Anda di halaman 1dari 18

PENGUKURAN SIMETRISITAS TUBUH

Disusun Oleh :

Nama : MUKRIMA TUNNISA

NIM : C13115023

Program Studi Fisioterapi


Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Tiada kata paling indah kami ucapkan selain alhamdulillahi rabbil alamin, sebagai rasa
syukur kepada Tuhan YME karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami masih diberi
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan protap ini yang berjudul “ Pengukuran
Simetrisitas Tubuh“. Tak lupa pula kami haturkan salawat beserta taslim kepada nabi besar
Muhammad SAW dengan rahmatan lil alaminnya yang telah menghantarkan seluruh ummat di
pelosok bumi menuju zaman modern.

Dalam penulisan laporan ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari dosen mata kuliah
CSL. Beliau adalah pembimbing yang penuh kesabaran dan ketulusan telah meluangkan
waktunya memberikan bimbingan, saran, dan dorongan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan banyak terima kasih.
Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga
bantuan, petunjuk, dorongan, dan pengorbanan yang telah diberikan memperoleh imbalan yang
berlipat ganda disisi AllahSWT, Amin....
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Makassar, Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................ 1

Kata Pengantar ................................................................................................... 2

Daftar isi ............................................................................................................. 3

Bab I Kajian Teori


A. Pengertian Pola Simetrisitas Tubuh ……………………………………….

B. Tujuan Pengukuran Simetrisitas Tubuh……………………………………

C. Faktor Penyebab Kelainan Simetrisitas Tubuh ……………………………

D. Hal – hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengukuran simetrisitas


tubuh…………………………….

D. Bidang Sagital dan Bidang Frontal ……………………………………..

BAB II Proses Pengukuran Simetrisitas Tubuh

A. Pengukuran simetrisitas tubuh ..…………………………………………

BAB III Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Pemeriksaan

A. Pengukuran Simetrisitas Tubuh .....................................................

B. Parameter Simetrisitas Tubuh.........................................................

C. Interpretasi Simetrisitas Tubuh ……………………………………..

B. Pembahasan ………………………………………………………..
Daftar Pustaka ....................................................................................................

Lampiran ...........................................................................................................

BAB I
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pola Simetrisitas Tubuh


Pola simetrisitas tubuh adalah kedudukan suatu area yang persis sama, atau
bentuk/gesture/postur bagian tubuh yang sama bentuknya. Pola simetrisitas tubuh
merupakan pola pembagian tubuh melalui bidang sagital yang membagi tubuh kiri dan
kanan, bidang frontal yang membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang, serta
bidang transversal yang membagi bagian tubuh menjadi bagian atas dan bawah. Dimana
pada masing – masing bidang itu memiliki axis atau sumbu/titik tumpuh dari bidang
tersebut. Bidang sagital memiliki axis frontalis yaitu sumbu yang melintang darikiri ke
kanan, bidang frontalis memiliki axis sagitalis yaitu sumbu yang melintang dari depan ke
belakang, dan bidang transversal memiliki axis longitudinalis yaitu sumbu yang melintang
dari atas ke bawah. Pengukuran pola simetrisitas tubuh dapat dilakukan dari arah
samping, depan, dan belakang tubuh. Jika pola postur tubuh tidak simetris maka tubuh
otomatis memiliki kelainan atau gangguan, biasanya secara umum kelainan atau gangguan
pada simetrisitas tubuh itu adalah skoliosis, Lordosis dan Kifosis.
1. SKOLIOSIS

Skoliosis adalah tulang punggung melengkung ke samping, membentuk kurva


berbentuk S atau C dan mungkin menyebabkan pinggul dan bahu miring.

Skoliosis adalah kondisi yang umum pada masa anak-anak dan remaja awal,
ketika mereka tumbuh cepat (dikenal sebagai juvenile scoliosis). Anak perempuan lebih
mungkin untuk memilikinya daripada anak laki-laki.

Skoliosis dapat disebabkan oleh cacat lahir, kejang otot, peradangan atau
memiliki panjang kaki yang berbeda. Kondisi ini bisa bersifat permanen atau sementara.
Skoliosis berat mungkin perlu koreksi bila menimbulkan gangguan penampilan dan fungsi
tubuh.

2. KIFOSIS
Kifosis (kyphosis) adalah gangguan tulang belakang progresif di mana punggung
atas menunjukkan sebuah kelengkungan ke depan abnormal, mengakibatkan kelainan tulang
yang kadang-kadang digambarkan sebagai bungkuk.

Kifosis terdiagnosis jika kurvanya lebih dari 50 derajat, menurut American


Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS). Mayo Clinic memberikan batas lebih rendah
untuk diagnosis kifosis yaitu kelengkungan 40 derajat atau lebih.

Pada remaja, penyebab paling umum dari kifosis adalah penyakit Sheuermann.
Pada orang tua, penyebab paling umum kifosis adalah degenerasi diskus vertebralis. Kifosis
terlokalisasi mungkin disebabkan oleh runtuhnya satu atau lebih tulang belakang toraks
yang mungkin berhubungan dengan osteoporosis.

3. LORDOSIS

Lordosis adalah kondisi di mana lumbal spinalis (tulang belakang tepat di atas
bokong) melengkung ke dalam. Sedikit kelengkungan lordotik adalah normal. Terlalu
banyak kelengkungan lordotik disebut lordosis.

B. Tujuan Pengukuran Simetris Tubuh


Pengukuran pola simetrisitas postur tubuh dilakukan untuk mengetahui
bagaimana simetrisitas tubuh seseorang jika mengalami kelainan pertumbuhan
mosculuskeletal serta melakukan perbandingan anatomi tubuh melalui bidang sagital,
frontal dan tranversal yang sesuai dengan model anatomi tubuh. Karena, dalam kehidupan
sehari-hari kita sering menjumpai orang-orang yang mengalami kelainan musculuskeletal.
Misalnya lordosis, skoliosis, kifosis.

C. Faktor penyebab kelainan simetris tubuh


 Cara duduk yang tidak benar,
 Mengangkat beban yang terlalu berat,
 Pemakaian tas yang tidak seimbang
 Bawaan lahir (cacat dini)
Hal-hal inilah yang menjadi intervensi bagi seorang fisioterapis untuk mengembalikan
gerak dan fungsi gerak serta mengantisipasi kecacatan dini yang terjadi pada usia muda.

D. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengukuran symetrisitas tubuh :

 Bentuk dari postur tubuh, biasanya dengan menggunakan parameter palpasi, selain itu juga
bisa dengan alat ukur contohnya mistar.
 Warna dari postur tubuh, biasanya dengan menggunakan parameter secara visual.
 Tonjolan / benjolan dari postur tubuh, sama halnya dengan bentuk tubuh juga dengan
menggunakan parameter palpasi.
 Besaran, menggunakan parameter cm (centimeter)
 Letak dari postur tubuh, biasanya dengan menggunakan parameter palpasi, selain itu juga
bias dengan menggunakan alat ukur.

E. Bidang Sagital dan Bidang Frontal

Bidang gerak adalah bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian yaitu depan –
belakang , kiri – kanan dan atas – bawah.
 Sagitalis adalah bidang yang sejajar dengan bidang medianus (membagi kiri dan
kanan)
 Frontalis adalah bidang yang tegak lurus pada bidang sagitalis dengan permukaan
perut (membagi depan dan belakang)
 Transversal adalah bidang yang melintang tegak lurus pada arah yang memanjang
tubuh ( membagi atas – bawah ).

F. Gangguan Simetrisitas Tubuh


1. Skoliosis
2. Lordosis
3. Kifosis
4. Sway-back
5. Flat-back
6. Faulty Alignment
7. Kaki O
8. Kaki X
BAB II

PROSES PEMERIKSAAN

A. Persiapan Alat dan Bahan


 Buku catatan
 Pulpen
 Sceitload

B. Persiapan Pasien
 Berdiri dengan posisi nyaman
 Tidak mengenakan kain ataupun pakaian setipis apapun saat pemeriksaan

C. Cara Pemeriksaan
1. Dari Belakang
 Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan kepada pasien
 Posisikan pasien dalam keadaan nyaman dan rileks
 Untuk mengukur pola simetrisitas tubuh pasien pada bidang sagital tubuh (menentukan
apakah pasien temasuk dalam keadaan skoliosis), pengukuran simetrisitas diawali
dengan meletakkan / menggantungkan sceitload sejajar dengan daerah POE
( Protuberance Occipitale Eksternal), cervical 5 (C5), dan Lumbal 3 (L3) lalu scietload
dibentangkan sampai ke bawah. Kemudian kita mengamati kedudukan suatu bagian
tubuh yaitu jarak cervical 5 (C5) atau kedalaman dari cervical 5 ke tali scietload dan
jarak dari Lumbal 3 (L3) ke tali scietload.
 Amatilah bentuk atau gesture tubuh pasien
 Jika tali scietload berada di tengah antara kaki kanan dan kiri berarti simetrisitas tubuh
pasien itu normal
 Catatlah hasil pengukuran

2. Dari Depan
 Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan kepada pasien
 Posisikan pasien dalam keadaan nyaman dan rileks
 Untuk mengukur pola simetrisitas tubuh pasien pada bidang frontal tubuh (menentukan
apakah pasien temasuk dalam keadaan lordosis atau kifosis), pengukuran simetrisitas
diawali dengan meletakkan / menggantungkan sceiteload sejajar hidung, sternum, dll
dengan menggunakan alat bantu mistar yang ditempatkan di bagian atas kepala sebagai
tempat penopang atau perlekatan dari tali scietload agar lebih memudahkan untuk
melakukan pengukuran, setelah itu biarkan tali scietload membentang kebawah.
 Amatilah bentuk atau gesture tubuh pasien
 Jika tali scietload berada di tengah antara kaki kanan dan kiri berarti simetrisitas tubuh
pasien itu normal
 Catatlah hasil pengukuran

3. Dari Samping
 Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan kepada pasien
 Posisikan pasien dalam keadaan nyaman dan rileks
 Pengukuran simetrisitas diawali dengan meletakkan / menggantungkan sceiteload sejajar
dengan daun telinga, acromion, dll dengan menggunakan alat bantu mistar yang
ditempatkan di bagian atas kepala sebagai tempat penopang atau perlekatan dari tali
scietload agar lebih memudahkan untuk melakukan pengukuran, setelah itu biarkan tali
scietload membentang kebawah.
 Amatilah bentuk atau gesture tubuh pasien
 Jika tali scietload berada di tengah antara kaki kanan dan kiri berarti simetrisitas tubuh
pasien itu normal
 Catatlah hasil pengukuran
BAB III

HASIL PEMERIKSAAN

A. Hasil Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan
No. Nama
Skoliosis Kifosis Lordosis

1 Herdi Putra Herman Tidak Sedikit Tidak

2 Firdaus Abdul Rahim Tidak Tidak Tidak

3 Muhammad Ilham Tidak Tidak Tidak

4 Untu Hermawan Tidak Tidak Tidak

5 Muhammad Reza Pahlevi Tidak Tidak Tidak

B. Parameter

Dalam pengukuran simetrisitas postur tubuh manusia ini, parameter /tolak ukur yang
digunakan adalah keadaan patologis pada Columnavertebralis, diantaranya Skoliosis (keadaan
columna vertebralis yang condong kekiri atau kekanan), Kifosis (keadaan columna vertebralis
yang condong kedepan/bungkuk), Lordosis (keadaan columna vertebralis yang condong
kebelakang).

C. Interpretasi

Hasil Pemeriksaan

Skoliosis Kifosis Lordosis


No. Nama Interpretasi

1 Herdi Putra Herman Tidak Sedikit Tidak Ab- Normal

2 Firdaus Abdul Rahim Tidak Tidak Tidak Normal

3 Muhammad Ilham Tidak Tidak Tidak Normal

4 Untu Hermawan Tidak Tidak Tidak Normal


5 Muhammad Reza Pahlevi Tidak Tidak Tidak Normal

B. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dari kelima
pasien tersebut ada 4 orang yang memiliki postur tubuh yang normal dari kepala hingga kaki.
Baik dari hasil pemeriksaan bidang sagital maupun bidang frontal ke empat pasien masuk pada
interpretasi normal atau tidak mengalami kelaina simetris tubuh. Namun, ada 1 orang yang
memiliki kelainan atau kifosis (bungkuk) namun tidak berlebihan atau pada saat dilakukan
pengukuran simetrisitas tubuh, ternyata scietload sedikit lebih condong ke kiri itulah sebab
mengapa salah satu pasien dikatakan kifosis atau postur tubuhnya membungkuk. Selain itu dapat
pula dilihat secara langsung dari pemeriksaan secara visual atau hanya melihat bentuk, letak dan
lain sebagainya dari tubuh pasien. Beberapa penyebab kifosis bisa terjadi karena bawaan sejak
lahir atau sikap posisi tubuh yang salah baik ketika duduk, tidur atau pun berdiri. Kifosis sering
disebabkan oleh posisi tubuh yang buruk selama masa kanak-kanak. Hal ini mengakibatkan
tulang belakang berbentuk tidak normal atau timbul masalah perkembangan dengan tulang
belakang. Berikut ini beberapa penyebab kifosis.

 TulangBelakang
Tulang belakang anda memanjang dari tengkorak ke panggul. Dalam kasus kifosis,
bagian tengah tulang belakang, yang dikenal sebagai vertebra toraks, melengkung keluar dari
posisi. Ada beberapa alasan mengapa tulang belakang melengkung keluar dari posisi, dibahas di
bawah ini.

 PosturyangBuruk
Postur atau posisi tubuh yang buruk di masa kecil, seperti terlalu sering membungkuk,
bersandar di kursi terlalu lama dan membawa tas sekolah yang berat, dapat menyebabkan
ligamen dan otot-otot yang mendukung tulang belakang meregang. Hal ini menarik vertebra
toraks keluar dari posisi normal, sehingga terjadilah kifosis. Kifosis yang disebabkan oleh
postur/posisi tubuh yang buruk dikenal sebagai kifosis postural.
 Tulangbelakangyangabnormal
kifosis juga bisa disebabkan ketika vertebra tidak tumbuh berkembang dengan baik.
Tulang dapat berbentuk segitiga, bukan persegi panjang atau kotak seperti normalnya. Hal ini
menyebabkan tulang belakang berada di luar posisi dan dikenal sebagai kifosis Scheuermann.
Pada kasus kifosis Scheuermann, ligamen sekitar tulang belakang bisa lebih tebal dari biasanya.
Tidak diketahui apa penyebab pembentukan tulang belakang yang tidak normal. Satu dugaan
adalah suplai darah ke tulang belakang yang tidak normal mempengaruhi pertumbuhan tulang
belakang.

 Kondisi yang menyebabkan kifosis, Kondisi penyakit dan gangguan yang dapat
menyebabkan kifosis meliputi :

 Osteoporosis – di mana tulang menjadi lemah dan rapuh


 Spondylosis – istilah yang menggambarkan ‘keausan’ yang terjadi pada tulang, cakram
dan ligamen tulang belakang
 Spina bifida – suatu kondisi dimana tulang belakang belum terbentuk dengan baik
 Penyakit Paget – suatu kondisi di mana perkembangan sel-sel tulang baru terganggu,
sehingga tulang menjadi lemah
 Neurofibromatosis – kelainan genetik yang mempengaruhi sistem saraf
 Distrofi otot – kondisi genetik yang menyebabkan melemahnya progresif dari otot
 Tuberculosis – infeksi bakteri yang terutama mempengaruhi paru-paru
 Kanker yang berkembang di dalam tulang belakang atau menyebar ke tulang belakang
dari bagian lain dari tubuh

Ada tiga macam jenis kifosis yang perlu diketahui diantaranya:

1. Kifosis Congenital. Kondisi bungkuk yang terjadi akibat kurang sempurnanya


pembentukan tulang punggung. Yang biasanya terjadi pada bayi dan juga anak-anak.
Kifosis conginetal adalah kifosis bawaan, yakni perkembangan tulang belakang abnormal
sejak dalam kandungan (rahim).
2. Kifosis Idiopatik. Jenis kifosis yang kedua adalah kifosis idiopatik. Kifosis jenis ini
belum ada kepastian apa yang menyebabkannya. Akan tetapi beberapa diketahui faktor
keturunan yang mungkin menjadi penyebabnya.
3. Kifosis Postural. Jenis yang ketiga adalah kifosis postural yang penyebabnya adalah
dikarenakan posisi tubuh yang buruk atau salah baik saat tidur, tengkurap atau juga
duduk. Jenis ketiga ini seringkali dialami oleh orang yang sudah tua. Akan tetapi jika
dirunut, bahwa kebiasaan saat mudalah yang mengakibatkan kifosis jenis ketiga ini
menjangkit ketika sudah tua. Jadi akan lebih baik ketika masih muda untuk
memperhatikan posisi tubuh secara benar.

A. CARA MENCEGAH KIFOSIS

Beberapa jenis kifosis tidak dapat dicegah, misalnya kifosis disebabkan oleh arthritis atau
kifosis bawaan, yang ada sejak lahir. Namun pencegahan kifosis jenis normal dapat dicegah.

 Postur Tubuh dan Kebiasaan

Kifosis postural dapat dicegah dengan memiliki postur tubuh yang baik dan dan
menghindari kebiasaan membungkuk terlalu lama. Jaga punggung dan leher anda selalu dalam
posisi lurus.

 Pencegahan Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyebab utama kifosis. Anda dapat mencegah osteoporosis


penyebab kifosis dengan cara melakukan olahraga secara teratur untuk memperkuat tulang dan
otot serta mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalsium. Bagi wanita yang telah melalui
menopause, terapi penggantian hormon/hormone replacement therapy (HRT) dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya osteoporosis.

Selain cara diatas, beberapa tips mencegah kifosis dapat dilakukan dengan :

 Melakukan terapi latihan fisik : Latihan fisik bisa dilakukan dengan latihan yang
kadarnya adalah ringan sesuai kemampuan tulang punggung anda. Anda bisa melakukan
peregangan secara sederhana, latihan berenang, olahraga fitness dengan gerakan seated
cable row. Anda bisa mencari referensinya dari internet atau buku-buku olahraga untuk
kesehatan tulang punggung anda. Jangan pernah melakukan latihan fisik melebihi batas
kemampuan anda.
 Rajin minum susu dan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium sejak dini :
Mengkonsumsi makanan yang berkalsium tinggi dan rajin meminum susu sejak dini juga
bisa mencegah terjadinya kifosis di usia lanjut.
 Berkonsultasi ke dokter : Jika anda telah merasakan kifosis bisa juga dengan langsung
berkonsultasi ke dokter spesialis tulang punggung. Dokter akan memberikan saran dan
mungkin juga obat serta terapi yang tepat untuk kondisi kifosis anda.

B. CARA MENGATASI KIFOSIS

Cara mengatasi dan pengobatan kifosis tergantung pada penyebab kondisi dan gejala yang ada.

 Pengobatan Medis

Dokter mungkin menyarankan: Penghilang rasa sakit. Jika obat-obatan seperti


acetaminophen, ibuprofen (Advil, Motrin IB, orang lain) atau naproxen (Aleve), tidak cukup
mengatasi rasa sakit, anda bisa meminta obat tulang berdosis tinggi tentunya dengan resep.

Obat osteoporosis. Dalam banyak orang tua, kifosis adalah petunjuk pertama bahwa
mereka memiliki osteoporosis. Penguatan obat tulang dapat membantu mencegah kifosis anda
memburuk.

 Terapi

Beberapa jenis kifosis dapat dibantu dengan:

 Latihan. Latihan peregangan dapat meningkatkan fleksibilitas tulang belakang dan


mengurangi sakit punggung. Latihan yang memperkuat otot-otot perut dapat membantu
memperbaiki postur tubuh.
 Bracing. Anak-anak yang memiliki penyakit Scheuermann mungkin dapat menghentikan
perkembangan kifosis dengan memakai penjepit tubuh saat tulang mereka masih dalam
tahap perkembangan.
 Gaya hidup sehat. Menjaga berat badan dan aktivitas fisik yang sehat secara teratur akan
membantu mencegah sakit punggung dan meredakan gejala kifosis.
 Mempertahankan kepadatan tulang yang baik. Diet yang tepat dengan kalsium dan
vitamin D, terutama jika ada riwayat keluarga osteoporosis, dapat membantu orang
dewasa menghindari tulang lemah dan gejala kifosis.

 Prosedur Bedah (Operasi)

Jika kondisi kifosis sangat parah, dokter mungkin menyarankan operasi untuk
mengurangi tingkat kelengkungan tulang. Prosedur yang paling umum, yang disebut fusi tulang
belakang, menghubungkan dua atau lebih vertebra yang terkena kifosis secara permanen. Ahli
bedah memasukkan potongan tulang antara tulang belakang dan kemudian mengencengkan
tulang belakang bersama-sama dengan batang logam dan sekrup sampai tulang belakang dalam
posisi yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

http://kamuskesehatan.com/arti/kifosis/

http://kamuskesehatan.com/arti/lordosis/

http://kamuskesehatan.com/arti/skoliosis/

http:// sehatsatu.com/kifosis-cara-mencegah-dan-mengatasi/
LAMPIRAN

1. Dari Belakang
2. Dari Depan
3. Dari Samping

Anda mungkin juga menyukai