Alur proses atau (GMP) yang terdapat pada quality manual perusahaan
CV. Prima Indo tuna pada hakikatnya sama seperti alur proses yang telah
perikanan yaitu CV. Prima Indo Tuna telah memenuhi sistem jaminan mutu
dan kemanan hasil perikanan. Alur proses (GMP) yang terdapat di CV.
Prima Indo Tuna dapat dilihat pada Lampiran 9. Adapun alur proses yang
Bahan baku ikan tuna yang diterima di CV. Indo Prima Tuna yaitu
Kendari, Bulukumba, Majene. Ikan tuna yang masuk pada unit pengolahan
dapat berupa ikan utuh yang sudah dibersihkan dari insang dan isi perut atau
dalam bentuk loin yang dikemas dalam styrofoam yang berfungsi untuk
ditutupi dengan terpal agar ikan tidak terkena cahaya matahari langsung
dengan suhu rata-rata bahan baku yang diterima pada unit pengolahan yaitu
0,8oC.
65
Batas suhu untuk penerimaan bahan baku pada unit pengolahan adalah
<4,4oC dan kandungan histamin tidak lebih dari 30 ppm untuk standar
Apabila kandungan histamin dan suhu telah melebihi batas yang diterima
maka ikan tersebut akan dipisahkan atau reject. Penerimaan bahan baku
5.1.1.2 Pencucian
100 ppm klor, kemudian ikan dibersihkan dengan klor 5 ppm. Suhu rata-rata
Penyikatan dilakukan secara manual pada seluruh tubuh ikan, mulai dari
kepala, ekor hingga pada bagian perut ikan. kemudian ikan disiram mulai
dari permukaan tubuh, bagian perut pada ikan hingga pada bagian dalam
kepala ikan dengan air yang telah ditambahkan klor berkonsentrasi 5 ppm.
pertumbuhan bakteri yang terdapat pada air dan tubuh ikan itu sendiri.
66
sisa yang masih melekat pada tubuh ikan. Pencucian dimaksudkan untuk
bahan baku yang masuk pada unit pengolahan sudah dibuang insang dan isi
antara tahap pemotongan dengan tahap pencucian yaitu suhu rata-rata pada
tahap ini adalah 1,1oC. Hal ini karena proses pemotongan dilakukan dengan
cepat. Proses pemotongan dilakukan diatas meja yang terbuat dari stainless
stell dan telah dilapisi dengan cutting board yang terbuat dari plastik dan
kemudian dilakukan penyayatan pada bagian perut dan setelah itu dilakukan
hingga pada pangkal ekor atau tail hingga ke depan atau pada bagian perut
kemudian disayat pada bagian samping kiri kanan daging punggung dan
dengan inlet ketiga dari pangkal ekor, searah dengan linea lateralis sehingga
bisa lepas.
Sanitasi peralatan dan meja kerja selalu dilakukan, dimana setiap akhir
proses pemotongan satu ekor ikan, peralatan dan meja yang digunakan
klor dengan konsentrasi 50 ppm untuk proses pencucian atau washing dan 5
ppm untuk pembilasan atau rinsing. Untuk bagian kepala dan ekor yang
telah dipotong dikumpulkan menjadi satu pada satu tempat, setelah itu
bagian kepala dan ekor tersebut akan dijual kepada pedagang penampung
limbah ikan.
68
dan ekor. Pada tahap ini dibutuhkan keahlian dan ketelitian dari para
Ikan dipotong dalam bentuk fillet, kemudian dibelah menjadi empat bagian.
pembentukan loin pada satu ekor ikan, dilakukan pembersihan peralatan dan
meja kerja dengan menggunakan air klor 50 ppm untuk pencucian dan 5 ppm
untuk membilas meja dan peralatan kerja. Suhu rata-rata pada tahap
5.1.1.5 Trimming I
dengan cara menyayat bagian daging gelap yang masih terdapat pada
potongan loin, disamping itu untuk menghilangkan duri yang masih terdapat
menggunakan pisau tajam dengan ukuran pisau lebih panjang dari pisau
menggunakan klor 50 ppm. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak
Suhu rata-rata pada tahap ini yaitu 1,1 oC. Tidak terjadi kenaikan suhu karena
Sanitasi pada meja kerja dan peralatan selalu dilakukan yaitu apabila
satu potong loin telah dikerjakan, maka peralatan dan meja kerja langsung
yang diolah, kecuali terhadap produk akhir harus dikemas, harus selalu
5.1.1.6 Penimbangan I
yang telah dibersihkan kemudian ditimbang satu demi satu secara hati-hati
unit. Pengawas mutu akan mengecek suhu pada potongan loin. Suhu rata-
rata pada penimbangan adalah 1,2 oC. Terjadi kenaikan suhu pada tahap ini
pengolahan dengan cepat, sehingga suhu ikan tidak melebihi batas yang
Gambar 3.
70
Gambar 3. Penimbangan I
akan dibuat dalam bentuk potongan steak, saku atau loin. Biasanya ikan
tuna dengan grade A dan B yang akan dibuat dalam bentuk steak maupun
loin. Tetapi apabila terdapat sashi atau lubang-lubang kecil pada daging ikan
tuna grade A atau B, maka ikan tersebut tidak diolah dalam bentuk steak
maupun loin. Suhu rata-rata pada tahap sortasi mutu adalah 1,3 oC. Pada
unit pengolahan terdapat beberapa kriteria warna pada daging. Berikut ini
Grade A untuk steak dan loin : warna daging untuk tuna steak atau loin
mengkilat struktur daging apabila ditekan tidak putus dan tidak lengket. Serta
Grade B untuk steak dan loin ; untuk daging dengan mutu B mempunyai
spesifikasi warna daging merah agak jernih, tidak putus apabila ditekan dan
tidak lengket serta tidak terdapat sashi atau lubang-lubang kecil pada daging.
Grade A dan B untuk saku ; spesifikasi warna dan tekstur hampir sama
dengan ikan tuna dengan mutu A dan B, tetapi terdapat sashi atau lubang-
lubang kecil pada daging. Hal ini menandakan bahwa pada daging tersebut
ditangkap.
loin diatas cutting board kemudian penyayatan dimulai dari pangkal ekor
hingga pada bagian pangkal kepala secara perlahan-lahan dan hati-hati agar
proses pembuangan kulit tidak menyayat bagian daging yang lebih besar
pembuangan kulit adalah 1,3 oC. Tidak terdapat perbedaan suhu antara
membutuhkan waktu yang singkat dan tidak membutuhkan waktu yang cukup
lama.
72
5.1.1.9 Trimming II
Daging ikan yang akan dibuat dalam bentuk steak terlebih dahulu
dibersihkan dari kulit, duri dan daging gelap atau dark meat. Proses ini
memastikan apakah daging tersebut telah terbebas dari kulit, duri dan daging
gelap (dark meat) yang masih terdapat pada daging ikan. Mekanisme pada
proses ini sama dengan proses trimming yang dilakukan pada tahap
alkohol 75% pada permukaan loin, kemudian dilap dengan spon steril yang
berfungsi menyerap sisa-sisa darah yang masih terdapat pada potongan loin
tersebut.
selalu dijaga, dimana setiap satu potongan loin selesai di trimming, meja
ppm dan dikeringkan, setiap satu kali membawa ikan dengan gerobak,
5.1.1.10 Penimbangan II
dihasilkan pada hari itu. Suhu rata-rata pada tahap ini adalah 1,6 oC. Dimana
Daging ikan yang masih dalam bentuk loin, kemudian dibentuk menjadi
potongan steak dengan ketebalan sekitar 2,75-3,5 cm. Pada tahap ini terjadi
kenaikan suhu mencapai 1,9oC akibat penumpukan bahan baku dan lamanya
itu rantai dingin yang terdapat pada unit pengolahan dirasakan kurang.
dan meja kerja selalu dilakukan yaitu dengan menggunakan air yang telah
74
untuk rinsing.
Pada tahap ini juga dilihat mutu dari ikan. Apabila terdapat penyakit ikan
seperti sashi maka ikan tersebut akan diolah dalam bentuk olahan lain.
disesuaikan dengan ukuran yang diminta pembeli. Pada tahap ini juga
dilakukan perapihan pada steak dengan membuang kulit dan daging gelap
yang masih tersisa. Proses pembentukan steak dapat dilihat pada Gambar 4.
5 gr. Berdasarkan pengamatan, suhu rata-rata pada tahap ini adalah 2 oC.
Kenaikan suhu pada tahap ini disebabkan karena proses pembentukan steak
signifikan.
steak kedalam plastik yang telah dilapisi spon pada bagian dalam dengan
tujuan agar dapat meresap kotoran dan darah yang masih tertinggal pada
potongan steak serta diberikan jarak agar pada saat penyemprotan CO dapat
merata pada permukaan daging. Suhu rata-rata pada tahap ini adalah
2,1oC.
kenaikan suhu pada tahap ini yaitu 2,1 oC. Pada suhu 0oC oxymioglobin tidak
akan mengalami deoksidasi selama jangka waktu lama dan mioglobin akan
setelah dua hari. Untuk itu potongan steak harus disimpan ke dalam chilling
pembentukan warna merah pada daging, disamping itu juga menjaga agar
proses kimia serta fisis lainya yang dapat mempengaruhi atau menurunkan
terdapat daging gelap yang mesih melekat pada daging, duri, sisik, serta
penyakit ikan atau sashi yang sudah terdapat secara alamiah didalam tubuh
Penumpukan loin pada saat bahan baku dikeluarkan dari ruang penyimpanan
5.1.1.17 Penimbangan IV
Pada tahap ini, potongan steak ditimbang untuk menentukan size dari
alat dan meja kerja. Suhu pada tahap penimbangan adalah -1,5 oC.
menyebabkan terjadi penurunan suhu. Size dan berat potongan steak dapat
4-6 114-169
6-8 170-226
8-10 227-283
Data primer 2007
1 oz = 28,5 gr
steak dimasukan satu demi satu kedalam vakum pack sesuai dengan berat
78
dan size potongan steak. Untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan maka,
tiap-tiap vakum pack diberi tanda sesuai size masing-masing. Suhu pada
5.1.1.19 Pemvakuman
tekanan satu ATM pada suhu kamar yaitu sekitar 26-28 oC. Mesin tersebut
melekatkan bagian yang terbuka pada single pack. Agar tidak terjadi
kenaikan suhu maka, disediakan dua unit mesin vakum. Apabila pada saat
pemvakuman ulang dan penggantian single pack. Hal ini dilakukan untuk
dan ditata pada longpan. Proses penataan sebanyak dua susun yaitu
potongan steak yang pertama diletakan sebanyak empat baris dengan rapi
dan tray. Setelah itu dilakukan penyusunan yang kedua yaitu, potongan
steak diletakan diatas tray yang telah dilapisi plastik sebanyak empat baris
dengan rapi dan teratur. Suhu rata-rata pada tahap ini mencapai 0,9 oC.
5.1.1.21 Pembekuan
dilakukan selama 7-8 jam pada suhu -40 oC. Pengecekan suhu dilakukan
setiap jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya dehidrasi produk
akibat waktu dan suhu yang tidak tepat. Berdasarkan pengamatan, suhu
Selanjutnya udara dingin ini akan dialirkan ketempat penyimpanan ikan yang
5.1.1.22 Penimbangan V
steak per master karton. Biasanya berat steak sekitar 10 lbs, misalnya steak
Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap produk yang telah beku,
Pengamatan yang dilakukan, terjadi kenaikan suhu pada tahap ini mencapai
plastik pada bagian dalamnya. Biasanya pada master cartoon diberi label
yang memuat keterangan tentang jenis produk, spesies, size, berat bersih,
(lot number code system), nama buyer, tanggal kedaluarsa dan cara
diskolorasi maka produk harus dilindungi, antara lain dengan cara mengepak
beku atau cold storage menunggu untuk diekspor. Suhu maksimum didalam
sangat mengawet mutu dan memperpanjang daya simpan beku. Suhu rata-
rata pada tiap tahapan proses dapat dilihat pada Lampiran 10.
Pencucian Penyemprotan CO
Trimming I Penimbangan IV
Penimbangan I Wrapping
Skinning Pemvakuman
Trimming II Pembekuan
Penimbangan II Penimbangan V
Gambar 7. Alur proses pengolahan steak mentah beku di CV. Prima Indo
Tuna
84
disini meliputi : ruangan, peralatan, pekerja, air dan sebagainya. Setiap unit
frekuensi monitoring dan informasi lain yang terkait. Berkaitan dengan itu,
Air yang terdapat pada unit pengolahan berasal dari air sumur yang telah
terdapat pada air. Setiap hari pengawas mutu akan mengecek penyediaan
dengan klor, sedangkan untuk air dingin digunakan untuk mencuci produk.
terdiri dari tiga tahap yaitu fluktuasi (koagulasi), filtrasi dan klorinasi.
85
dari air.
Kondisi dan kebersihan pada unit pengolahan seperti bangunan, air dan
peralatan pekerjaan yang kontak dengan produk selalu dijaga. Disamping itu
kondisi bangunan dan peralatan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan.
Kondisi dan kebersihan lain seperti sarung tangan dan pakaian kerja
daripada karyawan, baik itu pakaian maupun sarung tangan yang digunakan.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kontaminasi silang pada produk. Beberapa
hal yang harus dimonitor terhadap kondisi kebersihan adalah kebersihan alat
permukaan alat yang kontak dengan pangan, tipe dan konsentrasi bahan
sanitasi, kebersihan sarung tangan dan pakian kerja (Winarno dan Surono,
2004).
setiap bagian alur proses disediakan alkohol 75% yang berfungsi untuk
mencuci tangan para karyawan dan apabila pada saat karyawan secara tidak
sengaja menyentuh salah satu bagian organ tubuh seperti kulit maka,
tangan dilakukan setiap 10 menit sekali dan selalu dikontrol oleh pengawas
mutu.
yang bersentuhan dengan produk yang diolah, kecuali terhadap produk akhir
yaitu:
1) Cuci tangan
Terdapat 2 unit fasilitas untuk cuci tangan yang terletak pada pintu
masuk unit pengolahan dan pintu masuk ruangan penerimaan bahan baku,
hand drier dan tempat sampah untuk pembuangan tissue. Air yang
digunakan untuk mencuci tangan mengalir secara otomatis. Hal ini dilakukan
agar pada saat cuci tangan, tidak terjadi kontaminasi silang pada kran
pengolahan.
Bak cuci kaki pada unit pengolahan terletak pada pintu masuk dan ruang
penerimaan bahan baku yang terbuat dari keramik berwarna putih dan
mudah dibersihkan. Air yang digunakan untuk cuci kaki adalah air hangat
yang telah ditambahkan dengan konsentrasi klor 200 ppm. Bak cuci kaki
mengecek kondisi dari air pencuci kaki dan apabila air pencuci kaki mulai
88
kotor atau berkurang maka, pengawas mutu akan melakukan pergantian atau
penambahan air melalui karyawan yang telah diberi tanggung jawab tersebut.
3) Toilet
pengolahan dan air yang masih tergenang pada lantai. Hal ini dilakukan
pengolahan dan setelah melakukan proses pengolahan. Bak cuci kaki pada
unit pengolahan dilengkapi dengan kran untuk menyalurkan air dan saluran
diberi label dan dipisahkan dari produk guna menjaga kontaminasi silang
benar
cair diletakan terpisah pada bak cuci tangan dan tidak dipakai sebagai bahan
terhadap produk.
pengolahan. Kontrol sanitasi dilakukan oleh pengawas mutu dua kali dalam
seminggu, mulai dari pakaian yang digunakan hingga kondisi sanitasi dari
menjamin agar tidak seorang karyawan pun menderita penyakit yang dapat
ruang proses tetapi pada ruang penerimaan bahan baku. Hal ini dilakukan
menyentuh produk.
Disamping itu pada tiap pintu unit pengolahan dilengkapi dengan tirai
tikus, perusahaan menyediakan alat jeruji besi pada tiap sudut saluran
Setiap tahapan pengolahan ikan tuna steak mentah beku mutlak harus
baku hingga proses pembekuan. Untuk itu harus diperhatikan beberapa hal
berikut ini:
5.1.3.1 Lokasi
Lokasi pada unit pengolahan terletak jauh dari suplai bahan baku, bebas
lingkungan unit pengolahan bebas dari debu dan kotoran dan lingkungan
1) Lantai
5o. Hal ini dilihat dari permukaan lantai yaitu tidak terdapat genangan air,
disamping itu lantai yang terdapat pada unit pengolahan terbuat dari semen
92
kedap air dengan permukaan lantai yang rata dan halus, tahan terhadap
bahan kimia serta mudah dibersihkan terhadap bahan kimia. Disamping itu
Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit dibersihkan. Lantai
yang terkena limbah cair dan tidak ditiriskan dengan baik dapat merupakan
2) Dinding
Dinding yang terdapat pada unit pengolahan terbuat dari beton dengan
tinggi ± 3 m, berpermukaan halus, berwarna putih dan tidak ada celah atau
bagian dinding dengan ketinggian ± 1,5 meter terbuat dari keramik berwarna
pekerjaan basah harus kedap air, permukaanya harus rata dan berwarna
terang, sudut antara dinding dan lantai dan antara dinding dengan langit-
langit harus tertutup rapat dan mudah terjangkau (Winarno dan Surono,
2002).
93
3) Langit-langit
kayu tripleks dan dilapisi dengan cat berwarna putih. Tidak terdapat
membahayakan produk.
bercelah, tidak terdapat tonjolan dan sambungan yang terbuka, kedap air dan
2004).
4) Ventilasi
yang berfungsi menjaga suhu tetap terjaga serta dilengkapi dengan satu unit
Kondisi AC selalu dikontrol. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak
terhadap temperatur ruangan dan perbedaan yang besar antara suhu udara
Pintu pada unit pengolahan terbuat dari stainless stell agar tidak terjadi
Tidak terdapat jendela pada unit pengolahan karena fungsi dari jendela
Permukaan pintu harus tahan karat, halus dan rata serta tahan air dan
mudah dibersikan. Jendela harus tahan air, halus dan rata, mudah
dibersihkan dan apabila dibuka harus dapat menahan debu, kotoran atau
Surono, 2004).
6) Penerangan
tersebut dibuang.
Penilaian kedua dilakukan dua minggu setelah penilaian pertama yaitu pada
Kritis (Kr) adalah suatu faktor, baik yang terkait dengan Sanitation
dimonitor, dan atau tidak dikendalikan dengan baik, dapat secara langsung
Serius (Sr) adalah suatu faktor atau aspek (SSOP atau GMP) yang
produk yang dihasilkan sehingga tidak aman untuk dikonsumsi atau diolah
dengan alat yang mempunyai katup untuk mencegah masuknya air kedalam
unit pengolahan.
Mayor (My) adalah suatu faktor atau aspek (SSOP atau GMP) yang
mayor pada unit pengolahan yaitu tidak ada kontrol untuk mencegah
bahan pengemas.
Minor (Mn) adalah suatu faktor atau aspek (SSOP atau GMP) yang tidak
pasokan air dingin dan air hangat tidak mencukupi, tidak ada ruang istirahat,
jika ada tidak memenuhi persyaratan, tidak ada program pemantauan untuk
pada setiap tahapan proses, apakah bahaya tersebut termasuk bahaya nyata
atau tidak. Analisa bahaya dilakukan setiap tahap atau alur proses
Berikut analisa bahaya yang dapat diidentifikasi pada tiap alur proses.
diatas 4,4oC maka, histidin yang terdapat pada tubuh ikan akan terbentuk
histamin sudah ada secara alamiah dalam tubuh ikan walaupun dengan
disamping itu sanitasi air yang digunakan untuk mencuci ikan juga
mengukur suhu pusat pada ikan apabila suhu pusat ikan mencapai atau
coli dan Salmonella akibat kurang sanitasi air dan es yang digunakan.
Sanitasi air dan es mempunyai kaitanya dengan bakteri yang dapat timbul
pada suhu tertentu. Dimana bakteri E. coli dapat tumbuh pada suhu 3oC dan
Salmonella yang dapat tumbuh pada suhu 5oC. Peluang terjadinya bahaya
kurang hati-hati diatas kapal. Peluang terjadi bahaya rendah karena dapat
diatas kapal merupakan faktor penting pada kerusakan fisik ikan. Jadi tahap
ini harus dikontrol dengan pengukuran suhu dan uji organoleptik untuk
5.3.2 Pencucian
yang masih melekat pada tubuh ikan. Bahaya potensial yang mungkin timbul
pada tahap ini adalah kontaminasi bakteri E. coli dan Salmonella yang
disebabkan oleh sanitasi air dan es yang kurang baik. Peluang terjadinya
baik.
kenaikan suhu yang terlalu tinggi. Peluang terjadinya bahaya rendah karena
yaitu dengan melakukan pencucian dengan cepat dan hati-hati, disamping itu
dalam air yang telah ditambahkan klor dengan konsentrasi 100 ppm atau
Bahaya lain yang dapat timbul pada tahap ini adalah pembentukan
melakukan pemotongan secara cepat dan hati-hati agar tidak terjadi kenaikan
Bahaya potensial yang mungkin timbul pada tahap ini adalah bentuk loin
E. coli dan Salmonella melalui peralatan. Sanitasi air yang digunakan untuk
silang pada potongan loin. Peluang terjadinya bahaya rendah karena dapat
5.3.5 Trimming I
penanganan yang cepat dan hati-hati agar dapat mempertahankan suhu ikan
<4,4oC.
itu bahaya yang timbul dapat diminimalisasikan pada tahap trimming yang
kedua.
5.3.6 Penimbangan I
untuk tiap potongan loin. Bahaya yang mungkin timbul pada tahap ini adalah
berat loin tidak memenuhi standar yang diakibatkan oleh kesalahan karyawan
pembentukan histamin akibat kenaikan suhu serta mutu yang tidak sesuai.
bakteri patogen.
Bahaya ketiga yang mungkin pada tahap ini adalah terdapat sisa kulit
5.3.9 Trimming II
trimming yang pertama. Bahaya yang mungkin timbul pada tahap ini adalah
Bahaya lain yang mungkin timbul yaitu masih terdapat sisik, duri, tulang
serta daging gelap yang masih melekat pada daging. Peluang terjadi bahaya
tahap trimming.
5.3.10 Penimbangan II
Bahaya yang mungkin timbul pada tahap ini adalah berat ikan tidak
proses penimbangan.
disebabkan oleh pisau pemotong yang kontak langsung dengan daging ikan.
Bahaya potensial yang mungkin timbul pada tahap ini adalah pembentukan
bahan baku juga dapat menyebabkan kenaikan suhu mencapai 4,4 oC.
Bahaya kedua yang mungkin timbul pada tahap ini adalah kontaminasi
Bahaya yang ketiga yang mungkin timbul pada tahap ini adalah
dan mutu steak tidak sesuai. Dimana kesalahan disebabkan oleh kelalaian
bahaya sedang karena kelelahan dan kurang ketelitian dari para karyawan
Bahaya yang mungkin timbul pada tahap ini adalah berat steak tidak
Bahaya kedua yang mungkin timbul pada tahap ini adalah kontaminasi
5.3.14 Penyemprotan CO
Bahaya lain yang mungkin timbul pada tahap ini adalah kontaminasi
berkonsentrasi 50 ppm.
Bahaya potensial yang mungkin pada tahap ini adalah drip loss akibat
berkala. Bahaya lain yang mungkin timbul pada tahap ini adalah kontaminasi
potensial yang mungkin timbul pada tahap ini adalah kontaminasi bakteri
Bahaya kedua yang mungkin timbul pada tahap ini adalah masih
terdapat daging gelap, sisik, tulang pada daging serta penyakit pada daging
terjadinya bahaya rendah karena dapat dikendalikan oleh GMP yaitu adanya
pengawasan dari pengawas mutu (QC) terhadap ketelitian kerja dari para
5.3.17 Penimbangan IV
Bahaya yang mungkin timbul pada tahap ini adalah berat tidak sesuai
steak yang telah ditentukan sizenya tidak sesuai dengan ukuran vakum pack.
5.3.19 Pemvakuman.
Bahaya potensial yang mungkin timbul pada tahap ini adalah kebocoran
plastik itu sendiri dan akibat kesalahan dalam proses pemvakuman. Peluang
penataan.
5.3.21 Pembekuan
Bahaya yang mungkin timbul pada tahap ini adalah dehidrasi pada
produk akibat suhu pada ABF tidak mencapai -40 oC. Peluang terjadinya
5.3.22 Penimbangan V
timbulnya bahaya. Bahaya yang mungkin timbul pada tahap ini adalah berat
steak tidak sesuai akibat tidak akurat timbangan yang digunakan dan
size pada master cartoon. Tetapi peluang terjadinya bahaya rendah karena
mutu.
Bahaya potensial yang mungkin timbul pada tahap ini adalah dehidrasi
produk yang disebabkan oleh suhu pada cold storage tidak stabil. Peluang
mutu dan melakukan pencatatan suhu setiap satu jam sekali oleh teknisi
keeping).
tahapan alur proses maka, terdapat dua tahapan proses yang mengandung
bahaya potensial nyata yaitu, pada tahap penerimaan bahan baku dan tahap
rantai dingin dan pengawasan dari pengawas mutu atau QC apabila terdapat
113
mentah beku di CV. Prima Indo Tuna maka, terdapat satu tahapan alur
proses yang merupakan CCP yaitu pada tahap penerimaan dengan bahaya
potensial yaitu histamin akibat kenaikan suhu diatas 4,4 oC. Keberadaan
histamin secara alami terdapat didalam tubuh ikan tuna sejak ikan tersebut
food safety. Faktor suhu dan cara penanganan ikan diatas kapal sangat
dengan tingkat keparahan mungkin terjadi bahaya nyata. Pada tahap ini
terjadi kesalahan maka, pada tahap ini tidak dapat menghilangkan atau
mengurangi bahaya yang terjadi sehingga bahaya akan masuk pada tahap
dapat diterima atau diperkenankan. Tetapi pada tahap ini bahaya potensial
masih dapat dihilangkan pada tahap selanjutnya yaitu pada tahap Final
114
Check. Identifikasi CCP pada kedua tahap alur proses dapat dilihat pada
Tabel 7.
penilainya, sedangkan untuk pengujian histamin bahan baku ikan tuna segar
histamin, ALT bahan baku dan produk akhir steak mentah beku.
115
Tabel 8. Nilai organoleptik dan kadar histamin bahan baku Steak Mentah
Beku
didapatkan hasil seperti tabel diatas. Sehingga nilai organoleptik bahan baku
yaitu 7,60, sedangkan nilai kadar histamin 2,68 ppm dimana nilai tersebut
Tabel 9. Nilai organoleptik, kadar histamin dan ALT produk akhir Steak
Mentah Beku
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata organoleptik bahan
yaitu 4,1 x 104 kol/gram. Dari hasil pengujian mutu produk akhir maka,