Anda di halaman 1dari 10

Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi…(Enny Widyati)

PERANAN MIKROBA TANAH PADA KEGIATAN REHABILITASI LAHAN


BEKAS TAMBANG (Roles of Soil Microbes in Ex-Mining Land Rehabilitation)*)
Oleh/By:
Enny Widyati
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-8633234, 7520067; Fax 0251-8638111 Bogor
*) Diterima : 18 Maret 2008; Disetujui : 08 Agustus 2008

ABSTRACT
Ex-mining land with huge metal accumulation can be inhabited by soil microbes. With appropriate
management, detrimental microbes such as sulpur-oxidizing bacteria, can be employed to recover metals,
particularly iron, nickel, copper, gold and silver more efficiently. In land rehabilitation of these sites, soil
microbes play important roles. Through bioremediation process they are able to use metals in their
metabolisms as an electron acceptor or enzyme activator reducing their toxicity. Furthermore, they facilitate
a more suitable environment for growing seedlings revegetation. Soil microbes can also associate with
special plants to accelerate phytoremediation. In this case, root colonizing microbes inhibit the metals
absorbed by plants or release a special substance to reduce the metal hazard. They also increase metal
accumulation in the tissues without raising its harm to the plants. It is admitted that soil microbes can be
involved to enhance the ex-mining land rehabilitation.
Key words: Ex-mining land, biodegradation, sulphur-oxidazing bacteria, rehabilitation

ABSTRAK
Lahan bekas tambang yang mempunyai kandungan logam-logam tinggi dapat dikoloni oleh mikroba tanah.
Dengan pengelolaan yang tepat, bakteri-bakteri yang merugikan seperti bakteri pengoksidasi sulfur (BOS)
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan recovery logam-logam terutama besi, nikel, tembaga, emas, dan
perak. Kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dapat ditingkatkan dengan bantuan mikroba tanah. Melalui
proses bioremediasi, mikroba tanah dapat menggunakan logam sebagai aktivator enzim atau aseptor elektron
untuk pertumbuhannya sehingga logam menjadi tidak berbahaya di alam. Mikroba yang berperan pada proses
bioremediasi tersebut membantu memberikan lingkungan tanah yang lebih baik untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Mikroba tanah juga aktif berasosiasi dengan tanaman pada lahan tersebut sehingga
tanaman menjadi lebih tahan tumbuh pada lahan bekas tambang yang mempunyai kandungan logam-logam
tinggi. Dalam hal ini mikroba menghalangi tanaman menyerap logam dengan cara menahan logam di akar,
mikroba menghasilkan enzim tertentu yang dapat mengurangi toksisitas logam atau mikroba bahkan
membantu tanaman mengakumulasi logam dalam jumlah yang lebih besar tetapi tanaman tidak keracunan.
Karena itu proses rehabilitasi areal bekas tambang dapat dipercepat dengan bantuan mikroba tanah.
Kata kunci: Lahan bekas tambang, biodegradasi, bakteri pengoksidasi sulfur, rehabilitasi

I. PENDAHULUAN tik hidup raksasa di mana dari dalamnya


terdapat berbagai macam tanaman obat,
Hutan merupakan sumber kemakmur- madu, bahkan dari lantai hutan dapat di-
an bagi masyarakat di sekitarnya. Hutan peroleh berbagai mikroba penghasil anti-
menghasilkan kayu yang dapat dimanfa- biotik. Selain hasil yang dapat dipungut
atkan sebagai bahan bangunan, bahan ba- langsung, hutan juga merupakan pemasok
ku furnitur, alat-alat transportasi, dan la- oksigen yang melimpah yang dibutuhkan
in-lain. Manusia dapat memperoleh sum- bagi kehidupan. Di samping itu, kebera-
ber makanan seperti buah-buahan, umbi- daan hutan juga menjamin kualitas air
umbian, binatang buruan, dan jamur dari bersih dalam jumlah yang seimbang se-
dalam hutan. Hutan juga merupakan apo- panjang tahun.
151
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008

Cadangan bahan tambang yang sa- sesuai dengan peruntukannya. Oleh kare-
ngat besar seringkali tersimpan di dalam na itu makalah ini membahas bagaimana
tanah di bawah tegakan hutan. Namun mikroba tanah berperan dalam proses re-
ketidak-arifan manusia dalam melakukan habilitasi lahan bekas tambang.
praktek penambangan seringkali menggu-
sur keberadaan hutan di atasnya, sehing-
ga eksploitasi bahan tambang yang awal- II. PERANAN MIKROBA TANAH
nya ditujukan untuk meningkatkan ke- PADA LAHAN BEKAS TAMBANG
makmuran berbalik menjadi bencana. Mikroba merupakan organisme yang
Hal ini terjadi karena keinginan untuk mempunyai niche yang sangat sempit se-
mengambil cadangan bahan galian seba- hingga sangat rentan terhadap perubahan
nyak-banyaknya tanpa memperhitungkan lingkungan. Kerentanan tersebut memacu
kemampuan lingkungan untuk menang- mikroba bermutasi untuk bertahan pada
gung beban akibat berubahnya keseim- kondisi lingkungan yang baru (Metting,
bangan ekosistem. Praktek penambangan 1996). Banyak mikroba ditemukan meng-
yang tidak ramah lingkungan tersebut huni lahan-lahan yang tercemar logam
mengakibatkan proses rehabilitasi me- berat seperti pada lahan bekas tambang.
merlukan banyak masukan (input). Se- Mikroba memainkan banyak peran, baik
bagai contoh PT. Bukit Asam memerlu- yang menguntungkan maupun yang me-
kan biaya mencapai 600 juta rupiah per rugikan bagi manusia pada lahan-lahan
hektar untuk melapisi tanah dengan blue bekas tambang. Di satu sisi mikroba ta-
clay, biaya angkut “top soil”, pengadaan nah dapat memperburuk keadaan lahan
cover crops dan benih, tenaga kerja, pu- misalnya mikroba yang berperan sebagai
puk, dan biaya pemeliharaan. biokatalisator AMD tetapi sebagian dari
Batuan yang tersisa umumnya meng- mereka aktif mereduksi logam-logam
andung senyawa sulfidik yang ketika ter- menjadi tidak tersedia, sebagian lagi
oksidasi melepaskan sulfat ke lingkungan membantu pertumbuhan tanaman sehing-
sehingga pH lingkungan sangat rendah, ga proses revegetasi menjadi lebih baik.
sehingga peristiwa ini dikenal dengan Secara terperinci peranan mikroba terse-
acid mine drainage (AMD). Kondisi pH but diuraikan sebagai berikut:
yang sangat rendah mengakibatkan unsur
hara makro yang ditambahkan melalui A. Sebagai Biokatalisator AMD dan
pemupukan menjadi tidak efektif karena Sebagai Agen Biomining
akan segera terikat oleh logam-logam. Peristiwa AMD terjadi karena adanya
pH yang rendah juga akan meningkatkan oksidasi mineral-mineral bersulfur yang
kelarutan logam-logam (Tan, 1993 dalam merupakan sisa galian tambang terbuka
Widyati, 2006), sehingga pada lahan be- dan melepaskan asam sulfat seperti reaksi
kas tambang umumnya terjadi akumulasi FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O 15Fe2+ + 2SO42
logam. Oleh karena itu AMD dianggap + 16H+ (Bond et al., 2000). Asam sulfat
merupakan penyebab terbesar rendahnya merupakan asam kuat sehingga akan
keberhasilan revegetasi. menurunkan pH tanah dan air secara
Beberapa mikroba tanah mampu drastis. Menurunnya pH dapat mening-
menggunakan energi dari proses oksidasi/ katkan kelarutan logam-logam (Tan,
reduksi logam maupun senyawa-senyawa 1993).
berbahaya lainnya untuk pertumbuhan- Menurunnya pH dan hilangnya bahan
nya. Dengan beberapa manajemen ling- organik (akibat penambangan terbuka)
kungan, kemampuan mikroba tersebut akan memacu inisiasi bakteri pengoksi-
dapat dioptimalkan sehingga ketersediaan dasi sulfur (BOS) seperti Thiobacillus
logam-logam dalam tanah dapat menurun spp., Leptospirillum spp., Sulfolobus spp.,
sampai ke ambang batas yang diijinkan dan Ferroplasma spp. (Bond et al.,

152
Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi…(Enny Widyati)

2000). Mikroba tersebut bersifat suka kan limbah berupa ion Fe3+ dan asam sul-
asam (acidophilic), menggunakan sumber fat.
C dari bahan anorganik (lithotroph atau Menurut Rawlings dan Silver (1995)
ototrof) dan menggunakan sumber energi dalam Rawlings (2004) ekstraksi logam
dari oksigen (Wentzel, 2004 dalam Wid- dengan mikroba lebih ekonomis dan lebih
yati, 2006). Spesies T. ferrooxidans yang ramah lingkungan dibandingkan dengan
dikenal sebagai kemolitotrof dan mensin- ekstraksi secara kimia. Kadar logam yang
tesis selnya dari karbon yang diperoleh terlalu rendah dibandingkan dengan mi-
secara ensimatik dari CO2, ternyata dapat neral yang mengikatnya mengakibatkan
menggunakan karbon organik secara ter- ekstraksi secara kimia menjadi tidak eko-
batas (Bacelar-Nicolau and Johnson, nomis dibandingkan dengan perolehan
1999). Kehadiran BOS akan memacu la- logam. Metode bioleaching juga tidak
ju AMD menjadi 500.000-1.000.000 kali memerlukan energi dalam jumlah besar
lipat dibandingkan dengan reaksi yang seperti yang digunakan untuk proses pe-
terjadi secara geokimia (Mills, 2004) se- leburan dan pembakaran pada proses
hingga dalam hal ini kelompok mikroba pengambilan logam secara tradisional.
tersebut sangat merugikan bagi lingkung- Di samping itu, metode bioleaching lebih
an tempat hidupnya. ramah lingkungan dibandingkan dengan
Namun demikian, BOS dapat diman- proses-proses secara fisiko kimia karena
faatkan untuk “memanen” sisa logam proses ini menggunakan proses yang ter-
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi se- jadi di alam. Sebagai contoh pada proses
perti tembaga, seng, nikel bahkan dapat peleburan dan pembakaran akan meng-
melepaskan emas dan perak dari mineral hasilkan gas berbahaya misalnya SO2, hal
pirit (Brierley and Brierley, 1999 dalam tersebut tidak terjadi pada proses bio-
Santosa, 2004). Kelompok mikroba ter- leaching.
sebut dikenal dengan istilah ”mikroba pe- Mekanisme pelarutan mineral sulfid
nambang” atau biominer dan aktivitas pe- menunjukkan pola yang berbeda-beda.
nambangan dengan menggunakan mikro- Schippers and Sand (1999) menemukan
ba disebut biomining. Menurut Rawlings bahwa oksidasi logam sulfida yang ber-
(2004) biomining adalah istilah untuk beda dimulai dengan reaksi antara (inter-
memfasilitasi ekstraksi logam-logam dari mediate) yang berbeda. Untuk pirit (FeS2)
mineral bersulfur atau yang mengandung dan molybdenit (MoS2) melalui reaksi
besi dengan menggunakan mikroba. Pro- antara yang disebut mekanisme thiosul-
ses pelarutan logam merupakan kombina- fat. Sedangkan spalerit (ZnS), kalkopirit
si proses kimia dan mikrobiologi, di ma- (CuFeS2) atau galena (PbS) melalui me-
na proses kimia terjadi karena adanya ion kanisme polysulfida.
Fe3+ dan atau asam yang dihasilkan oleh Pada mekanisme thiosulfat, pelarutan
aktivitas mikroba. Ekstrak logam pada logam sulfida oleh asam terjadi dengan
proses biomining dilarutkan ke dalam air, perantara thiosulfat dengan hasil akhir
sehingga proses ini disebut bioleaching yang utama adalah sulfat. Schippers and
sedangkan khusus untuk recovery emas Sand (1999) mencontohkan reaksi yang
dari lumpur tailing digunakan istilah bio- terjadi pada mineral pirit:
oksidasi (Rawlings, 2004). Menurut FeS2+6Fe3++3H2O → S2O32–+7Fe2++6H+ .......(1)
Rawlings (2004), tidak semua mineral
S2O32–+8Fe3++5H2O → 2SO42–+ 8Fe2++10H+...(2)
dapat dipanen logamnya melalui teknolo-
gi bioleaching tetapi hanya logam yang Pada mekanisme polisulfida, pelarut-
terikat pada mineral yang mengandung an logam sulfida memerlukan perantara
sulfur, besi atau sulfur tereduksi, sehing- sulfur elementer. Sulfur relatif stabil te-
ga proses bioleaching selalu menghasil- tapi dapat dioksidasi menjadi sulfat de-

153
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008

ngan bantuan BOS seperti reaksi 5 di ba- logi bioleaching dengan bakteri T. ferro-
wah ini: oxidans. Valenzulaa et al. (2006) mela-
MS+Fe3++H+→ M2++0,5H2Sn+Fe2+(n≥2).........(3) porkan bahwa sejak diterapkan teknik
biomining di Chili (negara penghasil tem-
0,5H2Sn+Fe3+ → 0,125S8+Fe2++H+...................(4)
baga kelas atas dunia) produksi temba-
0,125S8+1,5O2+H2O → SO42–+2H+...................(5) ganya meningkat 400.000 ton per tahun.
BOS Bakteri BOS membentuk lapisan bio-
Ion Fe2+ yang dihasilkan dalam proses film yang melapisi permukaan mineral
tersebut mungkin teroksidasi kembali yang mengandung tembaga. Oksidasi
oleh BOS menjadi Fe3+. yang dilakukan oleh bakteri terhadap mi-
2Fe2++0,5O2+2H+ → 2Fe3++H2O…...................(6)
neral akan menghasilkan ferrosulfat dan
BOS “oksidan”. Oksidan akan bereaksi de-
ngan mineral-mineral tembaga-sulfida se-
Peranan BOS pada proses solubilisasi perti kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S),
logam adalah menyediakan asam sulfat kovelit (CuS), dan bornit (Cu5FeS4), de-
(reaksi 5) untuk menangkap proton dan ngan melepaskan larutan CuSO4 (www.
mengoksidasi besi menjadi ion feri (reak- personals.psu.edu). Tembaga selanjutnya
si 6) untuk melarutkan mineral. dapat dipisahkan melalui proses elektroli-
Bakteri yang telah dibuktikan efektif sis. Penelitian lain menunjukkan bahwa
untuk melepaskan logam-logam komer- T. ferrooxidans dan L. ferrooxidans di-
sial antara lain T. ferrooxidans dan L. fer- laporkan sebagai organisme yang paling
rooxidans dengan kerapatan populasi signifikan dalam proses oksidasi mineral-
106-107 satuan pembentuk koloni/ml me- mineral sulfidik.
dia tumbuh (Brierley and Brierley, 1999 Beberapa kelompok mikroba ditemu-
dalam Santosa, 2004). Sejak tahun 1950- kan bekerja pada suhu yang berbeda-beda
an bakteri tersebut telah digunakan untuk sehingga dapat dimanfaatkan untuk bio-
melepaskan logam-logam dari limbah ba- mining pada mineral yang berada pada
han galian (tailing). Beberapa tahun ter- kedalaman lapisan tanah yang berbeda.
akhir dilaporkan bahwa 11% dari produk- Pada oksidasi mineral yang dioperasikan
si tembaga (Cu) di USA (www.personals. pada kisaran suhu 40°C, mikroba yang
psu.edu) dan 20% produk tembaga di du- paling efektif adalah campuran kelompok
nia (Brierley and Brierley, 1999 dalam (konsorsium) dari BOS gram negatif,
Santosa, 2004) diproduksi melalui tekno- yang terdiri atas Acidithiobacillus ferro-

A B
Gambar (Figure) 1. Bakteri T. ferrooxidans yang diisolasi pada media 9-K (A); bentuk koloni pada media
agar miring (B). (T. ferrooxidans isolated on 9K-medium (A), colony formation on 9K-
slant agar medium). Foto (Photo): Enny, 2008

154
Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi…(Enny Widyati)

oxidans (dahulu Thiobacillus ferrooxi- garam-logam yang tidak larut, mengimo-


dans) (Gambar 1), At. thiooxidans (dahu- bilisasi logam dalam dinding sel, mem-
lu T. thiooxidans), dan At. caldus (dahulu produksi agen pengkelat, mengubah per-
T. caldus), dan bakteri pengoksidasi besi meabilitas membran sel mikroba terhadap
Leptospirillum ferrooxidans serta L. fer- logam, dan mereduksi logam menjadi
riphilum (Rawlings, 2004). bentuk yang tidak toksik (Figuera et al.,
Bakteri yang aktif pada suhu 50°C 2005). Kemampuan mikroba inilah yang
terdiri atas campuran kelompok (konsor- dapat digunakan dalam proses detoksifi-
sium) At. caldus, beberapa Leptospirillum kasi logam yang dikenal dengan istilah
spp., bakteri gram-positif dari genera Sul- bioremediasi.
fobacillus dan Acidimicrobium, serta ar- Bioremediasi adalah suatu proses pe-
chaea dari genus Ferroplasma (Rawlings, mulihan polutan dengan memanfaatkan
2004). jasa makhluk hidup seperti mikroba (bak-
Pada bioleaching yang dioperasikan teri, fungi, khamir), tumbuhan hijau atau
pada suhu >65°C, konsorsium lebih dido- enzim yang dihasilkan dalam proses me-
minasi oleh archaea dibandingkan oleh tabolisme mereka (disarikan dari berba-
bakteri. Spesies bakteri yang banyak di- gai sumber). Bagi mikroba tertentu, po-
temukan adalah Sulfolobus dan Metal- lutan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
losphaera sedangkan archaea terdiri atas energi untuk pertumbuhan mereka
genus Acidianus misalnya Ad. ambiva- (Alexander, 1977).
lensi atau Ad. infernus yang juga mampu Pada tanah bekas tambang dijumpai
tumbuh pada suhu sangat tinggi (90°C) logam-logam yang awalnya berada dalam
(Rawlings, 2004). Mikroba yang ekstrim kondisi reduktif yang berikatan dengan
termofil yang dapat dipekerjakan pada sulfida membentuk mineral yang kom-
proses biomining terutama anggota dari pleks. Namun demikian logam-logam ter-
genus Sulfolobus, Acidianus, Metallos- sebut menjadi tersedia karena teroksidasi
phaera, dan Sulfurisphaera (Valenzulaa akibat bereaksi dengan udara dan atau air.
et al., 2006). Logam-logam Fe, Mn, Zn, Cu, Ni, dan
lain-lain banyak dijumpai pada lahan be-
B. Sebagai Agen Bioremediasi Logam- kas tambang. Di samping itu, pada per-
logam tambangan yang memerlukan pemurnian
Sebagai penghuni tanah kehidupan bijih banyak dijumpai logam-logam berat
seperti arsen (As), merkuri (Hg) atau ba-
mikroba selalu dipengaruhi secara lang-
han berbahaya lainnya misalnya sianida
sung oleh perubahan-perubahan yang ter-
(CN). Salah satu spesies mikroba yang
jadi di dalam tanah. Pada lahan bekas
terbukti mampu melakukan bioremediasi
tambang perubahan tanah (fisik, kimia,
sianida adalah Pseudomonas pseudoalca-
dan biologi) terjadi secara drastis, sehing-
ligenes (Brierley and Brierley, 1999 da-
ga di dalam ekosistem tersebut mikroba
lam Santosa, 2004), yang dapat menurun-
harus beradaptasi dengan lingkungan
kan ketersediaan CN pada kolam tailing
yang baru, atau punah. Menurut Figuera
sampai 90% dalam waktu 2-3 hari pada
et al. (2005) salah satu mekanisme adap-
pH 10,5.
tasi adalah mengubah ekspresi gen se-
Untuk mendegradasikan merkuri (Hg)
hingga aktivitas enzim dan protein me-
beberapa mikroba dikenal mempunyai
mungkinkan mereka untuk meneruskan
enzim merkuri reduktase misalnya Pseu-
hidup di lingkungan tersebut. Beberapa
domonas putida, Geobacter metallire-
mekanisme mikroba beradaptasi pada ta-
ducens, Shewanella putrefaciens, Desul-
nah bekas tambang yang tercemar logam-
fovibrio desulfuricans, dan D. vulgaris.
logam antara lain mikroba mampu meng-
Kedua spesies terakhir adalah kelompok
gunakan logam sebagai sumber energi,
bakteri pereduksi sulfat (BPS). Peneliti-
mempresipitasikan logam dalam bentuk

155
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008

an yang dilakukan oleh Lovley (1995) Widyati et al. (2008) (Gambar 2) menun-
dalam Widyati (2006) menunjukkan bah- jukkan bahwa penambahan inokulum
wa remediasi merkuri dengan mikroba ja- BPS 1% dari volume AAT dapat mening-
uh lebih baik daripada secara kimia ka- katkan pH menjadi netral hanya dalam
rena metode secara kimia selain lebih waktu beberapa jam setelah aplikasi. Un-
mahal juga masih menghasilkan timbun- tuk menurunkan kandungan logam-logam
an lumpur yang mengandung Hg. dosis yang efektif adalah 10% dengan
Akar permasalahan pada lahan bekas waktu inkubasi 2-4 hari.
tambang terbuka (misalnya pada lahan Inokulum BPS yang digunakan meru-
bekas tambang batubara) telah diidenti- pakan isolat yang dibiakkan pada media
fikasi oleh Widyati (2006), yaitu sangat kompos. Meningkatnya pH terjadi kare-
rendahnya pH akibat akumulasi sulfat pa- na BPS menggunakan sulfat sebagai
da lahan tersebut yang berakibat pada aseptor elektron dan karbon (C) dari
meningkatnya kelarutan logam-logam. kompos sebagai donor elektron dengan
Oleh karena itu kegiatan rehabilitasi pada menghasilkan hidrogen sulfida (reaksi 7).
lahan-lahan yang demikian harus dimulai 2CH2O + SO42- → H2S + 2HCO3-......................(7)
dengan penurunan konsentrasi sulfat dan
pencegahan oksidasi mineral sulfida lebih Hidrogen sulfida akan segera berikatan
lanjut. Kelompok bakteri pereduksi sul- dengan logam membentuk logam sulfida
fat (BPS) dapat dimanfaatkan untuk me- yang tidak larut sehingga ketersediaan lo-
reduksi sulfat. Hasil penelitian Widyati gam turun (reaksi 8).
(2006) menunjukkan bahwa BPS dapat M2+ + S2-→ MS .................................................(8)
digunakan untuk mereduksi sulfat pada di mana M mewakili logam-logam valen-
tanah bekas tambang batubara dengan si 2 (divalen) seperti Cu2+, Zn2+, dan lain-
efisiensi 80% dalam waktu 10 hari. Di lain. Keseluruhan reaksi reduksi sulfat
samping itu, inokulum BPS (Gambar 2) dan logam yang melibatkan BPS dapat
dengan dosis inokulum 25% dari total vo- diringkas menjadi (reaksi 9) (Groudev et
lume tanah tersebut dapat menurunkan al., 2001 dalam Widyati, 2006).
ketersediaan Fe, Mn, Zn, dan Cu dengan
efisiensi mencapai 90% dengan waktu in- Metal sulfida +
Metal sulfat +
→ CO2 + H2O + ...........(9)
kubasi 15 hari. Aplikasi pada air asam Substrat karbon
biomas bakteri
tambang (AAT) yang dilakukan oleh

Gambar (Figure) 2. Ujicoba aplikasi inokulum BPS untuk menangani AAT di rumah kaca (kiri) dan di
lapangan (kanan) (Greenhouse trial of SRB inoculum (left) and field (right) to deal
with acid mine drainage (AMD))

156
Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi…(Enny Widyati)

C. Sebagai Pemacu Tanaman Melaku- bahwa hifa ektraradikal dari Glomus


kan Proses Fitoremediasi caledonicum, G. mossae, dan G. claroi-
deum dapat menyerap dan mengakumula-
Fitoremediasi merupakan istilah yang
sikan Cu pada bagian mucilaginous dae-
dikhususkan pada proses bioremediasi
rah dinding sel luar hifa, pada dinding sel
yang dilakukan oleh tumbuhan. Salah sa-
hifa atau dalam sitoplasma. Dengan de-
tu mekanisme tanaman dalam melakukan
mikian tanaman tidak akan menyerap lo-
fitoremediasi adalah memfasilitasi aktivi-
gam-logam berat dalam jumlah yang me-
tas mikroba dalam tanah melalui pemben-
lebihi ambang batas toleransi tanaman.
tukan asosiasi sehingga hal ini dikenal
dengan istilah fitostimulasi. Untuk meng- Penelitian yang dilakukan oleh Toler
optimalkan proses fitoremediasi, tumbuh- et al. (2005) menunjukkan bahwa FMA
an menstimulasi aktivitas mikroba tanah yang diisolasi dari lahan yang tercemar
dalam mendegradasikan logam-logam. Cu dan Zn mempunyai mekanisme yang
Untuk menarik mikroba supaya mende- berbeda dalam melindungi tanaman
kati akar dan berasosiasi dengan tumbuh- inangnya dari keracunan, penyerapan lo-
an maka akar mengeluarkan eksudat akar gam ke dalam hifa, dan perpindahan ke
yang umumnya berupa protein, asam- jaringan pucuk tanaman. FMA yang di-
asam organik atau senyawa lain yang di- isolasi dari lahan terpolusi meningkatkan
perlukan oleh mikroba (Metting, 1996). serapan (uptake) Cu tetapi tidak menye-
Mikroba akan bergerak mendekati akar babkan keracunan tanaman inang. Di la-
dan ini dikenal dengan istilah kemotaksis. in sisi, FMA yang diisolasi dari lahan ti-
Contohnya adalah tanaman legum yang dak terpolusi akan mencegah tanaman
mengeluarkan flavonoid yang dapat me- menyerap Cu dalam jumlah yang mele-
rangsang terjadinya asosiasi antara ta- bihi ambang toleransi tanaman inangnya.
naman legum dengan bakteri rhizobium. Hasil penelitian Widyati (2006) menun-
Beberapa genus rhizobium didapatkan jukkan bahwa tanaman Acacia crassicar-
mempunyai peranan dalam proses biore- pa yang ditanam pada lahan bekas tam-
mediasi logam pada lahan-lahan yang ter- bang batubara, kemampuan mengakumu-
cemar karena mereka mempunyai enzim lasikan Mn, Zn, dan Cu meningkat secara
metalothionin (Khan, 2000 dalam Widya- signifikan setelah diinokulasi dengan
ti, 2006). konsorsium Rhizobium sp., Glomus sp. 6,
Contoh lain adalah asosiasi tanaman dan bakteri pelarut fosfat Bacillus sp.
dengan jamur pembentuk mikoriza teru- yang juga diisolasi dari lahan bekas tam-
tama fungi mikoriza arbuskula (FMA). bang batubara.
Menurut Davies et al. (2001), dalam Dengan demikian, peranan mikroba
membantu tanaman inangnya yang hidup tanah dalam membantu proses fitoreme-
pada lahan-lahan yang mempunyai kan- diasi adalah menyediakan lingkungan
dungan logam berat tinggi CMA mensek- yang optimal sehingga bibit dapat tum-
resikan senyawa pengkelat logam berat buh dan memainkan perannya secara op-
(misalnya asam organik dan siderofor) ke timal atau membantu peningkatan penye-
dalam rizosfir atau menghasilkan enzim rapan logam tanpa tanaman menderita ke-
metal-reduktase sehingga dapat meng- racunan. Hal ini akan mempercepat peng-
imobilisasi logam. Sedangkan menurut hilangan (removal) logam-logam dari
Joner and Leyval (1997), hifa ekstraradi- lingkungan tersebut sehingga kualitas
kal FMA dapat menyerap logam berat le- lingkungan akan menjadi lebih baik. Se-
bih banyak akan tetapi logam diimobili- cara ringkas peranan mikroba tanah pada
sasi sehingga tidak dapat diserap oleh ta- lahan bekas pertambangan diringkas pada
naman inangnya. Hasil penelitian Gonza- Tabel 1.
lez-Chavez et al. (2002) menunjukkan

157
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008

Tabel (Table) 1. Peranan mikroba tanah pada rehabilitasi lahan bekas tambang (Roles of soil microbes in ex-
mining land rehabilitation)
Jenis mikroba Dampak ekonomi Dampak ekologi
No. Peranan (Roles)
(Species of microbes) (Economic impact) (Ecological impact)
1. Thiobacillus ferrooxidans*,** AMD & biominer Recovery logam naik Lahan masam
2. T. thiooxidans*, ** AMD & biominer Recovery logam naik Lahan masam
3. Leptospirillum spp.*, ** AMD Korosif besi & beton Lahan masam
4. Ferroplasma acidarmanus*, ** AMD Korosif besi & beton Lahan masam
5. Acidimicrobium sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
6. Ferromicrobium sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
7. Sulfobacillus sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
8. Sulfolobus sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
9. Acidianus sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
10. Metallospaera sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
11. Sulfurispaera sp.** Biominer Recovery logam naik Lahan masam
12. Pseudomonas putida$ Bioremediasi sianida Detoksifikasi murah Akumulasi turun
13. P. pseudoalcaligenes* Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
14. Geobacter metalireducens$ Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
15. Shewanella putrefaciens$ Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
16. Desulfovibrio vulgaris$ Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
17. D. desulfuricans$ Bioremediasi merkuri Detoksifikasi murah Akumulasi turun
18. Desulfovibrio spp.& Bior. Fe, Mn, Zn, Cu Detoksifikasi murah AMD netral
19. Carnobacterium spp.& Bioremediasi Mn Detoksifikasi murah AMD netral
20. Glomus mosae # 20-22 Membantu 20-25 Pemeliharaan 20-25 Meningkatkan
21. G. caledonicum# tanaman mengkelat tanaman menjadi keberhasilan
22. G. claroideum# Cu lebih murah revegetasi lahan
23. Rhizobium sp. @,, ^ 23-25 Membantu
24. Bacillus sp. ^ tanaman mengkelat
25. Glomus sp. ^ Mn, Zn, dan Cu
Keterangan (Remarks):
*: Brierly & Brierly, 1999 dalam Santosa, 2004; **: Rawlings, 2004; $: Semple, 2003; &: Widyati et al.,
2008; #: Gonzalez-Chaves, 2002; @: Khan, 2000 dalam Widyati, 2006; ^: Widyati, 2006

III. PENGELOLAAN LINGKUNG- bioremediation (Anas, 1997). Engineer-


AN UNTUK MENGOPTIMAL- ed bioremediation dapat dilakukan mela-
KAN PERANAN MIKROBA lui dua cara, nutrient amendment dan bio-
PADA LAHAN BEKAS TAM- augmentation, yaitu perbaikan unsur hara
BANG supaya cukup dan seimbang (sufficient
and ballance) dan pemberian inokulum
Sesungguhnya apabila lingkungan
mikroba fungsional dengan jenis dan
memadai maka proses bioremediasi dapat
jumlah yang memadai untuk berlang-
berlangsung dengan sendirinya di alam
sungnya suatu proses bioremediasi.
(intrinsic bioremediation) (Semple, 2003),
Nutrient amendment perlu dilakukan
karena lingkungan mempunyai kemam-
untuk memperbaiki ketersediaan unsur-
puan untuk memulihkan dirinya sendiri,
unsur hara. Seperti halnya organisme la-
yang dikenal sebagai daya lenting. Na-
in yang lebih tinggi, mikroba juga me-
mun pada lahan bekas tambang yang te-
merlukan unsur-unsur hara makro dan
lah mengalami tingkat degradasi yang
mikro untuk pertumbuhannya. Keterse-
tinggi, kecepatan untuk memulihkan diri
diaan unsur hara sangat diperlukan oleh
jauh lebih lambat dari kecepatan akumu-
mikroba untuk menyusun sel-sel tubuh-
lasi logam, maka campur tangan manusia
nya, sebagai aktivator enzim dan sebagai
diperlukan supaya lingkungan mampu
aseptor elektron dalam proses respirasi.
mendukung berlangsungnya proses biore-
Karena aplikasi bioremediasi di la-
mediasi. Proses bioremediasi yang meli-
pangan sangat tergantung pada sifat fisik
batkan upaya manusia disebut engineered
158
Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi…(Enny Widyati)

dan kimia lingkungan maka faktor-faktor Anas, I. 1997. Polusi dan Bioremediasi
kebutuhan oksigen atau sumber energi, Tanah. Diktat Kuliah Bioteknologi
pH, ketersediaan sumber karbon, kadar Tanah. Fakultas Pascasarjana IPB.
air, dan suhu lingkungan harus diperhati- Bogor. (Tidak diterbitkan).
kan sebab faktor-faktor tersebut akan Bacelar-Nicolau, P. and D.B. Johnson.
mempengaruhi aktivitas mikroba yang di- 1999. Leaching of Pyrite by Acido-
pekerjakan. Masing-masing mikroba me- philic Heterotrophic Iron-Oxidizing
merlukan kebutuhan lingkungan yang Bacteria in Pure and Mixed Cul-
spesifik. tures. Applied and Environmental
Dengan perbaikan-perbaikan faktor Microbiology 65(2): 585-590.
lingkungan pada lahan bekas tambang di- Bond, P.L., G.K. Druschel, and J.F. Ban-
harapkan lahan tersebut cocok untuk field. 2000. Comparison of Acid
mendukung pertumbuhan mikroba yang Mine Drainage Microbial Commu-
mampu melakukan proses bioremediasi nities in Physically and Geoche-
sehingga pada lahan tersebut akan terjadi mically Distinct Ecosystems. Ap-
suksesi kolonisasi oleh mikroba. Namun plied and Environmental Microbio-
demikian, apabila perbaikan lingkungan logy 66 (11): 4962-4971.
sudah dilakukan tetapi proses bioremedi- Davis, M.A., J.F. Murphy and R.S. Boyd.
asi tidak terjadi maka perlu dilakukan 2001. Nickel Increases Susceptibi-
inokulasi mikroba yang diperlukan (bio- lity of a Nickel Hyper-accumulator
augmentasi). to Turnip Mozaic Virus. J. Env.
Qual. 30: 85-90.
IV. PROSPEK PENELITIAN KE Figuera, E.M.A.P., A.I.G. Lima and
DEPAN S.I.A. Pereira. 2005. Cadmium To-
lerance Plasticity in Rhizobium le-
Lahan bekas tambang di Indonesia guminosarum bv. Viciae: Gluta-
cukup luas (>1,3 juta ha) dan terdiri atas thione as a Detoxifying Agent. Can.
berbagai macam bahan galian sehingga J. Microbiol. 51: 7-14.
terbuka peluang untuk melakukan pene- Gonzalez-Chavez, C., J.D. Haen, J. Van-
litian bioremediasi maupun fitoremediasi. gronsveld and J.C. Dodd. 2002.
Inovasi perlu dilakukan untuk menemu- Copper Sorption and Accumulation
kan jenis-jenis mikroba yang efektif, baik by the Extraradical Mycellium of
dalam meningkatkan recovery logam-lo- Different Glomus spp. Isolated from
gam komersial, menurunkan toksisitas lo- the Same Polluted Soil. Journal of
gam-logam berbahaya serta membantu Plants and Soil 240(2): 287-297.
pertumbuhan bibit revegetasi yang mem- Joner, E.J. and C. Leyval. 1997. Uptake
punyai kemampuan fitoremediasi. De- of 109Cd by Roots and Hyphae of
ngan bantuan mikroba yang kompatibel Glomus mossae and Trifolium sub-
dan efektif maka kondisi tanah pada la- terraneum Mycorhyza from Soil
han bekas tambang dapat mendukung Amended with High and Low Con-
pertumbuhan bibit revegetasi dengan ha- centration of Cadmium. New Phy-
sil yang memuaskan. Pada akhirnya res- tol. 135: 105-113.
torasi kembali lahan bekas tambang men- Khan, A.G., C. Kuek, T.M. Chaudry,
jadi ekosistem hutan akan lebih mudah C.S. Khoo and W.J. Hayes. 2000.
dilakukan. Role of Plants, Mycorrhyzae and
Phytochelators in Heavy Metal
DAFTAR PUSTAKA Contaminated Land Remediation.
Chemosphere 21: 197-207.
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil
Metting, B. 1996. Soil Microbial Ecolo-
Microbiology. John Willey and
gy. Marcel and Dekker. New York.
Son. New York.
159
Info Hutan Vol. V No. 2 : 151-160, 2008

Mills, C. 2004. The Role of Microorga- gum Exposed to Elevated Copper


nisms in Acid Rock Drainage. and Zinc. Journal of Water, Air and
www. technology.infomine.com/ Soil Pollution 164(1): 155-172.
environment/ard/Microorganism/ro. Valenzulaa, L., A. Chib, S. Bearda, A.
[2 Januari 2006]. Orella, N. Guiliania, J. Shabano-
Rawlings, D.E. 2004. Microbially As- witzb, D.F. Huntb and C.A. Jereza.
sisted Dissolution of Minerals and 2006. Genomics, Metagenomics
Its Use in the Mining Industry. Pure and Proteomics in Biomining
Appl. Chem. 76(4): 847-859. Microorganisms. Biotechnology
Santosa, D.A. 2004. Peranan Mikroba di Advances 24:197-211.
Industri Pertambangan. Bahan Kuli- Widyati, E. 2006. Bioremediasi Tanah
ah Mata Kuliah Bioteknologi Ling- Bekas Tambang Batubara dengan
kungan. Sekolah Pascasarjana IPB. Sludge Industri Kertas Untuk Me-
Bogor. (Tidak diterbitkan). macu Revegetasi Lahan. Disertasi.
Schippers, A. and W. Sands. 1999. Mic- Program Pendidikan Doktor IPB.
robial Metal Extraction. Appl. En- Bogor.
viron. Microbiol. 65: 319-321. Widyati, E., F. Hazra dan I. Devita. 2008.
Semple, K.T. 2003. Environmental Mi- Bioremediasi Air Asam Tambang
crobiology. Lecture Note. Tersedia dengan Bakteri Pereduksi Sulfat.
di Internet. Dikunjungi 14 Juni (Tidak Diterbitkan).
2004. www.personals.psu.edu/biofilm/bioleachi
Toler, H.D., J.B. Morton and J.R. ng.html. Leaching of Copper Ore
Cumming. 2005. Growth and Metal with Thiobacillus ferrooxidans.
Accumulation of Mycorrhizal Shor- Dikunjungi 11 Desember 2003.

160

Anda mungkin juga menyukai