Anda di halaman 1dari 12

SCRIPT ROLEPLAY PENYAKIT JANTUNG KORONER

OLEH:

KELOMPOK 1

KEPERAWATAN B

NURFADILAH MUKARRAMAH
IKRIMAH SYAM
WA ODE YULIANTI TOGALA
NURFADILAH
HIKMAWATI
SYAHRA RAHMADHANI
NUR ANNISA BERLIN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2017
Nurfadilah Mukarramah : Sebagai Perawat A

Ikrimah Syam : Sebagai Ibu Aisyah

Nur Annisa Berlin sebagai : Okta

Nurfadilah : Sebagai Perawat B

Hikmawati : Anaknya Okta

Syahra Ramadhani : Moderator

Waode Yulianti Togala : Documentasi (Kameramen)

Di sebuah pemukiman, hiduplah seorang wanita lanjut usia yang tinggal


bersama anak bungsunya yang saat ini telah berkeluarga. Wanita lanjut usia ini
telah ditinggal meninggal oleh suaminya karena sakit setahun yang lalu. Dia
memiliki tiga orang anak, yang pertama laki-laki dan sudah berkeluarga, namun
tinggal di Jawa, yang kedua perempuan dan juga sudah berkeluarga dan saat ini
ikut suaminya tinggal di Kalimantan, sedangkan anak bungsunya yaitu perempuan
dan saat ini tinggal bersama dia.

Wanita lanjut usia ini bernama Ibu Aisyah, dia merupakan ibu rumah
tangga sedangkan suaminya dulu adalah seorang PNS guru. Saat ini Ibu Aisyah
tinggal dirumah anak bungsunya.

Role Play :

Perawat A baru saja mendapat tugas untuk bekerja di Puskesmas “Pelita”,


kemudian pada hari pertama bekerja dia melewati sebuah rumah yang cukup besar
tapi terlihat sepi, sesekali perawat tersebut melihat ke dalam rumah. Namun,
rumah tersebut terlihat seperti tidak berpenghuni.

Sesampai Di Puskesmas, Perawat A menanyakan hal yang membuatnya


penasaran kepada Perawat lain yang sedang bertugas di Puskesmas “Pelita” juga.

Perawat A : “Eh, tadi saya lewat depan rumah yang ada pohon mangganya itu,
rumahnya cukup besar, halamannya cukup luas, keadaannya juga
bersih, tapi kenapa terlihat sepi sekali ya? Siapa yang tinggal
disana?”

Perawat B : “Saya kurang tau juga sih, soalnya saya juga baru beberapa hari
kerja disini, tapi yang saya dengar, ada sepasang suami istri yang
tinggal disana, dan yang saya dengar juga, mereka jarang dirumah
karena keduanya bekerja, tapi kalau tidak salah ibu dari istri yang
punya rumah juga tinggal disana.

Perawat A : “Informasi apalagi yang kira-kira kamu tau tentang keluarga itu?”

Perawat B : “Dari infomarsi perawat lain yang sudah bekerja disini, keluarga
itu memang cukup tertutup, jadi banyak perawat yang masih susah
mencari informasi dari mereka”

Perawat A : “Bagaimana kalau kita coba berkunjung kesana nanti sore? Kita
juga harus melakukan survey kesehatan terhadap lansia kan?”

Perawat B : “Kalau kamu sendiri saja bagaimana, soalnya saya harus


melakukan perawatan keluarga untuk keluarga yang tinggal di
ujung gang sana”

Perawat A : “Oke baiklah, saya sendirian juga tidak apa-apa”

Sepulang bekerja di Puskesmas Perawat A melakukan kunjungan ke


rumah yang ingin ia kunjungi tadi.

Perawat A : “Assalamualaikum, selamat sore”

Namun tidak ada jawaban dari dalam rumah, Perawat A mengulangi salam

Perawat A : “Assalamualaikum, selamat sore”

Tetapi tetap tidak ada jawaban, Dia kemudian memutuskan untuk kembali
lagi besok.

Perawat A : “Kayaknya gak ada orang, apa mungkin lagi pergi ya? Ya
sudahlah besok saja saya kesini lagi”

Keesokan harinya, Perawat A kembali mencoba berkunjung kerumah Ibu


Aisyah.

Perawat A : “Assalamualaikum”

Okta : “Waalaikumsalam, Siapa ya?”

Perawat A : “Selamat Sore mbak, saya mitra dari Puskesmas “Pelita”

Okta : “Iya ada apa? Seingat saya, saya tidak pernah memanggil perawat
untuk kesini sus”
Perawat A : “Maaf sebelumnya mbak, saya kesini berniat untuk berkunjung,
karena kami dari Puskesmas “Pelita” sedang melakukan survey
kesehatan di lingkungan sekitar puskesmas”

Okta : “Tapi disini tidak ada yang sakit mbak, maaf ya. Saya juga mau
berangkat jemput anak saya les”

Perawat A : “Baiklah mbak kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih
mbak, maaf sebelumnya jika saya mengganggu”

Okta : “Iya iya”

Belum sempat Okta menutup pintu rumahnya, tiba-tiba terdengar suara


benda besar jatuh. Okta langsung berlari menuju sumber suara. Kemudian dari
dalam rumah terdengar teriakan minta tolong.

Okta : “Tolong......Tolong”

Perawat A langsung datang menuju sumber suara. Dia melihat seorang


wanita tua yang terkapar di lantai dan berusaha di angkat oleh Okta. Perawat A
langsung membantu Okta mengangkat wanita tua itu.

Perawat A : “Mari saya bantu”

Wanita itu kemudian memegangi dadanya dan terus menyeringai


kesakitan. Perawat A mengambil beberapa bantal yang ada di atas kasur itu,
kemudian meletakkannya di belakang wanita itu dan memposisikan semi fowler.

Perawat A : “Ibu, sekarang coba ikuti saya, tarik napas dalam, hembuskan,
tarik lagi, hembuskan pelan-pelan, tarik lagi, hembuskan lagi
pelan-pelan”

Wanita itu mengikuti instruksi dari Perawat A, setelah itu wajah wanita itu
mulai terlihat tenang.

Perawat A : “Bagaimana perasaannya bu?”

Ibu Aisyah : “Alhamdulillah sudah agak mendingan”

Perawat A : “Syukurlah kalau begitu bu, saya merasa lega”

Ibu Aisyah : “Mbak siapa ya?”

Perawat A : “Perkenalkan bu, saya Mitra perawat dari Puskesmas “Pelita”

Ibu Aisyah : “Saya Ibu Aisyah, Ibu dari Okta”

Perawat A : “Oh iya bu, sekarang apa yang ibu rasakan?”


Ibu Aisyah : “Dada saya terasa sesak, terus sakit sekali”

Perawat A : “Coba ibu gambarkan sakitnya itu seperti apa bu?”

Ibu Aisyah : “Kayak di tindih gitu nak”

Perawat A : “Ibu sudah berapa lama merasakan sakit seperti ini?”

Ibu Aisyah : “Dari tiga tahun yang lalu nak”

Perawat A : “Selain sesak dan nyeri, apalagi yang sering ibu rasakan?”

Ibu Aisyah : “Kalau misalnya saya jalan yang cukup jauh, biasanya saya
langsung lemes, jadi kalau mau keluar rumah, belum sampai pintu
saya duduk dulu, setelah itu baru jalan lagi keluar”

Perawat A : “Kalau begitu saya boleh periksa tekanan darah ibu?”

Ibu Aisyah : “Boleh, silahkan nak”

Perawat A : (Sambil mengukur tekanan darah, nadi, dan pernapasan)


“Sebelumnya ibu sudah pernah ke rumah sakit atau puskesmas?”

Ibu Aisyah : “Setahun yang lalu, setelah suami saya meninggal saya sempat
pingsan dan langsung di bawa ke rumah sakit, tapi anak saya
bilang saya hanya syok saja”

Perawat A : “Baiklah bu kalau begitu, sebaiknya ibu istirahat saja, nanti kalau
diperbolehkan, saya mau berkunjung lagi kesini melihat kondisi
ibu, bagaimana bu?”

Ibu Aisyah : “Dengan senang hati nak”

Perawat A : “Terima kasih bu, selamat beristirahat”

Kemudian Perawat A keluar dari kamar Ibu Aisyah, diikuti oleh anaknya
Okta. Setelah itu Perawat A melakukan sedikit percakapan dengan Okta.

Perawat A : “Begini mbak, kalau diperbolehkan saya ingin melakukan


pengkajian terhadap penyakit yang di derita oleh Ibu aisyah,
bagaimana mbak?”

Okta : “Itu buat apa? Penelitian aja ya?”

Perawat A : “Gak kok mbak, saya ingin melakukan pengkajian dan intervensi
terhadap Ibu Aisyah, semoga nanti kedepannya kita bisa sama-
sama meminimalisir keluhan-keluhan yang di rasakan oleh Ibu
Aisyah. Bagaimana mbak?”
Okta : “Kalau memang mbak niatnya mau bantu Ibu saya, ya gak apa-
apa sih”

Perawat A : “Syukurlah kalau begitu. Tadi saya dengar ibu pernah dibawah ke
rumah sakit setahun yang lalu”

Okta : “Iya sus, setelah ayah saya meninggal, ibu saya langsung shock,
jadi kami bawa ke rumah sakit dan langsung di periksa”

Perawat A : “Bagaimana hasil dari pemeriksaan disana?”

Okta : “Dokter bilang Ibu saya menderita penyakit Jantung Koroner”

Perawat A : “Maaf mbak, saya mau bertanya apa sebelumnya ibu ada riwayat
merokok?”

Okta : “Ibu saya tidak merokok, tapi ayah saya dulu perokok. Tunggu
sebentar ya sus”

Okta masuk ke dalam dan kembali ke luar dengan membawa map besar
berwarna coklat

Okta : “Ini hasil pemeriksaan setahun yang lalu”

Perawat A : “Boleh saya lihat mbak?”

Okta : “Boleh sus”

Kemudian Perawat A melihat hasil pemeriksaan Ibu Aisyah dan mencatat


beberapa hal yang perlu di catat.

Perawat A : “Apa Ibu Aisyah tau tentang kondisinya mbak?”

Okta : “Saya belum berani kasih tau sus, karena saya takut dia jadi
stress. Tolong dirahasiakan saja ya sus”

Perawat A : “Baiklah kalau permintaan mbak begitu, saya akan coba


rahasiakan”

Okta : “Terima kasih sus”

Perawat A : “Dirumah ini yang tinggal siapa saja mbak?”

Okta : “Saya tinggal bersama suami saya dan satu orang anak saya”

Perawat A : “Anak mbak umur berapa?”

Okta : “Anak saya berumur 7 tahun”


Perawat A : “Kalau anak Ibu Aisyah yang lain bagaimana mbak?”

Okta : “Kakak saya yang pertama tinggal dan kerja di Jawa, dan mbak
saya yang kedua tinggal bersama suaminya di Kalimantan”

Perawat A : “Maaf sebelumnya mbak, saya ingin menanyakan hal yang cukup
sensitif”

Okta : “Mau nanya apa ya ?”

Perawat A : “Saya dengar, orang-orang dirumah ini jarang berinteraksi keluar,


kalau saya boleh tau kenapa ya mbak?”

Okta : “Bukan jarang berinteraksi sus, saya dan suami bekerja, libur
hanya hari sabtu dan minggu, itupun anak saya selalu mengajak
rekreasi kalau hari sabtu dan minggu, jadi saya jarang bertemu
tetangga lain.”

Perawat A : “Jadi Ibu Aisyah tinggal sendiri dirumah mbak?”

Okta : “Saya tidak mungkin membawanya jalan-jalan kan? Saya mau


jemput anak saya, apa pengkajiannya sudah selesai?”

Perawat A : “Oh iya sudah bu, kalau begitu saya permisi pulang. Kalau besok
saya kesini lagi bagaimana mbak?”

Okta : “Boleh mbak, kebetulan besok saya pulang cepat”

Perawat A : “Alhamdulillah kalau begitu, besok sekitar jam 3 saya kesini lagi.
Terima kasih mbak, assalamualaikum”

Keesokan harinya, Perawat A kembali berkunjung kerumah Ibu Aisyah....

Perawat A : “Assalamualaikum”

Ibu Aisyah : “Waalaikumsalam, mitra. Masuk nak.

Perawat A : “Iya gak apa-apa bu, keadaan ibu gimana?”

Ibu Aisyah : “Alhamdulillah udah agak mendingan nak”

Tak lama kemudian, anak dari Ibu Aisyah datang.

Okta : “Assalamualaikum”

Ibu Aisyah : “Waalaikumsalam”


Perawat A : “Nah, berhubung mbak Oktanya sudah datang, kita mulai
sekarang aja ya bu?”

Ibu Aisyah : “Iya nak”

Perawat A : “Begini, setelah kemarin saya melakukan pengkajian fisik


terhadap ibu dan pengkajian melalui wawancara. Serta berdasarkan
diagnosis dokter yang saya lihat dan saya baca di catatan medis
yang mbak tunjukkan kemarin. Saya membuat beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh Ibu Aisyah. Saya berharap mbak Okta juga
ikut bersama-sama membantu ibu untuk melakukan beberapa hal
ini.

Okta : “Jadi kira-kira saya dan ibu saya harus bagaimana sus?”

Perawat A : “Usahakan ibu jangan terlalu banyak melakukan gerakan


berlebihan, apalagi misalnya ibu duduk, terus langsung berdiri dan
berjalan. Itu membuat perubahan ritme jantungnya sangat cepat, jd
usahakan berjalan yang santai saja, kan ibu juga berat badannya
agak berlebih. Saya juga berharap mbak Okta bisa tetap
mengontrol keadaan ibu”

Okta : “Oh iya sus, nanti saya akan mengontrol kondisi ibu saya”

Perawat A : “Nah kalau misalnya ibu masih suka ngeluh sesak napas,
disandarin ke kursi aja mbak, atau kalau di kamar bantalnya di
tinggikan sampai ibu ngerasa nyaman. Nanti saya juga akan
mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pernapasan dalam, jadi kalau
misalnya merasa dadanya sesak, bisa langsung di gunakan, paling
tidak bisa mengurangi sesak yang ibu rasakan.

Ibu Aisyah : “Baik nak”

Perawat A : “Nah, ini saya juga sudah siapkan daftar menu makanan harian
untuk ibu, disini juga ada kebutuhan kalori tiap harinya, terus ada
juga resep-resep masakannya kalau ibu mau coba masak sendiri.”

Ibu Aisyah : “Wah, saya dapet resep masakan baru ya?”

Perawat A : “Kalau mau jalan-jalan atau rekreasi, mbak juga bisa ajak ibunya,
karena dengan begitu ibu bisa menyegarkan pikirannya. Dan
bermain dengan cucu juga bisa menjadi obat yang cukup baik
untuk mengurangi stress ibu

Okta : “Jadi kalau ibu saya mau di ajak jalan-jalan bisa ya sus?”
Perawat A : “Insya allah bisa mbak, asal kondisinya terus diperhatikan, nanti
saya akan coba juga ajarkan senam jantung untuk ibu, agar bisa
mengurangi rasa keluhan-keluhan yang sering ibu rasakan”

Ibu Aisyah : “Baiklah nak, itu mau belajar semuanya kapan?”

Perawat A : “Kalau boleh, besok saya akan kesini lagi untuk mengajarkan
teknik napas dalam yang sudah saya katakan tadi”

Ibu Aisyah : “Oh boleh-boleh nak, saya boleh masuk ke kamar, soalnya mau
istirahat dulu”

Perawat A : “Oh baik bu, selamat istirahat ya bu, terima kasih”

Ibu Aisyah : “Sama-sama nak”

Ibu Aisyah berjalan masuk ke dalam kamar.....

Perawat A : “Maaf sebelumnya, saudara mbak yang lain tau kondisi kesehatan
Ibu mbak?”

Okta : “Mereka tau sus, mereka juga sering menelpon saya dan juga Ibu
untuk mengetahui perkembangan kesehatan Ibu”

Perawat A : “Syukurlah kalau saudara mbak tau. Ya saya sarankan, kalau bisa
kedua saudara mbak tetep menjaga komunikasi dengan ibu, kalau
bisa si di jenguk. Ibu sudah kehilangan suaminya, jadi dia sangat
membutuhkan perhatian dari anak-anaknya”

Okta : “Mereka tiap lebaran pasti pulang kok sus, jadi alhamdulillah
setahun sekali kita pasti kumpul.”

Perawat A : Alhamdulillah, berarti mbak dan saudaranya tetap mengontrol


kesehatan ibu walau dari jauh. Pikiran dan Emosi ibu harus tetap
stabil mbak, kalau bisa jangan sampai ada kejadian atau lain hal
yang buat ibu jadi syok, usahakan ibu happy teruslah mbak, biar
badannya tetap sehat. Kita saling kerja sama ya mbak buat,
menjaga kondisi ibu tetap stabil.”

Okta : “Terima kasih ya sus, saya baru tau kalau ada perawat keluarga
seperti ini. Kalau tau, dari dulu saya bisa gunain perawat keluarga,
paling tidak bisa memonitor ibu”

Perawat A : “Insya allah, saya berusaha semampu saya ya mbak. Kalau begitu
saya permisi ya mbak, masih ada yang harus dikerjakan”

Okta : “Baiklah sus, Terima Kasih”


Perawat A : “Sama-sama, kalau begitu saya permisi ya, mbak,
Assalamualaikum”

Okta : “Waalaikumsalam”

Keesokan harinya.....

Perawat A : “Assalamualaikum ibu”

Ibu Aisyah : “Waalaikumsalam, masuk nak”

Perawat A : “Iya bu, mbak Oktanya ada bu”

Ibu Aisyah : “Dia lagi keluar sebentar”

Perawat A : ”Baiklah kalau begitu, saya membawa sesuatu bu” (Perawat A


mengeluarkan beberapa buah balon tiup)

Ibu Aisyah : “Balon buat apa nak?”

Perawat A : “Seperti yang saya janjikan kemarin saya mau mengajarkan ibu
tentang napas dalam, nah media yang kita pakai adalah balon.”

Ibu Aisyah : “Bagaimana caranya?”

Kemudian Okta pulang......

Okta : “Assalamualaikum”

Semua : “Waalaikumsalam”

Okta : “Syukurlah kalau saya tepat waktu, ini kenapa ada balon-balon?”

Perawat A : “Ini media yang saya gunakan untuk mengajarkan napas dalam
mbak, tapi sebelumnya kita cek kondisi ibu dulu ya”

Setelah mengecek Vital Sign Ibu Aisyah, Perawat A, mencontohkan dan


mengajarkan pernapasan dalam dengan media balon, sembari menjelaskan
fungsinya, setelah itu Perawat A mengajarkan teknik relaksasi...

Setelah selesai.....

Perawat A : “Nah, ibu dan mbak Okta, kalau misalnya sewaktu-waktu dada
ibu sesak atau nyeri, metode yang saya ajarkan tadi bisa saya pake,
mbak Okta juga bisa membantu memotivasi dan mengajarkan
kembali kepada ibu

Ibu Aisyah : “Iya nak, saya sudah paham caranya, terima kasih ya”
Perawat A : “Saya permisi dulu ya mbak, ibu, insya allah besok saya akan
kesini lagi, untuk mengajarkan senam yang sehat untuk jantung
ibu”

Ibu Aisyah : “Baik nak”

Perawat A : “Oke kalau begitu, saya permisi ya mbak, ibu. Assalamualaikum”

Semua : “Waalaikumsalam”

Keesokan harinya Perawat A menepati janjinya...

Perawat A : “Assalamualaikum...”

Ibu : “Waalaikumsalam”

Perawat A : “Apa ibu udah siap untuk senam?”

Ibu : “Siap!!!”

Perawat A : “Seperti biasa, kita cek dulu ya kondisi kesehatan ibu” (sambil
mengeluarkan alat-alat untuk mengecek kesehatan)

Setelah itu, Perawat A menjelaskan fungsi dari senam jantung ini, dan
kemudian memutar musik di handphonenya dan mulai mengajarkan senam
jantung kepada Ibu Aisyah

Setelah selesai, Perawat A permisi pulang...

Perawat A : “Gimana bu,, udah agak berasa?”

Pak Abdullah : “Iya nak, udah agak enak”

Perawat A : “Syukurlah kalau begitu bu, kalau ibu mau olahraga bisa pakai
senam yang saya ajarkan tadi, jadi tidak perlu melakukan hal yang
berat-berat lagi”

Ibu Aisyah : “Terima kasih banyak ya nak, sudah banyak membantu ibu.”

Perawat A : “Iya bu sama-sama, sudah kewajiban saya. Kalau begitu saya


permisi pulang dulu ya bu, Assalamualaikum”

Beberapa hari kemudian, Perawat A sering mengunjungi Ibu Aisyah untuk


memonitor kondisi kesehatannya.
Sejak saat itu, Ibu Aisyah melakukan saran-saran yang dianjurkan Perawat
A, sehingga penyakitnya jarang kambuh dan dia mulai merasa percaya diri untuk
dapat sehat.

Anda mungkin juga menyukai