Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 93), bakat diartikan sebagai
dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Adapun
menurut Alex Sobur (2011: 181), bakat merupakan kemampuan alamiah untuk
mendapatkan pengetahuan atau keterampilan, yang relatif dapat bersifat umum
(contohnya, bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus).
Menurut Arthur Schopenhauer, karena sifatnya bawaan sejak lahir, bakat tidak
mudah terpengaruhi oleh lingkungan dan perasaan serta cenderung permanen.
Kajian terhadap bakat manusia melahirkan berbagai definisi tentang potensi yang
satu ini. Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian dan pendapat seputar
bakat.
1. Kartini Kartono (1979) menyatakan, bakat mencakup segala faktor
yang terdapat pada individu sejak awal pertama dari kehidupannya yang
kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian, kecakapan, dan
keterampilan khusus tertentu. Bakat bersifat laten potensial; dalam arti
dapat mekar dan berkembang.
2. Suganda Pubakawatja (1982) mengatakan, bakat sebagai benih dari
suatu sifat baru akan tampak nyata jika mendapat kesempatan atau
kemungkinan untuk berkembang.
3. Wijaya (1988: 66) menyatakan bahwa bakat adalah suatu kondisi
pada seseorang yang dengan suatu latihan khusus memungkinkannya
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus,
seperti kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dan
sebagainya.
4. Menurut William B. Michael, bakat adalah kemampuan individu dalam
melakukan tugas, yang sedikit sekali dipengaruhi atau tergantung pada
latihan (yang dilakukan sebelumnya).
5. Menurut Bingham, bakat adalah kondisi, kualitas, atau seperangkat
sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima
latihan (respons).
6. Crow menyatakan, bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh
semua orang dalam tingkat yang beragam.
7. Woodworth dan Marquis menyatakan, bakat adalah prestasi yang
dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.
8. Guilford mengatakan, bakat adalah kemampuan kinerja yang
mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi
intelektual.
Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik. Bakat ini berakar pada jasmaniah
sebagai dasar dan fundamen bakat, seperti kemampuan pengindraan;
ketangkasan dan ketajaman pancaindra; kemampuan motorik; kekuatan tubuh;
kelincahan fisik; serta keterampilan jari-jemari, tangan, dan anggota badan.
Bakat kejiwaan yang bersifat umum. Bakat ini berupa kemampuan ingatan,
daya khayal (imajinasi), dan inteligensi. Daya ingat ialah kemampuan menyimpan
isi kesadaran pada saat tertentu serta membawanya kembali ke permukaan
pada saat yang lain. Dalam ingatan jiwa manusia bersifat menerima dan
reproduktif. Imajinasi atau daya khayal merupakan isi kesadaran yang berasal
dari dunia dalam diri manusia sendiri, yang berupa gambar khayalan dan
gagasan-gagasan kreatif sehingga jiwa manusia bersikap spontan dan
produktif. Inteligensi merupakan kemampuan menyesuaikan diri pada keadaan
dengan menggunakan alat pemikiran yang berbeda dengan penyesuaian diri
karena kebiasaan atau sebagai akibat pelatihan (drill) dan coba-coba (trial and
error). Penyesuaian diri karena kebiasaan, pelatihan, dan coba-coba bersifat
mekanis, kadangkala secara kebetulan memerlukan banyak waktu. Penyesuaian
diri dengan pemikiran terjadi karena pengertian, pendapat pemahaman,
pencarian makna dan hubungannya yang terlihat dalam pemecahan dan
penguasaan keadaan baru dari kesulitan yang dihadapi. Inteligensi dapat
diuraikan sebagai kemampuan menangkap, memahami, menjelaskan,
menguraikan, memadukan, serta menyimpulkan arti hubungan dan sangkut paut
makna. Setiap orang memiliki isi, proses, dan cara berpikir yang berbeda-beda.
Bakat kejiwaan yang khas dan majemuk. Bakat yang khas atau bakat dalam
pengertian sempit adalah bakat yang sejak awal sudah ada dan terarah pada
suatu bidang yang terbatas, seperti bakat bahasa, bakat melukis, bakat musik,
bakat seni, dan bakat ilmu. Dalam pada itu, bakat majemuk berkembang lambat
laun dari bakat produktif ke arah yang sangat tergantung pada keadaan di
dalam dan di luar individu, seperti bakat filsafat, bakat hukum, bakat
mendidik, bakat psikologi, bakat kedokteran, bakat ekonomi, dan bakat politik.
Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan. Bakat ini
sangat terkait dengan watak, seperti kemampuan untuk melakukan kontak
sosial, kemampuan menyayangi, kemampuan menghayati perasaan orang lain.
1. Faktor Intern
a. Faktor Bawaan (Genetik)
Faktor ini merupakan faktor yang mendukung perkembangan individu dalam
minat dan bakat sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang
tua kepada anak dalam segala potensi melalui fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sebagai pewarisan dari orang tuanya. Faktor hereditas sebagai faktor
pertama munculnya bakat (Yusuf ; 2004 ; 31). Dari segi biologi, bakat sangat
berhubungan dengan fungsi otak. Bila otak kiri dominan, segala tindakan dan
verbal, intelektual, sequensial, teratur rapi, dan logis. Sedangkan otak kanan
berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik dan artistic serta
atletis.
b. Faktor kepribadian
Faktor kepribadian yaitu keadaan psikologis dimana perkembangan potensi
anak tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri. Hal ini akan membantu anak
dalam membentuk konsep serta optimis dan percaya diri dalam mengembangkan
minat dan bakatnya (Asror ; 1999 ; 93).
2. Faktor Ekstern
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan olahan dari berbagai hal untuk mendukung
pengembangan minat dan bakat anak. Faktor lingkungan terbagi atas :
- Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat latihan atau belajar dan tempat anak
memperoleh pengalaman, karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan
paling penting bagi anak. (Sutiono ; 1998 ; 171).
- Lingkungan sekolah
Suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar kondusif
yang bersifat formal.
Lingkungan ini sangat berpengaruh bagi pengembangan minat dan bakat karena di
lingkungan ini minat dan bakat anak dikembangkan secara intensif.
- Lingkungan sosial
Suatu lingkungan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Di lingkungan
ini anak akan mengaktualisasikan minat dan bakatnya kepada masyarakat.
Cara Mengembangkan Bakat dan Minat
1. Perlu Keberanian
Keberanian membuat kita mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik
yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala-kendala sosial atau yang lainnya.
Keberanian akan memampukan kita melihat jalan keluar berhadapan dengan
berbagai kendala yang ada, dan bukan sebaliknya, membuat kita takut dan
melarikan diri secara tidak bertanggung jawab.
2. Perlu didukung Latihan
Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan disini bukan saja dari segi
kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang
kelihatan secara fisik.
3. Perlu didukung Lingkungan
Lingkungan disini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas,
biaya dan kondisi sosial lainnya., yang turut berperan dalam usaha pengembangan
bakat dan minat.
4. Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan cara
mengatasinya.
Disini sekali lagi kita perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang
ada, kita kategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang sulit. Kemudian
mulai kita memikirkan jalan keluarnya.
Bakat adalah sesuatu kemampuan khusus yang dimiliki oleh setiap individu. Bakat
ini dapat berkembang dan tampak menonjol, bilamana dilakukan latihan secara
terus menerus. Bakat yang berkembang selain mendukung cita-cita/karier, dapat
juga menjadikan sebuah profesi atau jabatan bagi si pemiliknya, bila
berkesempatan untuk dikembangkan
Bakat tidak sama dengan kecerdasan. Bakat lebih mengacu pada motorik maupun
keterampilan yang ditampilkan anak. Dengan kata lain, bakat bisa terlihat oleh
orang lain. Cara yang dilakukan adalah terus-menerus mengasah bakat melalui
latihan. Bakat tidak akan berkembang bila tak ada penguat, sehingga kemudian
hilang. Selain bakat, mereka juga mempunyai minat terhadap bidang yang
digeluti. Adanya minat juga akan menguatkan bakat tersebut. Sedikit Bantuan
Bagaimana bisa mengetahui kalau anak kita berbakat?
Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, psikolog dari Jagadnita Consulting,
anak-anak yang berbakat umumnya lebih cepat menguasai bidang tertentu
dibanding anak lain, tanpa mengeluarkan usaha keras. Contohnya anak yang
berbakat menyanyi, akan lebih mudah mengenali not, ketajaman nadanya juga
bagus. Anak yang berbakat dalam bidang linguistik atau bahasa, bisa meniru atau
menghafal bahasa asing lebih cepat. Begitu anak yang mempunyai bakat
menggambar atau melukis. Kualitas garis yang dimiliki anak tersebut akan
terlihat lebih halus. Mereka mengerti warna, komposisi yang dibuat juga lebih
bagus dan menarik. Anak yang berbakat juga bisa mempelajari sesuatu dengan
cara berbeda dibanding anak lain. “Anak berbakat hanya memerlukan sedikit
bantuan dari orang dewasa. Mereka kerap memecahkan masalah dengan caranya
sendiri,” ungkap perempuan yang menyelesaikan MA dalam bidang Applied
Anthropology & Community and Youth Work Goldsmith College University of
London. Anak yang senang mengutak-atik mainan merupakan wujud dari minatnya
terhadap benda tersebut. Baginya, mengutak-atik mainan merupakan eksplorasi
dari keingintahuannya lebih lanjut. Anak yang mempunyai bakat biasanya juga
mampu memotivasi diri sendiri untuk mempelajari hal-hal yang sangat disukainya.
Anak yang senang bermain piano atau berenang tak hanya berlatih saat gurunya
datang. Mereka akan berlatih piano atau berenang tanpa disuruh. “Idealnya,
bakat yang dimiliki oleh anak sejalan dengan minatnya.
Dengan begitu, potensi atau kemampuan yang dimiliki anak akan tergali
secara optimal, sehingga anak mampu berprestasi,” tutur Clara. Bangkitkan Minat
Sayangnya tak semua bisa berjalan beriringan antara bakat dan minat. Ada anak
berbakat yang ternyata tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya. Bila ini
terjadi, kata psikolog lulusan UI ini, diperlukan dukungan lebih banyak dari
orangtua, agar bakat anak bisa terasah secara optimal. Kalau tidak mendapat
dukungan dari orangtua atau dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak
tidak akan berkembang. Bisa saja anak tersebut agak lambat untuk
mengembangkan kemampuannya, terutama ketika menyadari bahwa ia mempunyai
bakat dalam bidang tertentu. Madonna contohnya. Di usia 40 tahun, saat sudah
mempunyai dua anak, ia membuat buku anak. Bakat yang dimilikinya baru disadari
saat dirinya menjadi seorang ibu.
Sebenarnya hal serupa juga bisa terjadi pada anak yang mempunyai minat dalam
bidang tertentu, tetapi tidak berbakat. Contohnya anak ingin mengikuti
Indonesia Idol, tetapi tidak mempunyai bakat menyanyi. Nah, pada anak tipe ini,
dibutuhkan usaha yang lebih keras dibandingkan anak berbakat. Caranya tentu
saja dengan mengikuti les vokal untuk mendapat suara yang baik. Yang penting,
tambah Clara, orangtua perlu memperkaya minat anak. Jangan sampai anak hanya
terpaku dengan satu minat saja. Anak yang berminat pada sepakbola, misalnya,
sebaiknya juga dikenalkan dengan kegiatan lain. “Katakan pada anak bahwa
olahraga tidak hanya sepakbola.
Masih ada kegiatan lain, seperti seni, yang bisa dikenalkan,” kata Clara. Cara
mudahnya adalah dengan mengenalkan anak kepada teman-teman sebaya yang
mempunyai beragam minat dan bakat. Lakukan Tes Bakat Ada beberapa cara
untuk mengenali bakat anak, yaitu:
1. Melihat tingkah laku anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih
berminat pada hal-hal apa?
4. Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan
anak. Tes ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah.
Pada usia tersebut sudah terlihat bakat serta minat anak.
Pahami Perkembangan Anak Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, ada hal-
hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua saat memberikan les untuk anak.
3. Pastikan anak tetap memiliki waktu yang seimbang untuk bermain dan
istirahat.
c. Berikan fasilitas yang memadai Fasilitas yang diberikan tidak harus selalu
mahal. Sediakan fasilitas sesuai kemampuan orangtua.