Anda di halaman 1dari 28

Makalah Manajemen Keuangan

Tentang

Analisis Laporan Keuangan

Di susun oleh :

Kelompok : V (Lima)

Kelas : IV B

Fakultas : FEBI (Fakultas Bisnis Islam)

Jurusan : Perbankan Syari’ah

Nama : 1. Indah Rifdatul Muwadah (180502050)

2. Khairunnisa Asfarini (180502045)

3. Reka Anggreani (180502060)

4. Auliah Sulastri (180502065)

5. Wasifa Ihatul Omi (180502071)

6. Ikhwanul Muslimin (180502055)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan Keuangan Konvensional dan Syariah


1. Komponen Laporan Keuangan Syariah
Secara umum komponen laporan keuangan lengkap menurut Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) teridiri dari 6:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
4. Laporan arus kas selama periode;
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelasan lain;
1) Informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya.
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya
ketikaentitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
ataumembuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Sedangkan untuk komponen yang terdapat pada laporan keuangan syariah
diatur pada PSAK 101 mengatur tentang komponen-komponen laporan keuangan
entitas syariah yang wajib disajikan sebagai standar penyajian antara lain:
1. Neraca

Pos neraca memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahan


pada saat tertentu. Dengan neraca, pemakaian laporan keuangan akan dapat:
menilai likuiditas dan kelancaran operasi perusahaan atau organisasi,menilai
struktur pendanaan perusahaan, menganalisis komposisi kekayaan dan potensi
jasa perusahaan, dan mengevaluasi potensi jasa atau sumber ekonomi yang
dikuasai perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan ini memberikan informasi tentang keberhasilan manajemen


dalam mengelola perusahaan. Keberhasilan diukur dengan kemampuan

2
mengasilkan laba yaitu selisih antara semua semua penghasilan (pendatapan
dan untung) dan semua biaya yang diperkirakan telah mendatangkan
penghasilan tersebut.

3. Laporan Arus Kas

Laporan ini memberikan informasi tentang kegiatan manajemen selama


satu periode dalam mengelola kas. Melalui laporan arus kas, pemakai laporan
dapat melakukan evaluasi kegiatan manajemen dalam operasi (Operating),
Investasi (Investing), dan pendanaan (Financing).

4. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan ini merupakan penghubung antara laporan keuangan laba rugi


dan neraca. Laba rugi dan transaksi modal neto akan masuk dalam laporan
perubahan modal sehingga angka akhir akan diperoleh. Pemasukan angka laba
dan perubahan modal neto ke akun modal akan merupakan suatu proses yang
disebut tutup buku.

5. Laporan Sumber dan Penggunaan dana Zakat

Laporan ini merupakan informasi keuangan yang berisi rekapitulasi


penerimaan zakat yang di kelola entitas syariah sebagai pelaksana fungsi baitul
maal. Penerimaan zakat bisa berasal dari individu dari dalam entitas syariah
seperti pemilik, manajemen, dan karyawan.

6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Laporan ini berisi informasi penerimaan dana kebajikan dari beberapa


komponen yang mungkin diterima oleh entitas syariah seperti infaq, shodaqoh,
hasil pengelolaa dana waqaf sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku (UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf), pengembalian dana
kebajikan produktif, denda8, dan pendapatan non halal lainnya.

7. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan harus di sajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan dana Zakat, Laporan Sumber dan

3
Penggunaan Dana Kebajikan harus berkaitan dengan informasi yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan.

2. Persamaan dan Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan


Konvensional
1) Persamaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional

Tabel Persamaan Umum Laporan Keuangan Syari’ah & Konvensional

No Faktor Persamaan Persamaan


.
1 Tujuan laporan keuangan Untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan kinerja, dan arus kas, yang akan
bermamfaat bagi sebagian besar pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka.

2 Karakteristik kualitatif 1. Relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan


laporan keuangan untuk pengambilan keputusan.
2. Dapat diandalkan dengan atau transaksi.
3. Netral, yaitu bebas dari keberpihakan.
4. Mencerminkan kehati-hatian mencakup semua
hal.
3 Dasar penyusunan laporan Akuntansi berbasis akrual (accrual basis), kecuali
keuangan Laporan Arus Kas dan Penghitungan pendapatan
menggunkan akuntansi berbasis kas (Cash basis).

Tabel Persamaan Laporan Laba Rugi Keuangan Syari’ah & Konvensional

No Faktor persamaan Persamaan


.
1 Kegiatan bank berbasis imbalan a. Pendapatan dan beban yang berkaitan
dengan jangka waktu diakui selama jangka
waktu tersebut.

4
b. Pendapatan dan beban yang tidak berkaitan
dengan jangka waktu diakui pada saat
terjadinya transaksi dalam priode yang
bersangkutan.
2 Penyajian pendapatan dan beban Bank menyajikan laporan Laba Rugi dengan
mengelompokkan pendapatan dan beban
menurut karakteristiknya dan disusun dalam
bentuk berjenjang (multiple step) yang
menggambarkan pendapatan atau beban yang
berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan
lain.
3 Pendapatan dan beban dari Laporan Laba Rugi bank menyajikan secara
kegiatan operasional dan non terperinci dan terpisah unsur pendapatan dan
operasional beban yang berasal dari kegiatan operasional
dan non operasional.
4 Pendapatan aktiva produktif non Pendapatan aktiva produktif yang non
performing performing diakui pada saat pendapatan
tersebut diterima.

2) Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional


a. Dari Segi Pelaporan

Perbedaan Laporan Keuangan

Bank Konvensional Bank Syariah


1. Neraca 1. Neraca
2. Laporan laba rugi 2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas 3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Peruubahan Ekuitas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan 5. Lap. Perubahan dana investasi terkait
6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan bagi
Hasil
7. Laporan Sumbber dana dan penggunaan
dana Zakat
8. Laporann Dan penggunaan dana kebaikan.

5
Tabel Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional

No Faktor Perbedaan PSAK No. 59 PSAK No. 31


. (Perbankan Syariah) (Perbankan
Konvensional)
1 Konsep operasi Bank syariah beroperasi atas Bank konvensional
dasar konsep pembagian hasil beroperasi atas dasar
keuntungan / kerugian. konsep (system) bunga.
2 Akad (perjanjian) Semua transaksi harus Transaksi pembukaan
berdasarkan akad yang rekening, baik giro,
dibenarkan oleh syariah. tabungan maupun
Semua transaksi harus deposito, berdasarkan
mengikuti kaidah dan aturan perjanjian titipan, namun
yang berlaku pada akad-akad prinsip titipan ini tidak
muamalah syariah. sesuai dengan aturan
syariah.
3 Konsep Bank syariah menggunakan Bank konvensional
penghitungan pendekatan profit sharing, menggunakan konsep
keuntungan artinya dana yang diterima biaya (cost concept) untuk
bank disalurkan kepada menghitung keuntungan.
pembiayaan. Keuntungan yang Artinya bunga yang
didapat dari pembiayaan dijanjikan di muka kepada
tersebut dibagi dua, untuk bank nasabah penabung
dan untuk nasabah, merupakan ongkos atau
berdasarkan perjanjian biaya yang harus dibayar
pembagian keuntungan di oleh bank. Oleh karena itu,
muka. bank harus “menjual”
kepada nasabah lain
(peminjam) dengan biaya
bunga yang lebih tinggi.
Perbedaan antara
keduanya disebut sprend
yang menandakan apakah
perusahaan tersebut
untung atau rugi. Bila

6
sprend-nya positif, dimana
beban bunga yang
dibebankan kepada
peminjam lebih tinggi dari
bunga yang diberikan
kepada penabung, maka
dapat dikatakan bahwa
bank mendapatkan
keuntungan. Sebaliknya
juga benar.
4 Pengelolaan dana Penyaluran dan simpanan dari Para penabung di bank
nasabah masyarakat dibatasi oleh konvensional tidak sadar
prinsip dasar, yaitu prinsip apa yang ditabung,
syariah. Artintya bahwa dipinjamkan untuk
pemberian pinjaman tidak berbagai bisnis, tanpa
boleh untuk bisnis yang haram memandang halal-haram
seperti perjudian, minuman bisnis tersebut.
yang diharamkan, pornografi,
dan bisnis yang tidak sesuai
dengan syariah.
5 Bunga (interest) Pelarangan bunga (riba) dalam Bank konvensional
berbagai bentuknya. Tidak menggunakan bunga
menggunakan bunga sebagai sebagai alat untuk
alat untuk memperoleh memperoleh pendapatan
pendapatan maupun maupun membebankan
membebankan biaya atas biaya atas penggunaan
penggunaan uang dan uang dan pinjaman.
pinjaman.
6 Transaksi yang Bank syariah dapat melakukan Pada bank konvensional,
dilakukan transaksi yang tidak dilakukan tidak melakukan transaksi
oleh bank konvensional, seperti jual beli tanpa pesanan,
jual beli tanpa pesanan, jual jual beli dengan pesanan,
beli dengan pesanan, sewa sewa menyewa, dan gadai.
menyewa, dan gadai.
7 Prinsip bagi hasil Prinsip bagi hasil dpat Tidak terdapat pernyataan

7
dilakukan dengan 4 akad mengenai prinsip bagi
utama: hasil, karena pada
a. Musyarakah (kerjasama perbankan konvensional
modal usaha/ partnership or dihalalkan penerimaan
project financing bunga.
participation)
b. Mudharabah (kerjasama
mitra usaha dan investasi
atau trust financing /trust
investment)
c. Muzara’ah (kerjasama bagi
hasil pengelolaan pertanian
atau harvest yeald profit
sharing)
d. Musaqah (kerjasama
pemeliharaan pertanian atau
plantation management fee
based on certain of yield)

B. Pengertian Rasio Keuangan

Dalam arti yang paling sederhana, rasio merupakan suatu perbandingan dua
angka atau jumlah. Perbandingan tersebut dapat dinyatakan dalam berbagai cara.
Salah satu jenis rasio dapat dilihat pada bab terdahulu yaitu pada laporan laba rugi
pada presentase per komponen, dimana rasio dinyatakan dalam bentuk prentase,
rasio mengungkapkan hubungan matematis antars suatu jumlah dengan rasio
hanyalah merupakan hubungan sistematis namun penjabarannya dapt menjadi lebih
kompleks.

Analisis laporan keuangan penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan


kelemahan suatu perusahaan. Rasio keuangan di desain untuk memperlihatkan
hubungan antar akun pada laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi ).

1. Perbandingan Rasio Keuangan

8
Rasio digunakan untuk membantu sebuah entitas bisnis dalam mengevaluasi
hasil keuangan dan ekonomi dari orientasi laba operasi sepanjang periode akuntansi.
Rasio sendiri adalah angka sederhana dan kelihatannya memiliki sedikit nilai, rasio
tidak secara langsung menunjukan hasil yang menguntungkan atau yang tidak
menguntungkan.

Metode lainnya dari perbandingan rasio dapat digunakan rasio perbandingan


dari persaingan organisasi yang sama. Teknis terbaik adalah membandingkan rasio
periode operasi saat ini dengan rasio periode operasi sebelumnya. Factor internal
meliouti komposisi dari pendapatan penjualan ( kas vs penjualan kredit ), biaya tetap
dan biaya variable, kebijakan operasi internal, perubahan dalam prosedur operasi,
dan banyak fariabel operasi lainnya yang sama. Factor eksternal juga meliputi
kondisi umum ekonomi dan persaingan apa yang dilakukan. Standard operasi
periodic yang ditentukan dapat digunakan untuk mengembangkan perencanaan
operasi untuk membantu dalam mengembangkan anggaran operasi tahunan.

C. Penggunaan Rasio

Umumnya, terdapat tiga kelompok luas dari orang yang tertarik dalam menilai
rasio diantaranya : internal manajemen, kreditor potensial dan kepemilikan
organisasi. Satu kepemilikan dimiliki seorang pemilik, rekanan memiliki dua atau
lebih pemilik, dan sebuah perusahaan biasanya memiliki sejumlah kepemilikan yang
biasa di sebut dengan stockholders atau shareholders. Rasio penilaian adalah suatu
teknik utama yang digunakan oleh manajemen untuk memonitor kinerja operasi
melawan terhadap standard yang ditentukan untuk ditentukan jika tujuan operasi
anggaran telah diterima.

D. Pembagian Analisis Rasio

Pengelompokan rasio keuangan dapat dilakukan dengan beberapa cara.


Namun, tidak ada satu analisa rasio yang dapat menjawab semua kepentingan,
dengan demikian untuk menjawabnya dikembangkan empat kelompok keuangan.

1. Rasio likuiditas
2. Rasio manajemen asset
3. Rasia manajemen utang
4. Rasio provitabilitas

9
5. Rasio nilai pasar

Rasio dapat dihitung dari berbagai kombinasi atau pasangan angka. Dengan
menggunakan pos-pos yang ada pada laporan keuangan gudang garam akan dapat
disususn suatu daftar angka rasio yang panjang.

1) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan asset yang di perdagangkan dipasar aktif


sehingga dapat dikonfersi dengan cepat menjadi kas pada harga pasar yang
berlaku, sedangkan posisi likuiditas perusahaan berkaitan dengan pertanyaan
berikut ini: apakah perusahaan mampu melunasi hutangnya ketika hutang
tersebut jatuh tempo ditahun berikutnya?. Apakah perusahaan akan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut? Suatu analisis likuiditas penuh
membutuhkan penggunaan anggaran kas, tetapi dengan pendekatan
menghubungkan kas dengan asset lancer lainnya dengan kewajiban lancer,
analisis rasio memberikan ukuran likuiditas yang cepat dan mudah digunakan.
Dua rasio likuiditas yang umum digunakan dijelaskan berikut ini ( brigham
dan Houston, 2012).

 Rasio Lancar (Current Ratio)


Rasio lancar merupakan salah satu ratio yang paling umum digunakan untuk
mengukur likuiditas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan.

Asset lancer meliputi antara lain: kas, efek yang dapat diperdagangkan,
piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancer gudang garam terdiri atas
pinjaman jangka pendek, utang usaha, utang pajak, utang cukai dan PPH
rokok, beban akrual dan libilitas jangka pendek lainnya.

 Rasio cepat (quick ratio)


Rasio likuiditas kedua yang sering digunakan adalah quick ratio atau
acid test yang dihitung dengan mengurangi persediaan dengan asset lancar,
kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar seperti dinyatakan
berikut ini:

10
*

Persediaan pada umumnya merupakan asset lancar perusahaan yang


paling tidak likuid sehingga persediaan merupakan asset, dimana kemungkinan
besar akan terjadi kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio yang
mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
pendek tampa mengandalkan penjualan persediaan sangat penting artinya.

2) Rasio manajemen asset


Kelompok rasio yang kedua, rasio manajemen asset ( aset manajement
ration), mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya. Rasio ini
menjawab pertanyaan-pertanyaan: apakah jumlah setiap jenis asset terlihat
wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dilihat dari penjualan saat ini dan
pyoyeksinya? Ketika perusahaan mengakui sisi asset, gudang garam dan
perusahaan lain hrus mendapatkan modal dari bank atau sumber lainnya.
 Rasio perputaran persediaan
Rasio perputaran persediaan adalah cara untuk mengetahui berapa kali
dalam suatu periode tertentu sebuah perusahaan menjual persediaannya.
Perusahaan-perusahaan menggunakan perputaran persediaan untuk menilai
kemampuan mereka dalam menghadapi persaingan merencanakan laba usaha,
dan secara umum mengetahui seberapa banyaknya mereka menjalankan
kegiatan perusahaan mereka. Pada umumnya perputaran persediaan dihitung
dengan rumus :
*
 Rasio perputaran asset tetap
Rasio ini merupakan perbandingan atau penjualan aktiva tetap ( fixed
assetsturn ofer ) rasio ini mengukur efektifitas penggunaan dana yang tertanam
pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangkanmenghasilkan
penjualan, atau berada berapa rupiah penjualan berih yang dihasilkan oleh
setiap rupiah yang di infestasikan pada aktiva tetap (sawir, 2003). Pada
umumnya, perputaran aset tetap dihitung dengan rumus:
*
 Rasio perputaran total asset

11
Rasio manajemen asset yang terakhir adalah rasio perputaran total asset
(total asetss turnover ratio), mengukur perputaran seluruh asset perusahaan dan
dihitung dengan membagi penjualan dengan total asset. Rumus yang dapat
digunakan
*
3) Rasio manajemen utang
Rasio manajemen utang (leverage) adalah rasio yang menunjukan pada
utang yang dimiliki perusahaan.Dalam arti harfiah, leverage berarti
mengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapt dibedakan menjadi dua yaitu
sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana intern berasal dari
saldo laba, pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau
prosentasi kepemilikan yang tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana
ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan,
misalnya hutang. Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi
kewajiban
Leverage juga dapat di artikan sebagai penggunaan aktiva atau dana
dimana untuk menggunakan pengguanaan tersebut perusahaan harus menutup
biaya tetap atau membayar beban tetap. Kalau pada “ operating everage “
penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa
pendapatan yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup untu
menutup biaya tetap dan biaya variable, maka padav “ financial everage “
pengguanaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk
memperbesar pendapatan perlembar saham biasa ( eps=earning per share).
Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternative metode
pembelajaran adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik modal
sendiri atau pemegang saham biasa. Untuk menentukan “income effect” dari
berbagai pembayaran (mix) atau berbagai alternative metode pembelajaran
terhadap pendapatan pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) perlulah
diketahui tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama besarnya
antara berbagai pertimbangan atau alternative pemenuhan dana tersebut.
Tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama besarnya pada
berbagai pertimbangan pembelajaran dinamakan “Indifference Point” atau
“Break-event Point” (dalam financial laverage).

12
Ada dua alasan dibalik dampak laverage perusahaan: (1) karena bunga
dapat menjadi pengurang pajak, peggunaan utang akan mengurangi kewajiban
pajak dan menyisakan laba operasi yang lebih besar bagi investor perusahaan,
(2) jika laba operasi sebagai persentase terhadap aset melebihi tingkat bunga
atas utang seperti yang umumnya diharapkan, maka perusahaan dapat
menggunakan sisanya sebagai bonus bagi pemegang saham.
 Total Utang Terhadap Total Aset
Total utang terhadap total aset digunakan untuk mengukur seberapa
besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk
investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Total utang terhadap total aset adalah salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas
perusahaan dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan
besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Rasio ini merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor
bagi perusahaan.
Rumus untuk menghitung Total utang terhadap total aset adalah sebagai
berikut:
Total Utang 14.903 .612
Rasio utang ¿ = = 35.9%
Total Aset 41.509 .329
Rata-rata industry = 40%

 Rasio Kelipatan Penbayaran Bunga


Rasio kelipatan pembayaran bunga (time interest earned-TIE) dihitung
dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga:
EBIT
Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga ¿
Beban Bunga
14.903.612
=
5.530 .646
= 2.6x
Rata-rata industri = 6x

13
Rasio TIE mengukur sampai sejauh apa laba operasi dapat
mengalami penurunan sebelum perusahaan tidak mampu memenuhi biaya
bunga tahunannya. Kegagalan dalam membayar bunga akan menyebabkan
pihak kreditor melakukan tindakan hukum dan kemungkinan berakhir dengan
kebangkrutan.

Rasio Cakupan Ebitda

Rasio time interest earned akan berguna dalam menilai kemampuan


sebuah perusahaan memenuhi beban bunga atas hutangnya, akan tetapi rasio
ini memiliki dua kelemahan:
a) Bunga bukanlah satu-satunya beban keuangan yang bersifat tetap,
perusahaan juga harus mengurangi hutangnya sesuai jadwal, dan banyak
perusahaan menyewa aktivaya dan akibatnya harus melakukan
pembayaran sewa. Jika gagal membayar kembali hutang atau melunasi
pembayaran sewanya, perusahaan terpaksa harus menyatakan bangkrut.
b) EBIT tidaklah mencerminkan seluruh arus kas yang tersedia untuk
melayani hutang, terutama perusahaan yang memiliki beban depresiasi
dan amortisasi yang tinggi.

Untuk memasukkan kelemahan-kelemahan ini, para banker dan pihak


lainnya telah mengembangkan rasio kecukupan EBITDA. Adapun rumus yang
digunakan untuk menghitung EBITDA adalah sebagai berikut:

Rasio cakupan EBITDA =

EBUTDA + Pembayaran Sewa Guna Usaha


Bunga+ Pembayaran pokok + Pembayaran SewaGuna Usaha
Rata-rata industry = 4.3x
Rasio cakupan EBITDA sangat berguna bagi pemberi pinjaman yang
relative bersifat jangka pendek, seperti bank yang jarang memberikan
pinjaman di atas jangka waktu lima tahun (kecuali pinjaman yang dijamin
dengan tanah dan bangunan). Dalam jangka waktu yang relative singkat, dana
yang menimbulkan penyusutan dapat digunakan untuk melayani hutang.
Dalam jangka waktu yang lebih panjang, dana tersebut harus diinvestasikan
kembali untuk mempertahankan pabrik dan peralatan karena jika tidak
perusahaan tidak dapat terus menjalankan usahanya. Karena itu, bank dan

14
pemberi pinjaman yang relative bersifat jangka pendek lainnya berfokus pada
rasio cakupan EBITDA, sedangkan pemegang bligasi jangka panjang berfokus
pada rasio TIE.

4) Rasio Probabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan
dalam satu periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan
keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laba rugi perusahaan.
Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil
analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai
beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.
Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan dalam
memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset, maupun
modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur
ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari
keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi
perusahaan.
 Margin Laba Atas Penjualan

Margin laba atas penjualan (profit margin on sales) yang dihitung


dengan membagi laba bersih dengan penjualan, memberikan angka laba per
rupiah penjualan seperti dinyatakan dalam rumus berikut:

Laba Bersih
Margin laba atas penjualan =
Penjualan
4,068,711
=
49,028,696
= 8.2%
Rata-rata industry = 5%
 Pengembalian Atas Total Aset
Pengembalian atas total aset (Return on Assets-ROA) merupakan salah
satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling
sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan
menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan

15
di masa yang akan datang. Aset atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan
harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing
yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang
digunakan untuk kelansungan hidup perusahaan. Menurut Brigham dan
Houston (2001), pengembalian atas total aktiva (ROA) dihitung dengan cara
membandingkan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa
dengan total aktiva.
Lababersih
Pengembalian atas total aset (ROS) =
Total Aset
4,068,711
=
41,509,329
= 9.82%
Rata-rata industri = 9%
 Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba
Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning point-
BEP) dihitung dengan membagi jumlah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
dengan total aset, seperti dinyatakan berikut ini:

EBIT
Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (BEP) =
Total Aset

14.903.612
=
41,509,329
= 3.5%
Rata-rata industri = 18%
 Pengembalian Ekuitas Biasa
Pengembalian Ekuitas Biasa (Return On Equity-ROE) atau sering
disingkat dengan singkatan ROE merupakan rasio yang membagi laba setelah
pajak dengan rata-rata modal pada sebuah perusahaan. Rasio ini digunakan
untuk melihat tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola ekuitasnya untuk
menghasilkan laba bersih perusahaan. Secara teori ROE dirumuskan sebagai
berikut:
Laba Bersih
Pengembalian Ekuitas Biasa (ROE) =
Ekuitas
4,068,711
=
26,605,713

16
= 15.2%
Rata-rata industri = 15%
5) Rasio Nilai Pasar
Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur mahal murahnya suatu
saham, digunakan untuk membantu investor dalam mencari saham yang
memiliki potensi keuntungan dividen yang besar sebelum melakukan
penanaman modal berupa saham.
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga
saham dengan laba, nilai buku per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan
informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau pemegang saham
menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan
dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku saham.
Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan relative terhadap
nilai bukunya. Rasio modal saham atau rasio pasar terdiri dari:
 Rasio Harga/Laba
Rasio harga atau laba (Price Earning Ratio-P/E) menunjukkan berapa
banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang
dilaporkan. Oleh para investor, rasio ini digunakan untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Kesediaan para investor untuk menerima kenaikan PE sangat bergantung pada
prospek perusahaan.Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang
tinggi, biasanya mamiliki PE yang tinggi.Sebaliknya perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PE yang rendah pula.
Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung rasio harga/laba seperti
berikut:
Harga per saham
Rasio harga/laba (P/E) =
Laba per saham
500
=
2.086
= 23.9x
Rata-rata industri = 11.3x.
 Rasio Harga/Arus Kas
Rasio harga/arus kas per saham digunakan untuk menunjukkan harga
dibayarkan pemegang saham terhadap arus kas dari aktivitas operasi per

17
lembar saham perusahaan. Valuasi harga saham terhadap arus kas dari
aktivitas operasi digunakan untuk lebih mengetahui kemampuan riil
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan aktivitas operasinya. Arus kas
tidak mudah “dimanipulasi” karena tidak dipengaruhi oleh faktor non kas
seperti depresisasi, amortisasi, dan faktor non kas lain.
Harga per saham
Rasio harga/arus kas (P/E) =
Arus kas per saham
Rata-rata industri = 5.4%
Perlu dicatat bahwa karena alasan tertentu, analisis juga melihat rasio-
rasio lain selain rasio harga/laba dan harga/arus kas.Misalnya, tergantung dari
industrinya, analisis mungkin melihat harga/penjualan, harga/pelanggan, atau
harga/EBITDA per saham. Namun pada akhirnya, nilai perusahaan akan
bergantung pada laba dan arus kas.
 Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku
Rasio ini menunjukkan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah
atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini,
semakin besar tambahan weakth (kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik
perusahaan. Jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor
memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor
pesimistik atau prospek suatu saham, banyak saham di jual pada harga di
bawah nilai bukunya.Sebaliknya jika investor optimism aka saham dijual
dengan harga di atas nilai bukunya. Rumus yang biasa digunakan untuk
menghitung rasio ini adalah:
Ekuitas biasa
Nilai buku per saham =
Jumlah saham beredar
M Harga pasar per saham
Rasio nilai pasar/nilai buku = =
B Nilai buku per saham
Rata-rata industri = 1.7x
Biasanya rasio M/B pada umumnya lebih besar dari 1, ini artinya
investor bersedia membayar saham lebih besar dari pada nilai buku
akuntansinya.Situasi seperti biasa terjadi karena nilai aset, seperti yang
dilaporkan oleh akuntan dalam neraca perusahaan, tidak mencerminkan inflasi
maupun goodwill. Jika suatu perusahaan menerima tingkat pengambilan atas

18
aset yang rendah, maka rasio M/B-nya akan relative rendah dibandingkan rata-
rata perusahaan lain.

Rumus Ditampilk Artinya


an dalam
bentuk
1. Rasio Aktiva Lanca Desimal Indikator Jangka Pendek terhadap
Kewajiban Lancar
Likuiditas kemampuan perusahaan untuk
Current membayar kewajiban-kewajiban
Ratio jangka pendeknya dari aktiva
jangka pendeknya; seberapa besar
aktiva lancar yang tersedia mampu
menutup dengan segera kewajiban
lancarnya.
Quick (acid Aktiva Lancar Desimal Mengukur kemampuan perusahaan
Kewajiban Lancar
test) ratio untuk membayar dengan segera
kewajiban –kewajiban jangka
pendeknya dari aktiva lancar,
kecuali persediaan yang ada.
Inventory to Persediaan Desimal Ukuran keseimbangan persediaan;
Aktiva Lancar−Kewajiban Lancar
net working mengukur seberapa besar kelebihan
capital aktiva lancar atas kewajiban lancar
mampu melindungi dari ancaman
perubahan yang tidak
menguntungkan dalam persediaan
Cash Ratio Kas+ Ekuivalen dgn Kas Desimal Mengukur seberapa besar model
Kewajiban Lancar
perusahaan yang berbentuk kas
menunjukkan seberapa besar
kewajiban-kewajiban lancar dapat
dibayar dari kas tunai atau asset-
asset yang mudah untuk menjadi
kas tunai.
2. Ratio Laba Bersih stlh pajak Persentase Menunjukkan seberapa besar laba
penjualan bersih
Probabilitas setelah pajak yang dihasilkan oleh
Net Profit setiap satuan nilai moneter (dollar)

19
Margin dari penjualan yang dilakukan.
Gross Profit Penj−Harga Pkk Penjualan Persentase Mengindikasikan margin total yang
Penj . Bersih
Margin tersedia untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran lainnya
selain HPP dan sisa yang tersedia
masih memberikan laba
Return On laba bersih setelah pajak Persentase Mengukur tingkat pengembalian
Total Aktiva
Investmen atas total aktiva yang digunakan
(ROI) dalam perusahaan; ukuran terhadap
efisiensi manajemen, yang
menunjukkan pengembalian seluruh
asset yang berada dibawah
kendalinya selain berbagai sumber
pendanaan.
Return On Lababersih setelah pajak Persentase Mengukur tingkat pengembalian
Modal Pemegang Saham
Equity nilai buku dari total investasi
(ROE) pemegang saham

Erning Per labaBersih setelah Pjk −¿ dividen saham preferen


Satuan Menunjukkan pendapatan setelah
Rata−rata Jumlah saham biasa
Share (EPS) nilai pajak yang dihasilkan untuk tiap
moneter lembar saham biasanya
(dollar)
perlembar
saham
3. Rasio Penjualan bersih Desimal Mengukur berapa kali rata-rata
persediaan
Aktivitas persediaan barang jadi berputar atau
Inventory terjual selama suatu periode waktu,
Turn Over biasanya setahun.
Days of Persediaan Hari Mengukur besar nilai dalam
HPP/365 hari
inventory persediaan yang tersedia disebuah
perusahaan pada suatu waktu
tertentu.

20
Net Working Penj . bersih Desimal Mengukur seberapa efektif modal
Modal kerjabersih
Capital kerja bersih yang digunakan untuk
Turnover menghasilkan penjualan.

Asset Turn Penjualan Desimal Mengukur penggunaan seluruh aset


Total Aktiva
Over perusahaan; mengukur berapa besar
penjualan dihasilkan dari tiap
satuan moneter (dollar) aset yang
dimiliki.
Fixed Asset Penjualan Desimal Mengukur penggunaan Aktiva tetap
Aktiva tetap
Turn Over perusahaan (misal pabrik dan
peralatan); mengukur berapa besar
penjualan dihasilkan dari tiap
satuan moneter (dollar) aktiva tetapi
yang dimiliki
Average Piutang Dagang Hari Mengindikasian rata-rata lama
penj . setahun/365 hari
Collection waktu dalam hari yang dipakai
Periode perusahaan untuk mengumpulkan
hasil penjualan setelah menjual
produk yang dihasilkannya; dapat
dibandingkan dengan lama waktu
kredit yang diberikan perusahaan
kepada para pelanggannya.
Account Penj . krdt Tahunan Desimal Mengindikasikan berapa kali
Piutang Dagang
Receivable piutang dagang berputar selama
turnover satu periode (biasanya setahun)
Account Hutang dagang Hari Mengindikasikan rata-rata lama
Pembelian tahun /365 hari
Payable waktu dalam hari yang dibutuhkan
Periode perusahaan untuk membayar
pembelian kreditnya.
Days of Cash Kas Hari Mengindikasikan lama hari uang
Penj . bersihtahun /365 hari
tunai yang tersedia dan dimiliki,
pada tingkat penjualan saat ini

21
4. Rasio Total Hutang Persentase Mengukur seberapa besar dana
Total Aktiva
Leverage yang dipinjam perusahaan telah
Debt to Asset digunakan untuk membiayai asset
Ratio
Debt to equity Total Hutang Persentase Mengukur jumlah dana yang
Modal pemegang Saham
Ratio disediakan kreditur dengan dana
yang disediakan oleh pemilik
perusahaan
Long term Total Jangka Panjang Persentase Mengukur komponen utang jangka
Modal Pemegang Saham
Debt to panjang dalam struktur modal
Capital
structure
Times nterest Laba sebelum pjk + Biaya bunga Desimal Mengindikasikan kemampuan
Biaya bunga
Earned perusahaan untuk memenuhi biaya
bunga tahunan

Coverage of Laba sebelum pjk + B .bunga+ B . Sewa Desimal Mengindikasikan kemampuan


B . bunga+ Kewajiban Sewa
Fixed Asset perusahaan untuk memenuhi
Charges kewajiban sewa aktiva tetapnya
Current Kewajiban Lancar Persentase Mengukur seberapa porsi
Modal Pemegang Saham
Liabilities to pembiayaan jangka pendek dengan
Equity dana yang disediakan dari pemilik

5. Rasio Lainya Nilai Pasar Perlembar Saham Desimal Menunjukkan penilaian pasar saat
Laba per Lembar Saham
Price/Earning ini terhadap sebuah saham,
ratio berdasarkan laba yang diperoleh
tiap lembarnya; menunjukan
seberapa besar investor berminat
untuk membayar tiap satuan
moneter (dollar) untuk pendapatan
yang diterimanya
Dividen DividenTahunan Per lembar Saham Persentase Mengindikasikan persentase laba
Laba Tahunan per Lembar Saham
payout Ratio yang dibayarkan sebagai dividen

22
Dividen Yield Dividen Tahunan per lembar Saham Persentase Mengindikasikan tingkat
Nilai Pasar saat ini per lembar
on Common pengembalian dividen terhadap
sahamnya
Stock pemegang saham biasa pada harga
pasar saat ini.

Analisis Tren
Analisis tren merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. secara
teoritis, dalam analisis time series yang paling menentukan adalah kualitas atau
keakuratan dari informasi atau data-data yang diperoleh serta waktu atau periode
dari data-data tersebut dikumpulkan. 
Untuk periode waktu yang cukup lama, hasil tren menunjukkan arah
perkembangan operasi suatu perusahaan. pada contoh ini hasil train menunjukkan
bahwa meskipun kondisi usaha selama beberapa bulan meningkat (yang ditunjukkan
oleh peningkatan penjualan dari bulan ke bulan) akan tetapi peningkatannya
mengalami penurunan (perubahan menurun). Informasi seperti ini sangat bermanfaat
dalam proses peramalan atau penganggaran atau (forcasting atau budgeting). 

Trend index
Trend index (index trend) adalah suatu metode yang digunakan untuk melihat
trend dengan cara mengkonversi jumlah rupiah ke dalam indeks. setiap pos pada
periode 1 (periode dasar atau basis) dinyatakan dengan nilai 100 (100%). angka
indeks untuk setiap periode berikutnya (periode ke-n di mana n adalah 2,3, 4  dan
seterusnya) dihitung dengan cara sebagai berikut:

Jumlah rupiah periode ke−n × 100 %


Jumlah rupiah periode 1

Penyesuaian Inflasi
Ketika membandingkan hasil operasi, terutama ketika menganalisis angka-
angka trend haruslah diperhatikan pengaruh perubahan nilai uang terhadap hasil
operasi tersebut. 100 ton beras beberapa tahun yang lalu memiliki kuantitas yang

23
sama dengan 100 ton beras saat ini akan tetapi jumlah uang yang diperlukan untuk
membeli 100 ton beras saat ini jelas lebih tinggi dibanding dengan jumlah uang yang
diperlukan untuk itu beberapa tahun yang lalu. Hal ini berlaku untuk semua jenis
biaya, karena harga berubah dari waktu ke waktu. oleh karenanya dampak inflasi
harus dipertimbangkan ketika membandingkan kinerja perusahaan dari waktu ke
waktu.
Pemilihan Angka Indeks
Diantara berbagai angka indeks yang tersedia, harga konsumen merupakan
angka indeks yang paling umum digunakan dan dipahami secara luas. dengan
menggunakan angka indeks ini konversi nilai rupiah periode yang lalu ke dalam nilai
rupiah periode akan mudah dilakukan.
Oleh sebab itu dengan menggunakan angka indeks tersebut, nilai rupiah
penjualan tahun-tahun yang lalu dapat dikonversi menjadi nilai rupiah saat ini atau
sekarang dengan cara sebagai berikut 
Rupiah Historis × Angka Indeks Tahun Berjalan
=Rupiah saat ini
Angka Indeks Periode yang Lalu
Persamaan DU Pont
Analisis Du Pont System merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas
dan margin keuntungan atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki
perusahaan. Dari analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva
perusahaan.Yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROI
(Rate of Return On Investment) yang merupakan angka pembanding atau rasio
antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan titik
analisis ini biasanya digunakan Oleh perusahaan-perusahaan besar.
Bagan Du Pont adalah bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan
antara pengembalian atas investasi perputaran aktiva dan margin laba tersebut
merupakan uraian dari skema ROI yang merupakan rasio antara laba yang diperoleh
perusahaan dengan besarnya perputaran aktiva perusahaan titik perusahaan
perputaran total aktiva  didefinisikan sebagai hasil bagi antara penjualan dengan
total aktiva, sedangkan margin laba didefinisikan sebagai rasio antara laba bersih
dengan hasil penjualan.

24
Analisis Du Pont System adalah ROI yang dihasilkan melalui perkalian antara
keuntungan dari komponen-komponen penjualan serta efisiensi penggunaan total
aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Du Pont  juga dapat digunakan
sebagai analisis untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit
margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap roi. Disamping itu dengan
menggunakan analisis, pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi perputaran
aktiva sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. perhitungan yang dapat
digunakan adalah: 
ROA = Margin Laba × Perputaran Total Aset
laba bersih penjualan
= ×
pemjualan total aset
Jika perusahaan didanai hanya dengan ekuitas biasa, tingkat pengembalian atas
aset roa  dan pengembalian atas ekuitas roe Akan sama karena total aset akan sama
dengan ekuitas biasa:
laba bersih laba bersih
ROA = ×
Total aset Ekuitas biasa
Penggunaan Dan Keterbatasan Analisis Rasio
Rasio keuangan digunakan untuk mengetahui memahami posisi keuangan
perusahaan,  Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama yaitu: 1. manajer
yang menggunakan rasio untuk membantu menganalisis dan mengendalikan serta
memperbaiki operasi perusahaan 2.  analisis kredit seperti, pegawai bank bagian
kredit atau analisis peringkat obligasi yang menganalisis rasio untuk membantu
menentukan kemampuan perusahaan membayar hutang dan 3. Analisis saham, yang

25
berkepentingan dengan efisiensi risiko dan prospek pertumbuhan, meskipun analisis
rasio dapat memberikan informasi yang berguna tentang operasi dan kondisi
keuangan perusahaan. Namun penggunaan rasio ini bukannya tanpa kelemahan dan
keterbatasan,  beberapa keterbatasan dalam menghitung dan menginterpretasikan
analisis rasio keuangan antara lain:
1. Banyak perusahaan besar mengoperasikan divisi yang berbeda pada
industri yang berbeda dan perusahaan macam ini sangat sulit untuk
mengembangkan seperangkat rata-rata industri yang berarti untuk tujuan
komparatif. Oleh karena itu analisis rasio lebih berguna bagi perusahaan
kecil dan sederhana.
2. Kebanyakan perusahaan Ingin Lebih baik dibandingkan rata-rata
industri, sehingga apabila hanya mencapai kinerja rata-rata Tidaklah
terlalu baik. sebagai target untuk mencapai kinerja lebih tinggi
perusahaan hendaknya memfokuskan pada rasio yang sudah menjadi
“leader” dalam hal ini benchmarking akan sangat membantu.
3.  Inflasi Dapat memberikan distorsi yang buruk pada neraca perusahaan
nilai yang tercatat seringkali sangat berbeda dengan nilai sebenarnya
titik lebih jauh karena inflasi mempengaruhi beban penyusutan dan biaya
persediaan maka laba juga akan terpengaruh. jadi analisis rasio untuk 1
perusahaan selama suatu waktu tertentu atau analisis komparatif pada
perusahaan yang memiliki umur berbeda harus diinterpretasi dengan
pertimbangan yang tepat.
4.  faktor-faktor musiman juga dapat mendistorsi analisis rasio misalnya
rasio perputaran persediaan untuk produsen pemroses makanan akan
sangat berbeda penyajiannya jika penyajian angka persediaan di dalam
neraca dilakukan sebelum musim pengalengan dan sesudah musim
pengalengan titik permasalahan ini dapat diminimalkan dengan
menggunakan rata-rata bulanan untuk persediaan dan piutang ketika
menghitung rasio.
5.  perusahaan dapat menggunakan teknik window dressing untuk membuat
laporan keuangan tampak lebih baik untuk mengilustrasikan. 
6. Praktik akuntansi yang berbeda dapat mendistorsi perbandingan, seperti
disebutkan sebelumnya penilaian persediaan serta metode penyusutan
dapat mempengaruhi laporan keuangan dan dengan demikian dapat

26
mendistorsi perbandingan di antara perusahaan. jika perusahaan
menyerahkan sebagian peralatan produktifnya maka maka aktiva
kemudian dampak relatif rendah terhadap penjualan aktiva karena aktiva
di sewa seringkali tidak muncul di neraca.
7. Sangat sulit untuk menyamaratakan Apakah suatu rasio tertentu "baik"
atau "buruk",  misalnya rasio lancar yang tinggi mungkin menunjukkan
posisi likuiditas yang kuat yang tampak bagus atau Kas yang berlebihan
yang buruk atau karena kelebihan kas di bank bukan merupakan aktiva
yang menghasilkan laba. demikian juga rasio perputaran aktiva yang
tinggi menunjukkan bahwa suatu perusahaan telah menggunakan aktiva
nya secara efisien atau dikapitalisasi terlalu rendah dan tidak mampu
membeli cukup aktiva.
8. Suatu perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang kelihatan
bagus. banyak bank maupun Organisasi Pemberi pinjaman lainnya
menggunakan prosedur statistik untuk menganalisis rasio keuangan
perusahaan dan menurut analisis mereka perusahaan diklasifikasikan
sesuai dengan probabilitas mereka dalam mengantisipasi kesulitan
keuangan, dalam hal ini teknik yang biasa digunakan adalah analisis
diskriminan.
Analisis rasio memang sangat bermanfaat, para tetapi para analis
hendaknya mewaspadai permasalahan-permasalahan di atas dan melakukan
penyesuaian jika dibutuhkan analisis rasio yang dilakukan dengan suatu cara
yang mekanis dan tanpa dipikir terlebih dahulu adalah sesuatu yang berbahaya.
Namun,  jika digunakan secara cerdas dan dengan pertimbangan yang baik,
analis dapat memberikan petunjuk yang bermanfaat akan operasi suatu
perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik. Surabaya:
Erlangga
27
Hayat, Atma, Dkk. 2018. Manajemen Keuangan. Medan: Indomedia Pustaka

Rifki Muhammad, 2011. Akutansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi PSAK
Syariah. Yogyakarta: P3EI Press.

Fitri Megawati, Analisis Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan Antar Perbankan


Syariah dan Konvensional, Skripsi Universitas Shanata Darma, 2004.

28

Anda mungkin juga menyukai