Anda di halaman 1dari 7

TUGAS IV

PSIKOLOGI REMAJA
RESUME:
PERTUMBUHAN FISIK DAN MOTORIK REMAJA
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons

NAMA : AMINAH DAULAY


NIM :19006006

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
A. Pengertian Pertumbuhan Fisik dan Motorik
Adolesensi merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Dalam masa ini terjadi pertumbuhan yang sangat cepat sampai pada saatnya
mencapai kematangan seksual, kemudian timbul fase perlambatan sampai tidak terjadi
pertumbuhan lagi. Pertumbuhan yang terjadi menimbulkan perubahan ukuran, seperti
proporsi bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, sistem peredaran darah,
pernapasan, sistem syaraf, kematangam seks primer dan sekunder dan sebagainya.
Pada awal masa adolesensi perempuan lebih tinggi dan lebih berat dari lakilaki
keadaan tersebut tidak terlalu lama setelah perubahan yang cepat terjadi. (Yusuf,
2002)

B. Kekhasan Pertumbuhan Fisik dan Motorik Remaja


1. Pertumbuhan fisik adolesensi
Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa.Hal ini biasanya dipandang dari segi kematangan seksual dan
cepatnya pertumbuhan. Adolesensi dimulai dengan percepatan rata-rata pertumbuhan
sebelum mencapai kematangan seksual, kemudian timbul fase perlambatan, dan
berhenti setelah tidak terjadi pertumbuhan lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa.
Pada masa adolesensi terjadi perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi
percepatan pertumbuhan, perubahan bentuk proporsi tubuih, perubahan dalam
komposisi tubuh, kematangan cirri-ciri seks primer dan sekunder, perkembangan pada
system pernapasan dan kerja jantung, dan mengkoordinasikan perubahan-perubahan
tubuh, seksual,dan fisiologis. Secara biologis dalam masa adolesensi ini system
reproduksi mencapai taraf kematangan. (Mustakim, 2003)

a. Ukuran dan proporsi tubuh


Perbedaan ukuran badan untuk kedua jenis kelamin pada masa sebelum
adolesensi adalah kecil, meskipun ada kecenderungan anak laki-laki sedikit lebih
tinggi dan lebih berat dibandingkan anak-anak perempuan.Sedangkan pada masa awal
adolesensi anak-anak perempuan lebih tinggi dan lebih berat daripada laki-laki. Akan
tetapi keadaaan tersebut tidak terlalu lama setelah perubahan yang cepat terjadi pada
anak laki-laki pada masa adolesensi. Anak laki-laki mengejar dan mengungguli tinggi
dan berat badan anak perempuan, ukuran-ukuran yang lain,seperti tinggi togok,
panjang tungkai lebar bahu, lebar pinggul, ukuran lengan dan sebagainya mengikuti
pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berlangsung dengan cepat.Pada masa
adolesensi antar laki-laki dengan perempuan makin jelas perbedaan ukuran dan
bentuk tubuhnya. Pertumbuhan yang cepat pada masa adolesensi menimbulkan
terjadinya perbedaan-perbedaan morfologis antara anak laki-laki dan perempuan yang
semakin jelas.Ciri-ciri yang menonjol adalah bertambahnya lebar bahu anak laki-laki
lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan pinggulnya,sebaliknya terjadi pada
anak-anak perempuan yang mengalami pertumbuhan yang cepat pada pelebaran
pinggulnya, dibandingkan dengan perkembangan pada pinggang dan bahu.
Pertumbuhan tungkai anak-anak laki-laki dan perempuan pada masa sebelum
adolesensi menunjukkan proporsi yang sama antara anggota bagian bawah dan togok
terhadap tinggi badan secara keseluruhan.Akan tetapi pada masa adolesensi sampai
dewasa, anak perempuan menunjukkan hanya kecil pertumbuhan, pada tungkai
sehingga lebih pendek dibandingkan dengan rata-rata tungkai anak lakilaki yang
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Perubahan fisik selama adolesensi
menunjukkan beberapa indikasi dalam komposisi tubuh. (Yusuf, 2002)

2. Pertumbuhan Motorik Masa Remaja


a. Kemampuan Gerak
Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung
mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan dan fungsi fisiologis.
Perbedaan-perbedaan dalam penampilkan keterampilan gerak dasar antar kedua jenis
kelamin semakin meningkat, anak laki-laki menunjukkan peningkatan yang tidak
berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam
berbagai gerakan, seperti lari, lompat jauh tanpa awalan, dan melempar jarak jauh.
Menurut Espenchade (1060), anak perempuan mencapai hasil maksimal dalam
lari pada usia 15 tahun, dan menunjukkan sedikit perubahan dalam melempar dan
melompat sesudah umur tersebut. Selanjutnya penelitian lain oleh Vincent (1968)
menyatakan bahwa anak perempuan mencapai skor terbaik dalam kecepatan
melempar, memantulkan bola ke tembok, dan melempar jarak jauh pada umur 15,3
tahun. Untuk lari dan lompat tinggi penampilan terbaik pada umur 14,4 tahun,
sedangkan mahasiswa putri yang sehat dan segar mencapai skor tertinggi dalam
lompat samping dan lompat tali pada umur 18,4 tahun. Semua itu merupakan
beberapa peningkatan penampilan wanita yang terjadi setelah masa pubertas.
Penampilan fisik sesudah pubertas lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan
budayanya. Umumnya penampilan gerak anak perempuan dalam keterampilan dasar
cenderung menurun sebelum mencapai kematangan biologis, kirakira 3 tahun sebelum
kematangan skeletal. Sebaliknya anak laki-laki terus mengalami peningkatan
penampilan geraknya dengan bertambahnya kematangan skeletal.Kecepatan matang
secara biologis laki-laki adanya hubungan dengan penampilan gerak. Umumnya anak
laki-laki masa puber meningkat secara terus-menerus dan teratur dalam lari dan
melompat, tetapi sedikit terlambat dalam lemparan. Hal ini berhubungan dengan
serangkaian pertumbuhan fisik, seperti tungkai yang memanjang, pinggul yang
melebar sebelum pengembangan bagian pundak. (Yusuf, 2002)

b. Koordinasi dan Keseimbangan


Peningkatan koordinasi pada anak laki-laki terus berlangsung sejalan dengan
bertambahnya umur kronologis, sedangkan anak perempuan sudah tidak berkembang
lagi sesudah umur 14 tahun. Kelincahan anak laki-laki lebih unggul dibandingkan
anak perempuan. Kelincahan memerlukan kecepatan mengubah arah dari badan atau
anggota badan, seperti melompat secara penuh kemudian memutar posisi dan
gerakan-gerakan sulit yang lain. Kelincahan wanita dewasa kurang baik dibandingkan
dengan wanita yang masih muda atau anak-anak, tetapi dalam gerakan akrobatik yang
memerlukan kontrol dan keseimbangan statis, wanita dewasa lebih dapat menjaga
posisinya. Terjadinya penurunan kelincahan seseudah umur 14 tahun, hanya sedikit
perubahan terjadi penurunan pada kontrol, kelentukan, dan keseimbangan bagi
perempuan,. Pertambahnya berat badan anak perempuan pada masa puber
berpengaruh negetif dalam penampilan geraknya. Koordinasi gerak anak laki-laki
pada awal pubertas mengalami perkembangan sedikit sekali, tetapi setelah itu
perkembangannya makin cepat. Berbagai hasil penelitian mengenai keseimbangan
dinamis selama masa adolesensi menunjukkan bahwa keadaan yang stabil (palkteau)
dialami oleh perempuan pada umur 12 sampai 14 tahun dan pada anak laki-laki umur
14 sampai 16 tahun. Perkembangan keseimbangan dinamis anak laki-laki
menunjukkan bahwa sebelum umur 13 dan sesudah umur 15 tahun menunjukkan
perkembangan yang lebih besar dibandingkan masa usia antaara 13 sampai 15 tahun.
(Mustakim, 2003)
c. Peningkatan Penampilan Gerak
Masa sebelum adolesensi dan adolesensi merupakan saat peningkatan,
penampilan gerak, seperti lari cepat, lari jarak jauh, lompat tinggi dsb. Peningkatan
secara kuantitatif ini merupakan bagian yang dihasilkan oleh pertumbuhan yang
berlangsung terus, terutama pertumbuhan yang cepat dimasa adolesensi. Yang
menghasilkan peningkatan kekuatan dan daya tahan. Demikian pula sumbangan diri
unsur koodinasi tidak diragukan lagi dalam menunjang peningkatan keterampilan.
Sebagian besar penelitian menyatakan,.bahwa usia untuk belajar gerak yang paling
tepat adalah masa sebelum adoleseasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nash
(1960) yang menyatakan bahwa 85% keterampilan dasar dan minat terhadap
keterampilan gerak harus ditemukan pada umur 12 tahun atas sebelumnya. Masa
kanak-kanak merupakan waktu untuk belajar keterampilan dasar, sedangkan masa
adolesensi adalah waktu yang digunakan untuk penyempurnaan dan penghalusan serta
mempelajari berbagai macam variasi ketrampilan gerak. Keterampilan gerak .pada
masa adolesensi sangat dipengaruhi oleh, penguasaan gerak dasar pada masa anak –
anak, Dan oleh faktor latihan. Oleh karena itu, kecenderungan keterampilan gerak
setiap individu pada masa adolesensi semakin bervariasi. Ada yang keterampilan
dapat berkembang dengan baik dan ada yang perkembangannya tidak baik.
(Lusi,2008)

C. Permasalaha Berkaitan Dengan Pertumbuhan Fisik


a. Masalah Motorik
terdiri dari motorik kasar dan motorik halus.
· Motorik Kasar
Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara
harmonis dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang
motorik halus.
Contoh : - anak sulit menggerakkan bagian tubuh secara harmonis. Misalnya:
berjalan, berlari, menangkap,melempar.
- belum sempurnanya kordinasi dalam mengontrol motorik kasar, misalnya
jika ditugaskan untuk berjalan tanpa menyentuh temannya. (Jahja, 2011)
· Motorik Halus
Motorik halus merupakan keterampilan yang menyatu antara motorik halus dengan
panca indera.
Contoh : - anak-anak masih sulit menjiplak, membentuk lingkaran, segitiga dan
sebagainya.
b. Masalah penglihatan
Contoh : - sulitnya mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk dan
ukurannya.
-  Selain itu mereka juga sulit mengamati benda secara jelas.
Permasalahan yang ditimbulkan dari gangguan penglihatan juga bisa
menyebabkan gangguan ingatan. Gangguan ingatan tersebut antara lain:
a. Tidak mampu menyebutkan benda tanpa ada bendanya
b. Tidak mampu menguraikan benda-benda yang dilihat dari beberapa
aspek, misalnya bentuk, warna, fungsi dan sebagainya.
c. Tidak mampu mencari bagian yang hilang dari suatu bentuk atau gambar.
d. Tidak mampu mengurutkan kembali satu seri gambar yang diacak. (Lusi,2008)
c.  Masalah pendengaran
Contoh :
- Tidak mampu menyebutkan suara yang ada di sekelilingnya, seperti suara alam,
bisikan arah suara dan sebagainya.
-  Tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu
d. Masalah berbicara atau berbahasa.
Berawal dari ketidakmampuan mendengar dan memahami bahasa lisan yang
diucapkan orang-orang di sekelilingnya.Permasalahan tersebut salah satunya juga
disebabkan berbedanya budaya disekitar kita. (Mustakim, 2003)

D. Usaha-Usaha Konselor Sekolah dalam Mengaktivasi Pertumbuhan Fisik dan


Motorik Siswa
Seorang konselor hendaknya benar-benar memberikan perhatian yang cukup
terhadap aspek perkembangan fisik, motorik dan perseptual remaja. Perhatian disini
bukan sekedar untuk kepentingan perkembangan semata, melainkan untuk
kepentingan perkembangan dan aktifitas belajar. Pemahaman konselor/pendidik
tentang karakteristik perkembangan fisik, motorik dan perseptual akhirnya akan
membawa implikasi praktis pada proses pembelajaran di Sekolah. Implikasi-implikasi
tersebut khususnya berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, dan
perkembangan perseptual. Adapun uraikan yang akan disampaikan berkaitan dengan
penyelenggaraan pembelajaran secara umum, penyelenggaraan pendidikan olahraga,
pemeliharaan nutrisi remaja. Dari uraian tersebut seorang konselor dituntut untuk
menyelenggarakan pembelajaran di sekolah sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan fisik remaja. Dalam hal ini perlu ada pembelajaran yang hidup, dalam arti
memberikan banyak kesempatan kepada remaja untuk memfungsikan unsur unsur
fisik dan atau perseptualnya. Dengan kata lain, diperlukan suatu pembelajaran yang
bersifat langsung. Pembelajaran seperti ini akan memunculkan kegemaran remaja
untuk belajar dan dapat mengembangkan fisik, motorik dan perseptual remaja, serta
dapat berdampak positif pada perkembangan kognisi, kreativitas dan sosialnya.
Dengan perkembangan fisik, motorik dan perseptual remaja diharapkan memiliki
karakteristik sebagai berikut : (1) Programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku
serta memperhatikan perbedaan individual remaja ; (2) tidak dilakukan secara
monoton dan verbalistik, tetapi disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas
seperti eksperimen, praktek, observasi langsung, permainan dan sejenisnya; dan (3)
melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan
remaja terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses mental dan
perseptual. (Jahja, 2011)

DAFTAR PUSTAKA
Mustakim. 2003. Psikologi Pendidikan.  Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsul, Yusuf. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Yudrik, Jahja. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Kencana.
Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: PT Indeks

Anda mungkin juga menyukai