PENDAHULUAN
KERANGKA ISI
Pada bab ini akan dibahas tentang alat ukur listrik dasar, yaitu alat ukur
besaran fisika yang berhubungan dengan listrik seperti tegangan, arus, hambatan dan
lain-lain. Mengingat alat-alat ini sering digunakan dalam laboratorium Fisika, maka
penting sekali pembahasan ini. Adapun isi pembahasan ini adalah sebagai berikut:
I. Multimeter
II. Jembatan Wheatstone
III. Wattmeter
IV. Osciloskop
V. Penggunaan Osciloskop
TUJUAN PEMBELAJARAN
DESKRIPSI
Bab 4 dasar-dasar isntrumentasi fisika ini membahas prinsip kerja serta
menggunakan alat ukur besaran fisika, setelah mempelajari analisa sistem fisis dari
alat ukur yang diterangkan pada bab 3. Diharapkan mahasiswa juga akan
mengembangkan prinsip kerja maupun penggunaan alat ukur besaran fisika lainnya,
KATA-KATA KUNCI
Multimeter, Jembatan Wheatstone, wattmeter, osciloskop
batteray dan lain-lain. Sehingga diperlukan alat ukur yang sering digunakan dalam
pengukuran listrik, terutatama adalah alat ukur listrik dasar. Adapun alat ukur kistrik
a. Multimeter
b. Jembatan Wheatstone
c. Wattmeter
d. Osciloskop
Oleh sebab itu perlu dibahas dalam bab-bab selanjutnya per sub pokok bahasan.
I. Multimeter
elektronika yang ganda atau serbvaguna. Sebutan lain dari multimeter adalah
gerak dasar tersebut digunakan . Berarti jelas bahwa sebuah instrumen tunggal dapat
multimeter dapat digunakan untuk mengukur besaran listrik, misalnya tegangan DC,
Gaya elektromagnetis dapat dibangkitkan dengan berbagai cara, dan dua cara
yang akan disebutkan dibawah ini merupakan pemakaian yang sangat besar pada saat
ini.
a. Cara tolak-menolak
daripadanya tidak dapat bergerak sedangkan yang lain ditempatkan agar bebas
bergerak melalui suatu sumbu. Besi yang pertama disebutkan sebagai besi tetap,
sedangkan yang akhir sebagai besi bergerak. Bila arus I yang akan diukur dialirkan
lewat kumparan yang tetap maka kumparan tersebut menghasilkan medan magnet
yang berbanding lurus dengan besar arus dan mempunyai arah sejajar dengan sumbu
pergerakan. Kedua besi yang tetap maupun beregrak dimagnmitisir besarnya adalah
berbanding lurus dengan arus I dengan arah magnitisasi yang sama. Dengan demikan
akan terdapat kutub-kutub yang sama yaitu kutub utara dan utara atau kutub selatan
dan selatan akan lebih berdekatan bila dibandingkan dengan antara kutub utara dan
selatan. Akibatnya mereka saling tolak-menolak, dengan daya yang berbanding lurus
dengan kuadrat dari arus, dan memberikan pada sumbu pergerakan suatu rotasi,
terdapat pada type alat ukur yang tolak-menolak) ditempatkan pada jarak tertentu.
Bila sudut putar dari sumbu putarnya kecil, maka susunan ini bekerja seperti cara
tolak-menolak, akan tetapi bila sudut putarnya besar maka masing-masing besi akan
bekerja agak lain. Dalam keadan ini maka gaya tarik-menarik mulai berpengaruh
yang disebabkan oleh adanya kutub-kutub yang berlawanan arahnya akan mulai
20 200
Ohm
SANWA SP- 10D P1 MULTITESTER
P4
500 500 P3
250 250 -
50 50 P2
10 25 50 500 10
1. Pilih jangka ukur yang sesuai, DCmA, DCV, Ohm atau ACV.
• Memilih jangka ukur (500 mA) DC, dan mengamati titk nol.
mengamati penyimpangan titik nol dngan cara menyentuhkan kedua ujung colok.
dari rangkaian tersebut diukur dengan cara indikasi yang menunjukan hasil nol.
meter yang digunakan pada alat ukur yang biasanya, tetapi yang dibutuhkan disini
adalah alat untuk menentukan harga dari suatu komponen yang tidak diketahui
dengan cara membandingkan dengan komponen standart. Jadi meter disini hanya
digunakan sebagai alat penunjuk bahwa komponen yang diukur telah sebanding
A
I1 I2
+ R1 R2
E C G D
- R3 R4
I3 I4
B
Gambar 4.2
Rangkaian pada gambar 4.2 mempunyai 4 lengan tahanan beserta sebuah sumber
ggl (bateray) dan sebuah detektor nol yang biasanya adalah galvano- meter atau
alat ukur lainnya. Arus yang melalui galvanometer terghantung pada beda
potensial antara titik C dan D. Rangkaian jembatan dikatakan setimbang bila beda
potensial pada galvano meter adalah 0 Volt, artinya tidak ada arus pada
galvanometer. Kondisi ini terjadi bila tegangan dari titik C ke A sama dengan
tegangan dari titik D ke A atau bila tegangan dari titik C ke B sama dengan
I1R1 = I2R2
Untuk arus galvanometer sama dengan nol, maka kondisi kondisi juga
dipenuhi :
E
I1 = I3 = ⎯⎯⎯
R1 + R3
E
dan I2 = I 4= ⎯⎯⎯
R2 + R4
atau
dapat diketahui dari persamaan IV-1. Berarti, jika R4 tidak diketahui tahanannya
R3 R2
Rx = ⎯⎯⎯
R1
Tahanan R3 disebut lengan standar dari jembatan dan tahanan R2 dan R1 disebut
karakteristik atau kalibrasi dari galvanometer penunjuk nol, tetapi meter penunjuk nol
tersebut harus mempunyai sensitifitas yang cukup baik untuk menunjukkan keadaan
dari 1 Ohm sampai beberapa mega Ohm dengan cukup teliti. Sumber kesalahan dari
yang mengalir pada tahanan yang diketahui tersebut. Akibat panas (I2.R)
yang lewat pada lengan lengan ini, maka harga tahanan yang diketahui
penghubung dan adanya tahanan pada kontak kontak yang berada diluar
Jembatan Kelvin.
diperlukan untuk mendeteksi kondisi tidak setimbang atau tidak, arus galvanometer
memerlukan sensitifitas arus yang berbeda, tapi juga dapat mempunyai tahanan
dalam yang berbeda. Sensitifitas ini dapat ditentukan dengan memecahkan persoalan
A D +
Rb Eth G Rg
-
R3 B R4
D
Dimana
E E
I1 = ⎯⎯⎯ dan I2 = ⎯⎯⎯
R1 + R3 R2 + R4
Dengan demikian
R1 R2
ECD = E ( ⎯⎯⎯ - ⎯⎯⎯ ) ................................ ( IV-2 )
R1 + R3 R2 + R4
dari batere telah termasuk didalamnya. Dalam kebanyakan hal, tahanan dalam batere
yang sangat rendah dapat diabaikan dan ini mempermudah penurunan gambar 1
akan terjadi antara titik A dan B bila tahanan dalam batere dianggap nol. Dengan
generator Thevenin dengan ggl yang dinyatakan persamaan IV-2 dan tahanan
dalam oleh persamaan IV-3. Ini ditunjukan dengan rangkaian gambar 4.2b.
rumus IV-4
ETH
Ig = ⎯⎯⎯ ............................................................ ( IV-4 )
RTH + Rg
Wheatstone ini, gambar 4.1 rangkaian Jembatan Wheatstone dapat diganti menjadi
R2 R4
G
A B
L1 L2
E
Gambar 4.4 Rangakaian Jembatan Wheatston menggunakan lengan geser
Osiloskop sinar katoda atau CRO adalah instrumen laboratorium yang sangat
bermanfaat dan sangat terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan analisa
dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter) X-Y yang sangat
pada osiloskop. Kita bisa melihat tombol-tombol pada gambar bagian muka
• Horizontal dan Vertikal : mengatur kedudukan gambar dalam arah horizontal dan
vertikal.
• Kedudukan tombol di luar menyatakan besar tegangan yang tergambar pada layar
menyatakan faktor pengali untuk waktu dari gambar pada layar dalam arah
horizontal.
• Sinkronisasi: mengatur supaya pada layar diperoleh gambar yang tidak bergerak.
• Slop: mengatur saat trigger dilakukan yaitu pada waktu sinyal naik (+) atau pada
• Ext: trigger dikendalikan oleh rangkaian di luar osiloskop. Pada kedudukan ini
• Int: trigger dikendalikan oleh rangkaian di dalam osiloskop. Pada kedudukan ini
• Horizontal gain: untuk mengontrol berapa banyak sumbu mendatar yang dipakai
oleh beberapa hal yaitu kalibrasi osiloskop, pengaruh inpedensi input, kabel
oleh impedansi input, dapat digunakan probe yang sesuai (dengan perhitungan
dilihat dari gambar pada layar yang mengetahui nilai volt/dive yang digunakan.
Osiloskop mempunyai impedansi input yang relatif tinggi, jadi dalam mengukur
rangkaian dengan impedansi rendah, maka impedansi input osiloskop dapat dianggap
"open circuit".
Pengukuran beda fase antara dua buah sinyal dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
dihubungkan pada kanal B dari osiloskop. Pada layar osiloskop akan terlihat bentuk
pada sinyal input X osiloskop. Perhatikan gambar 3 kedua input masuk ke dalam
osiloskop. Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis atau
elipps, dimana dapat langsung ditentukan beda fase antara kedua sinyal tersebut.
dengan beberapa cara, antara lain: cara langsung, dengan osiloskop dual trace,
Cara langsung:
sinyal langsung dapat ditentukan dari gambar dengan perhitungan sebagai berikut:
T = (time/dive) x d
sama dengan periode sinyal generator. Pada keadaan ini frekuensi generator sama
Metode Lissajous:
gambar 3). Frekuensi generator kemudian diubah, sehingga pada layar didapat suatu
lintasan tertutup yang jelas. Frekuensi sinyal dapat ditentukan dari bentuk lintasan
ini yaitu:
fy = fx . x (jumlah titik pada garis datar / jumlah titik pada garis tegak)
Cara ini hanya dilakukan untuk perbandingan frekuensi yang mudah dan
bilangan bulatnya.
Ada dua cara pengukuran faktor penguatan yaitu cara langsung dan dengan
lurus dengan sudut ( terhadap sumbu horizontal. Besar faktor penguatan langsung
Pada layar di dapat sinyal input dan output rangkaian penguat. Dengan
tegangan sinyal input dan sinyal output rangkaian penguat, maka faktor penguatannya
dapat ditentukan.
RINGKASAN
• Multimeter merupakan alat ukur dasar elektronika yang ganda atau serbvaguna.
Sebutan lain dari multimeter adalah mavometer, singkatan dari miliAmper Volt
Ohmmeter.
• Berdasarkan fungsi dari Amperemeter, Voltmeter, Ohmmeter maka multimeter
dapat digunakan untuk mengukur besaran listrik, misalnya tegangan DC,
tegangan AC, arus miliamper dan tahanan suatu penghantar.
• Jembatan Wheatstone adalah rangkaian jembatan yang menggunakan sumber DC
• Rangkaian jembatan (bridge) banyak digunakan untuk pengukuran tahanan
(resistor), kapasitor, impendansi, frekwensi dan lain lain.
• Wattmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya listrik AC
LATIHAN
1. Suatu multimeter memiliki kepekaan arus sebesar 100 µA dan Rm
maksimum 1A. Berapa Rsh yang harus dipasang jika diketahui Isp 1 mA dan Rm
100 Ω ?
A
1000Ω
100Ω
+
5V D G B
-
200Ω 2005Ω
B