Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 22 (2) : 132-141 (2014)

Pemendekan Telomer Dan Apoptosis

Telomere Shorthening And Apoptosis

Endang Purwaningsih
Department of Anatomy, Faculty of Medicine, YARSI University, Jakarta

KATA KUNCI Apoptosis; pemendekan telomer; penuaan; kerusakan DNA


KEYWORDS Apoptosis; telomere shortening; aging; DNA damage

ABSTRAK Sel normal akan mengalami kematian sel yang terprogram atau
apoptosis.Apoptosis ini merupakan proses penting dalam
pengaturan homeostasis normal sel, yang menghasilkan
keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi
sel yang rusak dan proliferasi sel. Terjadinya deregulasi apoptosis
dapat menimbulkan keadaan patologis, termasuk proliferasi yang
tidak terkontrol seperti dijumpai pada sel kanker atau keadaan yang
berhubungan proses penuaan dan kematian sel.
Penuaan atau kematian sel berhubungan dengan struktur
nukleotida di ujung kromosom di dalam inti sel eukariot yang
disebut telomer. Pada sel somatik normal terjadi pemendekan
telomer seiring meningkatnya usia, termasuk stem cell yang
dimaksudkan untuk pembaharuan sel. Sel somatik mempunyai
program proses penuaan (aging). Telomer dipelihara dan
dipertahankan oleh enzim telomerase.
Stabilitas dan viabilitas kromosom memerlukan fungsi telomer
yang baik dan stabil. Gangguan fungsi telomer dapat disebabkan
oleh pemendekan telomer atau adanya mutasi protein telomer yang
dapat mengakibatkan peningkatan apoptosis. Sebaliknya, apoptosis
yang diakibatkan oleh adanya kerusakan DNA, dapat memicu
terjadinya pemendekan telomer.

ABSTRACT Normal cells will undergo programmed cell death or apoptosis.


Apoptosis is an important process in the regulation of normal cell
homeostasis, which produces a balance in the number of cells of
certain tissues through elimination of damaged cells and cell
proliferation. The deregulation of apoptosis can lead to pathological
conditions, including uncontrolled proliferation as found in cancer
cells or circumstances related aging and cell death.
Aging or cell death associated with the structure of the nucleotide
at the ends of chromosomes in the nucleus of eukaryotic cells. called
telomeres. In normal somatic cell, telomere shorthening occurs in
accordance with increasing age, including stem cells intended for
cell renewal. Somatic cells have a program aging. Telomeres are

132
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS

maintained and preserved by the enzyme telomerase.


The stability and viability of chromosomal requires telomere
function a good and stable. Disruption of telomere function can be
caused by telomere shortening or mutations of telomere proteins
that can lead to increased apoptosis. In contrast, apoptosis caused
by the presence of DNA damage, can lead to telomere shortening.

Setiap organisme hidup terdiri pada replikasi DNA sehingga telomer


atas ratusan tipe sel, yang semuanya berperan dalam mempertahankan ke-
berasal dari fertilisasi sel telur. Selama stabilan kromosom pada setiap pem-
perkembangannya sejumlah sel ber- belahan sel.dan mencegah kromosom
tambah secara dramatis yang kemudian supaya tidak bergandengan (Wong and
akan membentuk berbagai jenis Collins, 2003).
jaringan dan organ. Seiring dengan Telomer dipelihara keutuhannya
pembentukan sel yang baru tersebut, oleh enzim telomerase yaitu
sel yang mati merupakan proses Ribonucleoprotein DNA polymerase yang
regulasi normal pada sejumlah jarring- berperan dalam proses elongasi telomer
an. Pengendalian terhadap eliminasi di dalam sel eukariot. Pada sel somatik
sel-sel yang mati ini dikenal sebagai normal terjadi pemendekan telomer,
kematian sel yang terprogram atau termasuk stem cell yang dimaksudkan
apoptosis (Lumongga, 2008). untuk pembaharuan sel. Jadi pada sel
Kematian sel yang terprogram somatik mempunyai program proses
atau apoptosis ini merupakan suatu penuaan (aging) (Shay et al, 2001).
kejadian yang normal pada per- Penuaan sel sering dikaitkan
kembangan dan pemeliharaan kesehat- pula dengan pemendekan telomer pada
an pada organisme multiseluler. Sel setiap kali sel membelah yang berperan
yang mati ini merupakan respon sebagai penyebab penuaan sel dan
terhadap berbagai stimulus, dan selama merupakan komponen pada jam
apoptosis, sel ini dikontrol dan diatur; mitosis (mitotic clocks) (Jones et al, 2000).
dan sel yang mati kemudian di fagosit Setelah sel mengalami penuaan, sel
oleh sel makrofag (Gregory and Devitt, akan mengalami apoptosis dan
2004). akhirnya mengalami kematian.
Pada apoptosis, sel-sel yang mati Tujuan penulisan makalah ini
memberikan sinyal yang diperantarai adalah mencoba menguraikan tentang
oleh caspase. Gen caspase ini merupakan bagaimana kejadian apotosis, apa itu
bagian dari cysteine protease yang akan telomer serta bagaimana hubungan
aktif pada perkembangan sel maupun apoptosis dengan terjadinya pemen-
sinyal aktif pada destruksi atau dekan telomer.
kerusakan sel. Selain itu, apoptosis
dapat dipicu/berhubungan dengan
terjadinya pemendekan telomer, suatu
replikasi nukleotida di ujung Correspondence:
kromosom di dalam inti sel eukariotik. Prof. DR. Endang Purwaningsih, MS,PA.,
Department of Anatomy, Fakulty of Medicine, YARSI
Telomer ini mempunyai fungsi utama University, Jakarta, Jalan Letjen. Suprapto, Cempaka
yaitu untuk melindungi DNA dari Putih, Jakarta Pusat 10510, Tel. 021-4206674-76,
kerusakan dan juga berperan penting Facksimile: 021-4244574

133
ENDANG PURWANINGSIH

PEMBAHASAN proliferasi sel baik aktivitas onkogen


dominan maupun in aktivasi gen tumor
Apoptosis: Definisi, Fungsi dan supresor p53, ada hubungannya
Proses Apoptosis dengan kontrol apoptosis. Beberapa
Apoptosis adalah suatu proses jenis virus seperti SV50, Herpes dan
kematian sel yang terprogram, diatur adenovirus dapat mengalami proses
secara genetik, bersifat aktif, ditandai transformasi dengan cara mengganggu
dengan adanya kondensasi kromatin, fungsi apoptosis di dalam sel
fragmentasi sel dan fagositosis sel (Underwood, 2009).
tersebut oleh sel tetangganya. Istilah Apoptosis ini merupakan proses
apoptosis berasal dari Bahasa Yunani, penting dalam pengaturan homeostasis
yang artinya gugurnya putik bunga normal, yang menghasilkan ke-
atau daun dari batangnya. Apoptosis seimbangan dalam jumlah sel jaringan
pertama kali diidentifikasikan sebagai tertentu melalui eliminasi sel yang
bentuk kematian sel berdasarkan rusak dan proliferasi fisiologi. Dengan
kepada morfologinya. Penelitian demikian apoptosis dapat memelihara
mengenai kejadian biokimiawi fungsi jaringan normal. Apoptosis
apoptosis dapat merupakan prediksi berfungsi mengeliminasi sel yang tidak
dari peranannya dalam mengontrol sel diinginkan atau sel yang tidak berguna
yang ditentukan secara genetik dan lagi selama proses pertumbuhan sel
alamiah, sehingga kontrol genetik dan dan proses biologi normal lainnya
mekanisme biokimiawi dari apoptosis (Wyllie et al 2000; Alenzi, 2004). Selain
menjadi lebih dimengerti dalam itu apoptosis juga dapat berperan pada
perkembangan dan strategi terapi yang perkembangan embrio, perkembangan
mengatur kejadian proses penyakit suatu jaringan atau organ yang
(Cotran et al, 1999 cit Lumongga, 2008). didahului oleh pembelahan sel dan
Apoptosis merupakan bentuk diferensiasi sel yang besar-besaran dan
atau mekanisme kematian sel yang kemudian diseleksi atau dikoreksi
terprogram (programmed cell death) atau melalui apoptosis.
karena bunuh diri sel (suicide), yang Proses apoptosis juga dapat ter-
ditandai dengan gambaran morfologi jadi misalnya pada pelepasan sel
dan biokimiawi yang khas, yaitu endometrium selama siklus menstruasi,
adanya kondensasi kromatin, regresi payudara selama masa me-
fragmentasi sel dan pagositosis sel nyusui, dan atresia folikel ovarium
tersebut oleh sel tetangganya. Hal ini pada masa menopause (Lumongga,
akan memiliki peran kunci dalam 2008). Pada pengamatan secara fisio-
kesehatan dan kejadian penyakit pada logis, beberapa karakteristik yang di-
manusia (Volkmann et al, 2014). tunjukkan pada sel yang mengalami
Terjadinya deregulasi apoptosis dapat apoptosis, antara lain berupa pengkeru-
menyebabkan keadaan patologis, tan sel, kerusakan membran plasma di
termasuk proliferasi secara tidak mana membran menjadi ber-lekuk-
terkontrol seperti dijumpai pada sel lekuk namun tidak mengalami peruba-
kanker.Kontrol apoptosis umumnya han integritas, terjadinya kondensasi
dikaitkan dengan gen yang mengatur atau agregasi kromatin pada membran
berlangsungnya siklus sel, di antaranya inti, dimulai dengan penciutan sito-
melibatkan gen p53, Rb, Myc dan plasma dan kondensasi inti yang di-
keluarga BcL2. Gangguan regulasi dan akhiri dengan fragmentasi sel, fragmen-

134
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS

tasi protein dan DNA. Sel yang telah yakni terjadi karena adanya pemaparan
mati melalui proses ini tidak kehi- melalui tekanan fisik maupun pema-
langan kandungan internal sel dan paran kimia yang berpengaruh ter-
tidak menyebabkan respon inflamasi. hadap sel secara cukup signifikan
Jika program apoptosis suatu sel telah (Wyllie et al., 2000).
selesai, maka akan tertinggal kepingan Apoptosis adalah kematian sel
sel mati yang disebut badan apoptosis per individu sel, sedangkan nekrosis
dan terjadi kebocoran mitokondria melibatkan sekelompok sel. Membran
karena pembentukan pori-pori yang sel yang mengalami apoptosis akan
melibatkan protein keluarga Bcl-2. mengalami penonjolan-penonjolan ke
Badan apoptosis akan segera dikenali luar tanpa disertai hilangnya integritas
oleh sel-sel makrofag dan dimakan membran. Sedangkan sel yang meng-
(engulfed) (Wyllie et al, 2000; Fridman alami nekrosis mengalami kehilangan
and Lowe, 2003). integritas membran. Sel yang meng-
Proses apoptosis berbeda alami apoptosis terlihat menciut, dan
dengan nekrosis. Nekrosis merupakan akan membentuk badan apoptosis.
proses kematian sel yang terjadi pada Sedangkan sel yang mengalami
organisme hidup yang disebabkan oleh nekrosis akan terlihat membengkak
kondisi patologis, seperti infeksi atau untuk kemudian mengalami lisis. Sel
inflamasi. Pada nekrosis terjadi per- yang mengalami apoptosis lisosomnya
ubahan pada inti yang menyebabkan utuh, sedangkan sel yang mengalami
inti menjadi lisis dan membran plasma nekrosis terjadi kebocoran lisosom.
menjadi ruptur atau patah-patah. Dengan mikroskop akan terlihat
Nekrosis merupakan proses kerusakan kromatin sel yang mengalami apoptosis
sel akibat peningkatan volume sel dan terlihat bertambah kompak dan mem-
hilangnya tekanan membran yang bentuk massa padat yang uniform.
disebabkan pelepasan enzim pelisis Sedangkan sel yang mengalami
lisosomal seperti protease dan nekrosis kromatinnya bergerombol dan
nuklease, sehingga sel mengalami lisis terjadi agregasi (Gambar 1 dan 2). Sel
yang diikuti dengan respon inflamasi. anjutnya badan apoptosis akan di
Nekrosis merupakan proses patologis, fagosit oleh sel makrofag (Gambar 3).

Gambar 1. Gambaran sel yang mengalami apoptosis

135
ENDANG PURWANINGSIH

Gambar 2. Perbedaan gambaran sel yang mengalami apoptosis dan nekrosis

Gambar 3. Badan apoptosis yang di fagosit oleh sel makrofag

Proses apoptosis dikendalikan perantarai reseptor kematian (death


oleh berbagai tingkat sinyal sel, yang receptors) misalnya reseptor TNF
dapat berasal dari pencetus ektrinsik (Tumour Necrosis Factor), TNF-Related
atau intrinsik. Jalur ekstrinsik di- Apoptosis Inducing Ligand (TRAIL) atau

136
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS

CD95, yang mengakibatkan activator telomer dan merupakan salah satu


caspases (caspase 8 dan 10) akan faktor untuk terjadinya kanker.
mengaktifkan efector caspases. Selain itu Telomer terdiri dari urutan nukleotida
apoptosis juga dapat distimulasi ketika yang sangat spesifik, yang pada
terjadi kerusakan DNA dan jika tidak manusia urutannya adalah TTAGGG
ada faktor pertumbuhan (King, 2000). yang berulang ratusan bahkan ribuan
Jalur intrinsik melibatkan perubahan kali. Pada manusia terdapat 2.000
pada membran mitokondria sehingga pengulangan pada unit dasarnya
sitokrom c terlepas. Sitokrom c akan Dalam satu organisme pada jenis sel
mengaktifkan caspase 9 dan caspase- yang berbeda, jumlah pengulangan
caspase lainnya. Jalur intrinsik ini terjadi nukleotidapun berbeda. (Greider and
karena adanya permeabilitas Blackburn, 1996; Artandi and DePinho,
mitokondria dan pelepasan molekul 2010).
pro-apoptosis ke dalam sitoplasma, Pada waktu sel bereplikasi,
tanpa memerlukan reseptor kematian. maka sel anak (daughter cell ) akan
Faktor pertumbuhan dan sinyal lainnya menerima satu set gen yang lengkap
dapat merangsang pembentukan sehingga sel anak hasil pembelahan
protein anti apoptosis BcL2, yang tersebut memiliki kode genetik yang
berfungsi sebagai regulasi apoptosis. sama persis dengan sel inangnya. Bila
Protein anti apoptosis yang utama ada beberapa unit gen yang hilang,
adalah BcL2 dan Bax, yang pada maka sel tersebut akan mengalami
keadaan normal terdapat pada gangguan fungsi dan bahkan bisa
membran mitokondria dan sitoplasma sampai mati Ada satu daerah di bagian
(Syeed et al, 2001, Lumongga, 2008) ujung kromosom (telomer) yang tidak
di copy sehingga telomer akan
TELOMER DAN TELOMERASE bertambah pendek pada setiap sel
anak, akibatnya akan mengancam
Kromosom merupakan lilitan kehidupan dan proses replikasi sel
atau untaian DNA pembawa sifat (Gambar 4). Oleh karena itu pada
genetik. Dahulu diduga kromosom telomer terdapat subunit DNA yang
bersifat statis tetapi ternyata selalu harus tetap dibuat copy nya agar
berubah, memendek atau memanjang. panjang kromosom tetap dan sel dapat
Adanya perubahan pada segmen bertahan untuk terus mengalami
terminal DNA inilah yang oleh para mitosis. Keadaan ini disebut sebagai
ahli dikatakan berhubungan dengan end replication problem dan hal ini dapat
proses menua (aging) dan perkembang- diatasi oleh enzim telomerase (Greider
an sel kanker (Ratnawati, 2002). & Blackburn. 1996; Blackburn, 2005).
Segmen DNA pada ujung
kromosom inilah yang dikenal sebagai

137
ENDANG PURWANINGSIH

Gambar 3. Struktur telomere

Telomer ini merupakan segmen Telomer mempunyai fungsi


DNA yang terletak pada bagian utama yaitu untuk melindungi DNA
terminal kromosom sel eukariot (Wong dari kerusakan dan juga berperan
and Collins, 2003). Telomer terdiri dari penting pada replikasi DNA sehingga
urutan nukleotida yang spesifik, yang telomer berperan dalam mempertahan-
pada manusia urutannya adalah kan kestabilan kromosom pada setiap
TTAGGG yang berulang ratusan pembelahan sel. Telomer dipelihara
bahkan ribuan kali, sehingga rumus keutuhannya oleh enzim telomerase
umum struktur nukleotida telomer yaitu Ribonucleoprotein DNA polymerase
adalah (TTAGGG)n. T, A dan G me- yang berperan dalam proses elongasi
nunjukkan nukleotida yang berisi basa telomer di dalam sel eukariot. Enzim
thymin, adenin dan guanin. Pada telomerase pertama kali ditemukan
manusia terdapat 2.000 pengulangan ketika peneliti mengetahui, bahwa
pada unit dasarnya (Greider & panjang telomer berbeda-beda antara
Blackburn, 1996). Dalam satu organisme satu dengan lainnya, bahkan
organisme pada jenis sel yang berbeda, antara satu sel dengan dengan sel
maka jumlah pengulangan lainnya pada satu organisme. Bentuk
nukleotidanyapun berbeda. Panjang yang tepat dari enzim ini bisa berbeda
telomer juga bervariasi pada beberapa antara satu species dengan species
species mamalia. Pada manusia lainnya, tetapi masing-masing versi
panjang telomer antara 12 -15 kb, mempunyai RNA specific template untuk
sedangkan pada mencit dan tikus membentuk subunit telomer yang baru
telomernya jauh lebih panjang yaitu (Greider & Blackburn. 1996; Shay et al,
lebih dari 150 kb (Ludlow and Roth, 2001 ).
2011).

138
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS

Dalam keadaan normal mekanisme perhitungan di dalam sel,


telomerase dibuat secara rutin oleh dan mekanisme ini ternyata dikendali-
embrio yang sedang berkembang. Pada kan oleh pemendekan telomer pada
saat tubuh telah terbentuk dengan setiap putaran replikasi DNA.
sempurna, maka aktivitas telomerase Akumulasi pemendekan telomer pada
ditekan pada sebagian besar sel-sel stem sel dan sel limfosit dapat ber-
somatik dan telomer makin memendek kontribusi terhadap umur seseorang.
setelah sel-sel tersebut bereplikasi/ Terjadinya pemendekan telomer ini
berproliferasi. Jika telomer telah bervariasi antara setiap jaringan, antara
memendek sampai batas tertentu, maka species dan individu pada tingkat
suatu tanda/sinyal akan ditimbulkan umur yang sama. (Aubert and
pada sel untuk berhenti membelah. Landsdorp, 2007).
Batas ini disebut Treshold to senescence, Pemendekan telomer yang ter-
selanjutnya sel akan mengalami jadi pada sel-sel somatik normal yang
penuaan dan akhirnya mati (Wright membelah mungkin sebagai repliko-
and Shay, 2001). meter yang menentukan berapa kali
satu sel normal dapat membelah. Sekali
PEMENDEKAN TELOMER DAN jumlah kritis atau ambang pengulangan
APOPTOSIS sekuen DNA (TTAGGG) telomer
dicapai, maka sel tersebut tidak akan
Kromosom mamalia mempunyai membelah lagi dan selanjutnya
bangunan khusus yang disebut telomer mengalami proses menua. Sebagai
di ujung setiap lengan kromosom, yang contoh dari pengamatan jangka
terdiri dari sekuen pendek DNA panjang, fibroblas manusia dewasa
nontranskripsi yang dapat diulang normal pada kultur sel, memiliki
berkali-kali dan diduga dapat men- rentang waktu hidup tertentu; fibroblas
cegah terjadinya aberasi kromosom berhenti membelah dan menjadi menua
tertentu. Pada manusia panjang setelah kira-kira 50 kali pengggandaan
telomer sel-sel darah memendek secara Fibroblas neonatus mengalami sekitar
proporsional sesuai dengan umur. Sel- 65 kali penggandaan sebelum berhenti
sel kelenjar dan jaringan fetus diketahui membelah ( Lubis & Delyuzar, 2010;
mempunyai telomer yang lebih Shlush et al, 2011).
panjang dibanding jaringan somatik Di sisi lain diketahui, bahwa
orang dewasa, sedangkan sel-sel tumor stabilitas dan viabilitas kromosom
kolon mempunyai telomer yang lebih memerlukan fungsi telomer yang baik
pendek daripada mukosa kolon dan stabil. Gangguan fungsi telomer
normal. Pengamatan-pengamatan ini dapat disebabkan oleh pemendekan
menunjukkan bahwa ada pemendekan telomer atau adanya mutasi protein
telomer terkait umur (Rochmah & telomer yang dapat mengakibatkan
Aswin, 2001; Shlush et al, 2011). peningkatan apoptosis. Sebaliknya,
Menurut Hayflick, sel-sel apoptosis yang diakibatkan oleh
manusia dan binatang mempunyai adanya kerusakan DNA, dapat memicu
kapasitas replikasi terbatas, yang di- terjadinya pemendekan telomer. Sel
interpretasikan sebagai ekspresi pe- yang mengalami apoptosis akibat
nentuan menua tingkat sel. Hal ini kerusakan DNA menunjukkan pemen-
mempunyai implikasi adanya dekan telomer yang dramatis di-

139
ENDANG PURWANINGSIH

bandingkan dengan sel yang tidak Artandi SE, and DePinho RA 2010.
mengalami apoptosis. Lebih lanjut, Telomeres and telomerase in cancer.
pemendekan telomer tidak memerlu- Carcinogenesis 3 (1): 9-18
kan aktivasi caspase-3 dan dapat secara AubertG and Lansdorp P 2007. Telomeres
and Aging. Physiol Rev 88: 557-570
langsung diinduksi oleh depolarisasi
Blackburn E 2005. Telomerase and
membran mitokondria. Pemendekan
Cancer. Mol Cancer Res 3 (9) as DOI:
telomer merupakan salah satu 110.1158/1541-7786-MCR-05-0147
peristiwa awal terjadinya kerusakan Granato T, Muscoli, Sgura A et al., 2009.
DNA yang disebabkan oleh apoptosis Apoptosis and telomere shortening
(Ramirez et al, 2003). Pada sel-sel related to HIV-1 induced oxidative
kanker terjadi pemendekan telomer, stress in an astrocytoma cell line. BMC
peningkatan aktivitas telomerase dan Neuroscience 10: 51 doi:10.1186/471:-
peningkatan stres oksidatif. Peningkat- 2202-10-51
an stres oksidatif bertanggung jawab Gregory CD and Devitt A 2004. The
terhadap percepatan pemendekan Macrophage and the apoptotic cell: an
innate immune interaction viewed
telomer. Telomer dapat menjadi sensor
simplistically?. Immunology 113: 1 – 14
kunci pada kejadian apoptosis yang
Greider CW and Blackburn EH 1996.
disebabkan oleh peningkatan stres Telomeres, Telomerase and Cancer.
oksidatif. Senyawa yang berpotensi Scientific American, p: 92.
sebagai inhibitor telomerase dapat http://www.genethik.de/telomerase.
meningkatkan apoptosis sel kanker htm
dalam upaya pencegahan dan Jones CJ, Kipling D, Morris M et al, 2000.
penngobatan sel kanker (Shammas et al, Evidence for a telomere-independent
2004; Granato et al, 2009) “clock” limiting RAS oncogenic driven
proliferation of human tyroid
SIMPULAN epithelial cells Mol cell Biol 20: 5690-
5699
King RJB 2000 Cancer Biology, Second Ed,
Apoptosis merupakan proses
Pearson Ecucation Limited, London,
kematian sel yang terprogram, yang
Lubis SL and Delyuzar H, 2010. Proses
dapat disebabkan oleh kerusakan atau Penuaan. Departemen Patologi
fragmentasi DNA. Kerusakan ini Anatomi, FK USU. Medan.
berhubungan dengan struktur http://proses penuaan. com Diakses
nukelotida di ujung kromosom yang pada tanggal 27 Oktober 2010.
disebut telomer. Apoptosis sel akan Ludlow AT and Roth SM 2011. Review
menyebabkan terjadinya pemendekan Article. Physical activity and Tlomere
telomer, atau sebaliknya pemendekan Biology: Exploring the Link with
telomer akan menyebabkan sel Aging-Releted Disease Prevention. J of
mengalami apoptosis. Aging Res. As
doi:10.4061/2011/790378.
Lumongga F 2008. Apoptosis. USU
KEPUSTAKAAN Repository, Medan.
Ramirez R, Carracedo J, Jimenez et al.,
Alenzi FQB 2004. Links between apoptosis, 2003. Massive Telomere Loss Is an
proliferation, the cell cycle. British J Early Event of DNA Damage-induced
Biomed Sci 61 (2); 1- 4 Apoptosis. J Bio Chem 272 (2): 836-842
Ratnawati H 2002. Enzim Telomerase dan
Karsinogenesis. JKM 2 (1): 39-50

140
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS

Rochmah W and Aswin S 2001. Tua dan Underwood JCE, 2009. General and
Proses menua. Berkala ilmu Systematic Pathology. Fifth Ed.
Kedokteran 33 (4): 221-227 Churchill Livingstone, New York-
Shammas MA, Koley H, Beer DG, Li C, London : p 117- 119.
Goyal AK, and Munshi 2004. Growth Volkmann N, Marassiz FM, Newmeyers
Arrest, Apoptosis, and Telomere DD, and Hanein D 2014. The Rheostat
Shorttening of Barrett’s Associated in the Membrane : Bcl-2 family
Adenocarcinoma Cells by a Proteins and apoptosis. Cell Death and
Telomerase Inhibitor. Deff 21: 206 – 2015.
Gastroenterology 126: 1337-1346 Wong IM Collins K 2003. Telomere
Shay JW, Zou Y, Hiyama E, and Wright maintenance and disease. Lancet 362:
WE 2001. Telomerase and Cancer. 983-988.
Hum Mol Gen 10 (7): 677-685. Wright WE and Shay JW 2001. Cellular
Shlush LI, Skorecki KL, Yehezkel S et al ., Senescence as a Tumor protection
2011. Telomere elongation followed by mechanism: the essential role of
telomere length reduction, in counting. Current Opinion in Genetics
Leukocytes from divers exposed to & Development 11: 98-103.
intense oxidative stress-Implications Wyllie A, Donahue V, Fischer B, Hill D,
for tissue and Organismal aging. Mech Keesey J, and Manzow S 2000. Cell
Ageing Dev 132: 123-130. Death Apoptosis and Necrosis, Rosche
Syeed SA, Vohra H, Gupta A, Ganguly NK Diagnostic Corporation.
2001. Apoptosis: Molecular Machinary,
Current Sci 80(3): 349 – 360.

141

Anda mungkin juga menyukai