PENDEKATAN-PENDEKATAN
PENDAHULUAN
Kini Anda maju satu langkah lagi. Dari Pokok Bahasanatau Materi Pokok 1 Anda
sudah memperoleh pengertian mengenai pastoral dan perbedaan antara pastoral
sebelum dan sesudah Konsili Vatikan II. Sedangkan dari Pokok Bahasan 2 Anda
sudah belajar mengenai arti dan tujuan dari pekerjaan pastoral, baik sebagai
kibernetik maupun poimenik. Dari Pokok Bahasan 3 Anda belajar sikap-sikap dasar
untuk pekerjaan pastoral dewasa ini. Kini, Anda akan belajar mengenai pendekatan
pendckatan dan dimensi-dimensi dalam pekerjaan pastoral.
maka materi yang akan disajikan terdiri dari pokok-pokok dan sub pokok-
Adapun yang dimaksud dengan pendekatan dalam pekerjaan pastoral ialah jalan
yang dilalui untuk menuju ke perkembangan pastoral. Pendekatan pastoral
merupakan pintu masuk menuju ke perkembangan pastoral. Kata lainnya adalah
approach (Inggr); ancangan; penghampiran. Dalam pekerjaan pastoral terdapat
berbagai-bagai variasi pendekatan:
a. Pendekatan sektorial.
September memberi titik berat perhatian pada pendalaman Kitab Suci, Studi Kitab
Suci, Kelompok Kitab Suci, dan lain-lain kegiatan yang bertujuan pengenalan dan
pendalaman Kitab Suci bagiumat Katolik. Tidak berarti bahwa selama bulan
September tidak ada kegiatan lain kecuali pendalaman Kitab Suci! Kegiatan lain
tetap dijalankan sebagaimana biasa, namun tidak mendapat titik berat seperti
pendalaman Kitab Suci yang sedang dijadikan tema garapan selama bulan
September itu. Pendekatan sektoral dalam pekerjaan pastoral selalu dimulai dengan
pertanyaan yang menyangkut sektor apa yang perlu dikembangkan terlebih dahulu
untuk mencapai tujuan pastoral. Perencanaan pastoral mengikuti suatu hirarki.
Hirarki pertama menunjukkan tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan pastoral,
hirarki kedua menunjukkan sektor-sektor mana yang terpilih, hirarki ketiga
menunjukkan daerah-daerah terpilih, dan hirarki keempat menunjukkan kebijakan
siasat dan langkah-langkah pastoral apa yang perlu diambil untuk mengerjakan
sektor-sektor pastoral yang dipilih itu.
Marilah sekarang kita lebih maju selangkah lagi, dengan belajar mengenai dimensi-
dimensi dalam pekerjaan pastoral. Dimensi berarti: aspek, galra, perspeklif, segi,
sudut pandang. Pekerjaan pasloral melipuli berbagai aspek atau segi. Aspek-aspek
atau segi-segi yang memainkan peranan penting dalam perkembangan pastoral
harus mendapat perhatian di dalam usaha pastoral. Sebab jika ada segi atau aspek
penting di dalam pekerjaan pastoral terlupakan, maka seluruh proses perkembangan
pastoral akan terhambat. Dari Kegiatan Belajar 1, Anda sudah belajar tiga macam
pendekatan di dalam pekerjaan pastoral. Penggunaan setiap pendekatan
tergantunglah dari situasi dan kondisi setempat di mana pekerjaan pastoral
dilaksanakan. Ada keuskupan-kcuskupan atau paroki-paroki yang lebih cocok
menerapkan pendekatan sektorial. Begitu pula ada yang lebih cocok dengan
penerapan pendekatan multi sektoral yang tidak berkoordinasi. Ada pula yang sudah
menerapkan pendekatan pastoral yang komprehensif. Dalam penerapan
pendekatan-pendekatan itu perlulah ditentukan dulu sampai mana kenyataan yang
dihayati oleh umat yang terlibat di dalam pekerjaan pastoral. Juga perlu dipelajari
terlebih dahulu apa dimensi-dimensi yang memainkan peranan dalam bidang
pastoral di daerah kerja pastoral. Sebab jelas sekali bahwa bidang pastoral ini
merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang lebih luas. Maksud dan tujuan dari
pekerjaan pastoral adalah untuk menciptakan lingkungan hidup dalam mana
manusia dapat menyelesaikan perjalanannya ke Tuhan. Usaha dari pekerjaan
pastoral bertujuan agar susunan kehidupan di dunia diatur begitu rupa, sehingga
setepat mungkin untuk manusia dalam menunaikan tugasnya sebagai putra Allah
yang menuju ke perkembangan kemanusiaannya seturut kehendak Allah. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pekerjaan pastoral meliputi dimensi-
dimensi yang berikut:
Dimensi yang pertama, yang perlu mendapat perhatian di dalam pendekatan yang
komprehensif adalah dimensi hidup religius. Istilahreligius sangat mungkin
berhubungan dengan kata Latin re-liga-re, yang berarti mengikat. Sehingga religio
berarti ikatan. Memang dalam hidup religius ini manusia mengikat dirinya dengan
Tuhan. Dengan kata lain, dalam hidup rcligius manusia mencrima ikatannya dengan
Tuhan. Ikatan itu tidak dirasakannya sebagai sesuatu yang mengurangi
kebahagiaannya, melainkan justru dialaminya sebagai sumber kebahagiaan. Dalam
hidup religius, manusia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Penyerahan tersebut
dirasakannya sebagai syarat mutlak untuk mencapai kebahagaan sejati, juga dalam
hidup di dunia ini. Pekerjaan pastoral pertama-tama bertujuan untuk pembinaan
hidup religius kaum beriman. Hidup religius berarti hidup keagamaan, atau hidup
keimanan. Umat dibina di dalam dca-doa harian; dalam membaca Kitab Suci dan
merenungkannya; dalam ibadat sabda dan Perayaan Sakramen-sakramen,
khususnya Perayaan Ekaristi; dalam pembentukan diri dan dalam pembentukan
komunita. Pekerjaan pastoral merupakan pekerjaan untuk meningkatkan hidup
keimanan keimanannya umat dibina di dalam perjalanannya menuju ke Tuhan.
Jelaslah bahwa di dalam pekerjaan pastoral bidang atau dimensi berikutnya adalah
dimensi sosio-religius. Pekerjaan pastoral adalah pekerjaan sosio-religius, pekerjaan
di dalam bidang sosial keagamaan; pekerjaan sosial yang didasarkan atas
keimanan. Dimensi sosic-religius ini dinyatakan dalam ibadat dan dalam hidup
religius. Lebih lanjut, pencerminan dari hidup religius itu diwujudkan di dalam
katekese. Sedangkan hidup beribadat perlu diperkembangkan lebih lanjut di dalam
ekumene dalam mana tercapai kehidupan damai dan kerjasama antar agama.
Scdangkan dimersi sosio rcligius itu lebih lanjut juga tergantung dari lingkungan
sosio-psikologis. Dengan lingkungan sosio-psikologis disini dimaksudkan lingkungan
keluarga (hubungan suami-istri, hubungan orang tua-anak dan hubungan antar anak
dalam keluarga); lingkungan perkumpulan; lingkungan pergaulan dengan teman;
suasana masyarakat yang mempunyai pengaruh psikologis yang begitu kuat
terhadap individu maupun kelompok umat. Dalam dimensi sosio-psikologis ini,
mentalitas-mentalitas dan sikap-sikap terhadap kehidupan dan pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Maka diperlukan penyesuaian yang
tepat di antara mentalitas dan sikap-sikap manusia yang hidup dan bekerja di dalam
proses perkembangan itu. Sebagai contoh, kurang adanya disiplin kerja, tidak
adanya kesadaran nengenai perlunya perhatian dan ketaatan kepada waktu,
berbagai-bagai ketakhayulan, kepercayaan-kepercayaan, dan pandangan irasional,
kurang lincahnya dalam penyesuaian akan cita-citanya (fanatisme) dan sikap apatis
terhadap perubahan-perubahan sosial dan mencoba pembaharuan-pembaharuan
secara tidak tepat, amat mempengaruhi pendidikan.
1) Hidup religius.
Masalah: Kekurangan hidup berdoa secara pribadi dan keltergantungan umat pada
rumus-rumus doa. : Kristus mengajar kita berdoa. : Membimbing umat ke
kedewasaan rohani dan penghayatan Kitab Suci secara pribadi. Tema Latihan arah
renungan dan
2) Ascese.
Masalah
: Kebutuhan dan kehausan akan hidup rohani yang mendalam dalam diri manusia
modern dewasa ini di Indonesia, khususnya kaum muda.
Latihan
3) Liturgi.
Masalah
: Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana ikut sertanya umat secara aktif dalam
ibadat.
: Ibadat
Tema
Latihan
4) Panggilan.
Masalah
: Jabatan di Gereja.
Tema
Latihan
5) Pengrasulan.
: Masalah yang kita hadapi ialah tidak ikut sertanya umat secara aktif dalam tugas
kerasulan.
dan lain-lain.
6) Katekese.
Masalah
7) Ekumenisme-Ekumene.
Masalah
Latihan
8) Pedagogi kepribadian.
Masalah Tema
Latihan
9) Keluarga dan perkawinan.
Masalah
Tema
Latihan
: Ekspresi bebas dan autentik dalam masa dewasa ini. Penghayatan realitas modern
dengan dijiwai warta gembira.
: Kebenaran.
: Umat dibina dalam dunia publikasi dan dalam mempergunakan media komunikasi
dalam hidup.
Masalah
Tema
Latihan
Krisis akhlak.
Masalah
: Kebudayaan/pendidikan/pengajaran.
Tema
Latihan
Latihan
Masalah
: Jabatan.
Tema
Latihan
Masalah
industrial.
: Pekerjaan.
: Bimbingan Penyesuaian hidup dalam lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang
modern.
: Kesejahteraan umat.
Masalah
Tema
Latihan
Sebagaimana telah diuraikan di atas, latihan pastoral tidak diberikan secara kuliah.
Latihan-latihan pastoral harus berupa latihan-latihan praktis fase demi fase. Umat
harus dilatih untuk mengenal dan melaksanakan langkah-langkah dalam
pelaksanaan proyek pastoral. Jumlah fase-fase atau langkah-langkah itu ada
sepuluh. Tiap-tiap fase atau langkah dapat dipandang sebagai suatu tahapan latihan
tersendiri, walaupun seringkali dalam praktek beberapa fase ini akan berhubungan.
Sepuluh langkah latihan proyek pastoral itu adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Motivasi.
Titik berat dari latihan langkah-langkah tersebut di atas terletak pada penerapannya
dalam praktek oleh para pekerja pastoral di paroki-paroki. Juga terletak pada tugas
pembimbing pastoral, yang bertugas membimbing segenap proses itu langkah demi
langkah. Dari taraf umat dasar sampai ke tingkat pimpinan tentu terdapat tingkat-
tingkat dan hierarki yang makin tinggi yang masing-masing mempunyai tugas-tugas
dan peranan-peranan khas dalam mendukung, mengarahkan, mengawasi, meneliti
dan menilai proses pekerjaan pastoral itu. Tentang segenap aktivitas-aktivitas
pengembangan itu atas masing-masing taraf dan dalam masing-masing langkah
diberikan suatu gambaran skematis dalam skema kedua yang dimuat di bawah ini
yang berjudul: "Cross Section".
Langkah Langkah 2.
Communiçatin
Assestment Penentuan for training developmen Feasibilityt trends Trainingtraining
objectives
SKEMA II (SAMBUNGAN)
(1) yang telah diadakan dan yang langsung diikuti dengan analisa situasi
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang nyata (2). Berdasarkan analisa
tersebut, maka diperoleh sebuah gambaran situasi dengan kcbutuhan kebutuhan
dan masalah-masalah yang terpenting dalam kehidupan komunita (3). Lebih lanjut
diperlukan sebuah pastoral feasibility study yang sederhana (4) mengenai apa yang
mungkin dikerjakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan komunita dan
memecahkan masalahnya guna mempercleh tentang apa yang mungkin dikerjakan
dengan sukses. Suatu Setelah gambaran itu diperoleh, dapatlah dibuat sebuah
program yang cukup realistis (5) dan dalam rangka program ini disusun suatu acara
latihan untuk usaha yang akan dijalankan. Latihan-latihan ini perlu didukung dengan
role playing dan audio-visual aids (6). Dalam acara latihan itu hendaknya sekaligus
sudah dimasukkan rencana evaluasi pastoral. Selanjutnya dapat diadakan sebuah
usaha teladan(7) (demonstrasi) dalam praklek. Dalam usaha leladan ini dianjurkan
adanya kelompok-kelompok kerja pastoral yang akan meluas secara getok tular.
Aktivitas panitia-panitia atau delegates delegatus atau komisi-komisi keuskupan
dalam Skema III ini digambarkan dengan garis-garis titik-titik.(8) Pertama-tama
diharapkan terjadinya suatu koordinasi baik antara panitia-panitia atau delegatus-
delegatus atau komisi-komisi (9) yang akan menghasilkan team-team perencanaan
motivasi dan menentukan kebijaksanaan. Selanjutnya diharapkan agar supaya
dewan pastoral akan menyediakan pada satu pihak latihan-latihan (10) bagi para
pekerja pengembangan paroki, agar mereka mampu membentuk kelompok-
kelompok pelaksana (11) yang cakap, dan kepada kelompok-kelompok pelaksana
tersebut diberikan fasilitas dan bahar yang perlu (12) untuk dapat menyukseskan
pekerjaan mereka, agar pada gilirannya sukses-sukses yang dicapai ini akan meluas
secara getok tular pula. Pada lain pihak diharapkan agar dewan pastoral akan
mengevaluasi hasil-hasil yang dilaporkan dari praktek (14), dan menggunakannya
sebagai bahan untuk menyusun (menyempumakan) usaha-usaha pastoral (15) lebih
lanjut. Akhirnya Skema III ini melukiskan pula kegiatan team pastoral. Paroki
digerakkan dengan adanya motivasi (16) dari team pastoral. Dalam memotivasi
paroki ini team pastoral tidak boleh mengabaikan peran organisasi-organisasi
kerasulan yang terdapat di dalamnya (17). Organisasi-organisasi kerasulan ini
sangat diperlukan dalam pembentukan kelompok-kelompok inti pengrasulan (18).
Mereka inilah yang kemudian akan diberikan latihan dasar dan tata kerja (olch
pembimbing). Kelompok inti ini mengirimkan pekerja-pekerja pengembangan ke
tempat-tempat latihan yang ada di dalam wilayah Gereja (10) di mana mereka
diberikan latihan untuk dapat menjadi kelompok pelaksana (11) yang lebih efektif.
Team pastoral mengadakan inventarisasi, dan mengaktifkan partisipasi umat pada
perencanaan usaha pastoral (19) yang dapat dipercayakan pelaksanaannya kepada
para pelaksana. Kelompok pelaksana (11) itu melaksanakan pekerjaan mereka
dengan fasilitas-fasilitas dan bantuan dari dewan pastoral (12), sampai pada suatu
sukses yang semakin meluas (13); dengan selalu mendapat dukungan dari team
pastoral berupa integrasi dan stabilisasi (20) dalam kehidupan. Dengan melaporkan
hasil evaluasi usahanya ke atas (21), maka selesailah siklus dari proses
pengemhangan pastoral, seperti dikiaskan dalam Skema III itu.
Marilah sekarang kita lebih maju selangkah lagi, dengan belajar mengenai dimensi-
dimensi dalam pekerjaan pastoral. Dimensi berarti: aspek, galra, perspeklif, segi,
sudut pandang. Pekerjaan pasloral melipuli berbagai aspek atau segi. Aspek-aspek
atau segi-segi yang memainkan peranan penting dalam perkembangan pastoral
harus mendapat perhatian di dalam usaha pastoral. Sebab jika ada segi atau aspek
penting di dalam pekerjaan pastoral terlupakan, maka seluruh proses perkembangan
pastoral akan terhambat. Dari Kegiatan Belajar 1, Anda sudah belajar tiga macam
pendekatan di dalam pekerjaan pastoral. Penggunaan setiap pendekatan
tergantunglah dari situasi dan kondisi setempat di mana pekerjaan pastoral
dilaksanakan. Ada keuskupan-kcuskupan atau paroki-paroki yang lebih cocok
menerapkan pendekatan sektorial. Begitu pula ada yang lebih cocok dengan
penerapan pendekatan multi sektoral yang tidak berkoordinasi. Ada pula yang sudah
menerapkan pendekatan pastoral yang komprehensif. Dalam penerapan
pendekatan-pendekatan itu perlulah ditentukan dulu sampai mana kenyataan yang
dihayati oleh umat yang terlibat di dalam pekerjaan pastoral. Juga perlu dipelajari
terlebih dahulu apa dimensi-dimensi yang memainkan peranan dalam bidang
pastoral di daerah kerja pastoral. Sebab jelas sekali bahwa bidang pastoral ini
merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang lebih luas. Maksud dan tujuan dari
pekerjaan pastoral adalah untuk menciptakan lingkungan hidup dalam mana
manusia dapat menyelesaikan perjalanannya ke Tuhan. Usaha dari pekerjaan
pastoral bertujuan agar susunan kehidupan di dunia diatur begitu rupa, sehingga
setepat mungkin untuk manusia dalam menunaikan tugasnya sebagai putra Allah
yang menuju ke perkembangan kemanusiaannya seturut kehendak Allah. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pekerjaan pastoral meliputi dimensi-
dimensi yang berikut:
Jelaslah bahwa di dalam pekerjaan pastoral bidang atau dimensi berikutnya adalah
dimensi sosio-religius. Pekerjaan pastoral adalah pekerjaan sosio-religius, pekerjaan
di dalam bidang sosial keagamaan; pekerjaan sosial yang didasarkan atas
keimanan. Dimensi sosic-religius ini dinyatakan dalam ibadat dan dalam hidup
religius. Lebih lanjut, pencerminan dari hidup religius itu diwujudkan di dalam
katekese. Sedangkan hidup beribadat perlu diperkembangkan lebih lanjut di dalam
ekumene dalam mana tercapai kehidupan damai dan kerjasama antar agama.
Scdangkan dimersi sosio rcligius itu lebih lanjut juga tergantung dari lingkungan
sosio-psikologis. Dengan lingkungan sosio-psikologis disini dimaksudkan lingkungan
keluarga (hubungan suami-istri, hubungan orang tua-anak dan hubungan antar anak
dalam keluarga); lingkungan perkumpulan; lingkungan pergaulan dengan teman;
suasana masyarakat yang mempunyai pengaruh psikologis yang begitu kuat
terhadap individu maupun kelompok umat. Dalam dimensi sosio-psikologis ini,
mentalitas-mentalitas dan sikap-sikap terhadap kehidupan dan pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Maka diperlukan penyesuaian yang
tepat di antara mentalitas dan sikap-sikap manusia yang hidup dan bekerja di dalam
proses perkembangan itu. Sebagai contoh, kurang adanya disiplin kerja, tidak
adanya kesadaran nengenai perlunya perhatian dan ketaatan kepada waktu,
berbagai-bagai ketakhayulan, kepercayaan-kepercayaan, dan pandangan irasional,
kurang lincahnya dalam penyesuaian akan cita-citanya (fanatisme) dan sikap apatis
terhadap perubahan-perubahan sosial dan mencoba pembaharuan-pembaharuan
secara tidak tepat, amat mempengaruhi pendidikan.
Wilayah Produktivitas
1) Hidup religius.
Masalah: Kekurangan hidup berdoa secara pribadi dan keltergantungan umat pada
rumus-rumus doa. : Kristus mengajar kita berdoa. : Membimbing umat ke
kedewasaan rohani dan penghayatan Kitab Suci secara pribadi. Tema Latihan arah
renungan dan
2) Ascese.
Masalah
: Kebutuhan dan kehausan akan hidup rohani yang mendalam dalam diri manusia
modern dewasa ini di Indonesia, khususnya kaum muda.
Tema
Latihan
3) Liturgi.
Masalah
: Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana ikut sertanya umat secara aktif dalam
ibadat.
: Ibadat
Tema
Latihan
4) Panggilan.
Masalah
: Jabatan di Gereja.
Tema
Latihan
5) Pengrasulan.
: Masalah yang kita hadapi ialah tidak ikut sertanya umat secara aktif dalam tugas
kerasulan.
Latihan
dan lain-lain.
6) Katekese.
Masalah
7) Ekumenisme-Ekumene.
Masalah
Latihan
8) Pedagogi kepribadian.
: Hubungan antar hidup moral dan pembentukan pribadi.
Masalah Tema
Latihan
Masalah
Tema
Latihan
: Ekspresi bebas dan autentik dalam masa dewasa ini. Penghayatan realitas modern
dengan dijiwai warta gembira.
: Kebenaran.
: Umat dibina dalam dunia publikasi dan dalam mempergunakan media komunikasi
dalam hidup.
Masalah
Tema
Latihan
Krisis akhlak.
Masalah
: Kebudayaan/pendidikan/pengajaran.
Tema
Latihan
Latihan
Masalah
: Jabatan.
Tema
Latihan
Masalah
industrial.
: Pekerjaan.
: Bimbingan Penyesuaian hidup dalam lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang
modern.
: Kesejahteraan umat.
Masalah
Tema
Latihan
Sebagaimana telah diuraikan di atas, latihan pastoral tidak diberikan secara kuliah.
Latihan-latihan pastoral harus berupa latihan-latihan praktis fase demi fase. Umat
harus dilatih untuk mengenal dan melaksanakan langkah-langkah dalam
pelaksanaan proyek pastoral. Jumlah fase-fase atau langkah-langkah itu ada
sepuluh. Tiap-tiap fase atau langkah dapat dipandang sebagai suatu tahapan latihan
tersendiri, walaupun seringkali dalam praktek beberapa fase ini akan berhubungan.
Sepuluh langkah latihan proyek pastoral itu adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Motivasi.
Titik berat dari latihan langkah-langkah tersebut di atas terletak pada penerapannya
dalam praktek oleh para pekerja pastoral di paroki-paroki. Juga terletak pada tugas
pembimbing pastoral, yang bertugas membimbing segenap proses itu langkah demi
langkah. Dari taraf umat dasar sampai ke tingkat pimpinan tentu terdapat tingkat-
tingkat dan hierarki yang makin tinggi yang masing-masing mempunyai tugas-tugas
dan peranan-peranan khas dalam mendukung, mengarahkan, mengawasi, meneliti
dan menilai proses pekerjaan pastoral itu. Tentang segenap aktivitas-aktivitas
pengembangan itu atas masing-masing taraf dan dalam masing-masing langkah
diberikan suatu gambaran skematis dalam skema kedua yang dimuat di bawah ini
yang berjudul: "Cross Section".
Langkah Langkah 2.
Communiçatin
SKEMA II (SAMBUNGAN)
(1) yang telah diadakan dan yang langsung diikuti dengan analisa situasi
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang nyata (2). Berdasarkan analisa
tersebut, maka diperoleh sebuah gambaran situasi dengan kcbutuhan kebutuhan
dan masalah-masalah yang terpenting dalam kehidupan komunita (3). Lebih lanjut
diperlukan sebuah pastoral feasibility study yang sederhana (4) mengenai apa yang
mungkin dikerjakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan komunita dan
memecahkan masalahnya guna mempercleh tentang apa yang mungkin dikerjakan
dengan sukses. Suatu Setelah gambaran itu diperoleh, dapatlah dibuat sebuah
program yang cukup realistis (5) dan dalam rangka program ini disusun suatu acara
latihan untuk usaha yang akan dijalankan. Latihan-latihan ini perlu didukung dengan
role playing dan audio-visual aids (6). Dalam acara latihan itu hendaknya sekaligus
sudah dimasukkan rencana evaluasi pastoral. Selanjutnya dapat diadakan sebuah
usaha teladan(7) (demonstrasi) dalam praklek. Dalam usaha leladan ini dianjurkan
adanya kelompok-kelompok kerja pastoral yang akan meluas secara getok tular.
Aktivitas panitia-panitia atau delegates delegatus atau komisi-komisi keuskupan
dalam Skema III ini digambarkan dengan garis-garis titik-titik.(8) Pertama-tama
diharapkan terjadinya suatu koordinasi baik antara panitia-panitia atau delegatus-
delegatus atau komisi-komisi (9) yang akan menghasilkan team-team perencanaan
motivasi dan menentukan kebijaksanaan. Selanjutnya diharapkan agar supaya
dewan pastoral akan menyediakan pada satu pihak latihan-latihan (10) bagi para
pekerja pengembangan paroki, agar mereka mampu membentuk kelompok-
kelompok pelaksana (11) yang cakap, dan kepada kelompok-kelompok pelaksana
tersebut diberikan fasilitas dan bahar yang perlu (12) untuk dapat menyukseskan
pekerjaan mereka, agar pada gilirannya sukses-sukses yang dicapai ini akan meluas
secara getok tular pula. Pada lain pihak diharapkan agar dewan pastoral akan
mengevaluasi hasil-hasil yang dilaporkan dari praktek (14), dan menggunakannya
sebagai bahan untuk menyusun (menyempumakan) usaha-usaha pastoral (15) lebih
lanjut. Akhirnya Skema III ini melukiskan pula kegiatan team pastoral. Paroki
digerakkan dengan adanya motivasi (16) dari team pastoral. Dalam memotivasi
paroki ini team pastoral tidak boleh mengabaikan peran organisasi-organisasi
kerasulan yang terdapat di dalamnya (17). Organisasi-organisasi kerasulan ini
sangat diperlukan dalam pembentukan kelompok-kelompok inti pengrasulan (18).
Mereka inilah yang kemudian akan diberikan latihan dasar dan tata kerja (olch
pembimbing). Kelompok inti ini mengirimkan pekerja-pekerja pengembangan ke
tempat-tempat latihan yang ada di dalam wilayah Gereja (10) di mana mereka
diberikan latihan untuk dapat menjadi kelompok pelaksana (11) yang lebih efektif.
Team pastoral mengadakan inventarisasi, dan mengaktifkan partisipasi umat pada
perencanaan usaha pastoral (19) yang dapat dipercayakan pelaksanaannya kepada
para pelaksana. Kelompok pelaksana (11) itu melaksanakan pekerjaan mereka
dengan fasilitas-fasilitas dan bantuan dari dewan pastoral (12), sampai pada suatu
sukses yang semakin meluas (13); dengan selalu mendapat dukungan dari team
pastoral berupa integrasi dan stabilisasi (20) dalam kehidupan. Dengan melaporkan
hasil evaluasi usahanya ke atas (21), maka selesailah siklus dari proses
pengemhangan pastoral, seperti dikiaskan dalam Skema III itu.
Marilah sekarang kita lebih maju selangkah lagi, dengan belajar mengenai dimensi-
dimensi dalam pekerjaan pastoral. Dimensi berarti: aspek, galra, perspeklif, segi,
sudut pandang. Pekerjaan pasloral melipuli berbagai aspek atau segi. Aspek-aspek
atau segi-segi yang memainkan peranan penting dalam perkembangan pastoral
harus mendapat perhatian di dalam usaha pastoral. Sebab jika ada segi atau aspek
penting di dalam pekerjaan pastoral terlupakan, maka seluruh proses perkembangan
pastoral akan terhambat. Dari Kegiatan Belajar 1, Anda sudah belajar tiga macam
pendekatan di dalam pekerjaan pastoral. Penggunaan setiap pendekatan
tergantunglah dari situasi dan kondisi setempat di mana pekerjaan pastoral
dilaksanakan. Ada keuskupan-kcuskupan atau paroki-paroki yang lebih cocok
menerapkan pendekatan sektorial. Begitu pula ada yang lebih cocok dengan
penerapan pendekatan multi sektoral yang tidak berkoordinasi. Ada pula yang sudah
menerapkan pendekatan pastoral yang komprehensif. Dalam penerapan
pendekatan-pendekatan itu perlulah ditentukan dulu sampai mana kenyataan yang
dihayati oleh umat yang terlibat di dalam pekerjaan pastoral. Juga perlu dipelajari
terlebih dahulu apa dimensi-dimensi yang memainkan peranan dalam bidang
pastoral di daerah kerja pastoral. Sebab jelas sekali bahwa bidang pastoral ini
merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang lebih luas. Maksud dan tujuan dari
pekerjaan pastoral adalah untuk menciptakan lingkungan hidup dalam mana
manusia dapat menyelesaikan perjalanannya ke Tuhan. Usaha dari pekerjaan
pastoral bertujuan agar susunan kehidupan di dunia diatur begitu rupa, sehingga
setepat mungkin untuk manusia dalam menunaikan tugasnya sebagai putra Allah
yang menuju ke perkembangan kemanusiaannya seturut kehendak Allah. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pekerjaan pastoral meliputi dimensi-
dimensi yang berikut:
Dimensi yang pertama, yang perlu mendapat perhatian di dalam pendekatan yang
komprehensif adalah dimensi hidup religius. Istilahreligius sangat mungkin
berhubungan dengan kata Latin re-liga-re, yang berarti mengikat. Sehingga religio
berarti ikatan. Memang dalam hidup religius ini manusia mengikat dirinya dengan
Tuhan. Dengan kata lain, dalam hidup rcligius manusia mencrima ikatannya dengan
Tuhan. Ikatan itu tidak dirasakannya sebagai sesuatu yang mengurangi
kebahagiaannya, melainkan justru dialaminya sebagai sumber kebahagiaan. Dalam
hidup religius, manusia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Penyerahan tersebut
dirasakannya sebagai syarat mutlak untuk mencapai kebahagaan sejati, juga dalam
hidup di dunia ini. Pekerjaan pastoral pertama-tama bertujuan untuk pembinaan
hidup religius kaum beriman. Hidup religius berarti hidup keagamaan, atau hidup
keimanan. Umat dibina di dalam dca-doa harian; dalam membaca Kitab Suci dan
merenungkannya; dalam ibadat sabda dan Perayaan Sakramen-sakramen,
khususnya Perayaan Ekaristi; dalam pembentukan diri dan dalam pembentukan
komunita. Pekerjaan pastoral merupakan pekerjaan untuk meningkatkan hidup
keimanan keimanannya umat dibina di dalam perjalanannya menuju ke Tuhan.
Jelaslah bahwa di dalam pekerjaan pastoral bidang atau dimensi berikutnya adalah
dimensi sosio-religius. Pekerjaan pastoral adalah pekerjaan sosio-religius, pekerjaan
di dalam bidang sosial keagamaan; pekerjaan sosial yang didasarkan atas
keimanan. Dimensi sosic-religius ini dinyatakan dalam ibadat dan dalam hidup
religius. Lebih lanjut, pencerminan dari hidup religius itu diwujudkan di dalam
katekese. Sedangkan hidup beribadat perlu diperkembangkan lebih lanjut di dalam
ekumene dalam mana tercapai kehidupan damai dan kerjasama antar agama.
Scdangkan dimersi sosio rcligius itu lebih lanjut juga tergantung dari lingkungan
sosio-psikologis. Dengan lingkungan sosio-psikologis disini dimaksudkan lingkungan
keluarga (hubungan suami-istri, hubungan orang tua-anak dan hubungan antar anak
dalam keluarga); lingkungan perkumpulan; lingkungan pergaulan dengan teman;
suasana masyarakat yang mempunyai pengaruh psikologis yang begitu kuat
terhadap individu maupun kelompok umat. Dalam dimensi sosio-psikologis ini,
mentalitas-mentalitas dan sikap-sikap terhadap kehidupan dan pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Maka diperlukan penyesuaian yang
tepat di antara mentalitas dan sikap-sikap manusia yang hidup dan bekerja di dalam
proses perkembangan itu. Sebagai contoh, kurang adanya disiplin kerja, tidak
adanya kesadaran nengenai perlunya perhatian dan ketaatan kepada waktu,
berbagai-bagai ketakhayulan, kepercayaan-kepercayaan, dan pandangan irasional,
kurang lincahnya dalam penyesuaian akan cita-citanya (fanatisme) dan sikap apatis
terhadap perubahan-perubahan sosial dan mencoba pembaharuan-pembaharuan
secara tidak tepat, amat mempengaruhi pendidikan.
Wilayah Produktivitas
1) Hidup religius.
Masalah: Kekurangan hidup berdoa secara pribadi dan keltergantungan umat pada
rumus-rumus doa. : Kristus mengajar kita berdoa. : Membimbing umat ke
kedewasaan rohani dan penghayatan Kitab Suci secara pribadi. Tema Latihan arah
renungan dan
2) Ascese.
Masalah
: Kebutuhan dan kehausan akan hidup rohani yang mendalam dalam diri manusia
modern dewasa ini di Indonesia, khususnya kaum muda.
Tema
Latihan
3) Liturgi.
Masalah
: Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana ikut sertanya umat secara aktif dalam
ibadat.
: Ibadat
Tema
Latihan
4) Panggilan.
Masalah
: Jabatan di Gereja.
Tema
Latihan
5) Pengrasulan.
: Masalah yang kita hadapi ialah tidak ikut sertanya umat secara aktif dalam tugas
kerasulan.
Latihan
dan lain-lain.
6) Katekese.
Masalah
7) Ekumenisme-Ekumene.
Masalah
Latihan
Masalah Tema
Latihan
Masalah
Tema
Latihan
: Ekspresi bebas dan autentik dalam masa dewasa ini. Penghayatan realitas modern
dengan dijiwai warta gembira.
: Kebenaran.
: Umat dibina dalam dunia publikasi dan dalam mempergunakan media komunikasi
dalam hidup.
Masalah
Tema
Latihan
Krisis akhlak.
Masalah
: Kebudayaan/pendidikan/pengajaran.
Tema
Latihan
Latihan
Masalah
: Jabatan.
Latihan
Masalah
industrial.
: Pekerjaan.
: Bimbingan Penyesuaian hidup dalam lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang
modern.
: Kesejahteraan umat.
Masalah
Tema
Latihan
Sebagaimana telah diuraikan di atas, latihan pastoral tidak diberikan secara kuliah.
Latihan-latihan pastoral harus berupa latihan-latihan praktis fase demi fase. Umat
harus dilatih untuk mengenal dan melaksanakan langkah-langkah dalam
pelaksanaan proyek pastoral. Jumlah fase-fase atau langkah-langkah itu ada
sepuluh. Tiap-tiap fase atau langkah dapat dipandang sebagai suatu tahapan latihan
tersendiri, walaupun seringkali dalam praktek beberapa fase ini akan berhubungan.
Sepuluh langkah latihan proyek pastoral itu adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Motivasi.
Titik berat dari latihan langkah-langkah tersebut di atas terletak pada penerapannya
dalam praktek oleh para pekerja pastoral di paroki-paroki. Juga terletak pada tugas
pembimbing pastoral, yang bertugas membimbing segenap proses itu langkah demi
langkah. Dari taraf umat dasar sampai ke tingkat pimpinan tentu terdapat tingkat-
tingkat dan hierarki yang makin tinggi yang masing-masing mempunyai tugas-tugas
dan peranan-peranan khas dalam mendukung, mengarahkan, mengawasi, meneliti
dan menilai proses pekerjaan pastoral itu. Tentang segenap aktivitas-aktivitas
pengembangan itu atas masing-masing taraf dan dalam masing-masing langkah
diberikan suatu gambaran skematis dalam skema kedua yang dimuat di bawah ini
yang berjudul: "Cross Section".
Langkah Langkah 2.
Langkah Langkah Langkah 5 1 4 Motivasi Penggambar Feasibility-an situasi
Penyusun-an program Analisa situasi study Pelaporan K.W.I yang K.W.I. Surat
Edaran Rapat K.W.I.Program Nasional komprehen-sif Development Support
Communica- Pengolahan Survei Kasus dan Nasional Nasicnal Feasibility Study
Penyesuai-an dengan Perencana-
Communiçatin
SKEMA II (SAMBUNGAN)