Anda di halaman 1dari 25

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut keseluruhan hasil yang telah dilaksanakan dan selanjutnya dibuat


pembahasan sesuai dengan kaidah pembahasan:

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Rumah Sakit Jiwa Lawang memiliki rawat inap kelas 1.2 dan 3 untuk laki-
laki dan perempuan ruangan tersebut antara lain ruangan wijaya kusuma, ruang
jalak, kenari, perkutut, kutilang,cucak rowo, parkit, garuda, bangau, sedap malam,
melati, nusa indah. Ruangan penelitian dilakukan diruang cucak rowo atas
rekomendasi pihak RSJ Lawang dengan jumlah perawat 12 orang. Sedangkan
jumlah ruang perawatan ada 2 berjumlah 24 tempat tidur, terdapat 3 kamar mandi,
dan ventilasi memadai. Ruang kenari adalah ruang khusus klien laki-laki. Jumlah

klien laki-laki berjumlah 30 orang.

4.1.2 Pengkajian
Pengkajian kasus 1 dan 2 dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Oktober 2019 di
ruang Cucak rowo di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Berikut ini hasil anamnese klien dengan masalah halusinasi penglihatan di ruang
Cucak rowo Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Pengkajian
terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan terapi
medis.
Ruang perawatan : Ruang Cucak Rowo
Tanggal MRS : 07 Juli 2019
Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2019
1 Identitas Klien
Tabel 4.2 Identitas Klien
IDENTITAS KLIEN KIEN 1 KLIEN 2
Nama Tn. S Tn. N
Umur 42 Tahun 19 Tahun
Alamat Madiun Bojonegoro
Pendidikan SD SD
Agama Islam Islam
Status Sudah menikah Belum menikah
Pekerjaan Swasta Tidak bekerja
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki

49
50

2. Alasan Masuk
Tabel 4.2 Alasan Masuk
Alasan masuk Klien 1 Klien 2
Data Perimer Dari data rekam medis keluarga Dari data rekam medis keluarga
klien mengatakan klien mengatakan
klien masuk rumah sakit karena klien masuk rumah sakit karena
klien mengatakan dibawa kesini sering menyendiri di kamar dan
karena bicara sendiri dan suka tidak mau diajak bicara.
tertawa sendiri dan menangis
ketika menyendiri seperti ditakuti
oleh seseorang.

Data Sekunder klien sering keluyuran sekali kali Klien sering terlihat bingung dan
diam dan bicara sendiri. selalu menyendiri

Keluhan utama saat Klien tidak menjawab Klien mengatakan tidak suka
pengkajian keramaian, sering menyendiri.

3. Riwayat Penyakit
Tabel 4.3 Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2
Riwayat Penyakit Klien rawat ulang dengan gejala Klien mengatakan masuk RSJ
Sekarang (Faktor keluyuran, teriak-teriak, bicara karena sering marah-marah
Presipitasi) sendiri, menangis, pernah dirumahnya semenjak dia tidak
memukul istrinya dengan kayu bisa melanjutkan sekolahnya,
hingga tangannya patah. Kontrol selalu berdiam diri dikamar dan
rutin di RSJ tapi tidak rutin dalam kurang bersosialisasi baik dengan
meminum obat. orang yang ada dirumahnya dan
tetangga sekitarnya.
Riwayat Penyakit Klien mengatakan saat ini masuk Klien mengatakan pernah
Dahulu (Faktor RSJ untuk yang kelima kali, dan mengalami gangguan jiwa dimasa
Predisposisi) klien sakit pada tahun 2007 silam. lalu, dan saat ini masuk RSJ yang
keempat kali.

Riwayat Penyakit Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
Keluarga keluarga yang terkena gangguan keluarga yang terkena gangguan
jiwa sebelumnya. jiwa sebelumnya.

4. Pola Kesehatan
Tabel 4.4 Pola Kesehatan
Pola Kesehatan Kien 1 Klien 2
Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari (pagi 07.00), Makan 3 kali sehari (pagi 07.00),
(siang 12.00), (Malam 17.00) (siang 12.00), (Malam 17.00)
mandiri dan selalu habis mandiri dan selalu habis
Pola Eliminasi Toileting baik, mampu BAK dan Klien mampu melakukan
BAB secara tepat dan mandiri toileting secara mandiri

Pola Istirahat dan Tidur siang (12.00-15.00) Tidur siang (13.00-15.00)


51

tidur Tidur malam (19.30-04.30) Tidur malam (19.30-05.00)

5. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2
Keadaan Umum Cukup, mondar-mandir, sering Cukup, tampak bingung,
menyendiri, terlihat bingung kontak mata kurang, sering
terlihat menyendiri.
Kesadaran Composmentis (456) Composmentis (456)
Observasi TTV
- Tekanan Darah 110/70 mmHg 110/80 mmHg
- Nadi 80 x/menit 72 x/menit
- Suhu 37,4 c 36,5 c
- Respirasi 22 x/menit 24 x/menit
- Berat Badan 60 kg 60 kg
- Tinggi Badan 169 cm 160 cm

6. Status Mental
Tabel 4.6 Status Mental
Status Mental Klien 1 Klien 2
Penampilan Penampilan kurang rapi, kusut, Penampilan klien kurang rapi,
rambut acak-acakan, tidak mau rambut klien tidak tertata, klien
bersisir. tampak kusam, lesu.
Pembicaraan Nada pelan, terkadang keras, gaya Klien tidak pernah memulai
bicara terkadang melolot. pembicaraan terlebih dahulu pada
lawan bicara, klien menjawab
pertanyaan seperlunya saja.
Aktivitas motorik Klien merasa gelisah, mondar- Klien kurang bersemangat, sering
mandir, tiba-tiba melamun. diam, saat berbincang-bincang
kontak mata klien kurang.
Mood Dan Afek Klien sering sendiran diruangan, Datar, karena selama interaksi klien
klien terlihat tidak ada rasa banyak diam dan menjawab
gembira dengan wajah sering pertanyaan seperlunya saja.
menunduk
Interaksi Kontak Mata Kurang Kontak Mata Kurang, klien kurang
Klien diajak bicara kontak mata kooperatifsaat diwawancarai, klien
kurang dengan kepala menunduk, berbicara hanya saat diberi
klien kurang kooperatif di ruangan, pertanyaan, pembicaraanya kacau,
klien banyak mondar-mandir, terkadang tidak jelas.
gelisah.
Persepsi Klien mengatakan mendengar Klien mengatakan tidak pernah
bisikan suara masih ada, bisikan ketika ditanya apakah mendengar
suara tersebut sering datang saat atau melihat hal-hal yang tidak
klien sendirian. dilihat dan didengar orang lain
(halusinasi)
Proses Pikir Arus pikir : koheren kalimat atau Arus pikir : Blocking, klien sering
pembicaraan klien dapat dipahami terlihat melamun, tidak suka
dengan baik. memulai pembicaraan.
Isi pikir : Obsesif, klien Isi pikir : pikiran isolasi sosial,
mengatakan bahwa suara itu pasien sering menyendiri dan
membuatnya tidak nyaman. terlihat sering melamun.
Bentuk pikir : Non realistik Bentuk pikir : non realistik, pasien
sering melamun sehingga tidak
peduli dengan lingkungan sekitar.
52

Kesadaran Klien baik, klien masih bisa Klien dapat mengorientasikan


mengenal waktu, klien berkata tempat, waktu, orang dengan tepat
“sekarang sore, jam 5” dan jelas

Memori Klien dapat mengingat masa lalu Klien masih ingat kejadian jangka
yang menurut dia itu pengalaman panjang.
yang tidak disukai dan klien
mampu mengingat kegiatan yang
baru saja dia lakukan.
Tinkat Konsentrasi Konsentrasi : Konsentrasi :
dan berhitung Klien mudah beralih saat diajak Klien kurang mampu
bicara. berkonsentrasi, sering diam.
Berhitung : klien dapat berhitung Berhitung : klien hanya diam saat
denjgan baik meskiun lama dalam diberi pertanyaan
menjawabnya.
Kemampuan Gangguan ringan: klien Klien mampu memilih
Penilaian mengatakan bahwa melihat sosok kemampuannya dengan baik
yang menyuruh untuk membunuh.
Daya Tilik Diri Klien mengatakan bahwa dirinya Klien mengatakan bahwa dirinya
dibawa ke RSJ karena sakit dan mengalami gangguan jiwa.
butuh pengobatan.
Mekanisme Koping Klien jika melihat dan mendengar Klien mengatakan jika ada masalah
suara selalu memejamkan mata dan tidak memberitahukan pada orang
menutup telinganya. lain.
7. Status Mental

a. Genogram Klien 1

Tn. S
53

Penjelasan :
Klien merupakan anak tunggal, beliau tinggal bersama dengan ibu, istri
dan ketiga anaknya. Saat di rumah klien paling dekat dengan istrinya
karena setiap ada masalah selalu bercerita dengan istrinya. Komunikasi
pasien dengan keluarga cukup baik.
Diagnosa keperawatan : -
b. Genogram Klien 2

Tn. Y
54

Penjelasan :
Klien mengatakan dirinya adalah anak ke dua dari dua bersaudara, klien
sejak kecil diasuh oleh kedua orang tuanyaklien sudah menikah. Klien
tinggal bersama istri, ibu dan kedua anaknya. Klien mengatakan
komunikasi dengan keluarganya baik. Hubungan dengan keluarganya juga
baik.

Diagnosa Keperawatan :-

Tabel 4.7 Pengkajian social

Psikosisial Klien 1 Klien 2


1. Citra diri Klien mengatakan tidak suka Klien mengatakan menyukai
dengan dirinya yang sekarang semua anggota tubuhnya, dan
karena tubuhnya semakin mengatakan tidak ada
kurus. kekurangan pada semua
anggota tubuhnya.

2. Identitas Klien mengatakan namanya S Klien mengatakan namanya


umurnya 46 tahun, pendidikan N, umurnya 19 tahun,
terakhir SMP, dan sudah pendidikan terakhir SD, dan
menikah. belum menikah.
3. Peran Saat dirumah klien Peran klien dalam keluarga
mengatakan tinggal dirumah klien anak pertama dari tiga
dengan istri, anaknya dan bersaudara, klien mengatakan
ayahnya, saat dirumah sakit, bahwa klien di RSJ dalam
klien mengatakan bahwa klien proses pengobatan
di RSJ dalam proses
pengobatan.

4. Ideal diri Klien mengatakan ingin cepat Klien ingi menjadi


sembuh dan ingin segera pengusaha tapi ia tidak
pulang untuk bersama mampu karena keterbatasna
keluarganya. biaya, dan semua barang
berharganya di curi maling.

5. Harga diri Klien mengatakan bahwa dia Klien tidak merasa minder di
malu dengan keadaannya yang hadapan orang lain
sekarang, dan tidak bisa disekitarnya.
berkumpul dengan keluarga.
6. Orang terdekat Klien mengatakan adalah Klien mengatakan adalah
istrinya istrinya
7. Peran serta dalam Saat dirumah klien Klien mengatakan sering
masyarakat mengatakan sering berkumpul mengikuti kegiatan
dengan masyarakat, gotong berkelompok di area
royong rumahnya dulu.
55

8. Hambatan dalam Klien mengatakan suka Klien mengatakan jarang


berhubungan dengan bercakap-cakap dengan orang bergaul dengan orang lain
orang lain lain saat dirinya sendiri. dan jarang bercakap-cakap.
9. Nilai dan keyakinan Klien mengatakan bahwa Klien beragama islam
dirinya beragama Islam, klien
percaya bahwa klien akan
sembuh dari penyakit yang di
deritanya.
10. Kegiatan beribadah Klienmengatakan saat Klien tidak pernah beribadah
dirumah dia rajin sholat.

8. Masalah psikososial dan lingkungan

Tabel 4.8 Masalah psikososial dan lingkungan


Masalah psikososial dan Klien 1 Klien 2
lingkungan
Masalah dengan Ketika ditanya apakah klien Ketika ditanya apakah klien
dukungan kelompok mempunyai masalah dengan mempunyai masalah dengan
dukungan keluarga ? klien dukungan keluarga ? klien tidak
menggelengkan kepala ada masalah

Masalah dengan Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak suka
Lingkungan masalah berhubungan dengan berkumpul dengan orang lain
lingkungan karena merasa orang lain tidak
ingin bergaul dengan dirinya.

Masalah dengan Klien tidak bekerja Klien mengatakan menjadi


Pekerjaan tukang

Masalah dengan Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak ada


Perumahan pernah ada masalah dalam masalah, klien mengatakan
lingkungan tetangganya tinggal serumah bersama istrinya

Masalah dengan Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan bahwa semua
ekonomi penghasilan kebutuhan cukup

9. Aspek medis
Tabel 4.9 Aspek medis
Diagnosa multi Klien 1 Klien 2
axis
Axis 1 : F.25.0 skizofrenia Axis 1 :F.20.14 depresi paskah
afektif tipe manik skizofrenia
Axis 2 : tertutup Axis 2 : Pendiam
Axis 3 : - Axis 3 : -
Axis 4 : - Axis 4 : -
Axis 5 : GAF scalp 30-21 Axis 5 : -
56

Terapi media Haloperidol 5 mg/ oral 1-0-1 Haloperidone 15 mg/ ora 1-0-1
Frimanize 200 mg/ oral 1-0-1 CPZ 100 mg/ oral 0-0-1
THD 2mg/ ora 1-0-1 Ikalep 200mg/ ora 1-0-1

10. Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan
Daftar Diagnosa Klien 1 Klien 2
keperawatan yang 1. Gangguan persepsi sensori 1. Gangguan persepsi sensori
muncul (halusinasi penglihatan ) (halusinasi penglihatan )
2. Harga diri rendah 2. Resiko perilaku kekerasan.
3. Resiko perilaku kekerasan 3. Isolasi sosial : menarik diri

i. Analisa Data
Tabel 4.11 Analisa Data Klien 1
N DIAGNOSA
DATA
O KEPERAWATAN
DS : klien mengatakan dibawa kesini karena bicara sendiri
saat ada bisikan dan suka tertawa sendiri dan menangis
ketika menyendiri.
Gangguan Persepsi Sensori :
DO :
1.
Halusinasi penglihatan
a. Klien sering berbicara sendiri
b. Sering melamun
c. Saat interaksi klien sering mengalihkan pandangan.

DS : Klien mengatakan merasa malu dengan sendirinya


sekarang
DO :
2a. Klien kontak mata cukup Harga Diri Rendah
b. Bicara ngelantur
c. Klien bicara sendiri saat interaksi

DS : Klien mengatakan ingin marah-marah jika ada yang


berisik dan pernah memukul istrinya.
DO :
3 Resiko Prilaku Kekerasan
a. Klien terlihat gelisah
b. Nada bicara bicara klien keras dan pelan

ii. Daftar Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.11 Analisa Data Klien 2
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1 DS : Klien mengatakan sering melihat seseorang yang Gangguan Persepsi Sensori :
menyuruhnya membunuh orang dengan pisau. Halusinasi penglihatan

DO :
a. Klien tampak sering menyendiri dan berbicara
57

sendiri
b. Klien kurang berinteraksi dengan orang lain
c. Saat bicara sering menunduk

DS : Klien mengatakan ingin marah marah, memukul


orang lain, suka menyendiri
DO :
2 a. Klien tampak marah-marah Prilaku Kekerasan
b. Klien tampak gelisah
c. Klien tampak cemas

DS : Klien mengatakan tidak mau bercakap-cakap dan


berkenalan dengan orang lain, suka menyendiri
DO :
3 a. Klien lebih sering diam Isolasi sosial : Menarik diri
b. Klien sering menyendiri
c. Klien sering melamun
58

iii. Intervensi Keperawatan


Tabel 4.12 Rencana Asuhan Keperawatan
Nama klien : Tn. S dan Tn Y Ruang : Cucak Rowo
Jenis kelamin : Laki-laki No. Reg :
Diagnosa Perencanaan
Tgl Rencana tidakan keperawatan
Keperawatan Tujuan Kreteria Hasil
Gangguan sensori TUM : Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
persepsi : menunjukkan tanda-tanda percaya mengungkapkan prinsip komunikasi teraupeutik
halusinasi Klien dapat mengontrol kepada/terhadap perawat a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
(lihat/dengar/raba/ halusinasi yang dialaminya. non verbal.
kecap) Dengan kreteria : b. Perkenalkan nama, nama panggilan dan
TUK 1 1. Ekspresi wajah bersahabat. tujuan perawat berkenalan.
2. Menunukkan rasa senang. c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
Klien dapat membina 3. Ada kontak mata. yang disukai klien.
hubungan saling percaya. 4. Mau berjabat tangan. d. Buat kontrak yang jelas.
5. Mau menyebutkan nama. e. Tunjukkan sikap yang jujur dan menepati
6. Mau menjawab salam. janji setiap kali interaksi.
7. Mau duduk berdampingan dengan f. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa
perawat. adanya.
8. Berusaha mengungkapkan masalah g. Tanyakan pada klien masalah apa yang
yang dihadapi. dihadapi oleh klien.
h. Rasional.

TUK 2 1. Setelah 1x interaksi klien dapat 1. Intervensi :


menyebutkan : a. Adakan kontak sering dan singkat secara
Klien dapat mengenal a. Isi bertahap.
halusinasinya b. Waktu b. Obeservasi tingkah laku klien terkait dengan
c. Frekuensi halusinasinya (dengar/lihat/raba/penghidu/kecap)
d. Situasi dan kondisi yang c. Bantu klien mengenal halusinasinya.
menimbulkan halusinasi. d. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi

59
59

2. Setelah 1x interaksi klien dapat tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan


menyebutkan perasaan dan responnya dengan klien.
daat halusinasi : e. Diskusikan dengan klien apa yang disarankan jika
a. Marah terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk
b. Takut mengungkapkan perasaannya.
c. Sedih
d. Senang
e. Cemas
f. Jengkel

TUK 3 Kriteria evaluasi : Intervensi :


1. Setelah 1 kali interaksi klien a. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang
Klien dapat mengontrol menyebutkan tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah,
halusinasinya. biasanya dilakukan untuk menyibukkan diri dll).
mengendalikan halusinasi. b. Diskusikan dengan cara yang digunakan klien.
2. Setelah 1 kali interaksi klien c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol
menyebutkan cara baru timbulnya halusinasi.
mengontrol halusinasi. d. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan
3. Setelah 1 kali interaksi klien dapat dan latih untuk mencobanya.
memilih dan memperagakan cara e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang
mengatasi halusinasi. dipilih dan dilatih.
4. Setelah 1 kali interaksi klien f. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih.
melaksanakan cara yang telah g. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
dipilih untuk mengendalikan kelompok, orientasi, realita, stimulasi persepsi.
halusinasinya.
5. Setelah 1 kali pertemuan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok.
TUK 4 Kriteria evaluasi : Intervensi :
1. Setelah 1 kali pertemuan a. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan.
Klien dapat dukungan dari keluarga, keluarga b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan
keluarga dalam mengontrol menyatakan setuju untuk keluarga / kunjungan rumah)
halusinasinya. mengikuti pertemuan dengan
perawat

60
60

2. Setelah 1 kali interaksi


keluarga pengertian, tanda
dan gejala, proses terjadinya
halusinasi dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
TUK 5 Kriteria evaluasi : Intervensi :
1. Setelah 1 kali interaksi klien a. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
Klien dapat memanfaatkan menyebutkan manfaat minum kerugian tidak minum obat.
obat dengan baik. obat, kerugian tidak minum b. Pantau klien saat minum obat.
obat, nama warna dosis obat. c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang
2. Setelah 1 kali interaksi klien manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
mendemonstrasikan d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
penggunaan obat dengan konsultasi dokter.
benar.
3. Setelah 1 kali interaksiklien
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dokter.
61

iv. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

61
Tabel 4.11 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien 1
Nama Pasien : Tn. S Ruangan : Cucak Rowo
No Register : Dx. Medis :
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan persepsi SP 1 S: Klien mengatakan
sensori : Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi. a. Selamat siang.
penglihatan 2. Mengidentifikasi isi halusinasi. b. Nama saya Bapak S sering dipanggil Pak S berasal
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi. dari Situbondo.
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi. c. Saya sering mendengar suara-suara bisikan suara
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kyai yang terdengar menyuruh untuk sholat, dzikir,
halusinasi. dan mendoakan semua orang. Suara itu muncul saat
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap melamun dan ketika menyendiri.
halusinasi. d. Pada saat dirumah ketika bisikan-bisikan itu muncul
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi. saya menadji ketakutan, berbicara sendiri dan sering
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara marah-marah.
menghardik halusinasi kedalam jadwal kegiatan e. Saya mau diajarkan menjghardik suara-suara yang
harian. meneror saya.

O:
a. Pasien sudah bisa mengidentifikasi,jenisj, isi, waktu,
situasi, frekuensi, respon, terhadap halusinasi, cara
mrnghardik dan memsukkan kedalam adwalj
kegiatan.
b. Pasien mau menjawab pertanyaan.
c. Kontak mata baik.
d. Pasien memperagakan cara menghardik halusinasi

62
yang muncul.
62

A:
a. Pasien mampu mengidentifikasi jenis, waktu, isi,
frekuensi, situasi, respon terhadap halusinasi, cara
menghardik dan memasukkan kedalam jadwal
kegiatan.
b. Pasien mampu memperagakan cara menghardik
halusinasi.
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik bila halusinasi muncul.
Lanjutkan SP 2
Gangguan persepsi SP 2 S:
sensori : Halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian a. Pasien masih mendengarkan suara-suara bisikan yang
penglihatan pasien. menyuruhnya untuk sholat, berdzikir, dan mendoakan
2. Melatih mengendalikan halusinasi dengan semua orang.
bercakap-cakap dengan orang lain. b. “Saya sudah mencoba mengontrol halusinasi dengan
3. Menganurkan pasien memasukkan kegiatan mengobrol dengan temannya.
bercakap-cakap dengan orang lain dalam
jadwal kegiatan.
O:
a. Pasien bercakap-cakap dengan pasien lain.
b. Pasien memasukkan latihan bercakap-cakap kedalam
jadwal kegiatan harian.
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan pasien lain.
b. Pasien mampu memasukkan latihan mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain kedalam jadwal kegiatan.
P:
Pasien :

63
a. Anjurkan pasien menggunakan cara menghardik dan
bercakap-cakap saat suara tak terwujud itu muncul.
63

b. Anjurkan pasien latihan cara menghardik dan


bercakap-cakap dan memasukkan dalam jadwal
kegiatan.
Perawat:
Lanjutkan SP 3
Gangguan persepsi SP 3 S : Pasien mengatakan
sensori : Halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien. a. Melakukan aktivitas terjadwal menyapu dan
penglihatan 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi mengepel dan disaat sendirian berbicara dan
dengan melakukan kegiatan. mengobrol dengan temannya.
3. Menganjurkan pasien memasukkan b. Terkadang klien uga menutupi telinganya.
kejadwal kegiatan harian.
O:
a. Pasien mau membantu membersihkan ruangan seperti
menyapu dan mengepel.

A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktivitas terjadwal.
P:
Pasien :
a. Anjurkan sering aktivitas diruangan.
Perawat :
Lanjutkan ke SP 4
Gangguan persepsi SP 4 S : Pasien mengatakan
sensori : Halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian a. Setelah minum obat suara-suara itu sedikit berkurang.
penglihatan pasien. b. Obatnya ada tida macam dan harus rutin diminum.
2. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penggunaan obat secara teratur.
3. Menganjurkan pasien memasukkan
pengguanaan obat secara teratur kedalam
jadwal kegiatan harian.

64
O:
a. Pasien meminta obat pada perawat atas inisiatifnya
sendiri.
64

b. Pasien meminum obat yang sudah diberikan.


c. Pasien memasukkan penggunaan obat secara teratur
kedalam jadwal kegiatan harian.
A:
a. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
b. Pasien mempu memasukkan penggunaan obat secara
teratur kedalam jadwal kegiatan harian.
P:
Pasien :
a. Anjurkan pasien untuk meminum obat sesuai jadwal
minum obat secara teratur dan rutin.
Perawat :
Pertahankan SP 4, latih pasien minum obat secara teratur dan
anjurkan untuk mengikuti TAK.

65
Nama Pasien : Tn. Y Ruangan : Cucak Rowo
No Register : Dx Medis :
Tabel 4.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien II
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan Persepsi SP 1 S: Klien mengatakan
sensori : Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi. a. “Selamat siang”
Penglihatan 2. Mengidentifikasi isi halusinasi. b. “Nama dipanggil Tn. Y, umur saya 29 tahun, saya berasal
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi. dari Blitar”
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi. c. “Saya dulu pernah ke rumah sakit ini mbak”
5. Mengidentifikasi situasi yang d. “Saya sering mendengar suara-suara laki-laki yang
menimbulkan halusinasi. menyuruh saya untuk sholat dan zakat”
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap e. “Suara itu muncul ketika saya sendiri dan ketika melamun”
halusinasi. f. “Pada saat ketika suara itu muncul saya menjadi ingin
7. Mengajarkan pasien menghardik bicara dengan suara it, suara itu menyuruh saya untuk
halusinasi. sholat, kadang saya tanggapi dengan senyum,”
65

8. Menganjurkan pasien memasukkan cara g. “ Terkadang saya jarang menuruti suara itu”
menghardik halusinasi kedalam jadwal h. “Saya mau diajarkan cara menghardik sesuatu yang tidak
kegiatan harian. nyata ketika muncul”

O:
a. Pasien sudah bisa mengidentifikasi, jenis, isi, waktu,
situasi, frekuensi, respon terhadap halusinasi, cara
menghardik dan memasukkan kedalam jadwal kegiatan.
b. Pasien mau menjawab pertanyaan.
c. Kontak mata ada.
d. Pasien memperagakan cara menghardik halusinasi bila

66
muncul.

A:
a. Pasien mampu mengidentifikasi jenis, waktu, isi,
frekuensi, situasi, respon, terhadap halusinasi, cara
menghardik dan memasuukan kedalam jadwal kegiatan.
b. Pasien mampu memperagakan cara mengahardik
halusinasi.

P:
Pasien :
c. Anjurkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik bila halusinasi muncul.
Lanjutkan SP 2

Gangguan persepsi SP 2 S :
sensori : Halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian a. “Tadi malam saya masih mendengar suara laki-laki itu, saat
penglihatan pasien. saya sendiri dan sunyi.”
2. Melatih mengendalikan halusinasi b. “Saya sudah mencoba mengontrol halusinasi dengan
66

dengan bercakap-cakap dengan orang mengobrol sama teman-teman.”


lain.
3. Menganurkan pasien memasukkan
kegiatan bercakap-cakap dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan.
O:
a. Kontak mata ada.
b. Pasien bercakap-cakap dengan pasien lain.
c. Pasien memasukkan latihan bercakap-cakap kedalam
jadwal kegiatan harian.
A:
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-

67
cakap dengan pasien lain.
b. Pasien mampu memasukkan latihan mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
kedalam jadwal kegiatan.
P:
Pasien :
c. Anjurkan pasien menggunakan cara menghardik dan
bercakap-cakap saat suara tak terwujud itu muncul.
d. Anjurkan pasien latihan cara menghardik dan bercakap-
cakap dan memasukkan dalam jadwal kegiatan.
Perawat:
Lanjutkan SP 3
Gangguan persepsi SP 3 S :
sensori : Halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien. a. “Semalam swaktu saya mau tidur saya yang mendengar
penglihatan 2. Melatih pasien mengendalikan suara yang memanggil saya lagi mas.”
halusinasi dengan melakukan kegiatan. b. “Tadi pagi sehabis makan, saya mencuci piring-piring
3. Menganjurkan pasien memasukkan kotor.”
kejadwal kegiatan harian.
O:
a. Pasien mauj membersihkan piring-piring kotor.
A:
b. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
67

melakukan aktivitas terjadwal.


P:
Pasien :
c. Anjurkan sering aktivitas diruangan.
Perawat :
Lanjutkan ke SP 4
Gangguan persepsi SP 4 S : Pasien mengatakan
sensori : Halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian a. “Kalau saya sudah minum obat, saya menjadi lebih tenang
penlihatan pasien. dan mampu menghardik suara-suara tersebut”
2. Memberikan pendidikan kesehatan b. “Obat yang saya minum tadi malam ada 3 macam.”
mengenai penggunaan obat secara
teratur.

68
3. Menganjurkan pasien memasukkan
pengguanaan obat secara teratur
kedalam jadwal kegiatan harian.
O:
d. Pasien meminta obat pada perawat atas inisiatifnya
sendiri.
e. Pasien meminum obat yang sudah diberikan.
f. Pasien measukkan penggunaan obat secara teratur
kedalam jadwal kegiatan harian.
A:
c. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
d. Pasien mempu memasukkan penggunaan obat secara
teratur kedalam jadwal kegiatan harian.
P:
Pasien :
b. Anjurkan pasien untuk meminum obat sesuai jadwal
minum obat secara teratur dan rutin.
Perawat :
Pertahankan SP 4, latih pasien minum obat secara teratur dan
anjurkan untuk mengikuti TAK.
68

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan Jiwa yang dilakukan pada Tn. S dan Tn. Y dengan halusinasi penglihatan, maka pada bab ini
akan menjelaskan antara hasil pengkajian dan teori.

4.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data obyektif dan subyektif dari pasien. Adapun data yang terkumpul mencakup identitas klien,
informasi klien dan keluarga (Nursalam, 2014)
Data yang dikumpulkan dari klien Tn. S dan Tn. Y meliputi identitas pasien, keluhan utama, alasan masuk, faktor predisposisi,
faktor presipitasi. Aspek fisik, aspek biologis, aspek psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial, lingkungan, pengetahuan serta aspek anamneseatau pengkajian langsung pada pasien atau anamneses pada orang lain. Data
yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi masalah keperawatan
Fakta yang didapatkandaripengkajiandidapatkan data bahwa klien Tn. S suka bicara sendiri, suka tertawa sendiri dan menangis
ketika menyendiri seperti ditakuti oleh seseorang. Karena halusinasinya itu terkadang pasien susah mengontrol emosi sampai-sampai
memukul istrinya. Saat diajak interaksi, Tn. Y cenderung menghindari kontak mata serta sibuk berinteraksi dengan sosok yang tidak
perawat lihat. Dan pada pengkajian Tn. Y didapatkan data bahwa Tn. Y melihat sosok membawa pisau yang menyuruhnya untuk
membunuh seseorang. Tn, Y selalu merasa ketakutan dan berteriak sendiri sembari mengusir sosok yang dilihatnya itu. Karena
halusinasinya itu membuat pasien selal ingn marah dan memukul orang lain.
69

Menurut (Kusumawati, 2012), Tanda dan gejala halusinasi penglihatan adalah klien terlihat tersenyum dan berbicara sendiri,
menggerakkan bibir tanpa suara, respon non verbal yang lambat, tidak dapat membedakan kenyataan dan keadaan yang tidak nyata, sulit
berhubungan dengan orang lain, merusak orang lain, diri sendiri dan lingkungannya, ekspresi muka tegang, jengkel dan sering marah serta
Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panic, agitasi dan kataton.
Menurut penulis, pengkajian pada Tn. S didapatkan data bahwa Tn.S selalu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, hal ini merupakan
tanda bahwa Tn. S mengalami halusinasi penglihatan. Tn. S juga mengatakan bahwa ia malu terhadap dirinya yang sekarang dengan
keadaannya yang seperti ini. Dapat dilihat dari sikapnya yang selalu merendahkan dirinya sendiri. Selain itu, Tn S juga kerap kali
meluapkan emosi dengan marah-marah dan memukul istrinya. Pada pengkajian pada Tn. Y, klien mengeluhkan ada sosok memegang pisau
menyuruhnya untuk membunuh seseorang. Penulis juga sering menjumpai bahwa Tn. Y sering menyendiri, berbicara sendiri, dan enggan
berkumpul dengan pasien lainnya. Ekspresi wajah Tn. Y tampak kurang bersahabat seperti gelisah, cemas dan tegang. Tn. Y juga sering
marah-marah ketika halusinasinya kambuh.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk
menegakkan diagnose keperawatan. Diagnosis keperawatanmelibatkan proses berpikirkkomplekstentang data yang dikumpulkan dari
pasien, keluarga, rekam medic, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain (Nursalam, 2014).
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dan data yang menunjang. Maka Tn. S dan Tn. Y terdapat 4 diagnosa yaitu gangguan
persepsi halusinasi penglihatan, harga diri rendah, isolasi sosial, dan risiko perilaku kekerasan.
70

Menurut Trimelia (2012), pohon masalah pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan yaitu harga diri
menjadi cause: menarik diri sehingga menjadi core problem: halusinasi penglihatan, dan menimbulkan affect: melukai diri sendiri, orang
lain, lingkungan dan kebersihan diri.
Pada Tn. Y didapatkan isolasi sosial sedangkan pada Tn. S tidak didapatkan diagnosa isolasi sosial. Secara teori pada klien
halusinasi penglihatanterdapat diagnosa isolasi sosial dengan manifestasi klinis mnyendiri, melamun, dan gelisah. Tetapi Tn. S tidak
terdapat diagnosa isolasi sosial karena tanda dan gejalanya tidak muncul.
Pada Tn. S didapatkan diagnosa harga diri rendah sedangkan Tn. Y tidak didapatkan diagnosa harga diri rendah. Secara teori pada
klien halusinasi tidak didapatkan diagnosa harga diri. Tetapi pada Tn. S terdapat tanda seperti malu dengan keadaannya sekarang.
Pada Tn. S didapatkan diagnosa respon pasca trauma sedangkan pada Tn. Y tidak didapatkan diagnosa respon pasca trauma. Secara
teori diagnosa tersebut tidak muncul. Tetapi pada Tn. S terdapat faktor predisposisi yang dapat mengangkat diagnosa respon pasca trauma.

4.2.3 Intervensi Keperawatan


Berdasarkan intervensi yang sudah direncanakan, terdapat kesamaan antara konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus Tn.
S dan Tn. Y karena mengacu pada teori yang ada, dimana tahapan-tahapan perencanaan yang ada pada kasus Tn. S dan Tn. Y sesuai
dengan keadaan dan kondisi pasien, serta dalam rencana keperawatan pada fakta sudah memasukkan tiga aspek dalam perencanaan yang
meliputi : tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan khusus pada rencana tidakan keperawatan pada pasien
gangguan persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut tujuan khusus pertama klien dapat membina hubungan saling percaya yang
bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan hubungan antara pasien dan perawat, tujuan khusus kedua klien dapat mengenal
71

halusinansinya, mengenal halusinasinya kemungkinan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasinya, tujuan khusus ketiga pasien
dapat mengontrol halusinasinya, tujuan khusus keempat klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasiya, tujuan khusus
kelima klien dapat memanfaatkan obat yang baik mencegah terjadinya resiko kekambuhan.
Menurut WHO (2013), menetapkan hubungan terapeutik, kontak sering dan singkat secara bertahap, peduli, empati, jujur, menepati
janji, dan memenuhi kebutuhan dasar klien pada umumnya melindungi diri dari perilaku yang membahayakan, tidak membenarkan ataupun
menyalahkan halusinasi klien, melibatkan klien dan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan keperawatan dan mempertahankan
perilaku keselarasan verbal dan non verbal.
Menurut penulis semua direncanakan sesuai dengan teori, dalam perencanaan ditetapkan prioritas masalah, tujuan, criteria hasil dan
evaluasi.

4.2.4 Implementasi Keperawatan


Berdasarkan implementasi yang dilakukan dalam satu interaksi dalam tujuh hari pertemuan, pada interaksi tersebut sudah dilakukan
tidakan keperawatan untuk mengatasi tujuan khusus pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan strategi pelaksanaan yang
penulis buat. Tindakan yang terlaksana adalah membina hubungan saling percaya, menanyakan apa pasien masih melihat sosok-sosok
orang yang sudah meninggal pada Tn. S seperti mengajaknya mengobrol, mengancam klien dan apakah ada yang menakuti klien, perawat
percaya namun perawat tidak melihat ataupun mendengarnnya, mengatakan bahwa perawat akan membantu pasien mengontrol
halusinasinya, mengobservasi perilaku pasien terkait dengan halusinasinya, membantu mengenal halusinasiya, menanyakan tidakan yang
pasien ketika suara tersebut muncul, mendiskusikan dengan pasien situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi,
mendiskusikan waktu dan frekuensi terjadi halusinasi, mendiskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasinya, membanu pasien memilih
72

dan melatih cara mengotrol halusinasi yang pertama yaitu menghardik, memberikan kesempatan pasienuntuk mempraktekkan cara yang
teah diajarkan, memberi pujian jika berhasil, menganjurkan pasien untuk memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian, mengevaluasi
jadwal kegiatan harian, melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan, memberikan pendidikan kesehatan
penggunaan obat secara teratur, menganjurkan klien memasukkan obat secara teratur kedalam jadwal kegiatan harian. Tindakan
keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan yang telah ditetapkan mulai dari SP 1 sampai dengan SP 5, yang mana dari SP 1, SP 2, SP
3, dan SP 5 dilaksanakan tanpa adanya hambatan dan direspon oleh pasien dengan tindakan yang positif, namun pada SP 4 dilaksanakan
sebanyak tiga kali, karena klien belum dapat merespon dengan baik. Untuk pelaksanaan tujuan umum yang mengacu pada tujuan umum
yang mengacu pada tujuan khusus dalam tindakan keperawatan tidak mengalami hambatan dan semua prosedur telah sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan.
Menurut Potter (2005) implementasi merupakan inisiatif rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Pada masalah gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan terdapat 2 jenis SP, yaitu SP kliendan SP keluarga. SP klien terbagi
menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi halusinasi (jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, respon), mengajarkan
cara menghardik, memasukkan kedalam jadwal; SP 2 (mengevaluasi SP 1, mengajarkan cara bercakap-cakap ketika halusinasi muncul,
memasukkan kedalam jadwal; SP 3 (mengevaluasi SP 1 dan SP 2, mengajarkan untuk melakukan kegiatan untuk menghindari halusinasi
muncul, memasukkan kedalam jadwal); SP 4 (mengevaluasi SP 1,2 dan 3, mengajarkan tentang minum obat, memasukkan kedalam
jadwal). SP keluarga terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat klien, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya,
menjelaskan cara merawat klien halusinasi); SP 2 (melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien dengan halusinasi, melatih keluarga
73

melakukan cara merawat langsung pada klien halusinasi); SP 3 (membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning), menjelaskan follow up klien setelah pulang.
Menurut penulis masih ditemukan kesulitan saat menjalankan SP 1 sampai 4 karena pasien kurang kooperatif. Untuk SP keluarga
penulis menemukan hambatan yaitu penulis tidak dapat bertemu dengan keluarga klien, karena keluarga klien tidak menjenguk klien.

4.2.5 Evaluasi
Evaluasi pada hari ke-3 Tn. S sudah sampai SP 3, sedangkan Tn. Y evaluasi pada hari ke-4 sudah sampai SP 4.Menurut Yosep
(2010) kriteria evaluasi dari SP 3 adalah setelah 1 kali interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan
halusinansinya, klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi, klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya, klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok. Kriteria evaluasi dari SP 4 adalah setelah 1 kali pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti
pertemuan dengan perawat, keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasinya dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi. Menurut penulis, Tn. S sudah sampai SP 3 karena pasien mampu mengendalikan halusinasinya, klien
menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi, klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya, klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok sehingga bisa dilanjutkan ke SP 4 karena keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat,
keluarga menyebutkan pegertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi sehingga bisa
dilanjutkan ke SP 5.

69

Anda mungkin juga menyukai