Anda di halaman 1dari 50

РОКОК ВАНASAN 4

PENDEKATAN-PENDEKATAN

DAN DIMENSI-DIMENSI DALAM PEKERJAAN PASTORAL

PENDAHULUAN

Kini Anda maju satu langkah lagi. Dari Pokok Bahasanatau Materi Pokok 1 Anda
sudah memperoleh pengertian mengenai pastoral dan perbedaan antara pastoral
sebelum dan sesudah Konsili Vatikan II. Sedangkan dari Pokok Bahasan 2 Anda
sudah belajar mengenai arti dan tujuan dari pekerjaan pastoral, baik sebagai
kibernetik maupun poimenik. Dari Pokok Bahasan 3 Anda belajar sikap-sikap dasar
untuk pekerjaan pastoral dewasa ini. Kini, Anda akan belajar mengenai pendekatan
pendckatan dan dimensi-dimensi dalam pekerjaan pastoral.

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai seperti tersebut di atas,

maka materi yang akan disajikan terdiri dari pokok-pokok dan sub pokok-

sub pokok sebagai berikut:

4.1. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PEKERJAAN PASTORAL

4.1.1. Pendekatan sektoral

4.1.2. Pendekatan multi sektoral yang tak berkoordinasi.

4.1.3. Pendekatan komprehensif.

4.2. DIMENSI-DIMENSI DALAM PEKERJAAN PASTORAL

4.2.1. Dimensi hidup religius

4.2.2. Dimensi sosio-religius.


4.1. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PEKERJAAN PASTORAL

Adapun yang dimaksud dengan pendekatan dalam pekerjaan pastoral ialah jalan
yang dilalui untuk menuju ke perkembangan pastoral. Pendekatan pastoral
merupakan pintu masuk menuju ke perkembangan pastoral. Kata lainnya adalah
approach (Inggr); ancangan; penghampiran. Dalam pekerjaan pastoral terdapat
berbagai-bagai variasi pendekatan:

a. Pendekatan sektorial.

b. Pendekatan multisektorial yang tak berkoordinasi.

c. Pendekatan komprehensif dan integral.

4.1.1. PENDEKATAN SEKTORIAL DI DALAM PEKERJAAN PASTORAL

Dengan pendekatan sektorial di dalam pekerjaan pastoral dimaksudkan


pengembangan yang ditujukan pada satu sektor yang dipandang terpenting,
misalnya pada sektor kateksese saja, atau liturgi saja, atau ekumene saja, dan
seterusnya. Sektorial atau sektoral berarti: bagian; bidang; divisi; unit. Jika suatu
paroki berpendapat bahwa bidang atau sektor liturgi dianggap hidang yang paling
penting, maka pekerjaan pastoral di paroki tersebut dipusatkan untuk menggarap
liturgi terlebih dahulu. Tidak ada bidang lain yang diberi perhatian utama sampai
penggarapan bidang liturgi dianggap tuntas atau selesai sepenuhnya. Jika bidang
liturgi dianggap selesai, maka barulah dimulai pemusatan perhatian pada bidang
lainnya, misalnya katekese. Jika suatu paroki menganggap bahwa katekese adalah
bidang yang penting dan harus digarap dahulu, maka katekeselah yang dijadikan
garapan yang pertama. Baru sesudah selesai penggarapan sektor atau bidang
katekese itu, maka dimulailah bidang atau sektor lainnya yang dianggap paling
penting. Atau, jika suatu paroki atau keuskupan menganggap bahwa sektor
ckumene adalah yang terpenting, maka sektor tersebutlah vang diberikan prioritas
penoannya Sesudah sektor menganggap bahwa sektor ckumene adalah yang
terpenting, maka sektor tersebutlah yang diberikan prioritas penggarapannya.
Sesudah sektor ekumene dipandang mencapai tujuannya, barulah memilih sektor
lain yang dianggap paling penting. Hal ini tidak berarti bahwa sektor-sektor lain tidak
diperhatikan sama sekali, atau berhenti sama sekali. Sektor-sektor lain tetap
dikerjakan, namun tidak mendapat perhatian utama sebagaimana sektor yang
sedang mendapat titik perhatian dalam pastoral. Contoh yang paling jelas adalah
bulan Kitab Suci Nasional. Gereja Katolik Indonesia pada bulan

September memberi titik berat perhatian pada pendalaman Kitab Suci, Studi Kitab
Suci, Kelompok Kitab Suci, dan lain-lain kegiatan yang bertujuan pengenalan dan
pendalaman Kitab Suci bagiumat Katolik. Tidak berarti bahwa selama bulan
September tidak ada kegiatan lain kecuali pendalaman Kitab Suci! Kegiatan lain
tetap dijalankan sebagaimana biasa, namun tidak mendapat titik berat seperti
pendalaman Kitab Suci yang sedang dijadikan tema garapan selama bulan
September itu. Pendekatan sektoral dalam pekerjaan pastoral selalu dimulai dengan
pertanyaan yang menyangkut sektor apa yang perlu dikembangkan terlebih dahulu
untuk mencapai tujuan pastoral. Perencanaan pastoral mengikuti suatu hirarki.
Hirarki pertama menunjukkan tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan pastoral,
hirarki kedua menunjukkan sektor-sektor mana yang terpilih, hirarki ketiga
menunjukkan daerah-daerah terpilih, dan hirarki keempat menunjukkan kebijakan
siasat dan langkah-langkah pastoral apa yang perlu diambil untuk mengerjakan
sektor-sektor pastoral yang dipilih itu.

4.1.2. PENDEKATAN MULTI SEKTORAL YANG TIDAK BERKOORDINASI

Pendekatan multisektorial yang tidak berkoordinasi berarti pengembangan pastoral


ditujukan pada berbagai sektor setempat, misalnya katekese, pendidikan, liturgi,
keluarga tetapi dengan tanpa atau kurang adanya koordinasi di antara sektor-sektor
tersebut. Multi, berarti banyak, ganda, kompleks, majemuk; sedangkan sektor berarti
bagian; bidang; divisi; unit. Dalam pendekatan multisektoral yang tidak berkoordinasi
ini pekerjaan pastoral ditujukan kepada banyak unit, namun masing-masing unit
dikerjakan lepas dari unit yang lain, tidak dicari kemungkinan kerjasama dan
koordinasi di antara unit-unit yang dikerjakan itu. Misalnya: di suatu paroki
dikembangkan unit katekese. Bersama dengan itu juga ditangani unit liturgi. Begitu
pula unit keluarga, unit pendidikan, unit ckumene, dan lain-lain juga dikembangkan
secara bersamaan, namun tidak ada koordinasi di antara unit-unit yang
dikembangkan itu.

4.1.3. PENDEKATAN KOMPREHENSIF


Istilah komprehensif berasal dari bahasa Latin "comprehends' yang berarti
menambatkan satu sama lain; menghubungkan (menjadi satu); menyambung;
menyatukan. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah komprehensif juga disebut
dengan besar, global, lengkap, menyeluruh. Ada yang mengatakannya dengan
istilah inklusif; ekstensif. Dengan pendekatan komprehensif dimaksudkan suatu
pendekatan yang ditujukan kepada perkembangan dalam keseluruhannya, dalam
mana sedapat mungkin semua faktor yang memainkan peranan dipelajari dan
mendapat perhatian, khususnya dalam antar hubungannya satu sama lain dan
dalam dimensinya yang tepat. Pendekatan pastoral seoptimal mungkin menurut
suatu keadaan tertentu, timbul dari adanya jaringan antar hubungan yang tepat di
antara semua faktor dan sektor-sektor yang berfungsi dalam proses perkembangan
pastoral, dilihat dalam dimensinya masing-masing. Pendekatan komprehensif juga
disebut dengan pendekatan integral. Integral berarti bulat, lengkap, menyeluruh,
terkonsolidasi, terpadu, terstruktur, utuh. Kata lainnya adalah koheren, melekat,
menyatu, terintegrasi. Pendekatan komprehensif menunjukkan segala minat pada
keseluruhan dari antar hubungar-antar hubungan itu dengan mencari dan
mempelajari semua dimensi yang memainkan peranan fungsional dalam sistem
antar hubungan - antar hubungan itu. Bilamana salah satu dimensi diabaikan, maka
keseluruhan dari perkembangan pastoral dapat terpengaruh olehnya. Pendekatan
komprehensif tidak berarti memperhatikan sebanyak mungkin faktor-faktor tanpa
menghiraukan pentingnya peranan masing-masing. Hanya faktor-faktor yang benar-
benar perkembangan pastoral, dan yang memainkan peranan fungsional
dalamdimensinya masing-masing, memerlukan perhatian. pengamatan faktor-faktor
itu harus dicari terlebih dahulu titik-titik pertemuan dari peranan fungsionalnya
masing-masing. relevan untuk Dalam hal Jadi komprehensif adalah penangkapan
(mempelajari, memahami) dan berikut bimbingan yang diberikan kepada suatu
sistem sosial pastoral, secara multi-dimensional, dengan berpangkal pada titik-titik
pertemuan di yang fungsional pastoral itu. Komprehensif approach adalah antara
peranan-peranan faktor-faktor dalam perkembangan sistem pendekatan yang
didasarkan pada sistem-sistem analisa yang pada waktu sekarang diterapkan dalam
usaha-usaha manapun yang bersifat kompleks. Dalam pekerjaan pastoral yang
mempergunakan pendekatan komprehensif, hanya diperhatikan faktor-faktor yang
benar-benar relevan dalam bidang pastoral dan yang memainkan peranan
fungsional dalam bidang pastoral.
4.2. DIMENSI-DIMENSI DALAM PEKERJAAN PASTORAL

Marilah sekarang kita lebih maju selangkah lagi, dengan belajar mengenai dimensi-
dimensi dalam pekerjaan pastoral. Dimensi berarti: aspek, galra, perspeklif, segi,
sudut pandang. Pekerjaan pasloral melipuli berbagai aspek atau segi. Aspek-aspek
atau segi-segi yang memainkan peranan penting dalam perkembangan pastoral
harus mendapat perhatian di dalam usaha pastoral. Sebab jika ada segi atau aspek
penting di dalam pekerjaan pastoral terlupakan, maka seluruh proses perkembangan

pastoral akan terhambat. Dari Kegiatan Belajar 1, Anda sudah belajar tiga macam
pendekatan di dalam pekerjaan pastoral. Penggunaan setiap pendekatan
tergantunglah dari situasi dan kondisi setempat di mana pekerjaan pastoral
dilaksanakan. Ada keuskupan-kcuskupan atau paroki-paroki yang lebih cocok
menerapkan pendekatan sektorial. Begitu pula ada yang lebih cocok dengan
penerapan pendekatan multi sektoral yang tidak berkoordinasi. Ada pula yang sudah
menerapkan pendekatan pastoral yang komprehensif. Dalam penerapan
pendekatan-pendekatan itu perlulah ditentukan dulu sampai mana kenyataan yang
dihayati oleh umat yang terlibat di dalam pekerjaan pastoral. Juga perlu dipelajari
terlebih dahulu apa dimensi-dimensi yang memainkan peranan dalam bidang
pastoral di daerah kerja pastoral. Sebab jelas sekali bahwa bidang pastoral ini
merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang lebih luas. Maksud dan tujuan dari
pekerjaan pastoral adalah untuk menciptakan lingkungan hidup dalam mana
manusia dapat menyelesaikan perjalanannya ke Tuhan. Usaha dari pekerjaan
pastoral bertujuan agar susunan kehidupan di dunia diatur begitu rupa, sehingga
setepat mungkin untuk manusia dalam menunaikan tugasnya sebagai putra Allah
yang menuju ke perkembangan kemanusiaannya seturut kehendak Allah. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pekerjaan pastoral meliputi dimensi-
dimensi yang berikut:

4.2.1. DIMENSI HIDUP RELIGIUS

Dimensi yang pertama, yang perlu mendapat perhatian di dalam pendekatan yang
komprehensif adalah dimensi hidup religius. Istilahreligius sangat mungkin
berhubungan dengan kata Latin re-liga-re, yang berarti mengikat. Sehingga religio
berarti ikatan. Memang dalam hidup religius ini manusia mengikat dirinya dengan
Tuhan. Dengan kata lain, dalam hidup rcligius manusia mencrima ikatannya dengan
Tuhan. Ikatan itu tidak dirasakannya sebagai sesuatu yang mengurangi
kebahagiaannya, melainkan justru dialaminya sebagai sumber kebahagiaan. Dalam
hidup religius, manusia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Penyerahan tersebut
dirasakannya sebagai syarat mutlak untuk mencapai kebahagaan sejati, juga dalam
hidup di dunia ini. Pekerjaan pastoral pertama-tama bertujuan untuk pembinaan
hidup religius kaum beriman. Hidup religius berarti hidup keagamaan, atau hidup
keimanan. Umat dibina di dalam dca-doa harian; dalam membaca Kitab Suci dan
merenungkannya; dalam ibadat sabda dan Perayaan Sakramen-sakramen,
khususnya Perayaan Ekaristi; dalam pembentukan diri dan dalam pembentukan
komunita. Pekerjaan pastoral merupakan pekerjaan untuk meningkatkan hidup
keimanan keimanannya umat dibina di dalam perjalanannya menuju ke Tuhan.

4.2.2. DIMENSI SOSIO-RELIGIUS

Jelaslah bahwa di dalam pekerjaan pastoral bidang atau dimensi berikutnya adalah
dimensi sosio-religius. Pekerjaan pastoral adalah pekerjaan sosio-religius, pekerjaan
di dalam bidang sosial keagamaan; pekerjaan sosial yang didasarkan atas
keimanan. Dimensi sosic-religius ini dinyatakan dalam ibadat dan dalam hidup
religius. Lebih lanjut, pencerminan dari hidup religius itu diwujudkan di dalam
katekese. Sedangkan hidup beribadat perlu diperkembangkan lebih lanjut di dalam
ekumene dalam mana tercapai kehidupan damai dan kerjasama antar agama.

4.2.3. DIMENSI SOSIO - PSIKOLOGIS

Scdangkan dimersi sosio rcligius itu lebih lanjut juga tergantung dari lingkungan
sosio-psikologis. Dengan lingkungan sosio-psikologis disini dimaksudkan lingkungan
keluarga (hubungan suami-istri, hubungan orang tua-anak dan hubungan antar anak
dalam keluarga); lingkungan perkumpulan; lingkungan pergaulan dengan teman;
suasana masyarakat yang mempunyai pengaruh psikologis yang begitu kuat
terhadap individu maupun kelompok umat. Dalam dimensi sosio-psikologis ini,
mentalitas-mentalitas dan sikap-sikap terhadap kehidupan dan pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Maka diperlukan penyesuaian yang
tepat di antara mentalitas dan sikap-sikap manusia yang hidup dan bekerja di dalam
proses perkembangan itu. Sebagai contoh, kurang adanya disiplin kerja, tidak
adanya kesadaran nengenai perlunya perhatian dan ketaatan kepada waktu,
berbagai-bagai ketakhayulan, kepercayaan-kepercayaan, dan pandangan irasional,
kurang lincahnya dalam penyesuaian akan cita-citanya (fanatisme) dan sikap apatis
terhadap perubahan-perubahan sosial dan mencoba pembaharuan-pembaharuan
secara tidak tepat, amat mempengaruhi pendidikan.

4.2.4. DIMENSI SOSIO-EDUKATIF

Selanjutnya, hidup sosio-religius berhubungan erat dengan dimensi sosio-edukatif


sebab untuk menjadi orang religius yang dewasa, bidang pendidikan, baik
pendidikan dalam dan oleh keluarga maupun pendidikan di sekolah memainkan
peranan yang sangat perting.

4.2.5. DIMENSI SOSIO- POLITIS

Selanjutnya, adalah dimensi sosio-politis. Dimensi sosio-politis, seperti terbukti


dalam sejarah, besar artinya dan erat hubungannya dengan kemungkinan
memperkembangkan kemanusiaan manusia menuju ke Tuhan. Tanpa terjaminnya
hak-hak azasi manusia dan tertib hukum tiada kemungkinan untuk perkembangan
sosio-religius yang wajar.

4.2.6. DIMENSI SOSIO-EKONOMIS

Dimensi selanjutnya, yang besar pengaruhnya terhadap manusia dalam


perjalanannya ke Tuhan adalah dimensi sosio-ekonomis. Dalam kemiskinan yang
terlalu besar manusia tak akan menemukan Tuhan. Produktivitas dalam bidang
sosio-ekonomis dengan penghematan terhadap pengeluaran-pengeluaran yang tak
mempunyai fungsi sosial, mempunyai arti yang besar dalam perkembangan
tanggung-jawab manusia sebagai ciptaan Tuhan yang berbudi terhadap sesama
manusia. Jadi, perkembangan religius erat hubungannya dengan perkembangan
dalam bidang sosio- ekonomis.

4.2.7. DIMENSI SOSIO-KULTURAL ATAU SOSIO-BUDAYA

Dalam kaitannya dengan dimensi sosio-kultural atau sosio-budaya perlu diingat,


bahwa perkembangan umat Allah dapat dirintangi, dihambat atau dihalang-halangi
oleh berbagai-bagai lembaga, aturar-aturan serta susunan adat istiadat yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan yang laras. Misalnya, budaya paternalistis atau
bapakisme atau romoisme, sering menyebabkan bahwa umat biasa kurang berani
mengambil inisiatif di dalam usaha-usaha pastoral. Mereka menunggu instruksi atau
perintah ("dhawuh") dari atas (romo, uskup, atau pimpinan lainnya). Pada dasarnya
segala kelemahan dalam struktur dasar masyarakat dan segala kemerosotan dalam
kebudayaan mempengaruhi secara mendalam perkembangan umat dalam
perjalanannya ke Tuhan.

4.2.8. DIMENSI SOSIO-KONJUNGTURAL

Dengan dimensi sosio-korjungtural dimaksudkan segala pengaruh timbul dari


situasi-situasi spesifik di sepanjang waktu yang berlangsungnya proses
perkembangan pastoral. Dalam bahasa Inggris conjuncture diterjemahkan dengan
zaman krisis, sedangkan conjunction dari bahasa Latin conjunctio, berarti bersama-
sama. Dalam setiap perkembangan selalu dijumpai situasi-situasi khusus yang
dapat mempengaruhi perkembangan itu. Faktor-faktor ini seringkali tidak ikut
diperhitungkan dalam perencanaan pastoral. Sedangkan berhasil atau gagalnya
rencana-rencana pasloral dapat sangal dipengaruhi olehnya. Keadaan Gereja dan
umat Allah pada satu masa yang tertentu tergantung dari situasi dan kondisi
setempat. Situasi dan kondisi setempat terjadi karena bertemunya sejumlah kejadian
dan faktor dalam suatu hubungan tertentu. Faktor-faktor inilah yang harus
diperhitungkan juga dalam bimbingan perkembangan umat menuju ke Tuhan.

4.3. PENERAPAN PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM PEKERJAAN


PASTORAL

Jika dimensi-dimensi sebagaimana diuraikan di atas diperhatikan bersama dengan


faktor yang memainkan peranan di dalamnya, dan dengan masalah-masalah yang
terkandung di dalamnya, maka dapatlah disusun unit-unit pastoral yarg dalam tugas
bimbingan umat Kristen terhadap dunia memerlukan perhatian yang khusus. Garis
besar dari unit-unit yang seperti itu terdapat dalam "PEDOMAN KERJA GEREJA
KATOLIK INDONESIA 1995" DAN "ARAH DASAR GEREJA KATOLIK INDONESIA
HASIL SIDANG AGUNG KWI DAN GEREJA KATOLIK INDONESIA, TAHUN 2000".
Garis besar yang terdapat di dalam pedoman semacam itu perlu diterapkan pada
kenyataan sehari-hari. Pedoman kerja baru berarti jika pekerjaan yang digariskan di
dalamnya betul-betul dilaksanakan oleh umat. melaksanakarnya, umat juga perlu
mendapatkan latihan-latihan praktis. Susunan atau struktur umat juga perlu diatur
sesuai dengan pekerjaan dan Untuk mampu lugas-lugas pasloral yang perlu
dilaksanakan. Dalam Dokumen Hasil Sidang Agung KWI dan Gereja Kalolik
Indonesia, no 5, tentang Perubahan dan Peluang, dirumuskan sbb: "Umat Katolik
akan semakin ditantang oleh perubahan yang amat cepat dan di dalam bidang-
bidang politik, ekonomi, budaya, komunikasi sosial, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan pelbagai segi kehidupan manusia. Dalam gelombang itu banyak ditemukan
masalah yang sangat mendesak untuk ditangani. Setiap peluang untuk bersama
seluruh rakyat membangun masa depan yang sejahtera perlu disambut atas dasar
iman yang mendunia. Perlu diusahakan agar proses itu terus menerus disemangati
oleh kesediaan mencari kehendak Allah dalam segala liku-liku pergulatan bangsa."
(Bdk. Konferensi Waligereja Indonesia, HASIL SIDANG AGUNG KWI DAN GEREJA
KATOLIK INDONESIA 1995 DAN 2000, Etem Print, Jakaria, 2003, hal 20-21). Sejak
perlama kali diterbitkannya Pedoman Kerja Umat Kalolik Indonesia, pada tahun
1975 pun, perubahan struktur-struktur ini sudah mendapalkan titik berat dan
perhalian ulama. Di dalam pedoman itu dikatakan sbb: "Perlu diadakan perubahan
dalam struktur-struktur baik sosial maupun kultural, politik dan ekonomi. Kalau ini
tidak diusahakan bersama dengan meningkatkan individu-individu, maka
pengembangan akan gagal. Adapun kehendak Tuhan ialah membebaskan manusia
dari segala macam perbudakan moral maupun material, agar ia secara bebas dan
bertanggung jawab dapat melaksanakan hidupnya yang dijiwai oleh iman sejati dan
cinta kasih. Dalam rangka ini kita pun bertugas atas dasar keyakinan kita untuk
menganjurkan perubahan struktur-struktur, sikap dan tindakan-tindakan yang
berguna." (Bdk. MAWI, PEDOMAN KERJA UMAT KATOLIK INDONESIA, Dokumen
Penerangan MAWI, Jakarta, 1975, hal 17).

SKEMA 1: PENDEKATAN MULTIDIMENSIONAL

Hak Azasi 8. Sosio Konjungtural 6. Sosio Ekonomis Penghematan Pek.& Moral


Jabatan Korupsi
Wilayah Produktivitas

4. Sosio Eddukatif Sekolalı Hidup Ekumene Kerjasama antar agama Pek.


Pengembangan

Hidup Bersama antar Agama Ibadat

2. Sosio religius Perjalanan Umat Menuju ke Tuhan Katekese

1. Hidup Religius Kehuarga Perkumpulan

3. Sosio Psikologis Tertih hukum Hak Azasi

5. Sosio Politis Korupsi Ideołogi

7. Sosio Budaya Struktural

PERLU DIPERHATIKAN DAN DILAKSANAKAN DI DALAM PENDEKATAN YANG


KOMPREHENSIF

Paroki, keluarga-keluarga dan generasi muda Kristen memerlukan latihan-latihan


dalam usaha-usaha pekerjaan pastoral. Beberapa unit pastoral yang perlu disusun
dalam pengembangan pastoral di Indonesia sekarang ini dapat disusun dalam
beberapa unit pastoral berikut ini:

1) Hidup religius.

Masalah: Kekurangan hidup berdoa secara pribadi dan keltergantungan umat pada
rumus-rumus doa. : Kristus mengajar kita berdoa. : Membimbing umat ke
kedewasaan rohani dan penghayatan Kitab Suci secara pribadi. Tema Latihan arah
renungan dan

2) Ascese.

Masalah

: Kebutuhan dan kehausan akan hidup rohani yang mendalam dalam diri manusia
modern dewasa ini di Indonesia, khususnya kaum muda.

: Pergaulan dengan Kristus.

: Untuk memberikan santapan rohani, rekcleksi, retret, untuk memperdalam hidup


rohani dan membimbing umat ke arah renungan dan kedewasaan rohani.
Tema

Latihan

3) Liturgi.

Masalah

: Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana ikut sertanya umat secara aktif dalam
ibadat.

: Ibadat

: Memberikan pekan liturgi

Tema

Latihan

4) Panggilan.

Masalah

: Krisis panggilan imamat di dalam Gereja dewasa ini.

: Jabatan di Gereja.

Tema

: Menyelenggarakan hari panggilan, bimbingan : Menyelenggarakan hari panggilan,


bimbingan

panggilan imamal, bimbingan panggilan hidup religius dan bimbingan panggilan


kaum awam.

Latihan

5) Pengrasulan.

: Masalah yang kita hadapi ialah tidak ikut sertanya umat secara aktif dalam tugas
kerasulan.

: Hidup kcluarga Kristiani (Gercja dan dunia).

: Membentuk Organisasi Kerasulan Legio Maria, Maria Konggregasi yang sesuai


dengan tuntutan zaman, Masalah Tema
Latihan

dan lain-lain.

6) Katekese.

Masalah

: Bagaimana membimbing umat pewartaan terhadap dunia sekarang ini.

: Warta gembira/amanat Kristus.

: Bimbingan perkembangan iman, baik bimbingan perkembangan iman individual,


maupun bimbingan perkembangan iman dalam Gereja dan dunia. Memberikan
pekan katekese baik untuk katekis lokal dalam tugas Tema Latihan maupiin giri-guru
agama Katolik.

7) Ekumenisme-Ekumene.

Masalah

: Hidup bersama secara damai dan kerjasama antar agama.

: Kerinduan akan perkembangan karya keselamatan dalam agama-agama dan


aliran-aliran kepercayaan yang ada di Indonesia (Kristus adalah Jalan ke Tema
Tuhan).

Latihan

: Untuk mengadakan dialog dengan agama-agama lain.

8) Pedagogi kepribadian.

: Hubungan antar hidup moral dan pembentukan pribadi.

: Pembentukan diri (penguatan diri).

: Untuk memberikan pekan atau hari pembentukan.

Masalah Tema

Latihan
9) Keluarga dan perkawinan.

Masalah

: Bertambahnya problem perkawinan dan keluarga, broken home.

: Perkawinan dan keluarga Kristen.

: Untuk memberi kursus perkawinan, penerangan seksual, perkawinan Kristen,


keluarga berencana secara bertanggung jawab, pendidikan anak dalam keluarga,
dan lain-lain.

Tema

Latihan

10) Media Komunikasi.

: Ekspresi bebas dan autentik dalam masa dewasa ini. Penghayatan realitas modern
dengan dijiwai warta gembira.

: Kebenaran.

: Umat dibina dalam dunia publikasi dan dalam mempergunakan media komunikasi
dalam hidup.

Pekan-pekan pers. Latihan siaran pedesaan, dan lain- lain.

Masalah

Tema

Latihan

11) Kebudayaan, pendidikan dan pengajaran.

: Ada jurang atau gap antara pengajaran dan tuntutan masyarakat.

Krisis akhlak.

Masalah

: Kebudayaan/pendidikan/pengajaran.

: Membimbing guru dalam tugasnya sebagai pendidik Kristen; Pekan-pekan


pendidikan; Pekan-pekan kebudayaan Indonesia; Pekan-pekan inkulturasi;
Membimbing umat untuk menciptakan hubungan erat antara kebudayaan Indonesia
dan agama Kristen.

Tema

Latihan

12) Keadilan sosial (etika sosial). Masalah

: Bagaimana menciptakan masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial. Tema

: Nilai tenaga kerja manusia dan nilai barang-barang dunia.

: Perjuangan ke arah keadilan bagi organisasi-organisasi sosial dan serikat-serikat


kerja.

Latihan

13) Moral jabatan dan vocational guidance.

Masalah

: Arti jabatan dan tanggung jawab jabatan untuk umat Kristen.

: Jabatan.

: Menyclenggarakan hari-hari latihan di bidang moral jabatan untuk para guru,


perawat, dokter, usahawan dan karyawan, dan sebagainya.

Tema

Latihan

14) Pekerjaan pastoral milicu (lingkungan hidup).

: Bagaimana menyesuaikan diri di dalam perubahan dari masyarakat agraris menuju


ke masyarakat

Masalah

industrial.

: Pekerjaan.
: Bimbingan Penyesuaian hidup dalam lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang
modern.

Tema Latihan umat dalam peralihan. masa

15) Pengembangan masyarakat.

: Masyarakat kurang maju atau kurang berkembang (under development).

: Kesejahteraan umat.

: Teknik dan metvde pengembangan masyarakat, dan latihan mengadakan pekan


pengintegrasian usaha Kristen (sekolah-sekolah, rumah sakit, dan lain-lain), dalam
pengembangan masyarakat.

Masalah

Tema

Latihan

4.4. FASE-FASE LATIHAN PROYEK PASTORAL

Sebagaimana telah diuraikan di atas, latihan pastoral tidak diberikan secara kuliah.
Latihan-latihan pastoral harus berupa latihan-latihan praktis fase demi fase. Umat
harus dilatih untuk mengenal dan melaksanakan langkah-langkah dalam
pelaksanaan proyek pastoral. Jumlah fase-fase atau langkah-langkah itu ada
sepuluh. Tiap-tiap fase atau langkah dapat dipandang sebagai suatu tahapan latihan
tersendiri, walaupun seringkali dalam praktek beberapa fase ini akan berhubungan.
Sepuluh langkah latihan proyek pastoral itu adalah sebagai berikut:

Langkah 1. Motivasi.

Langkah 2. Analisa situasi.

Langkah 3. Penggambaran situasi.

Langkah 4. Feasibility study.

Langkah 5. Penyusunan program.


Langkah 6. Penyusunan Acara Latihan.

Langkah 7. Proyek Teladan.

Langkah 8. Community Organization.

Langkah 9. Pelaksanaan dan Pemeliharaan.

Langkah 10. Evaluasi.

Titik berat dari latihan langkah-langkah tersebut di atas terletak pada penerapannya
dalam praktek oleh para pekerja pastoral di paroki-paroki. Juga terletak pada tugas
pembimbing pastoral, yang bertugas membimbing segenap proses itu langkah demi
langkah. Dari taraf umat dasar sampai ke tingkat pimpinan tentu terdapat tingkat-
tingkat dan hierarki yang makin tinggi yang masing-masing mempunyai tugas-tugas
dan peranan-peranan khas dalam mendukung, mengarahkan, mengawasi, meneliti
dan menilai proses pekerjaan pastoral itu. Tentang segenap aktivitas-aktivitas
pengembangan itu atas masing-masing taraf dan dalam masing-masing langkah
diberikan suatu gambaran skematis dalam skema kedua yang dimuat di bawah ini
yang berjudul: "Cross Section".

SKEMA II : CROSS SECTION

"LANGKAH-LANGKAH PEKERJAAN PASTORAL

DALAM BERBAGAI-BAGAI TARAF"

Langkah Langkah 2.

Langkah Langkah Langkah 5 1 4 Motivasi Penggambar Feasibility-an situasi


Penyusun-an program Analisa situasi study Pelaporan K.W.I yang K.W.I. Surat
Edaran Rapat K.W.I.Program Nasional komprehen-sif Development Support
Communica- Pengolahan Survei Kasus dan Nasional Nasicnal Feasibility Study
Penyesuai-an dengan Perencana-

V. Balai Penelitian Institut data-dataan Nasional Penentuan Тeologi

IV. Akademi Kateketik/ Pastoral; tion SzudyPenyusunanalat Develop ment Support

Communiçatin
Assestment Penentuan for training developmen Feasibilityt trends Trainingtraining
objectives

Äims inventary Seminari g dan latihan Tinggi

III. Keuskupan Memberi Pembina program Targeting berhubung dengan reg.onal


planning

Program Perbaikan motivasi untuk –an Pembimbing Pengumpul Survei data-


regional Regional Feasibility study Pastoral data

I. Metivasi umat Kasus Survei Evaluasi Pembimbing

Pastoral paroki penggambar peng-gunaan daftar pertanyaan daerah Laporan


keadaan-an situasi

I. Mctivasi Penggambar Pertimbanga Usul Perkumpula masyarakat n umat n


dan lain- perpaikan -an situas: masyarakat masyarakat Fact finding
Penyadaran lain penyusuna Paroki n program berdasar perɔaikan daftar
pertanyaan

SKEMA II (SAMBUNGAN)

Langkah 8 Community Organization HubungandenganPemerintahLangkah 7Latihan;


Proyek Pedoman Kerja Teladan Langkah 9 Pelaksanaan Langkah 6 Langkah 10
Acara Evaluasi dan Pemeliharaan Umat Penyusunan skema evaluasi ilmiah
Hubungan dengan Percobaan Functional Evaluasi research and ilmiah untuk
pedoman kerja universitas- adjustment universitas dan studies statistis irstitut-institut
ilmiah Bantuan metodik | Latihan Field testing Reorganizing of training Supervisi
dengan panitia- perlindungan daftar ahli- terhadap instansi- faktor percobaanUsaha
teladan Hubungan didaktis of training Penyusunan garis besar untuk percobaan
Pengolahan panitia, ahli, acara kerja penilaian irstansi lain gargguan Bimbingan
BimbinganPercobaanBimbingan Pengumpulan penilaian penyusunan mencari ways
unat usaha-usaha/ follow-up dan menjaga kelanjutan Kelompok acara kerja and
means Penyusunan acara kerja Bimbingan perbaikan dan masyarakat Penila an
dengan mengisi daftar Latihan usaha usaha (getok-tular) percobaan penilaian

4.5. SKEMA ATAU BAGAN PENGEMBANGAN PASTORAL


Sebelum mendalami tentang fase-fase pekerjaan pastoral (atau langkah-langkah
latihan) itu, disajikan dahulu sebuah Skema (Skema III), yarg melukiskan proses
pengembangan pastoral yang diharapkan untuk digerakkan dalam latihan-latihan
usaha pastoral. Skema III berjudul "Pengembangan Pastoral."

SKEMA III : PENGEMBANGAN PASTORAL ACARA LATHAN USAHA-USAHA


PASTORAL

Ganbaran sitaasi Penyusunan ackerang dengan masalah-masalah dan Program


Perbaikan Feasibility suay keputunan ke DLTunan yang Realists Tim Penyusun
Acara Usaha Jatitan dari ahll-anli Teladan (Demonstrasi) Aralisis situasi dengan

EVALUASI Latihan DIRI uerdasarha pengalaman nyarakasus dan lainlain sesudah


motivasi Audie

Acara Rele Visual playing alds usata yang Dlintegraskan TERMASUK


Timperencanaan Tim evallasI dari ahli-ahl DEWAN PASTORAL KEUSKUPAN
pembagian kerja Pan Liturgi Katheg. Sosial Perd. Lain-lain 14 Perbaikan susunan-
susuran Tim Pastaral Fualuasi I at han.latihan eanars bertahap dan taciltae.taciltas
Tim Pembataruan-pambaharuan PastoralMotivaal Kelorhpok nti Perkembangan
ekslensi "geink tular" sistem perubahan pola-pola aikaa-ailep Sekelah-sekalah,
Pramuka Pramuka, Organisas- uyataual, Pareki, Keluarga Integraci Perennaraan
Paroki Kelompok Pulako Partisipasi Inventeriaaal Lalihan-latihan Dusar Tala Kerja
Otabllaaa 11 17 Sebagai penjelasan umum atas Skema III dapat ditambahkan
keterangan sebagai berikut:

Titik tolak dari penafsiran Skema III adalah motivasi

(1) yang telah diadakan dan yang langsung diikuti dengan analisa situasi
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang nyata (2). Berdasarkan analisa
tersebut, maka diperoleh sebuah gambaran situasi dengan kcbutuhan kebutuhan
dan masalah-masalah yang terpenting dalam kehidupan komunita (3). Lebih lanjut
diperlukan sebuah pastoral feasibility study yang sederhana (4) mengenai apa yang
mungkin dikerjakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan komunita dan
memecahkan masalahnya guna mempercleh tentang apa yang mungkin dikerjakan
dengan sukses. Suatu Setelah gambaran itu diperoleh, dapatlah dibuat sebuah
program yang cukup realistis (5) dan dalam rangka program ini disusun suatu acara
latihan untuk usaha yang akan dijalankan. Latihan-latihan ini perlu didukung dengan
role playing dan audio-visual aids (6). Dalam acara latihan itu hendaknya sekaligus
sudah dimasukkan rencana evaluasi pastoral. Selanjutnya dapat diadakan sebuah
usaha teladan(7) (demonstrasi) dalam praklek. Dalam usaha leladan ini dianjurkan
adanya kelompok-kelompok kerja pastoral yang akan meluas secara getok tular.
Aktivitas panitia-panitia atau delegates delegatus atau komisi-komisi keuskupan
dalam Skema III ini digambarkan dengan garis-garis titik-titik.(8) Pertama-tama
diharapkan terjadinya suatu koordinasi baik antara panitia-panitia atau delegatus-
delegatus atau komisi-komisi (9) yang akan menghasilkan team-team perencanaan
motivasi dan menentukan kebijaksanaan. Selanjutnya diharapkan agar supaya
dewan pastoral akan menyediakan pada satu pihak latihan-latihan (10) bagi para
pekerja pengembangan paroki, agar mereka mampu membentuk kelompok-
kelompok pelaksana (11) yang cakap, dan kepada kelompok-kelompok pelaksana
tersebut diberikan fasilitas dan bahar yang perlu (12) untuk dapat menyukseskan
pekerjaan mereka, agar pada gilirannya sukses-sukses yang dicapai ini akan meluas
secara getok tular pula. Pada lain pihak diharapkan agar dewan pastoral akan
mengevaluasi hasil-hasil yang dilaporkan dari praktek (14), dan menggunakannya
sebagai bahan untuk menyusun (menyempumakan) usaha-usaha pastoral (15) lebih
lanjut. Akhirnya Skema III ini melukiskan pula kegiatan team pastoral. Paroki
digerakkan dengan adanya motivasi (16) dari team pastoral. Dalam memotivasi
paroki ini team pastoral tidak boleh mengabaikan peran organisasi-organisasi
kerasulan yang terdapat di dalamnya (17). Organisasi-organisasi kerasulan ini
sangat diperlukan dalam pembentukan kelompok-kelompok inti pengrasulan (18).
Mereka inilah yang kemudian akan diberikan latihan dasar dan tata kerja (olch
pembimbing). Kelompok inti ini mengirimkan pekerja-pekerja pengembangan ke
tempat-tempat latihan yang ada di dalam wilayah Gereja (10) di mana mereka
diberikan latihan untuk dapat menjadi kelompok pelaksana (11) yang lebih efektif.
Team pastoral mengadakan inventarisasi, dan mengaktifkan partisipasi umat pada
perencanaan usaha pastoral (19) yang dapat dipercayakan pelaksanaannya kepada
para pelaksana. Kelompok pelaksana (11) itu melaksanakan pekerjaan mereka
dengan fasilitas-fasilitas dan bantuan dari dewan pastoral (12), sampai pada suatu
sukses yang semakin meluas (13); dengan selalu mendapat dukungan dari team
pastoral berupa integrasi dan stabilisasi (20) dalam kehidupan. Dengan melaporkan
hasil evaluasi usahanya ke atas (21), maka selesailah siklus dari proses
pengemhangan pastoral, seperti dikiaskan dalam Skema III itu.

4.2. DIMENSI-DIMENSI DALAM PEKERJAAN PASTORAL

Marilah sekarang kita lebih maju selangkah lagi, dengan belajar mengenai dimensi-
dimensi dalam pekerjaan pastoral. Dimensi berarti: aspek, galra, perspeklif, segi,
sudut pandang. Pekerjaan pasloral melipuli berbagai aspek atau segi. Aspek-aspek
atau segi-segi yang memainkan peranan penting dalam perkembangan pastoral
harus mendapat perhatian di dalam usaha pastoral. Sebab jika ada segi atau aspek
penting di dalam pekerjaan pastoral terlupakan, maka seluruh proses perkembangan

pastoral akan terhambat. Dari Kegiatan Belajar 1, Anda sudah belajar tiga macam
pendekatan di dalam pekerjaan pastoral. Penggunaan setiap pendekatan
tergantunglah dari situasi dan kondisi setempat di mana pekerjaan pastoral
dilaksanakan. Ada keuskupan-kcuskupan atau paroki-paroki yang lebih cocok
menerapkan pendekatan sektorial. Begitu pula ada yang lebih cocok dengan
penerapan pendekatan multi sektoral yang tidak berkoordinasi. Ada pula yang sudah
menerapkan pendekatan pastoral yang komprehensif. Dalam penerapan
pendekatan-pendekatan itu perlulah ditentukan dulu sampai mana kenyataan yang
dihayati oleh umat yang terlibat di dalam pekerjaan pastoral. Juga perlu dipelajari
terlebih dahulu apa dimensi-dimensi yang memainkan peranan dalam bidang
pastoral di daerah kerja pastoral. Sebab jelas sekali bahwa bidang pastoral ini
merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang lebih luas. Maksud dan tujuan dari
pekerjaan pastoral adalah untuk menciptakan lingkungan hidup dalam mana
manusia dapat menyelesaikan perjalanannya ke Tuhan. Usaha dari pekerjaan
pastoral bertujuan agar susunan kehidupan di dunia diatur begitu rupa, sehingga
setepat mungkin untuk manusia dalam menunaikan tugasnya sebagai putra Allah
yang menuju ke perkembangan kemanusiaannya seturut kehendak Allah. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pekerjaan pastoral meliputi dimensi-
dimensi yang berikut:

4.2.1. DIMENSI HIDUP RELIGIUS


Dimensi yang pertama, yang perlu mendapat perhatian di dalam pendekatan yang
komprehensif adalah dimensi hidup religius. Istilahreligius sangat mungkin
berhubungan dengan kata Latin re-liga-re, yang berarti mengikat. Sehingga religio
berarti ikatan. Memang dalam hidup religius ini manusia mengikat dirinya dengan
Tuhan. Dengan kata lain, dalam hidup rcligius manusia mencrima ikatannya dengan
Tuhan. Ikatan itu tidak dirasakannya sebagai sesuatu yang mengurangi
kebahagiaannya, melainkan justru dialaminya sebagai sumber kebahagiaan. Dalam
hidup religius, manusia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Penyerahan tersebut
dirasakannya sebagai syarat mutlak untuk mencapai kebahagaan sejati, juga dalam
hidup di dunia ini. Pekerjaan pastoral pertama-tama bertujuan untuk pembinaan
hidup religius kaum beriman. Hidup religius berarti hidup keagamaan, atau hidup
keimanan. Umat dibina di dalam dca-doa harian; dalam membaca Kitab Suci dan
merenungkannya; dalam ibadat sabda dan Perayaan Sakramen-sakramen,
khususnya Perayaan Ekaristi; dalam pembentukan diri dan dalam pembentukan
komunita. Pekerjaan pastoral merupakan pekerjaan untuk meningkatkan hidup
keimanan keimanannya umat dibina di dalam perjalanannya menuju ke Tuhan.

4.2.2. DIMENSI SOSIO-RELIGIUS

Jelaslah bahwa di dalam pekerjaan pastoral bidang atau dimensi berikutnya adalah
dimensi sosio-religius. Pekerjaan pastoral adalah pekerjaan sosio-religius, pekerjaan
di dalam bidang sosial keagamaan; pekerjaan sosial yang didasarkan atas
keimanan. Dimensi sosic-religius ini dinyatakan dalam ibadat dan dalam hidup
religius. Lebih lanjut, pencerminan dari hidup religius itu diwujudkan di dalam
katekese. Sedangkan hidup beribadat perlu diperkembangkan lebih lanjut di dalam
ekumene dalam mana tercapai kehidupan damai dan kerjasama antar agama.

4.2.3. DIMENSI SOSIO - PSIKOLOGIS

Scdangkan dimersi sosio rcligius itu lebih lanjut juga tergantung dari lingkungan
sosio-psikologis. Dengan lingkungan sosio-psikologis disini dimaksudkan lingkungan
keluarga (hubungan suami-istri, hubungan orang tua-anak dan hubungan antar anak
dalam keluarga); lingkungan perkumpulan; lingkungan pergaulan dengan teman;
suasana masyarakat yang mempunyai pengaruh psikologis yang begitu kuat
terhadap individu maupun kelompok umat. Dalam dimensi sosio-psikologis ini,
mentalitas-mentalitas dan sikap-sikap terhadap kehidupan dan pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Maka diperlukan penyesuaian yang
tepat di antara mentalitas dan sikap-sikap manusia yang hidup dan bekerja di dalam
proses perkembangan itu. Sebagai contoh, kurang adanya disiplin kerja, tidak
adanya kesadaran nengenai perlunya perhatian dan ketaatan kepada waktu,
berbagai-bagai ketakhayulan, kepercayaan-kepercayaan, dan pandangan irasional,
kurang lincahnya dalam penyesuaian akan cita-citanya (fanatisme) dan sikap apatis
terhadap perubahan-perubahan sosial dan mencoba pembaharuan-pembaharuan
secara tidak tepat, amat mempengaruhi pendidikan.

4.2.4. DIMENSI SOSIO-EDUKATIF

Selanjutnya, hidup sosio-religius berhubungan erat dengan dimensi sosio-edukatif


sebab untuk menjadi orang religius yang dewasa, bidang pendidikan, baik
pendidikan dalam dan oleh keluarga maupun pendidikan di sekolah memainkan
peranan yang sangat perting.

4.2.5. DIMENSI SOSIO- POLITIS

Selanjutnya, adalah dimensi sosio-politis. Dimensi sosio-politis, seperti terbukti


dalam sejarah, besar artinya dan erat hubungannya dengan kemungkinan
memperkembangkan kemanusiaan manusia menuju ke Tuhan. Tanpa terjaminnya
hak-hak azasi manusia dan tertib hukum tiada kemungkinan untuk perkembangan
sosio-religius yang wajar.

4.2.6. DIMENSI SOSIO-EKONOMIS

Dimensi selanjutnya, yang besar pengaruhnya terhadap manusia dalam


perjalanannya ke Tuhan adalah dimensi sosio-ekonomis. Dalam kemiskinan yang
terlalu besar manusia tak akan menemukan Tuhan. Produktivitas dalam bidang
sosio-ekonomis dengan penghematan terhadap pengeluaran-pengeluaran yang tak
mempunyai fungsi sosial, mempunyai arti yang besar dalam perkembangan
tanggung-jawab manusia sebagai ciptaan Tuhan yang berbudi terhadap sesama
manusia. Jadi, perkembangan religius erat hubungannya dengan perkembangan
dalam bidang sosio- ekonomis.

4.2.7. DIMENSI SOSIO-KULTURAL ATAU SOSIO-BUDAYA


Dalam kaitannya dengan dimensi sosio-kultural atau sosio-budaya perlu diingat,
bahwa perkembangan umat Allah dapat dirintangi, dihambat atau dihalang-halangi
oleh berbagai-bagai lembaga, aturar-aturan serta susunan adat istiadat yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan yang laras. Misalnya, budaya paternalistis atau
bapakisme atau romoisme, sering menyebabkan bahwa umat biasa kurang berani
mengambil inisiatif di dalam usaha-usaha pastoral. Mereka menunggu instruksi atau
perintah ("dhawuh") dari atas (romo, uskup, atau pimpinan lainnya). Pada dasarnya
segala kelemahan dalam struktur dasar masyarakat dan segala kemerosotan dalam
kebudayaan mempengaruhi secara mendalam perkembangan umat dalam
perjalanannya ke Tuhan.

4.2.8. DIMENSI SOSIO-KONJUNGTURAL

Dengan dimensi sosio-korjungtural dimaksudkan segala pengaruh timbul dari


situasi-situasi spesifik di sepanjang waktu yang berlangsungnya proses
perkembangan pastoral. Dalam bahasa Inggris conjuncture diterjemahkan dengan
zaman krisis, sedangkan conjunction dari bahasa Latin conjunctio, berarti bersama-
sama. Dalam setiap perkembangan selalu dijumpai situasi-situasi khusus yang
dapat mempengaruhi perkembangan itu. Faktor-faktor ini seringkali tidak ikut
diperhitungkan dalam perencanaan pastoral. Sedangkan berhasil atau gagalnya
rencana-rencana pasloral dapat sangal dipengaruhi olehnya. Keadaan Gereja dan
umat Allah pada satu masa yang tertentu tergantung dari situasi dan kondisi
setempat. Situasi dan kondisi setempat terjadi karena bertemunya sejumlah kejadian
dan faktor dalam suatu hubungan tertentu. Faktor-faktor inilah yang harus
diperhitungkan juga dalam bimbingan perkembangan umat menuju ke Tuhan.

4.3. PENERAPAN PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM PEKERJAAN


PASTORAL

Jika dimensi-dimensi sebagaimana diuraikan di atas diperhatikan bersama dengan


faktor yang memainkan peranan di dalamnya, dan dengan masalah-masalah yang
terkandung di dalamnya, maka dapatlah disusun unit-unit pastoral yarg dalam tugas
bimbingan umat Kristen terhadap dunia memerlukan perhatian yang khusus. Garis
besar dari unit-unit yang seperti itu terdapat dalam "PEDOMAN KERJA GEREJA
KATOLIK INDONESIA 1995" DAN "ARAH DASAR GEREJA KATOLIK INDONESIA
HASIL SIDANG AGUNG KWI DAN GEREJA KATOLIK INDONESIA, TAHUN 2000".
Garis besar yang terdapat di dalam pedoman semacam itu perlu diterapkan pada
kenyataan sehari-hari. Pedoman kerja baru berarti jika pekerjaan yang digariskan di
dalamnya betul-betul dilaksanakan oleh umat. melaksanakarnya, umat juga perlu
mendapatkan latihan-latihan praktis. Susunan atau struktur umat juga perlu diatur
sesuai dengan pekerjaan dan Untuk mampu lugas-lugas pasloral yang perlu
dilaksanakan. Dalam Dokumen Hasil Sidang Agung KWI dan Gereja Kalolik
Indonesia, no 5, tentang Perubahan dan Peluang, dirumuskan sbb: "Umat Katolik
akan semakin ditantang oleh perubahan yang amat cepat dan di dalam bidang-
bidang politik, ekonomi, budaya, komunikasi sosial, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan pelbagai segi kehidupan manusia. Dalam gelombang itu banyak ditemukan
masalah yang sangat mendesak untuk ditangani. Setiap peluang untuk bersama
seluruh rakyat membangun masa depan yang sejahtera perlu disambut atas dasar
iman yang mendunia. Perlu diusahakan agar proses itu terus menerus disemangati
oleh kesediaan mencari kehendak Allah dalam segala liku-liku pergulatan bangsa."
(Bdk. Konferensi Waligereja Indonesia, HASIL SIDANG AGUNG KWI DAN GEREJA
KATOLIK INDONESIA 1995 DAN 2000, Etem Print, Jakaria, 2003, hal 20-21). Sejak
perlama kali diterbitkannya Pedoman Kerja Umat Kalolik Indonesia, pada tahun
1975 pun, perubahan struktur-struktur ini sudah mendapalkan titik berat dan
perhalian ulama. Di dalam pedoman itu dikatakan sbb: "Perlu diadakan perubahan
dalam struktur-struktur baik sosial maupun kultural, politik dan ekonomi. Kalau ini
tidak diusahakan bersama dengan meningkatkan individu-individu, maka
pengembangan akan gagal. Adapun kehendak Tuhan ialah membebaskan manusia
dari segala macam perbudakan moral maupun material, agar ia secara bebas dan
bertanggung jawab dapat melaksanakan hidupnya yang dijiwai oleh iman sejati dan
cinta kasih. Dalam rangka ini kita pun bertugas atas dasar keyakinan kita untuk
menganjurkan perubahan struktur-struktur, sikap dan tindakan-tindakan yang
berguna." (Bdk. MAWI, PEDOMAN KERJA UMAT KATOLIK INDONESIA, Dokumen
Penerangan MAWI, Jakarta, 1975, hal 17).
SKEMA 1: PENDEKATAN MULTIDIMENSIONAL

Hak Azasi 8. Sosio Konjungtural 6. Sosio Ekonomis Penghematan Pek.& Moral


Jabatan Korupsi

Wilayah Produktivitas

4. Sosio Eddukatif Sekolalı Hidup Ekumene Kerjasama antar agama Pek.


Pengembangan

Hidup Bersama antar Agama Ibadat

2. Sosio religius Perjalanan Umat Menuju ke Tuhan Katekese

1. Hidup Religius Kehuarga Perkumpulan

3. Sosio Psikologis Tertih hukum Hak Azasi

5. Sosio Politis Korupsi Ideołogi

7. Sosio Budaya Struktural

PERLU DIPERHATIKAN DAN DILAKSANAKAN DI DALAM PENDEKATAN YANG


KOMPREHENSIF

Paroki, keluarga-keluarga dan generasi muda Kristen memerlukan latihan-latihan


dalam usaha-usaha pekerjaan pastoral. Beberapa unit pastoral yang perlu disusun
dalam pengembangan pastoral di Indonesia sekarang ini dapat disusun dalam
beberapa unit pastoral berikut ini:

1) Hidup religius.

Masalah: Kekurangan hidup berdoa secara pribadi dan keltergantungan umat pada
rumus-rumus doa. : Kristus mengajar kita berdoa. : Membimbing umat ke
kedewasaan rohani dan penghayatan Kitab Suci secara pribadi. Tema Latihan arah
renungan dan

2) Ascese.

Masalah
: Kebutuhan dan kehausan akan hidup rohani yang mendalam dalam diri manusia
modern dewasa ini di Indonesia, khususnya kaum muda.

: Pergaulan dengan Kristus.

: Untuk memberikan santapan rohani, rekcleksi, retret, untuk memperdalam hidup


rohani dan membimbing umat ke arah renungan dan kedewasaan rohani.

Tema

Latihan

3) Liturgi.

Masalah

: Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana ikut sertanya umat secara aktif dalam
ibadat.

: Ibadat

: Memberikan pekan liturgi

Tema

Latihan

4) Panggilan.

Masalah

: Krisis panggilan imamat di dalam Gereja dewasa ini.

: Jabatan di Gereja.

Tema

: Menyelenggarakan hari panggilan, bimbingan : Menyelenggarakan hari panggilan,


bimbingan

panggilan imamal, bimbingan panggilan hidup religius dan bimbingan panggilan


kaum awam.

Latihan

5) Pengrasulan.
: Masalah yang kita hadapi ialah tidak ikut sertanya umat secara aktif dalam tugas
kerasulan.

: Hidup kcluarga Kristiani (Gercja dan dunia).

: Membentuk Organisasi Kerasulan Legio Maria, Maria Konggregasi yang sesuai


dengan tuntutan zaman, Masalah Tema

Latihan

dan lain-lain.

6) Katekese.

Masalah

: Bagaimana membimbing umat pewartaan terhadap dunia sekarang ini.

: Warta gembira/amanat Kristus.

: Bimbingan perkembangan iman, baik bimbingan perkembangan iman individual,


maupun bimbingan perkembangan iman dalam Gereja dan dunia. Memberikan
pekan katekese baik untuk katekis lokal dalam tugas Tema Latihan maupiin giri-guru
agama Katolik.

7) Ekumenisme-Ekumene.

Masalah

: Hidup bersama secara damai dan kerjasama antar agama.

: Kerinduan akan perkembangan karya keselamatan dalam agama-agama dan


aliran-aliran kepercayaan yang ada di Indonesia (Kristus adalah Jalan ke Tema
Tuhan).

Latihan

: Untuk mengadakan dialog dengan agama-agama lain.

8) Pedagogi kepribadian.
: Hubungan antar hidup moral dan pembentukan pribadi.

: Pembentukan diri (penguatan diri).

: Untuk memberikan pekan atau hari pembentukan.

Masalah Tema

Latihan

9) Keluarga dan perkawinan.

Masalah

: Bertambahnya problem perkawinan dan keluarga, broken home.

: Perkawinan dan keluarga Kristen.

: Untuk memberi kursus perkawinan, penerangan seksual, perkawinan Kristen,


keluarga berencana secara bertanggung jawab, pendidikan anak dalam keluarga,
dan lain-lain.

Tema

Latihan

10) Media Komunikasi.

: Ekspresi bebas dan autentik dalam masa dewasa ini. Penghayatan realitas modern
dengan dijiwai warta gembira.

: Kebenaran.

: Umat dibina dalam dunia publikasi dan dalam mempergunakan media komunikasi
dalam hidup.

Pekan-pekan pers. Latihan siaran pedesaan, dan lain- lain.

Masalah

Tema

Latihan

11) Kebudayaan, pendidikan dan pengajaran.


: Ada jurang atau gap antara pengajaran dan tuntutan masyarakat.

Krisis akhlak.

Masalah

: Kebudayaan/pendidikan/pengajaran.

: Membimbing guru dalam tugasnya sebagai pendidik Kristen; Pekan-pekan


pendidikan; Pekan-pekan kebudayaan Indonesia; Pekan-pekan inkulturasi;
Membimbing umat untuk menciptakan hubungan erat antara kebudayaan Indonesia
dan agama Kristen.

Tema

Latihan

12) Keadilan sosial (etika sosial). Masalah

: Bagaimana menciptakan masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial. Tema

: Nilai tenaga kerja manusia dan nilai barang-barang dunia.

: Perjuangan ke arah keadilan bagi organisasi-organisasi sosial dan serikat-serikat


kerja.

Latihan

13) Moral jabatan dan vocational guidance.

Masalah

: Arti jabatan dan tanggung jawab jabatan untuk umat Kristen.

: Jabatan.

: Menyclenggarakan hari-hari latihan di bidang moral jabatan untuk para guru,


perawat, dokter, usahawan dan karyawan, dan sebagainya.

Tema

Latihan

14) Pekerjaan pastoral milicu (lingkungan hidup).


: Bagaimana menyesuaikan diri di dalam perubahan dari masyarakat agraris menuju
ke masyarakat

Masalah

industrial.

: Pekerjaan.

: Bimbingan Penyesuaian hidup dalam lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang
modern.

Tema Latihan umat dalam peralihan. masa

15) Pengembangan masyarakat.

: Masyarakat kurang maju atau kurang berkembang (under development).

: Kesejahteraan umat.

: Teknik dan metvde pengembangan masyarakat, dan latihan mengadakan pekan


pengintegrasian usaha Kristen (sekolah-sekolah, rumah sakit, dan lain-lain), dalam
pengembangan masyarakat.

Masalah

Tema

Latihan

4.4. FASE-FASE LATIHAN PROYEK PASTORAL

Sebagaimana telah diuraikan di atas, latihan pastoral tidak diberikan secara kuliah.
Latihan-latihan pastoral harus berupa latihan-latihan praktis fase demi fase. Umat
harus dilatih untuk mengenal dan melaksanakan langkah-langkah dalam
pelaksanaan proyek pastoral. Jumlah fase-fase atau langkah-langkah itu ada
sepuluh. Tiap-tiap fase atau langkah dapat dipandang sebagai suatu tahapan latihan
tersendiri, walaupun seringkali dalam praktek beberapa fase ini akan berhubungan.
Sepuluh langkah latihan proyek pastoral itu adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Motivasi.

Langkah 2. Analisa situasi.

Langkah 3. Penggambaran situasi.

Langkah 4. Feasibility study.

Langkah 5. Penyusunan program.

Langkah 6. Penyusunan Acara Latihan.

Langkah 7. Proyek Teladan.

Langkah 8. Community Organization.

Langkah 9. Pelaksanaan dan Pemeliharaan.

Langkah 10. Evaluasi.

Titik berat dari latihan langkah-langkah tersebut di atas terletak pada penerapannya
dalam praktek oleh para pekerja pastoral di paroki-paroki. Juga terletak pada tugas
pembimbing pastoral, yang bertugas membimbing segenap proses itu langkah demi
langkah. Dari taraf umat dasar sampai ke tingkat pimpinan tentu terdapat tingkat-
tingkat dan hierarki yang makin tinggi yang masing-masing mempunyai tugas-tugas
dan peranan-peranan khas dalam mendukung, mengarahkan, mengawasi, meneliti
dan menilai proses pekerjaan pastoral itu. Tentang segenap aktivitas-aktivitas
pengembangan itu atas masing-masing taraf dan dalam masing-masing langkah
diberikan suatu gambaran skematis dalam skema kedua yang dimuat di bawah ini
yang berjudul: "Cross Section".

SKEMA II : CROSS SECTION

"LANGKAH-LANGKAH PEKERJAAN PASTORAL

DALAM BERBAGAI-BAGAI TARAF"

Langkah Langkah 2.

Langkah Langkah Langkah 5 1 4 Motivasi Penggambar Feasibility-an situasi


Penyusun-an program Analisa situasi study Pelaporan K.W.I yang K.W.I. Surat
Edaran Rapat K.W.I.Program Nasional komprehen-sif Development Support
Communica- Pengolahan Survei Kasus dan Nasional Nasicnal Feasibility Study
Penyesuai-an dengan Perencana-

V. Balai Penelitian Institut data-dataan Nasional Penentuan Тeologi

IV. Akademi Kateketik/ Pastoral; tion SzudyPenyusunanalat Develop ment Support

Communiçatin

Assestment Penentuan for training developmen Feasibilityt trends Trainingtraining


objectives

Äims inventary Seminari g dan latihan Tinggi

III. Keuskupan Memberi Pembina program Targeting berhubung dengan reg.onal


planning

Program Perbaikan motivasi untuk –an Pembimbing Pengumpul Survei data-


regional Regional Feasibility study Pastoral data

II. Metivasi umat Kasus Survei Evaluasi Pembimbing

Pastoral paroki penggambar peng-gunaan daftar pertanyaan daerah Laporan


keadaan-an situasi

II. Mctivasi Penggambar Pertimbanga Usul Perkumpula masyarakat n umat n


dan lain- perpaikan -an situas: masyarakat masyarakat Fact finding
Penyadaran lain penyusuna Paroki n program berdasar perɔaikan daftar
pertanyaan

SKEMA II (SAMBUNGAN)

Langkah 8 Community Organization HubungandenganPemerintahLangkah 7Latihan;


Proyek Pedoman Kerja Teladan Langkah 9 Pelaksanaan Langkah 6 Langkah 10
Acara Evaluasi dan Pemeliharaan Umat Penyusunan skema evaluasi ilmiah
Hubungan dengan Percobaan Functional Evaluasi research and ilmiah untuk
pedoman kerja universitas- adjustment universitas dan studies statistis irstitut-institut
ilmiah Bantuan metodik | Latihan Field testing Reorganizing of training Supervisi
dengan panitia- perlindungan daftar ahli- terhadap instansi- faktor percobaanUsaha
teladan Hubungan didaktis of training Penyusunan garis besar untuk percobaan
Pengolahan panitia, ahli, acara kerja penilaian irstansi lain gargguan Bimbingan
BimbinganPercobaanBimbingan Pengumpulan penilaian penyusunan mencari ways
unat usaha-usaha/ follow-up dan menjaga kelanjutan Kelompok acara kerja and
means Penyusunan acara kerja Bimbingan perbaikan dan masyarakat Penila an
dengan mengisi daftar Latihan usaha usaha (getok-tular) percobaan penilaian

4.5. SKEMA ATAU BAGAN PENGEMBANGAN PASTORAL

Sebelum mendalami tentang fase-fase pekerjaan pastoral (atau langkah-langkah


latihan) itu, disajikan dahulu sebuah Skema (Skema III), yarg melukiskan proses
pengembangan pastoral yang diharapkan untuk digerakkan dalam latihan-latihan
usaha pastoral. Skema III berjudul "Pengembangan Pastoral."

SKEMA III : PENGEMBANGAN PASTORAL ACARA LATHAN USAHA-USAHA


PASTORAL

Ganbaran sitaasi Penyusunan ackerang dengan masalah-masalah dan Program


Perbaikan Feasibility suay keputunan ke DLTunan yang Realists Tim Penyusun
Acara Usaha Jatitan dari ahll-anli Teladan (Demonstrasi) Aralisis situasi dengan

EVALUASI Latihan DIRI uerdasarha pengalaman nyarakasus dan lainlain sesudah


motivasi Audie

Acara Rele Visual playing alds usata yang Dlintegraskan TERMASUK


Timperencanaan Tim evallasI dari ahli-ahl DEWAN PASTORAL KEUSKUPAN
pembagian kerja Pan Liturgi Katheg. Sosial Perd. Lain-lain 14 Perbaikan susunan-
susuran Tim Pastaral Fualuasi I at han.latihan eanars bertahap dan taciltae.taciltas
Tim Pembataruan-pambaharuan PastoralMotivaal Kelorhpok nti Perkembangan
ekslensi "geink tular" sistem perubahan pola-pola aikaa-ailep Sekelah-sekalah,
Pramuka Pramuka, Organisas- uyataual, Pareki, Keluarga Integraci Perennaraan
Paroki Kelompok Pulako Partisipasi Inventeriaaal Lalihan-latihan Dusar Tala Kerja
Otabllaaa 11 17 Sebagai penjelasan umum atas Skema III dapat ditambahkan
keterangan sebagai berikut:

Titik tolak dari penafsiran Skema III adalah motivasi

(1) yang telah diadakan dan yang langsung diikuti dengan analisa situasi
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang nyata (2). Berdasarkan analisa
tersebut, maka diperoleh sebuah gambaran situasi dengan kcbutuhan kebutuhan
dan masalah-masalah yang terpenting dalam kehidupan komunita (3). Lebih lanjut
diperlukan sebuah pastoral feasibility study yang sederhana (4) mengenai apa yang
mungkin dikerjakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan komunita dan
memecahkan masalahnya guna mempercleh tentang apa yang mungkin dikerjakan
dengan sukses. Suatu Setelah gambaran itu diperoleh, dapatlah dibuat sebuah
program yang cukup realistis (5) dan dalam rangka program ini disusun suatu acara
latihan untuk usaha yang akan dijalankan. Latihan-latihan ini perlu didukung dengan
role playing dan audio-visual aids (6). Dalam acara latihan itu hendaknya sekaligus
sudah dimasukkan rencana evaluasi pastoral. Selanjutnya dapat diadakan sebuah
usaha teladan(7) (demonstrasi) dalam praklek. Dalam usaha leladan ini dianjurkan
adanya kelompok-kelompok kerja pastoral yang akan meluas secara getok tular.
Aktivitas panitia-panitia atau delegates delegatus atau komisi-komisi keuskupan
dalam Skema III ini digambarkan dengan garis-garis titik-titik.(8) Pertama-tama
diharapkan terjadinya suatu koordinasi baik antara panitia-panitia atau delegatus-
delegatus atau komisi-komisi (9) yang akan menghasilkan team-team perencanaan
motivasi dan menentukan kebijaksanaan. Selanjutnya diharapkan agar supaya
dewan pastoral akan menyediakan pada satu pihak latihan-latihan (10) bagi para
pekerja pengembangan paroki, agar mereka mampu membentuk kelompok-
kelompok pelaksana (11) yang cakap, dan kepada kelompok-kelompok pelaksana
tersebut diberikan fasilitas dan bahar yang perlu (12) untuk dapat menyukseskan
pekerjaan mereka, agar pada gilirannya sukses-sukses yang dicapai ini akan meluas
secara getok tular pula. Pada lain pihak diharapkan agar dewan pastoral akan
mengevaluasi hasil-hasil yang dilaporkan dari praktek (14), dan menggunakannya
sebagai bahan untuk menyusun (menyempumakan) usaha-usaha pastoral (15) lebih
lanjut. Akhirnya Skema III ini melukiskan pula kegiatan team pastoral. Paroki
digerakkan dengan adanya motivasi (16) dari team pastoral. Dalam memotivasi
paroki ini team pastoral tidak boleh mengabaikan peran organisasi-organisasi
kerasulan yang terdapat di dalamnya (17). Organisasi-organisasi kerasulan ini
sangat diperlukan dalam pembentukan kelompok-kelompok inti pengrasulan (18).
Mereka inilah yang kemudian akan diberikan latihan dasar dan tata kerja (olch
pembimbing). Kelompok inti ini mengirimkan pekerja-pekerja pengembangan ke
tempat-tempat latihan yang ada di dalam wilayah Gereja (10) di mana mereka
diberikan latihan untuk dapat menjadi kelompok pelaksana (11) yang lebih efektif.
Team pastoral mengadakan inventarisasi, dan mengaktifkan partisipasi umat pada
perencanaan usaha pastoral (19) yang dapat dipercayakan pelaksanaannya kepada
para pelaksana. Kelompok pelaksana (11) itu melaksanakan pekerjaan mereka
dengan fasilitas-fasilitas dan bantuan dari dewan pastoral (12), sampai pada suatu
sukses yang semakin meluas (13); dengan selalu mendapat dukungan dari team
pastoral berupa integrasi dan stabilisasi (20) dalam kehidupan. Dengan melaporkan
hasil evaluasi usahanya ke atas (21), maka selesailah siklus dari proses
pengemhangan pastoral, seperti dikiaskan dalam Skema III itu.

4.2. DIMENSI-DIMENSI DALAM PEKERJAAN PASTORAL

Marilah sekarang kita lebih maju selangkah lagi, dengan belajar mengenai dimensi-
dimensi dalam pekerjaan pastoral. Dimensi berarti: aspek, galra, perspeklif, segi,
sudut pandang. Pekerjaan pasloral melipuli berbagai aspek atau segi. Aspek-aspek
atau segi-segi yang memainkan peranan penting dalam perkembangan pastoral
harus mendapat perhatian di dalam usaha pastoral. Sebab jika ada segi atau aspek
penting di dalam pekerjaan pastoral terlupakan, maka seluruh proses perkembangan

pastoral akan terhambat. Dari Kegiatan Belajar 1, Anda sudah belajar tiga macam
pendekatan di dalam pekerjaan pastoral. Penggunaan setiap pendekatan
tergantunglah dari situasi dan kondisi setempat di mana pekerjaan pastoral
dilaksanakan. Ada keuskupan-kcuskupan atau paroki-paroki yang lebih cocok
menerapkan pendekatan sektorial. Begitu pula ada yang lebih cocok dengan
penerapan pendekatan multi sektoral yang tidak berkoordinasi. Ada pula yang sudah
menerapkan pendekatan pastoral yang komprehensif. Dalam penerapan
pendekatan-pendekatan itu perlulah ditentukan dulu sampai mana kenyataan yang
dihayati oleh umat yang terlibat di dalam pekerjaan pastoral. Juga perlu dipelajari
terlebih dahulu apa dimensi-dimensi yang memainkan peranan dalam bidang
pastoral di daerah kerja pastoral. Sebab jelas sekali bahwa bidang pastoral ini
merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang lebih luas. Maksud dan tujuan dari
pekerjaan pastoral adalah untuk menciptakan lingkungan hidup dalam mana
manusia dapat menyelesaikan perjalanannya ke Tuhan. Usaha dari pekerjaan
pastoral bertujuan agar susunan kehidupan di dunia diatur begitu rupa, sehingga
setepat mungkin untuk manusia dalam menunaikan tugasnya sebagai putra Allah
yang menuju ke perkembangan kemanusiaannya seturut kehendak Allah. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pekerjaan pastoral meliputi dimensi-
dimensi yang berikut:

4.2.1. DIMENSI HIDUP RELIGIUS

Dimensi yang pertama, yang perlu mendapat perhatian di dalam pendekatan yang
komprehensif adalah dimensi hidup religius. Istilahreligius sangat mungkin
berhubungan dengan kata Latin re-liga-re, yang berarti mengikat. Sehingga religio
berarti ikatan. Memang dalam hidup religius ini manusia mengikat dirinya dengan
Tuhan. Dengan kata lain, dalam hidup rcligius manusia mencrima ikatannya dengan
Tuhan. Ikatan itu tidak dirasakannya sebagai sesuatu yang mengurangi
kebahagiaannya, melainkan justru dialaminya sebagai sumber kebahagiaan. Dalam
hidup religius, manusia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Penyerahan tersebut
dirasakannya sebagai syarat mutlak untuk mencapai kebahagaan sejati, juga dalam
hidup di dunia ini. Pekerjaan pastoral pertama-tama bertujuan untuk pembinaan
hidup religius kaum beriman. Hidup religius berarti hidup keagamaan, atau hidup
keimanan. Umat dibina di dalam dca-doa harian; dalam membaca Kitab Suci dan
merenungkannya; dalam ibadat sabda dan Perayaan Sakramen-sakramen,
khususnya Perayaan Ekaristi; dalam pembentukan diri dan dalam pembentukan
komunita. Pekerjaan pastoral merupakan pekerjaan untuk meningkatkan hidup
keimanan keimanannya umat dibina di dalam perjalanannya menuju ke Tuhan.

4.2.2. DIMENSI SOSIO-RELIGIUS

Jelaslah bahwa di dalam pekerjaan pastoral bidang atau dimensi berikutnya adalah
dimensi sosio-religius. Pekerjaan pastoral adalah pekerjaan sosio-religius, pekerjaan
di dalam bidang sosial keagamaan; pekerjaan sosial yang didasarkan atas
keimanan. Dimensi sosic-religius ini dinyatakan dalam ibadat dan dalam hidup
religius. Lebih lanjut, pencerminan dari hidup religius itu diwujudkan di dalam
katekese. Sedangkan hidup beribadat perlu diperkembangkan lebih lanjut di dalam
ekumene dalam mana tercapai kehidupan damai dan kerjasama antar agama.

4.2.3. DIMENSI SOSIO - PSIKOLOGIS

Scdangkan dimersi sosio rcligius itu lebih lanjut juga tergantung dari lingkungan
sosio-psikologis. Dengan lingkungan sosio-psikologis disini dimaksudkan lingkungan
keluarga (hubungan suami-istri, hubungan orang tua-anak dan hubungan antar anak
dalam keluarga); lingkungan perkumpulan; lingkungan pergaulan dengan teman;
suasana masyarakat yang mempunyai pengaruh psikologis yang begitu kuat
terhadap individu maupun kelompok umat. Dalam dimensi sosio-psikologis ini,
mentalitas-mentalitas dan sikap-sikap terhadap kehidupan dan pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Maka diperlukan penyesuaian yang
tepat di antara mentalitas dan sikap-sikap manusia yang hidup dan bekerja di dalam
proses perkembangan itu. Sebagai contoh, kurang adanya disiplin kerja, tidak
adanya kesadaran nengenai perlunya perhatian dan ketaatan kepada waktu,
berbagai-bagai ketakhayulan, kepercayaan-kepercayaan, dan pandangan irasional,
kurang lincahnya dalam penyesuaian akan cita-citanya (fanatisme) dan sikap apatis
terhadap perubahan-perubahan sosial dan mencoba pembaharuan-pembaharuan
secara tidak tepat, amat mempengaruhi pendidikan.

4.2.4. DIMENSI SOSIO-EDUKATIF

Selanjutnya, hidup sosio-religius berhubungan erat dengan dimensi sosio-edukatif


sebab untuk menjadi orang religius yang dewasa, bidang pendidikan, baik
pendidikan dalam dan oleh keluarga maupun pendidikan di sekolah memainkan
peranan yang sangat perting.

4.2.5. DIMENSI SOSIO- POLITIS

Selanjutnya, adalah dimensi sosio-politis. Dimensi sosio-politis, seperti terbukti


dalam sejarah, besar artinya dan erat hubungannya dengan kemungkinan
memperkembangkan kemanusiaan manusia menuju ke Tuhan. Tanpa terjaminnya
hak-hak azasi manusia dan tertib hukum tiada kemungkinan untuk perkembangan
sosio-religius yang wajar.

4.2.6. DIMENSI SOSIO-EKONOMIS

Dimensi selanjutnya, yang besar pengaruhnya terhadap manusia dalam


perjalanannya ke Tuhan adalah dimensi sosio-ekonomis. Dalam kemiskinan yang
terlalu besar manusia tak akan menemukan Tuhan. Produktivitas dalam bidang
sosio-ekonomis dengan penghematan terhadap pengeluaran-pengeluaran yang tak
mempunyai fungsi sosial, mempunyai arti yang besar dalam perkembangan
tanggung-jawab manusia sebagai ciptaan Tuhan yang berbudi terhadap sesama
manusia. Jadi, perkembangan religius erat hubungannya dengan perkembangan
dalam bidang sosio- ekonomis.

4.2.7. DIMENSI SOSIO-KULTURAL ATAU SOSIO-BUDAYA

Dalam kaitannya dengan dimensi sosio-kultural atau sosio-budaya perlu diingat,


bahwa perkembangan umat Allah dapat dirintangi, dihambat atau dihalang-halangi
oleh berbagai-bagai lembaga, aturar-aturan serta susunan adat istiadat yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan yang laras. Misalnya, budaya paternalistis atau
bapakisme atau romoisme, sering menyebabkan bahwa umat biasa kurang berani
mengambil inisiatif di dalam usaha-usaha pastoral. Mereka menunggu instruksi atau
perintah ("dhawuh") dari atas (romo, uskup, atau pimpinan lainnya). Pada dasarnya
segala kelemahan dalam struktur dasar masyarakat dan segala kemerosotan dalam
kebudayaan mempengaruhi secara mendalam perkembangan umat dalam
perjalanannya ke Tuhan.

4.2.8. DIMENSI SOSIO-KONJUNGTURAL

Dengan dimensi sosio-korjungtural dimaksudkan segala pengaruh timbul dari


situasi-situasi spesifik di sepanjang waktu yang berlangsungnya proses
perkembangan pastoral. Dalam bahasa Inggris conjuncture diterjemahkan dengan
zaman krisis, sedangkan conjunction dari bahasa Latin conjunctio, berarti bersama-
sama. Dalam setiap perkembangan selalu dijumpai situasi-situasi khusus yang
dapat mempengaruhi perkembangan itu. Faktor-faktor ini seringkali tidak ikut
diperhitungkan dalam perencanaan pastoral. Sedangkan berhasil atau gagalnya
rencana-rencana pasloral dapat sangal dipengaruhi olehnya. Keadaan Gereja dan
umat Allah pada satu masa yang tertentu tergantung dari situasi dan kondisi
setempat. Situasi dan kondisi setempat terjadi karena bertemunya sejumlah kejadian
dan faktor dalam suatu hubungan tertentu. Faktor-faktor inilah yang harus
diperhitungkan juga dalam bimbingan perkembangan umat menuju ke Tuhan.

4.3. PENERAPAN PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM PEKERJAAN


PASTORAL
Jika dimensi-dimensi sebagaimana diuraikan di atas diperhatikan bersama dengan
faktor yang memainkan peranan di dalamnya, dan dengan masalah-masalah yang
terkandung di dalamnya, maka dapatlah disusun unit-unit pastoral yarg dalam tugas
bimbingan umat Kristen terhadap dunia memerlukan perhatian yang khusus. Garis
besar dari unit-unit yang seperti itu terdapat dalam "PEDOMAN KERJA GEREJA
KATOLIK INDONESIA 1995" DAN "ARAH DASAR GEREJA KATOLIK INDONESIA
HASIL SIDANG AGUNG KWI DAN GEREJA KATOLIK INDONESIA, TAHUN 2000".
Garis besar yang terdapat di dalam pedoman semacam itu perlu diterapkan pada
kenyataan sehari-hari. Pedoman kerja baru berarti jika pekerjaan yang digariskan di
dalamnya betul-betul dilaksanakan oleh umat. melaksanakarnya, umat juga perlu
mendapatkan latihan-latihan praktis. Susunan atau struktur umat juga perlu diatur
sesuai dengan pekerjaan dan Untuk mampu lugas-lugas pasloral yang perlu
dilaksanakan. Dalam Dokumen Hasil Sidang Agung KWI dan Gereja Kalolik
Indonesia, no 5, tentang Perubahan dan Peluang, dirumuskan sbb: "Umat Katolik
akan semakin ditantang oleh perubahan yang amat cepat dan di dalam bidang-
bidang politik, ekonomi, budaya, komunikasi sosial, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan pelbagai segi kehidupan manusia. Dalam gelombang itu banyak ditemukan
masalah yang sangat mendesak untuk ditangani. Setiap peluang untuk bersama
seluruh rakyat membangun masa depan yang sejahtera perlu disambut atas dasar
iman yang mendunia. Perlu diusahakan agar proses itu terus menerus disemangati
oleh kesediaan mencari kehendak Allah dalam segala liku-liku pergulatan bangsa."
(Bdk. Konferensi Waligereja Indonesia, HASIL SIDANG AGUNG KWI DAN GEREJA
KATOLIK INDONESIA 1995 DAN 2000, Etem Print, Jakaria, 2003, hal 20-21). Sejak
perlama kali diterbitkannya Pedoman Kerja Umat Kalolik Indonesia, pada tahun
1975 pun, perubahan struktur-struktur ini sudah mendapalkan titik berat dan
perhalian ulama. Di dalam pedoman itu dikatakan sbb: "Perlu diadakan perubahan
dalam struktur-struktur baik sosial maupun kultural, politik dan ekonomi. Kalau ini
tidak diusahakan bersama dengan meningkatkan individu-individu, maka
pengembangan akan gagal. Adapun kehendak Tuhan ialah membebaskan manusia
dari segala macam perbudakan moral maupun material, agar ia secara bebas dan
bertanggung jawab dapat melaksanakan hidupnya yang dijiwai oleh iman sejati dan
cinta kasih. Dalam rangka ini kita pun bertugas atas dasar keyakinan kita untuk
menganjurkan perubahan struktur-struktur, sikap dan tindakan-tindakan yang
berguna." (Bdk. MAWI, PEDOMAN KERJA UMAT KATOLIK INDONESIA, Dokumen
Penerangan MAWI, Jakarta, 1975, hal 17).

SKEMA 1: PENDEKATAN MULTIDIMENSIONAL

Hak Azasi 8. Sosio Konjungtural 6. Sosio Ekonomis Penghematan Pek.& Moral


Jabatan Korupsi

Wilayah Produktivitas

4. Sosio Eddukatif Sekolalı Hidup Ekumene Kerjasama antar agama Pek.


Pengembangan

Hidup Bersama antar Agama Ibadat

2. Sosio religius Perjalanan Umat Menuju ke Tuhan Katekese

1. Hidup Religius Kehuarga Perkumpulan

3. Sosio Psikologis Tertih hukum Hak Azasi

5. Sosio Politis Korupsi Ideołogi

7. Sosio Budaya Struktural

PERLU DIPERHATIKAN DAN DILAKSANAKAN DI DALAM PENDEKATAN YANG


KOMPREHENSIF

Paroki, keluarga-keluarga dan generasi muda Kristen memerlukan latihan-latihan


dalam usaha-usaha pekerjaan pastoral. Beberapa unit pastoral yang perlu disusun
dalam pengembangan pastoral di Indonesia sekarang ini dapat disusun dalam
beberapa unit pastoral berikut ini:

1) Hidup religius.

Masalah: Kekurangan hidup berdoa secara pribadi dan keltergantungan umat pada
rumus-rumus doa. : Kristus mengajar kita berdoa. : Membimbing umat ke
kedewasaan rohani dan penghayatan Kitab Suci secara pribadi. Tema Latihan arah
renungan dan

2) Ascese.

Masalah

: Kebutuhan dan kehausan akan hidup rohani yang mendalam dalam diri manusia
modern dewasa ini di Indonesia, khususnya kaum muda.

: Pergaulan dengan Kristus.

: Untuk memberikan santapan rohani, rekcleksi, retret, untuk memperdalam hidup


rohani dan membimbing umat ke arah renungan dan kedewasaan rohani.

Tema

Latihan

3) Liturgi.

Masalah

: Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana ikut sertanya umat secara aktif dalam
ibadat.

: Ibadat

: Memberikan pekan liturgi

Tema

Latihan

4) Panggilan.

Masalah

: Krisis panggilan imamat di dalam Gereja dewasa ini.

: Jabatan di Gereja.

Tema

: Menyelenggarakan hari panggilan, bimbingan : Menyelenggarakan hari panggilan,


bimbingan
panggilan imamal, bimbingan panggilan hidup religius dan bimbingan panggilan
kaum awam.

Latihan

5) Pengrasulan.

: Masalah yang kita hadapi ialah tidak ikut sertanya umat secara aktif dalam tugas
kerasulan.

: Hidup kcluarga Kristiani (Gercja dan dunia).

: Membentuk Organisasi Kerasulan Legio Maria, Maria Konggregasi yang sesuai


dengan tuntutan zaman, Masalah Tema

Latihan

dan lain-lain.

6) Katekese.

Masalah

: Bagaimana membimbing umat pewartaan terhadap dunia sekarang ini.

: Warta gembira/amanat Kristus.

: Bimbingan perkembangan iman, baik bimbingan perkembangan iman individual,


maupun bimbingan perkembangan iman dalam Gereja dan dunia. Memberikan
pekan katekese baik untuk katekis lokal dalam tugas Tema Latihan maupiin giri-guru
agama Katolik.

7) Ekumenisme-Ekumene.

Masalah

: Hidup bersama secara damai dan kerjasama antar agama.

: Kerinduan akan perkembangan karya keselamatan dalam agama-agama dan


aliran-aliran kepercayaan yang ada di Indonesia (Kristus adalah Jalan ke Tema
Tuhan).

Latihan

: Untuk mengadakan dialog dengan agama-agama lain.


8) Pedagogi kepribadian.

: Hubungan antar hidup moral dan pembentukan pribadi.

: Pembentukan diri (penguatan diri).

: Untuk memberikan pekan atau hari pembentukan.

Masalah Tema

Latihan

9) Keluarga dan perkawinan.

Masalah

: Bertambahnya problem perkawinan dan keluarga, broken home.

: Perkawinan dan keluarga Kristen.

: Untuk memberi kursus perkawinan, penerangan seksual, perkawinan Kristen,


keluarga berencana secara bertanggung jawab, pendidikan anak dalam keluarga,
dan lain-lain.

Tema

Latihan

10) Media Komunikasi.

: Ekspresi bebas dan autentik dalam masa dewasa ini. Penghayatan realitas modern
dengan dijiwai warta gembira.

: Kebenaran.

: Umat dibina dalam dunia publikasi dan dalam mempergunakan media komunikasi
dalam hidup.

Pekan-pekan pers. Latihan siaran pedesaan, dan lain- lain.

Masalah
Tema

Latihan

11) Kebudayaan, pendidikan dan pengajaran.

: Ada jurang atau gap antara pengajaran dan tuntutan masyarakat.

Krisis akhlak.

Masalah

: Kebudayaan/pendidikan/pengajaran.

: Membimbing guru dalam tugasnya sebagai pendidik Kristen; Pekan-pekan


pendidikan; Pekan-pekan kebudayaan Indonesia; Pekan-pekan inkulturasi;
Membimbing umat untuk menciptakan hubungan erat antara kebudayaan Indonesia
dan agama Kristen.

Tema

Latihan

12) Keadilan sosial (etika sosial). Masalah

: Bagaimana menciptakan masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial. Tema

: Nilai tenaga kerja manusia dan nilai barang-barang dunia.

: Perjuangan ke arah keadilan bagi organisasi-organisasi sosial dan serikat-serikat


kerja.

Latihan

13) Moral jabatan dan vocational guidance.

Masalah

: Arti jabatan dan tanggung jawab jabatan untuk umat Kristen.

: Jabatan.

: Menyclenggarakan hari-hari latihan di bidang moral jabatan untuk para guru,


perawat, dokter, usahawan dan karyawan, dan sebagainya.
Tema

Latihan

14) Pekerjaan pastoral milicu (lingkungan hidup).

: Bagaimana menyesuaikan diri di dalam perubahan dari masyarakat agraris menuju


ke masyarakat

Masalah

industrial.

: Pekerjaan.

: Bimbingan Penyesuaian hidup dalam lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang
modern.

Tema Latihan umat dalam peralihan. masa

15) Pengembangan masyarakat.

: Masyarakat kurang maju atau kurang berkembang (under development).

: Kesejahteraan umat.

: Teknik dan metvde pengembangan masyarakat, dan latihan mengadakan pekan


pengintegrasian usaha Kristen (sekolah-sekolah, rumah sakit, dan lain-lain), dalam
pengembangan masyarakat.

Masalah

Tema

Latihan

4.4. FASE-FASE LATIHAN PROYEK PASTORAL

Sebagaimana telah diuraikan di atas, latihan pastoral tidak diberikan secara kuliah.
Latihan-latihan pastoral harus berupa latihan-latihan praktis fase demi fase. Umat
harus dilatih untuk mengenal dan melaksanakan langkah-langkah dalam
pelaksanaan proyek pastoral. Jumlah fase-fase atau langkah-langkah itu ada
sepuluh. Tiap-tiap fase atau langkah dapat dipandang sebagai suatu tahapan latihan
tersendiri, walaupun seringkali dalam praktek beberapa fase ini akan berhubungan.
Sepuluh langkah latihan proyek pastoral itu adalah sebagai berikut:

Langkah 1. Motivasi.

Langkah 2. Analisa situasi.

Langkah 3. Penggambaran situasi.

Langkah 4. Feasibility study.

Langkah 5. Penyusunan program.

Langkah 6. Penyusunan Acara Latihan.

Langkah 7. Proyek Teladan.

Langkah 8. Community Organization.

Langkah 9. Pelaksanaan dan Pemeliharaan.

Langkah 10. Evaluasi.

Titik berat dari latihan langkah-langkah tersebut di atas terletak pada penerapannya
dalam praktek oleh para pekerja pastoral di paroki-paroki. Juga terletak pada tugas
pembimbing pastoral, yang bertugas membimbing segenap proses itu langkah demi
langkah. Dari taraf umat dasar sampai ke tingkat pimpinan tentu terdapat tingkat-
tingkat dan hierarki yang makin tinggi yang masing-masing mempunyai tugas-tugas
dan peranan-peranan khas dalam mendukung, mengarahkan, mengawasi, meneliti
dan menilai proses pekerjaan pastoral itu. Tentang segenap aktivitas-aktivitas
pengembangan itu atas masing-masing taraf dan dalam masing-masing langkah
diberikan suatu gambaran skematis dalam skema kedua yang dimuat di bawah ini
yang berjudul: "Cross Section".

SKEMA II : CROSS SECTION

"LANGKAH-LANGKAH PEKERJAAN PASTORAL

DALAM BERBAGAI-BAGAI TARAF"

Langkah Langkah 2.
Langkah Langkah Langkah 5 1 4 Motivasi Penggambar Feasibility-an situasi
Penyusun-an program Analisa situasi study Pelaporan K.W.I yang K.W.I. Surat
Edaran Rapat K.W.I.Program Nasional komprehen-sif Development Support
Communica- Pengolahan Survei Kasus dan Nasional Nasicnal Feasibility Study
Penyesuai-an dengan Perencana-

V. Balai Penelitian Institut data-dataan Nasional Penentuan Тeologi

IV. Akademi Kateketik/ Pastoral; tion SzudyPenyusunanalat Develop ment Support

Communiçatin

Assestment Penentuan for training developmen Feasibilityt trends Trainingtraining


objectives

Äims inventary Seminari g dan latihan Tinggi

III. Keuskupan Memberi Pembina program Targeting berhubung dengan reg.onal


planning

Program Perbaikan motivasi untuk –an Pembimbing Pengumpul Survei data-


regional Regional Feasibility study Pastoral data

III. Metivasi umat Kasus Survei Evaluasi Pembimbing

Pastoral paroki penggambar peng-gunaan daftar pertanyaan daerah Laporan


keadaan-an situasi

III. Mctivasi Penggambar Pertimbanga Usul Perkumpula masyarakat n umat n


dan lain- perpaikan -an situas: masyarakat masyarakat Fact finding
Penyadaran lain penyusuna Paroki n program berdasar perɔaikan daftar
pertanyaan

SKEMA II (SAMBUNGAN)

Langkah 8 Community Organization HubungandenganPemerintahLangkah 7Latihan;


Proyek Pedoman Kerja Teladan Langkah 9 Pelaksanaan Langkah 6 Langkah 10
Acara Evaluasi dan Pemeliharaan Umat Penyusunan skema evaluasi ilmiah
Hubungan dengan Percobaan Functional Evaluasi research and ilmiah untuk
pedoman kerja universitas- adjustment universitas dan studies statistis irstitut-institut
ilmiah Bantuan metodik | Latihan Field testing Reorganizing of training Supervisi
dengan panitia- perlindungan daftar ahli- terhadap instansi- faktor percobaanUsaha
teladan Hubungan didaktis of training Penyusunan garis besar untuk percobaan
Pengolahan panitia, ahli, acara kerja penilaian irstansi lain gargguan Bimbingan
BimbinganPercobaanBimbingan Pengumpulan penilaian penyusunan mencari ways
unat usaha-usaha/ follow-up dan menjaga kelanjutan Kelompok acara kerja and
means Penyusunan acara kerja Bimbingan perbaikan dan masyarakat Penila an
dengan mengisi daftar Latihan usaha usaha (getok-tular) percobaan penilaian

4.5. SKEMA ATAU BAGAN PENGEMBANGAN PASTORAL

Sebelum mendalami tentang fase-fase pekerjaan pastoral (atau langkah-langkah


latihan) itu, disajikan dahulu sebuah Skema (Skema III), yarg melukiskan proses
pengembangan pastoral yang diharapkan untuk digerakkan dalam latihan-latihan
usaha pastoral. Skema III berjudul "Pengembangan Pastoral."

SKEMA III : PENGEMBANGAN PASTORAL ACARA LATHAN USAHA-USAHA


PASTORAL

Ganbaran sitaasi Penyusunan ackerang dengan masalah-masalah dan Program


Perbaikan Feasibility suay keputunan ke DLTunan yang Realists Tim Penyusun
Acara Usaha Jatitan dari ahll-anli Teladan (Demonstrasi) Aralisis situasi dengan

EVALUASI Latihan DIRI uerdasarha pengalaman nyarakasus dan lainlain sesudah


motivasi Audie

Acara Rele Visual playing alds usata yang Dlintegraskan TERMASUK


Timperencanaan Tim evallasI dari ahli-ahl DEWAN PASTORAL KEUSKUPAN
pembagian kerja Pan Liturgi Katheg. Sosial Perd. Lain-lain 14 Perbaikan susunan-
susuran Tim Pastaral Fualuasi I at han.latihan eanars bertahap dan taciltae.taciltas
Tim Pembataruan-pambaharuan PastoralMotivaal Kelorhpok nti Perkembangan
ekslensi "geink tular" sistem perubahan pola-pola aikaa-ailep Sekelah-sekalah,
Pramuka Pramuka, Organisas- uyataual, Pareki, Keluarga Integraci Perennaraan
Paroki Kelompok Pulako Partisipasi Inventeriaaal Lalihan-latihan Dusar Tala Kerja
Otabllaaa 11 17 Sebagai penjelasan umum atas Skema III dapat ditambahkan
keterangan sebagai berikut:

Titik tolak dari penafsiran Skema III adalah motivasi


(1) yang telah diadakan dan yang langsung diikuti dengan analisa situasi
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang nyata (2). Berdasarkan analisa
tersebut, maka diperoleh sebuah gambaran situasi dengan kcbutuhan kebutuhan
dan masalah-masalah yang terpenting dalam kehidupan komunita (3). Lebih lanjut
diperlukan sebuah pastoral feasibility study yang sederhana (4) mengenai apa yang
mungkin dikerjakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan komunita dan
memecahkan masalahnya guna mempercleh tentang apa yang mungkin dikerjakan
dengan sukses. Suatu Setelah gambaran itu diperoleh, dapatlah dibuat sebuah
program yang cukup realistis (5) dan dalam rangka program ini disusun suatu acara
latihan untuk usaha yang akan dijalankan. Latihan-latihan ini perlu didukung dengan
role playing dan audio-visual aids (6). Dalam acara latihan itu hendaknya sekaligus
sudah dimasukkan rencana evaluasi pastoral. Selanjutnya dapat diadakan sebuah
usaha teladan(7) (demonstrasi) dalam praklek. Dalam usaha leladan ini dianjurkan
adanya kelompok-kelompok kerja pastoral yang akan meluas secara getok tular.
Aktivitas panitia-panitia atau delegates delegatus atau komisi-komisi keuskupan
dalam Skema III ini digambarkan dengan garis-garis titik-titik.(8) Pertama-tama
diharapkan terjadinya suatu koordinasi baik antara panitia-panitia atau delegatus-
delegatus atau komisi-komisi (9) yang akan menghasilkan team-team perencanaan
motivasi dan menentukan kebijaksanaan. Selanjutnya diharapkan agar supaya
dewan pastoral akan menyediakan pada satu pihak latihan-latihan (10) bagi para
pekerja pengembangan paroki, agar mereka mampu membentuk kelompok-
kelompok pelaksana (11) yang cakap, dan kepada kelompok-kelompok pelaksana
tersebut diberikan fasilitas dan bahar yang perlu (12) untuk dapat menyukseskan
pekerjaan mereka, agar pada gilirannya sukses-sukses yang dicapai ini akan meluas
secara getok tular pula. Pada lain pihak diharapkan agar dewan pastoral akan
mengevaluasi hasil-hasil yang dilaporkan dari praktek (14), dan menggunakannya
sebagai bahan untuk menyusun (menyempumakan) usaha-usaha pastoral (15) lebih
lanjut. Akhirnya Skema III ini melukiskan pula kegiatan team pastoral. Paroki
digerakkan dengan adanya motivasi (16) dari team pastoral. Dalam memotivasi
paroki ini team pastoral tidak boleh mengabaikan peran organisasi-organisasi
kerasulan yang terdapat di dalamnya (17). Organisasi-organisasi kerasulan ini
sangat diperlukan dalam pembentukan kelompok-kelompok inti pengrasulan (18).
Mereka inilah yang kemudian akan diberikan latihan dasar dan tata kerja (olch
pembimbing). Kelompok inti ini mengirimkan pekerja-pekerja pengembangan ke
tempat-tempat latihan yang ada di dalam wilayah Gereja (10) di mana mereka
diberikan latihan untuk dapat menjadi kelompok pelaksana (11) yang lebih efektif.
Team pastoral mengadakan inventarisasi, dan mengaktifkan partisipasi umat pada
perencanaan usaha pastoral (19) yang dapat dipercayakan pelaksanaannya kepada
para pelaksana. Kelompok pelaksana (11) itu melaksanakan pekerjaan mereka
dengan fasilitas-fasilitas dan bantuan dari dewan pastoral (12), sampai pada suatu
sukses yang semakin meluas (13); dengan selalu mendapat dukungan dari team
pastoral berupa integrasi dan stabilisasi (20) dalam kehidupan. Dengan melaporkan
hasil evaluasi usahanya ke atas (21), maka selesailah siklus dari proses
pengemhangan pastoral, seperti dikiaskan dalam Skema III itu.

Anda mungkin juga menyukai