3407 6558 1 SM PDF
3407 6558 1 SM PDF
Hilwah Nora
Pendahuluan
Sebagian besar dari kehamilan akan
menghasilkan satu bayi, hanya 1 dari 80
kehamilan akan terjadi kehamilan kembar
yang dapat terjadi dalam 2 cara. Cara yang
paling umum (2/3 kasus) adalah 2 sperma
yang berbeda akan membuahi 2 ovum
menghasilkan kehamilan kembar dizigotik
atau disebut juga fraternal twin (Gambar
1). Pada janin kembar dizigotik akan
memiliki dua membran ketuban dan dua Gambar 1 Dizygotic (dichorionic,
plasenta sehingga sering disebut kehamilan diamniotic)
diamniotic, dichorionic.1,21
Pada 1/3 kehamilan lainnya, 1 sperma akan
membuahi 1 ovum tetapi akan membelah
menjadi 2 embrio menghasilkan kembar
monozigotic, sering disebut juga kembar
identik karena memiliki materi genetik
yang sama (Gambar 2). Kurang lebih 1/3
dari kembar monozigotic tampak seperti
fraternal twin karena pada pemeriksaan
ultrasound prenatal didapatkan 2 membran
Hilwah Nora adalah Dosen Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
ketuban dan plasenta yang terpisah. Akan
Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tetapi pada 2/3 kasus kembar identik,
86
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
setiap janin memiliki membran ketuban kondisi awal yang normal, oleh karena
sendiri namun akan berbagi plasenta yang adanya hubungan antara keduanya yang
sama. Jenis kembar monozigotik ini sering berada pada permukaan plasenta sehingga
disebut monochorionic, diamniotic yang seharusnya dapat untuk dilakukan terapi.
memiliki risiko komplikasi yang lebih Kondisi ini hanya terjadi pada
tinggi untuk terjadinya TTTS oleh karena monochorionic, diamniotic (1/3 dari
berbagi plasenta yang sama.1,2 monozygotic twin). Pada sebagian besar
kehamilan ini, plasenta tunggal akan
memiliki pembuluh darah yang akan
menghubungkan kedua janin. Untuk alasan
yang belum diketahui sampai dengan saat
ini, pada 15%-20% dari monochorionic
diamniotic aliran darah yang melalui
pembuluh darah ini menjadi tidak
seimbang menghasilkan kondisi yang
disebut twin-twin transfusion syndrome
(TTTS) yang bukan merupakan faktor
yang diturunkan/genetik atau disebabkan
Gambar 2 Monozygotic (monochorionic, oleh sesuatu yang dilakukan oleh ibu atau
diamniotic) ayah.1,2,3
Pada TTTS, janin yang lebih kecil (disebut
Kurang dari 1% dari kembar identik janin donor) tidak mendapatkan aliran
(sekitar 1 dari 2400 kehamilan) akan darah yang mencukupi sedangkan janin
menghasilkan satu membran ketuban dan yang lebih besar (disebut janin resipien)
satu plasenta bagi kedua janin. Tipe ini menjadi overloaded karena terlalu banyak
disebut monochorionic, monoamniotic aliran darah. Sehingga menghasilkan
(Gambar 3). Jenis kembar ini memiliki gangguan pada trimester kedua ditandai
risiko yang tinggi untuk terjadinya dengan perbedaan jumlah air ketuban dan
kematian janin akibat umbilical cord gangguan pertumbuhan yang mencolok
accident. diantara keduanya, terjadi hipovolemik dan
insufiensi plasenta pada janin donor, dan
hipervolemik dan disfungsi jantung pada
resipien (Gambar 4). Adanya transfusi
yang tidak seimbang diantara keduanya
oleh karena anastomosis arteri-vena
yang berjalan satu arah, dengan
ketidakmampuan atau tanpa adanya
kompensasi pada sepanjang anastomosis
dua arah, sehingga menghasilkan up-
regulation dari sistem renin-angiotensin
Gambar 3 Monozygotic (monochorionic, pada donor dan down-regulation pada
monoamniotic) resipien.1,2,3
Dalam usaha untuk mengurangi volume
Twin-to-twin transfusion syndrome darahnya, janin resipien akan
merupakan suatu tantangan dalam terapi meningkatkan produksi urin sehingga pada
terutama terhadap prognosis janin. Dalam pemeriksaan ultrasound didapatkan vesica
kondisi tanpa penanganan yang adekuat urinaria yang besar dan jumlah air ketuban
akan menyebabkan morbiditas dan yang banyak (polihidramnion). Pada saat
mortalitas janin. Kondisi ini akan yang sama janin donor akan menghasilkan
mempengaruhi kedua janin dimana dengan air ketuban yang sedikit, air ketuban
87
Hilwah Nora, Twin Twin Transfusion Syndrome
88
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
yang disebut juga dengan “pump twin”, hidup dan juga jumlah bayi yang tidak
dengan aliran darah yang terbalik mengalami gangguan fungsi otak.4,5
(reversed) sehingga kondisi ini disebut Terdapat beberapa teori yang mencoba
twin reversed arterial perfusion (TRAP). menjelaskan adanya defisit neurologis
Pada beberapa kasus aliran darah dari pada kembar monochorionic yang hidup,
pump twin berhenti dan pertumbuhan janin terutama dengan TTTS. Yang pertama,
acardiac akan berhenti. Sedangkan pada ketika salah satu janin meninggal in utero
kasus lainnya aliran darah akan terus maka aliran darah yang berasal janin hidup
berlanjut dengan pertumbuhan dari janin ke sistem vaskular janin meninggal (dalam
acardiac, yang mengakibatkan kegagalan kondisi dilatasi) dapat menyebabkan
fungsi jantung dan polihidramnion pada hipotensi dan iskemik serebral pada janin
pump twin/janin donor (Gambar 5). yang masih hidup. Teori kedua
menyatakan bahwa adanya aliran
gumpalan darah dengan konsentrasi
hemoglobin (Hb) yang tinggi (ke janin
hidup) akan menyebabkan resipien
mengalami trauma neurologik. Yang
ketiga yaitu adanya anemia dan hipoksia
pada donor menjadi penyebabnya.
Manajemen
Ada beberapa pilihan manajemen,
Gambar 5 Twin-Reversed Arterial amnioreduksi dan microseptostomy
Perfusion Sequence (TRAPS) (penusukan membran intertwin) dengan
tujuan untuk menormalkan volume air
Hasil luaran dari TTTS ketuban sehingga dapat mencegah partus
Tanpa manajemen yang adekuat, TTTS preterm oleh karena polihidramnion.
dengan umur kehamilan kurang dari 24 Manajemen ini, utamanya tidak ditujukan
minggu sejumlah 80%-90% kasus akan untuk dekompensasi terhadap sirkulasi
dihubungkan dengan kematian salah satu seperti yang terjadi pada kondisi berat, dan
atau kedua janin. Jika salah satu janin janin yang hidup berisiko untuk terjadinya
meninggal, maka pembuluh darah yang komplikasi neurologi terutama jika salah
menghubungkan kedua janin akan satu janin meninggal in utero, dan juga
menempatkan janin hidup dengan risiko akan mempercepat terjadinya hipotensi
jangka panjang terjadi kerusakan otak pada pada janin lainnya oleh karena agonal
1/3 kasus. Pada umumnya, semakin lanjut transfusi antara janin. Pada kasus dimana
progresivitas semakin buruk prognosis terjadi kematian salah satu janin, dilakukan
janin. Jika TTTS timbul pada umur oklusi tali pusat dengan bipolar diatermi
kehamilan awal (sebelum umur kehamilan untuk memberikan kesempatan bagi janin
16 minggu), terminasi kehamilan yang hidup untuk menurunkan risiko
merupakan suatu pilihan dengan komplikasi neurogenik. Tujuan utama
pertimbangan prognosis yang buruk. ablasi dengan laser endoskopik adalah
Variasi dari manajemen TTTS dengan menghentikan sindroma dengan cara
tujuan utama mempengaruhi memutuskan transfusi intertwin, tetapi
ketidakseimbangan cairan antara kedua dengan risiko kematian janin oleh karena
janin atau memutuskan anastomosis kerusakan non selektif pembuluh darah
pembuluh darah yang menghubungkan pada kotiledon plasenta. Dari semua
kedua janin. Keberhasilan manajemen ini penelitian sampai saat ini, menajemen
diukur berdasarkan jumlah bayi yang yang paling tepat belum didapatkan
walaupun manajemen amnioreduksi dan
89
Hilwah Nora, Twin Twin Transfusion Syndrome
1. Reduction amniocentesis
Amniocentesis secara serial untuk
mengurangi jumlah air ketuban yang
berlebihan dari kantung amnion janin
resipien dengan menggunakan jarum
melewati dinding perut ibu (Gambar
6). Jumlah air ketuban yang
dikeluarkan bervariasi berdasarkan Gambar 6 Reduction amnoicentesis
volume awal air ketuban pada janin
resipien, umur kehamilan dan adanya 2. Septostomy atau microseptostomy
kontraksi uterus selama prosedur Septostomy adalah tindakan untuk
tindakan. Pada umumnya tidak lebih membuat lubang pada membran
dari 3 liter pada setiap kali prosedur diantara membran ketuban kedua janin
dan diselesaikan dalam waktu kurang dengan menggunakan jarum (Gambar
dari 30 menit. Tindakan ini sementara 7). Lubang ini akan menyebabkan
waktu dapat mengembalikan perpindahan cairan dari kantung
keseimbangan dalam jumlah air ketuban dengan jumlah air ketuban
ketuban pada kedua kantung amnion yang berlebihan (resipien) ke kantung
janin dan dilakukan pada TTTS ketuban dengan jumlah sedikit (donor).
stadium I-II yang timbul pada akhir Dikarenakan tindakan septostomy
kehamilan. Akan tetapi tindakan ini menggunakan dengan jarum yang sama
memerlukan pengulangan yang dengan tindakan amniocentesis,
dilakukan setiap beberapa hari sampai komplikasi dari infeksi, persalinan
dengan minggu dimana jumlah air prematur dan ketuban pecah dini
ketuban kembali mencapai berlebihan. sangat jarang. Septostomy memiliki
Prosedur ini dirasakan tidak efektif risiko dimana lubang yang
pada TTTS stadium III dan IV. menghubungkan kedua kantung
Komplikasi dari prosedur berulang ini amnion menjadi lebih besar oleh
yaitu termasuk persalinan prematur karena sobeknya membran ketuban
3%, ketuban pecah dini 6%, infeksi sehingga memungkinkan kedua janin
sejumlah 1% dan pelepasan dini untuk berbagi ruang kantung ketuban
plasenta (abruptio plasenta) pada 1% yang sama (dilaporkan sejumlah 3%).
kasus. Kehamilan TTTS dengan Dalam kondisi terburuk, tali pusat
manajemen amniosentesis berulang kedua janin dapat terlilit satu sama lain
dengan angka rata-rata persalinan pada yang mengakibatkan kematian salah
umur kehamilan 29-30 minggu dengan satu atau kedua janin. Pada penelitian
survival rate dilaporkan sejumlah 18%- dengan skala besar didapatkan survival
83%, dimana 56% nya dengan TTTS rate sejumlah 80% untuk salah satu
lanjut dengan luaran satu janin hidup janin dan 60% untuk kedua janin.
tanpa kerusakan otak. Mendekati 20%-
25% dari janin TTTS yang hidup
didapatkan memiliki gangguan
pertumbuhan jangka panjang.
90
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
91
Hilwah Nora, Twin Twin Transfusion Syndrome
Laporan kasus
Seorang wanita G1P0A0, 32 tahun dengan
umur kehamilan 28 minggu rujukan dari
rumah sakit afiliasi dengan keterangan
Gambar 9 Selective cord coagulatio hamil 7 bulan dengan polihidramnion.
Pasien dengan keluhan merasa bahwa
5. Radio frequency ablation kehamilannya bertambah besar dengan
Prosedur ini dilakukan untuk kondisi cepat sejak 1 minggu yang lalu disertai
sindroma TRAP. Tali pusat dari janin dengan sesak nafas terutama dalam kondisi
dengan acardiac biasanya sangat berbaring. Dari pemeriksaan ultrasonografi
pendek dan sulit ditemukan dengan didapatkan janin gamelli :
ultrasonografi sehingga sulit untuk Janin I presentasi kepala, letak
menghentikan aliran darah ke jantung memanjang, terdapat hidrothoraks dan
janin dengan cara koagulasi tali pusat ascites, tidak dapat identifikasi vesica
(Gamabar 10). Sehingga sebuah urinaria, denyut jantung janin (DJJ)
pembuluh darah besar pada acardiac tidak ada, BPD: 72,5mm ≈ 29 minggu,
janin biasanya menjadi ujuan utama. AC: 233mm ≈ 29 minggu, FL: 48,7mm
Hal ini dilakukan dengan ≈ 26 minggu dengan taksiran berat
menggunakan radio frequency ablation badan 1000 gram, amniotic fliud index
catheter dimana sebuah jarum khusus (AFI) 20cm.
digunakan untuk membakar pembuluh Janin II presentasi kepala, letak
darah besar pada janin yang abnormal, memanjang, BPD: 57,3mm ≈ 23
sehingga menghentikan aliran darah minggu, AC: 16,4mm ≈ 23 minggu,
dari janin normal ke janin acardiac. FL: 39,4mm ≈ 28 minggu taksiran
Komplikasi dari infeksi, persalinan berat badan 771 gram, vesica urinaria
prematur dan ketuban pecah dini 8% kosong, DJJ (+) irregular, AFI 5,2cm.
sama dengan prosedur lainnya yang Pasien datang dalam fase laten (dilatasi
menggunakan jarum dan kesempatan cervik 2-3 cm) dengan kondisi fetal
janin normal bertahan hidup 90%. distress pada janin kedua dan 10 menit
kemudian DJJ janin II menghilang/IUFD.
Pasien direncanakan manajemen
persalinan vaginal dan dalam waktu 7 jam
pasien masuk dalam kala II. Janin I lahir
dengan jenis kelamin ♂, berat badan 900
gram, hidrops fetalis dengan maserasi
92
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
93
Hilwah Nora, Twin Twin Transfusion Syndrome
mencegah ketuban pecah dini (KPD), platelet dan faktor pembekuan sehingga
persalinan prematur dan memperbaiki terjadi penyebaran luas dari koagulasi
sirkulasi utero-plasenta. Amniocentesis intravascular dan pembentukan fibrin.
dapat menimbulkan vasodilatasi arteri Adanya fibrin akan mengaktivasi system
serebral, dimungkinkan oleh sekresi fibrinolitik dimana plasminogen diubah
hormonal vasoaktif yang ditandai dengan menjadi plasmin yang melisiskan fibfrin
perbaikan pengukuran fetal doppler menjadi produk degradasi fibrin. Inhibisi
velocimetry pada janin donor.6,7 dari polimerisasi fibrin ini
Septostomy, dengan melakukan penusukan menyumbangkan terjadinya kecacatan
atau pembuatan lubang pada membran pada proses hemostasis (dapat terjadi
yang memisahkan kedua janin, dalam dalam berbagai tingkat keparahan
beberapa hari didapatkan adanya kondisi tergantung pada stimulus yang diterima).7
jumlah air ketuban yang normal disertai Efek janin IUFD terhadap janin yang hidup
perbaikan pada pengukuran doppler pada trimester III memiliki prognosis yang
velocimetry pada fetal umbilical artery, buruk. Adanya anastomosis vascular dapat
didapatkan survival rates 65%. Penjelasan mengakibatkan “trauma vascular” yang
perbaikan kondisi ini dikarenakan dijelaskan dengan dua mekanisme:
tercapainya keseimbangan jumlah air fluktuasi hemodinamik dan transchorionic
ketuban kedua janin sehingga embolisasi and coagulopathy. Pada
mengakibatkan koreksi pada sirkulasi monochorionic dengan salah satu janin
utero-plasenta, terutama pada pembuluh IUFD didapatkan adanya anemia akut pada
darah janin donor pada permukaan janin hidup terutama dalam 24 jam
plasenta, penurunan tekanan umbilical kejadian IUFD dan sesuai dengan derajat
cord dimana terdapat insersi vilamentosa TTTS. Perubahan yang cepat dan dengan
dan peningkatan sirkulasi hemodinamik tingkat TTTS pada saat terjadinya IUFD
dimungkinkan karena terdapatnya produksi mengakibatkan kerusakan iskemik pada
urin dari janin donor.7 otak janin hidup. DIC dapat terjadi pada
Pada kondisi telah terjadi IUFD pada salah janin hidup dikarenakan adanya
satu janin, terdapat peningkatan morbiditas thromboplastin dan thrombin dari janin
baik untuk janin yang hidup atau bagi ibu. yang mengalami maserasi masuk melalui
Hubungan etiologi pasti antara perburukan anastomosis vascular pada plasenta
kondisi ibu dihubungkan dengan IUFD sehingga terjadi koagulopati yang cepat.6,7
pada salah satu janin belum diketahui
pasti. Pada suatu observasi didapatkan Kesimpulan
adanya penurunan secara bertahap dari Didapatkan kedua janin dengan jenis
kadar fibrinogen maternal, terutama bila kelamin yang sama (♂), janin I dengan
interval persalinan melebihi 5 minggu. kondisi hidrops fetalis (hidrothoraks dan
Disseminated intravascular coagulation ascites) dengan maserasi derajat I
(DIC) dapat berjalan secara kronis tanpa (perkiraan waktu kematian 8-24 jam,
memperlihatkan gejala klinis dan kadar sesuai dengan klasifikasi Quintero stad.
fibrinogen akan kembali normal dalam 48 IV), janin II dengan fetal distress dan pada
jam setelah persalinan. Mekanisme yang permukaan plasenta didapatkan adanya
mendasari terjadinya DIC masih belum anastomosis vaskular arteri-vena yang
jelas, adanya kemungkinan terjadinya menghubungkan kedua janin. Perbedaan
hubungan atau jalan lintasan yang berat badan lahir kedua janin yang tidak
menghubungkan sirkulasi fetal dan berbeda jauh (11,11%) dan tidak
maternal, yang memungkinkan masuknya didapatkan adanya Intra Uterine Growth
jaringan tromboplastin dari janin IUFD ke Restriction (IUGR) menunjukkan bahwa
sirkulasi maternal mengaktivasi extrinsic TTTS baru saja terjadi. Tanpa manajemen
coagulation pathway yang menggunakan yang baik, morbiditas dan mortalitas janin
94
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
mencapai 100%. Manajeman pada TTTS 4. Hubinont C.; Bernard P.; Pirot N.; Biard
stadium IV adalah dengan amniocentesis J.-M.; Donnez J., Twin-to-twin transfusion
dan septostomy, suatu teknik yang paling syndrome: treatment by amniodrainage
mudah dilakukan, relatif murah dan and septostomy, European Journal of
dengan tindakan invasif minimal. Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology 92. 2000 : 141-144.
5. Quintero RA, Dickinson JE, Morales WJ,
Daftar Pustaka Stage-based treatment of twin-twin
1. Quintero RA, Morales WJ, Allen MH, transfusion syndrome, American Journal
Bornick PW, Johnson PK, Kruger M., of Obstetric Gynecology 2003. 188 : 1333-
Staging of twin-twin transfusion 40.
syndrome, J.Perinatol. 1999. 19 : 550-5. 6. Dickinson JE, Evans SF. The progression
2. Taylor MJ, Govender L, Jolly M, Wee L, of disease stage in twin-twin transfusion
Fisk NM, Validation of the Quintero syndrome. J Matern Fetal Neonatal Med.
staging system for twin-twin transfusion 2004. 16 : 95-101.
syndrome. Obstet Gynecol. 2002. 100 : 7. Woo HHN, Sin SY, Tang LCH, Single
1257-65. fetal death in twin pregnancies: review of
3. Nicholas and Galea, Twin-Twin the maternal and neonatal outcomes and
Transfusion - As Good as It Gets?, New management, HKMJ Vol 6 No 3,
England medical Journal, July 14, 2004. September, 2000.
available at http://www. nejm.org
95