Anda di halaman 1dari 26

RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

BAB VI
RENCANA AKSI PENANGANAN KUMUH
PERKOTAAN 2016-2019

BAGIAN I KABUPATEN PINRANG

A. Rencanan Aksi Penanganan Kumuh Perkotaan 2015-2019


Target mencapai Kawasan perkotaan Kabupaten Pinrang tanpa
permukiman kumuh di tahun 2019 adalah sesuatu yang realistis, jika dan hanya
jika, kita mampu menurunkannya ke dalam langkah-langkah aksi yang dijadikan
komitmen pemerintah yang tinggi untuk dijalankan bersama-sama, dengan
kerja keras dan bersungguh-sungguh oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang.
Untuk itu di perlukan adanaya langkah-langkah dalam mencapai tujuan kawasan
perkotaan Kabupaten Pinrang bebas kumuh di tahun 2019. Langkah-langkah
tersebut antara lain; (a) dengan menyepakati penggunaan Pendekatan Hak
Dasar dan Pendekatan Skala Kota sebagai landasan arah kebijakan penanganan
kumuh di perkotaan Kabupaten Pinrang. Pendekatan Hak-Dasar adalah
pengakuan adanya Hak Dasar Perumahan. Sedangkan Pendekatan Skala Kota
(city-wide approach) adalah melalui penerapan keterpaduan pembangunan kota
dan wilayah. Kesepakatan ini perlu menjadi komitmen politik dari para
pemimpin dan lembaga pemerintah, baik di tingkat nasional maupun kota,
untuk selanjutnya dijadikan landasan pelaksanaan agenda-agenda selanjutnya.
(b) merumuskan kerangka kebijakan dan strategi, kerangka kelembagaan,
kerangka peraturan dan kerangka pelaksanaan program-program pembangunan
kota yang mendukung penerapan Pendekatan Terpadu Skala Kota.
Pembuatan kerangka dan sistem yang baru ini tidak dapat dijalankan di
dalam ruang vakum, melainkan perlu dilakukan dengan menggunakan

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-1


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

pendekatan yang partisipatif, seiring sejalan dengan evaluasi sistem yang sudah
ada dan pengembangan kapasitas untuk mendukung sistem yang baru. (c)
seiring sejalan pula, dengan berlandaskan pada kedua pendekatan di atas, perlu
dilakukan evaluasi terhadap kebijakan perumahan maupun kebijakan
pembangunan kota, meliputi proses pembuatan kebijakan, perencanaan, kajian
kebutuhan, kajian persediaan rumah, kerangka peraturan, kapasitas dan sistem
kelembagaan, maupun sistem pembiayaannya. Hasilnya adalah diidentifikasinya
berbagai kendala-kendala peraturan, kelembagaan dan mekanisme pembuatan
program, untuk kemudian dibangun komitmen untuk menghilangkan semua
kendala ini dan menggantikannya dengan sistem yang baru seperti pada butir
ke dua di atas. (d) sejalan dengan itu pula, melakukan berbagai program
pengembangan kapasitas pengelolaan kota, terutama di bidang infrastruktur,
perumahan dan permukiman kota, dan secara tidak langsung di bidang-bidang
lainnya. Tujuannya pertama, adalah untuk mencapai kesepahaman politik dan
kebijakan terhadap penanganan kumuh dan pembangunan perumahan dan
perkotaan. Selanjutnya, kesamaan pemahaman ini perlu diikuti dengan
serangkaian kegiatan pengembangan kapasitas dan pembinaan, baik di
kalangan pemerintah maupun berbagai kalangan di masyarakat. (e) Menyusun
Strategi Pembangunan Kota (SPK) yang berisi program-program prioritas dan
terpadu yang berfokus kepada peningkatan kondisi kehidupan dari kelompok
miskin dan berpendapatan rendah di perkotaan. Di dalam kerangka SPK,
keterpaduan yang hendak dicapai meliputi: penyediaan infrastruktur dan
fasilitas kota yang berkeadilan, penataan ruang yang berwawasan lingkungan,
pola kegiatan yang berfokus pada regenerasi ruang kota dan pengembangan
area-area baru (termasuk perbaikan kampung-kampung kota), pembukaan area
bisnis terpadu dan penyediaan lapangan kerja baru, dan pengembangan
program-program sosial-budaya masyarakat. (f) mengembangkan sistem
penyediaan perumahan dan permukiman swadaya melalui pengembangan

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-2


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

sistem kelembagaan jejaring komunitas, kelembagaan pemberdaya, pembuatan


instrumen-instrumen dan program kegiatan percontohan yang menggunakan
konsep bertumpu pada pemberdayaan komunitas, yang tentunya semuanya
mendukung penerapan Pendekatan Hak Dasar di atas. (g) prioritisasi program-
program terpadu yang menyentuh kawasan kumuh yang paling buruk, dengan
angka kematian dan penyakit paling tinggi, tingkat ketiadaan prasarana dan
sanitasi paling rendah dan tingkat ketidak-amanan bermukim paling tinggi
(squatter). (h) komitmen penuh untuk prioritisasi investasi kota pada
penyediaan pelayanan dasar umum yang menjangkau permukiman penduduk
golongan miskin dan bependapatan rendah di kota, seperti: air minum, sanitasi,
energi listrik, prasarana jalan dan drainase, penyediaan perumahan sosial,
perumahan umum, fasos-fasum. (i) Manajemen pengetahuan tentang
perumahan dan permukiman kumuh di perkotaan. Dalam rangka penanganan
kumuh, diperlukan upaya memahami dan mengenali karakteristik fisik-spasial
kumuh perkotaan dalam konteks pengelolaan pembangunan kota, dan
diperlukan pula upaya memahami dan mengenali karakteristik sosial-ekonomi
kumuh perkotaan. Untuk itu diperkukan berbagai bentuk kegiatan pembelajaran
dan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) terkait permasalahan
kumuh ini, untuk memperoleh pengetahuan yang memadai sebagai landasan
pembuatan kebijakan yang lebih efektif di dalam penerapannya.
Dari uraian ditas di perlukan adanya suatu langkah melalui kerja keras dan
upaya yang sungguh-sungguh untuk menjalankan langkah-langkah aksi
tersebut, sehingga untuk mencapai kawasan perkotaan Kabupaten Pinrang
bebas kumuh bukanlah sesuatu yang mustahil dapat di wujudkan. Dengan
demikian dapat kita harapkan pembangunan kawasan permukiman kumuh
perkotaan di Kabupaten Pinrang, dapat dijalankan melalui perencanaan dan
langkah-langkah yang sistematis dan terpadu, sehingga menghasilkan

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-3


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

pembangunan perkotaan yang berkelanjutan secara sosial, ekonomi dan


berwawasan lingkungan.
Selain langkah-langkah tersebut di atas, perlu juga di rumuskan “Visi dan
Misi” dalam pembangunan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten
Pinrang. Sehingga dapat dapat berjalan sesuai dengan harapan yang di
inginkan. Visi dan Misi Pembangunan Kawasan Permukiman Kumuh perkotaan
Kabupaten Pinrang. Sebagai berikut;
VISI
“Mewujudkan Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Pinrang Yang Layak Huni, Produktif Dan Berwawasan
Lingkungan”
MISI
1. Peningkatan kualitas sarana dan prasaran permukiman kumuh.
2. Peningkatan kualitas lingkungan dan pengendalian banjir pada lokasi
kawasan permukiman kumuh.
3. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana sanitasi
4. Peningkatan Pelayanan Air Minum.
5. Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat.
6. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
7. Peningkatan Produktivitas ekonomi masyarakat
Dari Visi dan Misi di atas, akan menjadi acuan pemerintah daerah Kabupaten
Pinrang dalam upaya penanganan kawasan permukiman kumuh tahun 2016
-2019. Program dan degiatan penanganan kawasan permukiman kumuh
Perkotaan Kabupaten Pinrang, di jabarkan pada tabel di bawah ini;

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-4


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

TABEL. VI. 1
PROGRAM KEGIATAN PENAGANAN KAWASAN KUMUH PACONGANG
DAN PALETEANG

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-5


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-6


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

TABEL. VI. 2
PROGRAM KEGIATAN PENAGANAN KAWASAN KUMUH JAYA BARAT

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-7


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-8


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

TABEL. VI. 3
PROGRAM KEGIATAN PENAGANAN KAWASAN KUMUH LINGKUNGAN
BARU

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-9


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-10


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

TABEL. VI. 4
PROGRAM KEGIATAN PENAGANAN KAWASAN KUMUH SEKKANG

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-11


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

B. MEMORENDUM PROGRAM SEKTOR CIPTA KARYA


Memoremdum program Cipta Karya, merupakan salah satu kegiatan yang
di lakukan dalam penyusunan rancana kawasan permukiman kumuh perkotaan
Kabupaten Pinrang, memorandum program penanganagan kawasan
permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Pinrang berisikan program-program
penanganan kawasan secara fisik maupun non fisik yang menjadi acuan dalam
kegiatan pembangunan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten
Pinrang.
Momerondum program program ke-cpta karya-an mengemukakan tentang
kegiatan pembangunan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten
Pinrang, melalui Program Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan
Lingkungan Permukiman, Program Penyehatan Lingkungan dan Pengembangan
Air Minum, Program Peningkatan Organisasi Kelembagaan Masyarakat dan
Program Peningkatan Ekonomi Masyarakat. Program-program dan kegiatan
tersebut di atas telah disetujui dan di biayai oleh APBN, APBD I dan APBD II dan
di tandatangani oleh pihak terkait dalam kegiatan Rencana Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP) Kabupaten Pinrang.

C. RENCANA AKSI KOMUNITAS


Peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan suatu proses dimana
permukiman informal ditingkatkan secara bertahap, di’formal’kan dan dijadikan
bagian dari kota, melalui perluasan jasa pelayanan ekonomi, sosial,
kelembagaan dan komunitas kepada para penghuni permukiman kumuh
perkotaan Kabupaten Pinrang. Peningkatan permukiman kumuh bukan hanya
tentang air bersih, drainase dan perumahan, tetapi lebih banyak memberikan
perhatian pada bagaimana menggerakan kegiatan sosial-ekonomi, kelembagaan
dan komunitas agar kehidupan masyarakat dapat terangkat. Kegiatan ini perlu
ditangani secara bersama-sama dengan pihak-pihak yang terlibat – baik warga
DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-12
RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

penghuni, kelompok masyarakat, pengusaha, Pemerintah daerah maupun


pusat.
Kegiatan ini juga mencakup penyediaan jasa pelayanan dasar seperti
perumahan, jalan, pedestrian, drainase, air bersih, sanitasi dan pembuangan
sampah. Akses ke pendidikan dan pelayanan kesehatan juga dianggap sebagai
bagian dari peningkatan kualitas. Salah satu komponen utama dalam
peningkatan permukiman kumuh adalah meningkatkan status tanah (misalnya
sertifikat tanah dan surat perjanjian pemanfaatan tanah) atau status
administrasi permukiman sehingga dapat menjadi bagian dari kota. Pada
akhirnya, upaya meningkatkan permukiman kumuh mempunyai tujuan untuk
menciptakan dinamika dalam komunitas dimana tumbuh rasa pemilikan,
manfaat dan investasi di dalam permukimannya.
Dalam melakukan kegiatan rencana aksi komunitas di kawasan
permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Pinrang, di perlukan langkah-langkah
untuk mencapai tujuan, sehingga dalam proses penanganan kumuh dapat
terealisasi sesuai dengan rencana yang telah di sepakati bersama oleh
masyarakat di kawasan permukiman kumuh perkotan Kabupaten Pinrang.
Langkah-langkah yang di lakukan oleh masyarakat di lingkungan permukiman
kumu, yang di dampingi oleh tim fasilitator pendamping masyarakat yang telah
terbentuk. Kegiatan penanganan kumuh perkotaan Kabupaten Pinrang, di mulai
dengan melakukan SKS (Survey Kampung Sendiri). Dalam hal ini, masyarakat di
kawasan permukiman kumuh di arahkan untuk melakukan survey bersama
dengan tim fasilitator pendamping masyarakat untuk mengeditifikasi
permasalahan-permasalahan yang ada di kawasan permukiman kumuh
perkotaan Kabupaten Pinrang. Permasalahan tersebut berupa permasalahan
secara fisik; jalan lingkungan, drainase lingkungan, pelayanan air minum,
infrastruktur sanitasi, persampahan dan proteksi kebakaran yang ada
lingkungan permukiman. Sedangkan permasalahan secara non fisik; sosial

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-13


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

ekonomi masyarakat, sumber daya manusia dan lainnya. Setalah kegiatan SKS
di lakukan, masyarakat di lingkungan permukiman kumuh perkotaan
kKabupaten Pinrang juga melukukan PS (Pemetaan Swadaya) melalui rumpung
warga, untuk mencari solusi pemecahan masalah yang telah teridentifikasi. Dari
hasil tersebut maka muncullah beberapa permasalahan yang menjadi renana
penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Pinrang.
Rencana penanganan kawasan permukiman kumuh tersebut antara lain;
1. Rencana penanganan secara fisik; Peningkatan kualitas badan jalan,
pembangunan Jalan Lingkungan, pembangunan jalan inspeksi sungai,
penyediaan hydrant kebakaran, pembangunan ruang terbuka hijau (jalur
hijau sungai), pembangunan talut sungai, pembangunan drainase sekunder
dan tersier, normaisasi saluran drainase, pembangunan MCK keluarga,
penyediaan sarana persampahan dan penyediaan pipa distribusi (SR)
2. Rencana penanganan secara non fisik; sosialisasi peran BKS & KSM dalam
pengelolaan kawasan permukiman kumuh, sosialisasi kesehatan lingkungan,
pelatihan kewirausahawan, bantuan modal usaha kecil menengah dan
bantuan modal pengelolaan bank sampah

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-14


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

BAGIAN II KABUPATEN BULUKUMBA

A. Rencana Aksi Penanganan Kumuh Perkotaan Kabupaten Bulukumba


2016-2019
Dalam rangka mendorong segera tercapainya kesejahteraan rakyat di
bidang papan, pemerintah berupaya melakukan akselerasi pemenuhan dan
peningkatan kualitas perumahan dan kawasan permukiman melalui agenda
pembangunan “Indonesia Bebas Kumuh 2019”. Untuk itu, diperlukan upaya
dalam bentuk ‘katalisator atau trigger’ yang mampu mendorong capaian kinerja
tersebut. Hal ini tidak cukup hanya dengan mendeklarasikan agenda/program
tetapi harus didukung dengan “polical will” serta tata kelola yang baik. Terkait
dengan isu penanganan kawasan kumuh, sangat tidak pantas dan sangat tidak
layak apabila kita masih mendiskusikan dan berdebat tentang “siapa yang
bertanggung jawab an argumen-argumen pembenaran/pembelaannya” yang
tidak pernah menemukan jalan keluar. Ataupun mendiskusikan tentang “kumuh
itu apa, bagaimana proses terjadinya” yang sudah puluhan tahun kita diskusikan
dalam berbagai forum yang berujung hanya pada manfaat/ fungsi pemahaman
secara normatif. Yang dibutuhkan saat ini adalah mendiskusikan kekumuhan
dalam konteks “How to” terhadap penanganannya atau sebagai “fungsi
instrumental”. Dalam memulai proses pemetaan isu dan tantangannya, kita
perlu melihat secara sekilas beberapa “lesson learned” upaya penanganan yang
sudah pernah dilakukan sampai saat ini. Capaian kinerja penanganan kawasan
kumuh belum begitu efektif yang ditunjukkan dengan semakin meluasnya
kawasan kumuh. Beberapa pendekatan yang dipakai selama ini masih
menggunakan “negative input variable” sebagai basis penanganannya (kumuh
dipandang sebagai ‘current well-being’ bukan ‘future well-becoming’) sehingga
kumuh hanya dipahami sebagai ‘shelter’ yang tidak layak huni. Padahal

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-15


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

pemahaman fenomena kekumuhan harus didasari dengan pendekatan yang


berbasis pada ‘outcome variable’ yang melihat kumuh dengan kacamata
“beyond shelter” dan dipandang dari sisi ‘future well-becoming’ sehingga bisa
dipetakan potensi dan strateginya (‘coping with livelihoods struggle’).
Selain itu, masih jarang program pengananan kawasan kumuh yang di
“integrasi”kan dengan sistem mata rantai perekomian perkotaan (“urban
economic chains”) dalam bentuk kemitraan pelaku usaha, pemangku kewajiban
penanganan kawasan kumuh dan masyarakat dalam bentuk misalnya kawasan
“cityblock” terpadu (pembangunan sarana dan prasarana komersial, transportasi
dan hunian). Tantangan lain yang harus kita cermati adalah dalam hal tata
kelolanya. Akibat lemahnya koordinasi dan ketidak jelasan pembagian peran
para pemangku kewajiban sering mengakibatkan kesulitan pelaksanaan
implementasi kebijakannya. Sebagai isu dan tantangan terakhir yang sangat
perlu kita perhatikan adalah keberpihakan atau pemilihan prioritas kebijakan di
bidang papan yang sampai saat ini belum begitu kuat terutama di pemerintah
daerah. Padahal pemerintah daerah sebagai ujung tombak keberhasilan capaian
kinerja dan pengemban amanah “wajib” untuk pembangunan sektor papan
yang semestinya harus memposisikan perumahan sebagai salah satu urusan
wajib yang diprioritaskan.
Dengan mencermati beberapa ‘lesson learned’ yang menggambarkan ke
‘tidak tepat’an sasaran penghuni rumah susun dan juga lambannya penyerapan
kebijakan FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) mengindikasikan
akan perlunya ketepatan pembacaan target/sasaran dan proses
implementasinya. Cara memahami kekumuhan yang hanya berdasarkan pada
permasalahan fisik spasial (“spatial problem-based”) semata hanya akan mampu
memposisikan kumuh sebagai “current well-being” yang memandang kumuh
sebagai sesuatu yang harus dipisahkan dari sistem penataan ruang yang
direncanakan. Perspektif pemahaman kumuh yang memposisikannya sebagai

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-16


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

“future well-becoming” akan mampu menggali status/kondisi dan potensinya


sebagai dasar penentuan kriteria dan indikator program intervensinya. Untuk itu
diperlukan paradigma baru yang bergeser dari pendekatan yang berbasis fisik-
spasial ke pendekatan yang menggunakan basis pemenuhan kesejahteraan
rakyat dalam bidang pemenuhan hak atas papan.
Selain itu, pada tataran tata kelola, orientasi pelaksanaan/implementasi
yang selama ini lebih banyak berorientasi pada “rule-based” harus dipadukan
dengan pendekatan yang berorientasi pada “outcome-based”. Hal ini akan
menjawab pemecahan masalah yang sering terjadi yaitu ketidaktepatan sasaran
implementasi dan terlalu ‘rigid’ nya kebijakan sehingga tidak bisa menyelesaikan
permasalahan secara cerdas dan sering ‘menjadi bumerang’ pada pada
pelaksanaannya.
Dengan melihat target tahun capaian yang sangat pendek yaitu tahun
2020 dan melihat sistem tata kelola dan kapasitas para pemangku
kepentingan /pemangku kewajiban saat ini, maka perlu upaya perekayasaan
“katalisator/trigger” yang mampu mengakselerasi agenda penanganan program
Indonesia Bebas Kumuh 2020 dan khususnya Kabupaten Bulukumba Secara
singkat, dua kata kunci yang diusulkan untuk mendorong akselerasi
penanganan kawasan kumuh adalah, yang pertama “paradigma baru” yang
memposisikan hak warga dalam bermukim sebagai basis kebijakan
penanganannya dan yang kedua adalah “peningkatan kapasitas (capacity
building) para pemangku kewajiban” dalam pemenuhan hak tersebut. Kedua
kata kunci tersebut merupakan langkah konsolidasi kebijakan yang menguatkan
dan merestrukturisasi (strengthening dan restructuring) pola intervensi /
program penanganan yang selama ini sudah dilakukan.
Sesuai dengan visi penaganan Kawasan Perumahan dan Permukiman
kumuh Kabupaten Bulukumba yaitu “Penanganan Kawasan Permukiman

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-17


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

Kumuh Yang Terintegrasi Dengan Sistem Aktivitas Perkotaan


Kabupaten Bulukumba” dengan misi;
1. Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kumuh Tepian Air.
2. Pengintegrasian Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Kumuh Perbukitan Terhadap Sistem Aktivitas Perkotaan Kab. Bulukumba
3. Peningkatan Kualitas Hunian Masyarakat
4. Pengendalian Pencemaran Lingkungan Secara Berkelanjutan
5. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
6. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat
7. Penanganan Permukiman Kumuh Berbasis Keberlanjutan Program
8. Pengawasan, Pengendalian dan Pemberdayaan Masyarakat
Misi tersebut di jabarkan dalam rencana aksi melalui program dan kegiatan
yang dilakukan hingga tahun 2019 melalui penanganan aspek fisik dan
penanganan aspek non fisik kawasan. Aspek fisik diantaranya; pengembangan
kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan , pengembangan air
minum perkotaan, pengendalian banjir kawasan, penyehatan lingkungan
permukiman, pengendalian Daerah aliran sungai. Sedangkan program
penanganan melalui rencana aksi yang bersentuhan dengan aspek non fisik
diantaranya; Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, sosialisasi kesehatan
lingkungan pada seluruh kawasan kumuh perkotaan, Pemberdayaan
Masyarakat, Peningkatan Produktivitas Ekonomi dan Kesejahteraan masyarakat
kawasan kumuh. Rencana aksi penaganan kawasan perumahan dan
permukiman kumuh Kabupaten Bulukumba di jabarkan dalam table matrik
program dan kegiatan rencana aksi.

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-18


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

TABEL VI.5.
MATRIKS PROGRAM AKSI PENAGANAN KAWASAN KUMUH TANA
KONGKONG DAN KASIMPURENG

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-19


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-20


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

TABEL VI.6.
MATRIKS PROGRAM AKSI PENAGANAN KAWASAN KUMUH
TACCORONG

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-21


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

TABEL VI.7.
MATRIKS PROGRAM AKSI PENAGANAN KAWASAN KUMUH TERANG-
TERANG

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-22


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

B. Memorandum Program Sektor Cipta Karya


Sektor Cipta Karya yang merupakan bagian atau salah satu sub Bidang
Pekerjaan Umum dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menjadi urusan bersama antara
pemerintahan tersebut. Sedangkan beban atau pendulum berada di tingkat
pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai implementasi dari era otonomi
daerah saat ini. Hal ini didasari bahwa sector ke-Cipta Karya-an sangat
berhubungan langsung dengan masyarakat, seperti penyediaan air minum,
penanganan persampahan, pengendalian limbah domestic, penanganan
genangan/banjir permukiman, kesehatan lingkungan perumahan/permukiman
dan penyediaan perumahan yang sehat.
Untuk menjaga keberlangsungan dan keseriusan dalam mencapai target
penanganan kumuh maka memerlukan sautu manajemen yang terpadu baik
dari sisi pemograman maupun kelembagaan. Untuk aspek kelembagaan, posisi
pemerintah daerah provinsi sangat strategis sebagai fasilitator dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan di wilayahnya sekaligus sebagai
penghubung atau wakil pemerintah (pusat). Posisi pemerintah (pusat) sesuai
peraturan perundangan di atas berperan sebagai penyusunan kebijakan dan
stimulator dalam mengerahkan sumber dananya. Sedangkan pemerintah daerah
kabupaten/kota diposisikan sebagai pelaksana dan pengelola hasil
pembangunan.
Memorandum sektor ke-Cipta Karya-an pada penyususnan Rencana
Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Bulukumba di susun secara
terkoordinasi dan berdasarkan kebutuhan penaganan Tahun 2016-2019.
Kebutuhan penaganan sector Kecipta Karyaan untuk kawasan permukiman
kumuh Kabupaten Bulukumba disepakati bersama antara Satker Pengembangan
Kaqwasan Permukiman dan Penataan Bangunan Provinsi Sulawesi Selatan,

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-23


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

Kelompok Kerja Teknis Kabupatn Bulukumba dan Tim Konsultan Pendamping


dalam penyususnan Renacana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Bulukumba.
Memorandum sector ke cipta karyaan, berisikan kegiatan bidang cipta
karya yang telah mendapat persetujuan untuk dilaksanakan dan siap dibiayai
oleh sumber pendanaan melalui APBN maupun APBD dan ditandatangani oleh
pihak terkait. Memorandum sector kecipta karyaan yang dimaksud antara lain;
pengembangan kawasan permukiman dan penataan bangunan, penyehatan
lingkungan permukiman permukiman dan pengembangan air minum serta
kegiatan sector lainnya. Memorandum ke cipta karyaan meliputi kegiatan fisik
dan kegiatan non fisik (aspek sosial dan ekonomi).
C. Rencana Aksi Komunitas
Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh adalah bagian dari
penduduk kawasan perkotaan Kabupaten Bulukumba, dan seharusnya
mempunyai hak yang sama atas kesehatan dan pelayanan dasar kota. Hak ini
seringkali dibatasi oleh kemampuan pemerintah dalam mewujudkan pelayanan
dasar masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai
tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisirkan diri
dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah
terkait masalah pelayanan infrastruktur, sosial maupun ekonomi masyarakat
sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Dalam
kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan
tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan
pihak luar atau pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan karikatif
maupun prespektif professional. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan memandirikan masyarakat.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu sebagai anggota
masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya, pembaharuan institusi-institusi

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-24


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan


masyarakat di dalamnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat
kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan serta pengamalan demokrasi.
SKS (Survey Kampung Sendiri) adalah suatu kegiatan pendataan yang
dilakukan pada kawasan permukiman kumuh Kabupaten Bulukumba. Data yang
di survey adalah data yang berupa potensi umum dan data potensi khusus.
Data Potensi Umum adalah sumberdaya material yang dimanfaatkan oleh
masyarakat kawasan permukiman kumuh, jalan lingkungan, drainase
lingkungan, pelayanan air minum, infrastruktur system sanitasi, persampahan
serta system proteksi kebakaran. Potensi khusus adalah sumberdaya material
dan non material yang dimilki oleh masyarakat. Sumberdaya material, seperti
hunian masyarakat, serta potensi kawasan yang bisa di kembangkan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sumberdaya non material seperti
jumlah penduduk, jumlah Kepala Keluarga, pendidikan, keterampilan,
pekerjaan. Survey Kampung Sendiri (SKS) dilaksanakan pada kawasan Kumuh
Tana Kongkong Kasimpureng serta Kawasan Kumuh Taccorong pada tanggal 20
- 22 Agustus 2015 bersama Korkot dan BKM kelurahan Tana Kongkong dan
Desa Taccorong yang di lengkapi dengan berita acara pelaksanaan SKS.
Selain SKS masyarakat kawasan kumuh Tana Kongkong Kasimpureng dan
Taccorong juga melakukan pemetaan swadaya, Pemetaan swadaya adalah
suatu pendekatan partisipatif yang dilakukan masyarakat kawasan kumuh untuk
menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi dan potensi
yang dimiliki sehingga hasil dari identifikasi masalah dan potensi yang dimiliki,
masyarakat dapat kebutuhan nyata (rill) untuk menaggulangi berbagai
persoalan tersebut, mulai dari masalah infrastruktur kawasan kumuh, masalah
aspek sosial dan juga masalah ekonomi masyarakat dengan berbasis pada
kekayaan informasi kualitatif yang bersifat local. Hasil pemetaan swadaya dari
pelaksanaan SKS yaitu;

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-25


RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (RKP-KP)

1. Hunian masyarakat Tana Kongkong Kasimpureng Tidak memenuhi standar


estetika dan kesehatan sebanyak 122 unit
2. MCK tidak memnuhi standar kesehatan 122 unit
3. Rawan ancaman kebakaran pada kawasan kumuh Tana Kongkong dan
Ksimpureng
4. Sedimentasi Saluran drainase kawasan Tana Kongkong Kasimpureng
5. Perlu Peningkatan kualitas Jalan Lingkungan Kawasan Taccorong dengan
panjang jalan 603 m dengan lebar jalan 4 m.

DOKUMEN RKP-KP KABUPATEN PINRANG DAN BULUKUMBA VI-26

Anda mungkin juga menyukai