teks dan/atau butir-butir materi yang dicakup untuk materi
pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.
2. Butir-butir materi yang dimaksud harus relevan dengan indikator pencapaian kompetensi
yang dapat berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif sesuai
tuntutan KD.
E. Model/Metode Pembelajaran
1. Tulis satu atau lebih model/metode pembelajaran yang diterapkan.
2. Model/Metode pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran aktif yang efektif dan
efisien memfasilitasi peserta didik mencapai indikator-indikator KD beserta kecakapan
abad 21. Misalnya: Dicovery Leraning, Problem Based Learning, Cooperative Learning,
dll.
Page | 28
6. Dalam langkah kegiatan guru dapat menyisipkan aktivitas pembiasan karakter agar
pembelajaran dapat menekankan penanaman karakter yang diinginkan
2. Sikap sosial
Tulis satu atau lebih teknik penilaian sikap sosial dan tuangkan dalam tabel, seperti contoh
berikut.
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Instrumen Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
1. Observasi Jurnal dan 4. Saat Penilaian untuk dan
lembar pembelajaran pencapaian
5.
observasi berlangsung pembelajaran
6. (assessment for and of
learning)
Page | 29
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Instrumen Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
(assessment as
learning)
3. Pengetahuan
Butir Waktu
No. Teknik Bentuk Instrumen Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
1. Lisan Pertanyaan (lisan) Saat Penilaian untuk
dengan jawaban pembelajaran pembelajaran
terbuka berlangsung (assessment for
learning)
4. Keterampilan
Butir Waktu
No. Teknik Bentuk Instrumen Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
1. Praktik Tugas Saat Penilaian untuk,
(keterampilan) pembelajaran sebagai, dan/atau
berlangsung pencapaian
dan atau pembelajaran
sudah (assessment for, as,
berakhir and of leraning)
Page | 30
Butir Waktu
No. Teknik Bentuk Instrumen Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Page | 31
PENUGASAN
1. Buatlah rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengaplikasikan semua
keterapilan mengajar dan disesuaikan dengan pembelajaran kurikulum 2013 di SD!
2. Buatlah video praktik mengajar kalian dan Upload ke youtube!
REFERENSI
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Page | 32
HANDOUT 16
Teknis UAS
1) UAS berupa tugas proyek berupa pembuatan video praktik mengajar
2) Mahasiswa wajib mengikuti UAS dengan mengumpulkan tugas proyek tersebut
3) Tugas Video praktik mengajar tersebut diupload ke youtube
Page | 33