Disusun Oleh:
GITA NURRIZKIYANTI
193203100
Disusun Oleh:
CANDRA HATTA
193203071
HIPERBILIRUBIN
IKTERUS
Sarafaferen Peristaltic
Resiko tinggi usus
cedera
hipotalamus Diare
Pengeluaran
vasokontriksi volume cairandan
intake
penguapan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Kerusakan
integritas kulit
Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan
6. Manifestasi Klinis
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya
buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan
dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan
warna karena pengaruh sirkulasi darah (Alatas dan Hasan, 2007).
Cara menegakkan diagnosa ikterus pada bayi baru lahir, antara lain
sebagai berikut :
a. Keluhan subjektif yaitu bayi berwarna kuning pada muka dan sebagian
tubuhnya dan kemampuan menghisap bayi lemah (Marmi, 2012).
b. Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan yang dilakukan dari ujung rambut
sampai kaki dengan hasil bayi berwarna kuning serta pemeriksaan
reflek bayi (Hasan dan Alatas, 2007).
c. Pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu pemeriksaan golongan
darah, uji coombs direk, uji coombs indirek, kadar bilirubin total dan
direk, darah periksa lengkap dengan diferensial, protein serum total,
dan glukosa serum (Kosim, 2012).
Cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan risiko terjadinya
kern icterus, salah satunya dengan cara klinis (rumus 21
Kramer) yang dilakukan di bawah sinar biasa (day light) (Saifuddin,
2009).
Daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus Kremer,
seperti dibawah ini :
Keterangan :
1) Kepala dan leher
2) Daerah 1 (+) Badan bagian atas
3) Daerah 1, 2 (+) Badan bagian bawah dan tungkai
4) Daerah 1, 2, 3 (+) Lengan dan kaki di bawah lutut
5) Daerah 1, 2, 3, 4 (+) Telapak tangan dan kaki
Ikterus neonatorum patologis dibagi menjadi 5 kramer sesuai dengan
daerah ikterusnya, yaitu :
Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin (Mg
%)
1 Kepala leher 5
2 Daerah 1 (+) Badan bagian atas 9
3 Daerah 1, 2 (+) Badan bagian bawah 11
dan tungkai
4 Daerah 1, 2, 3 (+) Lengan dan kaki di 12
bawah lutut
5 Daerah 1, 2, 3, 4 (+) Telapak tangan 16
dan kaki
Sumber : Saifuddin, 2009
7. KOMPLIKASI
a. Bilirubin encephahalopathi
b. Kernikterus, kerusakan neurologis, cerebral palis, retardasi mental,
hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yang
melengking.
c. Asfiksia
d. Hipotermi
e. Hipoglikemi
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
1) Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin
lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
2) Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
3) Protein serum total.
b. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
c. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
b. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran,
misalnya sulfa furokolin.
c. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
d. Fenobarbital
e. Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang
mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik
pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
f. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
g. Fototerapi
h. Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis
dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan
urine dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
i. Transfusi tukar.
j. Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto
terapi.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Letargi, malas.
b. Sirkulasi
1) Mungkin pucat, menandakan anemia
2) Bertempat tinggal di atas ketinggian 500 ft
c. Eliminasi
1) Bising usus hipoaktif
2) Pasase mekonium mungkin lambat
3) Feses mungkin lunak / coklat kehijauan selama pengeluaran
bilirubin
4) Urine gelap pekat; hitam kecoklatan (sindroma bayi bronze)
d. Makanan / Cairan
1) Riwayat pelambatan / makan oral buruk, lebih mungkin disusui
dari pada menyusu botol
2) Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar
e. Neurosensori
1) Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua
tulang parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran /
kelahiran ekstraksi vakum.
2) Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin
ada dengan inkompatibilitas Rh berat.
3) Kehilangan reflex Moro mungkin terlihat.
4) Opistotonus dengan kekuatan lengung punggung, fontanel
menonjol, menangis lirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
f. Pernapasan
1) Riwayat asfiksia.
2) Krekels, mucus bercak merah muda (edema pleura, hemoragi
pulmonal)
g. Keamanan
1) Riwayat positif infeksi/sepsis neonates.
2) Dapat mengalami ekimosis berlebihan, petekie, perdarahan intra
cranial
3) Dapat tampak ikterik pada awalnya pada wajah dan berlanjut pada
bagian distal tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
sebagai efek samping fototerapi.
h. Seksualitas
1) Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi
dengan reterdasi pertumbuhan intrauterus (IUGR), atau bayi besar
untuk usia gestasi (LGA), seperti bayi dengan ibu diabetes.
2) Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin,
asfiksia, hipoksia, asidosis, hipoglikemia, hipoproteinemia.
3) Terjadi lebih sering pada bayi pria dari pada bayi wanita.
2. Diagnosa
a. Ikterik Neunatus berhubungan dengan kurang dari tujuh hari.
b. Resiko tinggi cedera berhubungandenganmeningkatnya kadar
bilirubin toksik dan komplikasi berkenaan phototerapi.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungandenganefek dari phototerapi
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungandengan
phototerapi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungandenganketidakmampuan menelan
3. Rencana Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan NOC NIC
o
1 Ikterik neunatus berhubungan Setelah dilakukan perawatan Fototerapi
dengan usia kurang dari 7 hari selama ... x 24 jam diharapkan Neonatus:
klie terbebas dari ikterik dengan - Observasi
kriteria hasil: warna kulit
Adaptasi Bayi Baru Lahir: - Periksa
- Tanda-tanda vital dalam kadar
batas normal bilirubin
- Mata bersih - Edukasi
- Warna kulit normal keluarga
- Kadar bilirubin dalam batas mengenai
normal prosedur dan
- Tidak terjadi penurunan perawatan
berat badan fototerapi
- Tutupi
kedua mata
bayi, hidari
penekanan
berlebihan
- Tempatkan
lampu
fototerapi di
atas bayi
dengan
tinggi yang
sesuai
- Monitor
tanda-tanda
vital
1. Resiko tinggi cedera Setelahdilakukantindakanselam Risk control
berhubungandenganmeningkatnya a 3x24 jam - Letakkan
kadar bilirubin toksik dan pasiendapatmemenuhi bayi dekat
komplikasi berkenaan phototerapi Risk control cahaya.
Dengankriteriahasil - Tutup mata
- Tidak ada iritas mata dengan kain
- Tidak ada tanda-tanda yang dapat
dehidrasi menyerap
- Suhu stabil cahaya
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H. & Hassan R. (2010).Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak; cetakan 11,
hal1, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Alimul, Hidayat A. (2010). Pengantar ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta:
Salemba Medika.
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW.
Guyton Arthur C. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.
Marmi, & Rahardjo, K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Prawirohadjo, Sarwono. (2013). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Price SA dan Wilson LM. (2010). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Vol 1 Ed 6. Jakarta: EGC.
Sudiadi, dan Rita Y. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta:
Fajar Inter Pratama.
Saifuddin AB. (2009).Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta:
EGC.