Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWABAN UAS SMT.

GENAP 2019-2020

MATA KULIAH : BUDAYA SUNDA


PROGRAM STUDI/KELAS : MATEMATIKA / A
DOSEN : Dr. Drs. H. Ramlam, M. Sn

Nama : Vika Octavia Sila A


Kelas : 2018/ A
NPM : 185050002

JAWABAN :

1. Menurut saya, kebiasaan-kebiasaan bermasyarakat di Kampung Naga patut kita tiru


dan kita implementasikan di kehidupan sehari-hari, karena kebiasaan-kebiasaan di
kampung Naga tersebut mengandung nilai-nilai positif dan merupakan salah satu ciri
khas dari bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, meskipun di zamab serba modern seperti
sekarang ini, kebiasan-kebiasaan zaman dahulu yang banyak mengandung nilai-nilai
positif ini harus tetap kita contoh dan kita gunakan di kehidupan bermasyarakat.

2. Pamali (matak kabadi) berarti bahwa sesuatu yang diperintahkan oleh leluhur tidak
boleh di langgar, apabila di langar maka akan mendatangkan malapetaka bagi
pelanggar dan masyarakat sekitar.
Teu hade (matak paeh) berarti bahwa sesuatu yang diperintahkan oleh leluhur tidak
boleh di langgar, apabila dilanggar akan mendatangkan kematian pada diri si
pelanggar entah mati hati, mati perasaan, mati akala tau pikiran yang menyebabkan
pelanggar tidak berguna lagi hidupnya.
Cadu (matak tumpur) berarti bahwa sesuatu yang diperintahkan oleh leluhur tidak
boleh di langgar, akan mendatangkan kehancuran pada kehidupan keluarga si
pelanggar.
Menurut saya, ke 3 hukum adat tersebut tidak bertolak belakang dengan hukum
pemerintah dan hukum islam, dengan catatan selama peraturan yg dipatuhi di ke 3
hukum adat tersebut bersifat baik dan tidak menyimpang, trutama mnimbulkan
kesyirikan seperti yg dijelaskan dalam ajaran islam.

3. a. Rasa hormat dan Sopan santun, dikenalkan sikap menghormat dan sikap sopan
kepada sanak saudara, orang tua, kerabat melalui sapaan yang baik dan menggunakan
Bahasa yang sopan dan tutur kata yang baik. Jika ada penggunaan kata yang kasar
maka dianggap “Kurang Warah/ Kurang Ajar” yang diakibatkan oleh pergaulan
diluar. “Ulah jauh ka bedug carang ka dayeuh” yang artinya manusia harus tau adat
sopan santun,memiliki tatakrama terhadap orang lain.
b. Mengalah dan Sabar, sikap yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua yaitu
mengalah dan sabar. Tak jarang anak kecil dan temennya atau dengan saudara
kandungnya akan saling memperebutkan suatu barang, sebagai orang tua harus
mampu mengarahkan sang anak untuk melatih rasa sabarnya dan rasa mengalah
terhadap teman atau saudara kandung. Hal itu dilakukan agar terbentuknya kerukunan
dan keharmonisan diantara mereka.
c. Kerukunan dan kebiasaan Tolong menolong, ditanamkannya nilai-nilai
kerukunan dan sikap saling tolong menolong kepada anak untuk di kehidupannya
sehari-hari membuat anak akan terbiasa melakukannya kepada kerabat,atau kepada
orng yang lebih tua.
d. Musyawarah, ditanamkan dengan cara memberi contoh dan mengajak anak untuk
ikut dalam bermusyawarah dan memecahkan masalah. Agar anak mengerti dan
paham bagaimana tentang masalah dankondisi yang sedang dialami keluarga, akan
tetapi tidak smeua masalah harus melibatkan anak, ada kalanya hanya orang tua saja
yang harus memecahkan masalah jangan biarkan anak terlibat dan mengetahui
masalah yang sedang dialami. “Nangtung di kariungan, ngadeg di karageman” yag
artinya berkumpul bersama untuk memusyawarahkan masalah dengan kesepakatan
bersama apapun masalahnya bisa tertangani dengan baik.

4. Karena terdapat penjelasan bahwa naskah tersebut di tulis dengan aksara sunda kuno
dan naskah aslinya disimpan di museum yang berada di Jakarta, dan juga naskah
tersebut berisi tentang kehidupan orang sunda pada jaman Raja Prabu Siliwangi pada
tahun (1482-1521).

5. Fungsi pemimpin berdasarkan kedudukannya, disebut sebagai Tri Tangtu Di Buana


yang berarti tiga ketentuan di dunia. Menurut SSKK, tiap pemimpin memiliki arti dan
tanggungjawab masing-masing.

Seperti Sang Rama : seseorang yang harus berfilosofi Gurat Lemah, orang
yang teguuh akan mempertahankan fungsi tanah air dan memanfaatkan sebagai
sumber kesejahteraan masyarakat, harus bisa mewujudkan keluarga yang sakinah
mawadah warohmah. Dan juga harus mempertahankan tanah yang di sakralkan maka
diangga lebih hina di bandingkan dengan kulit musang.
Sang Resi : dimaknai dengan orang yang berilmu, cendikiawan, ulama, atau
orang yang mampu mencerdaskan bangsa. Sang resi harus mempunyai karakter Gurat
Cai, yang bermakna bahwa sang resi harus bisa mendorong masyarakat dengan daya
hidup yang ada agar menjadi manusia bermanfaat.
Sang Prabu : seorang pemimpin yang memiliki karakter Gurat Batu.
Pemimpin yang berani mengambil segala kebijakan serta unsur Trias Politica, sang
prabu harus orang yang taat dan patuh dalam menjalankan hukum. Setiap pemimpin
harus memegang 4 tatanan hukum : 1. Hukum agama. 2. Hukum Nurani. 3. Hukum
adat. 4. Hukum positif.

6. Menurut saya, Sunda Empire itu hanyalah fiktif dan timbul karena adanya rasa yang
terlalu obsesif akan suatu pangkat dan kekuasaan dengan cara yang instan.

7. a. Guna : Perintah dipahami manfaat dan kegunaannya, sehingga tidak terjadi salah
pengertian.
b. Ramah : Keramahan akan menumbuhkan rasa nyaman dalam bekerja. Suatu iklim
yang mengesankan keramah-tamahan akan menjadi habitat yang sangat kondusif.
c. Hook (hookeun, kagum) : Perintah itu dianggap sebagai representasi kekaguman
pemimpin atas prestasi dari orang diperintahnya.
d. Pesok (teueus, bangga) : Perintah itu disampaikan dengan cara yang menimbulkan
kebangaan bagi yang diperintah, hal ini akan memotivasi kepercayaan dirinya.
e. Asih (kasih sayang) : Perintah dilandasi dengan perasaan kemanusiaan yang penuh
getaran kasih.
f. Karunia : Perintah harus terasa, sebagai suatu karunia atau kepercayaan dari
pemimpin kepada yang dipimpinnya.
g. Mukpruk : Pemimpin seyogyanya mampu menentramkan hati setiap yang
dipimpinnya.
h. Ngulas : Cara mengulas itu bisa berbagai macam, yang penting ada respon atas
pekerjaan mereka.
i. Nyecep : Memberikan perhatian berupa moril maupun materil,
j. Ngala angen : Mampu menarik simpati, sehingga tersambung ikatan silaturahmi
yang kental.

8. a. Tembang Sunda Cianjuran : Cianjur


b. Tari Tayub : Sumedang
c. Sisingaan : Subang
d. Debus : Banten

9. menurut saya, salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu kurangnya pendidikan
dan pengenalan mengenai kesenian sunda di usia dini pada generasi sekarang. selain
itu, dari segi pergaulan lingkungan sekitar dan penggunaan media/gadget yang
berlebihan bisa menjadi faktor pemicu mengapa generasi zaman sekarang kurang
begitu peduli dan memperhatikan kesenian dan budaya sunda.

10. karena angklung merupakan kesenian dari budaya sunda yg sangat iconic serta
memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dan tentunya hanya ada satu-satunya di
negara Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Anda mungkin juga menyukai