Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

POTENSIAL OSMOTIK

Pelaksanaan Praktikum : Rabu, 23 Maret 2016

Disusun Oleh :

Ahmad Dary Alymahdy 081411431053


Jarwati 081411431050
Shifa Fauziyah 081411431051
Novi Prettysia 081411431054

Dosen Asistensi :

Dr.Junairiah, M.Si

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016
I. TUJUAN
Mengukur potensial air umbi kentang
II. DASAR TEORI

Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan
khususnya dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel pada
tumbuhan tinggi merupakan matriks yang di dalamnya terdapat rangka, yaitu
senyawa selulosa yang berwujud mikrofibril atau benang halus. Matriks pada
dinding sel ini tersusun dari beberapa senyawa yaitu hemiselulosa, pektin, plastik
biologik, protein dan lemak.

Pada sel, dinding yang tegarlah yang menyebabakan naiknya tekanan. Struktur
antara dinding sel dan membrane sel berbeda. Membran memungkinkan molekul
air melintas lebih cepat daripada unsur terlarur; dinding sel primer biasanya
sangat permeabel terhadap keduanya. Memang membrane sel tumbuhan
memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang
menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul
tekanan di dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah
merah dimasukkan ke dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam
menegakkan bagian tumbuhan yang tidak berkayu.

Dinding sel secara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding
sel sekunder. Perbedaan antara kedua macam dinding ini terletak pada
fleksibilitas, ketebalan, susunan mikrofibril dan pertumbuhannya (Istanti, 1999).
Seluruh aktivitas sel tumbuhan sangat tergantung dengan keberadaan dinding sel
ini. Dinding sel selain berfungsi untuk proteksi isi sel juga berperan sebagai jalan
keluar masuknya air, makanan dan garam-garam mineral ke dalam sel. Sel
tumbuhan merupakan bagian terkecil dari sistem hidup dan di dalam sistem ini
sel-sel saling bergantung. Perilaku sel tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan sel
itu sendiri tetapi juga sel-sel di sekitarnya dan tumbuhan itu sendiri serta
lingkungan luar. Berbagai macam zat seperti makanan, zat mineral, air dan gas
bergerak dari sel ke sel dalam bentuk molekul atau partikel.

Lingkungan suatu sel meliputi sel-sel di sekitarnya dan lingkungan luar yang
meliputi air, tanah dan udara tempat tumbuh dan hidup tumbuhan tersebut. Sel-sel
yang bersinggungan langsung dengan lingkungan luar antara lain sel-sel yang ada
di akar, batang dan daun yang kemudian meluas ke suluruh tubuh tumbuhan
melalui ruang-ruang dalam sel (Tjitrosomo, 1983). Molekul atau partikel air, gas
dan mineral masuk ke dalam sel tumbuhan melalui proses difusi dan osmosis.
Melalui proses-proses tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-zat yang
diperlukan untuk pertumbuhannya. Proses difusi berlangsung dari daerah yang
memilki konsentrasi partikel tinggi ke daerah yang konsentrasi partikelnya
rendah. Difusi memiliki peranan penting dalam sel-sel tumbuhan yang hidup.
Air masuk ke dalam akar,bergerak dari sel ke sel dan meninggalkan tubuh
dalam bentuk uap, semua melalui proses difusi. Gas-gas (O2 dan CO2), unsur-
unsur dan bahan-bahan makanan masuk ke dalam sel atau di antara sel-sel dan
bergerak dari sel ke sel dengan jalan difusi (Tjitrosomo, 1983). Difusi
berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi. Selain perbedaan konsentrasi,
perbedaan sifat juga dapat menyebabkan difusi (Sasmitamihardja, 1990).
Sedangkan osmosis merupakan peristiwa perpindahan air dari daerah yang
konsentrasi airnya tinggi ke daerah yang konsentrasi airnya rendah melalui
membran semipermeabel. Membran semipermeabel yaitu membran yang hanya
mengizinkan lalunya air dan menghambat lalunya zat terlarut. Osmosis sangat
ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang menggambarkan
kemampuan molekul air untuk melakukan difusi (Sasmitamihardja,
1990).Potensial tekanan timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama
dengan tekanan nyata di bagian sisem tertentu; dan potensial osmotik (disebut
juga potensial linarut) terjadi karena adanya unsur terlarut. Lambang yang tepat
untuk potensial tekanan adalah huruf Yunani psi Ψp, tapi P dapat juga digunakan.
Lambang untuk potensial osmotik atau potensial linarut adalah Ψs.
Perkembangan tekanan osmosis itu bukanlah milik larutan semata, tetapi milik
seluruh sistem yang terdiri dari larutan, selaput (membran), dan bahan terlarut.
Sifat larutan yang diukur dengan tekanan osmosis itu disebut potensial osmosis
(PO) dan alat untuk mengukur besarnya tekanan osmosis disebut osmometer.

Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air, apabila potensial air di luar sel
lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air cukup
besar, maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membran
dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini disebut plasmolisis.
Sel yang sudah terplasmolisis dapat disehatkan kembali dengan memasukkannya
ke dalam air murni (Tjitrosomo, 1983).

Potensial air bukan saja menjadi penentu akhir dari proses pergerakan air secara
difusi, tetapi juga menjadi penentu tak langsung perpindahan massa air yang
terjadi karena adanya gradien tekanan, sedangkan gradien tekanan timbul akibat
pergerakan secara difusi.

Pada metode volume jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri


larutan dengan ragam konsentrasi yang diketahui (biasanya sukrosa, sorbitol,
manitol,dan lain lain). Pelarut terbaik untuk pengukuran semacam ini adalah yang
tidak mudah melintasi membran atau yang tidak merusak jaringan. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan larutan yang tidak mengubah volume jaringan, artinya
tidak ada air yang masuk atau yang hilang. Ini menandakan bahwa jaringan dan
larutan sudah sejak semula berada dalam kesetimbangan. Potensial air jaringan
sudah dan masih sama dengan potensial air larutan. Pada tekanan atmosfer, saat P
= 0, maka ψ = ψs. Nilai ψs untuk larutan, yang diketahui konsentrasinya
(Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Alat pengebor gabus
- Pisau silet
- Kertas aluminium foil
- Botol bermulut besar (50 mL)
- Gelas ukur 50 mL atau 100 mL

Bahan :

- Umbi kentang
- Sel larutan sukrosa (0,0 M ; 0,4 M; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M)
IV. CARA KERJA
1. Umbi kentang dipilih yang berukuran besar dan dibuat silinder umbi
dengan alat pengebor gabus.
2. Kemudian setiap silinder umbi dipotong sesuai ukuran panjang 3 cm.
3. disiapkan botol – botol yang sudah diisi 50 ml larutan sukrosa
yang konsentrasinya telah ditentukan.
4. Potongan umbi tersebut dimasukkan dengan cepat ke dalam botol
untuk menghindari terjadinya penguapan, masing-masing botol diisi dengan
4 potong umbi. Lalu, botol ditutup dengan rapat selama percobaan
berlangsung menggunakan kertas aluminium foil dan didiamkan selama 1
jam.
5. Panjang umbi tersebut diukur kembali setelah didiamkan selama 1 jam.
6. Dari tiap konsentrasi glukosa yang digunakan dihitung rata-rata
panjang silinder umbi dan dibuat grafiknya. Lalu ditentukan pula pada
konsentrasi berapa molar silinder umbi tidak lagi mengalami perubahan
panjangnya.

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1 Panjang awal dan akhir kentang

No Konsentrasi Sukrosa Rata-rata panjang awal Rata-rata panjang akhir


(cm) (cm)
1 0,0 3 2,9
2 0,4 3 2,95
3 0,8 3 2,95
4 1,2 3 2,8
5 1,6 3 2,85
Grafik 1 Perubahan Panjang Silinder Kentang pada Setiap Konsentrasi Larutan

Diagram Perubahan Panjang Silinder Kentang pada


Setiap Konsentrasi Larutan
3.05
3
2.95
Panjang silinder (cm)

2.9 Rata-rata panjang akhir (cm)


2.85 Rata-rata panjang awal (cm)
2.8
2.75
2.7
2.65
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
Molaritas larutan (M)

VI. PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengukur potensial air umbi kentang, bahan
yang digunakan adalah umbi kentang, larutan sukrosa dengan berbagai macam
konsentrasi ( 0,0 M ; 0,4 M ; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M ). Umbi kentang dipotong
berukuran 3 cm berbentuk silinder, setelah dipotong, umbi-umbi tersebut
dimasukkan ke dalam larutan sukrosa dengan berbagai macam konsentrasi, lalu
ditutup aluminium foil. Setiap konsentrasi sukrosa, dimasukkan 4 silinder umbi
kentang. Untuk mencari potensial air kentang, digunakan metode tetap, Metode ini
menggunakan grafik yang menggambarkan perubahan panjang silinder umbi
kentang pada berbagai konsentrasi. Untuk selanjutnya potensial air umbi kentang
dapat diukur dengan menggunakan konsentrasi larutan glukosa yang tidak
menyebabkan terjadinya perubahan panjang silinder umbi kentang.Setiap
konsentrasi larutan glukosa memberikan efek perubahan yang berbeda terhadap
silinder umbi kentang.

Osmosis, adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeable secara diferensial dari suatu
tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Tekanan yang
terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya
osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya.
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut)
dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air
murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel
mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan
jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami
plasmolisis. Nilai potensial osmotic dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain :tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di
dalamnya, matriksel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.

Berdasarkan hasil prcobaan ini, didapatkan data bahwa potongan umbi


kentang mengalami perubahan panjang. Hasil rata-rata perhitungan panjang
potongan umbi kentang setelah direndam dalam larutan sukrosa yang memiliki
konsentrasi yang berbeda dari konsentrasi 0,0 M; 0,4 M; 0,8 M; 1,2 M; 1,6 M secara
berurutan adalah 2,9 cm; 2,95 cm; 2,95 cm; 2,8 cm; 2,85 cm. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin pekat konsentrasi larutan sukrosa maka semakin berkurang panjang
sampel potongan umbi kentang, namun pada konsentrasi 1,6 M terlihat adanya
pertambahan data pada konsentrasi sebelumnya yaitu 1,2 M. Hal ini dikarenakan
pengukuran sampel awal sebelum dimasukkan ke dalam larutan sukrosa pada
konsentrasi 1,6 M lebih panjang daripada konsentrasi 1,2 M, dan ketidaktelitian
praktikan dalam mengukur panjang potongan umbi kentang setelah direndam di
dalam larutan sukrosa 1,6 M. Pada konsentrasi 0,8 M silinder umbi kentang tidak
mengalami perubahan panjang (teteap 2,95 cm). Ini menunjukkan bahwa konsentrasi
0,8 M merupakan konsentrasi yang digunakan untuk mencari potensial osmotik
umbi tersebut, yaitu dengan rumus berikut :

22,4 mT 22,4 ×0,8 ×304


PO= = =19,95
273 273

VII. DISKUSI
1. Mengapa penguapan cepat terjadi pada sel-sel kenyaumbi kentang yang telah
diiris?
Jawab :
Pada saat umbi kentang diiris maka kulit juga akan ikut teriris. Ketika kulit
teriris maka perlindungan terhadap umbi kentang akan hilang, hal ini
menyebabkan penguapan pada kentang akan berlangsung lebih cepat.Udara juga
ikut mempercepat terjadinya penguapan.
2. Apakah fungsi larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi pada percobaan ini?
Jawab :
Larutan sukrosa bersifat hipertonik, sehingga dalam praktikum ini larutan
glukosa merupakan lingkungan yang hipertonik bagi sel kentang. Diharapkan
dengan kondisi seperti ini, sel umbi kentang dapat mengalami penyeimbangan
(suatu kondisi dimana potensial air sel sama dengan potensial air lingkungan sel)
sehingga kami dapat menghitung potensial air umbi kentang berdasarkan nilai
dari konsentrasi glukosa yang mengakibatkan sel umbi kentang mengalami
kesetimbangan.
3. Bagaimanakah hubungan molaritas larutan glukosa dengan perubahan pada
silinder umbi kentang?
Jawab :
Semakin tinggi konsentrasi glukosa, maka panjang silinder umbi kentang
semakin mengecil dan bertambah lembek. Hal ini terjadi karena konsentrasi air di
dalam kentang lebih besar bila dibandingkan dengan konsentrasi air pada
lingkungan sel umbi kentang (larutan glukosa), sehingga sel melakukan
penyesuaian kesetimbangan molekul air yang mengakibatkan molekul air yang
berada pada sel umbi kentang tertarik keluar menuju lingkungan di luar sel
(larutan glukosa). Hal inilah yang menyebabkan ukuran silinder umbi kentang
semakin kecil dan lembek.

VIII. KESIMPULAN
Potensial osmotik umbi kentang yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah
19,95. Potensial osmotik ini sama dengan potensial osmotik pada larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0,8 M, sehingga tidak terjadi perubahan panjang silinder
ketika silinder kentang tersebut direndam di dalamnya. Jika silinder umbi kentang
direndam pada larutan yang konsentrasinya dibawah atau diatas 0,8 M , maka
panjang silinder umbi kentang akan berubah sebab potensial osmotiknya tidak
sama.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Istanti, Annie; Prasetyo, Triastono I. dan Dwi Listyorini. 1999. Biologi Sel.


Malang: FMIPA UM.
Salisbury, F.B., Cleon, W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : Penerbit
ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbayah H.S. 1990. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Bandung: FMIPA-ITB.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai