BASIC SCIENCE
1. ANATOMY
1. BASIC SCIENCE A. BRONCHIOLE & ALVEOLI
A. ANATOMY
1. Lung A. Main Stem (primary) Bronchi
2. Bronchiole - Alveoli 1. Right main stem (primary) bronchi
B. HISTOLOGY - wider, shorter, more vertical
1. Lung Parenchyma
- seringkali menjadi tempat ketika ada objek yang teraspirasi.
C. PHYSIOLOGY
1. Defense Mechanism - Akan bercabang menjadi 3 lobar (secondary) bronchi
2. Breathing Mechanism (ventilation)
3. Gas Exchange 2. Left main stem (primary) bronchi
4. Ventilation-Perfusion - narrower, longer, more horizontal
D. PATHOLOGY
- akan bercabang menjadi 2 lobar (secondary) bronchi
1. Dyspnea
E. MICROBIOLOGY B. Lobar (Secondary) Bronchi
1. Streptococcus Pneumonia 1. Right upper, middle, lower lobar bronchi
2. CLINICAL SCIENCE 2. Left upper & lower bronchi
A. PNEUMONIA C. Segmental (Tertiary) Bronchi
3. BHP & IIMC
- Akan mensupply bronchopulmonar segment
4. PATHOMECHANISM
- Dalam bronchopulmonary segment akan bercabang 6-18
kali menghasilkan 50-70 bronchioles respiratory
B. LUNG
Paru-paru merupakan organ vital respirasi. Paru-paru dipisahkan oleh
mediastinum, setiap paru memiliki:
- Apex: terletak di ujung superior paru melewati batas atas 1st rib ke
root of neck yang dilapisi cervical pleura
- Base: permukaan inferior concave paru-paru, terletak di atas
diafragma
- 2 atau 3 lobus, dibentuk oleh 1 atau 2 fissure Pulmonary ligament
- 3 surfaces: costal, mediastinal dan diafragma
Area lanjutan dari pleural sleeve, berada di antara paru dan mediastinum,
- 3 borders (anterior, inferior dan posterior)
anterior dari esophagus. Tediri dari dua lapis pleura dan dibatasi connective
Paru-paru kanan memiliki 2 fissure oblique dan horizontal yang membagi tissue tipis diantaranya.
menjadi 3 lobus superior, middle dan inferior. Vaskularisasi
Paru-paru kiri memiliki 1 fissure yaitu oblique membagi menjadi 2 lobus,
superior dan inferior.
Hillum of lung
Area lebar dimana tiap paru membentuk akar untuk le;uar masuk ke paru. Di
bagian medial, root ditutupi oleh area lanjutan dari pleura visceral dan
parietal bernama Pleural Sleeve.
Keduanya terdiri atas simple squamous mesotelial cell dalam lapisan tipis
conective tissue yang mengandung elastin fiber dan colagen. Elastic fiber di
visceral pleura bergabung dengan pulmonary parenchyma.
Dalam pleural cavity yang sempit terdapat mesotelial cell yang memproduksi
cairan serous sebagai lubrikan dan memfasilitasi gesekan yang halus antara
permukaan satu dan yang lainnya saat respiratory movement.
Blood-Air Barrier
Udara di dalam alveoli terpisahkan dari kapiler darah oleh 3 komponen yang
disebut respiratory membran atau blood-air barrier:
Permukaan dan cytoplasma sel alveolar
Penyatuan basal lamina dalam alveolar cell dan capillary endothelial
cell
Cytoplasma of endothelial cell
Ketebalan totalnya 0.1-1.5 µm. Di dalam interalveolar septum terdapat
anastomosis kapiler yang di support oleh reticular dan elastic fiber, dimana
ini merupakan primary structural support of alveoli. Macrofag dan leukosit
lainnya dapat ditemukan dalam sintertisial septum. Basal lamina dari capillary
Visceral pleura dari dalam dan ke arah Bronchopulmonary trunk, naik lagi ke endotelial cell dan epitelial cell berfusi sebagai single membranous structure.
Thoracicbranchial nodes. Caplillary endotelial cell itu continous dan tidak berfenestrated.
Nerves:
Macam alveolar cell:
Vagus nerve (CN X) untuk parasimpatis dan Tracheopulmonary sympathetic 1. Alveolar type 1 (type 1 pneumocytes / squamous alveolar cell)
trunk untuk simpatis. 97% melapisi permukaan alveolar cell. Organelnya berkumpul
disekitar nucleus sehingga area luas sitoplasma seakan bebas organel
dan hal ini menjadikan penurunan ketebalan blood air barrier.
2. HISTOLOGY Cytoplasma terdiri atas pinocytoric vesicles yang berperan dalam
A. LUNG PARENCHYMA pergantian surfaktan dan membuang partikel kecil yang
mengkontaminasi dari permukaan luar. Juga terdapat desmosom
Dibungkus oleh membran serosa yang disebut Pleura. Pleura terdiri atas sel diantara sel aveoli type 1 sehingga tidak terjadi kebocoran cairan dari
mesotel, jaringan ikat halus mengandung serat kolagen dan elastin. jaringan ke alveolar air space.
Pleura terdiri 2 lapisan: 2. Alveolar type 2 (type 2 pneumocytes)
- Parietal Sel ini menyebar menyelingi sel elveolar type 1 dan mereka
- Visceral terhubung oleh desmosomal junction. Sel ini melingkar juga
berkumpul dalam 2 atau 3 sel di permukaan alveolar yang
menandakan titik alveolar unit. Berkembang dengan cara mitosis 3. Filtration and Removal of Inspired Particles
untuk mengganti sel yang mati. Filtration of Inspired Air
Karakteristiknya vesicular dan sitoplasma berbusa. Vesicle Partikel yang terinhalasi dapat terdeposit di respiratory tract akibat hasil dari
disebabkan oleh adanya lamelar bodies. Lamellar bodies impaksi,sedimentasi,Brownian motion, dll.
mengandung concentric atau paralel lamella yang berbatasan Udara yang lewati hidung difilter melalui:
dengan membrane unit. 1. Nasal hair/vibrissae
Lamellar bodies mengandung phospolipid, glicosaminoglycans, dan Singkirkan partikel > d 10-15 mikrometer.
protein yang terus menerus disintesis dan direlease pada bagian 2. Nasal septum & turbinate (impacting larger surface)
apical surface of the cell. Lamellar bodies menghasilkan matrial ke Singkirkan > 10 mikrometer
permukaan alveolar yang dinamakan surfaktan. Surfaktan memiliki Arus udara yang terinspirasi berubah arah secara kasar di nasofaring
fungsi utama menurunkan tegangan permukaan alveoli. Tanpa dari partikel yang lebih besar bertabrakan dengan dinding
surfaktan, alveoli akan cenderung colaps ketika expiration. posterior faring akibat kelembaman immunologic defense oleh
3. Alveolar macrophages (dust cell) tonsil dan adenoid di dekat tempat impaksi melawan material yang
Dapat ditemukan dalam alveoli dan interalveolar septum. 10 dari aktif secara biologis
satu juta monocyte bermigrasi dari vascular ke lung tissue dimana 3. D 2-10 mikrometer: trapped in the mucus that lines the upper airways,
mereka memfagosit eritrosit yang lolos dari kapiler yang rusak juga trachea, bronchi, and bronchioles.
borne-air partikel yang masuk ke alveoli. Smaller particle (0,1 mikrometer and smaller) terdeposit oleh Brownian
motion.
Removal of Filtered Material
1. Reflexes in the airways
3. PHYSIOLOGY Bersin reseptor di hidung
A. DEFENSE MECHANISM Batuk reseptor di trakea
Pulmonary Defense Mechanisms Refleks Batuk
Tiap hari 10.000 L udara di inspirasi ke sal pernafasan. Udara tersebut Bronkus & trakea (sensitive benda asing) Laring (sensitive baan kimia)
mengandung debu, pollen, spora fungal, abu, produk pembakaran lain, impuls aferen dari saluran pernafasan CN vagus medulla 2,5 L
mikroorganisme, hazard chemical, gas toxic. udara diinspirasi dengan cepat epiglottis dan pita suara menutup
1. Air Conditioning menjerat udara dalam paru otot otot abdomen berkontraksi kuat
Udara dihangatkan dan dilembabkan mendorong diafragma, otot ekspirasi lain berkontraksi tek paru meningkat
Udara terinspirasi mukosa hidung, nasal turbinate, orofaring, nasofaring cepat sampai 100 mmHg pita suara dan epiglottis terbuka lebar udara
kaya akan blood supply dan memiliki area permukaan yang luasudara tek tinggi dalam paru meledak keluar kec : 75-100 mil per jam batuk.
dilanjutkan melalui tracheobronchial tree, dipanaskan sampai ke body
temperature dan dilembabkan. 2. Tracheobronchial Secretions and Mucociliary Transport
2. Olfaction Sel goblet dan mucus secreting gland memproduksi airway secretion.
Reseptor olfaktori terletak di posterior nasal cavity orang dapat sniff untuk Mucus: complex polymer of mucopolysaccharida.
mencoba mendeteksi di udara yang di inspirasi reflex menghindar.
Cilia yang berada di dinding saluran nafas bergerak sedemikian rupa sehingga Otot pernafasan
mucus dapat terdorong keluar, tanpa masuk ke alveoli.
Main Inspriration
- Kontraksi eksternal intercostal muscle
Defense Mechanisms of the Terminal Respiratory Units
- Kontraksi diaphragmatic muscle
Alveoli Macrophages
Acessory Inspiration
Partikel yang terhirup ditelan oleh makrofag dihancurkan oleh lisozim
- Sternocleidomastoid muscle
Other Methods of particle removal/destruction
- Sclalene muscle
Lysozymes
- Pectoralis minor muscle
Laktoferin
Main Ekspiration
Alpha /antitrypsin - Relaksasi external intercostal muscle
Interferon - Relaksasi diaphragmatic muscle
Complement Acessory Ekspiration
- Kontraksi otot abdominal
- Kontraksi otot internal intercostal
B. BREATHING MECHANISM (VENTILATION)
Pulmonary Ventilation Proses Insprirasi
Pulmonary ventilation atau breathing merupakan suatu proses yang Diawali dengan terjadinya kontraksi dari otot diapraghma dan ekternal
mencangkup proses inhalasi dan exhalasi udara dimana melibatkan intercostal
pertukaran udara di atmosfer dan alveoli di paru.
Terjadinya pendataran diaphragm dan costa menjadi semakin meregang
Prinisip
Terjadinya peningkatan diameter dari rongga thorax
Udara akan bergerak ke paru-paru ketika tekanan di paru-paru lebih rendah
dari tekanan di atmosfer. Begitu juga sebaliknya udara akan kembali ke Terjadinya penurunan tekana intra pleural dari 756 mmHg > 754 mmHg
atmosfer ketika tekanan di paru-paru lebih tinggi dari atmosfer. Dimana pada
Terjadi peningkatan tekanan negative di rongga pleura
porses ini beprepran bebrapa hukum
Paru-paru expand
- Boyle Laws, Tekanan udara berbanding terbalik dengan volumenya
- Dalton Laws, Setiap molekul gas memiliki tekanan parsialnya masing- Penurunan tekanan di alveoli dari 760mmHg > 758 mmHg
masing
Udara dari Atmosfer masuk ke alveoli karena tekanan atmosfer lebih rendah
Pada keadaan resting tekanan di paru-paru sama dengan tekanan di atmosfer dari alveoli
yaitu 760mmHg atau 1 atm.
Proses Ekspirasi Pada proses ini dipenaruhi oleh 2 hukum fisika yang penting, yaitu :
Terjadinya relaksasi dari otot diaphragm dan external intercostal a. Hukum Dalton
“Dalam campuran gas, setiap gasbmemiliki tekanannya masing-
Terjadinya penyempitan dari jarak costa dan diapraghma berbentuk seperti
masing sesuai dengan persentasenya didalamnya”
kubah
Dari hukum diatas dapat kita simpulkan jika :
Terjadinya penurunan diameter dari rongga thorax Tekanan spesifik gas dalam suatu campuran sebanding
dengan tekanan parsialnya
Terjadi peningkatan tekanan intra pleural dari 754 mmHg > 756 mmHg
Tekanan parsial akan mempengaruhi perpindahan gas
Peningkatan tekan postif Perpindahan gas terjadi dengan proses difusi pasif dari
Paru-paru tertekan sehingga diameter menjadi lebih kecil tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah
b. Hukum Henry
Peningkatan tekan di alveoli menjadi 762 mmHg “kuantitas gas yang akan larut dalam air sebanding dengan tekanan
Udara keluar dari alveoli ke atmosfer karena tekanan di alveoili lebih tinggi parsial dan solubilitasnya (kelarutannya)
dari atmosfer Dari hukum diatas dapat disimpulkan jika :
Jika solubilitas meningkat → tekanan parsial meningkat →
aliran gas meningkat
Faktor yang mempengaruhi Ventilasi Pulmonal Jika temperatur meningkat, solubilitas akan menurun
C. GAS EXCHANGE
Gas Exchange atau pertukaran udara adalah suatu proses pertukarab antara
oksigen dan karbondioksida disalam saluran pernafasan selama proses
inhalasi dan ekshalasi. Gas Exchange sendiri memiliki 2 fase yaitu:
Dimana dalam difusi pasif ini gas akan melalui beberapa membran (Blood Air
Barier/BAB), yang terdiri dari :
Kapasitas difusi membran adalah volume gas yang berdifusi melalui membran
setiap menit per perubahan tekanan parsial. Dimana pada laki-laki dewasa
normal dalam keadaan nafas tenang nilainya ±21 mL/menit/mmHg.
Sementara tekanan oksigen selama nafas tenang adalah 11
Dan hal ini sebanding dengan kecepatan oksigen saat istirahat. Jika aktifitas
fisik meningkat maka nilainya bisa mencapai ±65. Hal ini dikarenakan adanya
Tekanan parsial CO2 → PCO2 meningkat, semakin banyak
O2 yang terrilis
Temperatur → semakin meningkat suhu, O2 terliris semakin
banyak
BPG (2,3,bisphosphoglyserate) atau Diphosphoglyserate
(DPG)
B. Internal Respiration
Faktor yang mempengaruhi transport oksigen
Saturasi Hb dan PO2 → PO2 meningkat, saturasi Hb
meningkat
Konsentrasi (pH) → semakin asam (pH menurun), afinitas
Hb-O2 akan meningkat
DEAD SPACE (PHYSILOGY) Arterial pressure (Pa) pada apex paru-paru lebih rendah dari Alveolar
pressure (PA), menyebabkan kapiler tertekan dengan tekanan yang tinggi
Dead space secara fisiologi adalah volume udara yang diinhalasi namun oleh Alveolar pressure, Sehingga kapiler tertutup dan menyebabkan
tidak mengalami gas exchange yang bisa diakibatkan karena : penurunan aliran darah pada zona ini .
Udara tersebut tersisa di conducting airways
Mencapai alveoli namun tidak terperfusi secara adekuat atau tidak
terjadi perfusi sama sekali
Component
Zona 2
D. VENTILATION-PERFUSION Karena efek grafitasi pada tekanan hidrostatik , Arterial Pressure (Pa) lebih
tinggi dibandingkan dizona 1 dan lebih tinggi dari pada tekanan Alveolar (PA)
Ventilation-Perfusion Relationships dan tidak terjadi penekanan pada kapiler sehingga aliran darah lebih banyak
dibandingkan dari zona 1 .
Blood flow distribution in the lung
Zona 3
Pada paru-paru terbagi menjadi 3 zona dalam distribusi aliran darah yang
dimana masing masing zona dipengaruhi oleh grafitasi, 3 zona tersebut yaitu; Semakin kebawah semakin meningkatkan tekanan arteri dan vena sehingga
Arterial Pressure (Pa)>Pulmonary Vein(Pv)> Alveolar Pressure (AP),Sehingga
Zona 1
menyebabkan lebih banyak jumalh kapiler yang terbuka dan menyebabkan (zone 3 pada gambar diatas) dikarenakan adanya gaya gravitasi. Aliran darah
paling banyak aliran darah pada bagian ini . dan Ventilasi lebih banyak di daerah base (zone 3 pada gambar diatas).
Zona 3
Mengalami penurunan Ventilasi Perfusi Ratio (V/Q) dikarenakan
meningkatnya aliran darah tidak diimbangi dengan ventilasi. Sehingga jumlah
gas O2 lebih sedikit daripada gas CO2. (V/Q ratio < 0,8)
Ketika kita dalam posisi berdiri ataupun duduk, maka akan ada perbedaan
aliran darah di bagian apex (zone 1 pada gambar diatas) dan base paru-paru
Ventilasi perfusi missmatch (defect).
Ventilation-perfusion mismatch atau disebut juga Ventilation-perfusion
defect, merupakan gannguan dari ventilasi dan perfusi yang menghasilkan
keabnormalan dari pertukaran gas . Ventilation-perfusion missmatch
disebabkan karena :
Bagian dari paru paru yang terventilasi tapi tidak terdapat perfusi
dibagian tersebut,atau disebut dengan “Dead Space”.
Bagian dari paru paru yang dapat perfusi tapi tidak terdapat ventilasi
dibagian tersebut, atau disebut dengan “Shunt”
B. CLINICAL SCIENCE
1. PNEUMONIA
A. DEFINITION
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasite).
Reference: Zul, Dahlan. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II ed. IV:
Pneumonia. Jakarta: FKUI
B. EPIDEMIOLOGY
- Indonesia termasuk urutan ke 6 dari 15 negara dengan jumlah
tertinggi pneumonia, setelah india, cina, Pakistan, Bangladesh,
Nigeria, Indonesia, etiopia, kongo.
5. MICROBIOLOGY
A. STREPTOCOCCUS PNEUMONIA Reference: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
Morfologi - Indonesia termasuk urutan ke-4 tertinggi dinegara-negara ASEAN
Merupakan bakteri gram (+) diplococci yang berbentuk
lanset atau rantai. Dapat tumbuh di blood agar yang bersifat Reference: IDAI, 2012
alfa-hemolytic dan dapat memfermentasi glukosa. C. RISK FACTOR
Faktor Virulensi - Usia <5 tahun (50%)
- Di bagian dinding sel memiliki peptidoglycan dan theoic acid
- Usia 5-12 tahun (30%)
sehingga mencegah bakteri ini di fagositois
- Bakteri ini tidak memiliki toksin sehingga sekitar 60-70 - Laki-laki : perempuan sama aja, tetapi akan lebih tinggi pada anak
manusia mengalami resisten dengan bakteri ini atau sebagai laki-laki ketika berusia >6 tahun
pneumonia carier
Disease related - Status gizi buruk
- Pneumonia - Tidak mendapatkan ASI
- Sinusitis
- BBLR
- Tidak diberikan Imunisasi atau imunisasi tidak lengkap c. Pneumonia virus : RSV, influenza virus, adenovirus
- Pendidikan atau pengetahuan yang rendah dari orang tua nya d. Pneumonia jamur : histoplasma capsulatum, crytococcus
- Polusi udara neoformans, candida albicans
Reference: IDAI, 2012 3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris
D. ETIOLOGY Sering pada pneumonia bacterial
- Masyarakat luar negeri Bakteri Gram Positif Jarang pada bayi dan ortu
- Rumah Sakit Bakteri Gram Negatif
Terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
- Pneumonia aspirasi bakteri anaerob
disebabkan oleh obstruksi bronkus
- Penyebab pneumonia paling umum adalah streptococcus pneumonia
b. Bronkopneumonia
th
Reference: Fauci. 2009. Harrison’s manual of medicine 17 ed: Pneumonia.
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrate pada lapang paru.
North America: Mc Graw Hill
Disebabkan oleh bakteri ataupun virus
Sering pada bayi dan ortu
E. CLASSIFICATION
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
c. Pneumonia interstisial
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
Reference: Fauci. 2009. Harrison’s manual of medicine 17th ed: Pneumonia.
b. Pneumonia nosocomial (hospital-acquired pneumonia/
North America: Mc Graw Hill
nosocomial pneumonia)
c. Pneumonia apirasi
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan agen etiologi spesifik, yang
menetukan treatment, atau bila patgen tidak dapat di isolasi,
2. Berdasarkan bakteri penyebab pneumonia diklasifikasikan berdasarkan setting klinis.
a. Pneumonia bakteri (typical) : klebsiella, staphylococcus, 1. Community-Acquired Pneumonia
Typical Pneumonia
diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus
Atypical Pneumonia
hemolyticus, streptococcus aureus Aspiration pneumonia
b. Pneumonia atypical : mycoplasma pneumonia, legionella spp dan
2. Pneumonia in the elderly
chlamydia pneumonia
Community acquired Aspiration pneumonia
Nursing home recident - Anaerobic oral flora (bacteroides, prevotella)
- S. Pneumonia
3. Nasocomial pneumonia - S. Aureus
Hospital associated pneumonia
Ventilator associated pneumonia Chronic Pneumonia
Helath care facility associated pneumonia - Nocardia
- M. tuberculosis
4. Pneumonia in immunocompromised host Pneumonia in the immunocompromised host
Ig and complement deficiencies - CMV
Granulocyte dysfunction or deficiency - Pneumocystis Jiroveci
Cellular and combined immune deficiencies : - Mycobacterium avium-intracelulare
- Neoplastic disease
Reference: Robbin dan fishman
- Untreated HIV Infection
- Autoimmune and connective tissue disorders
5. Cystic Fibrosis and anatomic disorders
Bronchopulmonary sequesration F. PATHOGENESIS
Oropharyngeal content
Alteration normal Gastric content Non effective cilia motion
aspirated more often
oropharyngeal flora aspiration and phsycal properties of
during deeep sleep
mucus
↑ dan facilitate colonization
by gram - bacili Cilia not propel gel
toward mouth
Failure defense
mechanism and presence
Chronic cigarette smoking, predisposing factor
Congenital/aqcuired
chronic anemia, prolonged
immunodeficiency and
starvation, hypoxemia
pneumonia immunosuppresive therapy
Alveolar macrophage
immunedysfunction
impairment
**References :
I. MANAGEMENT
Manajemen Pneumonia menurut agen penyebabnya
A. Virus
Biasanya hanya cara-cara pendukung yang diperlukan, walaupun
beberapa penderita memerukan rawat inap di rs untuk cairan iv.
Satu-satu nya agen sfesifik yang tersedia untuk pengobatan infeksi
virus pernafasan adalah amantadin oral atau rimantadin dan ribavirin
aerosol.
B. Bakteri
Pneumonia pneumokokus
Obat pilihan adalah penisilin (100.000 unit/kg/24jam).
Pneumonia streptokokus
Obat pilihan adalah penisilin G (100.000 unit/kg/24jam).
Pada mulanya digunakan penisilin parental dan perjalanan 2-
3minggu dapat diselelsaikan secara oral sesuai terjadi
perbaikan klinis telah mulai di rs
Pneumonia stafilokokus
Penisilin semisintetik, resisten-penisilinase harus diberikan 5. Cotrimoxazole empiris untuk treatmen pneumocystis jirovecii /
secara intravena segera sesudah biakan diambil (misal: pneumocystis carinii pneumonia direkomendasikan sebagai
nafsilin 200mg/kg/24jam) tambahan treatmen untuk anak infeksi HIV dan bayi terpapar
Pneumonia haemofilus influenza pneumonia dari usia 2 bulan sampai 1 tahun dengan pneumonia
Ampisilin (100mg/kg/24jam) dan kloramfenikol chest indrawing atau pneumonia parah
(100mg/kg/24jam). Cotrimoxazole empiris ini tidak direkomendasikan untuk anak infeksi
HIV dan terpapar pneumonia berumur lebih dari 1 tahun dengan
pneumonia parah.
Manajemen pneumonia pada anak menurut WHO
Who mengkategorikan pneumonia dengan fast breathing atau peningkatan
freuensi nafas dan atau chest indrawing atau retraksi subkosta.
Tata laksana
Bayi :
Anak :
Common cold
Virus damage
C. BHP & IIMC
respiratory epithelium
Failure mucocilliary
Mucopurulent secret
mechanism
Passage of streptococcus
pneumoniae into lung
parenchyme
To lung parenchyme
of right hemithorax
Rekasi inflamasi
In hypothalamus stimulate
neurotransmitter
Fever
Temp : 38,9 C
**References :
1. Pathophysiology of Community Acquired Pneumonia. Yudh Dev Singh* © SUPPLEMENT TO JAPI •