KELOMPOK 14
Disusun Oleh :
Gian Ariel Sofwan ( NPM. 10100115011 )
Eti Haryati ( NPM. 10100115039 )
Baharudin Wahyu Katilie ( NPM. 10100115042 )
Salwa Nurfathirahma ( NPM. 10100115054 )
Aditya Krisna Widarmin ( NPM. 10100115068 )
Fathiya Ainul Mardhiyah ( NPM. 10100115087 )
Hasna Izharulhaq ( NPM. 10100115153 )
Fenindea Adzany ( NPM. 10100115157 )
Tanti Trisnawati ( NPM. 10100115173 )
Nurul Khairunnisa ( NPM. 10100115188 )
Linda Junaedi ( NPM. 10100115202 )
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya laporan case 6 mengenai Chronic Obstructive Pulmonary Disease pada Respiratory
System (RS) dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulallah
SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Amin.
Dengan di susunnya laporan ini kami harap akan membawa manfaat baik bagi kami
sebagai penyusun maupun bagi semua pembaca yang membaca laporan yang kami susun ini.
Pada kesempatan ini kami semua juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kelacaran penyusunan laporan ini, terutama kepada pembimbing
kelompok 14 R. Anita indriyanti, dr., M.Kes. atas bimbingannya, serta saran-saran yang telah
beliau berikan dan tak lupa kepada teman – teman satu kelompok atas kerjasamanya.
Kami sadar bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena
itu, kami meminta maaf atas kekurangan. Saran dan kritik yang membangun akan kami
terima dengan hati terbuka untuk pembelajaran di masa yang akan datang agar menjadi
pelajar yang lebih baik lagi.
Kelompok 14
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I BASIC SCIENCE 1
ANATOMI 1
HISTOLOGI 7
FISIOLOGI 9
MIKROBIOLOGI 19
BAB II CLINICAL SCIENCE 22
CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY 22
BAB III PEMERIKSAAN DAN LAIN-LAIN 39
INTERPRETASI 39
SPIROMETRI 47
MONITORING DAN FOLLOW UP 50
ROKOK 51
SENYAWA BETA LAKTAM 52
BAB IV PATOMEKANISME, BHP DAN I.I.M.C 58
BHP DAN I.I.M.C 58
PATOMEKANISME 59
DAFTAR PUSTAKA 60
3
BAB I
BASIC SCIENCE
1.1. ANATOMI
1.1.1. PARU-PARU
Paru adalah organ vital respirasi. Fungsi utamanya untuk mengoksidasi darah
pada saat udara inspirasi yang berhubungan dengan darah vena pada kapiler pulmonary.
- Pada paru yang sehat terlihat mengkilat, lembut, dan spongy & penuh terisi di
pulmonary cavities
- Juga elastis dan recoil di sekitar 1/3 pada ukuran thoracic cavity
- Paru dipisahkan menjadi kiri dan kanan oleh mediastinum
- Paru memiliki :
a. Apeks, tumpul pada ujung superiornya. Meluas ke atas ribs level ke 1 sampai root
of the neck itu diselubungi oleh cervical pleura
4
b. Base, permukaan yang cekung pada inferior paru, yang berlawanan dengan apeks.
Menepel Dan akomodatif pada kubah diafragma secara ipsilateral
c. 2 atau 3 lobus, yang terdiri dari 1 atau 2 fisura
d. 3 permukaan (costal, mediastinal, difragmatic)
e. 3 border (anterior, inferior, & posterior)
- Paru kanan terdapat right oblique & horizontal fissure yang membagi menjadi 3 lobus
yaitu superior, middle dan inferior. Paru kanan lebih besar dan berat disbanding yang
kiri, tapi lebih pendek dan lebih luas karena kubah kanan diafragma itu lebih tinggi
dan jantung & pericardium lebih menonjol kea rah kiri. Anterior border dari paru
kanan relative lebih lurus.
- Paru kiri memiliki satu left oblique fissure yang membagi menjadi 2 lobus kiri yang
terdiri dari superior dan inferior. Anterior border dari paru kiri memiliki lekukan
cardiac notch, akibatnya lekukan mengalami deviasi dari apeks jantung ke sisi kiri.
- Notch ini terutama lekukannya pada aspek antero-inferior dari superior lobe. Lekukan
ini sering membentuk bagian inferior dan anterior dari superior lobe secara tipis,
tongue-like process, lingula, yang meluas dibawah cardiac notch menurun sampai ke
costomediastinal recess selama inspirasi dan ekspirasi.
- Permukaan costal pada paru itu luas, halus, dan cembung. Itu berhubungan dengan
costal pleura, yang memisahkan dari ribs, costal cartilage, dan innermost intercostal
muscle. Pada bagian posterior dari permukaan costa yang berhubungan dengan body
pada vertebra toraks dan kadang disebut sebagai vertebral part of the costal surface.
- Permukaan mediastinal pada paru itu cekung karena berhubungan dengan middle
mediastinum, yang terdapat pericardium dan jantung. Permukaan mediastinal
termasuk hilum, yang menempel pada root of the lung. Jika embalmed, ada groove
untuk esophagus dan impresi cardiac untuk jantung pada permukaan mediastinalnya
paru kanan. Karena dua per tiganya jantung terletak di kiri dari midline, impresi
cardiac pada permukaan mediastinal pada paru kiri lebih luas. Permukaan paru kiri
juga terdapat prominen(tonjolan), lanjutan groove dari arch of aorta dan aorta yang
menurun serta yang lebih kecil untuk area esophagus.
- Permukaan diafragma paru, yang juga cekung, dari base paru, yang terletak di bagian
kubah dari diafragma. Kecekungan lebih dalam pada paru kanan karena posisi
tertinggi dari kubah yang kanannya, yang terletak di atas dari liver. Secara lateral dan
5
posterior, permukaan diafragma itu dibatasi dengan tipis, margin tajam (inferior
border) memproyeksikan menuju ke costodiaphragmatic recess dari pleura.
- Anterior border dari paru lokasinya di costal dan mediastinal surface memenuhi
secara anterior dan tumpang tindih dengan jantung. Lekukan cardiac notch terdapat di
border ini pada paru kiri
- Inferior border dari paru membatasi permukaan diafragma paru dan membagi
permukaannya dari costal dan mediastinum surface.
- Posterior border paru lokasinya di pemukaan dari costal dan mediastinal memenuhi
posteriornya, ini luas dan melingkar dan terletak di rongga pada sisi wilayah toraks
dari vertebral column.
- Paru-paru menempel pada mediastinum oleh roots of the lung, yaitu bronki,
pulmonary veins, pulmonary plexus of nerves (simpatetik, parasimpatetik, & visceral
afferent fiber), dan pembuluh limfa. Apabila lung root dipotong sebelum percabangan
bronkus utama dan arteri pulmonary, secara umum terdiri dari :
a. Pulmonary artery: superiormost on left
b. Superior and inferior pulmonary veins: anteriormost & inferiormost, masing-
masing.
c. Main bronchus : berlawanan dan sekitaran pertengahan batas posterior, dengan
pembuluh bronkial yang mengalir di permukaan luarnya.
6
- Hilum of the lung, area berbentuk baji pada permukaan mediastinal masing-masing
paru melalui struktur yang dibentuk dari root of the lung untuk masuk atau keluar dari
paru. Hilum “pintu keluar masuk” dapat disamakan dengan area dimana akar
tumbuhan tertanam di tanah. medial dari hilus, lung root tertutup dalam wilayah
kontinuitas antara lapisan parietal dan visceral pleura ~ pleural sleeve
(mesopneumonium).
- Inferior dari lung root, kontonuitas/ kelanjutan antara parietal dan visceral pleura
forms pulmonary ligament, meluas antara paru dan mediastinum, terus anterior ke
esophagus. Ligament pulmonary terdiri dari double layer dari pleura dipisahkan oleh
sejumlah kecil dari jaringan ikat. Ketika root of the lung terputus dan paru terlepas,
ligament pulmonary muncul untuk menggantungkan dari akar/root.
7
Vena dr visceral pleura & bronchial vein bermuara ke pulmonary vein shg darah low O2
yg volumenya sedikit akan bercampur dengan high O2 yg volumenya banyak
menuju jantung.
A. BRONCHIAL ARTERIES
Menyuplau nutrisi u/ bronchial tree, supporting tissue of the lung, & visceral
pleura.
Ada 2 left bronchial a. berasal dr thoracic aorta & 1 right bronchial a. yg langsung
dr aorta, namun biasanya dr right 3rd posterior intercostal a.
Memiliki percabangan ke upper esophagus.
Terletak di posterior aspek dari main bronchi menyuplai darah respiratory
bronchioles.
Parietal pleura di suplai o/ arteri dr thoracic wall.
B. BRONCHIAL VEINS
Hanya menerima darah yang berasal dari bronchial a. & di area of proximal dr
root ke lung.
Distal component of lung root, peripheral region of the lung, & visceral pleura di
aliri oleh pulmonary veins.
Right bronchial vein drainase azyger vein.
Left bronchial vein drainase ke accessary hemi-azygous.
Mendapat darah yang sama dari esophageal veins.
1.1.3. INNERVASI
8
Lung di innervasi oleh pulmonary plexus anterior & posterior (utama) yang mengandung
serabut-serabut saraf:
- Serabut parasimpatis yang berasal dari nerve vagus (CN. X), berfungsi untuk
bronkokonstriksi dan sekresi kelenjar ke bronchial tree.
- Serabut simpatis yang berasal dari right and left sympathetic trunks, berfungsi untuk
bronkodilator dan menghambat sekresi kelenjar ke bronchial tree.
- Reflexive visceral afferent fiber yang berfungs untuk sensasi geli (respon batuk) dan
stretching, “Hering Breuer Reflex”, pressor receptor pd pulmonary artery, dan
chemoreceptor pd pulmonary vein.
- Nociceptive afferent fiber yang berkerja bersamaan dengan serabut simpatis dan
parasimpatis.
9
Pulmonary lympathic plexus yg ada di parenkim paru bronchopulmonary lympathic plexus
yg ada di submucosa bronkus pulmonary lymph nodes di bronkus sekunder
bronchopulmonary lymph node tracheobronchopulmonary lymph node paratracheal
lymph node bronchomediastinal trunk:
1.2. HISTOLOGI
1.2.1. PARENKIM PARU
- Terdapat bronkus intrapulmonal , terdapat lempeng tulang rawan hialin dilapisi epitel
bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet. Dindingnya terdiri atas lamina
propria tipis, lapisan tipis otot polos, submukosa dengan kelenjar bronkialis, tulang
rawan dan lapisan adventisia
10
- Bronkiolus, lumen dilapisi epitel bertingkat semusilindris bersilia, adakala terdapat sel
goblet, terdapat lipatan mukosa di lumen akibat kontraksi otot polos, kelenjar bronkialis,
tulang rawan sudah tidak ada dan bronkiolus dikelilingi lapisan adventisia.
- Bronkiolus terminalis, terdapat lipatan mukosa, dikelilingi oleh lamina propria, lapisan
otot polos dsn lapisan adventisia.
- Bronkiolus respiratorius, terdapat duktus alveolaris yang berhubungan dengan alveoli,
terdapat jaringan ikat penyokong otot polos di lamina propria dan pembuluh darah
- Dinding duktus alveolaris dilapisi oleh alveoli yang bermuara kedalamnya, alveoli yang
mengelilingi dan bermuara ke dalam duktus disebut sakus alveolaris.
- Vena dan arterk pulmonalis bercabang saat menyertai bronkus dan bronkiolus kedalam
paru
- Trabekula membagi paru paru menjadi beberapa segmen
- Pleura vicerale mengelilingi paru patu, pleura ini terbagi menjadi jaringan ikat dan epitel
selapis gepeng (mesotelium).
1.2.2. BRONKIOLUS, DUKTUS ALVEOLARIS, DAN ALVEOLI PARU
11
- Bronkiolus terminalis membentuk bfonkiolus respiratorius yang merupakan transisi
antara bagian konduksi dan respiratorik.
- Dinding bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kuboid yang dikelilingi
selapis tipis otot polos
- Terdaoat arteri cabang kevil dari arteri pulmonalis
- Di dindingnya terdapat kantung alveolus tunggal
B. DUKTUS ALVEOLARIS
- Setiap bronkiolus respiratorius membentuj duktus alveolaris, yang terdapat akveoli
yang bermuara kedalamnya
- Di lamina proprianya terdapat berkas otot polos
C. DINDING ALVEOLUS DAN SEL ALVEOLUS
- Alveoli dilapisi oleh selapis tipis sel alveolus depeng (pneumosit tipe I)
- Antar alveoli dipisahkan oleh septum interalveolate atau dinding alveolus yang
terdiri atas pneumosit tipe I, serat jaringan ikat harus dan fibroblas, dan banyak
kapiler.
- Alveoli mengandung makrofag alveolaris, sel alveolus besar (pneumosit tipe II)
- Terdapat otot polos di ujung bebas septum interalveolare dan ujung terbuka alveoli
1.3. FISIOLOGI
1.3.1. PERFUSI
Perfusi adalah proses penyebaran darah yang sudah teroksigenasi ke seluruh paru dan
jaringan tubuh. Perfusi merupakan jumlah gas yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah
yang dipengaruhi oleh tekanan pembuluh darah dan tekanan alveolus. Pada paru-paru,
dalam distribusi aliran darahnya terbagi menjadi 3 zona yang dimana masing masing zona
dipengaruhi oleh grafitasi dan berkaitan dengan tekanan kapiler alveolus dan tekanan
alveolus, yaitu:
12
1. Zona 1 : Tidak ada aliran darah pada setiap fase siklus jantung.
Terletak dibagian apex pd paru-paru, dimana Arterial pressure (Pa) pada apex paru-
paru lebih rendah dari Alveolar pressure (PA), menyebabkan kapiler tertekan dengan
tekanan yang tinggi oleh Alveolar pressure, Sehingga kapiler tertutup dan
menyebabkan penurunan aliran darah pada zona ini .
2. Zona 2 : Aliran darah yang intermiten (berkala)
Karena efek grafitasi pada tekanan hidrostatik , Arterial Pressure (Pa) lebih tinggi
dibandingkan di zona 1 (Tekanan sistoliknya lebih tinggi, meskipun tekanan
diastoliknya rendah) dan lebih tinggi dari pada tekanan Alveolar (PA) dan tidak
terjadi penekanan pada kapiler sehingga aliran darah lebih banyak dibandingkan dari
zona 1.
3. Zona 3
Semakin kebawah semakin meningkatkan tekanan arteri dan vena sehingga Arterial
Pressure (Pa)>Pulmonary Vein(Pv)> Alveolar Pressure (AP),Sehingga menyebabkan
lebih banyak jumalh kapiler yang terbuka dan menyebabkan paling banyak aliran
darah pada bagian ini.
Biasanya, paru-paru hanya memiliki 2 zona, yaitu zona 2 (untuk bagian apeks)
dan 3(untuk bagian yang lebih bawah), sedangkan untuk zona 1 aliran darahnya
terjadi pada keadaan abnormal, contohnya setelah terjadi pendarahan hebat.
RASIO VENTILASI – PERFUSI
13
Rasio ventilasi – perfusi merupakan konsep kuantitatif untuk melihat
perubahan respirasi ketika terjadi ketidakseimbangan antara ventilasi alveolus dengan
aliran darah (perfusi).
Alveolar Ventilasi adalah jumlah gas yang keluar dari alveolus dan masuk ke
alveolus. Perfusi adalah jumlah gas yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah.
Ventilasi dalam keadaan istirahat terjadi sekitar 4liter/menit. Perfusi terjadi dalam
keadaan istirahat terjadi sekitar 5liter/menit Jadi ventilasi perfusi dalam keadaan
istirahat adalah sekitar 0,8 atau hampir mendekati 1.
dan PCO2). Tekanan parsial oksigen dan karbonsioksida di dalam alveolus ditentukan
VA/Q 14
VA = ventilasi alveolus
VA/Q = 0
Tekanan parsial O2 dan CO2 alveolus bila VA/Q sama dengan ‘nol’.
Jika VA adekuat, tetapi Q = 0, maka VA/Q = ~
Berarti tidak adanya ventilasi alveolar,maka udara didalam alveolus menjadi
seimbang dengan O2 dan co2 dalam darah. Karena gas-gas ini berdifusi antara darah
Tekanan parsial O2 dan CO2 alveolus bila VA/Q sama dengan ‘~’
Sekarang pada kejadian ini tidak terdapat aliran darah ke alveolus yang akan
membawa O2 atau CO2 ke alveolus → udara dalam alveolus = udara inspirasi yang
Pertukaran gas dan tekanan parsial alveolus bila VA/Q sama dengan Normal
Bila ventilasi alveolus dan aliran darah kapiler alveolus normal (yang berarti
perfusi alveolus normal), maka pertukaran O2 atau CO2 melalui membran pernapasan
hampir optimal.
Konsep ”Physiologic Dead Space” (Bila VA/Q lebih besar dari normal)
Bila ventilasi di beberapa alveoli baik, tetapi aliran darah alveolar rendah, akan
ada lebih banyak O2 dalam alveoli tersebut yang tersedia dibanding O2 yang diangkut
15
dari alveoli oleh aliran darah. Dengan demikian, ventilasi dalam alveoli tersebut tidak
berguna. Ventilasi di Anatomical Dead Space juga tidak berguna. Kedua ventilasi
yang tidak berguna tersebut disebut Physiologic Dead Space. Diukur dengan
persamaan ”Bohr Equation”:
Ketika Physiologic Dead Space besar, ventilasi menjadi sia-sia karena banyak
udara yang terventilasi tidak bisa mencapai pembuluh darah.
Pada daerah paru tersebut dinding alveolus rusak tetapi ventilasi alveolus
masih ada sehingga menjadi “tidak berguna” akibat aliran darah tidak
adekuat untuk transport gas-gas darah.
Pada penyakit obstruksi kronik → beberapa daerah menunjukan physiologic shunt
yang serius sehingga menurunkan efektifitas paru.
B. Bohr Effect
16
Ketika darah melewati jaringan, CO2 akan berdifusi dari sel jaringan ke dalam darah.
H2CO3 (Asam Karbonat) darah dan konsentrasi ion H +. Selanjutnya, sebagai respon
darah akan meningkatkan pelepasan O2 dari darah ke jaringan dan meningkatkan
Gabungan O2 dengan Hb dalam paru menjadikan Hb menjadi asam yang lebih kuat
sehingga menyebabkan pindahnya CO2 dari darah dan masuk ke dalam alveoli
Keseimbangan asam basa merupakan regulasi akurat konsentrasi ion hidrogen bebas dalam
cairan tubuh.
A. ASAM
Merupakan bahan yang mengandung hidrogen yang terurai ketika berada dalam larutan
untuk membebaskan hidrogen bebas dan anion. Asam sendiri memiliki 2 jenis, yaitu asam
kuat dan asam lemah. Asam kuat kandungan hidrogen bebas dan anion terurai lebih besar,
sedangkan asam lemah hidrogen bebas dan anion yang terurai lebih sedikit.
17
B. BASA
Merupakan suatu bahan yang dapat berikatan dengan hidrogen bebas dan karenanya
menyingkirkan dari larutan. Sama seperti asam, basa juga memiliki 2 jenis yaitu basa kuat
dan basa lemah. Basa kuat mampu mengikat hidrogen lebih banyak dibandingkan dengan
basa lemah.
Menurut ilmu kimia Ph H2O murni adalah 7,0 yang berarti larutan tersebut netral.
Larutan dengan Ph kurang dari 7 berarti larutn tersebut mengandung hidrogen lebih tinggi
daripada H2O murni yang berarti larutan tersebut bersifat asam. Sedangkan apabila larutan
dengan Ph lebih dari 7, berarti larutan tersebut memiliki hidrogen yang rendah dan dianggap
basa.
pH normal darah berbeda dengan Ph kimia, dimana Ph darah arteri adalah 7,45 dan Ph
darah vena adalah 7,35 yang kemudian diambil rerata untuk Ph darah adalah 7,4. Terjadinya
asidosis adalah ketika hidrogen meningkat didalam darah dengan Ph kurang dari 7,35, dan
terjadinya alkalosis adalah ketika hidrogen terlalu sedikit di dalak darah dengan Ph lebih dari
7,45.
Tubuh memiliki cara untuk mempertahankan hidrogen di cairan tubuh pada kadar hampir
tetap meskipun pemasukannya tidak teratur. Ada pertahanan tubuh, yaitu
18
- Peningkatan hidrogen arteri akibat kausa non-respiratorik akan merangsang pusat
penapasna di batang otak untuk meningkatkan ventilasi paru. Dengan
meningkatkan ventilasi paru maka akan lebih banyaj CO 2 dihembuskan keluar,
karena pengeluaran CO2 sama dengan menghilangkan asam dari sumbernya di
dalam tubuh
- Penurunan hidrogen arteri akan merangsang ventilasi paru berkurang yang
menyebabkan pernapasan menjadi dangkal dan lambat. Dengan napas yang
lambat maka CO2 yang di produksidari metabolisme akan berfusi dari sel ke
darah lebih cepat, sehingga terjadi akumulasi CO2 penghasil asam di darah yang
mampu memulihkan kadar hidrogen menuju normal.
3. Mekanisme ginjal
Ginjal tidak saja mengubah tingkt pengeluran hidrogen dari semua sumber
tetapi juga dapat menahan atau mengeliminasi HCO3 bergantung pada status asam
basa tubuh. Dengan secara bersamaan mengeluarkan asam dari dan memulihkan Ph
ke arah normal dengan lebih efektif daripada paru yang hanya dapat menyesuaikan
CO2 pembentuk hidrogen di tubuh.
Radikal bebas (Bahasa Latin: radicalis) adalah molekul yang mempunyai sekelompok
atom dengan elektron yang tidak berpasangan, dimana ia kehilangan satu atau lebih elektron
pada permukaan kulit luarnya, contohnya, O2 bila kehilangan elektronnya, struktur kimianya
berubah menjadi O2- atau dinamakan Superoksida yang merupakan salah satu radikal bebas.
Radikal bebas merupakan molekul yang sangat reaktif dan mempunyai waktu paruh yang
sangat pendek.
Jika radikal bebas tidak diinaktivasi, reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe
makromolekul seluler, termasuk karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat. Dalam
19
konsentrasi yang tinggi, radikal bebas akan membentuk stress oksidatif, suatu proses
penghancuran yang dapat merusak seluruh sel tubuh jika tidak diimbangi dengan kadar
antioksidan tubuh yang baik.
A. SUMBER
Radikal bebas dapat dibentuk dari dalam sel oleh absorpsi tenaga radiasi (misalnya
sinar ultra violet, sinar X) atau dalam reaksi reduksi oksidasi yang selama proses
fisiologi normal atau mungkin berasal dari metabolisme enzimatik bahan-bahan kimia
eksogen.
Sumber Endogen Sumber Eksogen
Mitokondria Rokok
Fagosit Polutan lingkungan
Xantine oksidase Radiasi
Reaksi yang melibatkan besi dan logam Obat-obatan tertentu,
transisi lainnya pestisida dan anestesi dan
Arachidonat pathway larutan industri
Peroksisom Ozon
Peradangan
Iskemia/reperfusi
B. TIPE
Struktur Radikal Bebas Biologis Kelompok Oksigen
Reaktif
O2- Radikal superoksida
(Superoxide Radical)
-OH Radikal hidroksil
(Hydroxyl Radical)
ROO- Radikal peroksil (Peroxyl
Radical)
H2O2 Hidrogen Peroksida
(Hydrogen peroxide)
1O2 Oksigen tunggal ( Single
oxygen)
NO Nitrit oksida (Nitric
oxide)
ONOO Nitrit perokside (Nitric
20
peroxide)
HOCl Asam hipoklor (
Hypochlorous acid)
Berikut ini merupakan contoh penyakit dan sistem yang terganggu akibat radikal
bebas:
1. Kanker
2. Kardiovaskular
3. Neurologi
4. Respiratori
5. Artritis Reumatoid
6. Nefropati
7. Penyakit Mata
8. Gangguan pada Janin
1.3.4. ANTIOKSIDAN
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas
dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein,
dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron
yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan
radikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif.
Pada pasien COPD yang tidak menerima kortikosteroid melalui inhalasi, tetapi secara
teratur diterapi dengan “Mucolytics” dan “Antioxidant agent
s”, seperti Carbocysteine dan N-Acetylcysteine mungkin dapat mengurangi eksaserbasi dan
dengan sederhana dapat memperbaiki status kesehartan.
21
1.4. MIKROBIOLOGI
1.4.1. STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE
- Merupakan diplokokus gram positif
- Sering berebentuk seperti lanset atau tersusun dalam bentuk rantai yang memiliki
kapsul polisakarida sehingga memungkinkan untuk menentukan tipe bakteri ini
dengan menggunakan antiserum spesifik
A. ORGANISME TIPIKAL
Diplokokus berbentuk lanset ini sering ditemukan dalam specimen kultur berusia
muda
Dalam sputum atau pus, tampak pula kokus tunggal atau atau rantai kokus
Dengan bertambahnya usia kultur, organisme cepat berubah menjadi gram negative
dan cenderung mengalami lisis spontan
B. KULTUR
Pneumokok membentuk koloni bulat kecil, pada awalnya berbentuk kubah dan
kemudian membentuk plato sentral dengan tepi meninggi
Bersifat hemolitik-alpha pada agar darah
Pertumbuhan di pacu oleh CO2 5-10%
C. KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN
Sebagian besar energy diperoleh dari fermentasi glukosa
22
Hal tersebut disertai dengan produksi cepat asam laktat yang membatasi
pertumbuhan sehingga penetralan dengan basa setiap interval tertentu pada kultur
kaldu menyebabkan pertumbuhan yang masif
D. VARIASI
Isolate penumokokus yang membentuk kapsul dalam jumlah banyak menghasilkan
koloni mukoid besar
Produksi kapsul tidak esensial untuk pertumbuhan pada medium agar sehingga
pembentukan kapsul tidak lagi terjadi setelah bebrapa kali pembiakan subkultur
Namun, pneumokok akan kembali memproduksi kapsul dan memiliki virulensi
yang meningkat ketika disuntikan ke tikus
STRUKTUR ANTIGEN
A. STRUKTUR KOMPONEN
Dinding sel pneumokokus mengandung peptidoglikan dan teichoid acid seperti
streptokok lainnya
Polisakarida kapsuler terikat secara kovalen ke peptidoglikan dan ke polisakarida
dinding sel
Polisakarida kapsuler tersebut berbeda secara imunologis untuk masing-masing
tipe yang berjumlah lebih dari 90 tipe
B. REKASI QUELLING
Jika pneumokokus tipe tertentu dicampur dengan serum anti polisakarida spesifik
untuk tipe yang sama-atau dengan antiserum polivalen-pada pemeriksaan
mikroskopis, kapsul akan sangat membengkak, dan organisme beraglutinasi
melalui pengikatan silang dengan antibodi
PATHOGENESIS
A. TIPE PNEUMOKOK
Pada orang dewasa, tipe 1-8 menyebabkan sekitar 75% kasus pneumonia
pneumokokus dan lebih dari separuh kematian akibat bakterimia pneumokokus
Pada anak-anak, tipe 6,14,19, dan 23 merupakan penyebab yang sering
B. TERJADINYA PENYAKIT
Pneumokokus menyebabkan penyakit melalui kemampuan mereka memperbanyak
diri di jaringan
23
Mereka tidak menghasilkan toksin yang bermakna
Virulensi organisme tersebut terletak pada fungsi kapsulnya yang mencegah atau
menghambat pencernaan oleh fagosit
C. HILANGNYA RESISTENSI ALAMI
Infeksi virus dan infeksi saluran napas yang merusak sel permukaan
Intoksikasi alcohol atau obat yang menekan aktivitas fagositik, menekan reflex
batuk, dan mempermudah terjadinya aspirasi benda asing
Dinamika sirkulasi yang abnormal
Mekanisme lain, misalnya malnutrisi, kelemahan umum, anemia sel sabit,
hiposplenisme, nefrosis, atau defisiensi komplemen
PATOLOGI
GAMBARAN KLINIS
24
BAB II
CLINICAL SCIENCE
COPD sendiri merupakan gabungan dari penyakit airwar kecil (seperti bronkitis
obstruktif) dan destruksi parenkim (emphysema).
2.1.2. EPIDEMIOLOGI
25
Asap masakan
Heating
Ventilasi buruk
C. Occupational exposures
Organic and inorganic dusts
Bahan kimia dan uap
D. Out door pollution
Partikel yang terhirup lainnya
E. Genetik
Defisiensi α1 antitrypsin
F. Usia dan jenis kelamin
Usia tua
Perempuan
G. Lung growth and development
Berat badan rendah ketika lahir
Infeksi pernapasan
H. Status sosioekonomi
Tempat tinggal (indoor and outdoor pollution)
Kepadatan
Nutrisi buruk
Infeksi
I. Asma dan hiper-reaktivitas saluran napas
J. Chronic bronchitis
K. Infeksi
A. Batuk
B. Sputum production
C. Dyspnea
D. Bau rokok (untuk perokok)
E. Prolonged expiratory
F. Expiratory wheezing
G. Barrel chest
H. Enlarged lung volume
I. Duduk tripod position
J. Menggunakan otot-otot pernapasan
tambahan
K. Cyanosis
L. Emphysema
M. Berat badan turun
26
2.1.5. KLASIFIKASI
GOLD 1 MILD FEV1 >80%
GOLD 2 MODERATE 50% FEV1 <80%
GOLD 3 SEVERE 30% FEV1 <50%
GOLD 4 VERY SEVERE FEV1 <30%
2.1.6. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan fisik
C. Lab
Spirometry: FEV1 DAN FEV1/FVC menurun, saturasi O2 dan PO2 menurun
CT-Scan:untuk elihat adanya emphysema
Tes α1 antitrypsin
2.1.7. MANAGEMENT
A. Farmako
AMINOPHYLIN
Adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substansi kimia sehingga ia
bisa lebih larut dengan air. Aminofilin merupakan suatu bronkodilator yang
membebaskan obstruksi saluran nafas pada penyakit asma kronis, dan menguragi
gejala penyakit kronik
Indikasi
Kontraindikasi
Dosis
Adult : Loading Dose 5 mg/kg BB oleh intravena pelan atau infus selama 20-30 menit
27
Adult : as hydrate 225-450 mg dua kai sehari
Efek samping
Nausea
Vomitting
Abdominal Pain
Kejang
Aritmia
Kematian
MOA
Relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan napas oleh adanya
penghambatan 2 isoenzim yaitu phospodiesterase (PDE) III dan PDE IV
Farmakokinetik
Absorbsi : Oral tablet, watu untuk menacapai puncak sekitar 1-2 jam
Metabolisme : di hati
CORTICOSTEROID
Corticosteroid adalah golongan obat steroid hormone yang diproduksi di cortex adrenal,
dimana steroid berada di dalam tubuh kita secara alami dan dapat dari luar (sintetik) ,
corticosteroid terdiri dari 2 golongan yaitu, glukokortikoid dan mineralkortikoid.
A. JENIS OBAT
1. Glukokortikoid
- Memiliki efek anti inflamasi lebih baik daripada mineralkortikoid
28
- MOA : menurunkan sintesis COX-2 pada inflammatory cells, sehingga akan
menurunkan ketersediaan prostaglandin.
- Struktur : keto-oxygen dan hydroxylated
- Regulasi : hippothalamus CRH Pituitary ACTH Cortisol
- Jenis -jenis obat :
Short acting (1-2hrs) hydrocortisone (20mg) , cortisone
Intermediated (12-36hrs) prednisone (5 mg) , prednisolone,
methylprednisolone (4mg), triamcinolone (4mg)
Long acting (36-51 hrs) betamethasone (0,6mg) , dexamethasone
(0,15mg)
2. Mineralcorticoid
- Memiliki efek alt-retaining(menahan garam) lebih besar
- Struktur : 3 cincin siklohexon, 1 cincin siklopenton
- Jenis obat : fluodcortisone, deoxycortisone
B. INDIKASI
Allergic reaction : asma , RA
Infection : acute respiratory distress syndrome
Bone&joint inflammatory disease : Arthritis
Hematological disease : acquired hemolytic anemia , ITP
Skin disease : dermatitis
GI disease : inflamatorry bowel disease
Adrenal syndrome : cushing syndrome, Addison disease, congenital adrenal
hyperplasia
Secondary adrenocortical insufficiency
C. KONTRAINDIKASI
(X) Hipersensitivitas
(X) DM
(X) hipertensi
(X) peptic ulcer
(X) cardiovascular disease
D. EFEK
29
Anti inflamasi
Meningkatkan gula darah
Meningkatkan lipolisis dan proteolysis
F. MOA
Stimulus (trauma)
Arachidonic acid
Lyphoxigenase COX
INFLAMASI
30
G. FARMAKOKINETIK
- Oral : diabsorpsi di usus di distribusikan ke otot, ginjal, hati , kulit, dll
dimetabolisme di sekresikan di ginjal dalam bentuk urine
- Inhalasi di semprotkan kearah mulut 90% tertelan akan di absorpsi di GI
TRACT
Dan kedua obat itu memberikan efek sistemik
H. EFEK SAMPING
Menurunkan pertumbuhan pada anak
Mengganggu keseimbangan calcium osteophororsis
Meningkatkan nafsu makan
Emosi tidak stabil
Hipertensi
Glaucoma
Peptic ulcer
I. DOSIS
- Untuk penyakit croup menggunakan kombinasi obat + nebulizer
- Oral dexamethasone (0,5-0,6 mg/kg) + Nebulizer
- Oral + 2mg nebulized budesonide Kombinasi efektif untuk
croup syndrome
- Oral dexamethasone + Nebulized budesonide
LEVOFLOKSASIN
31
Dengan cara menghambat gulungan (supercoiling) DNA yang diperantarai oleh
gyrase. Tetapi apabila terjadi mutasi pada girasenya dapat menyebabkan resistensi
terhadap obat ini.
Spectrum bakteri : obat bakterisidal yang kuat terhadap stafilokokus dan streptokokus
Indikasi :
a. Sinusitis maksilaris akut
b. Pneumonia yang didapat dari lingkungan
c. Eksaserbasi akut dari bronchitis kronik
d. Infeksi saluran kemih
e. Infeksi kulit
Dosis : 250-500 mg 1 kali/hari
a. Sinusitis maksilaris akut 500 mg 1 x/hari selama 10-14 hari
b. Pneumonia yang didapat dari lingkungan 500 mg 1x/hari selama 7-14 hari
c. Eksaserbasi akut dari bronchitis kronik 500 mg 1x/hari selama 7 hari
Farmakokinetik:
a. Waktu paruh 5-7 jam
b. Rute utama ekskresi di ginjal
Anjuran pemberian obat menurut asupan makanan (PO) : Dengan atau tanpa
makanan, dan pastikan kecukupan asupan cairan.
Sediaan :
a. Oral: Tablet 250, 500, 750 mg; larutan 25 mg/mL
b. Parenteral : 5, 25 mg/mL untuk injeksi IV
c. Oftalmik (Quixin) : Larutan 5 mg/mL
Kontraindikasi :
a. Kehamilan dan menyusui
b. Alergi thd levofloksasin dan derivate kuinolon
c. Anak-anak dan remaja <18 tahun karena dapat menyebabkan artropati
d. Pasien diabetic
Efek samping :
a. Mual ringan
b. Muntah
c. Gangguan abdominal
d. Sakit kepala ringan
32
e. Pening
N-ACETYLCYSTEIN
Fungsi
Dosis
Sediaan
Kapsul 200 mg
Ampul 100 mg
Efek samping
Mual
Muntah
Tinitus
Moa
33
Manusia mempunyai antioksidan endogen maupun eksogen. Antioksidan endogen yaitu
GSH, dimana GSH dibentuk oleh 3 komponen glutamate, cystein dan glysin. Pada pasien
yang merokok tubuh akan lebih banyak menggunakan antioksidan sehingga antioksidan
tubuh berkurang atau GSH menurun. GSH menurun diakibatkan prekursor nya menurun
khususnya yaitu cystein sehinggan N-acetylcystein aan masuk ke nukleus dan menggantikan
posisi prekursor cystein sehingga proses pembentuk GSH dapat terjadi.
SALBUTAMOL (ALBUTEROL)
34
Termasuk ke dalam obat golongan SABA (Short Acting β adrenoreceptor)
Indikasi :
Difficulty breathing
Chest tightness
Asthma
COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disorder)
Kontra Indikasi :
Gangguan kardiovaskular
Hipertensi
Diabetes
Hipertensi
Efek samping :
Gelisah
Pusing
Sakit kepala
Muscle cramp
Mual, muntah
Insomnia
Demam
Reaksi alergi
Farmakokinetik :
Renal = 69-90%
Fecal = 4%
MOA :
Menstimulasi β-2 adrenergic receptor pada paru-paru untuk merelaksasikan bronchial smooth
muscle
35
aktivasi β-2
adrenergic receptor
pada airway smooth
muscle
aktivasi adneyl
cyclase
peningkatan cAMP
aktivasi protein
kinase A
inhibisi konsentrasi
Ca2+
penururan kontraksi
smooth muscle
(bronchial)
relaxasion
IPRATROPIUM BROMIDE
Indikasi :
COPD
Asthma bronchial
Bronchitis
Efek samping :
Konstipasi
Diare
Mual muntah
Heart rate
Palpitasi
Retensi urin
MOA :
36
Farmakokinetik :
B. Non-farmako
SMOKING CESSATION
37
Dapat menurunkan penyakit yg serius seperti infeksi saluran pernapasan bawah
yang membutuhkan rawat inap dan kematian pada pasien COPD.
b. Pneumococcal Vaccine
Contohnya seperti PCV13 dan PPSV23 direkomendasikan untuk seluruh
pasien diatas umur 65 tahun.
PPSV23 juga direkomendasikan kepada pasien COPD yang lebih muda
dengan kondisi kormobid yang spesifik seperti penyakit paru atau jantung
kronis.
PPSV23 telah terlihat dapat menurunkan insidensi “Community-acquired
pneumonia” pada pasien COPD yang berumur < 65 tahun, dengan FEV 1
<40% atau memiliki kormobid (khusunya jantung).
Pada populasi dewasa yg berumur >65 tahun, PCV13 telah menunjukkan
kefektifan yang signifikan dalam menurunkan bakteremia dan “Serious
Invasive Pneumococcal Disease”.
B. REHABILITATION (PULMONARY REHABILITATION)
Tujuan utama dari rehabilitasi pulmonal adalah untuk menurunkan gejala,
meningkatkan kualitas hidup, dan meningkatkan keterlibatan fisik & emosi dalam
aktifitas sehari-hari. Kefektifan program rehabilitasi memakan waktu minimal 6
minggu, semakin lama program berlanjut, semakin bagus hasilnya. Program
rehabilitasi ini terdiri dari:
- Edukasi : mencakup edukasi tentang berhenti merokok, informasi COPD, dan
terapi, self management skills, strategi untuk meminimalisir dyspnea, saran
tentang kapan untuk mencari bantuan, decision-making selama eksaserbasi, dll.
Intensitas dan isi dari materi edukasi harus bergantung dengan tingkat keparahan
penyakit pasien, meskipun peningkatan setelah edukasi ini masih belum terlihat
jelas. Dikatakan edukasi tidak meningkatkan kemampuan latihan atau fungsi paru,
tetapi edukasi memainkan peran dala meningkatkan skill, kemampuan untuk
mengatasi penyakit, dan status kesehatan.
- Exercise Training
Dilkukan dengan Bicycle Ergometry, Treadmill, upper limb exercise, walking
dengan pemantuan dari variable fisiologis, seperti konsumsi oksigen maksimum,
detak jantung maksimum, dan pekerjaan maksimum yang dilakukan. Dilakukan
38
dengan frenkuensi dari setiap hari menjadi setiap minggu dnegan durasi 10-45
menit tiap sesinya. Program ini dapat menurunkan gejala hingga 60-80%.
- Nutritional Support
Dikatakan dapat meningkatkan berat badan dan fat-free mass pada pasien COPD
yang mengalami malnutrisi
Keuntungan:
C. OXYGEN THERAPY
Pemberian oksigen jangka panjang (>15 jam tiap hari) pada pasien dengan kegagalan
respirasi kronik telah terlihat dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien dengan
hypoxemia berat. Pemberian oksigen jangka panjang diindikasikan untuk pasien
1. PaO2 berada di atau dibawah 7.3 kPa (55 mmhg) atau saO2 berada di atau
dibawah 88 %, dengan atau tanpa Hypercapnia yang dikonfirmasi dua kali selama
periode 3 minggu.
2. PaO2 berada di atau dibawah 7.3 kPa (55 mmhg) atau saO2 berada di atau
dibawah 88 %, jika mengalami hipertensi, peripheral edema yang berkaitan
dnegan kegagalan jantung kongesti, atau polycythemia ( Ht >55 %).
Pemberian oksigen jangka panjang harus berdasarkan resting PaO2 atau nilai saturasi
yang diulangi sebanyak dua kali selama 3 minggu pada pasien yg stabil. Diberika
sebanyak 3L/menit melalui nasal cannulae atau 31% melalui venturi facemask untu
pasien dengan hypoxemia sedang-berat.
D. SURGICAL TREATMNETS
Untuk pasien yang sudah masuk stage IV COPD
1. Lung Volume Reduction Surgery (LVRS)
39
2. Bronchoscopic Lung Volume Reduction (BLVR)
3. Lung Transplantation
4. Bullectomy (untuk Bullous emphysema)
E. Palliative Care, end-of-life care, & Hospice care
40
A. MONITOR DISEASE PROGRESSION AND DEVELOPMENT OF
COMPLICATION
1. Measurements: dengan menggunakan spirometri selama satu tahun sekali dan
CAT (COPD Assessment Test) setiap 2 atau 3 bulan.
2. Symptoms: setiap berkunjung ditanyakan gejalannya, seperti sputum, batuk,
dyspnea, fatigue, keterbatasan aktivitas, dan gangguan tidur sejak kunjungan
terakhir.
3. Smoking Status: setiap berkunjung, tentukan status merokok saat ini dan paparan
terhadap rokok.
2.1.9. KOMPLIKASI
A. Pulmonary Hypertension ( paling sering)
B. Cold
C. Flu
D. Pneumonia
E. Heart disease
F. Lung cancer
G. Depression
2.1.10. PROGNOSIS
COPD yng disertai Usia yang tua, nutrisi yang buruk, perokok, hipertensi paru
memiliki prognosis yang buruk (dubia ad malam).
BAB III
41
3.1. INTERPRETASI
Cyanosis
Def: Sianosis adalah tanda fisik berupa kebiruan pada kulit dan selaput lendir, seperti pada
mulut atau bibir yang terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dalam sel darah merah.
Klasifikasi
Cyanosis Central: Pada sianosis jenis ini, terdapat penurunan jumlah saturasi oksigen atau
derivat hemoglobin yang abnormal. Biasanya sianosis sentral terdapat pada membran
mukosa, lidah dan kulit. Adanya penurunan saturasi oksigen merupakan tanda dari penurunan
tekanan oksigen dalam darah. Penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh penurunan laju
oksigen tanpa adanya kompensasi yang cukup dari paru-paru untuk menambah jumlah
oksigen tersebut. Beberapa penyebab dari sianosis sentral ini yaitu:
Organ: Tanda dari sianosis sentral terlihat pada kulit dan membran mukosa yang menjadi
kebiruan. Sianosis sentral terdapat pada penyakit jantung kongenital dengan tanda dan gejala
lain yang menyertai, seperti dispnea, murmur jantung, sinkop, gagal jantung kongestif, dan
lain-lain.
42
Cyanosis Perifer: Sianosis ini disebabkan oleh menurunnya kecepatan aliran darah dan
ekstrasi oksigen yang berlebih dari darah arteri. Dan dipat ditemukan dibagian kuku, tangan,
telinga. Hal tersebut diakibatkan oleh vasokonstriksi kapiler, yang dapat diakibatkan oleh:
Penyebab sianosis perifer paling sering yaitu vasokonstriksi normal akibat udara atau air
dingin. Vasokonstriksi terjadi sebagai kompensasi dari penurunan curah jantung sehingga
darah lebih dialirkan ke organ-organ vital daripada ke kulit. Hal tersebut menyebabkan
adanya sianosis pada ekstremitas walaupun saturasi oksigennya baik.
Clubbing Finger
Finger clubbing, atau juga dikenal sebagai Hippocratic finger, drumstick fingers, watchglass
nails merupakan kelainan berupa pembengkakan jaringan lunak falangs terminal suatu digiti
yang menyebabkan tampilan berupa bulbous uniform swelling.
43
Types of Cough and Anventitious Lung Sound
Wet Cough
productive cough
caused, nasal drip
Dry Cough
quick, unproductive
caused by asthma
cough drop, warm fluid
Croup Cough
swelling vocal cords
difficult breathing
viral caused
worse at night
Whooping Cough
long coughing spells
with whoop sound
bacteria caused
difficult breathing
Discontinous Sounds (rales)
Fine Crackles
Coarse Crackles
Continous Sounds
Wheezes
Rhonchi
Refleks Batuk
44
Faktor pathogen – melewati defend mechanism epitel respi + mukosa (lower tract) – ivasif
menuju lower tract (trachea – bronkus) inflamasi di parenkim paru – realease mediator
inflamasi – volume paru meningkat – ekspirasi paksa (diperantarai N. Vagus) – rekfleks
batuk.
Sputum
Warna sputum atau dahak, yang merupakan lendir dan kadang-kadang nanah debit
ekspektorasi dari saluran pernapasan, ini sering merupakan indikasi dari jenis penyakit
pernapasan yang menimbulkan produksi sputum. Dengan memeriksa jenis dahak dan
mencatat warna serta tanda-tanda dan gejala yang muncul, diagnosis diferensial dapat dicapai
sebelum tes laboratorium dan pemeriksaan - sitologi dahak dan Culture.
45
pengaturan yang dahak
kuning jelas karena
kehadiran neutrofil hidup.
Dengan kondisi alergi,
terutama hipersensitivitas
saluran napas, dahak
kekuningan disebabkan oleh
adanya eosinofil.
Hijau lendir merupakan Pneumonia – white,
indikasi dari lama, mungkin yellow or green
kronis, infeksi. Warna ini Lung abscess – green,
merupakan hasil dari sudden accumulation of
pemecahan neutrofil dan large amount of sputum
pelepasan verdoperioxidase / if the abscess ruptures
myeloperioxidase, enzim Chronic bronchitis –
yang hadir dalam sel-sel ini. clear, grey to green
Green Sputum Hal ini juga dapat dilihat (infection)
dalam performa kondisi Bronchiectasis, cystic
peradangan panjang non- fibrosis – green
infeksi. Dengan infeksi,
dahak hijau akan lebih
bernanah (jumlah besar
nanah) sementara dalam
kondisi inflamasi non-
infeksi, dahak hijau akan
lebih berlendir (jumlah besar
lendir).
Brown and Black Sputum Cokelat atau hitam sputum Chronic bronchitis –
merupakan indikasi ‘darah green, yellow, brown
tua’ dan warna mungkin (infection)
karena pemecahan sel darah Chronic pneumonia –
merah sehingga melepaskan white, yellow, green to
hemosiderin (dari brown
hemoglobin). debu organik Coal worker’s
46
dan non-organik tertentu pneumoconiosis – brown
juga dapat menyebabkan to black
coklat perubahan warna Tuberculosis – red to
hitam dahak. brown or black
Lung cancer – red to
brown to black
Lung Border
Perkusi
47
ruang interkostal ke-5 di linea
sela iga ke-7 di linea midaxillaris
sela iga 9 di garis scapular
Catatan: sela iga 9 terletak kira-kira pada batas inferior skapula
Hyperresonance yang terus di bawah batas ini dapat sugestif hiperinflasi (misalnya
emfisema)
Vocal Fremitus
Def: adalah pemeriksaan untuk mengetahui getaran suara dari saluran pernafasan
dengan teknik palpasi
resonansi suara
terjadi akibat getaran fonasi yang berjalan disepanjang trakeo bronkial melalui
parenkim paru
catatan: paru normal yang terisi udara akan meneruskan bunyi dengan frekuensi
rendah menyaring prekuensi tinggi
48
Pursed lip Breathing
3.2. SPIROMETRI
Definisi
Tujuan
49
- Deteksi penyakit paru
- Riwayat penyakit paru
- Sakit dada atau ortopneu
- Sianosis
- Clubbing finger
- Penderita batuk kronis dan produktif
- Evaluasi perokok >40 tahun
- Pemeriksaan berkala untuk progresivitas penyakit
Kontraindikasi
- Hemoptisis
- Pneumothoraks
- Status kardiovaskular tidak stabil
- Infark miokard
- Emboli paru
- Aneurisma thoraks
- Kecemasan (mual, muntah, diare)
Spirometri Include Determine of :
50
Interpretasi
Obstruktif Restriktif
FVC N / ↓↓ ↓↓
FEV1 ↓↓ N / ↓↓
FVC/FEV1 ↓↓ (<75%) N / ↑↑
MMEF ↓↓ N
MVV ↓↓ ↓↓
Obstruktif
- Asthma
- Chronic Obstructive Lung Disease (chronic bronchitis, emphysema)
- Bronchiectasis
- Cystic fibrosis
- Bronchiolitis
Restrictive
Parenchymal
- Sarcoidosis
- Idiopatic pulmonary fibrosis
- Pneumoconiosis
- Drug or radiation
Extraparenchymal
- Neuromuscular
51
- Diagphragmatic weakness/paralysis
- Myasthemia gravis
- Guillain barre Syndrome
- Cervical spine injury
- Muscular dystrophies
- Chest wall
- Kyphosholiosis
- Obesity
- Ankylosing spondylitis
52
- Onset of new physical signs (e.g., cyanosis, peripheral edema)
- Failure of an exacerbation to respond to initial medical management
- Presence of serious comorbidities (e.g., heart failure or newly occurring arrhythmias)
- Frequent exacerbations
- Older age
- Insufficient home support
Discharge Criteria
- Able to use long acting bronchodilators, either beta2-agonists and/or anticholinergics
with or without inhaled corticosteroids
- Inhaled short-acting beta2-agonist therapy is required no more frequently than every 4
hrs
- Patient, if previously ambulatory, is able to walk across room
- Patient is able to eat and sleep without frequent awakening by dyspnea
- Patient has been clinically stable for 12-24 hrs
- Arterial blood gases have been stable for 12-24 hrs
- Patient (or home caregiver) fully understands correct use of medications
- Follow-up and home care arrangements have been completed (e.g., visiting nurse,
oxygen delivery, meal provisions)
- Patient, family, and physician are confident that the patient can manage successfully
at home
3.4. ROKOK
Kandungan :
Formaldehyde
Benzene
Polonium
Vinyl clotide
Toxic Metals
53
Chromium
Arsenic
Lead
Cadmium
Poison gases
Carbon monoxide
Hydrogen cyanide
Ammonia
Butane
Toluene
54
Amoksisilin / kalium klavulanat (PO)
Piperasilin (IV)
Tikarsilin (IV)
2. Sefalosporin
- Generasi pertama :
Sefadroksil
Sefaleksin, sefradin
Sefazolin
- Generasi kedua :
Sefoksitin
Sefotetan
Sefuroksim
- Generasi ketiga
Sefotaksim
Seftazidim
Seftriakson
- Generasi keempat
Safepim
Seftarolin fosamil
3. Others
Monobaktam
Asam klavulanat, sulbaktam, tazobaktam.
Karbapenem
4. Antibiotika glikopeptida
Vankomisin
Teikoplanin
Telavansin
Dalbavansin
SEFTAZIDIM
55
- Mekanisme kerja , Menghambat sintesis peptidoglikan di dinding sel bakteri, dengan
cara menghambat tahap akhir dari sintesis peptidoglikan , kemungkinan dengan
mengasilasi transpeptidase melalui pemutusan ikatan –CO-N- pada cincin β-laktam.
Transpeptidase itu merupakan salah satu dari PBP (penicillin-binding protein, suatu
enzim). Bisa juga mekanisme nya dengan menghambat terbentuknya PBP supaya
tidak terbentuknya transpeptidase. Sehingga bakteri tidak akan bisa hidup, karena
terjadinya autolysis dan gangguan morfogenesis
- Aktivitas Antimikroba,
memiliki cakupan gram negative yang lebih luas dan sebagian mampu menembus
sawar darah otak.
Aktif terhadap citrobacter, S. marcescens, providencia.
Efektif juga terhadap galur hemofilus dan neiseria penghasil beta lactamase.
Seftazidim juga aktif terhadap P.aeruginosa . generasi ketiga dihidrolisis oleh
beta lactamase AmpC, tidak selalu handal terhadap infeksi spesies enterobacter.
- Farmakokinetik :
Infus intravena 1 g perenteral menghasilkan kadar serum 60-140mcg/mL.
Menembus cairan dan jaringan tubuh dengan baik
Waktu paruh, 1,8 jam
Dosis dewasa 1-2g setiap 8-12 jam
Dosis anak 75-150 mg/kg/hari dalam 2 atau 3 dosis
Diekskresikan oleh ginjal oleh Karena itu memerlukan penyesuaian dosis pada
insufisiensi ginjal.
Kontraindikasi, pada pasien hipersensitifitas terhadap sefalosporin
Efek samping, flebitis atau tromboflebitis, nyeri atau inflamasi sesudah injeksi
IM, hipersensitifitas, urtikaria, demam, angioedema, reaksi anafilaksis, reaksi GI.
- Pemakaian Klinis
Septicemia, bacteremia, pneumonia, emfisema, bronkopneumonia.
Mengobati beragam infeksi serius oleh organisme yang resisten terhadap sebagian
besar obat lain.
Terapi empiris sepsis yang kausanya belum diketahui, baik pada pasien
imunokompeten atau gangguan kekebalan serta terapi infeksi. Efek toksis rendah.
56
Pasien gangguan imunitas yang neutropenik dan demam, seftazidim sering
digunakan bersama dengan antibiotik lain.
- Sediaan
Parenteral : bubuk untuk rekonstitusi untuk injeksi (0,5; 1; 2 g per vial)
57
- Generasi keempat
Safepim
Seftarolin fosamil
6. Others
Monobaktam
Asam klavulanat, sulbaktam, tazobaktam.
Karbapenem
7. Antibiotika glikopeptida
Vankomisin
Teikoplanin
Telavansin
Dalbavansin
SEFTAZIDIM
58
Waktu paruh, 1,8 jam
Dosis dewasa 1-2g setiap 8-12 jam
Dosis anak 75-150 mg/kg/hari dalam 2 atau 3 dosis
Diekskresikan oleh ginjal oleh Karena itu memerlukan penyesuaian dosis pada
insufisiensi ginjal.
Kontraindikasi, pada pasien hipersensitifitas terhadap sefalosporin
Efek samping, flebitis atau tromboflebitis, nyeri atau inflamasi sesudah injeksi
IM, hipersensitifitas, urtikaria, demam, angioedema, reaksi anafilaksis, reaksi GI.
- Pemakaian Klinis
Septicemia, bacteremia, pneumonia, emfisema, bronkopneumonia.
Mengobati beragam infeksi serius oleh organisme yang resisten terhadap sebagian
besar obat lain.
Terapi empiris sepsis yang kausanya belum diketahui, baik pada pasien
imunokompeten atau gangguan kekebalan serta terapi infeksi. Efek toksis rendah.
Pasien gangguan imunitas yang neutropenik dan demam, seftazidim sering
digunakan bersama dengan antibiotik lain.
- Sediaan
Parenteral : bubuk untuk rekonstitusi untuk injeksi (0,5; 1; 2 g per vial)
BAB IV
PATOMEKANISME, BHP & I.I.M.C
BHP :
1. Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakit copd
2. Minta pasien untuk berhenti merokok
3. Bertawakal kepada Allah karena diumur pasien yang sekarang ini agak sulit untuk
dapat sembuh total
4. Makan2an yang bergizi agar dapat menjaga stamina tubuh
I.I.M.C :
HR.Ibnu Majah
Siapasaja menyeru pada kesesatan, kemudian seruannya diikuti oleh orang lain, maka ia akan
mendapatkan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dari dosa mereka. Dan
siapasaja menyeru pada petunjuk, kemudian seruannya diikuti oleh orang lain, maka ia akan
59
mendapatkan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dari pahala mereka
sedikitpun
Mr. A 63 tahun
61
3. Mescher, Anthony L, 2013. Junquiera’s Basic Histology Text & Atlas 13th Edition.
USA: McGraw-Hill Companies, Inc.
4. Guyton, Arthur C, dkk. 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology
12th Edition. Singapore: Elsevier.
5. Carroll, Karen C. 2007. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology 24th
Edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.
6. Katzung, Bertram G, dkk. 2009. Basic and Clinical Pharmacology. USA:
McGraw-Hill Education.
7. Harvey, Richard A, dkk. 2009. Pharmacology 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
8. Bickley, Lynn S. 2013. Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking
11th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
9. Miller JL, Rao K. 2007. Henry`s Clinical Diagnosis and Management by
Laboratory Methods 21st Edition. USA: Elsevier.
62