Anda di halaman 1dari 11

HEMOGLOBIN

& MIOGLOBIN

Oleh Salsabiela Haz Ekaputri


1
Pendahuluan

Gugus Heme merupakan bagian dari eritrosit yang


I
memiliki:
- Porfirin (gugus organic dari Heme):
IV II
- 4 cincin pirol
- Gugus asam propionate: -CH2-CH2-COO-
III
- Gugus Metil (warna biru)
- Gugus Vinyl: - CH = CH2
-
Gugus prostetik (non-organik): Fe2+

Apabila struktur Heme dilihat dari samping akan berbentuk seperti pada
gambar di sebelah kiri.
Pada heme terdapat His F8 (proximal) dan His E7 (distal). His F8 terikat
pada gugus Fe untuk menyeimbangkan posisi Fe. His F7 berfungsi
sebagai penyeimbang ikatan oksigen pada Fe sehingga oksigen tidak
mudah lepas pada saat proses transportasi atau pemindahan.

No. Ciri-Ciri Myoglobin Hemoglobin


1 Struktur Kuartener Monomer (α) Tetramer (2 rantai α dan 2 rantai β)
2 Heme 1 4
3 Mengikat Oksigen 1 molekul O2 4 molekul O2
4 Terdapat pada Otot Pembuluh darah
5 Protein - Globin (globular) - Globin (globular)
- Hemoprotein - Hemoprotein
- α-helix dan β-sheet - α-helix dan β-sheet

6 Fungsi Menyimpan O2 Transport O2

2
Kurva disosiasi Myoglobin dan Hemoglobin
Pada kurva disamping terlihat bahwa pada
saat PO2 rendah maupun tinggi, tingkat
saturasi (persentase dimana semua heme telah
berikatan dengan molekul O2) myoglobin
konstan karena gugus heme pada myoglobin
cenderung mengikat O2 dan sukar untuk
melepasnya. Sehingga sesuai dengan fungsi
dari myoglobin yaitu penyimpan oksigen.
Lain halnya dengan kurva Hemoglobin yang cenderung sigmoid. Pada tekanan parsial O2 rendah,
hemoglobin akan cenderung melepaskan oksigen dan mengikat senyawa lain seperti CO2 atau H+
yang akan diangkut menuju paru-paru. Dalam paru-paru, persen saturasi semakin lama akan
bertambah karena terjadinya pelepasan CO2 atau H+ dan pengikatan O2 pada gugus 4 heme
hemoglobin (Hb teroksidasi). Hemoglobin akan tersaturasi 100% apabila semua O2 yang
diangkut memenuhi semua gugus heme hemoglobin.
Kesimpulannya adalah terdapat ikatan yang lemah antara Hemoglobin dan oksigen pada saat PO2
rendah dan terdapat ikatan yang kuat antara hemoglobin dan oksigen pada saat PO2 tinggi.
Proses teroksidasinya hemoglobin oleh O2 dan tereduksinya hemoglobin
Gugus Fe2+ akan mengikat O2 sehingga membuat posisi Fe yang semula tidak sebidang dengan
porfirin menjadi sebidang karena penarikan oleh O2. Kemudian, electron pada oksigen akan
mempengaruhi Fe. Fe yang semula Fe2+ menjadi Fe3+ dan muatan oksigen pun menjadi
negative (Fe teroksidasi). Atom oksigen yang bermuatan negatif itu akan diseimbangkan oleh
His E7. Pada saat pelepasan oksigen dalam jaringan, PCO2 tinggi sehingga afinitas Fe terhadap
CO2 akan meningkat sehingga ikatan His E7 dengan oksigen akan terlepas berikut dengan
kembalinya muatan oksigen dan Fe. Selanjutnya Fe akan mengikat karbondioksida.
Pada saat PCO2 tinggi, Hb akan terprotonasi dan terjadilah perubahan struktur asam amino pada
Hb.

3
Struktur T dan Struktur R

Struktur T (Taut or Tight) adalah ketika Hb kekurangan oksigen atau sedang membawa senyawa
selain oksigen dan terdapat 2,3 BPG diantara rantai α dan rantai β (deoxyHb). Sehingga
konformasi dari Hb tidak berubah. Sehingga tidak terjadi pemutusan jembatan garam.

Struktur R (Relax) adalah ketika Hb teroksidasi oleh O2. Pada saat struktur R, jembatan garam
diantara 4 gugus heme terputus karena adanya perubahan konformasi akibat tarikan Fe dengan
oksigen, sehingga ikatan polipeptida yang menghubungkan 4 gugus heme tersebut meregang dan
akhirnya terputus.
Bagaimana Oksigen diikat oleh Fe2+?
Oksigen terikat dengan gugus prostetik pada heme dengan Cooperative Binding. Apabila satu
oksigen telah masuk pada rantai α1 akan mempermudah oksigen lain untuk masuk ke dalam
hemoglobin.

4
2,3 BPG (2,3-Bisphosphoglycerate)
:
2,3 BPG (bermuatan negatif) akan berikatan pada ruang
antar rantai β. BPG membentuk jembatan garam dengan
gugus amnio terminal kedua rantai β melalui Val NA1
dan dengan Lys EF6 dan His H21 (bermuatan positif).
Sehingga, BPG menstabilkan hemoglobin dalam
keadaan deoxyHb (struktur T). BPG berikatan pada
ruang sentral Hemoglobin.
Pada oksigenasi, ruang sentral berkontraksi, BPG
dikeluarkan dan struktur kembali melonggar.
Pada saat PO2 rendah di jaringan perifer mendorong pembentukan 2,3 BPG dari glikolisis pada
eritrosit.
Efek Bohr:
1. Udara dihirup melalui hidung
dan masuk ke dalam alveolus
kemudian terdifusi ke dalam
peredaran darah dan berikatan pada
hemoglobin (PO2 tinggi). OxyHb
3
1
memindahkan oksigennya ke dalam
jaringan perifer.
2. Pada saat PO2 rendah / PCO2
tinggi dalam jaringan, Hb

2 terprotonasi (Hb mengikat 2 ion H+)


1
1
kemudian ditransport menuju paru-
paru kembali.
3. Di paru-paru PO2 tinggi
sehingga cenderung H+ dilepaskan
oleh hemoglobin. Kemudian bereaksi dengan ion bikarbonat membentuk asam karbonat.
Dengan Karbonik anhidrase, asam karbonat diurai menjadi CO2 dan uap air.

5
Jenis-jenis Hemoglobin:
1. HbA1c (α2β2) :
a. Terdapat pada orang dewasa
b. Memiliki 2 rantaii alfa dan 2 rantai beta
c. Terdapat pada orang dewasa yang mengalami diabetes
d. Terdapat gugus gula dalam hemoglobin
2. HbA (α2β2) :
a. Terdapat pada orang dewasa normal
b. Memiliki 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
c. Gen eritrosit yang paling banyak dimiliki
3. HbM :
a. His F8 diganti oleh Tyrosin
b. Gugus prostetik Heme adalah Fe3+ sehingga sulit untuk mengikat O2
c. Pada varian rantai α terjadi penurunan afinitas O2
d. Pada rantai β terjadi efek bohr
4. HbF (α2γ2):
a. Hemoglobin pada fetus
b. Residu H21 pada subunit γ adalah Serine dan bukan His. Oleh karena serine tidak
dapat membentuk jembatan garam, 2,3 BPG berikatan lebih lemah dengan HbF.
c. Afinitas oksigen lebih tinggi pada HbF daripada HbA.

6
Destruksi Hemoglobin dan prosesnya:

Di dalam makrofag, sel darah merah diubah menjadi Heme dan Globin. Heme tersebut akan
diurai menjadi biliverdin dan Fe3+. Biliverdin akan diubah menjadi bilirubin yang akan
ditransport kedalam liver. Setelah itu, bilirubin diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu
kemudian disekresikan ke dalam kantung empedu dan masuk ke saluran cerna. Bilirubin diubah
menjadi urobilinogen oleh bakteri dalam usus besar. Urobilinogen diubah menjadi urobilin yang
dieksresikan melalui urine dan stercobilin yang akan dieksresikan melaui feses. Fe3+ akan diubah
menjadi ferritin oleh hati kemudian disimpan. Apabila diperlukan, Fe3+ akan diikat oleh
transferrin untuk ditransfer menuju red bone marrow dan terjadilah pembentukan eritrosit.

7
Penjelasan lebih lengkap:

1. Dilakukan oleh kompleks enzim heme oksigenase. Pada saat mencapai heme oksigenase
besi umumnya sudah teroksidasi menjadi bentuk feri membentuk hemin.
2. Hemin direduksi dengan NADPH, besi feri dirubah kembali menjadi fero.
3. Dengan bantuan NADPH, oksigen ditambahkan pada jembatan a metenil (antara cincin
pirol I dan II) membentuk gugus hidroksil, besi fero teroksidasi kembali menjadi feri.
4. Dengan penambahan oksigen lagi ion feri dibebaskan serta terbentuk karbon monoksida
dan biliverdin IXa yang berwarna hijau.

8
5. Dengan bantuan enzim biliverdin reduktase, terjadi reduksi jembatan metenil antara
cincin pirol III dan IV menjadi gugus metilen, membentuk bilirubin IXa yang berwarna
kuning.
6. Bilirubin berikatan dengan albumin membentuk Bilirubin-Albumin, kemudian ditransport
menuju sel hepar.

7. Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin


akan terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel
membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein
ikatan sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak
terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.

9
8. Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut
dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate
glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam
kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan
kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya.
9. Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan disekresikan ke dalam kandung
empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui feces. Setelah
berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung dapat diresorbsi,
kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-
glukoronidase yang terdapat dalam usus.
10. Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan dilepaskan
glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase). Dengan bantuan
flora usus bilirubin selanjutnya diubah menjadi urobilinogen.
11. Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan diekskresikan kembali
lewat hati, mengalami siklus urobilinogen enterohepatik. Dari hepar, urobilinogen
kembali ke dalam lumen usus.
12. Sebagian besar urobilinogen diubah oleh flora normal colon menjadi urobilin atau
sterkobilin yang berwarna kuning dan diekskresikan melalui feces. Warna feces yang
berubah menjaadi lebih gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen
yang tersisa menjadi urobilin.

10
Referensi:
• Murray, Robert K et al. 2014. Biokimia Harper, Edisi 29. Jakarta : EGC
• Marks, DB et al. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta
: EGC
• Worman, Howard J. 2008. Bilirubin Secretion, Jaundice and Evaluation of Liver
Function. New York : Columbia University. Available in
http://www.columbia.edu/itc/hs/medical/pathophys/gi/2008/bilirubinColor.pdf [Accessed
on 16 March 2017]
• Anupam Sachdeva, AK Dutta et al. 2012. Advances in Pediatrics. India : JAYPEE

11

Anda mungkin juga menyukai