Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem penyaluran air buangan adalah suatu rangkaian bangunan air yang
biasanya menggunakan sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa
berfungsi untuk mengurangi atau menyalurkan air buangan tersebut ke bak
interceptor yang nantinya di salurkan ke saluran utama atau saluran drainase.
Dilihat dari cara penanganan air buangan domestik, menurut Mohammad Masduki
Hardjosuprapto terdapat dua sistem yang dibedakan menjadi sistem terpusat dan
setempat. Sistem terpusat (offsite) merupakan sistem yang mengumpulkan air
buangan dengan menggunakan bangunan pengolahan air buangan atau dengan
pengenceran tertentu (Intercepting Sewer) dari seluruh daerah lalu dialirkan
kedalam riol kota menuju tempat pembuangan yang aman, Sistem setempat
(onsite) adalah sistem yang ditempatkan pada daerah yang tidak memiliki sistem
riol kota dan air buangan ditangani setempat dengan membuat bangunan cubluk
atau tangki septik.

Dimensi saluran air buangan dipengaruhi oleh timbulan air buangan yang
dialirkan di dalam saluran yang berkaitan erat dengan besaran konsumsi air
bersih. Konsumsi air bersih setiap rumah tangga berbeda-beda, baik menurut
jumlah maupun jenis kegiatannya. Mohammad Masduki Hardjosuprapto (2000)
memaparkan di dalam bukunya bahwa studi di Uganda menginformasikan sekitar
50-80% dari air bersih yang digunakan akan berubah menjadi air buangan dan
disebut sebagai faktor timbulan air buangan. Sering kali masyarakat tidak tahu
maafaat atau kegunaann system penyaluran air limbah secara baik , sehingga
banyak saluran yang macet ataupun rusak ,bahkan ada juga sampai terjadi
banjir ,yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran merawat saluran air
buangangan dengan benar

Oleh karena itu dengan adaya laporan ini kita bisa mengetahui Evaluasi
dari dimensi saluran air buangan komunal dapat bermanfaat untuk perencanaan

1
dan pembangunan lanjutan yang serupa guna meningkatkan efektivitas,
efisiensidan penegtahuan masyarakat mulai dari perhitungan dimensi pipa atau
d/D ,panjang pipa yang dibutuhkan, debit pembuanagan, kedalaman galian yang
dibutuhkan , urugan dan buangan tanah, serta agar masayarakat mempuyai
kesadaran untuk merawat saluran tersebut.

1.2 Maksud Dan Tujuan Praktikum

Dalam laporan praktikum harus memiliki maksud dan tujuan agar laporan
tersebut memiliki arah dan manfaat bagi pembaca.

1.2.1 Maksud

a. Untuk menambah keterampilan, pengalaman, wawasan serta daya pikir


mahasiswa diluar lingkungan kampus.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang perancangan Sistem
penyaluran air buangan
c. Untuk menrencanakan arah air buangan yang akan dibuang atau
dialirkan.
d. Unutuk menaganalsis dimensi atau kemiringan dari pipa yang
digunakan Sistem penyaluran air buangan

1.2.2 Tujuan

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kapasitas dari


suatu Sistem penyaluran air buangan. Laporan ini bertujuan untuk :

a. Untuk menegetahui tata letak Sistem penyaluran air buangan guna


perencaanaan pemukiman yang tertib dan teratur
b. Untuk menegetahui tata letak jaringan kabel dan pipa dibawah tanah
c. Untuk penegedalian air buangan tetap lancar, efsien, dan aman.

2
1.3 Rumusan Masalah

a) Bagaimana kaitannya perhitungan debit air untuk saluran pembuangan air


terhadap fisika?
b) Apakah daerah tersebut cocok untuk penerapan sistem pembuangan kotor
tertutup ?

1.4 Batasan Masalah

1. Ruang lingkup ini dibatasi pada sutu lokasi yakni pada daerah yang ditentukan.
2. Analisis pada laporan ini menegenai debit pada saluran yang akan dibuat dan
panajang dan kemiringan saluran tersebut.

1.5 Sistematika Penyusunan

Untuk memudahkan dalam penulisan dan pemahamannya, maka penulisan


membuat sistematika laporan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, rumusan
masalah, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan pratikum.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini membahas pengertian dan dasar teori sistem penyaluran air
buangan.

BAB III Metodologi

Bab ini membahas meneganai alur kerja (Berisikan flow chart pelaksanann
subtansi laporan).tahapan untuk pengumpulan data dan analisis data (berisikan
rumus – rumus yang akan dipakai dalam Sistem penyaluran air buangan).

BAB IV Pembahasan dan Analisa

Bab ini berisi tentang perencanann, data dan faktor – faktor yang
mempegaruhi perencannan Sistem penyaluran air buangan.

3
BAB V Penutup

Bab ini membahas kesimpulan dari hasil dan pembahasan terlihat kondisi
ada dan existing serta perancangan altenatif solusi, juga disajikan saran-saran yang
berupa pandangan-pandangan atau usulan-usulan sebagai pendukung.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Besaran Dan Satuan


 Besaran adalah suatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka
dan nilai yang memiliki satuan.

Mengukur adalah proses membandingkan suatu besaran yang diukur


dengan besaran sejenis yang dipakai sebagai satuan.

Satuan adalah peryataaan yang menjelaskan arti dari suatu besaran.

Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan


menjadi 2 macam yaitu:

1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena


diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya.

2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan.

Dalam fisika besaran ada dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan :

A. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih


dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain.

Tabel 2.1 Tabel Besaran Pokok

n Besaran Pokok Satuan Dimensi


o
1 Panjang (l) meter (m) [L]
2 Massa (m) kilogram (kg) [M ]
3 Waktu (t) second (s) [T]
4 Temperatur (T) kelvin (K) [I]
5 Kuat Arus (I) ampere (A) [Ө]
6 Intensitas (In) candela (cd) [J]
7 Jumlah Zat (n) Mol [N]
Sumber: 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan fisika untuk sma/ma

5
B. Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran
pokok. Jika suatu besaran turunan merupakan perkalian besaran pokok, satuan
besaran turunan itu juga merupakan perkalian satuan besaran pokok, begitu
juga berlaku didalam satuan besaran turunan yang merupakan pembagian
besaran pokok.

Tabel 2.2 Tabel Besaran Turunan


No Besaran Lambang Satuan
1 Luas L² m²
2 Gaya(F) MLT⁻² Kgms⁻²
3 Energi Kinetik (Ek) ML²T⁻² Kgm²s⁻²,
4 Hambatan listrik ML²T⁻³A⁻² kgm²s⁻³A⁻²
5 Massa Jenis ML⁻³ Kgm⁻³
6 Tegangan permukaan MT⁻² kgs⁻²
7 Energi Potensial ML²T⁻² Kgm²s⁻²
8 Muatan listrik AT As
9 Debit volume L²T⁻1 m²s⁻¹
10 Impuls MLT⁻¹ Kgm⁻¹
11 Volume L³ m³
12 Momentum MLT⁻¹ kgms⁻¹
13 Tekanan ML⁻¹T⁻² Kgm⁻¹s⁻²
14 Kerapatan ML⁻³ Kgm⁻³
15 Frekuensi T⁻¹ s⁻¹
16 Kecepatan sudut Rad T⁻¹ s⁻¹
17 Daya ML²T⁻³ Kgm²s⁻³
18 Usaha ML²T⁻² Kgm²s⁻²
19 Percepatan LT⁻¹ ms⁻²,
20 Kecepatan LT⁻² ms⁻¹
Sumber: 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan fisika untuk sma/ma.

6
C.Satuan Baku satuan yang telah diakui dan disepakati pemakaiannya secara
internasional tau disebut dengan satuan internasional (SI).
Contoh: meter, kilogram, dan detik.
Sistem satuan internasional dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sistem MKS (Meter Kilogram Sekon)
2. Sistem CGS (Centimeter Gram Second)

Tabel 2.3 Tabel satuan Internasiaonal (si)


no nama simbol Factor
1 yota Y 1,000,000,000,000,000,000,000,000 atau 〖1
2 zeta Z 1,000,000,000,000,000,000,000 atau 0〖〗1
^24
E 1,000,000,000,000,000,000 atau 0〗
3 eksa 〖^211
P 1,000,000,000,000,000 atau 0〗
4 peta 〖1
^18
5 tera T 1,000,000,000,000 atau 0〗

^151
6 giga G 1,000,000,000 atau 〖〗1
0
^12
7
mega M 1,000,000 atau 〖〗1
0
^9
0〗
8
kilo k 1,000 atau 〖
^6 1
0〗
9 hekto h 100 atau 〖
^3 1
da 10 atau 0〗
10 deka 〖
^2 1
1 0〗
^1
11 desi d 0.1 atau 〖1
c 0.01 atau 0〗
12 senti 〖
^(−1
13 mili m 0.001 atau 1)〗
0

^(−1
14 mikro µ 1E-06 atau 〖〗1
2)
0
^(−
15 nano n 1E-09 atau 3)〗1
0

^(−
16 piko p 0.000000000001 atau 6)〗1
0

^(−
17 femto f 0.000000000000001 atau 9)〗1
0

^(−
18 ato a 0.000000000000000001 atau 0 〗

12)1
^(−
19 zepto Z 0.000000000000000000001 atau 0
〖 〗
15)1
^(−
20 yokto y 0.000000000000000000000001 atau 0 〗
18)
〖1
^(−2 X
0〗
1)
Sumber: http://rinotos.blogspot.com/ ^(−
24)

7
2.2 Vektor
adalah suatu kuantita/besaran yang mempunyai besar dan arah. Secara
grafis suatu vektor ditunjukkan sebagai potongan garis yang mempunyai arah.
Besar atau kecilnya vektor ditentukan oleh panjang atau pendeknya potongan
garis. Sedangkan arah vektor ditunjukkan dengan tanda anak panah.

Gambar 2.1 Vektor


Sumber: staff.uny.ac.id

Dalam gambar vektor di samping, titik A disebut titik awal (initial point)
dan titik P disebut titik terminal (terminal point). Pada gambar tersebut vektor
´ a⃗r, á atau a. Panjang vektor juga
dapat ditulis dengan berbagai cara seperti, AB
AB |, | AB
dapat ditulis dengan berbagai cara seperti | ⃗ ´ |, | a⃗ |, | á |, atau | a |. Disini
kita akan memakai simbul AB atau a untuk menyatakan vektor dan | ⃗ AB | atau | á |
untuk menyatakan besaran (modulus) dari vektor tersebut. Contoh vektor
misalnya lintasan, kecepatan, percepatan, dan gaya.
Skalar adalah suatu kuantita yang mempunyai besaran tetapi tidak mempunyai
arah. Suatu skalar adalah bilangan nyata dan secara simbolik dapat ditulis dengan
huruf kecil. Operasi skalar mengikuti aturan yang sama dengan aturan operasi
aljabar elementer.

8
a. VEKTOR SATUAN

Gambar 2.2 Vektor Satuan


Sumber: staff.uny.ac.id

Untuk menggambarkan suatu vektor pada sistem koordinat kartesean


diperlukan vektor satuan. Vektor dari titik (0,0) sampai titik (1,0) adalah vektor
satuan í . Vektor dari titik (0,0) sampai titik (0,1) adalah vektor satuan j́ . Arah
vektor í positif sesuai dengan arah sumbu X positif. Arah vektor j́ positif sesuai
dengan arah sumbu Y positif. Pada gambar disebelah ini vektor adengan titik awal
P dan titik akhir Q diuraikan menjadi dua vektor yaitu vektor a´1 i dan a´2 j. Vektor
á 1 dan a´2 disebut komponen vektorá. Besaran á 1 dan a´2 disebut komponen skalar

a . Secara simbolis vektor á dan komponennya ditulis á = a´1 i + a´2 j.

C. ALJABAR VEKTOR
Aljabar vektor adalah operasi pada dua atau lebih dari vektor yang meliputi
penambahan, pengurangan dan perkalian. Operasi vektor dapat dilakukan melalui
komponen-komponen skalarnya.

9
1. Kesamaan Dua vektor

Gambar 2.3 Kesamaan Dua vektor


Sumber: staff.uny.ac.id

Dua vektor dikatakan sama apabila panjang serta arahnya sama.


á = b́→ jika | á | = | b́ | dan arah á = arah b́

2. Vektor Negatif

Gambar 2.4 Vektor Negatif


Sumber: staff.uny.ac.id

Vektor – a mempunyai ukuran sama dengan vektor a tetapi arahnya


berlawanan. Jika vektor á = - b́→ jika | á | = - | b́ | Vektor negatif sering disebut
sebagai vektor invers.

10
3. Perkalian Vektor dengan Skalar

Gambar 2.5 Perkalian Vektor dengan Skalar


Sumber: staff.uny.ac.id

Jika k bilangan real yang positif, maka k ú uadalah vektor yang


panjangnya k | ú | dan mempunyai arah yang sama dengan ú .Sedangkan –k ú
adalah vektor yang panjangnya k | ú | tetapi arah berlawanan dengan ú.

4. Penjumlahan Vektor
a) Aturan Segitiga

Gambar 2.6 Aturan Segitiga


Sumber: staff.uny.ac.id

Perhatikan gambar di samping. Jika ⃗


AB

dan ⃗
BC mewakili á dan b́ maka AC
⃗ dikatakan

penjumlahan vektor á + b́.

b) Aturan Jajaran Genjang

11
Gambar 2.7Aturan Jajaran Genjang
Sumber: staff.uny.ac.id

AB dan ⃗
⃗ DC mewakili vektor á , ⃗
BC dan ⃗
AD mewakili vektor b́ , maka ⃗
AC
= á + b́ atau ⃗
AC = b́ + á.

c) Aturan Polygon

Gambar 2.8 Aturan Polygon


Sumber: staff.uny.ac.id

Penjumlahan tiga vektor atau lebih dapat dilakukan dengan menggunakan


aturan poligon.

4. Selisih Dua Vektor

12
Gambar 2.9 Selisih Dua Vektor
Sumber: staff.uny.ac.id

Selisih dua arah vektor á dan b́ , dinyatakan sebagai á – b́ , dapat


dipandang sebagai penjumlahan vektor á dengan invers vektor b́ yaitu vektor – b́
. Misalkan á – b́ = ć maka ć = á +( –b́ ) Secara diagram selisih dua vektor
tersebut seperti gambar berikut.

6. Vektor Nol
Jika vektor a = b maka a – b = 0. 0 disebut vektor nol. Vektor nol tidak
mempunyai besar dan arahnya tak tentu. Dalam aljabar vektor, misalkan vektor a
= a´1 i + a´2 j dan vektor b = b´1 i + b´2 j.
maka berlaku aturan :
a). á = b́ jika dan hanya jika a´1 i = b´1 j. dan a´2 i = b´2 j.
b). m. á = m. a´1 i + m. a´2 j. untuk m suatu skalar
c). a + b = ( á 1 + b́ 1) i + ( a´2 + b´2) j
d). a - b = ( á 1 - b́ 1 ) i + ( a´2 - b´2 ) j
e). á .b́ = 0 jika á = 0 atau b́ = 0 atau á tegak lurus dengan b́
f). i . i = j . j = 1 dan i . j = 0
g). á . b́ = ( a 1 i + a´2 j. ) . (b´1 j + b´2 j. ) = á 1 . b́ 1 + a´2 . b´2

h). | a | = √ a12 +a22


i). ∝ = arc tan ( a 2/ a 1)
j). á . b́ = | a | . | b | cos γ

13
2.1.3 Debit
yaitu jumlah zat cair yang melewati jarak penampang pada setiap satuan waktu. Selain itu
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang mampu lewat pada suatu tempat
atau yang mampu di tampung dalam suatu tempat setiap satu satuan waktu. Debit aliran
adalah jumlah air yang mengalir pada satuan volume per waktu. Debit air adalah
komponen yang penting dalam pengelolaan suatu DAS.

Debit air mempunyai satuan volume per waktu atau liter/detik, ml/detik, m³/detik,
liter/jam, m³/jam, dan lain lain

Rumus debit

Rumus Debit Air

v v
Q= t= v=Qxt
t Q

Keterangan Rumus :

Q adalah debit air ( liter/detik )

V adalah Volume ( liter )

t adalah waktu ( detik )

2.2 Sistem penyaluran air buangan


Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkain bangunan air yang
berfungsi untuk menegurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan /
lahan baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri.biasanya menggunakan
sistem saluran tertutup dngan menggunakan pipa yang berfungsi menyalurkan
sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa atau yang bisa disebut Sistem
Penyaluran Air Buangan Sanitasi Setempat (On-site sanitation) yang berfungsi
menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor yang nantinya di salurkan
kesaluran utama yaitu drainase. Sistem ini di pakai jika syarat-syarat teknis lokasi
dapat dipenuhi dan menggunakan biaya relatif rendah. Sistem ini sudah umum
karena telah banyak dipergunakan di Indonesia (Fajarwati.A, 2000).
Kelebihan sistem Sanitasi Setempat adalah:

14
1. Biaya pembuatan relatif murah.
2. Bisa dibuat oleh setiap sektor ataupun pribadi.
3. Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana.
4. Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi.

Kekurangan Sistem Sanitasi Setempat adalah:

1. Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci.
2. Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan pemeliharaan
tidak dilakukan sesuai aturannya.

a. Sistem Sanitasi Terpusat

Sistem Sanitasi Terpusat (Off site sanitation) merupakan sistem pembuangan


air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang
disalurkan keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran
pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan.

pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan perairan (Fajarwati,A.2000).

Gambar 2.10 Sistem Sanitasi Terpusat


Sumber: Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.5 No.2

15
b. Sistem Saluran Terpisah

Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full


sewerage adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan
riol tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran
drainase khusus untuk air yang tidak tercemar ( Fajarwati, A.2000).

Gambar 2.11 Sistem Saluran Terpisah


Sumber: Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.5 No.2

c. Sistem Penyaluran Tercampur

Menurut Sugiharto, 1987 Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem


pengumpulan air buangan yang tercampur dengan air limpasan hujan. Sistem ini
digunakan apabila daerah pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas
untuk membangun saluran air buangan yang terpisah dengan saluran air hujan,
debit masing–masing air buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki
kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki
fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun.

16
Gambar 2.12 Sistem Penyaluran Tercampur
Sumber: Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.5 No.2

d. Sistem Kombinasi

Pada sistem penyalurannya secara kombinasi dikenal juga dengan istilah


interceptor, dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama sampai
tempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau tertutup, tetapi sebelum
mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan dengan
bangunan regulator. Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk
disalurkan ke lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke
badan air penerima. Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke
pipa induk dan tidak akan mencemari badan air penerima ( Hardjosuprapto 2000).

Gambar 2.13 Sistem Penyaluran kombinasi

Sumber: Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.5 No.2

17
2.2.1 Kombinasi

Kemiringan saluran harus cukup agar menjamin berlangsungnya pembersihah


sendiri (self claning) pada saluran. Kecepatan saluranm/detik pada aliran yang
penuh. Di daerah tropis kecepatan yang dianjurkan 0,9 m/detik (Soeparman dan
Suparmin, 2002).

2.2.2 Jenis Bahan Pipa Saluran Limbah Cair

Jenis pipa saluran limbah cairan yang dipergunakan tidak hanya satu macam,
hal ini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

 Kondisi lapangan (draenase, topografi, jenis tanah, dan kemiringan)


 Karakteristik aliran
 Ketahanan material terhadap kondisi setempat
 Ketahanan terhadap gerusan
 Ketahanan asam, basah, dan korosi
 Kemudahan dalam penanganan dan instalasinya
 Kesediaan dalam berbagai ukuran yang dibutuhkan
 Kehematan (Halim Hasmar, 2002).

Menurut Okum dan Pogis (1975) dalam Soeparman dan Suparmin (2002),
bahwa yang umumnya dipakai untuk saluran limbah cair adalah:

 Pipa asbes semen (asbestos cement pipe) Pipa asbes semen tahan terhadap
korosi akibat asam, tahan terhadap kondisi limbah yang sangat septik dan
pada tanah yang alkalis.
 Pipa beton (concrete pipe) Pipa jenis ini sering digunakan untuk saluran
limbah cair ukuran kecil dan sedang ( diameter 600 mm). Penanganannya
mudah tetapi umumnya tidak tahan terhadap asam. Pipa besi cor ( cast iron
pipe) Keuntungan pipa ini adalah umur pengunaan yang cukup lama, kuat
menahan beban, dan karakteristik aliran yang baik. Hanya saja secara
ekonomis tidak menguntungkan karena mahal, sulit untuk pengunaan
secara khusus ( misalnya untuk saluran yang melewati rawa).

18
 Pipa tanah liat ( vetrified clay pipe) Keuntungan pipa jenis ini adalah tahan
korosi
 akibat produksi H2S limbah cair. Sedangkan kelemahannya pipa ini
mudah pecah dan umumnya dicetak dalam ukuran pendek.
 PVC (polyvinyl chloride) Pipa ini banyak digunakan karena mempunyai
banyak keuntungan antara lain: mudah dalam penyambungan, ringan,
tahan korosi, tahan asam, fleksibel, dan karakteristik aliran sangat baik

Sambungan Perpipaan

Untuk PVC :

Solvent (lem): untuk diameter kecil


Cincin karet: untuk diameter lebih besar

Untuk Galvanis :

Flange atau las

2.2.3 Sistem Perpipaan

1. Pipa hubungan seri

Sistem pemipaan dengan susunan seri merupakan jaringan pipa tanpa cabang
ataupun loop. Jaringan ini memiliki satu sumber ,satu ujung dan node yang
menyambung 2 pipa yang berada dalam satu jalur. Jaringan pemipaan jenis ini
sangat kecil dan dipakai untuk pendistribusian air kawasan yang kecil

2. Pipa bercabang

Sistem pemipaan dengan susunan bercabang merupakan kombinasi dari


jaringan pemipaan susunan seri. Dimana, jaringannya terdiri dari satu sumber dan
memiliki banyak cabang. Sistem ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sebuah
komunitas dan investasi yang dikeluarkan tidaklah besar.

19
3. Pipa tertutup (Loop)

Sistem pemipaan ini merupakan sistem yang mana jaringannya saling


terhubung yang terdiri dari node-node yang menerima aliran air lebih dari satu
bagian. Dengan sistem ini masalah – masalah yang dihadapi pada sistem seri
ataupun bercabang dapat ditangani seperti masalah tekanan. Namun, sistem
pemipaan dengan jaringan ini lebih rumit jika dibandingkan dengan sistem seri
atau bercabang. Untuk biaya operasi dan investasi yang cukup besar. Sistem ini
biasanya dipakai pada daerah yang cukup luas dengan jumlah pemakai yang
cukup besar.(Radianta Triatmadja, 2009)

4. Pipa Kombinasi

Sistem perpipan jenis ini merupakan sistem jaringan pemipaan yang


umumdigunakan untuk daerah yang luas. Sistem ini merupakan gabungan antara
sistem jaringan bercabang dan sistem jaringan loop.

5. Jaringan Pipa

Menurut J.M.K. Dake, Endang P.Tachyan, dan Y.P. Pangaribuan, 1985.


Sistem jaringan pipa mungkin tidak sesederhana seperti gambar 2.12. Suatu
jaringan suplai kota sering rumit dan di desain suatu sistem distribusi air yang
efektif untuk seluruh kota diperlukan untuk memperhitungkan tekanan dan debit
pada setiap titik di dalam jaringan. Menurut Halim Hasmar (2002), tiap-tiap bahan
saluran mempunyai kecepatan maksimum yang diijinkan Dalam menganalisa
sistem jaringan pipa dapat digunakan metode Hardy Cross.

Metode Hardy Cross merupakan suatu metode yang lebih efisien


dipergunakan untuk menetapkan besarnya debit dan kehilangan tinggi tekanan di
masing masing pipa dalam jaringan yang bersangkutan. Metode Hardy Cross
adalah metode yang mencoba arah aliran dan debit aliran pada semua pipa. Jika
ternyata persamaan kontinuitas dan energi belum terpenuhi maka percobaan
diulang dengan menggunakan harga yang baru yang telah dikoreksi. Metoda
Hardy Cross juga disebut sebagai persamaan Loops. Persamaan tersebut terdiri
dari persamaan kontinuitas dan persamaan energi.

20
6. Penempatan dan Pemasangan Saluran

Pada umumnya sistem perpipaan penyaluran air buangan terdiri dari :

Pipa Persil

Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak di dalam rumah dan
langsung menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan. Memiliki
diameter 3 inci – 4 inci, kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannyadengan
pipa servis, membentuk sudut 45° dan apabila perbandingan antara debit dari
persil dengan debit dari saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya
tegak lurus.

Pipa Servis

Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil
yang kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter
pipa servis sekitar 6–8 inci, kemiringan pipa 0,5–1 %. Lebar galian pemasangan
pipa servis minimal 0,45 m dengan kedalaman benam awal 0,6 m. Sebaiknya pipa
ini disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.

Pipa Lateral

Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk
dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan.
Diameter awal pipa lateral minimal 8 inci, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 –
1%.Pipa CabangPipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari
pipa-pipa lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir
pada masing-masing pipa. Kemiringan pipa sekitar 0,2–1%.

Pipa Induk

Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-pipa
cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan.
Kemiringan pipanya sekitar 0,2 – 1%.

21
2.2.4 Perlengkapan Saluran Air Buangan

Manhole

Manhole adalah salah satu bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan
yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan
saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut selama
pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang saluran, baik dengan
ketinggian sama maupun berbeda.Penempatan dan Jarak Antara Manhole. Berikut
adalah tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran:

Tabel 2.1 Jarak Menhole

Diameter (mm) Jarak Antara Manhole (m)


<200 50 – 100
200 – 500 100 – 125
500 – 1000 125 – 150
>1000 150 – 200
Sumber: Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.5 No.2

Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah
melakukan pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman
manhole.Berikut adalah tabel ukuran diameter manhole menurut kedalaman

Tabel 2.2 Diameter Manhole Menurut

Kedalaman (m) Jarak Antara Manhole (m)


<0,8 0,75
0,8 – 2,5 1 - 1,2
>2,5 1,2 – 1,8
Sumber: Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.5 No.2

Bak Kontrol
Bak kontrol digunakan untuk memudahkan pemeliharaan pada saluran
perpipaan apabila terjadi penyumbatan.Bak kontrol diletakkan pada :
Setiap perubahan diameter pipa
Setiap perubahan kemiringan pipa
Setiap perubahan arah aliran dalam pipa baik horizontal maupun vertikal

22
Setiap pertemuan dua saluran (pipa) atau lebihPada jarak lurus dengan
jarak maksimum 20 m
Ukuran dan letak bak kontrol pada persil :
a) Luas permukaan minimal 40 x 40 cm (bagian dalam), dan diberi tutup plat
beton yang mudah dibuka/tutup.
b) Kedalaman bak kontrol disesuaikan dengan kebutuhan
c) kemiringan pipa-pipa yang masuk/keluar bak.
d) Untuk bak kontrol di pekarangan rumah, dinding bagian atas dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat mencegah masuknya limpasan air hujan.
e) Disarankan bak kontrol dibuat dengan beton pra cetak sesuai dengan tipe
yang dibutuhkan.

2.2.6 Infiltrasi dan Inflow


Infiltrasi adalah sejumlah air tanah yang masuk ke dalam pipa air
limbah melalui sambungan pipa, celah pipa, pipa yang rusak dan dinding
manhole. Sedangkan inflow adalah aliran permukaan yang masuk ke
dalam pipa air limbah melalui tutup manhole dan perpotongan sambungan
dari saluran air hujan dan saluran campuran air hujan dan air limbah
(Qasim, 1985). Besarnya nilai inflow yang digunalan dalam penelitian ini
berdasarkan D.A. Okun dan G. Ponghis dalam Community Wastewater
Collection and Disposal sebesar 4,38 x 10-3 liter/detik per manhole.
Sedangkan nilai infiltrasi dapat dilihat pada

Tabel 2.3 Nilai infiltrasi pada saluran pipa


No Diameter Pipa (inchi) Debit Infiltrasi (gal/hari/mil)
.
1 8 3500-5000
2 12 4500-6000
3 24 10000-12000
Sumber: Metcalf dan Eddy, 1991

23
A. Perhitungan Debit Air Limbah
Langkah-langkah untuk memperkirakan debit air limbah adalah sebagai
berikut (Hardjosuprapto, 2000):

a) Debit rerata air buangan

Qr=Q x jak

Keterangan :
Qr = Debit rerata air buangan per keluarga (liter/detik)
Q = Debit rerata air buangan per orang (liter/detik)
Jak = jumlah angota keluarga (orang)

b) Debit Satuan Air limbah untuk pipa

Qab=fab x Qr

Keterangan :
Qab = Debit satuan Air Limbah (liter/detik)
Fab = Faktor Air Limbah (60 % - 80%)
Qr = Debit rerata air buangan per keluarga (liter/detik)

c) Debit Rata – rata Air limbah

1000
Qrt = x Qab
pj

Keterangan :
Qrt = Debit Rata – rata Air limbah (liter/detik)
Pj = Jumlah penduduk total (orang)
Qab = Debit satuan Air Limbah (liter/detik)

d) Debit Rata – rata Air limbah

24
Qmd=fm x Qrt

Keterangan :
Qmd = Debit Harian Maksimum ((liter/detik)
fm = Faktor Maksimum (1,1 - 1,3)
Qrt = Debit Rata – rata Air limbah (liter/detik)

e) Debit Rata – rata Air limbah

pj 0,2
Q min =0,2 x x 0,8 x Qrt
1000

Keterangan :
Q min = Debit air buangan minimum (liter/detik)
Pj = Jumlah Penduduk (orang)
Qrt = Debit Rata – rata Air limbah (liter/detik)
Besarnya qinf = 2 liter/detik/km

f) Debit Puncak (Qpeak)

Qpp=5 x pj 0,5 x Qmd

Keterangan :
Qpp = Debit puncak pipa pensil (liter/detik)
Qmd= Besarnya debit air limbah maksimum (liter/detik)
Jp = Jumlah penduduk (orang)

g) Debit ujung akhir pipa service

Qps=7 x n x Qpp

Keterangan :
Qps = Debit ujung akhir pipa service (liter/detik)

25
Qpp = Debit puncak pipa pensil (liter/detik)
N = jumlah rumah atau sambungan pipa persil (buah)

B. Kedalaman Berenang Aliran Air Limbah dalam Pipa


Aliran air limbah diusahakan secara gravitasi, tidak boleh dalam keadaan penuh,
kecuali pada instalasi pemompaan. Aliran air dalam pipa dianjurkan mempunyai
perbandingan maksimum antara kedalaman air (d) dan diameter pipa (D) yaitu
d/D = 2/3. Untuk pipa berdiameter ≤ 600 mm, d/D dianjurkan 0,6. Sedangkan
untuk pipa berdiameter > 600 mm, angka d/D maksimum 0,8 (Hardjosuprapto,
2000).

C. Kecepatan Aliran Air Limbah dalam Pipa


Kecepatan pengaliran minimum adalah sebesar 0,3 m/det agar memenuhi syarat
self cleansing velocity dan syarat kecepatan maksimum sebesar 3 m/det
(Hardjosuprapto, 2000).

D. Perletakan Pipa
Pipa yang digunakan dalam perencanaan jaringan perpipaan IPAL UNS
berbahan PVC. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam perletakan
pipa sebagai berikut (Perencanaan Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem
Terpusat Kementerian Pekerjaan Umum, 2015):
1) Kedalaman perletakan pipa minimal untuk perlindungan pipa dari
beban di atasnya dan gangguan lain.
2) Kedalaman galian pipa :
a) Persil > 0,4 m (bila beban ringan) dan > 0,8 m (bila beban berat)
b) Pipa service 0,75 m
c) Pipa lateral (1-1,2) m
3) Kedalaman maksimal pipa induk untuk saluran terbuka (open trench)
7m atau dipilih kedalaman ekonomis dengan pertimbangan biaya dan
kemudahan/resiko pelaksanaan galian dan pemasangan pipa

26
27
3.2 Metode Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam laporan kali ini terbagi menajadi dua yaitu

3.2.1 Pengumpulan Data Primer

28
Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli. Data
primer tersebut diantaranya :

1. Data Literlatur, jurnal, makalah, dan laporan perencanaan.


2. Data Peninjauan lapangan terhadap jumlah rumah pada lokasi
perencanaan
3. Data ketinggian lokasi penelitian dengan menggunakan Gps.

3.2.2 Pemgumpulan Data Sekunder

Merupakan sumber data yang diperoleh dari lokasi perencanan atau dari
pencarian di website BMKG kemudian dioalah dalam bentuk perhitungan dan
dianalisa untuk mendapatkan data sekunder. Data sekunder tersebut diantaranya :

a. Data kondisi fisik daerah perencanaan, meliputi kondisi iklim,


topografi, posisi geografi, batas adminitrasi, hidrologi dan
hidrogeologi, serta tata manfaat lahan di lokasi perencanaan.
b. Data jumlah penduduk
c. Data rata – rata komsumsi air
d. Data fasilitas yang tersedia.
3.3 Metode Analisa Data

Menurut sumber data yang diambil dari lokasi perencanaan, dari pencarian di
website BMKG, dan dari pendapat dari sebuah buku (Hardjrosuprato, 2000).
maka lokasi perencannan melakukan analitis dan perhitungan. Adapaun data
yang akan di hitung dan di anlisis sebagai berikut

h) Jumlah penduduk
Perhitungan jumlah penduduk dihitung berdasarkan jumlah rumah dikali
asumsi jiwa perkepala rumah tangga.
i) Debit rerata air buangan

Qr=Q x jak

Keterangan :

29
Qr = Debit rerata air buangan per keluarga (liter/detik)
Q = Debit rerata air buangan per orang (liter/detik)
Jak = jumlah angota keluarga (orang)

j) Debit Satuan Air limbah untuk pipa

Qab=fab x Qr

Keterangan :
Qab = Debit satuan Air Limbah (liter/detik)
Fab = Faktor Air Limbah (60 % - 80%)
Qr = Debit rerata air buangan per keluarga (liter/detik)

k) Debit Rata – rata Air limbah

1000
Qrt = x Qab
pj

Keterangan :
Qrt = Debit Rata – rata Air limbah (liter/detik)
Pj = Jumlah penduduk total (orang)
Qab = Debit satuan Air Limbah (liter/detik)

l) Debit Rata – rata Air limbah

Qmd=fm x Qrt

Keterangan :
Qmd = Debit Harian Maksimum ((liter/detik)
fm = Faktor Maksimum (1,1 - 1,3)
Qrt = Debit Rata – rata Air limbah (liter/detik)

m) Debit Rata – rata Air limbah

30
pj 0,2
Q min =0,2 x x 0,8 x Qrt
1000

Keterangan :
Q min = Debit air buangan minimum (liter/detik)
Pj = Jumlah Penduduk (orang)
Qrt = Debit Rata – rata Air limbah (liter/detik)
Besarnya qinf = 2 liter/detik/km

n) Debit Puncak (Qpeak)

Qpp=5 x pj 0,5 x Qmd

Keterangan :
Qpp = Debit puncak pipa pensil (liter/detik)
Qmd= Besarnya debit air limbah maksimum (liter/detik)
Jp = Jumlah penduduk (orang)

o) Debit ujung akhir pipa service

Qps=7 x n x Qpp

Keterangan :
p) Qps = Debit ujung akhir pipa service (liter/detik)
Qpp = Debit puncak pipa pensil (liter/detik)
N = jumlah rumah atau sambungan pipa persil (buah)

31
32

Anda mungkin juga menyukai