06 Enny KLM (Edited) PDF
06 Enny KLM (Edited) PDF
ABSTRACT
Ex-mining land with huge metal accumulation can be inhabited by soil microbes. With appropriate
management, detrimental microbes such as sulpur-oxidizing bacteria, can be employed to recover metals,
particularly iron, nickel, copper, gold and silver more efficiently. In land rehabilitation of these sites, soil
microbes play important roles. Through bioremediation process they are able to use metals in their
metabolisms as an electron acceptor or enzyme activator reducing their toxicity. Furthermore, they facilitate
a more suitable environment for growing seedlings revegetation. Soil microbes can also associate with
special plants to accelerate phytoremediation. In this case, root colonizing microbes inhibit the metals
absorbed by plants or release a special substance to reduce the metal hazard. They also increase metal
accumulation in the tissues without raising its harm to the plants. It is admitted that soil microbes can be
involved to enhance the ex-mining land rehabilitation.
Key words: Ex-mining land, biodegradation, sulphur-oxidazing bacteria, rehabilitation
ABSTRAK
Lahan bekas tambang yang mempunyai kandungan logam-logam tinggi dapat dikoloni oleh mikroba tanah.
Dengan pengelolaan yang tepat, bakteri-bakteri yang merugikan seperti bakteri pengoksidasi sulfur (BOS)
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan recovery logam-logam terutama besi, nikel, tembaga, emas, dan
perak. Kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dapat ditingkatkan dengan bantuan mikroba tanah. Melalui
proses bioremediasi, mikroba tanah dapat menggunakan logam sebagai aktivator enzim atau aseptor elektron
untuk pertumbuhannya sehingga logam menjadi tidak berbahaya di alam. Mikroba yang berperan pada proses
bioremediasi tersebut membantu memberikan lingkungan tanah yang lebih baik untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Mikroba tanah juga aktif berasosiasi dengan tanaman pada lahan tersebut sehingga
tanaman menjadi lebih tahan tumbuh pada lahan bekas tambang yang mempunyai kandungan logam-logam
tinggi. Dalam hal ini mikroba menghalangi tanaman menyerap logam dengan cara menahan logam di akar,
mikroba menghasilkan enzim tertentu yang dapat mengurangi toksisitas logam atau mikroba bahkan
membantu tanaman mengakumulasi logam dalam jumlah yang lebih besar tetapi tanaman tidak keracunan.
Karena itu proses rehabilitasi areal bekas tambang dapat dipercepat dengan bantuan mikroba tanah.
Kata kunci: Lahan bekas tambang, biodegradasi, bakteri pengoksidasi sulfur, rehabilitasi
Cadangan bahan tambang yang sa- sesuai dengan peruntukannya. Oleh kare-
ngat besar seringkali tersimpan di dalam na itu makalah ini membahas bagaimana
tanah di bawah tegakan hutan. Namun mikroba tanah berperan dalam proses re-
ketidak-arifan manusia dalam melakukan habilitasi lahan bekas tambang.
praktek penambangan seringkali menggu-
sur keberadaan hutan di atasnya, sehing-
ga eksploitasi bahan tambang yang awal- II. PERANAN MIKROBA TANAH
nya ditujukan untuk meningkatkan ke- PADA LAHAN BEKAS TAMBANG
makmuran berbalik menjadi bencana. Mikroba merupakan organisme yang
Hal ini terjadi karena keinginan untuk mempunyai niche yang sangat sempit se-
mengambil cadangan bahan galian seba- hingga sangat rentan terhadap perubahan
nyak-banyaknya tanpa memperhitungkan lingkungan. Kerentanan tersebut memacu
kemampuan lingkungan untuk menang- mikroba bermutasi untuk bertahan pada
gung beban akibat berubahnya keseim- kondisi lingkungan yang baru (Metting,
bangan ekosistem. Praktek penambangan 1996). Banyak mikroba ditemukan meng-
yang tidak ramah lingkungan tersebut huni lahan-lahan yang tercemar logam
mengakibatkan proses rehabilitasi me- berat seperti pada lahan bekas tambang.
merlukan banyak masukan (input). Se- Mikroba memainkan banyak peran, baik
bagai contoh PT. Bukit Asam memerlu- yang menguntungkan maupun yang me-
kan biaya mencapai 600 juta rupiah per rugikan bagi manusia pada lahan-lahan
hektar untuk melapisi tanah dengan blue bekas tambang. Di satu sisi mikroba ta-
clay, biaya angkut “top soil”, pengadaan nah dapat memperburuk keadaan lahan
cover crops dan benih, tenaga kerja, pu- misalnya mikroba yang berperan sebagai
puk, dan biaya pemeliharaan. biokatalisator AMD tetapi sebagian dari
Batuan yang tersisa umumnya meng- mereka aktif mereduksi logam-logam
andung senyawa sulfidik yang ketika ter- menjadi tidak tersedia, sebagian lagi
oksidasi melepaskan sulfat ke lingkungan membantu pertumbuhan tanaman sehing-
sehingga pH lingkungan sangat rendah, ga proses revegetasi menjadi lebih baik.
sehingga peristiwa ini dikenal dengan Secara terperinci peranan mikroba terse-
acid mine drainage (AMD). Kondisi pH but diuraikan sebagai berikut:
yang sangat rendah mengakibatkan unsur
hara makro yang ditambahkan melalui A. Sebagai Biokatalisator AMD dan
pemupukan menjadi tidak efektif karena Sebagai Agen Biomining
akan segera terikat oleh logam-logam. Peristiwa AMD terjadi karena adanya
pH yang rendah juga akan meningkatkan oksidasi mineral-mineral bersulfur yang
kelarutan logam-logam (Tan, 1993 dalam merupakan sisa galian tambang terbuka
Widyati, 2006), sehingga pada lahan be- dan melepaskan asam sulfat seperti reaksi
kas tambang umumnya terjadi akumulasi FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O 15Fe2+ + 2SO42
logam. Oleh karena itu AMD dianggap + 16H+ (Bond et al., 2000). Asam sulfat
merupakan penyebab terbesar rendahnya merupakan asam kuat sehingga akan
keberhasilan revegetasi. menurunkan pH tanah dan air secara
Beberapa mikroba tanah mampu drastis. Menurunnya pH dapat mening-
menggunakan energi dari proses oksidasi/ katkan kelarutan logam-logam (Tan,
reduksi logam maupun senyawa-senyawa 1993).
berbahaya lainnya untuk pertumbuhan- Menurunnya pH dan hilangnya bahan
nya. Dengan beberapa manajemen ling- organik (akibat penambangan terbuka)
kungan, kemampuan mikroba tersebut akan memacu inisiasi bakteri pengoksi-
dapat dioptimalkan sehingga ketersediaan dasi sulfur (BOS) seperti Thiobacillus
logam-logam dalam tanah dapat menurun spp., Leptospirillum spp., Sulfolobus spp.,
sampai ke ambang batas yang diijinkan dan Ferroplasma spp. (Bond et al.,
152
Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi…(Enny Widyati)
2000). Mikroba tersebut bersifat suka kan limbah berupa ion Fe3+ dan asam sul-
asam (acidophilic), menggunakan sumber fat.
C dari bahan anorganik (lithotroph atau Menurut Rawlings dan Silver (1995)
ototrof) dan menggunakan sumber energi dalam Rawlings (2004) ekstraksi logam
dari oksigen (Wentzel, 2004 dalam Wid- dengan mikroba lebih ekonomis dan lebih
yati, 2006). Spesies T. ferrooxidans yang ramah lingkungan dibandingkan dengan
dikenal sebagai kemolitotrof dan mensin- ekstraksi secara kimia. Kadar logam yang
tesis selnya dari karbon yang diperoleh terlalu rendah dibandingkan dengan mi-
secara ensimatik dari CO2, ternyata dapat neral yang mengikatnya mengakibatkan
menggunakan karbon organik secara ter- ekstraksi secara kimia menjadi tidak eko-
batas (Bacelar-Nicolau and Johnson, nomis dibandingkan dengan perolehan
1999). Kehadiran BOS akan memacu la- logam. Metode bioleaching juga tidak
ju AMD menjadi 500.000-1.000.000 kali memerlukan energi dalam jumlah besar
lipat dibandingkan dengan reaksi yang seperti yang digunakan untuk proses pe-
terjadi secara geokimia (Mills, 2004) se- leburan dan pembakaran pada proses
hingga dalam hal ini kelompok mikroba pengambilan logam secara tradisional.
tersebut sangat merugikan bagi lingkung- Di samping itu, metode bioleaching lebih
an tempat hidupnya. ramah lingkungan dibandingkan dengan
Namun demikian, BOS dapat diman- proses-proses secara fisiko kimia karena
faatkan untuk “memanen” sisa logam proses ini menggunakan proses yang ter-
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi se- jadi di alam. Sebagai contoh pada proses
perti tembaga, seng, nikel bahkan dapat peleburan dan pembakaran akan meng-
melepaskan emas dan perak dari mineral hasilkan gas berbahaya misalnya SO2, hal
pirit (Brierley and Brierley, 1999 dalam tersebut tidak terjadi pada proses bio-
Santosa, 2004). Kelompok mikroba ter- leaching.
sebut dikenal dengan istilah ”mikroba pe- Mekanisme pelarutan mineral sulfid
nambang” atau biominer dan aktivitas pe- menunjukkan pola yang berbeda-beda.
nambangan dengan menggunakan mikro- Schippers and Sand (1999) menemukan
ba disebut biomining. Menurut Rawlings bahwa oksidasi logam sulfida yang ber-
(2004) biomining adalah istilah untuk beda dimulai dengan reaksi antara (inter-
memfasilitasi ekstraksi logam-logam dari mediate) yang berbeda. Untuk pirit (FeS2)
mineral bersulfur atau yang mengandung dan molybdenit (MoS2) melalui reaksi
besi dengan menggunakan mikroba. Pro- antara yang disebut mekanisme thiosul-
ses pelarutan logam merupakan kombina- fat. Sedangkan spalerit (ZnS), kalkopirit
si proses kimia dan mikrobiologi, di ma- (CuFeS2) atau galena (PbS) melalui me-
na proses kimia terjadi karena adanya ion kanisme polysulfida.
Fe3+ dan atau asam yang dihasilkan oleh Pada mekanisme thiosulfat, pelarutan
aktivitas mikroba. Ekstrak logam pada logam sulfida oleh asam terjadi dengan
proses biomining dilarutkan ke dalam air, perantara thiosulfat dengan hasil akhir
sehingga proses ini disebut bioleaching yang utama adalah sulfat. Schippers and
sedangkan khusus untuk recovery emas Sand (1999) mencontohkan reaksi yang
dari lumpur tailing digunakan istilah bio- terjadi pada mineral pirit:
oksidasi (Rawlings, 2004). Menurut FeS2+6Fe3++3H2O → S2O32–+7Fe2++6H+ .......(1)
Rawlings (2004), tidak semua mineral
S2O32–+8Fe3++5H2O → 2SO42–+ 8Fe2++10H+...(2)
dapat dipanen logamnya melalui teknolo-
gi bioleaching tetapi hanya logam yang Pada mekanisme polisulfida, pelarut-
terikat pada mineral yang mengandung an logam sulfida memerlukan perantara
sulfur, besi atau sulfur tereduksi, sehing- sulfur elementer. Sulfur relatif stabil te-
ga proses bioleaching selalu menghasil- tapi dapat dioksidasi menjadi sulfat de-
153
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008
ngan bantuan BOS seperti reaksi 5 di ba- logi bioleaching dengan bakteri T. ferro-
wah ini: oxidans. Valenzulaa et al. (2006) mela-
MS+Fe3++H+→ M2++0,5H2Sn+Fe2+(n≥2).........(3) porkan bahwa sejak diterapkan teknik
biomining di Chili (negara penghasil tem-
0,5H2Sn+Fe3+ → 0,125S8+Fe2++H+...................(4)
baga kelas atas dunia) produksi temba-
0,125S8+1,5O2+H2O → SO42–+2H+...................(5) ganya meningkat 400.000 ton per tahun.
BOS Bakteri BOS membentuk lapisan bio-
Ion Fe2+ yang dihasilkan dalam proses film yang melapisi permukaan mineral
tersebut mungkin teroksidasi kembali yang mengandung tembaga. Oksidasi
oleh BOS menjadi Fe3+. yang dilakukan oleh bakteri terhadap mi-
2Fe2++0,5O2+2H+ → 2Fe3++H2O…...................(6)
neral akan menghasilkan ferrosulfat dan
BOS “oksidan”. Oksidan akan bereaksi de-
ngan mineral-mineral tembaga-sulfida se-
Peranan BOS pada proses solubilisasi perti kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S),
logam adalah menyediakan asam sulfat kovelit (CuS), dan bornit (Cu5FeS4), de-
(reaksi 5) untuk menangkap proton dan ngan melepaskan larutan CuSO4 (www.
mengoksidasi besi menjadi ion feri (reak- personals.psu.edu). Tembaga selanjutnya
si 6) untuk melarutkan mineral. dapat dipisahkan melalui proses elektroli-
Bakteri yang telah dibuktikan efektif sis. Penelitian lain menunjukkan bahwa
untuk melepaskan logam-logam komer- T. ferrooxidans dan L. ferrooxidans di-
sial antara lain T. ferrooxidans dan L. fer- laporkan sebagai organisme yang paling
rooxidans dengan kerapatan populasi signifikan dalam proses oksidasi mineral-
106-107 satuan pembentuk koloni/ml me- mineral sulfidik.
dia tumbuh (Brierley and Brierley, 1999 Beberapa kelompok mikroba ditemu-
dalam Santosa, 2004). Sejak tahun 1950- kan bekerja pada suhu yang berbeda-beda
an bakteri tersebut telah digunakan untuk sehingga dapat dimanfaatkan untuk bio-
melepaskan logam-logam dari limbah ba- mining pada mineral yang berada pada
han galian (tailing). Beberapa tahun ter- kedalaman lapisan tanah yang berbeda.
akhir dilaporkan bahwa 11% dari produk- Pada oksidasi mineral yang dioperasikan
si tembaga (Cu) di USA (www.personals. pada kisaran suhu 40°C, mikroba yang
psu.edu) dan 20% produk tembaga di du- paling efektif adalah campuran kelompok
nia (Brierley and Brierley, 1999 dalam (konsorsium) dari BOS gram negatif,
Santosa, 2004) diproduksi melalui tekno- yang terdiri atas Acidithiobacillus ferro-
A B
Gambar (Figure) 1. Bakteri T. ferrooxidans yang diisolasi pada media 9-K (A); bentuk koloni pada media
agar miring (B). (T. ferrooxidans isolated on 9K-medium (A), colony formation on 9K-
slant agar medium). Foto (Photo): Enny, 2008
154
Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi…(Enny Widyati)
155
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008
an yang dilakukan oleh Lovley (1995) Widyati et al. (2008) (Gambar 2) menun-
dalam Widyati (2006) menunjukkan bah- jukkan bahwa penambahan inokulum
wa remediasi merkuri dengan mikroba ja- BPS 1% dari volume AAT dapat mening-
uh lebih baik daripada secara kimia ka- katkan pH menjadi netral hanya dalam
rena metode secara kimia selain lebih waktu beberapa jam setelah aplikasi. Un-
mahal juga masih menghasilkan timbun- tuk menurunkan kandungan logam-logam
an lumpur yang mengandung Hg. dosis yang efektif adalah 10% dengan
Akar permasalahan pada lahan bekas waktu inkubasi 2-4 hari.
tambang terbuka (misalnya pada lahan Inokulum BPS yang digunakan meru-
bekas tambang batubara) telah diidenti- pakan isolat yang dibiakkan pada media
fikasi oleh Widyati (2006), yaitu sangat kompos. Meningkatnya pH terjadi kare-
rendahnya pH akibat akumulasi sulfat pa- na BPS menggunakan sulfat sebagai
da lahan tersebut yang berakibat pada aseptor elektron dan karbon (C) dari
meningkatnya kelarutan logam-logam. kompos sebagai donor elektron dengan
Oleh karena itu kegiatan rehabilitasi pada menghasilkan hidrogen sulfida (reaksi 7).
lahan-lahan yang demikian harus dimulai 2CH2O + SO42- → H2S + 2HCO3-......................(7)
dengan penurunan konsentrasi sulfat dan
pencegahan oksidasi mineral sulfida lebih Hidrogen sulfida akan segera berikatan
lanjut. Kelompok bakteri pereduksi sul- dengan logam membentuk logam sulfida
fat (BPS) dapat dimanfaatkan untuk me- yang tidak larut sehingga ketersediaan lo-
reduksi sulfat. Hasil penelitian Widyati gam turun (reaksi 8).
(2006) menunjukkan bahwa BPS dapat M2+ + S2-→ MS .................................................(8)
digunakan untuk mereduksi sulfat pada di mana M mewakili logam-logam valen-
tanah bekas tambang batubara dengan si 2 (divalen) seperti Cu2+, Zn2+, dan lain-
efisiensi 80% dalam waktu 10 hari. Di lain. Keseluruhan reaksi reduksi sulfat
samping itu, inokulum BPS (Gambar 2) dan logam yang melibatkan BPS dapat
dengan dosis inokulum 25% dari total vo- diringkas menjadi (reaksi 9) (Groudev et
lume tanah tersebut dapat menurunkan al., 2001 dalam Widyati, 2006).
ketersediaan Fe, Mn, Zn, dan Cu dengan
efisiensi mencapai 90% dengan waktu in- Metal sulfida +
Metal sulfat +
→ CO2 + H2O + ...........(9)
kubasi 15 hari. Aplikasi pada air asam Substrat karbon
biomas bakteri
tambang (AAT) yang dilakukan oleh
Gambar (Figure) 2. Ujicoba aplikasi inokulum BPS untuk menangani AAT di rumah kaca (kiri) dan di
lapangan (kanan) (Greenhouse trial of SRB inoculum (left) and field (right) to deal
with acid mine drainage (AMD))
156
Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi…(Enny Widyati)
157
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008
Tabel (Table) 1. Peranan mikroba tanah pada rehabilitasi lahan bekas tambang (Roles of soil microbes in ex-
mining land rehabilitation)
Jenis mikroba Dampak ekonomi Dampak ekologi
No. Peranan (Roles)
(Species of microbes) (Economic impact) (Ecological impact)
1. Thiobacillus ferrooxidans*,** AMD & biominer Recovery logam naik Lahan masam
2. T. thiooxidans*, ** AMD & biominer Recovery logam naik Lahan masam
3. Leptospirillum spp.*, ** AMD Korosif besi & beton Lahan masam
4. Ferroplasma acidarmanus*, ** AMD Korosif besi & beton Lahan masam
5. Acidimicrobium sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
6. Ferromicrobium sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
7. Sulfobacillus sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
8. Sulfolobus sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
9. Acidianus sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
10. Metallospaera sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
11. Sulfurispaera sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
12. Pseudomonas putida$ Bioremediasi sianida Detoksifikasi murah Akumulasi turun
13. P. pseudoalcaligenes* Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
14. Geobacter metalireducens$ Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
15. Shewanella putrefaciens$ Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
16. Desulfovibrio vulgaris$ Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
17. D. desulfuricans$ Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
18. Desulfovibrio spp.& Bior. Fe, Mn, Zn, Cu Detoksifikasi murah AMD netral
19. Carnobacterium spp.& Bioremediasi Mn Detoksifikasi murah AMD netral
20. Glomus mosae # 20-22 Membantu 20-25 Pemeliharaan 20-25 Meningkatkan
21. G. caledonicum# tanaman mengkelat tanaman menjadi keberhasilan
22. G. claroideum# Cu lebih murah revegetasi lahan
23. Rhizobium sp. @,, ^ 23-25 Membantu
24. Bacillus sp. ^ tanaman mengkelat
25. Glomus sp. ^ Mn, Zn, dan Cu
Keterangan (Remarks):
*: Brierly & Brierly, 1999 dalam Santosa, 2004; **: Rawlings, 2004; $: Semple, 2003; &: Widyati et al.,
2008; #: Gonzalez-Chaves, 2002; @: Khan, 2000 dalam Widyati, 2006; ^: Widyati, 2006
dan kimia lingkungan maka faktor-faktor Anas, I. 1997. Polusi dan Bioremediasi
kebutuhan oksigen atau sumber energi, Tanah. Diktat Kuliah Bioteknologi
pH, ketersediaan sumber karbon, kadar Tanah. Fakultas Pascasarjana IPB.
air, dan suhu lingkungan harus diperhati- Bogor. (Tidak diterbitkan).
kan sebab faktor-faktor tersebut akan Bacelar-Nicolau, P. and D.B. Johnson.
mempengaruhi aktivitas mikroba yang di- 1999. Leaching of Pyrite by Acido-
pekerjakan. Masing-masing mikroba me- philic Heterotrophic Iron-Oxidizing
merlukan kebutuhan lingkungan yang Bacteria in Pure and Mixed Cul-
spesifik. tures. Applied and Environmental
Dengan perbaikan-perbaikan faktor Microbiology 65(2): 585-590.
lingkungan pada lahan bekas tambang di- Bond, P.L., G.K. Druschel, and J.F. Ban-
harapkan lahan tersebut cocok untuk field. 2000. Comparison of Acid
mendukung pertumbuhan mikroba yang Mine Drainage Microbial Commu-
mampu melakukan proses bioremediasi nities in Physically and Geoche-
sehingga pada lahan tersebut akan terjadi mically Distinct Ecosystems. Ap-
suksesi kolonisasi oleh mikroba. Namun plied and Environmental Microbio-
demikian, apabila perbaikan lingkungan logy 66 (11): 4962-4971.
sudah dilakukan tetapi proses bioremedi- Davis, M.A., J.F. Murphy and R.S. Boyd.
asi tidak terjadi maka perlu dilakukan 2001. Nickel Increases Susceptibi-
inokulasi mikroba yang diperlukan (bio- lity of a Nickel Hyper-accumulator
augmentasi). to Turnip Mozaic Virus. J. Env.
Qual. 30: 85-90.
IV. PROSPEK PENELITIAN KE Figuera, E.M.A.P., A.I.G. Lima and
DEPAN S.I.A. Pereira. 2005. Cadmium To-
lerance Plasticity in Rhizobium le-
Lahan bekas tambang di Indonesia guminosarum bv. Viciae: Gluta-
cukup luas (>1,3 juta ha) dan terdiri atas thione as a Detoxifying Agent. Can.
berbagai macam bahan galian sehingga J. Microbiol. 51: 7-14.
terbuka peluang untuk melakukan pene- Gonzalez-Chavez, C., J.D. Haen, J. Van-
litian bioremediasi maupun fitoremediasi. gronsveld and J.C. Dodd. 2002.
Inovasi perlu dilakukan untuk menemu- Copper Sorption and Accumulation
kan jenis-jenis mikroba yang efektif, baik by the Extraradical Mycellium of
dalam meningkatkan recovery logam-lo- Different Glomus spp. Isolated from
gam komersial, menurunkan toksisitas lo- the Same Polluted Soil. Journal of
gam-logam berbahaya serta membantu Plants and Soil 240(2): 287-297.
pertumbuhan bibit revegetasi yang mem- Joner, E.J. and C. Leyval. 1997. Uptake
punyai kemampuan fitoremediasi. De- of 109Cd by Roots and Hyphae of
ngan bantuan mikroba yang kompatibel Glomus mossae and Trifolium sub-
dan efektif maka kondisi tanah pada la- terraneum Mycorhyza from Soil
han bekas tambang dapat mendukung Amended with High and Low Con-
pertumbuhan bibit revegetasi dengan ha- centration of Cadmium. New Phy-
sil yang memuaskan. Pada akhirnya res- tol. 135: 105-113.
torasi kembali lahan bekas tambang men- Khan, A.G., C. Kuek, T.M. Chaudry,
jadi ekosistem hutan akan lebih mudah C.S. Khoo and W.J. Hayes. 2000.
dilakukan. Role of Plants, Mycorrhyzae and
Phytochelators in Heavy Metal
DAFTAR PUSTAKA Contaminated Land Remediation.
Chemosphere 21: 197-207.
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil
Metting, B. 1996. Soil Microbial Ecolo-
Microbiology. John Willey and
gy. Marcel and Dekker. New York.
Son. New York.
159
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008
160