Anda di halaman 1dari 26

B A B IV

ALAT UKUR LISTRIK DASAR

PENDAHULUAN

KERANGKA ISI

Pada bab ini akan dibahas tentang alat ukur listrik dasar, yaitu alat ukur
besaran fisika yang berhubungan dengan listrik seperti tegangan, arus, hambatan dan
lain-lain. Mengingat alat-alat ini sering digunakan dalam laboratorium Fisika, maka
penting sekali pembahasan ini. Adapun isi pembahasan ini adalah sebagai berikut:
I. Multimeter
II. Jembatan Wheatstone
III. Wattmeter
IV. Osciloskop
V. Penggunaan Osciloskop

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa memahami dan mengerti tentang prinsip kerja multimeter

2. Mahasiswa memahami dan mengerti tentang penggunaan multimeter

3.Mahasiswa memahami dan mengerti tentang prinsip kerja Jembatan Wheatstone

4. Mahasiswa memahami dan mengerti tentang penggunaan Jembatan Wheatstone

57 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


5. Mahasiswa memahami dan mengerti tentang prinsip kerja Wattmeter

6. Mahasiswa memahami dan mengerti tentang penggunaan Wattmeter

7. Mahasiswa memahami dan mengerti tentang prinsip kerja Osciloskop

8. Mahasiswa memahami dan mengerti tentang penggunaan Osciloskop

DESKRIPSI
Bab 4 dasar-dasar isntrumentasi fisika ini membahas prinsip kerja serta

penggunaan dari alat ukur listrik dasar, diantaranya multimeter, jembatan

Wheatstone, wattmeter, serta osciloskop. Alat-alat ini sering digunakan dalam

laboratorium Fisika, sehingga bab ini memegang peranan penting dalam

menggunakan alat ukur besaran fisika, setelah mempelajari analisa sistem fisis dari

alat ukur yang diterangkan pada bab 3. Diharapkan mahasiswa juga akan

mengembangkan prinsip kerja maupun penggunaan alat ukur besaran fisika lainnya,

yang didalam bab ini belum diterangkan.

KATA-KATA KUNCI
Multimeter, Jembatan Wheatstone, wattmeter, osciloskop

ALAT UKUR LISTRIK DASAR

58 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


D
alam kegiatan laboratorium Fisika seperti melakukan percobaan

fisika, sering alat ukur yang digunakan sudah menggunakan alat-alat

yang modern. Alat-alat ukur ini biasanya menggunakan listrik,

batteray dan lain-lain. Sehingga diperlukan alat ukur yang sering digunakan dalam

pengukuran listrik, terutatama adalah alat ukur listrik dasar. Adapun alat ukur kistrik

dasar ini diataranya adalah :

a. Multimeter

b. Jembatan Wheatstone

c. Wattmeter

d. Osciloskop

Oleh sebab itu perlu dibahas dalam bab-bab selanjutnya per sub pokok bahasan.

I. Multimeter

Multimeter sering disebut tester. Multimeter merupakan alat ukur dasar

elektronika yang ganda atau serbvaguna. Sebutan lain dari multimeter adalah

mavometer, singkatan dari miliAmper Volt Ohmmeter.

Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter semuanya menggunakan gerak d’

Arsonval. Perbedaan antara instrumen-instrumen ini adalah rangkaian didalam mana

gerak dasar tersebut digunakan . Berarti jelas bahwa sebuah instrumen tunggal dapat

direncanakan untuk melakukan ketiga fungsi pengukuran tersebut. Instrumen ini

dilengkapi dengan sebuah saklar posisi untuk menghubungkan rangkaian-rangkaian

yang sesuai kegerak d’Arsonval, rangkaian seperti ini disebut multimeter.

59 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


Berdasarkan fungsi dari Amperemeter, Voltmeter, Ohmmeter maka

multimeter dapat digunakan untuk mengukur besaran listrik, misalnya tegangan DC,

tegangan AC, arus miliamper dan tahanan suatu penghantar.

I.1 Prinsip Kerja

Gaya elektromagnetis dapat dibangkitkan dengan berbagai cara, dan dua cara

yang akan disebutkan dibawah ini merupakan pemakaian yang sangat besar pada saat

ini.

a. Cara tolak-menolak

Sepasang besi lunak ditempatkan didalam kumparan yang tetap, satu

daripadanya tidak dapat bergerak sedangkan yang lain ditempatkan agar bebas

bergerak melalui suatu sumbu. Besi yang pertama disebutkan sebagai besi tetap,

sedangkan yang akhir sebagai besi bergerak. Bila arus I yang akan diukur dialirkan

lewat kumparan yang tetap maka kumparan tersebut menghasilkan medan magnet

yang berbanding lurus dengan besar arus dan mempunyai arah sejajar dengan sumbu

pergerakan. Kedua besi yang tetap maupun beregrak dimagnmitisir besarnya adalah

berbanding lurus dengan arus I dengan arah magnitisasi yang sama. Dengan demikan

akan terdapat kutub-kutub yang sama yaitu kutub utara dan utara atau kutub selatan

dan selatan akan lebih berdekatan bila dibandingkan dengan antara kutub utara dan

selatan. Akibatnya mereka saling tolak-menolak, dengan daya yang berbanding lurus

dengan kuadrat dari arus, dan memberikan pada sumbu pergerakan suatu rotasi,

dengan demikian menghasilkan suatu momen gerak.

b. Kombinasi antara atraksi dan tolak-menolak

60 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


Dua pasang keping besi yang terdiri dari besi tetap dan bergerak (seperti yang

terdapat pada type alat ukur yang tolak-menolak) ditempatkan pada jarak tertentu.

Bila sudut putar dari sumbu putarnya kecil, maka susunan ini bekerja seperti cara

tolak-menolak, akan tetapi bila sudut putarnya besar maka masing-masing besi akan

bekerja agak lain. Dalam keadan ini maka gaya tarik-menarik mulai berpengaruh

yang disebabkan oleh adanya kutub-kutub yang berlawanan arahnya akan mulai

berpengaruh, sehingga menyebabkan pengurangan gaya tolak-menolak yang

disebabkan oleh adanya kutub-kutub yang bersamaan.

20 200

Ohm
SANWA SP- 10D P1 MULTITESTER
P4

1000 X1 X10 KΩ 1000 +

500 500 P3

250 250 -

50 50 P2

10 25 50 500 10

Gambar 4.1 Bentuk multimeter yang ada di pasaran

61 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


62 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika
63 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika
64 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika
I.2 Penggunaan

Langkah-langkah penggunaan multimeter adalah:

1. Pilih jangka ukur yang sesuai, DCmA, DCV, Ohm atau ACV.

2. Perhatikan terlebih dahulu penyimpangan titik nol.

3. Kenakan ujung-ujung colok kebeban yang mau diukur

4. Membaca skala penunjukkan jarum

Multimeter biasanya dipakai untuk mengukur besaran fisika berikut:

a. Pengkuran tegangan DC baterai

• Pilih jangka ukur (10) VDC , periksa penyimpangan titik nol.

• Memasangkan colok merah keterminal + dan ujungnya kekutub positif,

sedangkan colok hitam keterminal - dan ujungnya kekutub negatif.

• membaca angka skala yang ditunjukkan oleh jarum.

b.Pengukuran Kuat Arus DC (mA)

• Memilih jangka ukur (500 mA) DC, dan mengamati titk nol.

• Memasangkan colok hitam keterminal - dan ujungnya kekutub negatif, sedangkan

colok merah dirangkai berderet dengan hambatan R dan sumber E.

• membaca angka skala meter.

c. Pengukuran Tegangan AC Sumber Daya S


• Memilih jangka ukur (500) VAC dan mengamati penyimpangan titik nol.

65 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


• Merangkaikan meter sejajar atau paralel dengan sumber S, seperti gambar
berikut:
• Membaca penunjukkan jarum meter

d. Pengukuran Hambatan Listrik (Ohm)

• Memilih jangka ukur xkOhm.

• Memasangkan colok merah keterminal + dan colok hitam keterminal - dan

mengamati penyimpangan titik nol dngan cara menyentuhkan kedua ujung colok.

• Merangkaikan meter sejajar/paralel dengan hambatan R

• Membaca penunjukkan jarum meter.

II. Jembatan Wheatstone

Rangkaian jembatan (bridge) banyak digunakan untuk pengukuran tahanan

(resistor), kapasitor, impendansi, frekwensi dan lain lain. Pengukuran dengan

menggunakan rangkaian jembatan mempunyai ketelitian yang tinggi karena output

dari rangkaian tersebut diukur dengan cara indikasi yang menunjukan hasil nol.

Rangkaian jembatan tidak menggunakan meter yang mempunyai kalibrasi seperti

meter yang digunakan pada alat ukur yang biasanya, tetapi yang dibutuhkan disini

adalah alat untuk menentukan harga dari suatu komponen yang tidak diketahui

dengan cara membandingkan dengan komponen standart. Jadi meter disini hanya

digunakan sebagai alat penunjuk bahwa komponen yang diukur telah sebanding

dengan tahanan atau komponen standart.

66 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


Rangkaian jembatan yang akan dibahas disini adalah rangkaian Jembatan

Wheatstone. Jembatan Wheatstone adalah rangkaian jembatan yang menggunakan

sumber DC. Adapun rangkaiannya seperti gambar 1 dibawah ini.

A
I1 I2
+ R1 R2
E C G D
- R3 R4
I3 I4
B

Gambar 4.2
Rangkaian pada gambar 4.2 mempunyai 4 lengan tahanan beserta sebuah sumber

ggl (bateray) dan sebuah detektor nol yang biasanya adalah galvano- meter atau

alat ukur lainnya. Arus yang melalui galvanometer terghantung pada beda

potensial antara titik C dan D. Rangkaian jembatan dikatakan setimbang bila beda

potensial pada galvano meter adalah 0 Volt, artinya tidak ada arus pada

galvanometer. Kondisi ini terjadi bila tegangan dari titik C ke A sama dengan

tegangan dari titik D ke A atau bila tegangan dari titik C ke B sama dengan

tegangan dari titik D ke B. Jadi jembatan setimbang jika :

I1R1 = I2R2

Untuk arus galvanometer sama dengan nol, maka kondisi kondisi juga
dipenuhi :
E
I1 = I3 = ⎯⎯⎯
R1 + R3

E
dan I2 = I 4= ⎯⎯⎯
R2 + R4
atau

67 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


R1 R4 = R2 R3 ............................................................................ (IV-1)

Persamaan IV-1 merupakan bentuk yang telah dikenal dalam kesetimbangan

jembatan wheatstone. jika 3 dati tahanan tahanan tersebut diketahui, tahanan ke -4

dapat diketahui dari persamaan IV-1. Berarti, jika R4 tidak diketahui tahanannya

Rx dapat dinyatakan oleh tahanan tahanan yang lain ;

R3 R2
Rx = ⎯⎯⎯
R1
Tahanan R3 disebut lengan standar dari jembatan dan tahanan R2 dan R1 disebut

lengan- lengan pebanding ( rasio arms ).

Pengukuran tahanan R4 yang tidak diketahui adalah tidak bergantung pada

karakteristik atau kalibrasi dari galvanometer penunjuk nol, tetapi meter penunjuk nol

tersebut harus mempunyai sensitifitas yang cukup baik untuk menunjukkan keadaan

setimbang dari rangkaian tersebut.

Rangkaian Jembatan Wheatstone banyak dugunakan untuk pengukuran tahanan

dari 1 Ohm sampai beberapa mega Ohm dengan cukup teliti. Sumber kesalahan dari

alat ukur Jembatan Wheatstone ini disebabkan oleh :

a. Kurang sensitifitasnya meter penunjuk nol (galvanometer).

b. Ketiga tahanan berubah harganya, kerena panas yang ditimbulkan arus

yang mengalir pada tahanan yang diketahui tersebut. Akibat panas (I2.R)

yang lewat pada lengan lengan ini, maka harga tahanan yang diketahui

tersebut dapat berubah harganya.

68 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


c. Timbulnya tegangan yang disebabkan oleh panas yang terdapat pada

rangkaian jembatan atau pada galvanometer akan menimbulkan masalah

apabila tahanan yang diukur rendah harganya.

d. Kesalahan dari adanya tahanan yang disebabkan oleh kabel-kabel

penghubung dan adanya tahanan pada kontak kontak yang berada diluar

alat ukur rangkaian jembatan akan mempengaruhi pengukuran tahanan

yang harganya kecil. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan menggunakan

Jembatan Kelvin.

Untuk menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitifitas yang

diperlukan untuk mendeteksi kondisi tidak setimbang atau tidak, arus galvanometer

perlu ditentukan. Galvanometer - galvanometer yang berbeda bukan hanya

memerlukan sensitifitas arus yang berbeda, tapi juga dapat mempunyai tahanan

dalam yang berbeda. Sensitifitas ini dapat ditentukan dengan memecahkan persoalan

rangkaian jembatan pada ketidaksetimbangan yang kecil. Pemecahan ini didekati

dengan mengubah Jembatan Wheatstone ke penggantinya Thevenin.

Rangkaian pengganti Thevenin ditentukan dengan memeriksa terminal

galvanometer C dan D.Untuk memperoleh pengganti Thevenin dilakukan 2 langkah ;

langkah pertama menyangkut penentuan tegangan eqivalen (pengganti) yang muncul

pada terminal C dan D bila galvanometer dipindahkan pada rangkaian. Langkah ke

dua menyangkut penentuan tahanan pengganti dengan memperhatikan terminal C dan

D, dan mengganti batere dengan tahanan dalamnya

69 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


R1 R2 Rth
A

A D +
Rb Eth G Rg
-

R3 B R4
D

Gambar 4.3a Gambar 4.3 b


Tegangan Thevenin atau tegangan rangkaian terbuka diperoleh dengan menunjuk

kembali ke gambar 4.2 dan menuliskan :

ECD = EAC - EAD = I1 R1 - I1 R1 - I2 R2

Dimana

E E
I1 = ⎯⎯⎯ dan I2 = ⎯⎯⎯
R1 + R3 R2 + R4
Dengan demikian

R1 R2
ECD = E ( ⎯⎯⎯ - ⎯⎯⎯ ) ................................ ( IV-2 )
R1 + R3 R2 + R4

Ini adalah tegangan generator Thevenin.

Rangkaian gambar 4.3 b menyatakan tahanan Thevenin, tahanan dalam Rb

dari batere telah termasuk didalamnya. Dalam kebanyakan hal, tahanan dalam batere

yang sangat rendah dapat diabaikan dan ini mempermudah penurunan gambar 1

menjadi pengganti Theveninnya.

Dengan memperhatikan gambar 4.3 b dapat dilihat bahwa, hubungan singkat

akan terjadi antara titik A dan B bila tahanan dalam batere dianggap nol. Dengan

demikian, tahanan Thevenin dengan memeriksa terminal C dan D menjadi

70 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


R 1R 3 R2R4
RTH = + ......................................................... ( IV-3 )
R1 + R 3 R 2 + R 4

Jadi pengganti Thevenin dari rangkaian Jembatan Wheatstone berubah menjadi

generator Thevenin dengan ggl yang dinyatakan persamaan IV-2 dan tahanan

dalam oleh persamaan IV-3. Ini ditunjukan dengan rangkaian gambar 4.2b.

Bila sekarang detektor nol (meter penunjuk nol) dihubungkan ke

terminal-terminal keluaran pengganti Thevenin, arus galvanometer menjadi

rumus IV-4

ETH
Ig = ⎯⎯⎯ ............................................................ ( IV-4 )
RTH + Rg

Dimana Ig adalah arus galvanometer dan Rg adalah tahanannya.

II.1 Prinsip Kerja

Untuk menjelaskan prinsip kerja dari alat ukur listrik Jembatan

Wheatstone ini, gambar 4.1 rangkaian Jembatan Wheatstone dapat diganti menjadi

gambar 4.4 dibawah ini :

R2 R4

G
A B
L1 L2

E
Gambar 4.4 Rangakaian Jembatan Wheatston menggunakan lengan geser

71 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


V. Penggunaan Osiloskop

Osiloskop sinar katoda atau CRO adalah instrumen laboratorium yang sangat

bermanfaat dan sangat terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan analisa

bentuk-bentuk gelombang dan gejala-gejala lain dalam rangkaian elektronik. Pada

dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter) X-Y yang sangat

cepat memperagakan sinyal masukan terhadap waktu. Yang dimaksudkan sinyal di

sini adalah tegangan.

Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambaran visual dari berbagai

fenomena dinamik melalui pemakaian tranducer yang mengubah arus, tekanan,

tegangan, temperatur menjadi tegangan.

V.1 Fungsi-fungsi tombol pada osiloskop

Suatu hal yang perlu diketahui adalah penggunaan masing-masing tombol

pada osiloskop. Kita bisa melihat tombol-tombol pada gambar bagian muka

osiloskop berikut ini. Selama melakukan percobaan, tombol-tombol (potensio):

volt/dive, time/dive dan gain x amp harus pada kedudukan kalibrasi.

Beberapa tombol pengatur yang penting:

• Intensitas: mengatur intensitas (tingkat terang cahaya pada layar). Sebaiknya

dijaga agar tombol intensitas ini tidak pada kedudukan maksimum.

• Focus: mengatur ketajaman gambar yang terjadi pada layar

• Horizontal dan Vertikal : mengatur kedudukan gambar dalam arah horizontal dan

vertikal.

72 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


• Volt/dive atau Volt/Centimeter: ada dua tombol yang konsentris. Tombol

ditempatkan pada kedudukan maksimum tekanan (searah dengan jarum jam)

menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk pengukuran.

• Kedudukan tombol di luar menyatakan besar tegangan yang tergambar pada layar

per kotak (percentimeter) dalam arah vertikal.

• Time/Dive atau Time/Centimeter: ada 2 tombol yang konsentris. Tombol di

tengah pada kedudukan maksimum ke kanan (searah jarum jam) menyatakan

osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk pengukuran. Kedudukan tombol luar

menyatakan faktor pengali untuk waktu dari gambar pada layar dalam arah

horizontal.

• Sinkronisasi: mengatur supaya pada layar diperoleh gambar yang tidak bergerak.

• Slop: mengatur saat trigger dilakukan yaitu pada waktu sinyal naik (+) atau pada

waktu sinyal turun (-)

• Kopling: menunjukkan hubungan dengan sinyal searah atau bolak-balik.

• Trigger Ext atau int

• Ext: trigger dikendalikan oleh rangkaian di luar osiloskop. Pada kedudukan ini

fungsi tombol sinkronisasi, slope dan kopling tidak dapat dipergunakan.

• Int: trigger dikendalikan oleh rangkaian di dalam osiloskop. Pada kedudukan ini

fungsi tombol sinkronisasi, kopling dapat dipergunakan

• Vertikal gain: untuk mengontrol tinggi kurva

• Horizontal gain: untuk mengontrol berapa banyak sumbu mendatar yang dipakai

untuk melihat kurva

73 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


V.2 Penggunaan Osiloskop Untuk Pengukuran

V.2.1 Mengukur tegangan searah dan tegangan bolak-balik

Kesalahan yang mungkin timbul dalam pengukuran tegangan, disebabkan

oleh beberapa hal yaitu kalibrasi osiloskop, pengaruh inpedensi input, kabel

penghubung, serta gangguan parasitik. Untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan

oleh impedansi input, dapat digunakan probe yang sesuai (dengan perhitungan

maupun dengan kalibrasi osiloskop). Besarnya tegangan sinyal dapat langsung

dilihat dari gambar pada layar yang mengetahui nilai volt/dive yang digunakan.

Osiloskop mempunyai impedansi input yang relatif tinggi, jadi dalam mengukur

rangkaian dengan impedansi rendah, maka impedansi input osiloskop dapat dianggap

"open circuit".

V.2.2 Mengukur beda fase

Pengukuran beda fase antara dua buah sinyal dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu:

Dengan osiloskop "dual trace".

Dengan metode "Lissajous"

V.2.2.1 Mengukur beda fase dengan osiloskop dual trace

Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua

dihubungkan pada kanal B dari osiloskop. Pada layar osiloskop akan terlihat bentuk

74 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


tegangan kedua sinyal tersebut, dimana beda fasenya dapat langsung dibaca. Beda

fase = (A/B) x 360°

V.2.2.2 Mengukur beda fase dengan metode Lissajous

Sinyal pertama dihubungkan pada input Y, dan sinyal kedua dihubungkan

pada sinyal input X osiloskop. Perhatikan gambar 3 kedua input masuk ke dalam

osiloskop. Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis atau

elipps, dimana dapat langsung ditentukan beda fase antara kedua sinyal tersebut.

V.2.3 Mengukur frekuensi

Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat dilakukan

dengan beberapa cara, antara lain: cara langsung, dengan osiloskop dual trace,

metode Lissajous dan metode cincin modulasi.

Cara langsung:

Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada input Y osiloskop. Frekuensi

sinyal langsung dapat ditentukan dari gambar dengan perhitungan sebagai berikut:

f = 1/T (f dalam Hz, T dalam detik)

T = (time/dive) x d

Dengan Osiloskop Dual Trace:

Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A. Generator dengan

frekuensi yang diketahui dihubungkan dengan kanal B.

75 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


Frekuensi generator kemudian diubah sampai periode sinyal yang diukur

sama dengan periode sinyal generator. Pada keadaan ini frekuensi generator sama

dengan frekuensi sinyal yang diukur.

Metode Lissajous:

Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada input, sedangkan generator

dengan frekuensi yang diketahui dihubungkan pada input X (perhatikan seperti

gambar 3). Frekuensi generator kemudian diubah, sehingga pada layar didapat suatu

lintasan tertutup yang jelas. Frekuensi sinyal dapat ditentukan dari bentuk lintasan

ini yaitu:

fy = fx . x (jumlah titik pada garis datar / jumlah titik pada garis tegak)

Dengan melihat bentuk lintasan seperti gambar berikut dapat diketahui

perbandingan frekuensinya, misalnya:

Cara ini hanya dilakukan untuk perbandingan frekuensi yang mudah dan

bilangan bulatnya.

V.2.4 Mengukur Faktor Penguatan

Ada dua cara pengukuran faktor penguatan yaitu cara langsung dan dengan

osiloskop Dual Trace.

V.2.4.1 Cara Langsung

Generator sinyal dihubungkan pada input rangkaian penguat yang akan

diamati penguatannya dan pada input X osiloskop. Output rangkaian penguat

76 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


dihubungkan pada input Y osiloskop. Pada layar osiloskop akan didapat suatu garis

lurus dengan sudut ( terhadap sumbu horizontal. Besar faktor penguatan langsung

dapat diketahui dari gambar dimana:

Faktor penguatan Av = V0 / Vi = Tan ϕ

V.2.4.2 Dengan Osiloskop Dual Trace


Generator sinyal dinubungkan pada input rangkaian penguat yang akan

diamati penguatannya dan pada kanal A osiloskop. Output rangkaian penguat

dihubungkan pada kanal B osiloskop.

Pada layar di dapat sinyal input dan output rangkaian penguat. Dengan

tegangan sinyal input dan sinyal output rangkaian penguat, maka faktor penguatannya

dapat ditentukan.

RINGKASAN

• Multimeter merupakan alat ukur dasar elektronika yang ganda atau serbvaguna.
Sebutan lain dari multimeter adalah mavometer, singkatan dari miliAmper Volt
Ohmmeter.
• Berdasarkan fungsi dari Amperemeter, Voltmeter, Ohmmeter maka multimeter
dapat digunakan untuk mengukur besaran listrik, misalnya tegangan DC,
tegangan AC, arus miliamper dan tahanan suatu penghantar.
• Jembatan Wheatstone adalah rangkaian jembatan yang menggunakan sumber DC
• Rangkaian jembatan (bridge) banyak digunakan untuk pengukuran tahanan
(resistor), kapasitor, impendansi, frekwensi dan lain lain.
• Wattmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya listrik AC

77 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


• Osiloskop merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang
diukur, akan tergambarkan pada layar tabung sinar katoda. Osiloskop banyak
digunakan untuk mengukur tegangan searah dan tegangan bolak-balik, Mengukur
beda fase, mengukur frekuensi, mengukur faktor penguatan, dan mengamati
karakteristik komponen kutub dua dengan kesalahan yang relatif kecil.

78 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


Contoh multimeter yang ada di pasaran

Contoh watmeter yang dipasang di Rumah tangga

79 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


Contoh osciloskop yang ada di Laboratorium

Contoh Osciloskop yang sedang bekerja

LATIHAN
1. Suatu multimeter memiliki kepekaan arus sebesar 100 µA dan Rm

100 Ω digunakan sebagai Voltmeter dengan simpangan penuh 10 Volt. Berapa

hambatan dalam yang harus digambarkan?

80 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


2. Suatu meter digunakan sebagai Ampere meter dapat mengukur arus

maksimum 1A. Berapa Rsh yang harus dipasang jika diketahui Isp 1 mA dan Rm

100 Ω ?

3. Suatu rangkaian Jembatan Wheatstone mempunyai nilai - nilai

seperti dalam gambar. Tegangan batere 5 V dan tahanan dalamnya diabaikan

sensitivitas - arus galvanometer adalah 10 mm / µA dan tahanan dalamnya 100 Ω.

Tentukan difleksi galvanometer yang disebabkan oleh ketidaksetimbangan 5Ω

dalam lengan BC.

A
1000Ω
100Ω
+
5V D G B
-
200Ω 2005Ω
B

4. Apa tugas utama rangkaian Trigger ?


dan bagaimana bagan prinsip kerja rangkaian Trigger ?
5. Sebutkan faktor-faktor stabilitas pada osiloskop?
6. Suatu osiloskop dipasang pada posisi vertikal attenuation XIO di pakai untuk
mengukur tegangan suatu rangkaian, pada layar osiloskop di peroleh gambar kurva,
berapa tegangan dan frekuensi rangkaian tersebut?

81 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika


DAFTAR PUSTAKA

1. Soedjana Sapiie,Dr & Osamu Nishino,Dr. 1982, PENGUKURAN DAN ALAT-


ALAT UKUR LISTRIK, PT. Pradnya Paramita,Jakarta.

2. GH.Dulfer & Fadeli A,1975, METODA PENGUKURAN FISIS DAN


INSTRUMENTASI, Yogyakarta, FPMIPA UGM

3. E. Zijp, 1974, ANALISA PENGUKURAN FISIKA,Yogyakarta FPMIPA UGM

4. J.P Holman (E.Jasjfi), 1984, METODE PENGUKURAN TEKNIK,


Jakarta, Penerbit Erlangga.

82 Dasar-dasar Instrumentasi Fisika

Anda mungkin juga menyukai