Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


PADA MATERI BANGUN RUANG KELAS VIII

Disusun oleh:

Khoirin Nida Fitria (201735020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2019
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konseptual
A. Modul Pembelajaran
1. Pengertian Modul Pembelajaran
Menurut Yudhi Munadi (2013:98) modul merupakan bahan belajar
yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri dengan
bantuan seminimal mungkin dari orang lain.Modul merupakan paket
belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang
dirancang secara sistematis untuk membantu siswa mencapai tujuan
belajar. Modul adalah suatu paket program yang disusun dalam bentuk
satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar
siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru,
lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja,
lembaran tes, dan kunci lembaran tes (Rudi Susilana & Cepi Riyana,
2008:14). Menurut S. Nasution (2013:205) modul adalah suatu unit yang
lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan
belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan
yang dirumuskan secara khusus dan jelas.Pengertian modul berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan suatu paket
bahan ajar yang disusun terdiri atas rangkaian kegiatan belajar sistematis
guna membantu kegiatan belajar siswa secara mandiri. Dengan
menggunakan modul diharapkan siswa dapat mempelajari suatu materi
pelajaran secara mandiri sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
pengetahuannya.
2. Tujuan Penulisan Modul
a. Memperjelas penyajian materi dan pesan dengan gambar dan
visual agar tidak terlalu verbal.
b. Memberikan solusi mengenai keterbatasan waktu dan ruang serta
daya indera pendidik maupun siswa.
3. Komponen- Komponen Modul
a. Tinjauan Mata Pelajaran
Tinjauan mata pelajaran menjelaskan keseluruhan pokok-pokok isi
pelajaran yang mencakup deskripsi, kegunaan, kompetensi dasar dan
bahan pendukung lain.
b. Pendahuluan
Dalam pendahuluan memuat beberapa hal yang diantarnya:
1) cakupan isi modul;
2) indikator yang ingin dicapai;
3) deskripsi perilaku awal yang memuat keterampilan sebelumnya
yang sudah diperoleh;
4) relevansi urutan butir kegiatan belajar dan petunjuk belajar.
c. Kegiatan Belajar
Semua materi pelajaran yang harus dikuasai siswa termasuk kedalam
proses kegiatan belajar. Di dalam kegiatan belajar, materi disajikan
secara naratif untuk memudahan, memberi rangsangan dan
menumbuhkan pengalaman belajar siswa.
d. Latihan
Merupakan kegiatan belajar yang wajib dilakukan oleh siswa setelah
selesai proses pembelajaran. Latihan diberikan agar siswa belajar
secara aktif sehingga siswa dapat menguasai konsep materi yang
diajarkan.
e. Rangkuman
Berfungsi untuk memantapkan pengalaman belajar siswa. Dengan
adanya rangkuman, siswa akan lebih mudah menanamkan konsep
yang baru didalam pemikirannya.
f. Tes Formatif
Bagian ini berfungsi untuk mengukur tingkat penguasaan materi siswa
terhadap pokok bahasan yang sudah dipelajari.
g. Kunci Jawaban Tes Formatif dan Umpan Balik
Tujuan diberikannya kunci jawaban agar siswa dapat memeriksa
sendiri hasil tes yang dikerjakannya. Selain itu, umpan balik
merupakan saran kegiatan yang harus dilakukan siswa
berdasarkan hasil tes yang didapatkannya
4. Manfaat Pembelajaran dengan Modul
Manfaat pembelajaran dengan berbantuan modul, antara lain:
a. Bagi siswa
1) Memberi segera umpan balik (feedback) sehingga siswadapat
mengecek dan mengetahui hasil belajar yang telah dilaluinya,
2) Memberikan pengalaman baru bagi siswa, selain belajar
materu pelajaran secara tidak langsung pendidik juga belajar
menggunakan teknologi,
3) Memberikan tujuan yang dapat dicapai oleh siswa secara jelas dan
spesifik,
4) Dapat digunakan secara fleksibel sehingga membantu mengatasi
permasalahan perbedaan cara, kecepatan dan gaya belajar siswa,
5) Siswa secara langsung dapat mengetahui keterkaitan antara hasil
yang diperoleh dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
b. Bagi Pendidik
1) Memberikan kesempatan lebih untuk melakukan pengayaan, dan
memberikan kepuasan tersendiri terhadap hasil peserat didik yang
baik dan mengalami peningkatan,
2) Dapat memberikan bantuan kepada siswanya secara individual
tanpa harus melibatkan seluruh kelas, sehingga mempunyai waktu
dan kesempatan yang lebih besar.
3) Sintak-sintak yang sudah terangkum didalam modul menjadikan
siswa terbebas dari rutinitas persiapan belajar dan memperoleh
susasana baru dalam proses pembelajaran yang berbeda
5. Kelebihan dan Kekurangan Modul
Menurut (Finka, 2014) kelebihan dan kekurangan modul sebagai berikut:
a. Kelebihan Modul
1) Berfokus dan memberikan kontrol pada kemampuan individual
siswa, karena pada dasarnya siswa memiliki kemampuan untuk
bekerja dan bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri,
2) Meningkatkan dan memberikan motivasi lebih kepada siswa
karena tugas yang dikerjakan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
b. Kekurangan Modul
1) Biaya serta waktu yang dibutuhkan cukup banyak dan lama,
2) Menentukan pola belajar disiplin yang tinggi dan pada dasarnya
kurang dimiliki kebanyakan siswa pada umumnya.
B. E-Modul (Elektronik Modul)
Modul elektronik merupakan versi elektronik dari sebuah modul yang sudah
dicetak yang dapat dibaca pada komputer dan dirancang dengan software yang
diperlukan. E-modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai
dengan tingkat kompleksitasnya secara elektronik. Sedangkan menurut (Kadek
dkk, 2017) Modul elektronik atau e-modul merupakan tampilan informasi dalam
format buku yang disajikan secara elektronikdengan menggunakan hard disk,
disket, CD, atau flashdisk dan dapat dibaca dengan menggunakan komputer atau
alat pembaca buku elektronik.
Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian modul dan modul elektronik,
tidak terlihat adanya perbedaan prinsip pengembangan antara modul
konvensional (cetak) dengan modul elektronik. Perbedaan terlihat pada format
penyajian secara fisik. Pada umumnya modul elektronik mengadaptasi
komponen-komponen yang terdapat pada modul cetak.
PERBANDINGAN ANTARA MODUL ELEKTRONIK DENGAN MODUL
CETAK

Modul Elektronik Modul Cetak


Format elektronik (dapat berupa file Format berbentuk cetak (kertas)
.doc, .exe, .swf, dll)
Ditampilkan menggunakan perangkat Tampilannya berupa kumpulan kertas
elektronik dan software khusus (laptop, yang tercetak
PC, HP, Internet)
Lebih praktis untuk dibawa Berbentuk fisik, untuk membawa
dibutuhkan ruang untuk meletakan
Biaya produksi lebih murah Biaya produksi lebih mahal
Tahan lama dan tidak akan lapuk Daya tahan kertas terbatas oleh waktu
dimakan waktu
Menggunakan sumber daya tenaga Tidak perlu sumber daya khusus untuk
Listrik Menggunakannya
Dapat dilengkapi dengan audio atau Tidak dapat dilengkapi dengan audio
video dalam penyajiannya atau video dalam penyajiannya.
Tabel 2.1
C. Etnomatematika
Secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas
yangmengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode
perilaku, mitos dan symbol. Kata dasar “mathema” cenderung berarti
menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti
pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan dan pemodelan.
Akhiran “tich” berasal dari techne yang bermakna sama seperti teknik.
Sardjiyo Paulina Pannen mengatakan bahwa pembelajaran berbasis
budaya merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang lebih
mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya
yang dimiliki, diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi
tertentu, dan dalam penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam
perwujudan penilaian. Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya,
dan belajar melalui budaya. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran berbasis budaya, yaitu substansi dan kompetensi bidang
ilmu/bidang studi, kebermaknaan dan proses pembelajaran, penilaian hasil
belajar, serta peran budaya. Pembelajaran berbasis budaya lebih menekankan
tercapainya pemahaman yang terpadu (integrated understanding) dari pada
sekedar pemahaman mendalam
(inert understanding).
D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
1. Pengertian dan Karakkteristik Kemampuan Pemecahan Masalah
Masalah adalah suatu pertanyaan yang mengundang jawaban.
Suatu pertanyaan memiliki probabilitas tertentu untuk dijawab dengan
tepat bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Hal ini
berarti, masalah membutuhkan suatu pemecahan yang menuntut
kemampuan tertentu pada diri individu yang akan memecahkan masalah
tersebut.
Menurut (Zainal, 2014) Kemampuan pemecahan masalah
merupakan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk
melangsungkan kehidupannya karena di kehidupan sehari-hari banyak
ditemukan situasi yang merupakan contoh situasi pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa
dalam memahami masalah, merencanakan strategi dan melaksanakan
rencana pemecahan masalah. Sejalan dengan pendapat tersebut, Polya
yang dikutip oleh Ahmad Susanto (2014) menyebutkan ada empat
langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, melalui perhitungan, memeriksa kembali
proses dan hasil.
Dalam pengajaran matematika, pemecahan masalah berarti
serangkaian kegiatan belajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Seorang siswa harus mampu memahami dan mengaplikasikan konsep-
konsep serta menggunakan keterampilan komputasi dalam berbagai
situasi baru yang berbeda-beda sehingga pemecahan masalah memiliki
langkah-langkah pemecahan. Misalnya, dalam menghitung luas sebuah
kelas, siswa harus memahami konsep bangun ruang yaitu balok atau
kubus dan siswa tersebut harus memiliki kemampuan dalam mengukur,
menghitung dan mengalikan.
Kemampuan pemecahan masalah matematis seharusnya
ditanamkan sehingga kemampuan siswa akan terasah dan dapat
digunakan sebagai dasar memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Akan tetapi, tidak semua siswa memiliki kemampuan pemecahan
masalah yang diharapkan. Oleh karena itu, ada beberapa karakteristik
kemampuan pemecahan masalah menurut (Tombokan & Selpius, 2014)
yaitu:
1) Keterampilan menerjemahkan soal.
2) Keterampilan memilih strategi.
3) Keterampilan mengadakan operasi bilangan.
Keterampilan menerjemahkan soal meliputi kegiatan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal yaitu menyajikan kembali
soal. Siswa harus mampu menerjemahkan setiap kalimat dalam soal.
Dalam menyajikan soal kembali, ada beberapa hal yang dibutuhkan
siswa yakni pengetahuan verbal, keterampilan matematika, kemampuan
imajinasi dan mengingat pengajaran atau pengalaman belajar lalu
(misalnya mengingat atau menghubungkan yang sekarang dengan apa
yang dipelajari sebelumnya). Setelah menyajikan soal kembali atau
representasi soal, maka siswa menentukan strategi apa yang akan dipakai
untuk menyelesaikan pemecahan soal. Untuk menentukan strategi
pemecahan yang tepat, tentunya keterampilan memilih soal menjadi
keterampilan yang harus dimiliki siswa. Strategi yang dapat digunakan
siswa dalam pemecahan masalah yaitu; membuat diagram, uji coba pada
soal yang lebih sederhana, membuat tabel, menentukan pola, memecah
tujuan, memperhitungkan setiap kemungkinan, berpikir logis, bekerja
dari belakang ( analisis cara mendapatkan tujuan yang hendak dicapai),
mengabaikan hal-hal yang tidak mungkin dan mengadakan trial and
error atau coba-coba dari soal yang diketahui.
Beberapa anak atau siswa merasa kesulitan belajar dikarenakan
mereka tidak dapat atau sukar memikirkan strategi penyelesaian soal.
Oleh sebab itu, guru perlu melatih siswa menggunakan strategi
penyelesaian soal. Dan terakhir, keterampilan mengadakan operasi
bilangan. Keterampilan berhitung sangat dibutuhkan dalam memecahkan
masalah. Keterampilan operasi bilangan menyangkut hubungan antara
rangsangan-jawaban atau respon. Latihan dalam menyelesiakan soal
dapat meningkatkan keterampilan berhitung atau operasi bilangan. Siswa
yang sering berlatih menyelesaikan soal dapat meningkatkan
keterampilan mengadakan operasi bilangan yang akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Indikator Kemampuan Pemecahan
Indikator pemecahan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah
polya disajikan pada tabel berikut

Langkah Pemecahan Masalah Indikator


1 Memahami masalah 1.Siswa dapat menentukan hal yang
(understanding the diketahui dari soal
problem) 2.Siswa dapat menentukan hal yang
ditanyakan dari soal
2 Menyusun rencana 1. Siswa dapat menentukan syarat
penyelesaian (devising a lain yang tidak diketahui pada
plan) soal seperti rumus atau informasi
lainnya jika memang ada.
2. Siswa dapat menggunakan semua
informasi yang ada pada soal
3. Siswa dapat membuat rencana
langkah-langkah penyelesaian
dari soal yang diberikan
3 Menyelesaikan masalah 1. Siswa dapat menyelesaikan soal
sesuai perencanaan yang ada sesuai dengan
(carrying out theplan), langkahlangkah yang elah dibuat
sejak awal
2. Siswa dapat menjawab soal
dengan tepat.
4 memeriksa kembali 1. Siswa dapat memeriksa kembali
(looking back) jawaban yang telah diperoleh
dengan menggunakan cara atau
langkah yang benar
2. Siswa dapat meyakini kebenaran
dari jawaban yang telah dibuat.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menggunakan indikator
menurut polya karena indikator menurut polya ini bisa dikatakan cukup mudah
dipahami dan sangat tepat untuk siswa. Ketika siswa akan menyelesaikan suatu
masalah berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh polya yaitu memahami
masalah, merencanakan masalah, menjalankan rencana, dan memeriksa
kembali rencana yang telah dijalankan. Hal ini sangatlah mudah dimengerti
oleh siswa dalam pemecahan masalah khususnya pada pelajaran matematika.
Langkah Pemecahan Contoh Soal Sesuai Indikator
Masalah
1 Memahami Gambar di bawah ini adalah Rumah Adat
masalah Tambi. Berbentuk seperti apakah bangun di
(understandin bawah ini? Dan jelaskan sifat-sifat bangun
g the ruang yang terkait dengan gambar di bawah
problem) ini

Jawab
Atap rumah adat tambi berbentuk prisma
dengan sifat sifat yaitu:
1. Bentuk alas dan atap sama dan sebangun
(kongruen)
2. Setiap sisi bagian samping berbentuk
persegi panjang atau sejajar
3. Umumnya memiliki rusuk tegak, tetapi ada
pula yang tidak tegak
4. Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama
2 Menyusun Rumah adat Honai berbentuk setengah bola
rencana jika diketahui diameter 20 cm. Tentukan
penyelesaian volume rumah adat tersebut!
(devising a Jawab
plan) Diketahui diameter = 20cm
Ditanya volume setengah bola
Penyelesaian
1 4
V = × πr 3
2 3
1 4
V = × × 3,14 ×10 ×10 × 10
2 3
1 4
V = × × 3,14 ×10 ×10 × 10
2 3
V =2093,3 cm3
Jadi volume rumah adat tersebut adalah
2093,3 cm3

3 Menyelesaikan Pak Andi ingin membuat atap rumah


masalah berbentuk prisma. alasnya berbentuk segitiga
sesuai siku-siku dengan panjang sisi 8 cm, 10 cm dan
perencanaan tinggi prisma tersebut adalah 15 cm. Tanpa
(carrying out menggambar prisma tersebut dahulu, tentukan
theplan), luas atap pak andi?
Jawab
Diketahui
Sisi segitiga 8, 10, 12 (Phytagoras)
Tinggi prisma 15cm
Ditanyakan luas permukaan prisma
Penyelesaian
Lp=( 2× Lalas ) + ( K alas ×t prisma )
1
( (
Lp= 2 ×
2 ))
×8 ×10 + ( 30× 15 )
Lp=80+450
Lp=530 cm2
Jadi luas atap Pak Andi adalah 530 cm 2
4 Memeriksa Fafa menghitung volume bola bekel adalah
kembali 523,33. Jika diketahui jari jarinya adalah 5cm.
(looking back) Apakah jawaban Fafa benar?
Jawab
4
Volume= πr 3
3
4
Volume= 3,14 ×53
3
Volume=523,33 cm3
Jadi jawaban Fafa benar
E. Materi Bangun Ruang
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting dikuasai siswa di
sekolah karena kegunaannya untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
(Sutjipto, 2005: 25). Matematika juga bermanfaat untuk membantu mempelajari
bidang yang lain seperti akuntansi, perpajakan, geografi, farmasi, fisika, dan
kimia. Melalui pembelajaran matematika di sekolah siswa dilatih untuk berpikir
sistematis, logis, kritis, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam
menyelesaikan masalah (Prihandoko, 2006: 21). Hal ini menujukkan bahwa
matematika sangat penting untuk dikuasai.
Meskipun penting untuk dipelajari, siswa masih merasa kesulitan untuk
mempelajari matematika. Beberapa materi yang masih dianggap sulit seperti
geometri. Salah satu cabang geometri yang diajarkan dan masih dianggap sulit
adalah bangun ruang. Bangun ruang terdiri dari kubus, balok, prisma, limas, kerucut,
bola dan tabung.

1) Kubus
Sifat-Sifat Kubus
a. Memiliki 6 sisi berbentuk persegi yang ukurannya sama luas
b. Memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang
c. Memiliki 8 titik sudut
d. Memiliki 4 buah diagonal ruang
e. Memiliki 12 buah bidang diagonal
Volume = s3
Luas permukaan = 6 s2
2) Balok
Sifat-sifat Balok
a. Memiliki 4 sisi  berbentuk persegi panjang (2 pasang persegi panjang
yang ukurannya sama)
b. Memiliki 2 sisi yang bentuknya sama (1 pasang persegi panjang dengan
ukurannya sama namun berbeda ukuran dengan 2 pasang persegi
panjang yang lain)
c. Memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang
d. Memiliki 8 titik sudut
Volume = p ×l ×t
Luas Permukaan = 2( pl + pt +¿)
3) Prisma
Sifat-sifat Prisma
a. Memiliki bidang alas dan bidang atas berupa segitiga yang kongruen (2
alas tersebut juga merupakan sisi prisma segitiga)
b. Memiliki 5 sisi (2 sisi berupa alas atas dan bawah, 3 sisi lainnya
merupakan sisi tegak yang semuanya berbentuk segitiga)
c. Memiliki  9 rusuk
d. Memiliki 6 titik sudut
Volume = Luas alas segitiga ×tinggi prisma
Luas permukaan = keliling alas segitiga×tinggi prisma
4) Limas
1
Volume = × Luas alas× t limas
3
Luas permukaan = Luas alas+ 4 ×luas sisi tegak
5) Bola
Sifat-sifat Bola
a. Memiliki 1 sisi
b. Memiliki 1 titik pusat
c. Tidak memiliki titik sudut
d. Memiliki jari-jari yang tak terhingga dan semuanya sama panjang
4
Volume = × π r3
3
Luas permukaan = 4 × π ×r 2
2.2 Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelitian Danoebroto (2009) dengan judul “Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan PMRI dan Pelatihan
Metakognitif” mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika dengan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dan pelatihan
metakognitif lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa dibandingkan dengan pendekatan konvensional
Penelitian Miftakhudin, Purwoko & Yuzianah dengan judul “Integrasi
Etnomatematika pada Pengembangan E-Modul dengan Pendekatan Saintifik Untuk
Menstimulasi Berpikir Logis Siswa SMP” Hasil penelitian ini berupa produk
berupa e-modul pada materi segiempat. Produk berupa perangkat pembelajaran
matematika setelah diuji menurut ahli materi, ahli media, dan ahli budaya
menghasilkan rata-rata skor adalah 3,3 memenuhi kriteria valid. Uji kepraktisan
meghasilkan persentase sebesar 86,5% dengan tingkat respon siswa sangat positif.
Sedangkan uji keefektifan dengan persentase tingkat penguasaan belajar siswa
sebesar 82,5%, sehingga perangkat pembelajaran tersebut efektif dan dapat
menjadi rujukan bahan ajar pembelajaran matematika yang berorientasi pada
produk budaya sebagai upaya menanamkan nilai-nilai luhur budaya yang positif
dan inspiratif.
Wibowo, Edi (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan
Bahan Ajar E-Modul Dengan Menggunakan Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker”
Respon guru terhadap e-modul dengan menggunakan aplikasi kvisoft flipbook maker
diperoleh nilai rata-rata skor 3,64 dengan kriteria sangat menarik. Sedangkan respon
siswa terhadap e-modul dengan menggunakan aplikasi kvisoft flipbook maker
diperoleh nilai rata-rata skor 3,49 dengan kriteria sangat menarik.
2.3 Kerangka Berpikir
Agar dapat lebih mudah untuk dipahami kerangka berpikir masalah
penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram. Penjelasan secara sistematis
disajikan dalam bentuk diagram alur di bawah ini:

Dengan adanya revolusi


Kemampuan pemecahan industri 4.0 pembelajaran
masalah siswa rendah dalam matematika harus melibatkan
materi bangun ruang teknologi salah satunya melalui
e-learning serta tidak
meninggalkan unsur budaya

Pembuatan bahan ajar e-modul berbasis


etnomatematika dengan materi bangun
ruang

Merencanakan e-modul berbasis


etnomatematika

Uji coba produk


Pembelajaran matematika dengan e-
modul berbasis etnomatematika materi
bangun ruang siswa kelas VIII

Membantu siswa dan guru dalam


memahami materi bangun ruang

2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian di atas, maka hipotesis
pada penelitian ini terdiri atas lima jenis hipotesis yaitu:
1. Bahan ajar yang dikembangkan berupa E-Modul berbasis etnomatematika
materi bangun ruang, menarik dan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan matematis siswa
2. Bahan ajar yang dihasilkan berupa E-Modul berbasis etnomatematika layak
digunakan untuk materi bangun ruang siswa SMP 1 Jati kelas VIII
3. Siswa merespon baik pembelajaran matematika materi bangun ruang dengan
menggunakan bahan ajar E-Modul berbasis etnomatematika

Anda mungkin juga menyukai